Rmk 3 Fraud Data Mining.

30
FRAUD DATA MINING A. Defenisi Fraud Data Mining Fraud menurut The Institute of Internal Auditor’s (IIA’s) adalah Tindakan ilegal yang meliputi penipuan, penyembunyian dan pelanggaran terhadap kepercayaan. Dimana tindakan ini tidak hanya berupa kekerasan fisik. Tetapi fraud dilakukan oleh sekelompok orang atau organisasi untuk mendapatkan uang, harta ataupun jasa untuk menghindari pembayaran atau kehilangan jasa untuk kepentingan pribadi atau bisnis. Data mining adalah proses mempekerjakan satu atau lebih tekhnik pembelajaran komputer (machine learning) untuk menganalisa dan mengekstraksasi pengetahuan (knowledge) secara otomatis. Suatu pola dikatakan menarik apabila pola tersebut tidak sepele, implisit, tidak diketahui sebelumnya, dan berguna. Data mining berisi pencarian trend atau pola yang diinginkan dalam database besar untuk membantu pengambilan keputusan diwaktu yang akan datang. Pola-pola ini dikenali oleh perangkat tertentu yang dapat meberikan suatu analisa data yang berguna dan berwawasan yang kemudian dapat di pelajari dengan lebih teliti, yang mungkin saja menggunakan perangkat pendukung keputusan yang lainya.

Transcript of Rmk 3 Fraud Data Mining.

Page 1: Rmk 3 Fraud Data Mining.

FRAUD DATA MINING

A. Defenisi Fraud Data Mining

Fraud menurut The Institute of Internal Auditor’s (IIA’s) adalah Tindakan

ilegal yang meliputi penipuan, penyembunyian dan pelanggaran terhadap

kepercayaan. Dimana tindakan ini tidak hanya berupa kekerasan fisik. Tetapi

fraud dilakukan oleh sekelompok orang atau organisasi untuk mendapatkan uang,

harta ataupun jasa untuk menghindari pembayaran atau kehilangan jasa untuk

kepentingan pribadi atau bisnis.

Data mining adalah proses mempekerjakan satu atau lebih tekhnik

pembelajaran komputer (machine learning) untuk menganalisa dan

mengekstraksasi pengetahuan (knowledge) secara otomatis. Suatu pola dikatakan

menarik apabila pola tersebut tidak sepele, implisit, tidak diketahui sebelumnya,

dan berguna. Data mining berisi pencarian trend atau pola yang diinginkan dalam

database besar untuk membantu pengambilan keputusan diwaktu yang akan

datang. Pola-pola ini dikenali oleh perangkat tertentu yang dapat meberikan suatu

analisa data yang berguna dan berwawasan yang kemudian dapat di pelajari

dengan lebih teliti, yang mungkin saja menggunakan perangkat pendukung

keputusan yang lainya.

Perkembangan yang pesat di bidang pengumpulan data dan teknologi

penyimpanan di berbagai bidang, menghasilkan basis data yang terlampau besar.

Namun, data yang dikumpulkan jarang dilihat lagi, karena terlalu panjang,

membosankan, dan tidak menarik. Seringkali, keputusan -yang katanya

berdasarkan data- dibuat tidak lagi berdasarkan data, melainkan dari intuisi para

pembuat keputusan. Sehingga, lahirlah cabang ilmu penggalian data ini.

Beberapa alasan tentang perlunya data mining dari sudut pandang komersil

diantaranya adalah :

1. banyaknya volume data yang dihimpun dan disimpan dalam data warehouse,

seperti data web, e-comerce, data transaksi bank

Page 2: Rmk 3 Fraud Data Mining.

2. kuatnya tekanan kompetitif untuk dapat menyediakan yang lebih baik,

layanan-layanan customisasi dan informasi sedang menjadi produk yang

berarti.

Berdasarkan kedua alasan tersebut data mining saat ini menjadi sebuah

prioritas bagi perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi teknologi data yang

banyak. dengan adanya data maining diharapkan proses analisa menjadi lebih

efisien

Analisis data tanpa menggunakan otomasi dari penggalian data adalah tidak

memungkinkan lagi, kalau

1. data terlalu banyak

2. dimensionalitas data terlalu besar

3. data terlalu kompleks untuk dianalisis manual (misalnya: data time

series, data spatiotemporal, data multimedia, data streams).

B. Mendeteksi Fraud

Pentingnya data mining dapat membuat penyalahgunaan terhadap data

tersebut, pada intinya fraud rentan terjadi pada data mining. Karena data yang ada

dapat memberikan pengetahuan untuk mementukan keputusan yang dibutuhkan

perusahaan.

Metode tradisional analisis data telah lama digunakan untuk mendeteksi

penipuan. Mereka membutuhkan investigasi yang kompleks dan memakan waktu

yang berhubungan dengan domain pengetahuan yang berbeda seperti keuangan,

ekonomi, praktek bisnis dan hukum. Penipuan sering terdiri dari banyak contoh

atau insiden yang melibatkan pelanggaran berulang-ulang menggunakan metode

yang sama. Kasus penipuan dapat serupa dalam konten dan penampilan tetapi

biasanya tidak identik.

Industri pertama yang menggunakan teknik analisis data untuk mencegah

penipuan adalah perusahaan telepon , perusahaan asuransi dan bank-bank

( Decker 1998) . Salah satu contoh awal dari keberhasilan pelaksanaan teknik

analisis data di industri perbankan adalah sistem penilaian penipuan Falcon, yang

Page 3: Rmk 3 Fraud Data Mining.

didasarkan pada shell jaringan saraf. Industri ritel juga menderita dari penipuan di

POS . Beberapa supermarket sudah mulai memanfaatkan digital televisi sirkuit

tertutup (CCTV) bersama-sama dengan data POS yang paling rentan terhadap

transaksi penipuan. Transaksi internet baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran

besar, beberapa penelitian menunjukkan bahwa penipuan transaksi internet adalah

12 kali lebih tinggi daripada penipuan di toko.

C. Cara Mendeteksi Fraud pada Data Mining

Pada zaman sekarang ini, dimana semua teknologi sudah membuat pekerjaan

manusia menjadi mudah maka penipuan/penyalahgunaan teknologi kerap terjadi.

Hal tersebut jika terjadi dapat merugikan banyak pihak. Hal yang seharunya

menjadi rahasia perusahaan untuk menganalisis dan memutuskan sebuah langkah

cerdas untuk kemajuan perusahaannya pun tersebar dengan mudah. Dengan

demikian antisipasi terhadap penyalahgunaan dan penipuan tersebut pun gencar

dibuat untuk menjamin kerahasiaan masing-masing perusahaan.

Persaingan ketat dalam industri keuangan harus menjadi perhatian pelaku

bisnis. Di industri perbankan, misalnya, mereka harus mempersiapkan strategi

yang tepat untuk menjawab persaingan, di mana berbagai bank menawarkan

produk yang sama dengan pelayanan yang juga memiliki kualitas sama.

Bagi nasabah, mereka memiliki banyak pilihan dan mereka dapat dengan

mudah berpindah dari satu bank ke bank lainnya dengan membandingkan jenis

penawaran dan juga nilai yang didapatkan. Selain itu, perusahaan juga harus

memberikan pelayanan terbaik karena nasabah dapat bereaksi dengan cepat, lebih

nyata, dan terkadang memiliki resistansi tinggi jika sudah pernah mengalami

permasalahan. Untuk memahami nasabah, perusahaan memerlukan satu paket

teknologi yang mudah digunakan dan terintegrasi untuk membuat dan membagi

wawasan, sehingga dapat dipergunakan untuk menghasilkan keputusan yang lebih

baik.

Manfaat costumer analytics dalam perbankan adalah bereaksi cepat terhadap

perubahan perilaku nasabah; mengurangi risiko nasabah dan pihak lainnya;

mengurangi risiko operasional, efektif kampanye marketing; memprediksi jalur

Page 4: Rmk 3 Fraud Data Mining.

komunikasi yang tepat bagi tiap nasabah; menyediakan daftar prospek sales yang

lengkap dengan cara efisien, mengatur debt collection, menangkap pelaku

kejahatan dengan cepat, sebelum mereka meninggalkan kantor cabang;

mendeteksi penipuan kartu kreit dan online banking; dan menyediakan riset dan

pelaporan yang lebih baik bagi para sales.

Saat ini, perusahaan yang memiliki pemikiran ke depan menggunakan

software data mining SAS untuk mendeteksi penipuan, meminimalisasi risiko,

mengantisipasi permintaan tenaga kerja, meningkatkan respon kampanye

marketing dan mengendalikan perpindahan nasabah. Tiap bank memiliki banyak

data nasabah dan mereka dapat memaksimalkan data tersebut untuk meningkatkan

sumber daya untuk meningkatkan kualitas manajemen hubungan nasabah.

Namun, hambatan yang biasanya terjadi di bank, data tersebut tersebar di

beberapa divisi berbeda. Wawasan pun menjadi tidak terlihat dan harus digali

untuk dibagikan lintas divisi, tetapi tetap harus dijaga dan dilindungi

kerahasiaannya. Untuk mentransformasikan informasi menjadi wawasan, bank

memerlukan solusi data mining.

Page 5: Rmk 3 Fraud Data Mining.

CONTRACT FRAUD

A. Hukum Perikatan

Perjanjian adalah peristiwa di mana pihak yang satu berjanji kepada pihak

yang lain untuk melaksanakan suatu hal. Dari perjanjian ini maka timbulah suatu

peristiwa berupa hubungan hukum antara kedua belah pihak. Hubungan hukum

ini yang dinamakan dengan perikatan.

Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi di antara dua orang (pihak)

atau lebih, yakni pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib

memenuhi prestasi, begitu juga sebaliknya. R.Subekti tidak menggunakan istilah

hukum perikatan, tetapi menggunakan istilah perikatan sesuai dengan judul Buku

III KUH Perdata tentang perikatan. Dalam bukunya-Pokok-Pokok Hukum

Perdata, R. Subekti menulis perkataan perikatan (verbintenis) mempunyai arti

yang lebih luas dari perkataan perjanjian, sebab di dalam Buku III KUH Perdata

memuat tentang perikatan yang timbul dari :

1. Persetujuan atau perjanjian

2. Perbuatan yang melanggar hukum

3. Pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan

(zaakwaarnemiing)

B. Dasar Hukum Perikatan

Dasar hukum suatu perikatan ialah bersumber dari :

1. Perundang-undangan, atau

2. Kontrak. (lihat pasal 1233 KUH Perdata)

Kedua sumber dari perikatan tersebut diatur dalam buku ketiga KUH Perdata.

Suatu perikatan yang bersumber dari perundang-undangan dapat dibagi kedalam

dua kategori sebagai berikut:

Perikatan semata-mata karena undang-undang, yang terdiri dari :

1. Perikatan yang menimbulkan kewajiban bagi penghuni pekarangan yang

berdampingan (pasal 625 KUH Perdata)

Page 6: Rmk 3 Fraud Data Mining.

2. Perikatan yang menimbulkan kewajiban mendidik dan memelihara anak

(pasal 104

KUH Perdata)

Perikatan karena undang-undang tetapi lewat perbuatan manusia, yang terdiri

dari :

1. Perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad, tort), vide paasl 1354

KUH Perdata

2. Perbuatan Menurut Hukum (rechtmatige daad), terdiri dari :

Perwakilan sukarela (zaakwaarneming), vide pasal 1354 KUH

Perdata.

Pembayaran tidak terutang (pasal 1359 ayat (1) KUH Perdata).

Perikatan wajar (Naturlijke Verbintennissen), vide pasal 1359 ayat

(2) KUH Perdata.

C. Perikatan yang Bersumber Dari Kontrak.

Disamping perikatan yang bersumber dari perundang-undangan, terdapat

juga perikatan yang bersumber dari kontrak (perjanjian). Perikatan yang

bersumber dari kontrak ini pada prinsipnya mempunyai kekuatan yang sama

dengan perikatan yang bersumber dari perundang-undangan. Dasar hukum dari

kekuatan suatu kontrak tersebut adalah Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang

menyatakan bahwa suatu kontrak yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang

undang bagi mereka yang membuatnya. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata

tentang perikatan, khususnya yang berkaitan dengan kontrak berlaku terhadap:

1. Kontrak bernama (kontrak khusus)

2. Kontrak umum ( tidak bernama).

Yang merupakan kontrak bernama menurut KUH Perdata adalah sebagai berikut :

1. Kontrak jual-beli, pasal 1457 sampai dengan pasal 1540.

2. Kontrak tukar- menukar, mulai pasal 1541 sampai dengan pasal 1546.

3. Kontrak sewa-menyewa, mulai dari pasal 1548 sampai dengan 1600.

4. Kontrak persetujuan untuk melakukan pekerjaan, mulai dari pasal 1601

sampai dengan pasal 1617.

Page 7: Rmk 3 Fraud Data Mining.

5. Kontrak perseroan, mulai dari pasal 1618 sampai dengan pasal 1652.

6. Kontrak perkumpulan, mulai dari pasal 1653 sampai dengan pasal 1665.

7. Kontrak hibah, mulai dari pasal 1666 sampai dengan pasal 1693.

8. Kontrak penitipan barang, mulai dari pasal 1694 sampai dengan pasal 1739.

9. Kontrak pinjam pakai, mulai dari pasal 1740 sampai dengan pasal 1743.

10. Kontrak pinjam mengganti, mulai dari pasal 1754 sampai dengan pasal 1769.

11. Kontrak bunga tetap atau bunga abadi, mulai dari pasal 1770 sampai dengan

pasal 1773.

12. Kontrak untung-untungan, mulai dari pasal 1774 sampai dengan pasal 1791.

13. Kotrak pemberian kuasa, mulai dari pasal 1792 sampai dengan pasal 1819.

14. Kontrak penanggungan utang, mulai dari pasal 1820 sampai dengan pasal

1850.

15. Kontrak perdamaian, mulai dari pasal 1851 sampai dengan pasal 1864.

D. Asas-Asas dalam Hukum Perjanjian

Asas-asas dalam hukum perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata,

yakni menganut asas kebebasan berkontrak dan asas konsensualisme.

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak terlihat di dalam Pasal 1338 KUH Perdata

yang menyebutkan bahwa segala sesuatu perjanjian yang dibuat adalah sah bagi

para pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya. Dengan demikian, cara ini dikatakan sistem terbuka, artinya

bahwa dalam membuat perjanjian ini para pihak diperkenankan untuk

menentukan isi dari perjanjiannya dan sebagai undang-undang bagi mereka

sendiri, dengan pembatasan perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan

dengan ketentuan undang-undang, ketertiban umum, dan norma kesusilaan.

2. Asas Konsensuaiisme

Asas konsensualisme, artinya bahwa perjanjian itu lahir pada saat

tercapainya kata sepakat antara para pihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak

memerlukan sesuatu formalitas. untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat

syarat yaitu:

Page 8: Rmk 3 Fraud Data Mining.

1. Kata sepakat antara para pihak yang mengikatkan diri. Kata sepakat antara

para pihak yang mengikatkan diri, yakni para pihak yang mengadakan

perjanjian harus saling setuju dan seia sekata dalam hal yang pokok dari

perjanjian yang akan diadakan tersebut. Dengan demikian, kata sepakat

tersebut dapat dibatalkan jika terdapat unsur-unsur penipuan, paksaan,

daakekhilafan. Di dalam Pasal 1321 KUH Perdata dinyatakan bahwa tiada

sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan secara kekhilafan atau di-

perolehnya dengan paksaan/penipuan.

2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian

Cakap untuk membuat suatu perjanjian, artinya bahwa para pihak hams

cakap menurut hukum, yaitu telah dewasa (berusia 21 tahun) dan udak di

bawah pengampuan.

3. Mengenai suatu hal tertentu

Mengenai suatu hal tertentu, artinya apa yang akan diperjanjikan harus

jelas dan terinci (jenis, jumlah, dan harga) atau keterangan terhadap objek,

diketahui hak dan kewajiban tiap-tiap pihak, se-hingga tidak akan terjadi

suatu perselisihan antara para pihak.

4. Suatu sebab yang halal

5. Suatu sebab yang halal, artinya isi dari perjanjian itu harus mem-punyai

tujuan (causa} yang diperbolehkan oleh undang-undang, kesusilaan, atau

keterriban umum.

Dengan demikian, jika dilihat dari syarat-syarat sahnya suatu perjanjian

maka dapat dibedakan menjadi dua bagian dari suatu perjanjian, yaitu

bagian inti dan bagian bukan inti.

a. Bagian inti (ensensial)

Bagian inri (ensensial) adalah bagian yang sifatnya harus ada di dalam

perjanjian. Jadi, sifat ini yang menentukan atau menyebabkan

perjanjian itu tercipta.

b. Bagian bukan inti

Bagian bukan inti terdiri dari naturalia dan aksidentialia.

Page 9: Rmk 3 Fraud Data Mining.

1. Naturalia adalah sifat yang di bawa oleh perjanjian, sehingga secara

diam-diam melekat pada perjanjian, seperti menjamin tidak ada cacat

dalam benda yang akan dijual.

2. Aksidentialia adalah sifat melekat pada perjanjian yang secara tegas

diperjanjikan oleh para pihak.

E. Contract Fraud

Penipuan (bedrog, fraud, misrepresentation) dalam suatu kontrak terjadi

ketika salah satu pihak dalam kontrak menyajikan informasi yang lain yang tidak

benar, curang, atau dimaksudkan untuk membingungkan pihak lain atau suatu tipu

muslihat yang dipakai oleh salah satu pihak sehingga menyebabkan pihak lain

dalam kontrak tersebut telah menandatangani kontrak tersebut, padahal tanpa tipu

muslihat tersebut, pihak lain itu tidak akan menandatangani kontrak yang

bersangkutan. Dapat dilihat pada pasal 1328 KUH Perdata.

Tipu muslihat yang dimaksud dalam pasal 1328 KUH Perdata ini haruslah

bersifat substansial. Karena itu, jika seorang penjual terlalu memuji-muji barang

dagangannya padahal kenyataannya barang tersebut tidak seperti yang

dikatakannya. Hal tersebut belum cukup untuk dapat membatalkan kontrak jual

beli tersebut berdasarkan atas pasal 1328 KUH Perdata. Akan tetapi jika penjual

bertindak sedemikian rupa, misalnya dengan sengaja mengatakan barang tersebut

produk luar negri, padahal sebenarnya dia mengetahui bahwa barang tersebut

produk lokal yang mutunya jauh dibawahnya, bahkan dengan memalsukan surat-

menyurat, maka tipu muslihat tersebut sudah dapat dianggap substansial, sehingga

kontrak yang bersangkutan dapat dibatalkan. Hanya saja dari segi pembuktian,

menurut pasal 27 1328 KUH Perdata, suatu penipuan tidaklah boleh

dipersangkakan, melainkan haruslah benar-benar dibuktikan sebagaimana

mestinya.

Dilihat dari segi keterlibatan pihak yang melakukan penipuan, suatu

penipuan dalam kontrak dapat dibagi kedalam :

a. Penipuan disengaja (intentional misrepresentation)

b. Penipuan karena kelalaian (negligent misrepresentation)

c. Penipuan tanpa kesalahan (innocent misrepresentation)

Page 10: Rmk 3 Fraud Data Mining.

d. Penipuan dengan jalan merahasiakan (concealment)

e. Penipuan dengan jalan tidak terbuka informasi (nondisclosure)

Undang- undang tidak memperbedakan semua jenis penipuan tersebut.

Karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua jenis penipuan tersebut dapat

menyebabkan dibatalkannya suatu kontrak dengan alasan tidak sempurnanya

unsur kesepakaatan kehendak berdasarkan pasal1320 KUH Perdata. Hanya saja,

terhadap jenis ketiga yaitu penipuan tanpa kesalahan,sebenarnya lebih merupakan

pelanggaran berupa “kesilapan” (dwaling, mistake) daripada“penipuan”.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu penipuan dalam kontrak dapat

menyebabkan pembatalan kontrak yang bersangkutan, yaitu sebagai berikut:

a. Penipuan harus mengenai fakta.

b. Penipuan harus terhadap fakta substansial.

c. Pihak yang dirugikan berpegang pada fakta yang ditipu tersebut.

d. Penipuan termasuk juga nondisclosure.

e. Penipuan termasuk juga kebenaran sebagian (half truth).

f. Penipuan termasuk juga dalam bentuk tindakan (positive action).

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan satu per satu dari syarat-

syarat penipuan dalam kontrak seperti tersebut diatas, yaitu sebagai berikut:

1. Penipuan harus mengenai fakta

Agar suatu penipuan dapat dibatalkan karena alasan tidak tercapainya

kesepakatan kehendak karena adanya penipuan, maka penipuan tersebut biasanya

mengenai fakta. Jadi, ada fakta yang tidak benar dari yang ada dalam kenyataan.

Karena itu, jika seorang pembeli sebuah barang dikatakan bahwa barang,

katakanlah sebuah mobil second hand dalam keadaan bagus, ternyata mobil

tersebut tidak dalam keadaan bagus, maka hal tersebut belum dapat dikatakan

penipuan sehingga dapat membatalkan kontrak. Karena bagus atau tidaknya

sebuah mobil sangat relatif dan itu lebih merupakan sebuah pendapat dari pada

merupakan sebuah fakta. Karena, pendapat yang bersifat iklan atau bahasa

dagang(mere puffing atau trade talk).

Page 11: Rmk 3 Fraud Data Mining.

Dalam hal jual beli sampai batas-batas tertentu masih dapat ditoleransi.

Akan tetapi jika pendapat “bagus” tentang mobil tersebut lebih merupakan bagus

secara mekanik, jika ternyata dalam kenyataan tidak demikian halnya, maka hal

tersebut lebih merupakan fakta, bukan lagi hanya pendapat. Disamping itu,

sungguh pun pernyataan tersebut semata-mata pendapat, tetapi andaikan dalam

kasus-kasus tertentu memang pendapat yang lebih ditonjolkan, maka penipuan

juga dianggap telah terjadi. Misalnya jika pendapat itu diberikan oleh yang

dianggap para ahli atau para professional untuk itu.

2. Penipuan harus terhadap fakta substansial.

Seperti telah disebutkan diatas bahwa telah tipu muslihat yang dimaksud

dalam pasal 1328 KUH Perdata ini haruslah merupakan fakta yang substansial.

Karena itu, seperti dalam kasus jual beli mobil bekas tersebut diatas, maka jika

seorang penjual terlalu memuji-muji barangnya dagangannya padahal

kenyataannya barang tersebut tidak seperti yang dikatakannya, hal tersebut belum

cukup untuk dapat membatalkan kontrak jual-beli tersebut berdasarkan atas pasal

1328 KUH Perdata. Akan tetapi jika penjual bertindak sedemikian rupa, misalnya

dengan sengaja mengatakan barang tersebut produk luar negri, padahal

sebenarnya dia mengetahui bahwa barang tersebut produk lokal yang mutunya

jauh dibawahnya, bahkan dengan memalsukan surat-menyurat, maka tipu meslihat

tersebut sudah dapat dianggap substansial, sehingga kontrak yang bersangkutan

dapat dibatalkan.

3. Pihak yang dirugikan berpegang pada fakta yang ditipu tersebut.

Seperti yang telah disebutkan bahwa penipuan (dwaling,

misrepresentation) dalam suatu kontrak merupakan suatu tipu muslihat yang

dipakai oleh salah satu pihak sehingga menyebabkan pihak lain dalam kontrak

tersebut telah menandatangani kontrak tersebut.

Padahal tanpa tipu muslihat tersebut, pihak lain itu tidak akan menandatangani

kontrak yang bersangkutan. Jadi pihak yang dirugikan tersebut memang

berpegang pada fakta yang tidak benar tersebut.

Page 12: Rmk 3 Fraud Data Mining.

4. Penipuan termasuk juga nondisclosure

Suatu penipuan dalam kontrak dapat berupa pernyataan yang isinya tidak

benar. Akan tetapi disamping pernyataan yang isinya tidak benar tersebut, suatu

penipuan dapat juga berupa hanya “merahasiakan” (non disclosure) terhadap

informasi yang substansial. Misalnya seorang penjual menetahui bahwa pembeli

mencari barang yang baru, tetapi dia diam saja ketika dia menjual barang

kepadanya dalam keadaan bekas pakai.

5. Penipuan termasuk juga kebenaran sebagian (half truth)

Suatu penipuan dalam kontrak dapat juga terjadi manakala suatu fakta

dibuka sebagian (yangbaik-baik saja) sedangkan sebagiannya lagi (yang jelek-

jelek) tetap dirahasiakan, sehingga menimbulkan kesan yang menyesatkan

(misleading).

6. Penipuan termasuk juga dalam bentuk tindakan (positive action)

Penipuan dapat terjadi karena adanya pernyataan tentang fakta tertentu

dari salah satu pihak yang kemudian fakta tersebut ternyata tidak benar.

Disamping itu, suatu penipuan dapat juga terjadi tanpa pernyataan apa-apa dari

pihak yang melakukan penipuan, tetapi hanya melakukan tindakan tertentu saja.

Misalnya tindakan tersebut dilakukan untuk menutupi sesuatu yang dirahasiakan.

Misalnya suatu pembelian mobil bekas taxi, tetapi menjelang dijualnya mobil

yang bersangkutan, oleh penjualnya diubah surat-surat mobil tersebut sehingga

tidak kelihatan bahwa mobil tersebut bekas taxi. Tindakan mengubah surat-surat

tersebut juga dapat dianggap sebagai penipuan.

Page 13: Rmk 3 Fraud Data Mining.

BRIBERY

A. Defenisi Bribery

Suap (bribery) berasal dari kata briberie (Perancis) yang artinya adalah

’begging’ (mengemis) atau ’vagrancy’ (penggelandangan). Dalam bahasa Latin

disebut briba, yang artinya ’a piece of bread given to beggar’ (sepotong roti yang

diberikan kepada pengemis). Dalam perkembangannya bribe bermakna ’sedekah’

(alms), ’blackmail’, atau ’extortion’ (pemerasan) dalam kaitannya dengan ’gifts

received or given in order to influence corruptly’ (pemberian atau hadiah yang

diterima atau diberikan dengan maksud untuk memengaruhi secara jahat atau

korup).

Menurut Transparency International , suap berarti :

“An offer or receipt of any gift, loan, fee, reward or other advantage to or

from any person as an inducement to do something wich is dishonest, illegal or a

breach of trust, in the conduct of the enterprise’s business”

Suap-menyuap bersama- sama dengan penggelapan dana-dana publik

(embezzlement of public funds) sering disebut sebagai inti atau bentuk dasar dari

tindak pidana korupsi. Suap (bribery) adalah suatu tindakan yang melawan hukum

berupa sejumlah uang, barang, atau perjanjian khusus kepada orang yang

berpengaruh besar dengan tujuan pelancaran suatu kepentingan.

Suap (bribery) juga merupakan suatu tindakan yang tidak etis karena

tindakan ini tidak mempunyai nilai moral baik menurut konteks pribadi dengan

lingkungan maupun dalam konteks profesional dan dapat berdampak negatif

dalam suatu kehidupan, karena dapat mencederai tegaknya hukum yang berlaku,

menimbulkan ancaman stabilitas ekonomi, merusak nilai-nilai etika, lembaga-

lembaga, nilai-nilai demokrasi, kompetisi bisnis yang jujur dan keadilan.

Tindakan suap merupakan upaya mempengaruhi untuk melakukan sesuatu

yang tidak wajar dan tidak syah. Yang dimaksud dengan ‘tidak wajar’ dan ‘tidak

syah’ adalah bilamana terjadi konversi dana atau barang yang diberikan menjadi

kekuasaan untukmengambil keputusan yang bersifat tidak adil dan tidak

Page 14: Rmk 3 Fraud Data Mining.

transparan. Walaupun suap merupakan suatu tindakan transaksi tetapi tidak dapat

dianggap sebagaitransaksi bisnis.

Transaksi suap ditandai oleh keterlibatan paling tidak dua orang di mana

paling sedikit salah seorang bertindak atas kewenangan mewakili perusahaan atau

sebagai agen dari perusahaan. Bila agen dari perusahaan tidak melaporkan atau

menyerahkan dana atau barang yang diterima dari pihak yang bertransaksi kepada

prinsipal, maka yang bersangkutan melakukan tindakan yang tidak transparan,

tidak wajar dan tidak syah. Perusahaan sebagai prinsipal dapat menganggap telah

terjadi pelanggaran kepercayaan maupun wewenang. Baik pihak pemberi maupun

pihak penerima suap terlibat dalam tindakan suap. Pihak pemberi dianggap

berupaya mempengaruhi pihak penerima untuk melakukan tindakan tidak etis

yaitu menyalah-gunakan wewenangnya. Pihak penerima melakukan tindakan

tidak etis karena tidak memberikannya pada prinsipal dan diambil sebagai hak

miliknya sendiri.

Suap merupakan tindakan yang bukan saja tidak mengikuti kaidah etika

bisnis tetapi juga memiliki implikasi hukum, khususnya bila suap dilakukan pada

pegawai negeri atau pejabat negara sebagaimana tertuang dalam naskah Undang-

undang 20/2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi.

B. Dampak Terjadinya suap

Esensi bisnis adalah suatu transaksi barang atau jasa antara paling sedikit

dua pihak. Kedua belah pihak melakukan negosiasi untuk menentukan dan

mencapai kesepakatan nilai atas barang atau jasa yang diperjual-belikan. Dalam

kondisi tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lainnya atau ‘cetiris paribus’

maka proses negosiasi demikian dianggap murni proses transaksi bisnis. Proses

transaksi murni bisnis di atas dapat menyimpang atau menjadi tidak murni lagi

bila dalam proses transaksi yang berjalan, khususnya dalam pengambilan

keputusan dan pencapaian kesepakatan, diwarnai oleh upaya mempengaruhi

ataupun memperoleh manfaat yang tidak transparan dan tidak dapat

dipertanggung-jawabkan untuk kepentingan diri atau suatu kelompok. Tindakan

demikian membawa dampak yang merugikan konsumen maupun kondisi ekonomi

secara makro. Yang menanggung biaya untuk melakukan suap ini para konsumen

Page 15: Rmk 3 Fraud Data Mining.

sehingga pada akhirnya, kemampuan membeli konsumen berkurang. Bisnis dapat

melakukan suap untuk memperoleh perlakukan istimewa atau khusus dalam

berbagai proses berbisnis seperti percepatan perolehan izin, perolehan tender,

pemasokan barang dan jasa, bahkan untuk memperoleh informasi dari dalam

(‘inside information’) yang menyebabkan persaingan bisnis menjadi tidak sehat.

Suap merupakan salah satu bentuk korupsi yang hadir di Indonesia dan

sudah berada pada taraf yang parah. Suap tidak hanya terjadi dalam hubungan

pelaku bisnis dengan instansi pemerintah, tetapi juga dalam hubungan antar-

pelaku bisnis sendiri, dan dalam kehidupan sehari-hari. Efek suap dan korupsi

terlihat dalam kondisi makro perekonomian Indonesia .Dampak berupa

kebocoran dalam arus dana perekonomian Indonesia tinggi karena sifat

perekonomiannya menjadi ekonomi mencari ‘rente’ (rentseeking). Dana yang

seharusnya diperuntukkan untuk baik kesejahteraan masyarakat maupun

peningkatan kegiatan ekonomi, khususnya bisnis di Indonesia, hilang dan menjadi

milik pribadi. Seperti terlihat dalam bagan gambar bagan 1. Dalam bagan 1

tersebut terlihat bahwa kebocoran dana berupa korupsi tidak hanya terjadi dalam

sektor pemerintah atau birokrasi pemerintah saja, tetapi juga dapat terjadi dalam

transaksi antar-bisnis atau “bisnis-to-bisnis”, maupun bisnis dengan pemerintah.

Bagan 1: Kebocoran dalam arus dana perekonomian.

Seperti terlihat dalam bagan 1, kebocoran arus dana yang berkaitan dengan

kegiatan bisnis dapat terjadi di empat titik:

Page 16: Rmk 3 Fraud Data Mining.

1. Dana pemerintah untuk pemasokan barang dan jasa serta proyek yang

dialirkan ke bisnis.

2. Dana bisnis untuk pembayaran pajak, perolehan berbagai izin dan

ketentuan lain dari pemerintah.

3. Dana masyarakat untuk investasi yang mengalir ke bisnis dapat dikenakan

‘markup’.

4. Dana yang mengalir untuk transaksi antar-bisnis.

Efek suap yang utama adalah timbulnya ekonomi biaya tinggi dan

berakibat makin tingginya tingkat harga barang dan jasa karena harus menutup

biaya yang tidak langsung berkaitan dengan proses produksi barang dan jasa.

Konsumen dirugikan.Suap meningkatkan ketidak-pastian karena persaingan

pasar menjadi tidak sehat. Keberhasilan bergantung pada kekuatan dan

kesanggupan menyisihkan dana untuk suap, bukan peningkatan kualitas produk

dan jasa.

TRAVEL EXSPENSE

A. Defenisi Travel expenses

Page 17: Rmk 3 Fraud Data Mining.

Travel expenses adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan suatu organisasi

atau perusahaan yang diberikan kepada karyawan yang akan melaksanakan

perjalanan dinas. Maksudnya perjalanan dinas adalah kegiatan yang dilakukan

oleh seorang atau lebih karyawan perusahaan yang berhubungan dengan pekerjaan

nya demi kepentingan perusahaan. Mungkin ada karyawan yang sangat sering

melakukan perjalanan dinas sehingga frekuensi kehadirannya di perusahaan

sangat jarang.

Beberapa waktu lalu mentri keuangan mengeluarkan ketentun perjalanan

dinas dengan sistem “LUMPSUM”. Maksud dari sistem ini adalah setiap

karyawan yang melakukan perjalanan dinas akan mendapatkan sejumlah uang

tertentu yang dibayarkan sekaligus. Dan didlam sistem ini termsuk diantaranya

biaya penginapan, transportasi, dan biaya hidup selama perjalanan dinas.

Dan biaya yang biasanya dikeluarkan untuk perjalanan dinas ini tidaklah

sedikit,dan semua biaya itu adalah berasal dari uang rakyat yang dikumpulkan

melalui pajak. Karena itu setiap perjalanan dinas yang dilakukan haruslah sesuai

dengan prinsip-prinsip penggunaan keuangan. Sering kita temui banyak karywan

yang melakukan perjalanan dinas menyalahgunakan biaya yang telah diberikan

perusahaan. Salah satu contoh banyak pegawai yang memilih penginapan ataupun

wisma bahkan menumpang dirumah teman ataupun saudara demi menghemat

biaya. Dan semua itu dilakukan demi bsa membawa uang pulang. Ada juga yang

mengurang waktu perjalanan dinas nya. Oleh karena itu sistem lumpsum

pendanaan untuk perjalanaan dinas ini sering diselewengkan banyak karyawan

yang melakukan perjalanan dinas demi dana “saving”

Dan kini sistem “ LUMPSUM “ tidak berlaku sepenuhnya. Mendagri

melalui keputusan  No 16/2013 telah menentukan agar perjalanan dinas melalui

Anggaran Belanja Pemerintah Daerah (APBD) berdasarkan kebutuhan nyata (riil)

atau at cost. Uang yang diterima pegawai yang melakukan tugas perjalanan dinas

akan diberikan setelah yang bersangkutan melampirkan bukti perjalanan berupa

tiket transportasi, tikel hotel, transport local dan biaya akomodasi lainnya.

Page 18: Rmk 3 Fraud Data Mining.

Sistem at cost ini berbeda dengan sebelumnya yang menggunakan lumpsum,

di mana jika ada kelebihan pembayaran dari Negara kepada yang bersangkutan

tidak dikembalikan dan inilah yang menjadi keuntungan  atau saving pegawai

yang melaksanakan perjalanan dinas. Namun dengan system at cost, maka jika

ada kelebihan  biaya perjalanan harus dikembalikan ke kas daerah. Dengan sistem

at cost ini semua dana SPPD akan diminta tanda terima atau bukti kwitansi/tiket

pesawat/boarding, juga tiket kamar hotel, transportasi lokal, akomodasi dan yang

lainnya.

Penerapan at cost berlaku  hanya untuk beberapa aspek seperti biaya pulang-

pergi, biaya penginapan dan sebagainya. Namun untuk biaya makan dan uang

saku tidak diterapkan sistem at cost.

sistem ini demi efisiensi anggaran dan menghindari aksi tipu-tipu dalam

penggunaan anggaran perjalanan dinas. dengan sistem lumpsum penyelewengan

besar, misalnya, tiket harusnya eksekutif, tapi realisasinya ekonomi, demikian

juga biaya hotel, kenyataanya bisa lebih rendah dari anggarannya.

Jika selama ini ada pegawai yang titip  beberapa SPPD (Surat Perintah

Perjalanan Dinas) dan yang berangkat satu atau dua orang saja untuk membawa

sekian lembar SPPD ketempat yang dituju, maka dengan system at cost tersebut

sangat tidak mungkin dilakukan, karena SPPD bias cair jika dilengkapi bukti

perjalanan, seperti tiket pesawat dan tiket hotel. Artinya, dengan cara at cost

SPPD fiktif sangat tidak mungkin dilakukan, berbeda jika system lumpsum, di

mana hanya bukti SPPD dan cap tanda tangan daerah tujuan.

Biaya Perjalanan Dinas yang diberikan sebagai berikut:

1. Uang Harian yang meliputi uang makan, uang saku, dan transport lokal

2. Biaya transport pegawai

3. Biaya penginapan

4. Uang representative/harian

5. Sewa kendaraan dalam kota

Page 19: Rmk 3 Fraud Data Mining.

Sebagaimana penjelasan di atas, untuk uang harian/representasi ini juga

diberikan secara lupmsum dan tidak perlu bukti pengeluaran,  sementara

penggunaan yang lainnya harus ada bukti kwitansi/tiket. Dalam Peraturan Menteri

Keuangan tentang standar biaya perjalanan dinas, batas tertinggi biaya penginapan

tersebut dibedakan antara provinsi dan kelas kamar hotelnya. Bagi pegawai yang

melakukan perjalanan dinas bersamaan dalam satu group tetapi berbeda tingkat

perjalanan dinas, dapat menginap pada hotel yang sama tetapi harus tetap

memperhatikan plafond anggaran untuk masing-masing tingkatan. Pemberian

uang penginapan ini dilakukan secara at cost, yaitu sesuai dengan bukti yang

dikeluarkan.  

Tapi , kalau seandainya pegawai yang melakukan perjalanan dinas pulang

lebih awal dari hari yang tertera dalam surat tugas maka pejabat yang

bersangkutan harus mengembalikan uang harian tersebut. Hal ini dapat dibuktikan

dengan tanggal yang tertera dalam tiket pergi dan pulang pejabat yang

bersangkutan. Selain itu Uang harian ini juga diberikan secara lupmsum.

Mengapa? Setiap orang berbeda dalam mempergunakan uang harian tersebut.

Secara normal uang harian tersebut dapat mencukupi kebutuhan pegawai yang

melakukan perjalanan dinas untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Dengan asumsi bahwa sarapan pagi akan diperoleh dari hotel tempat

menginap maka uang tersebut praktis dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan

makan siang dan makan malam ditambah keperluan pribadi dan transport lokal

setelah berada di tempat tujuan. Tetapi mungkin saja ada yang sangat konsumtif

sehingga uang harian tersebut tidak mencukupi, sehingga pegawai yang

bersangkutan harus mengeluarkan kocek pribadinya. Oleh karena itulah mengapa

untuk uang harian ini diberikan secara lumpsum, karena setiap orang tidak sama

pola konsumsinya. Jadi keputusan diserahkan kepada mereka yang melaksanakan

perjalanan dinas, apakah mau berhemat atau menghabiskan uang harian yang

diperolehnya.