Rlp

14
i Oleh : I Putu Budiana NIM. 1529051007 REFORMASI LANDASAN PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA DENPASAR 2015

description

matakuliah RLF

Transcript of Rlp

Page 1: Rlp

i

Oleh :

I Putu Budiana

NIM. 1529051007

REFORMASI LANDASAN PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

DENPASAR

2015

Page 2: Rlp

ii

Kata Pengantar

Hanyalah sebuah kesombongan yang berani mengklaim bahwa suatu karya

dapat tercipta tanpa bantuan orang lain. Dengan memiliki kesadaran seperti itu,

penulis merasa sangat perlu menyampaikan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas karunia yang telah Beliau berikan sehingga terselesaikannya makalah yang

berjudul “Reformasi Landasan Pendidikan ”. Tidak lupa pula penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang

membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dengan penuh kesadaran pula penulis mengakui bahwa skripsi ini masih

belum sempurna. Maka itu, segala saran dan masukan konstruktif dari pembaca

sekalian akan diterima dengan rendah hati. Kendati demikian, besar harapan

penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Demikian yang dapat penulis

sampaikan, akhir kata diucapkan terima kasih.

A Denpasar, November 2015

Penulis,

I Putu Budiana

Page 3: Rlp

iii

Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………………………………………………..ii

Daftar Isi………………………………………………………………….………………...iii

Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………....1

1.1.Latar Belakang……………………………………………………………………….... .1

1.2.Rumusan Masalah ……………………………………………………………………. ..3

1.3.Tujuan Penulisan………………………………………………………………………...3

Bab II Kajian Pustaka…………………………………………………………………......4

2.1.Landasan-landasan pendidikan nasional…………………………………………….4

2.1.1. Landasan Filosopis…………………………………………………………….4

2.1.2. Landasan Sosiologis……………………………………………………………5

2.1.3. Landasan Kultural……………………………………………………………..5

2.1.4. Landasan Psikologis…………………………………………………………....5

2.1.5. Landasan IPTEK………………………………………………………………6

2.1.6. Landasan Yuridis………………………………………………………………6

Bab III Pembahasan………………………………………………………………………..7

3.1.Kondisi Pendidikan di Indonesia…………………………………………………….. 7

3.2.Bentuk reformasi landasan pendidikan Indonesia……………………………..……7

3.2.1. Reformasi Landasan Yuridis pendidikan…………………………………….7

3.2.2. Reformasi Kurikulum dan Perangkat Penunjangnya……………………….8

3.2.3. Reformasi Struktur Pendidikan (Pola Masa Studi)………………………….9

Bab IV Penutup…………………………………………………………………………… .10

4.1. Simpulan……………………………………………………………………………….. .10

Daftar Pustaka

Page 4: Rlp

1

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Reformasi merupakan suatu ungkapan yang berarti pembaharuan dari suatu

sektor yang merujuk kepada perubahan kearah lebih baik. Reformasi terjadi di berbagai

sektor kehidupan berbangsa dan bernegara, baik di bidang sosial, politik, maupun

budaya. Adanya reformasi disetiap sektor kehidupan berbangsa dan bernegara

memang lah sangat penting, sebagai hasil refleksi dan evaluasi dari setiap kebijakan

yang telah di ambil. Salah satu reformasi yang sering kita dengar di dengunkan adalah

sector pendidikan. Betapa tidak setiap berganti pemerintahan selalu dilakukan

perubahan disektor pendidikan dengan mengatas namakan reformasi pendidikan. Salah

satu perubahan yang sering terjadi adalah perubahan kurikulum. Mulai dari kurikulum

1994, hingga sekarang kurikulum 2013 kita kenal dengan K13.

Perubahan kurikulum yang terus terjadi setiap pemerintahan berganti membuat

pelaksana pendidikan menjadi bingung akan arah pendidikan Indonesia, pelaksana

pendidikan khususnya guru hanya menjadi pion-pion yang dikejar-kejar perubahan

demi perubahan yang terjadi di sektor pendidikan khususnya kurikulum. Hal ini

mengakibatkan perubahan-perubahan tersebut hanya bersifat administratif karena

pelaksana teknis pendidikan atau guru belum siap untuk menerima perubahan itu,

pelatihan demi pelatihan serasa menjadi tak berguna, dikarenakan ketika guru baru

mulai menemukan inti dari satu perubahan, perubahan berikutnya terjadi. Meski

perubahan yang terjadi berdalih penyempurnaan. Perubahan-perubahan yang

dilakukan yang seolah-olah di sektor kurikulum saja memunculkan pertanyaan, apakah

pendidikan hanya melulu tentang kurikulum?. Seakan kebijakan-kebijakan di bidang

kurikulum tidak sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dan melupakan lanasan-

landasan pendidikan yang ada.

Pendidikan nasional sebagai wahana dan sarana pembangunan negara dan

bangsa dituntut mampu mengantisipasi proyeksi kebutuhan masa depan. Tuntutan

tersebut sangat berkaitan dengan aspek aspek penataan pendidikan nasional yang

bertumpu pada basis kehidupan masyarakat Indonesia secara komprehensif. Untuk

kepentingan penataan pendidikan nasional yang benar-benar merefleksi kehidupan

bangsa maka sangat penting dunia pendidikan berlandaskan filosopis, sosilogis, yuridis

dengan penajaman landasan tersebut secara kritis dan fungsional. Landasan filosopis

pendidikan nasional Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung pada

Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui

penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan tingkat dan jenis

pendidikan. Nilai-nilai tersebut bukan hanya mewarnai muatan pelajaran dalam

kurikulum tetapi juga dalam corak pelaksanaan. Rancangan penanaman nilai budaya

Page 5: Rlp

2

bangsa tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga bukan hanya dicapai penguasaan

kognitif tetapi lebih penting pencapaian afektif. Lebih jauh lagi pencapaian nilai

budaya sebagai landasan filosopis bertujuan untuk mengembangkan bakat, minat

kecerdasan dalam pemberdayaan yang seoptimal mungkin. Dalam penyelenggaraan

pendidikan Lembaga pendidikan harus diberdayakan bersama dengan lembaga sosial

lainnya. Dalam hal ini pendidikan disejajarkan dengan lembaga ekonomi, politik

sebagai pranata kemasyarakatan, pembudayaan masyarakat belajar (society learning)

harus dijadikan sarana rekonstruksi sosial. Apabila perencanaan pendidikan yang

melibatkan masyarakat bisa tercapai maka patologi sosial setidaknya terkurangi.

Rendahnya angka partisipasi masyarakat dalam sekolah terutama dalam membangun

masyarakat belajar hal ini menunjukkan perlunya penguatan landasan sosiologis

pendidikan.

Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia selalu

menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu

dalam Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa,

pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasar Pancasila dan undang-undang

Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman. Kebudayaan

dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, kebudayaan dapat diwariskan

dengan jalan meneruskan kepada generasi penerus melalui pendidikan. Sebaliknya

pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebuadayaan masyarakat dimana proses

pendidikan berlangsung. Pendidikan yang selalu tak terpisahkan dengan unsur manusia

maka secara tidak langsung berkaitan juga dengan unsur psikologis manusia.

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga psikologis merupakan

salah satu landasan yang penting dalam pendidikan. Memahami peserta didik dari

aspek psikologis merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu

hasil kajian dalam penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang

pendidikan, umpamanya pengetahuan tentang urutan perkembangan anak. Setiap

individu memiliki bakat, minat, kemampuan, kekuatan, serta tempo dan irama

perkembangan yang berbeda dengan yang lainnya. Sebagai implikasinya pendidikan

tidak mungkin memperlakukan sama kepada peserta didik. Penyusunan kurikulum

harus berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan

garisgaris besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang

digariskan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan unsur yang tidak teripisahkan

dalam pendidikan Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai

kaitan yang erat. Seperti diketahui IPTEK menjadi isi kajian di dalam pendidikan

dengan kata lain pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan

pengembangan iptek. Dari sisi lain setiap perkembangan iptek harus segera

Page 6: Rlp

3

diimplementasikan oleh pendidikan yakni dengan segera memasukkan hasil

pengembangan iptek ke dalam isi bahan ajar. Sebaliknya, pendidikan sangat

dipengaruhi oleh cabang-cabang iptek (psikologi, sosiologi, antropologi). Seiring

dengan kemajuan IPTEK pada umumnya ilmu pengetahuan juga berkembang

sangat pesat.

Disamping memperhatikan kelima landasan diatas Sebagai penyelenggaraan

pendidikan nasional yang utama, perlu pelaksanaannya berdasarkan undang-

undang. Hal ini sangat penting karena hakikatnya pendidikan nasional adalah

perwujudan dari kehendak UUD 1945 utamanya pasal 31 tentang Pendidikan dan

Kebudayaan. Pentingnya undang-undang sebagai tumpuan bangunan pendidikan

nasional di samping untuk menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting sebagai

penjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia, juga dapat dipedomani bagi

pennyelenggaran pendidikan secara utuh yang berlaku untuk seluruh tanah air.

Berdasarkan uraian diatas reformasi landasan pendidikan sangat menarik untuk

di bahas mengingat landasan pendidikan sebagai hal fundamental dalam

penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu penulis mengangkat isu reformasi

landasan pendidikan Indonesia.

1.2.Rumusan Masalah

a. Bagaimana kondisi sektor pendidikan Indonesia ?

b. Bagaimana upaya reformasi pendidikan indonesa ?

1.3.Tujuan Penulisan

a. Untuk Mengetahui kondisi sektor pendidikan Indonesia

b. Untuk mengetahui upaya reformasi pendidikan indonesa

Page 7: Rlp

4

Bab II

Kajian pustaka

2.2. Landasan-landasan pendidikan nasional

2.2.1. Landasan Filosopis

Filsafat pendidikan nasional Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang

terkandung pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta

didik melalui penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan tingkat

dan jenis pendidikan. Nilai-nilai tersebut bukan hanya mewarnai muatan pelajaran

dalam kurikulum tetapi juga dalam corak pelaksanaan. Rancangan penanaman nilai

budaya bangsa tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga bukan hanya dicapai

penguasaan kognitif tetapi lebih penting pencapaian afektif. Lebih jauh lagi

pencapaian nilai budaya sebagai landasan filosopis bertujuan untuk

mengembangkan bakat, minat kecerdasan dalam pemberdayaan yang seoptimal

mungkin. Dua hal yang dipertimbangkan dalam menentukan landasan filosopis

dalam pendidikan nasional Indonesia. Pertama, adalah pandangan tentang manusia

Indonesia. Filosopis pendidikan nasional memandang manusia Indonesia sebagai:

a. Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya.

b. Sebagai makhluk individu dengan segala hak dan kewajibannya.

c. Sebagai makhluk sosial dengan segala tanggung jawab yang hidup

di dalam masyarakat yang pluralistik baik dari segi lingkungan

sosial budaya, lingkungan hidup dan segi kemajuan Negara

kesatuan Republik Indonesia di tengah-tengah masyarakat global

yang senantiasa berkembang dengan segala tantangannya.

Kedua pandangan filosopis pendidikan nasional dipandang sebagai pranata

sosial yang selalu berinteraksi dengan kelembagaan sosial lain dalam masyarakat.

Karena kedua pandangan filosopis tersebut menjadikan pendidikan nasional harus

ditanggung oleh semua fihak sehingga pendidikan dibangun oleh semua unsur bangsa

sehingga berkontribusi terhadap unsur pranata sosial lainnya. Secara mendasar dapat

ditegaskan bahwa landasan filosopis Pancasila menyimpulkan bahwa sistem

pendidikan nasional menempatkan peserta didik sebagai makhuk yang khas dengan

segala fitrahnya dan tugasnya menjadi agen pembangunan yang berharkat dan

bermartabat. Oleh karena itu manusia Indonesia dipandang sebagai individu yang

mampu menjadi manusia Indonesia yang berakhlak mulia. Karenanya pendidikan

harus mampu mengembangkan menjadi manusia yang memegang norma-norma

keagamaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk Tuhan, Makhluk sosial, dan

makhluk individu.

Page 8: Rlp

5

2.2.2. Landasan Sosiologis

Sistem pendidikan nasional tidak mungkin selalu bertumpu pada pemerintah

sebab dengan adanya krisis Pemerintah semakin tidak mampu membiayai pendidikan,

demikian pula apabila pendidikan hanya terarah pada tujuan pembelajaran murni pada

aspek kognitif, afektif tanpa mengaitkan dengan kepentingan sosial, politik dan upaya

pemecahan problem bangsa maka pendidikan tidak akan mampu dijadikan sebagai

sarana rekonstruksi sosial. Dalam kaitannya dengan perluasan fungsi pendidikan lebih

jauh, maka diperlukan pengembangan sistem pendidikan nasional yang didasarkan atas

kesadaran kolektif bangsa dalam kerangka ikut memecahkan problem sosial.

Pendidikan nasional yang berlandaskan sosiologis dalam penyelenggaraannya

harus memperhatikan aspek yang berhubungan dengan sosial baik problemnya maupun

emografisnya. Masalah yang kini sedang dihadapi bangsa adalah masalah perbedaan

sosial ekonomi sehingga pendidikan dirancang untuk mengurangi beban perbedaan

tersebut. Aspek sosial lainnya seperti ketidaksamaan mengakses informasi yang

konsekuensinya akan mempertajam kesenjangan sosial dapat dieleminir melalui

pendidikan.

2.2.3. Landasan Kultural

Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia selalu

menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu

dalam Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa,

pendidikannasional adalah pendidikan yang berdasar Pancasila dan undang-undang

Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman. Kebudayaan

dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, kebudayaan dapat diwariskan

dengan jalan meneruskan kepada generasi penerus melalui pendidikan. Sebaliknya

pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebuadayaan masyarakat dimana proses

pendidikan berlangsung.

2.2.4. Landasan Psikologis

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga psikologis

merupakan salah satu landasan yang penting dalam pendidikan. Memahami peserta

didik dari aspek psikologis merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan. Oleh

karena itu hasil kajian dalam penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya

dalam bidang pendidikan, umpamanya pengetahuan tentang urutan perkembangan

anak. Setiap individu memiliki bakat, minat, kemampuan, kekuatan, serta tempo dan

irama perkembangan yang berbeda dengan yang lainnya. Sebagai implikasinya

pendidikan tidak mungkin memperlakukan sama kepada peserta didik. Penyusunan

Page 9: Rlp

6

kurikulum harus berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan

dijadikan garisgaris besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar

yang digariskan.

2.2.5. Landasan IPTEK

Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai kaitan yang erat.

Seperti diketahui IPTEK menjadi isi kajian di dalam pendidikan dengan kata lain

pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Dari

sisi lain setiap perkembangan iptek harus segera diimplementasikan oleh pendidikan

yakni dengan segera memasukkan hasil pengembangan iptek ke dalam isi bahan ajar.

Sebaliknya, pendidikan sangat dipengaruhi oleh cabang-cabang iptek (psikologi,

sosiologi, antropologi). Seiring dengan kemajuan iptek pada umumnya ilmu

pengetahuan juga berkembang sangat pesat.

2.2.6. Landasan Yuridis

Landasan yuridis bukan semata-mata landasan bagi penyelenggaraan

pendidikan namun sekaligus dijadikan alat untuk mengatur sehingga penyelenggaraan

pendidikan yang menyimpang, maka dengan landasan yuridis tersebut dikenakan

sanksi. Dalam praktek penyelenggraan pendidikan tidak sedikit ditemukan

penyimpangan. Memang penyimpangan tersebut tidak begitu langsung tetapi dalam

jangka panjang bahkan dalam skala nasional dapat menimbulkan kerugian bukan hanya

secara material tapi juga spiritual. Penyelenggaraan pendidikan yang sangat komersial

dan instan dapat merusak pendidikan sebagai proses pembentukan watak dan

kepribadian bangsa sehingga dalam jangka panjang menjadikan pendidikan bukan

sebagai sarana rekonstruksi sosial tetapi dekonstruksi sosial. Itulah sebabnya di

samping dasar regulasi sangat penting juga harus pula dilandasi dengan dasar yuridis

untuk sanksi.

Page 10: Rlp

7

Bab III

Pembahasan

3.1.Kondisi Pendidikan di Indonesia

Saat ini fokus kerja pemerintah masih bertumpu pada sector pendidikan formal.

Untuk kinerja itupun pemerintah Indonesia oleh UNDP (United Nations Development

Programs) dalam “Human Development Report 2006” untuk kualitas pembangunan

manusia diganjar peringkat 108 dari 177 negara didunia. Potret UNDP itu sejalan

dengan data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2005 tentang angka pengangguran

menurut pendidikan dan wilayah desa-kota: persentase pengangguran tamatan SMA ke

atas lebih besar dibanding tamatan SMP kebawah. Artinya, sistem pendidikan nasional

belum berhasil mengantarkan anak bangsa untuk mandiri dan terampil berwiusaha

untuk kelangsungan hidupnya sendiri.

Tentu saja aspek moral tidak boleh dilupakan. Sekolah adalah tempat

menumbuh suburkan nilai-nilai luhur dalam diri anak bangsa yang menjadi peserta

didik. Tawuran perilaku asusila sebagian oknum pelajar/ mahasiswa adalah cermin

belum terimplementasikannya amanat UUD 1945 dan UU sistem pendidikan nasional

tentang nilai-nilai agama. Kegiatan sekolah lebih besar porsinya untuk pengajaran.

Padahal pengajaran tanpa bingkai pendidikan moral hanya menciptakan orang pintar

yang kehilangan arah dari hakikat kemuliaan eksistensinya sebagai makhluk mulia

yang bertakwa kepada tuhan yang maha esa.

Karena itu, seluruh komponen bangsa harus bersatu padu dan meningkatkan

komitmen untuk merumuskan merealisasikan kebijakan peningkatan mutu pendidikan.

Sebab, pembangunan dan penyelenggara pendidikan nasional yang benar dan efektif

merupakan amanat konstitusi sekaligus tuntutan zaman yang tak bisa dihindari. Tanpa

itu, bangsa besar ini akan masuk dalam daftar sejarah sebagai bangsa yang kalah dan

musnah.

3.2. Bentuk reformasi landasan pendidikan Indonesia

Untuk menghadapi tantangan-tantangan baru karena masyarakat selalu

mengalami kemajuan, maka dalam pendidikan berupaya melakukan reformasi dengan

jalan menyempurnakan sisitemnya. Reformasi yang terjadi meliputi landasan yuridis,

kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan.

3.2.1. Reformasi Landasan Yuridis pendidikan

Reformasi pendidikan yang sangat mendasar ialah reformasi yang tertuju pada

landasan yuridisnya karena landasan yuridis berhubungan langsung dengan hal-hal

yang bersifat mendasari semua kegiatan pelaksanaan pendidikan dan mengenai hal-hal

Page 11: Rlp

8

yang penting seperti struktur pendidikan, kurikulum, pegelolaan, pengawasan, dan

ketenagakerjaan. Undang-undang 1945 sebagai landasan yuridis merupakan hukum

tertinggi dari organisasi kenegaraan yang memuat garis besar, dasar dan tujuan negara.

Sifatnya lestari dalam arti menjadi petunjuk untuk hidup bangsa dalam jangka waktu

relatif panjang dan bahkan jika memungkinkan selama negara berdiri. Dalam

penyelenggaraan segala sesuatu yang ditetapkan dalam UUD 1945 diperlukan

ketetapan-ketetapan yang lebih rendah yaitu yang tertuang dalam UU organik. UU

organik adalah peraturan-peraturan untuk menyelenggarakan aturan dasar yang

tercantum dalam UUD sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan Negara (Tirtaraharja,

2005).

UUD 1945 mengamanatkan pemerintah untuk mengusahakan dan

menyelenggarakan suatu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

dan ketagawaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak yang mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-undang. Sistem

pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

peningkatan mutu serta relevansi dan efesiensi manajemen pendidikan untuk

menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan

global sehingga perlu dilakukan reformasi pendidikan secara terencana, terarah dan

berkesinambungan. Dikarenakan UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional tidak memadai lagi serta perlu diganti dan disempurnakan agar sesuai dengan

amanat perubahan UUD 1945 maka pemerintah membentk UU baru yaitu UU

Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

ditandatangani oleh Presiden Megawati pada 8 Juni 2003.

3.2.2. Reformasi Kurikulum dan Perangkat Penunjangnya

Ada dua faktor pengendali yang menentukan arah reformasi kurikulum, yaitu

yang sifatnya mempertahankan dan yang mengubah. Termasuk yang pertama ialah

landasan filosofis, yaitu falsafah bangsa Indonesia, yaitu pancasila dan UUD 1945 dan

landasan historis (mencakup unsur-unsur yang dari dulu hingga sekarang mengusai

hajat hidup orang banyak).

Sedangkan faktor pengendali yang kedua yaitu yang bersifat mengubah ialah

landasan sosial (berupa kekuatan-kekuatan sosial di masyarakat) dan landasan

psikologis (yaitu cara peserta di dalam belajar, mengenai hal ini banyak penemuan-

penemuan baru yang menopangnya).

Pembahauran kurikulum dapat dilihat dari segi orientasinya, strategi,

isi/program, dan metodenya. Kurikulum kita saat ini sedang menunggu kehadiran

kurikulum yang tentunya mengandung peluang yang lebih besar dan lebih baik untuk

mempersiapkan warga negara sebagai sumber daya manusia bagi pembangunan di

masa depan. Peluang-peluang itu antara lain:

1. Adanya perluasan kesempatan untuk mengikuti pendidikan bagi rakyat banyak.

Page 12: Rlp

9

2. Ada pembangunan dasar (basic education) yang lebih baik pada seluruh warga

negara untuk terjun ke lapangan kerja dimasyarakat dan untuk lanjut belajar ke

pendidikan tinggi.

3. Adanya seleksi bertahap yang lebih terarah untuk memasuki pendidikan tinggi.

3.2.3. Reformasi Struktur Pendidikan (Pola Masa Studi)

Reformasi pola masa studi termasuk pendidikan yang meliputi reformasi

jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu satuan pendidikan.

Sehubugan dengan upaya peningkatan kualitas dan penyiapan tenaga yang lebih baik,

pemerintah dengan melalui UU RI No. 2 Tahun 1989 telah mengubah pendidikan dasar

6 tahun menjadi 9 tahun (PP RI No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar).

Menurut PP tersebut pendidikan dasar yang dimaksud meliputi sekolah dasar 6

tahun dan 3 tahun sekolah lanjutan tingakat pertama. Strategi ini mempunyai arti

penting dalam rangka menyiapkan warga Negara sebagai sumber daya manusia untuk

pembangunan yang menuntut persyaratan lebih baik.

Disisi lain pendidikan, sarjana yang pada masa studi lalu harus ditempuh 5

tahun (3 tahun sarjana muda ditambah 2 tahun sarjana lengkap) diperpendek menjadi

4 tahun disebut program S1. Alasan yang mendasari antara lain bahwa pendidikan

program S1 dipandang cukup memberikan bekal dasar, sehingga tidak perlu terlalu

lama.

Page 13: Rlp

10

Bab IV

Peuutup

4.1. Simpulan

a. Reformasi yang terjadi didalam pendidikan Indonesia tidak lepas dari

perubahan social, politi, dan budaya yang terjadi baik didalam negeri

maupun diluar negeri. Dengan adanya perubahan tersebut pemerintah

dituntut untuk mampu mrmproyrksikan masa depan berkaitan dengan

kebuthan pendidikan masyarakatnya. Salah satunya dengan

mengupayakan reformasi pendidikan secara mendasar dan structural

untuk mencapai tujuan bersama, demi kemajuan bangsa

b. Focus pendidikan saat ini lebih cenderung focus pada sector formal dan

mulai memperhatikan unsur moral dalam pendidikan. Untuk

meningkatkan kualitas SDM pendidikan Indonesia di haruskan

berbenah mengingat dari data BPS pengganguran intelektual sangat

banyak jumlahnya yang mana hal ini menunjukkan system pendidikan

Indonesia belum mampu mengembangkan SDM yang mandiri dan

mampu menciptakan peluang usaha.

c. Reformasi pendidikan Indonesia mencakup 4 aspek yaitu, aspek

landasan yuridis, aspek kurikulum dan segala kelengkapannya dengan

memperhatikan landasan filosopis, landasan sosiologis, landasan iptek

dan landasan pendidikan secara keseluruhan gar sesuai dan mampu

mencapai tujuan pendidikan nasional, aspek struktural seperti pola studi

maupun lama beban belajar serta penggolongan jenjang pendidikan

menjadi pendidikan dsar, menengah dan tinggi , sehingga beban belajar

perserta didik dapat disesuaikan. Aspek reformasi yng terakhir adalah

tenaga pendidik, dalam hal ini guru yang di lakukan melalui pelatihan-

pelatihan maupun seminar- seminar untuk dapat mengikuti

perkembangan yang ada.

Page 14: Rlp

11

Daftar Pustaka

Cipto, 2008. Selayang Pandang Perjalanan Kurikulum Nasional, (Online),

Mulyanto, A. 2008. Model Pembelajaran yang Berorientasi pada Respons

Pembaca,

Noor. Idris HM., 2001. Sebuah Tinjauan Teoritis Tentang Inovasi Pendidikan

diindonesia,(Online),(http://www.pdk.go.id/balitbang/Publikasi/Jurnal/No_026/se

buah_tinjauan_teoritis_Idris.htm,

Prasetyo, E. 2004. Dikotomi Sekolah Favorit-Biasa, (Online),

Putra,N.2006.InovasiPendidikan,(Online),

Tampubolon, M. 2006. Pendidikan Pola Pemberdayaan Masyarakat Dan

Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Sesuai

Tuntutan Otonomi Daerah, (Online),http://documents and settings\faizh\my

documents\pola_pemberdayaan_masyarakat.htm,

Tirtahardja, Umar & Sulo, L. 2005. Pengantar Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta:

Rineka Cipta.

---------UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.