Rlp
-
Upload
putubudiana -
Category
Documents
-
view
214 -
download
1
description
Transcript of Rlp
![Page 1: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/1.jpg)
i
Oleh :
I Putu Budiana
NIM. 1529051007
REFORMASI LANDASAN PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
DENPASAR
2015
![Page 2: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/2.jpg)
ii
Kata Pengantar
Hanyalah sebuah kesombongan yang berani mengklaim bahwa suatu karya
dapat tercipta tanpa bantuan orang lain. Dengan memiliki kesadaran seperti itu,
penulis merasa sangat perlu menyampaikan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas karunia yang telah Beliau berikan sehingga terselesaikannya makalah yang
berjudul “Reformasi Landasan Pendidikan ”. Tidak lupa pula penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dengan penuh kesadaran pula penulis mengakui bahwa skripsi ini masih
belum sempurna. Maka itu, segala saran dan masukan konstruktif dari pembaca
sekalian akan diterima dengan rendah hati. Kendati demikian, besar harapan
penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Demikian yang dapat penulis
sampaikan, akhir kata diucapkan terima kasih.
A Denpasar, November 2015
Penulis,
I Putu Budiana
![Page 3: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/3.jpg)
iii
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………………..ii
Daftar Isi………………………………………………………………….………………...iii
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………....1
1.1.Latar Belakang……………………………………………………………………….... .1
1.2.Rumusan Masalah ……………………………………………………………………. ..3
1.3.Tujuan Penulisan………………………………………………………………………...3
Bab II Kajian Pustaka…………………………………………………………………......4
2.1.Landasan-landasan pendidikan nasional…………………………………………….4
2.1.1. Landasan Filosopis…………………………………………………………….4
2.1.2. Landasan Sosiologis……………………………………………………………5
2.1.3. Landasan Kultural……………………………………………………………..5
2.1.4. Landasan Psikologis…………………………………………………………....5
2.1.5. Landasan IPTEK………………………………………………………………6
2.1.6. Landasan Yuridis………………………………………………………………6
Bab III Pembahasan………………………………………………………………………..7
3.1.Kondisi Pendidikan di Indonesia…………………………………………………….. 7
3.2.Bentuk reformasi landasan pendidikan Indonesia……………………………..……7
3.2.1. Reformasi Landasan Yuridis pendidikan…………………………………….7
3.2.2. Reformasi Kurikulum dan Perangkat Penunjangnya……………………….8
3.2.3. Reformasi Struktur Pendidikan (Pola Masa Studi)………………………….9
Bab IV Penutup…………………………………………………………………………… .10
4.1. Simpulan……………………………………………………………………………….. .10
Daftar Pustaka
![Page 4: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/4.jpg)
1
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Reformasi merupakan suatu ungkapan yang berarti pembaharuan dari suatu
sektor yang merujuk kepada perubahan kearah lebih baik. Reformasi terjadi di berbagai
sektor kehidupan berbangsa dan bernegara, baik di bidang sosial, politik, maupun
budaya. Adanya reformasi disetiap sektor kehidupan berbangsa dan bernegara
memang lah sangat penting, sebagai hasil refleksi dan evaluasi dari setiap kebijakan
yang telah di ambil. Salah satu reformasi yang sering kita dengar di dengunkan adalah
sector pendidikan. Betapa tidak setiap berganti pemerintahan selalu dilakukan
perubahan disektor pendidikan dengan mengatas namakan reformasi pendidikan. Salah
satu perubahan yang sering terjadi adalah perubahan kurikulum. Mulai dari kurikulum
1994, hingga sekarang kurikulum 2013 kita kenal dengan K13.
Perubahan kurikulum yang terus terjadi setiap pemerintahan berganti membuat
pelaksana pendidikan menjadi bingung akan arah pendidikan Indonesia, pelaksana
pendidikan khususnya guru hanya menjadi pion-pion yang dikejar-kejar perubahan
demi perubahan yang terjadi di sektor pendidikan khususnya kurikulum. Hal ini
mengakibatkan perubahan-perubahan tersebut hanya bersifat administratif karena
pelaksana teknis pendidikan atau guru belum siap untuk menerima perubahan itu,
pelatihan demi pelatihan serasa menjadi tak berguna, dikarenakan ketika guru baru
mulai menemukan inti dari satu perubahan, perubahan berikutnya terjadi. Meski
perubahan yang terjadi berdalih penyempurnaan. Perubahan-perubahan yang
dilakukan yang seolah-olah di sektor kurikulum saja memunculkan pertanyaan, apakah
pendidikan hanya melulu tentang kurikulum?. Seakan kebijakan-kebijakan di bidang
kurikulum tidak sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dan melupakan lanasan-
landasan pendidikan yang ada.
Pendidikan nasional sebagai wahana dan sarana pembangunan negara dan
bangsa dituntut mampu mengantisipasi proyeksi kebutuhan masa depan. Tuntutan
tersebut sangat berkaitan dengan aspek aspek penataan pendidikan nasional yang
bertumpu pada basis kehidupan masyarakat Indonesia secara komprehensif. Untuk
kepentingan penataan pendidikan nasional yang benar-benar merefleksi kehidupan
bangsa maka sangat penting dunia pendidikan berlandaskan filosopis, sosilogis, yuridis
dengan penajaman landasan tersebut secara kritis dan fungsional. Landasan filosopis
pendidikan nasional Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung pada
Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui
penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan tingkat dan jenis
pendidikan. Nilai-nilai tersebut bukan hanya mewarnai muatan pelajaran dalam
kurikulum tetapi juga dalam corak pelaksanaan. Rancangan penanaman nilai budaya
![Page 5: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/5.jpg)
2
bangsa tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga bukan hanya dicapai penguasaan
kognitif tetapi lebih penting pencapaian afektif. Lebih jauh lagi pencapaian nilai
budaya sebagai landasan filosopis bertujuan untuk mengembangkan bakat, minat
kecerdasan dalam pemberdayaan yang seoptimal mungkin. Dalam penyelenggaraan
pendidikan Lembaga pendidikan harus diberdayakan bersama dengan lembaga sosial
lainnya. Dalam hal ini pendidikan disejajarkan dengan lembaga ekonomi, politik
sebagai pranata kemasyarakatan, pembudayaan masyarakat belajar (society learning)
harus dijadikan sarana rekonstruksi sosial. Apabila perencanaan pendidikan yang
melibatkan masyarakat bisa tercapai maka patologi sosial setidaknya terkurangi.
Rendahnya angka partisipasi masyarakat dalam sekolah terutama dalam membangun
masyarakat belajar hal ini menunjukkan perlunya penguatan landasan sosiologis
pendidikan.
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia selalu
menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu
dalam Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa,
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasar Pancasila dan undang-undang
Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman. Kebudayaan
dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, kebudayaan dapat diwariskan
dengan jalan meneruskan kepada generasi penerus melalui pendidikan. Sebaliknya
pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebuadayaan masyarakat dimana proses
pendidikan berlangsung. Pendidikan yang selalu tak terpisahkan dengan unsur manusia
maka secara tidak langsung berkaitan juga dengan unsur psikologis manusia.
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga psikologis merupakan
salah satu landasan yang penting dalam pendidikan. Memahami peserta didik dari
aspek psikologis merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu
hasil kajian dalam penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan, umpamanya pengetahuan tentang urutan perkembangan anak. Setiap
individu memiliki bakat, minat, kemampuan, kekuatan, serta tempo dan irama
perkembangan yang berbeda dengan yang lainnya. Sebagai implikasinya pendidikan
tidak mungkin memperlakukan sama kepada peserta didik. Penyusunan kurikulum
harus berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan
garisgaris besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang
digariskan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan unsur yang tidak teripisahkan
dalam pendidikan Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai
kaitan yang erat. Seperti diketahui IPTEK menjadi isi kajian di dalam pendidikan
dengan kata lain pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan
pengembangan iptek. Dari sisi lain setiap perkembangan iptek harus segera
![Page 6: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/6.jpg)
3
diimplementasikan oleh pendidikan yakni dengan segera memasukkan hasil
pengembangan iptek ke dalam isi bahan ajar. Sebaliknya, pendidikan sangat
dipengaruhi oleh cabang-cabang iptek (psikologi, sosiologi, antropologi). Seiring
dengan kemajuan IPTEK pada umumnya ilmu pengetahuan juga berkembang
sangat pesat.
Disamping memperhatikan kelima landasan diatas Sebagai penyelenggaraan
pendidikan nasional yang utama, perlu pelaksanaannya berdasarkan undang-
undang. Hal ini sangat penting karena hakikatnya pendidikan nasional adalah
perwujudan dari kehendak UUD 1945 utamanya pasal 31 tentang Pendidikan dan
Kebudayaan. Pentingnya undang-undang sebagai tumpuan bangunan pendidikan
nasional di samping untuk menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting sebagai
penjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia, juga dapat dipedomani bagi
pennyelenggaran pendidikan secara utuh yang berlaku untuk seluruh tanah air.
Berdasarkan uraian diatas reformasi landasan pendidikan sangat menarik untuk
di bahas mengingat landasan pendidikan sebagai hal fundamental dalam
penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu penulis mengangkat isu reformasi
landasan pendidikan Indonesia.
1.2.Rumusan Masalah
a. Bagaimana kondisi sektor pendidikan Indonesia ?
b. Bagaimana upaya reformasi pendidikan indonesa ?
1.3.Tujuan Penulisan
a. Untuk Mengetahui kondisi sektor pendidikan Indonesia
b. Untuk mengetahui upaya reformasi pendidikan indonesa
![Page 7: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/7.jpg)
4
Bab II
Kajian pustaka
2.2. Landasan-landasan pendidikan nasional
2.2.1. Landasan Filosopis
Filsafat pendidikan nasional Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang
terkandung pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta
didik melalui penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua level dan tingkat
dan jenis pendidikan. Nilai-nilai tersebut bukan hanya mewarnai muatan pelajaran
dalam kurikulum tetapi juga dalam corak pelaksanaan. Rancangan penanaman nilai
budaya bangsa tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga bukan hanya dicapai
penguasaan kognitif tetapi lebih penting pencapaian afektif. Lebih jauh lagi
pencapaian nilai budaya sebagai landasan filosopis bertujuan untuk
mengembangkan bakat, minat kecerdasan dalam pemberdayaan yang seoptimal
mungkin. Dua hal yang dipertimbangkan dalam menentukan landasan filosopis
dalam pendidikan nasional Indonesia. Pertama, adalah pandangan tentang manusia
Indonesia. Filosopis pendidikan nasional memandang manusia Indonesia sebagai:
a. Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya.
b. Sebagai makhluk individu dengan segala hak dan kewajibannya.
c. Sebagai makhluk sosial dengan segala tanggung jawab yang hidup
di dalam masyarakat yang pluralistik baik dari segi lingkungan
sosial budaya, lingkungan hidup dan segi kemajuan Negara
kesatuan Republik Indonesia di tengah-tengah masyarakat global
yang senantiasa berkembang dengan segala tantangannya.
Kedua pandangan filosopis pendidikan nasional dipandang sebagai pranata
sosial yang selalu berinteraksi dengan kelembagaan sosial lain dalam masyarakat.
Karena kedua pandangan filosopis tersebut menjadikan pendidikan nasional harus
ditanggung oleh semua fihak sehingga pendidikan dibangun oleh semua unsur bangsa
sehingga berkontribusi terhadap unsur pranata sosial lainnya. Secara mendasar dapat
ditegaskan bahwa landasan filosopis Pancasila menyimpulkan bahwa sistem
pendidikan nasional menempatkan peserta didik sebagai makhuk yang khas dengan
segala fitrahnya dan tugasnya menjadi agen pembangunan yang berharkat dan
bermartabat. Oleh karena itu manusia Indonesia dipandang sebagai individu yang
mampu menjadi manusia Indonesia yang berakhlak mulia. Karenanya pendidikan
harus mampu mengembangkan menjadi manusia yang memegang norma-norma
keagamaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk Tuhan, Makhluk sosial, dan
makhluk individu.
![Page 8: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/8.jpg)
5
2.2.2. Landasan Sosiologis
Sistem pendidikan nasional tidak mungkin selalu bertumpu pada pemerintah
sebab dengan adanya krisis Pemerintah semakin tidak mampu membiayai pendidikan,
demikian pula apabila pendidikan hanya terarah pada tujuan pembelajaran murni pada
aspek kognitif, afektif tanpa mengaitkan dengan kepentingan sosial, politik dan upaya
pemecahan problem bangsa maka pendidikan tidak akan mampu dijadikan sebagai
sarana rekonstruksi sosial. Dalam kaitannya dengan perluasan fungsi pendidikan lebih
jauh, maka diperlukan pengembangan sistem pendidikan nasional yang didasarkan atas
kesadaran kolektif bangsa dalam kerangka ikut memecahkan problem sosial.
Pendidikan nasional yang berlandaskan sosiologis dalam penyelenggaraannya
harus memperhatikan aspek yang berhubungan dengan sosial baik problemnya maupun
emografisnya. Masalah yang kini sedang dihadapi bangsa adalah masalah perbedaan
sosial ekonomi sehingga pendidikan dirancang untuk mengurangi beban perbedaan
tersebut. Aspek sosial lainnya seperti ketidaksamaan mengakses informasi yang
konsekuensinya akan mempertajam kesenjangan sosial dapat dieleminir melalui
pendidikan.
2.2.3. Landasan Kultural
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia selalu
menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu
dalam Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa,
pendidikannasional adalah pendidikan yang berdasar Pancasila dan undang-undang
Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman. Kebudayaan
dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, kebudayaan dapat diwariskan
dengan jalan meneruskan kepada generasi penerus melalui pendidikan. Sebaliknya
pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebuadayaan masyarakat dimana proses
pendidikan berlangsung.
2.2.4. Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga psikologis
merupakan salah satu landasan yang penting dalam pendidikan. Memahami peserta
didik dari aspek psikologis merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan. Oleh
karena itu hasil kajian dalam penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya
dalam bidang pendidikan, umpamanya pengetahuan tentang urutan perkembangan
anak. Setiap individu memiliki bakat, minat, kemampuan, kekuatan, serta tempo dan
irama perkembangan yang berbeda dengan yang lainnya. Sebagai implikasinya
pendidikan tidak mungkin memperlakukan sama kepada peserta didik. Penyusunan
![Page 9: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/9.jpg)
6
kurikulum harus berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan
dijadikan garisgaris besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar
yang digariskan.
2.2.5. Landasan IPTEK
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai kaitan yang erat.
Seperti diketahui IPTEK menjadi isi kajian di dalam pendidikan dengan kata lain
pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Dari
sisi lain setiap perkembangan iptek harus segera diimplementasikan oleh pendidikan
yakni dengan segera memasukkan hasil pengembangan iptek ke dalam isi bahan ajar.
Sebaliknya, pendidikan sangat dipengaruhi oleh cabang-cabang iptek (psikologi,
sosiologi, antropologi). Seiring dengan kemajuan iptek pada umumnya ilmu
pengetahuan juga berkembang sangat pesat.
2.2.6. Landasan Yuridis
Landasan yuridis bukan semata-mata landasan bagi penyelenggaraan
pendidikan namun sekaligus dijadikan alat untuk mengatur sehingga penyelenggaraan
pendidikan yang menyimpang, maka dengan landasan yuridis tersebut dikenakan
sanksi. Dalam praktek penyelenggraan pendidikan tidak sedikit ditemukan
penyimpangan. Memang penyimpangan tersebut tidak begitu langsung tetapi dalam
jangka panjang bahkan dalam skala nasional dapat menimbulkan kerugian bukan hanya
secara material tapi juga spiritual. Penyelenggaraan pendidikan yang sangat komersial
dan instan dapat merusak pendidikan sebagai proses pembentukan watak dan
kepribadian bangsa sehingga dalam jangka panjang menjadikan pendidikan bukan
sebagai sarana rekonstruksi sosial tetapi dekonstruksi sosial. Itulah sebabnya di
samping dasar regulasi sangat penting juga harus pula dilandasi dengan dasar yuridis
untuk sanksi.
![Page 10: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/10.jpg)
7
Bab III
Pembahasan
3.1.Kondisi Pendidikan di Indonesia
Saat ini fokus kerja pemerintah masih bertumpu pada sector pendidikan formal.
Untuk kinerja itupun pemerintah Indonesia oleh UNDP (United Nations Development
Programs) dalam “Human Development Report 2006” untuk kualitas pembangunan
manusia diganjar peringkat 108 dari 177 negara didunia. Potret UNDP itu sejalan
dengan data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2005 tentang angka pengangguran
menurut pendidikan dan wilayah desa-kota: persentase pengangguran tamatan SMA ke
atas lebih besar dibanding tamatan SMP kebawah. Artinya, sistem pendidikan nasional
belum berhasil mengantarkan anak bangsa untuk mandiri dan terampil berwiusaha
untuk kelangsungan hidupnya sendiri.
Tentu saja aspek moral tidak boleh dilupakan. Sekolah adalah tempat
menumbuh suburkan nilai-nilai luhur dalam diri anak bangsa yang menjadi peserta
didik. Tawuran perilaku asusila sebagian oknum pelajar/ mahasiswa adalah cermin
belum terimplementasikannya amanat UUD 1945 dan UU sistem pendidikan nasional
tentang nilai-nilai agama. Kegiatan sekolah lebih besar porsinya untuk pengajaran.
Padahal pengajaran tanpa bingkai pendidikan moral hanya menciptakan orang pintar
yang kehilangan arah dari hakikat kemuliaan eksistensinya sebagai makhluk mulia
yang bertakwa kepada tuhan yang maha esa.
Karena itu, seluruh komponen bangsa harus bersatu padu dan meningkatkan
komitmen untuk merumuskan merealisasikan kebijakan peningkatan mutu pendidikan.
Sebab, pembangunan dan penyelenggara pendidikan nasional yang benar dan efektif
merupakan amanat konstitusi sekaligus tuntutan zaman yang tak bisa dihindari. Tanpa
itu, bangsa besar ini akan masuk dalam daftar sejarah sebagai bangsa yang kalah dan
musnah.
3.2. Bentuk reformasi landasan pendidikan Indonesia
Untuk menghadapi tantangan-tantangan baru karena masyarakat selalu
mengalami kemajuan, maka dalam pendidikan berupaya melakukan reformasi dengan
jalan menyempurnakan sisitemnya. Reformasi yang terjadi meliputi landasan yuridis,
kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan.
3.2.1. Reformasi Landasan Yuridis pendidikan
Reformasi pendidikan yang sangat mendasar ialah reformasi yang tertuju pada
landasan yuridisnya karena landasan yuridis berhubungan langsung dengan hal-hal
yang bersifat mendasari semua kegiatan pelaksanaan pendidikan dan mengenai hal-hal
![Page 11: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/11.jpg)
8
yang penting seperti struktur pendidikan, kurikulum, pegelolaan, pengawasan, dan
ketenagakerjaan. Undang-undang 1945 sebagai landasan yuridis merupakan hukum
tertinggi dari organisasi kenegaraan yang memuat garis besar, dasar dan tujuan negara.
Sifatnya lestari dalam arti menjadi petunjuk untuk hidup bangsa dalam jangka waktu
relatif panjang dan bahkan jika memungkinkan selama negara berdiri. Dalam
penyelenggaraan segala sesuatu yang ditetapkan dalam UUD 1945 diperlukan
ketetapan-ketetapan yang lebih rendah yaitu yang tertuang dalam UU organik. UU
organik adalah peraturan-peraturan untuk menyelenggarakan aturan dasar yang
tercantum dalam UUD sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan Negara (Tirtaraharja,
2005).
UUD 1945 mengamanatkan pemerintah untuk mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
dan ketagawaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak yang mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-undang. Sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efesiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan
global sehingga perlu dilakukan reformasi pendidikan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan. Dikarenakan UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional tidak memadai lagi serta perlu diganti dan disempurnakan agar sesuai dengan
amanat perubahan UUD 1945 maka pemerintah membentk UU baru yaitu UU
Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
ditandatangani oleh Presiden Megawati pada 8 Juni 2003.
3.2.2. Reformasi Kurikulum dan Perangkat Penunjangnya
Ada dua faktor pengendali yang menentukan arah reformasi kurikulum, yaitu
yang sifatnya mempertahankan dan yang mengubah. Termasuk yang pertama ialah
landasan filosofis, yaitu falsafah bangsa Indonesia, yaitu pancasila dan UUD 1945 dan
landasan historis (mencakup unsur-unsur yang dari dulu hingga sekarang mengusai
hajat hidup orang banyak).
Sedangkan faktor pengendali yang kedua yaitu yang bersifat mengubah ialah
landasan sosial (berupa kekuatan-kekuatan sosial di masyarakat) dan landasan
psikologis (yaitu cara peserta di dalam belajar, mengenai hal ini banyak penemuan-
penemuan baru yang menopangnya).
Pembahauran kurikulum dapat dilihat dari segi orientasinya, strategi,
isi/program, dan metodenya. Kurikulum kita saat ini sedang menunggu kehadiran
kurikulum yang tentunya mengandung peluang yang lebih besar dan lebih baik untuk
mempersiapkan warga negara sebagai sumber daya manusia bagi pembangunan di
masa depan. Peluang-peluang itu antara lain:
1. Adanya perluasan kesempatan untuk mengikuti pendidikan bagi rakyat banyak.
![Page 12: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/12.jpg)
9
2. Ada pembangunan dasar (basic education) yang lebih baik pada seluruh warga
negara untuk terjun ke lapangan kerja dimasyarakat dan untuk lanjut belajar ke
pendidikan tinggi.
3. Adanya seleksi bertahap yang lebih terarah untuk memasuki pendidikan tinggi.
3.2.3. Reformasi Struktur Pendidikan (Pola Masa Studi)
Reformasi pola masa studi termasuk pendidikan yang meliputi reformasi
jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada suatu satuan pendidikan.
Sehubugan dengan upaya peningkatan kualitas dan penyiapan tenaga yang lebih baik,
pemerintah dengan melalui UU RI No. 2 Tahun 1989 telah mengubah pendidikan dasar
6 tahun menjadi 9 tahun (PP RI No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar).
Menurut PP tersebut pendidikan dasar yang dimaksud meliputi sekolah dasar 6
tahun dan 3 tahun sekolah lanjutan tingakat pertama. Strategi ini mempunyai arti
penting dalam rangka menyiapkan warga Negara sebagai sumber daya manusia untuk
pembangunan yang menuntut persyaratan lebih baik.
Disisi lain pendidikan, sarjana yang pada masa studi lalu harus ditempuh 5
tahun (3 tahun sarjana muda ditambah 2 tahun sarjana lengkap) diperpendek menjadi
4 tahun disebut program S1. Alasan yang mendasari antara lain bahwa pendidikan
program S1 dipandang cukup memberikan bekal dasar, sehingga tidak perlu terlalu
lama.
![Page 13: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/13.jpg)
10
Bab IV
Peuutup
4.1. Simpulan
a. Reformasi yang terjadi didalam pendidikan Indonesia tidak lepas dari
perubahan social, politi, dan budaya yang terjadi baik didalam negeri
maupun diluar negeri. Dengan adanya perubahan tersebut pemerintah
dituntut untuk mampu mrmproyrksikan masa depan berkaitan dengan
kebuthan pendidikan masyarakatnya. Salah satunya dengan
mengupayakan reformasi pendidikan secara mendasar dan structural
untuk mencapai tujuan bersama, demi kemajuan bangsa
b. Focus pendidikan saat ini lebih cenderung focus pada sector formal dan
mulai memperhatikan unsur moral dalam pendidikan. Untuk
meningkatkan kualitas SDM pendidikan Indonesia di haruskan
berbenah mengingat dari data BPS pengganguran intelektual sangat
banyak jumlahnya yang mana hal ini menunjukkan system pendidikan
Indonesia belum mampu mengembangkan SDM yang mandiri dan
mampu menciptakan peluang usaha.
c. Reformasi pendidikan Indonesia mencakup 4 aspek yaitu, aspek
landasan yuridis, aspek kurikulum dan segala kelengkapannya dengan
memperhatikan landasan filosopis, landasan sosiologis, landasan iptek
dan landasan pendidikan secara keseluruhan gar sesuai dan mampu
mencapai tujuan pendidikan nasional, aspek struktural seperti pola studi
maupun lama beban belajar serta penggolongan jenjang pendidikan
menjadi pendidikan dsar, menengah dan tinggi , sehingga beban belajar
perserta didik dapat disesuaikan. Aspek reformasi yng terakhir adalah
tenaga pendidik, dalam hal ini guru yang di lakukan melalui pelatihan-
pelatihan maupun seminar- seminar untuk dapat mengikuti
perkembangan yang ada.
![Page 14: Rlp](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020506/5695cfdb1a28ab9b028fd522/html5/thumbnails/14.jpg)
11
Daftar Pustaka
Cipto, 2008. Selayang Pandang Perjalanan Kurikulum Nasional, (Online),
Mulyanto, A. 2008. Model Pembelajaran yang Berorientasi pada Respons
Pembaca,
Noor. Idris HM., 2001. Sebuah Tinjauan Teoritis Tentang Inovasi Pendidikan
diindonesia,(Online),(http://www.pdk.go.id/balitbang/Publikasi/Jurnal/No_026/se
buah_tinjauan_teoritis_Idris.htm,
Prasetyo, E. 2004. Dikotomi Sekolah Favorit-Biasa, (Online),
Putra,N.2006.InovasiPendidikan,(Online),
Tampubolon, M. 2006. Pendidikan Pola Pemberdayaan Masyarakat Dan
Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Sesuai
Tuntutan Otonomi Daerah, (Online),http://documents and settings\faizh\my
documents\pola_pemberdayaan_masyarakat.htm,
Tirtahardja, Umar & Sulo, L. 2005. Pengantar Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
---------UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.