RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga...

130
RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS MANGGARAI DI KALIMANTAN BARAT TESIS Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar Master Humaniora (M. Hum.) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Oleh : Felomena Sunarti 136322005 PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga...

Page 1: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS

MANGGARAI DI KALIMANTAN BARAT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar Master

Humaniora

(M. Hum.) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya

Oleh :

Felomena Sunarti

136322005

PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

i

RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS

MANGGARAI DI KALIMANTAN BARAT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar Master

Humaniora

(M. Hum.) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya

Oleh :

Felomena Sunarti

136322005

PROGRAM MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis berjudul: “Ritual Penti di Tanah

Diaspora: Komunitas Manggarai di Kalimantan Barat” merupakan hasil karya dan

penelitian penulis pribadi. Di dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi.

Pemakaian dan peminjaman karya dari peneliti lain adalah semata-mata untuk

keperluan ilmiah sebagaimana diacu secara tertulis di dalam catatan kaki dan

daftar pustaka.

Yogyakarta, 17 Januari 2018

Yang membuat pernyataan

Felomena Sunarti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, penulis mahasiswa Universitas Sanata

Dharma:

Nama : Felomena Sunarti

Nomor Mahasiswa : 136322005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul:

RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS

MANGGARAI DI KALIMANTAN BARAT

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian penulis

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di

internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari

penulis maupun memberikan royalti kepada penulis selama tetap mencantumkan

nama penulis sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang penulis buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 17 Januari 2018

Yang menyatakan

Felomena Sunarti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

vi

Motto:

“Bila engkau berjalan, langkahmu tidak akan terhambat.

Bila engkau berlari, engkau tidak akan tersandung”.

(Amsal 4:12)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

vii

Tesis ini kupersembahkan untuk:

1. Bapak Fransiskus Joni Sema & Mama PulinaTeme

2.Kakakku Yovani Delima & Suami

3. Adik kembarku Anita. P. D. Joni & Febriyano Joni .S

4. Momang Ferlando Kodong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

viii

KATA PENGANTAR

Demi menyatukan orang Manggarai di Kalimantan Barat, mereka

mengadakan ritual Penti sebagai ucapan syukur mereka kepada Tuhan (Mori

Keraeng) dan leluhur, ritual tesebut dilaksanakan atas keberhasilan yang telah

diperoleh selama berada di perantauan. Sehingga penulisan tesis ini bermula.

Tesis ini telah memberikan gambaran buat penulis untuk melihat ritual Penti

yang dipraktikan oleh orang Manggarai di perantauan. Dari tesis ini pula penulis

banyak belajar dan memahami apa itu ritual Penti yang diadakan setiap satu

tahun sekali dipraktikkan oleh orang Manggarai di perantauan. Dalam proses

penyelsaiaan tesis ini terkadang penulis mulai menyerah dan terkadang sudah

merasa lelah untuk menyelsaikan tesis ini. Akan tetapi, penulis banyak

menerima dukungan dari berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini. Oleh

karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

Pertama-tama penulis ucapkan trima kasih kepada Romo Gregorius Budi

Subanar, S.J selaku doses pembimbing yang telah dengan sabar membaca tulisan

penulis yang sering hancur lebur dan sering membuat Romo marah. Tetapi

dengan kesabaran Romo Banar tetap membimbing, membantu dan memberikan

masukan untuk penulis agar menulis dengan baik dan benar selama menyusun

tesis ini. Dan penulis ucapakan trima kasih juga kepada Romo Budi Susanto,

S.J yang dengan sabar memberi masukan untuk penyusunan tesis ini dan trima

kasih pula kepada Pak Tri Subagya yang telah memberi masukan dalam

penyusunan tesis ini dan kepada Pak St. Sunardi yang telah membantu penulis

dalam menentukan topic dan mengarahkan pembahasan dalam tesis ini. Dan tak

lupa pula penulis ucapkan kepada seluruh dosen IRB yang telah membantu

penulis untuk lebih membuka wawasan dalam membaca dan aktif dalam

perkuliahan. Trima kasih juga buat Mbk Desy, yang selalu mengingatkan

pembayaran uang SPP tiap semester dan dengan sabar memberikan informasi

soal waktu bimbingan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

ix

Penulis juga bertrima kasih kepada keluarga besar Manggarai di

Kalimantan Barat yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai dalam

penelitian tesis ini. Trima kasih buat Bapak Bernadus, Bapak Lorens, dan Bapak

Adolfus serta para pengurus ritual Penti lainnya yang sudah mendukung dalam

penelitian tesis ini. Trima kasih pula pada teman-teman IRB angkatan 2013

(Pak Riwi, Pak Alfons, Pak Efraim, Romo Koko, Mas Noel, Kak Jolny, Bg

Phomat, Daeng Umar, Umi, Ce ane, Hans, Cahyo, Vina, Mas Padmo, Mas

Andre, Mas Anto) yang sama-sama saling menyemangati dan menguatkan

menyelsaikan tesis. Trima kasih juga buat kakak dan abang senior IRB dari tiap

angkatan yang sama-sama duduk santai di bawah pohon beringin Soekarno.

Trima kasih untuk Bapak Martinus Jamu, Ibu Sin, adik Veni, adik Erlin, adik

Santi, adik Aven, adik Primus, adik Versi, adik Lia, adik Putri, yang telah

menghibur dikala penulis putus asa dan selalu mengajukan pertanyaan

terselesainya tulisan ini.

Akhirnya, semoga pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam

penulisan tesis ini mendapa timbalan dari Tuhan Yesus Kristus. Semoga tesis ini

dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Yoyakarta, 17 Januari 2018

Felomena Sunarti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

x

ABSTRAK

Demi mempersatukan orang Manggarai di Kalimantan Barat, tokoh

masyarakat Manggarai mengatasnamakan “orang Manggarai”, mengundang

seluruh orang Manggarai guna membahas ritual Penti. Pertemuan tersebut,

menghasilkan kesepakatan untuk mengadakan ritual Penti. Mereka mendapat

dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana.

Penelitian ini mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dari ritual Penti yang

dipraktikkan di Flores dan di Kalimantan Barat. Ritual Penti diadakan sebagai

rasa syukur orang Manggarai kepadaTuhan (Mori Keraeng) dan leluhur, atas

keberhasilan mereka di perantauan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian

ini ialah metodologi imajinasi etnografis yang diperkenalkan oleh Paul Willis.

Sedangkan konsep yang dipakai untuk membantu dalam analisis penelitian ini

ialah konsep berpindah dan menetap dari Thomas A. Tweed, konsep liminalitas

dan komunitas dari Victor Turner. Melalui hasil tulisan ini dan analisis yang

sudah dilakukan, tesis ini sampai pada sebuah kesimpulan bahwa ritual Penti

yang dipraktikkan orang Manggarai perantauan memuat aspek penting yaitu

ucapan syukur kepada Mori Keraeng (Tuhan) dan leluhur, terbinanya hubungan

kekeluargaan, dan memperkenalkan pada generasi muda Manggarai di

Kalimantan Barat.

Kata-kata Kunci: Ritual Penti, berpindah dan menetap, liminalitas dan

komunitas, ucapan syukur kepada Mori Keraeng (Tuhan) dan leluhur, terbinanya

hubungan kekeluargaan, generasi muda Manggarai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

xi

ABSTRACT

In order to unify the Manggarai community in West Kalimantan, a number

of public figures have invited the people of Manggarai to discuss the importance

of the Penti ritual. The discussion itself came to a decision to arrange the Penti

ritual. This decision was also supported by the people of Dayak Mualang, thus

the ritual can be held.

This study is a description of the similarities and the differences between

the Penti rituals that are held in Flores and in West Kalimantan. The ritual itself is

a form of gratitude to God (Mori Keraeng) and to the ancestors for the fortunes

that the people of Manggarai has received in the foreign land.

The method used in this study is imaginative ethnographic which is

introduced by Paul Willis. As for the concept used for analysis are the crossing

and dwelling concept by Thomas A. Tweed and the liminality and community

concept by Victor Turner. After a series of analysis, the conclusion of this study is

that Penti ritual held by the people of Manggarai in a foreign land accommodates

several aspects, i.e. gratitude to God (Mori Keraeng) and the ancestors, the

development of kinship, and as an introduction to the young Manggarai

generation living in West Kalimantan.

Keywords: Penti ritual, crossing and dwelling, liminality and community,

gratitude to God (Mori Keraeng) and the ancestors, the development of kinship,

and as an introduction to the young Manggarai generation living in West

Kalimantan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

HA LAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................................. iv

PERNYATAAN PUBLIKASI ............................................................................................ v

MOTTO ............................................................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... viii

ABSTRAK ........................................................................................................................... x

ABSTRACT ......................................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xii

BAB I: PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 10

C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 10

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 10

E. Kajian Pustaka .................................................................................................. 11

F. Kajian Teori ...................................................................................................... 16

G. Metodologi dan Metode Penelitian ................................................................... 24

H. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 28

BAB II: ORANG MANGGARAI DI BELITANG TENGAH ........................................ 29

Pengantar ............................................................................................................. 29

A. Geografis Kalimantan Barat ............................................................................. 29

B. Kabupate Sekadau .............................................................................................. 32

B.1. Bidang Pendidikan ...................................................................................... 33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

xiii

B.2. Bidang Kesehatan ....................................................................................... 33

B.3. Bidang Agama dan Perkawinan ................................................................. 34

B.4. Lahan Perkebunan ..................................................................................... 34

B. Transmigrasi di Wilayah Kalimantan Barat ....................................................... 35

C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang Tengah ............................... 39

C.1. Gelombang Pertama ................................................................................... 41

C.2. Gelombang Kedua ...................................................................................... 42

C.3. Gelombang Ketiga ...................................................................................... 42

D. Alasan Orang Manggarai Merantau ................................................................... 43

E. Aspek Sosiologis ................................................................................................ 46

F. Ekonomi .............................................................................................................. 46

G. Religiusitas ......................................................................................................... 47

H. Catatan Penutup ................................................................................................. 48

BAB III: RITUAL PENTI DIASPORA ............................................................................ 50

Pengantar .............................................................................................................. 50

A. Pembentukan Komunitas Pendatang Orang Manggarai .................................. 51

B. Kedudukan Ketua Adat (Tu’a Golo) dalam Ritual Penti ................................ 55

C. Ritual Penti Asali ............................................................................................. 56

C.1. Struktur ..................................................................................................... 56

a. Tujuan .................................................................................................. 56

b. Peserta .................................................................................................. 57

c. Waktu ................................................................................................... 57

d. Proses .................................................................................................. 58

C.2. Materialitas ............................................................................................... 58

C.3. Bahasa ...................................................................................................... 59

D. Penyelenggaraan Ritual Penti Diaspora .......................................................... 59

D.1. Peserta Ritual Penti .................................................................................. 59

D.2. Persiapan dan Perlengkapan Ritual Penti ................................................ 60

D.3. Tempat dan Waktu Ritual Penti ............................................................... 61

E. Susunan Ritual Penti Menurut Orang Manggarai ............................................ 66

F. Catatan Penutup ................................................................................................ 72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

xiv

BAB IV: RITUAL PENTI: DI PUSARAN PERTEMUAN BUDAYA DI

KALIMANTAN BARAT ................................................................................. 74

Pengantar ............................................................................................................ 74

A. Ritual Penti Sebagai Sebuah Religi Orang Manggarai ............................... 75

A.1. Ritual Penti dalam Pertemuan dengan Budaya Dayak ......................... 79

A.2. Ritual Penti dalam Pertemuan dengan Budaya Modern ...................... 83

A.3. Unsur Tetap dan Yang Hilang dalam Ritual Penti ............................... 85

B. Tiga Tahap dalam Ritual Penti ...................................................................... 87

B.1. Tahap Pemisahan .................................................................................. 87

B.2. Tahap Liminal........................................................................................ 90

B.3. Tahap Penggabungan ............................................................................. 92

C. Mengidentifikasi Kelompok Sosial yang Tercipta dari Ritual Penti ............. 94

C.1. Kelompok Menengah Atas .................................................................... 95

C.2. Kelompok Menengah Bawah ................................................................ 97

C.3. Kelompok Agama .................................................................................. 98

C.4. Kelompok Masyarakat Dayak Mualang ................................................ 99

D. Catatan Penutup ............................................................................................. 100

BAB V: PENUTUP ............................................................................................................. 102

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 102

B. RefleksiTesis ....................................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 107

DAFTAR NARASUMBER ................................................................................................ 109

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penulis mulai menyaksikan ritual Penti untuk pertama kali pada bulan Agustus

tahun 1999 di Desa Barang, desa kecil di Kecamatan Pagal, Kabupaten Manggarai

Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk pertama kali, penulis mengikuti

secara langsung kegiatan ritual Penti yang diadakan tiap tahun oleh orang Manggarai

di Flores. Selama empat tahun penulis berada di Flores dan selama itu pulalah penulis

mengikuti ritual Penti yang kebetulan kakek kedudukannya sebagai tu’a golo (kepala

kampung).

Dalam ritual Penti, penulis mendapatkan informasi dari kakek mengenai

kesakralan dalam setiap acara ritualPenti. Hal ini bisa dilihat pada saat dimulainya

perarakan yang dimulai dari wae teku (mata air), boa (kuburan), compang (sebuah

tempat khusus untuk persembahan), mbaru gendang (rumah adat). Masing-masing

tempat diatas memiliki perbedaan dalam setiap sesi ritualnya. Proses yang berbeda-

beda tersebut terdapat dalam doa (torok) yang disampaikan oleh tu’a golo. Ritual

Penti merupakan hal yang baru bagi penulis, meskipun penulis berdarah Manggarai

asli. Hal ini dikarenakan penulis dibesarkan di perantauan dan belum pernah melihat

kedua orang-tua maupun orang Manggarai lainnya mengadakan ritual Penti ataupun

ritual lainnya di perantauan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

2

Penelitian ini berangkat dari pengalaman penulis sebagai orang Manggarai

yang dibesarkan di perantauan. Pengenalan ritual Penti oleh penulis dilakukan dengan

caraterlibat langsung dalam praktik ritual tersebut selama empat tahun di Flores.

Ketika kembali ke Kalimantan Barat pada tahun 2002, penulis tidak menemukan

orang Manggarai membahas tentang ritual Penti. Namun tidak berlangsung lama,

penulis mulai mendengar orang Manggarai membahas mengenai ritual Penti di

Belitang Tengah.

Dalam proses menulis tentang ritual Penti, penulis merasakan kegelisahan

tersendiri. Hal ini dipengaruhi oleh pertanyaan: apakah penulis benar-benar paham

tentang ritual Penti yang didasarkan pada ingatan semasa kecil di Flores?

Selanjutnya, penulis mengaplikasikan teori-teori Kajian Religi perspektif Kajian

Budaya dalam menguraikan ritual Penti. Penguraian tersebut berupa perubahan orang

Manggarai yang berhijrah ke Kalimantan Barat dan mempraktikkan ritual Penti

sebagai ritual keagamaan orang Manggarai di perantauan. Maka dari itu, penelitian

ini merupakan sebuah pengalaman pribadi yang berfokus kepada ritual Penti di tanah

diaspora. Ritual Penti menjadi ritual yang menyatukan orang Manggarai yang berada

di Kalimantan Barat.

Penulisan tesis ini berjudul “Ritual Penti di Tanah Diaspora: Komunitas

Manggarai di Kalimantan Barat”. Judul ini terinspirasi dari pengalaman khas diaspora

dan praktek orang Manggarai yang berdiaspora melakukan sesuatu bersama-sama

yang merujuk pada budaya asli, akan kerinduan kampung halaman terobati semacam

mereka bernostaligia. Yang menarik dari orang Manggarai diaspora, mereka kembali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

3

kebudaya asli tetapi terbuka terhadap sesuatu yang baru dan berbaur bersama orang-

orang baru.

Orang Manggarai berbaur bersama masyarakat lokal dan mengikuti setiap

pergelaran budaya dari masyarakat lokal. Dan disisi lain, justru terkadang mereka

bernostalgia terhadap kampung halaman sehingga budaya sendiri menguat. Justru

berada di perantauan adanya politik identitas yang merujuk pada identitas sendiri itu

yang terjadi, antara percaya dengan budaya setempat, tetapi tetap menaikkan budaya

sendiri. Orang Manggarai di perantauan lebih banyak berbaur dengan masyarakat lain

dibandingkan dengan sesama Manggarai baik dalam pekerjaan, keluarga. Orang

Manggarai sangat cair tetapi ketika dalam ritual Penti mereka murni menggunakan

bahasa Manggarai ini benar-benar Manggarai.

Tulisan ini berusaha menunjukkan bahwa ritual Penti sudah benar-benar

melampaui ruang (dari Manggarai ke perantauan) dan juga melampaui waktu (masih

ada hingga kini). Tentu dalam perjalanannya, ritual Penti (esensi dan maknanya)

sangat mungkin sudah berubah atau dimodifikasi sesuai dengan konteks masyarakat

Manggarai yang juga berubah. Satu hal yang dapat menjadi penyebab perubahan

adalah pertemuan budaya.

Dalam hal inilah, ritual adat (Penti) menemukan suatu tempat baru dan

berpindah melintasi ruang asalinya, dari Manggarai ke perantauan orang-orang

Manggarai, di Kalimantan Barat. Berkaitan dengan itu, kita dapat memahami bahwa

ritual Penti bukan sebagai suatu yang konkret, melainkan mengalami suatu proses

yang kompleks. Ritual Penti bergerak melalui ruang dan waktu. Ritual Penti itu tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

4

statis. Dan ritual Penti mempunyai efek. Ritual Penti meninggalkan jejak. Dan

terkadang jejak tersebut perlu dirayakan, apalagi oleh orang-orang Manggarai di

perantauan. Jadi, tugas peneliti dalam hal ini adalah menelusuri, mengikuti dan

merekam berbagai jejak yang ditinggalkan oleh religi asli Manggarai, terutama ritual

Penti. Bahwa ritual Penti itu telah mengubah manusia dan tempat, arena sosial dan

alam orang Manggarai.

Pertama kali orang Manggarai dan masyarakat dayak Mualang bermukim

bersamatidak terlihat keakraban di antara kedua suku tersebut. Hal ini disebabkan

adanya perbedaan bahasa diantara kedua belah pihak. Bahasa menjadi penghalang

besar yang menyulitkan mereka untuk bertegur sapa. Penyebab lainnya ialah orang

Dayak Mualang lebih memilih menggunakan bahasa ibu (Mualang) dibandingkan

menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga orang Manggarai kesulitan untuk

berkomunikasi dengan mereka.

Perbedaan lainyang ikut memengaruhi ketidakakraban itu adalah perbedaan

fisik dan kebudayaan. Secara fisik, orang Manggarai berambut keriting, tinggi, hitam,

bermata besar, serta memiliki suara yang lantang. Sementara secara fisik orang Dayak

Mualang berambut lurus, sedang, putih, mata sipit, memiliki suara yang lemah

lembut. Perbedaan kebudayaan diantara mereka sangatlah jauh berbeda dapat dilihat

dalam acara gawai Dayak1, pernikahan, kematian, dan lain-lain. Karena perbedaan-

perbedaan itu, muncullah sikap ketidaksukaan orang Dayak Mualang terhadap orang

Manggarai. Ketidaksukaan orang Dayak Mualang yang lain berupa pandangan bahwa

1Syukuran habis panen Padi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

5

para pendatang merampas tanah milik mereka serta tanah tersebut diberikan secara

cuma-cuma oleh pemerintah. Namun, dengan berjalannya waktu keduanya suku ini

saling menerima satu sama lain.

Ritual Penti tidak hadir begitu saja di perantauan tanpa adanya persetujuan

dari masyarakat lokal yaitu masyarakat Dayak Mualang. Dengan demikian, kita bisa

melihat latar belakang orang Dayak Mualang dalam menyetujui adanya praktik ritual

Penti di perantauan. Orang Dayak Mualang dan orang Manggarai menjalin hubungan

dengan baik tanpa ada perselisihan dan konflik. Hal ini dilatarbelakangi oleh

kepercayaan yang sama, yaitu menganut agama Katolik/Protestan. Dengan demikian,

orang Dayak Mualang secara resmi mengundang orang Manggarai dan orang Flores

lainnya untuk mengikuti ritual penyambutan tamu. Ritual ini diadakan untuk

menandakan bahwa orang Dayak Mualang sudah menerima mereka secara

resmi.Sejak saat itu, hubungan diantara keduanya terjalin dengan baik. Orang

Manggarai yang masih berstatus lajang ada yang menikahi dari suku Dayak Mualang.

Tidak mengherankan jika melihat mereka seperti keluarga. Ada beberapa orang

Manggarai yang diangkat sebagai anak oleh orang Dayak Mualang.

Tampak terlihat kebersamaan di dalam kehidupan sosial orang Manggarai dan

orang Dayak Mualang di Belitang Tengah. Mereka saling membantu dan menolong

baik antara umat Protestan maupun umat Katolik. Mereka saling bahu-membahu

untuk mendirikan gereja Katolik maupun gereja Protestan. Yang dahulunya hanya

memiliki satu rumah ibadat. Umat Katolik dan Protestan bergantian menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

6

rumah ibadat itu. Namun, saat ini, baik umat Katolik maupun Protestan sudah

memiliki rumah ibadat masing-masing.

Hubungan orang Manggarai dan orang Dayak Mualang bisa dilihat dari

keterlibatan mereka dalam kehidupan menggereja di Belitang Tengah. Ambil contoh

dalam kegiatan-kegiatan gereja (mengambil bagian tugas dalam ibadat sabda hari

minggu), seperti lektor, doa umat, dirigen, dan juga doa lingkungan. Kegiatan ini

terlihat setiap kali ibadat pada hari minggu. Umat yang hadir di gereja semakin hari

semakin bertambah. Orang Dayak Mualang pun aktif mengikuti doa lingkungan yang

diadakan oleh orang Manggarai.

Kedekatan antara orang Manggarai dan orang Dayak Mualang dapat

ditunjukkan melalui keterlibatan orang Manggarai dalam setiap perayaan orang

Dayak Mualang, di antaranya acara Nugal (menanam padi di ladang), pernikahan,

gawai padi (syukuran sehabis panen), syukuran rumah, dan lain-lain. Keterbukaan

orang Dayak Mualang terhadap orang Manggarai membuat orang Manggarai

memberanikan diri untuk mengadakan ritual Penti. Niat baik ini diterima oleh orang

Dayak Mualang dengan satu syarat.

Syarat tersebut berupa semua kebutuhan dalam perayaan ritual Penti

merupakan hasil dari tindakan membeli kepada orang Dayak Mualang. Adanya

kesepakatan itu disetujui oleh kedua pihak, sehingga ritual Penti-pun mampu

dihadirkan di tengah masyarakat di perantauan. Adapun izin yang diberikan oleh

orang Dayak Mualang berangkat dari pertimbangan bahwa ritual Penti merupakan

identitas orang Manggarai yang membedakannya dengan orang Flores lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

7

Dalam konteks masyarakat Manggarai, Kanisius T. Deki dalam bukunya

memperlihatkan ritual orang Manggarai dari jenis waktu pelaksanaannya, yakni yang

pertama, ritual yang berkaitan dengan proses awal kehidupan manusia (kehamilan,

masa nifas, dan menopause ibu menjalankan ritus dopo wing, dopo: berhenti, wing:

usia produksi). Kedua, ritual yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dan interaksi

sosial, yaitu: mata pencaharian, penyakit, perkawinan, syukuran dan selamatan, serta

sumbangan sosial. Ketiga, ritual yang berhubungan dengan transisi antara kehidupan

dunia dan akhirat, yaitu kematian. Selain ketiga point yang disampaikan oleh Deki,

sebenarnya orang Manggarai punya relasi yang intens dengan “dunia seberang”

melalui ritus-ritus khusus. Munculnya ritus teing hang, dalam upacara ritual Penti,

misalnya, merupakan salah satu bukti keberlanjutan relasi antara orang Manggarai,

leluhur, pencipta, dan alam semesta.2

Hubungan orang Manggarai dengan leluhurnya terdapat dalam rangkaian

upacara adat yang berhubungan antara satu aspek dengan aspek lainnya. Termasuk

dengan Wujud Tertinggi (Mori Keraeng). Orang Manggarai memiliki pandangan

pokok bahwa leluhur adalah perantara menuju Allah, jembatan antara Allah dan

manusia. Itulah sebabnya dalam seluruh peristiwa hidup mereka ditandai oleh adanya

upacara memohon bantuan para leluhur untuk melindungi, mengampuni dosa atau

untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala keberhasilan yang telah dicapai.3

2Kanisius T. Deki, Gereja Menyapa Manggarai: Menghirup Keutamaan Tradisi, Menumbuh

Cinta, Menjaga Harapan, Jakarta: Parrhesia Institute, 2011, hal. 49. 3Ibid, hal. 80.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

8

Ritual Penti ada dalam konteks ini yakni bersyukur atas segala rezeki yang

telah diterima, khususnya atas hasil panen yang telah diberikan oleh Mori Jari Dedek

(Tuhan pencipta). Sebagai ungkapan kegembiraan, beberapa hari sebelum acara Penti

dinyanyikan lagu dan tarian (sanda agu mbata) sebagai tata acara sepanjang malam.

Sebenarnya ada dua jenis Penti yang biasa dilaksanakan oleh orang Manggarai, yakni

Penti mese (Penti besar) dan Penti koe atau disebut juga Penti kilo (Penti kecil, Penti

keluarga).4

Peserta dalam Penti mese melibatkan seluruh warga kampung, wan-koe, etan-

tu’a, pa’angn olo-ngaung musi (warga dari yang terkecil hingga yang tertua)

termasuk anak rona (pihak pemberi gadis) dan anak wina (pihak penerima gadis),

sedangkan Penti kilo, hanya dihadiri oleh satu keluarga. Berkaitan dengan perbedaan

jenis Penti itu, ada perbedaan pula berkaitan dengan jenis hewan kurban. Penti mese

biasanya membutuhkan hewan kurban yang lebih besar seperti kerbau (kaba) atau

babi (ela) dengan jumlah lebih dari satu, sementara Penti kilo cukup dengan

menyembelih seekor ayam jantan putih (manuk lalong bakok).5

Ayam putih dalam kehidupan orang Manggarai merupakan lambang

penebusan dari segala dosa, kelemahan sekaligus ungkapan kesucian, keikhlasan serta

kemurnian hati untuk memperjuangkan kehidupan. Sesudah torok, bagian tertentu

dari hewan kurban, dibakar untuk dijadikan sesajen dan sisanya untuk dimakan

bersama dalam acara Penti. Torok Penti berisi dua aspek penting, yakni pertama,

4Ibid, hal. 81.

5Ibid, hal. 82.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

9

syukuran atas segala penyertaan Mori Jari Dedek dan leluhur. Kedua, mohon

penyertaan Mori Jari Dedek dan leluhur di tahun tanam yang akan datang.6

Dalam pemahaman Petrus Janggur (2010:120), ritual Penti adalah salah satu

dari sekian banyak perayaan adat Manggarai (tae adak Manggarai). Penti adalah

pesta syukur kepada Tuhan atas hasil panen. Dalam kamus bahasa Manggarai, ritual

Penti diartikan sebagai pesta tahun baru orang Manggarai. Pengertian ini diangkat

dari bahasa Manggarai yang berbentuk go’et: penti weki-peso beso reca rangga-wali

ntaung; na’a cekeng mangacuru cekeng weru.7 Pesta Penti dirayakan bersama-sama

oleh seluruh warga desa (weki pa’ang olo-ngaung musi,wan koe-atan tu’a). Ritual

Penti dirayakan setiap tahun pada permulaan musim tanam atau sesudah memetik

hasil dari kebun. Orang Manggarai sering merayakan ritual Penti pada bulan Agustus

tiap tahun. Ritual Penti juga merupakan momen penting untuk dapat berkumpul

karena suasananya sangat mendukung yakni dalam suasana sukacita, suasana

bersyukur dan berterima kasih dengan rasa kekeluargaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, ada beberapa masalah yang perlu

untuk dikaji. Masalah tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimana ritual Penti dipraktikkan oleh orang Manggarai di Kalimantan

Barat?

6Ibid,hal. 83.

7Syukur dari penduduk desa kepada Tuhan dan para leluhur karena telah berganti tahun, telah

melewati musim kerja yang lama dan menyongsong musim kerja yang baru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

10

2. Apa makna ritual Penti bagi orang Manggarai di Kalimantan Barat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dari ritual Penti yang

dipraktikkan di Flores dan yang dipraktikkan di Kalimantan Barat.

2. Untuk melihat pemaknaan orang Manggarai akan ritual Penti yang

diadakan di Kalimantan Barat.

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang berkaitan dengan penelitian ini, sebagai berikut:

1. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengemukakan tentang penelitian-

penelitian yang mengangkat tema seputar ritual keagamaan, terutama

tentang ritual Penti sebagai agama asli orang Manggarai di masa lalu.

Banyak tulisan yang mengangkat tema tentang ritual Penti. Munculnya

tulisan-tulisan dengan berbagai topik yang disampaikan secara umumnya

adalah mengenai kegiatan kebudayaan orang Manggarai lebih khusus

mengenai ritual Penti sebagai ritual keagamaan. Penelitian mengenai ritual

Penti tentu saja sudah banyak dilakukan, dengan memaparkan berbagai

proses yang sama sekali tidak dihilangkan/terkikis dari ritual Penti. Maka

dari itu, penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sisi lain dari ritual Penti

yang dipraktikkan orang Manggarai di Kalimantan Barat.

2. Penelitian ini bisa digunakan sebagai data terkait dengan praktik

keagamaan orang Manggarai di perantauan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

11

3. Penelitian ini dimaksudkan agar orang Manggarai di perantauan dapat

menambah informasi dan dapat menjadi referensi penunjang dalam

kegiatan ritual Penti.

4. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi penelitian-penelitian

selanjutnya yang mengangkat tema tentang ritual keagamaan orang

Manggarai.

E. Kajian Pustaka

Sebagai bahan acuan dari tulisan-tulisan terdahulu yang mendukung hasil

penelitian, maka penelitian ini perlu memiliki kajian pustaka dari beberapa buku dan

beberapa hasil penelitian, yang akan di-jabarkan sebagai berikut:

1. Praktik Ritual Penti

Terkait pembahasan mengenai ritual Penti, ada beberapa tulisan dari para

sosiolog dan antropolog. Jilis A.J.Verheijen (1991: 21-209), memaparkan mengenai

religi di Manggarai yang ditulis sebelum tahun 1950. Dalam buku ini juga, ia dengan

jelas membahas bagaimana orang Manggarai menyebut Wujud Tertinggi, pikiran

orang Manggarai tentang Mori Keraeng, serta bagaimana orang Manggarai

menghubungkan Mori Keraeng, Mori Keraeng di dalam beberapa mitos dan

dongeng, hingga sampai pada pembahasan mengenai hubungan antara Mori Keraeng

dan roh-roh. Kanisius Teobaldus Deki (2011:71-81), memaparkan mengenai ritual

kebun orang Manggarai sampai pada ritual Penti yang dipraktikan orang Manggarai.

Selain itu, Deki menjelaskan secara bertahap ritual Penti serta bahan-bahan yang

digunakan dalam ritual Penti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

12

Mariebeth Erb(2010:269),memaparkan bahwa selama masa Orde Baru banyak

kebijakan dibuat untuk mendorong untuk memandang adat sebagai “kesenian”dan

“pertunjukan”. Pada masa Orde Baru, budaya masyarakat Manggarai secara teratur

diselenggarakan oleh pemerintah daerah selama perayaan peringatan Hari

Kemerdekaan. Bupati pertama Manggarai, Fransiskus Lega (1967-1978) adalah

seorang pecinta “seni budaya”. Ia mengatur lomba budaya dan pertunjukan, tentu saja

dengan sebuah tujuan besar pembangunan bangsa. Pada saat yang sama, pertunjukan-

pertunjukan ini membangkitkan gagasan tentang “kebudayan Manggarai”. Mereka

juga menciptakan gagasan “budaya daerah”, dan rasa kebangsaan sebagai bagian dari

Indonesia. Hanya sedikit orang pada masa itu yang memiliki kerangka konseptual

untuk “memikirkan” kebudayaan Manggarai. Dengan membawa masyarakat dari

kampung ke ibukota, Lega menyebarkan gagasan tentang „kebudayaan Manggarai”

sebagai sebuah produk yang terpadu dan punya standar tertentu.

Petrus Janggur (2010:121-122), membahas mengenai norma-norma dalam

ritual Penti seperti memiliki norma yang mengatur hubungan antar sesama manusia

dengan lingkungan hidupnya. Bisa dikatakan bahwa ritual Penti itu memiliki dimensi

vertikal, horizontal dan sosial. Pertama, dimensi vertikal dalam pesta Penti adalah

orang Manggarai bersyukur kepada Tuhan (Mori Keraeng) dan para leluhur (empo).

Kedua, dimensi horizontal dari perayaan Penti itu adalah memperkokoh persatuan

dan kesatuan wa’u (klan), panga (sub klan), ase ka’e (adik-kakak), anak rona

(pemberi istri), dan anak wina (penerima istri). Ketiga, dimensi sosial dari Penti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

13

sebagai reuni keluarga. Ajang pertemuan segala orang yang ada hubungan darah

dengan mereka yang merayakan Penti.

Adi M. Nggoro (2006:190), memaparkan mengenai makna dan tujuan

mengadakan ritual Penti bagi orang Manggarai. Pertama, menyadarkan diri orang

Manggarai sendiri menyangkut makna bersyukur, baik kepada leluhur, wujud

supernatural, Wujud Tertinggi (Mori Keraeng). Kedua, terbinanya hubungan

kekerabatan keluarga. Ketiga, melalui acara syukur juga dapat menyadarkan akan

peran kesatuan tata ruang budaya Manggarai, yaitu” beo/golo lonto, (kampung), natas

labar (halaman kampung tempat bermain-main), rumah tinggal (mbaru kaeng),

tempat sesajian (compang te somba), wae teku (air minum), acara bersih kubur

(weang boa), uma duat/lingko (kebun).

Kontribusi yang diberikan oleh kelima penulis di atas terhadap penelitian ini

ialah kebersamaan membahas tentang orang Manggarai. Akan tetapi, kelima penulis

tersebut berbeda-beda dalam membahas mengenai orang Manggarai dan ritual Penti.

Dengan kata lain, buku-buku di atas memberikan tanda bahwa orang Manggarai

sudah terikat dengan adat-istiadat sejak dahulu. Orang Manggarai membicarakan

adat. Kontribusi orang Manggarai dalam adat. Orang Manggarai memahami sebutan

untuk Mori Keraeng. Hal-hal inilah yang penulis temukan dalam buku-buku di atas.

Penulis menggunakan referensi/tinjauan buku-buku di atas dengan maksud

mengemukakan hal yang berkaitan dengan ritual Penti orang Manggarai di

Kalimantan Barat. Dengan kata lain, penelitian ini lebih khusus memperhatikan

perubahan dan adaptasi orang Manggarai dalam membawa dan mempraktikkan ritual

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

14

Penti di Kalimantan Barat karena di sana ritual Penti tidak dilaksanakan sama persis

seperti yang dipraktikkan di Manggarai.

2. Fenomena Orang Manggarai di Kalimantan Barat

Prijono Tjiptoherijanto (1997:102), menyatakan bahwa program transmigrasi

dapat dipandang sebagai salah satu cara mengendalikan laju urbanisasi dan juga

memiliki tujuan pemberantasan kemiskinan. Prijono menguraikan bahwa program

transmigrasi sendiri memiliki beberapa tujuan, yaitu; pertama, meningkatnya

kesejahteraan penduduk; kedua, mengembangkan pembangunan wilayah terutama di

daerah yang masih terisolasi; ketiga, mengendalikan penurunan kualitas lingkungan;

keempat, mengurangi masalah perkotaan; dan kelima, mengurangi ketimpangan

persebaran penduduk dalam rangka meningkatkan nasional.

Sri Astuti (2014:80), mengatakan sangat wajar bila pemerintah Indonesia

sering memilih wilayah Kalimantan, termasuk Kalimantan Barat, sebagai daerah

tujuan program transmigrasi. Selain masih banyak tanah atau areal yang lapang dan

belum termanfaatkan, juga karena penduduk yang ditransmigrasikan adalah para

petani yang dianggap mampu mengelola pertanian agraris, sehingga para transmigran

idealnya dapat lebih produktif mengelola lahan pertanian yang ada di Kalimantan

Barat. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa program transmigrasi merupakan salah

satu program pembangunan Pemerintah Orde Baru. Namun, dalam kenyataannya

proyek/program pembangunan tersebut tidak selalu memberi hasil yang positif. Hal

ini pula yang terjadi di Provinsi Kalimantan Barat. Berkaitan dengan program

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

15

tersebut, terjadi pembukaan lahan secara bersar-besaran untuk perkebunan kelapa

sawit.

Colin MacAndrew dan Rahardjo (1979:123), menyatakan bahwa Kalimantan

Barat merupakan satu di antara delapan belas provinsi di Indonesia yang ditunjuk

menjadi daerah pemukiman para transmigran yang berasal dari daerah-daerah kritis di

Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Para transmigran yang dimukimkan di Kalimantan

Barat umumnya berasal dari kalangan petani yang tidak memiliki tanah garapan

maupun rumah tempat tinggal di daerah asal mereka. Latar belakang pendidikan

mereka tidak tinggi, banyak di antara mereka belum tamat dari sekolah dasar. Banyak

diantara mereka yang memiliki motivasi utama untuk pergi bertransmigrasi adalah

memperoleh sebidang tanah yang cukup besar dan juga keinginan

mengecap/merasakan kehidupan yang lebih baik.

Dari pemaparan di atas, terlihat kepada kita bagaimana alasan masyarakat

Indonesia yang tertarik mengikuti program transmigrasi. Ketertarikan mereka

mengikuti program ini yaitu untuk mengubah kehidupan mereka dan memperoleh

pekerjaan. Program transmigrasi ini pun menarik minat masyarakat Manggarai

sehingga menghantarkan mereka sampai di Kalimantan Barat. Bukan saja sebagai

perantau, mereka juga membawa serta kebiasaan mereka dalam mempraktikkan ritual

keagamaan yaitu ritual Penti sebagai ucapan syukur mereka kepada Tuhan yang

telahmemberikan kesuksesan mereka sebagai perantau. Muncul sebuah pertanyaan,

mengapa orang Manggarai mempraktikkan ritual Penti di perantauan? Pertanyaan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

16

menjadi rujukan dalam memahami ritual Penti yang dipopulerkan oleh orang

Manggarai di perantauan.

F. Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan konsepberpindah dan menetap (crossing and

dwelling) karya Thomas A. Tweed. Kemudian, konsep liminalitas dan komunitas dari

Victor Turner. Konsep-konsep tersebut mempunyai keterkaitan yang dapat membantu

penulis untuk menganalisis pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah.

Berpindah dan Menetap

Dalam menganalisis ritual keagamaan yangmelintasi ruang (Manggarai ke

Kalimantan Barat), waktu (masih ada hingga kini),dan berjumpa dengan budaya lain,

penulis menggunakan teori Crossingand Dwelling: A Theory of Religionkarya

Thomas A. Tweed terkait usaha untuk mendefinisikan agama itu. Tweed menyatakan

bahwa agama adalah suatu aliran budaya yang terus berkembang dan berfungsi untuk

meningkatkan atau menciptakan kebahagiaan dalam diri manusia, untuk melawan

penderitaan dengan menarik kekuatan manusia dan kekuatan suprahuman. Agama

juga berfungsi untuk menciptakan suatu “tempat tinggal” (home) bagi para

pengikutnya dan melampaui batas-batas yang ada. Di sini Tweed tidak lagi

mendefinisikan agama sebagai suatu bentuk yang tunggal melainkan agama dalam

bentuk prural (religions).8

8Thomas A. Tweed, Crossing and Dwelling: A Theory of Religion, Cambridge: Harvard

University Press, 2006, hal.54.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

17

Dari definisi di atas, Tweed membagi dan menjelaskan istilah-istilah yang

digunakannya, yaitu confluences, organic-cultural, Confluences di sini digunakan

untuk menggambarkan bahwa agama (religions) memiliki sifat cair atau aquatik.

Agama merupakan suatu yang terus bergerak dan berubah. Tweed menggunakan

analogi ini salah satunya dengan bersumber dari pandangan Buddha yang

menyatakan bahwa segala hal itu terus mengalir dan berubah termasuk juga agama.

Agama selalu berusaha untuk menemukan suatu tempat dan melintas melalui ruang

dan waktu atau Tweed mengistilahkannya dengan crossing dan dwelling.

Perpindahan ini menandakan bahwa agama bukanlah suatu yang dapat didefinisikan

dengan tetap melainkan merupakan suatu proses yang kompleks. Agama sebagai

aliran dapat dilihat dari jejak-jejak yang ditinggalkannya. Kita mendefinisikan dan

memetaforakan agama dengan bagaimana agama itu membuat perubahan. Perubahan

bagi manusia yang ada di dalamnya, perubahan akan struktur sosial, bahkan

perubahan lokasi dan bentang alam yang dipengaruhi oleh keberadaan agama.9

Organic-cultural flows, merupakan penggambaran bagaimana aliran dari

agama tersebut. Agama digambarkan tidak hanya bergerak melalui ruang melainkan

juga bergerak melintasi waktu. Agama bergerak melintasi waktu dapat digambarkan

dengan diturunkannya tradisi dalam agama, seperti gerakan dalam berdoa di tiap

agama (sholat, membuat tanda salib, mengatupkan tangan). Sedangkan agama yang

bergerak melintasi ruang adalah dibawanya kepercayaan oleh para misionaris ke

berbagai penjuru dunia. Selain itu agama juga merupakan suatu aliran yang individual

9Ibid, hal.55.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

18

sekaligus kultural atau kolektif. Agama tidak hanya terkait dengan proses yang ada

dalam pikiran, melainkan juga merupakan proses yang dipengaruhi oleh budaya di

mana agama tersebut tumbuh. Hubungan antara budaya dan individu ini merupakan

hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Individu membentuk suatu tradisi, dan tradisi

tersebut juga mengubah individu yang berada di dalamnya. Kedua hal tersebut saling

memengaruhi, berkembang, dan berubah bersama-sama.10

Agama juga menggunakan bahasa (trope) dalam bentuk kiasan dan metafora

untuk menjelaskan banyak hal yang sulit didefinisikan seperti Tuhan, cinta, dan

berbagai konsep lain. Dalam agama juga terdapat institusi yang bertugas untuk

meneruskan, menyebar dan mengubah tradisi yang ada dalam agama. Agama juga

menciptakan suatu ritual yang harus dilakukan dengan para pengikutnya karena

agama adalah performansi. Untuk menyatakan bahwa agama adalah suatu aliran

organik-kultural, Tweed menyatakan bahwa agama adalah pertemuan dari saluran

organik dan kultural yang bergabung untuk membentuk suatu jaringan institusi yang

mengajarkan, menyebarkan dan mengubah ekspresi bahasa (trope), kepercayaan,

nilai, emosi, artefak, dan ritual.11

Liminalitas dan Komunitas

Analisis dalam penelitian ini diharapkan mampu melihat bentuk liminalitas

dan komunitas dalam ritual Penti yang dipraktikkan orang Manggarai di Kalimantan

Barat. Untuk menjawab pesoalan ini, penulis menggunakan teori dari Victor Turner.

10

Ibid,hal. 62. 11Ibid,hal.63.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

19

“I came to see performance of ritual as distinct phases in the social processes

where by groups became adjusted to internal changes (whether brought

about by personal or faction dissensions and conflicts of norms or by

technical or organicational innovations), and adapted to their external

environ ment (social and cultural, as well as physical and biotic)”.12

Pertunjukan ritual sebagai fase yang berbeda dalam proses sosial di mana

kelompok-kelompok disesuaikan dengan perubahan internal (baik yang

disebabkan oleh perselisihan pribadi maupun persekongkolan, konflik atau

norma oleh inovasi teknolog atau organisasi), dan disesuaikan dengan

lingkungan eksternal mereka (sosial dan budaya, serta fisik dan biotik).

Dari kasusnya sendiri, Turner terdorong mempelajari genre simbol dalam

masyarakat berskala besar oleh beberapa implikasi dari dari karya Arnold van

Gennep (yang terutama mengacu pada data masyarakat berskala kecil) di Ritus de

Passage-nya, yang pertama kali diterbitkan di Perancis pada tahun 1908. Arnold van

Gennep yang merupakan salah satu tokoh yang menyinggung soal “ritus peralihan”.

Van Gennep sendiri bermaksud menampakan bahwa istilah “ritus peralihan”

seharusnya sama-sama untuk ritual yang menyertai kelompok individu atau

kelompok perubahan status sosial seseorang, dan karena hal tersebut berkaitan

dengan perubahan musiman untuk keseluruhan masyarakat.13

Van Gennep, membedakan tiga fase dalam ritus peralihan seperti fase

pemisahan, fase transisi dan fase penggabungan. Arnold van Gennep berpendapat

bahwa tiga fase skemanya bervariasi panjang dan tingkat elaborasi dalam berbagai

jenis bagian; misalnya, ritus pemisahan yang menonjol dalam upacara pemakaman,

12

Victor Turner, From Ritual To Theatre: The Human Seriousness of Play, New York:

Cornell University Press, 1982, hal. 21. 13

Ibid,hal.25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

20

ritus penggabungan saat perkawinan. Upacara transisi mungkin memainkan peran

penting, misalnya, dalam kehamilan, pertunangan, dan inisiasi.14

Pembahasan tiga tahap dalam ritus peralihan amat diperlukan sebagai latar

belakang munculnya teori liminalitas Victor Turner. Van Gennep dalam bukunya Les

Rites de Passage merekonstruksi ritus-ritus, khususnya di kalangan masyarakat

primitif. Dia melihat dan meneliti ritus-ritus peralihan yang diadakan di masyarakat

primitif seluruh dunia. Menurut Van Gennep ritus-ritus berkaitan dengan peralihan

warga masyarakat atau kelompok warga masyarakat ke dalam keadaan baru seperti

misalnya, kehamilan, kelahiran, perkawinan dan pemakaman. Dalam masyarakat

seperti itu peralihan status merupakan suatu peralihan yang suci. Orang memasuki

tahap baru dalam kehidupan masyarakatnya. Setiap peralihan status diiringi dengan

ritus untuk menghindari adanya sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam hal ini

dipercayai bahwa orang akan diganggu oleh roh leluhur.15

Penemuan Van Gennep ini dikembangkan oleh Victor Turner. Ia terutama

mengembangkan ritus peralihan, khususnya tahap liminal. Liminalitas digunakan

untuk meneropong permasalahan dan menelah ritus-ritus yang ada di masyarakat

Ndemu khususnya dan akhirnya dalam masyarakat lainnya. Van Gennep

mendefinisikan Rites de Pessage sebagai ritus-ritus yang mengiringi setiap perubahan

tempat, keadaan, status sosial dan umur. Ia telah menunjukan bahwa semua ritus

ditandai dengan tiga fase yaitu pemisahan, margin (liminal) dan penggabungan

14

Ibid, hal.26 15

Y. Wartajaya W, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor

Turner,Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1990, hal.32.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

21

(reintegration).16

Ada perbedaan antara Turner dan Van Gennep. Pertama, Van

Gennep hanya menekankan perubahan luar, yaitu status sosial yang dilengkapi oleh

ritus-ritus. Turner menekankan perubahan-perubahan batin, moral, dan kognitif yang

terjadi. Kedua, Van Gennep hanya mengamati aspek sosial keadaan liminal,

sedangkan Turner mengamati proses dekonstruktif dan rekonstruktif dari ritus. Turner

memusatkan pada sifat-sifat simbol yang dilupakan, asing, dan amorphous.17

Pembahasannya lebih lanjut Turner membahas mengenai tiga tahap dalam ritus

peralihan yaitu: tahap pemisahan, tahap liminal dan tahap penggabungan bagaimana

kita tahu tentang tahap pemisahan, tahap liminal dan tahap penggabungan. Jadi, kalau

dibuat suatu skema, makan dapat diperlihatkan sebagai berikut:18

Menurut Victor Turner dalam ritus aspek komunitas ditekankan. Aspek

komunitas tidak bisa dipisahkan dari pengalaman liminal. Pengalaman liminalitas

dialami sesudah orang/kelompok mengalami pemisahan. Liminalitas berarti fase

16

Ibid,hal. 34. 17

Ibid, hal.35. 18

Ibid,hal. 36.

Tahap pemisahan:

pelepasan dari

individu atau

kelompok baik dari

keadaan tetap dalam

struktur sosial

maupun dari

serangkaian

keadaan kultural

Tahap liminal:sifat khas

subjek ritual ambigu

melampaui bidang kultural

yang mempunyai beberapa

ciri masa lalu dan masa

yang akan datang.

Dihubungkan dengan

simbol-simbol kematian,

dalam rahim ibu,

kegelapan.

Tahap

penggabungan:pera

lihan menjadi

sempurna. Subjek

ritual kembali

kekeadaan semula.

Subjek ritual

mempunyai hak-

hak dan keajiban

seperti yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

22

dalam ritus di mana orang-orang mengadakan “refleksi”. Maka liminalitas kerap kali

dihubungkan dengan kematian, berada dalam kandungan, atau dalam kegelapan. Ciri-

ciri liminalitas menjadi ambigu, yaitu tidak di sana dan tidak di sini. Bentuk sosial

dari liminalitas adalah komunitas.19

Victor Turner membedakan antara hubungan-hubungan sosial manusia dan

komunitas. Pertama, societas sebagai sistem yang terbedakan, berstruktur, dan

hierarkhik. Kedua, masyarakat yang terjadi dalam tahap liminal. Di sini masyarakat

yang dialami tidak berstruktur, tak terbedakan (undifferentiated), persekutuan

individu-individu yang sama. Di sini dialami dalam kesamaan. Ciri-ciri komunitas

dapat dikatakan sebagai hubungan dalam masyarakat biasa/sehari-hari. Dalam ritus

hubungan-hubungan itu bercirikan tak terbedakan, langsung, eksistensial, equlitarian,

tidak berstruktur (non-structured relationship).20

Apa yang menarik tentang fenomena liminal untuk digunakan dalam

penelitian ini adalah adanya perpaduan yang ditawarkan tentang kerendahan hati dan

kesucian, homogenitas dan persahabatan. Kita mempresentasikan, dalam ritus seperti

itu, dengan "momen masuk dan keluar dari waktu," dan masuk dan keluar dari

struktur sosial sekuler, yang mengungkapkan, betapapun singkatnya, beberapa

pengakuan (dalam simbol jika tidak selalu dalam bahasa) ikatan sosial umum yang

telah berhenti dan secara bersamaan belum terfragmentasi menjadi multiplisitas

ikatan struktural. Inilah ikatan yang diatur dalam kerangka hierarki kasta, kelas, atau

19

Y. Wartajaya W, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas Menurut Victor

Turner,Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1990, hal.11. 20

Ibid,hal. 12.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

23

peringkat atau pertentangan segmental di masyarakat tanpa kewarganegaraan yang

mencintai ahli antropologi politik. Hal ini tetap terjadi meskipun ada dua "model"

utama untuk keterkaitan manusia, yang disandingkan dan bergantian. Yang pertama

adalah masyarakat sebagai sistem posisi politik-legal ekonomi yang terstruktur,

berbeda, dan sering hierarkis dengan berbagai jenis evaluasi, yang memisahkan

manusia dalam hal yang “lebih” atau “kurang”. Yang kedua, yang muncul pada masa

liminal, adalah masyarakat sebagai sesuatu yang terstruktur dan relatif tidak

berdiferensiasi, komunitas, atau bahkan persekutuan individu yang setara yang

menyerahkan semua kepada otoritas umum; para sesepuh ritual.21

Turner lebih memilih istilah Latin "communitas" untuk "komunitas", untuk

membedakan modalitas hubungan sosial ini dari "area kehidupan bersama".

Perbedaan antara struktur dan komunitas bukan hanya hubungan akrab antara

"sekuler" dan "sakral", atau, antara politik dan agama. Masyarakat kesukuan memiliki

banyak atribut sakral; memang, setiap posisi sosial memiliki beberapa karakteristik

sakral. Tetapi komponen "sakral" ini diperoleh oleh para pemegang posisi selama

ritus peralihan, di mana mereka mengubah posisi. Sesuatu yang suci dari kerendahan

hati dan kecanggungan sementara itu berlalu, dan membuat kebanggaan untuk

mereka yang memiliki posisi atau jabatan yang lebih tinggi. Hal ini adalah masalah

pemberian pengakuan atas ikatan manusia yang esensial dan generik, tanpa tidak ada

masyarakat. Keterbatasan menyiratkan bahwa sesuatu tidak bisa dikatakan tinggi

21

Victor Turner, The Ritual Process, Structure And Anti-structure, New York: Cornell

University Press, 1969, hal. 97.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

24

kecuali ada sesuatu yang rendah, dan dia yang tinggi harus mengalami bagaimana

rasanya berada di di posisi yang rendah.22

G. Metodologi dan Metode Penelitian

Metodologi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah etnografi, lebih

jelasnya etnografi kritis. Etnografi kritis disebut sebagai respon terhadap kondisi

masyarakat sekarang, di mana sistem kekuasaan, prestise, privilese, dan otoritas

digunakan untuk memarginalkan individu atau kelompok yang dianggap berbeda.

Peneliti juga perlu terus menerus menyadari bahwa tidak ada penelitian yang objektif.

Peneliti perlu terus menyadari ideologi dan pengetahuan apa yang dia bawa dalam

penelitiannya dan pandangan apa yang digunakannya untuk melihat dan menganalisa

data yang dia dapatkan. Di posisi mana dia berdiri dan siapakah yang ingin dia

perjuangkan dan suara siapakah yang ingin dia sampaikan.23

Paul Willis menggunakan istilah imajinasi etnografi untuk merangkum apa

yang dia lakukan dalam penelitiannya. Imajinasi dibutuhkan untuk melihat apa yang

para partisipan tidak ungkapkan dalam wawancara. Imajinasi untuk melihat untuk apa

perilaku-perilaku itu dimunculkan, untuk melihat dominasi ideologi apakah yang

dilawan oleh suatu kelompok budaya tertentu. Imajinasi untuk melihat ideologi apa

saja yang ada, dan berada dalam kelas apakah suatu kelompok budaya tersebut. Kita

juga membutuhkan suatu imajinasi untuk melihat dunia dengan cara yang lebih luas

agar kita dapat melihat dan mengajukan pertanyaan yang tepat bagi para partisipan

22

Ibid, hal. 98. 23

Paul Willis, The Ethnographic Imagination, UK: Blackwell, 2000, hal. viii.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

25

dalam melihat hal tersebut. Imajinasi yang akan melihat kehidupan sehari-hari

manusia sampai dengan bagian terkecilnya. Mengapa imajinasi itu digabungkan

dengan istilah etnografi, karena etnografi menjadi suatu landasan empiris dan

konseptual di mana imajinasi kita akan bermain. Seperti yang Willis katakan dalam

bukunya etnografi merupakan suatu lubang jarum di mana benang imajinasi harus

melaluinya.24

Penulis menggunakan metodologi etnografi atau lebih tepatnya metodologi

imajinasi etnografis seperti yang diperkenalkan oleh Paul Willis sebagai metodologi

penelitian penulis. Pemilihan metodologi etnografi imajinasi dalam penelitian ini

penulis pilih karena cara pendekatan metodologi ini membantu penulis untuk secara

aktif terlibat, mengamati dan memaparkan ritual Penti yang dipraktikkan oleh orang

Manggarai di Kalimantan Barat.

Ada tiga tahapan melakukan analisis dalam Etnografi Imajinasi menurut Paul

Willis, sebagai berikut: tahap pertama, Paul Willis mengajak kita untuk melihat basis

material dari kelompok sosial tertentu yang diteliti. Tahap kedua, Paul Willis

mengajak kita untuk melihat bagaimana seseorang memaknai dunianya (sensuous

meaning). Tahap ketiga, Paul Willis mengatakan bahwa kita kembali melihat

bagaimana lingkungan dan struktur sosial mempengaruhi identitas dan pembentukan

budaya (lived penetration).25

24

Idem. 25

Veronica Dwiastuti, “Sekolah Biasa Saja: Kajian terhadap Praktik Pendidikan Etika

Alternatif yang Diajukan oleh Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta”,Tesis S2 Ilmu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

26

Salah satu bentuk etnografi, yang penulis praktekkan ini terinspirasi oleh

etnografi imajinasi dari Paul Willis. Dengan begitu yang pertama penulis lakukan

ialah melihat basis material dari pembentukan komunitas pendatang orang Manggarai

dalam penyelenggaraan ritual Penti baik itu para pengurus dan para anggota lainnya.

Pada tahap pertama ini akan melihat bagaimana orang Manggarai memilih para

pengurus dengan melihat latar belakang pendidikan sebagai pengurus dalam ritual

Penti. Pada tahap kedua, melihat bagaimana orang Manggarai mempraktikkan ritual

Penti. Pada tahap ketiga, melihat susunan ritual Penti menurut orang Manggarai.

Metode pengumpulan dan pengolahan data hasil penelitian penulis adalah

sebagai berikut:

1. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam tesis ini dapat dibagi menjadi dua

kategori yaitu. Pertama, data lisan yang dapat melibatkan 20 narasumber. Wawancara

dilakukan terhadap para pengurus, para anggota, dan tokoh masyarakat Dayak

Mualang. Kedua, data tertulis yang diambil dari beberapa buku-buku yang terkait

dengan kajian ritual Penti orang Manggarai, serta karya tulis ilmiah lainnya yang

dapat membantu tesis ini.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian tesis ini yaitu Belitang

Tengah. Belitang terdiri dari Belitang Hilir, Belitang Tengah dan Belitang Hulu yang

Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016, (Belum diterbitkan),

hal.37.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

27

terletak di wilayah Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat. Pemilihan lokasi

ini karena memudahkan akses mencapai tempat tujuan penelitian. Alasan lain

memilih lokasi ini karena di tempat ini para orang Manggarai melakukan ritual

Pentiserta penulis berasal dari Belitang Tengah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi kegiatan ritual Penti di Belitang Tengah. Observasi menjadi bagian

yang utama dalam penelitian ini karena mengamati proses ritual Penti yang

dilaksanakan oleh orang Manggarai.

b. Wawancara dilakukan terhadap para pengurus, para anggota, dan tokoh

masyarakat Dayak Mualang.

4. Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpulkan dan diolah dijabarkan dengan mengikuti model

dari etnografi kritis yang dipaparkan oleh Paul Willis dan kemudian dianalisis

menggunakan konsep berpindah dan menetapdari Thomas A. Tweed serta konsep

liminalitas dan komunitas dari Victor Turner. Hasil dari analisis ini akan disimpulkan

sebagai hasil dari penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini menggambarkan secara garis besar hal-hal yang

hendak diuraikan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

28

Bab I Pendahuluan, memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritis dan

metodologi serta metode penelitian.

Bab II menyajikan uraian tentang orang Manggarai di Kalimantan Barat. Bab II ini

merupakan pembahasan mengenai perjalanan orang Manggarai dari Flores

sampai di Kalimantan Barat dengan mengikuti berbagai periode pengiriman

para guru-guru asal Flores ke Kalimantan Barat. Selanjutnya, membuka

program transmigrasi yang ikut sertakan oleh orang Flores lebih khusus

orang Manggarai ke Kalimantan Barat.

Bab III menyajikan uraian hasil penelitian tentang ritual Penti di Kalimantan

Barat. Terdiri dari: pertama, pembentukan komunitas pendatang orang

Manggarai. Kedua, kedukan ketua adat (tu’a golo) dalam ritual Penti.

Ketiga, penyelenggaraan ritual Penti Manggarai di Kalimantan Barat.

Keempat, susunan ritual Penti menurut orang Manggarai di Kalimantan

Barat.

Bab IV menyajikan analisis ritual Penti: di pusaran pertemuan budaya di

Kalimantan Barat. Terdiri dari: pertama, ritual Penti sebagai bentuk religi

orang Manggarai. Kedua, tiga tahap dalam ritual Penti. Ketiga,

mengidentifikasi kelompok sosial yang tercipta dari ritual Penti.

Bab V penutup, menyajikan kesimpulan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

29

BAB II

ORANG MANGGARAI DI BELITANG TENGAH

Pengantar

Pada bab II ini, penulis ingin memaparkan mengenai penyebaran orang

Mangggarai di Kalimantan Barat. Orang Manggarai datang ke Kalimantan Barat

melalui program-program yang dikelola oleh pemerintah yaitu terlebih dahulu

mengirimkan para guru-guru senior atau guru-guru muda dari Flores untuk berpindah

tugas ke Kalimantan Barat. Selanjutnya, melalui program transmigrasi yang di kelola

pemerintah Orde Baru, orang Flores ikut serta dalam program ini lebih khusus orang

Manggarai ke Kalimantan Barat sebagai tenaga pekerja di perkebunan kelapa sawit.

Orang Manggarai yang mengikuti program transmigrasi ini mulai dari pendidikan

SD-SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Orang Manggarai yang mengikuti program ini

memiliki alasan-alasan tersendiri mengapa mereka ikut dalam program transmigrasi.

A. Geografis Kalimantan Barat

Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian Barat Pulau Kalimantan,yang

dibatasi oleh pada garis lintang 2008‟LU dan 3

002‟LS serta garis bujur 108

030‟BT

dan 114010

‟BT. Letak geografis Kalimantan Barat tersebut, menyebabkan dilalui

garis Khatulistiwa (garis lintang 00) yang tepatnya berada di sebelah utarakota

Pontianak. Berdasarkan letak geografis tersebut, Kalimantan Barat merupakan daerah

tropis, dengan suhu udara panas dan kelembaban udara yang tinggi. Dengan

demikian, sebagaimana umumnya daerah-daerah di Indonesia yang bersuhu udara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

30

tropis, maka kondisi umum Kalimantan Barat yang amat luas tidak lepas dari

keberadaan hutan-hutan tropis yang amat lebat yang memiliki potensi kekayaan alam

yang berasal dari hutan. Sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk di

Provinsi ini, adalah mengandalkan tanah/lahan pertanian dan memanfaatkan hasil-

hasil hutan.1

Kalimantan Barat berbatasan langsung dengan negara lain (luar negeri), yaitu

dengan Negara Bagian Serawak Malaysia Timur, dan mempunyai akses jalan darat

secara resmi ke Malaysia dengan pintu lintas batas Entikong-Kuching (Serawak

Malaysia) yang berjarak 400 km dari kota Pontianak, atau enam jam perjalanan

dengan mobil. Batas-batas resmi Kalimantan Barat adalah; (a) utara: Serawak

(Malaysia), (b) selatan: Laut Jawa dan Kalimantan Tengah, (c) timur :Kalimantan

Timur, dan (d) barat : Laut Natuna dan Selat Karimata. Karena itu daerah yang

terletak di bagian utara Kalimantan Barat, berbatasan langsung dengan Serawak

Malaysia. Ada lima kabupaten di Kalimantan Barat, yaitu Kabupaten Sambas,

Bengkayang, Sanggau, Sintang, dan Kapuas Hulu.2

Luas Kalimantan Barat adalah 146.807 km2,

setara dengan 7,53 persen luas

Indonesia atau 1,13 kali luas Pulau Jawa. Bentangan dari utara ke Selatan seluas 600

km, dan bentangan dari barat ke timur 850 km. Dengan demikian, Provinsi

Kalimantan Barat merupakan Provinsi terbesar ke empat di Indonesia. Seperti

diketahui, Provinsi terbesar pertama adalah Papua (319.036 km2), kedua adalah

1Sri Astuti Buchari, Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas, Jakarta: Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, 2014, hal.79. 2Ibid, hal. 80.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

31

Kalimantan Timur (204.534 km2), ketiga adalah Kalimantan Tengah (153.564 km

2).

Dengan areal wilayah yang sangat luas tersebut, sebenarnya Kalimantan Barat

mempunyai potensi kekayaan alam yang jauh lebih besar dibandingkan dengan

wilayah-wilayah lain di Indonesia yang areal wilayahnya lebih sedikit.3

Dalam buku yang sama, Sri Astuti mengatakan sangat wajar bila pemerintah

Indonesia sering memilih wilayah Kalimantan, termasuk Kalimantan Barat sebagai

daerah tujuan dari program transmigrasi, karena selain masih banyak tanah-tanah atau

areal yang masih lapang dan belum termanfaatkan, juga penduduk yang

ditransmigrasikan adalah para petani yang dianggap mampu mengelola pertanian

agraris, sehingga para transmigran idealnya dapat lebih produktif mengelola lahan

pertanian yang ada di Kalimantan Barat.4

Selanjutnya, ia mengatakan bahwa program, kebijakan, atau proyek

pembangunan transmigrasi yang dilaksanakan Orde Baru di Provinsi Kalimantan

Barat juga tidak selalu menghasilkan hal yang positif. Hal ini disebabkan oleh makna

pembangunan cenderung dilihat sebagai pencapaian target pertumbuhan ekonomi dan

direduksi semata-mata masalah teknis administratif. Seperti dikatakan bahwa muatan

dan nilai-nilai positif transmigrasi sebagai konsep pembangunan dan pemerataan

penduduk justru melahirkan berbagai kesenjangan terhadap etnis Dayak yang merasa

dirugikan sebagai penduduk lokal dan pemilik tanah. Pembukaan lahan untuk

3Ibid, hal.80.

4Ibid, hal. 81.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

32

transmigrasi tentunya berada di hutan-hutan luas dan di wilayah pendalaman yang

merupakan tempat tinggal etnis Dayak.5

B. Kabupaten Sekadau

Sekadau merupakan salah satu kabupaten yang berada di timur Kalimantan

Barat, beribukotakan Sekadau. Nama Sekadau di ambil dari nama sebuah pohon yang

banyak ditemui di Sungai Sekadau. Pohon tersebut, oleh orang setempat di-kenal

dengan nama pohon “adau”. Kabupaten Sekadau merupakan pemekaran dari

Kabupaten Sanggau, yang terdiri dari Kecamatan Nanga Mahab, Kecamatan Nanga

Taman, Kecamatan Sekadau Hulu, Kecamatan Sekadau Hilir, Kecamatan Belitang

Hilir, Kecamatan Belitang Tengah, dan Kecamatan Belitang Hulu, dengan luas

daerah 544.430 hektar.6

Letak Geografis Kabupaten Sekadau terletak di antara 00 8‟ 23”_LS dan 0

0

44‟_ 25”_LS, serta di-antara 110 o

33 „_7 “ BT, dan 1110 11‟ 44” BT. Batas wilayah

Kabupaten Sekadau terdiri dari (a) utara : Kabupaten Sintang; (b) selatan: Kabupaten

Ketapang; (c) timur: Kabupaten Sintang; dan (d) barat : Kabupaten Sanggau.

Kabupaten Sekadau terdiri dari tujuh kecamatan, dengan kecamatan terluas adalah

Kecamatan Belitang Hulu dengan luas 116.270 ha atau sekitar 21,36% dari luas

kabupaten. Sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Belitang Tengah dengan

luas 28.100 ha atau 5,16%. Kabupaten Sekadau resmi di-mekarkan pada tahun 2003.

Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sekadau antara lain: Belitang Hilir, Belitang

5Ibid,hal. 140.

6Ibid,hal. 114.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

33

Tengah, Belitang Hulu, Sekadau Hilir, Sekadau Hulu, dan Nanga Mahap. Kabupaten

Sekadau juga terdiri dari berbagai sub-suku Dayak, antara lain Dayak

Senganan, Dayak Mualang, Dayak Kerabat, Dayak Ketungau Sesat, dan lain-lain.

Suku yang terbesar adalah Suku Dayak Mualang.7

B.1. Bidang Pendidikan

Bidang pendidikan, yaitu untuk jenjang SD, SMP, SMA dan SMK (negeri dan

swasta) serta total jumlah murid dan guru; pertama, jenjang sekolah dasar (SD) di

kabupaten ini terdapat 193 sekolah dasar negeri dan swasta 195 buah, dengan total

jumlah murid 27.087 orang, dan total jumlah guru 1.620 orang; kedua, jenjang

sekolah menengah pertama (SMP), tercatat 27 SMP negeri dan 13 SMP swasta,

dengan total jumlah murid 7.129 orang, dan total jumlah guru 446 orang; ketiga, pada

jenjang pendidikan menengah atas (SMA), terdapat enam SMA negeri dan enam

SMA swasta, dengan total jumlah murid 2.667 orang, dan jumlah guru 139 orang;

dan keempat, jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK), terdapat satu SMK negeri

dan dua SMK swasta, dengan total jumlah murid 1.060 orang, dan total jumlah guru

52 orang.8

B.2. Bidang Kesehatan

Berdasarkan data tahun 2008 di Kabupaten Sekadau terdapat 1 buah rumah

sakit, 11 buah Puskesmas, 58 buah Puskesmas Pembantu, dan 4 buah Puskesmas

7Ibid, hal.115.

8Ibid, hal.116.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

34

Keliling. Adapun jumlah tenaga kesehatan terdiri dari 14 orang dokter umum, 4 orang

dokter gigi, dan 178 para medis, sehingga total seluruh tenaga kesehatan 196.9

B.3. Bidang Agama dan Perkawinan

Bidang agama dan perkawinan dapat dijelaskan sebagai berikut: jumlah

pemeluk agama menurut golongan agama, antara lain penduduk yang beragama Islam

66.051 orang; Katolik 85.727 orang; Protestan 23.544 orang; Hindu 27 orang; Budha

1.502 orang, dan pemeluk agama lainnya 696 orang. Adapun jumlah tempat/rumah

ibadah adalah sebagai berikut: masjid 114 buah, gereja Katolik 223 buah, gereja

Kristen 96 buah, Vihara 2 buah, Kelenteng 42 buah. Sedangkan mengenai

perkawinan, di Kabupaten Sekadau pada tahun 2008, jumlah yang menikah tercatat

956 orang.10

B.4. Lahan Perkebunan

Seperti pada umumnya di tanah Kalimantan yang amat luas, maka di

Kabupaten Sekadau pun terdapat potensi ekonomi daerah berupa perkebunan dengan

aneka macam jenis tanaman, bahkan di wilayah ini terdapat perkebunan besar

tanaman kelapa sawit seluas 20.205 Ha, dengan produksi 30.165 ton pada tahun

2008. Sedangkan luas tanaman dan produksi perkebunan rakyat tercatat; pertama,

tanaman karet; luas tanaman 40.359 Ha, produksi 16.970 ton; kedua, kelapa sawit;

luas tanaman 25.615 Ha, produksi 54.157 ton.11

9Ibid, hal.117.

10Ibid, hal.118.

11Ibid, hal.119.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

35

C. Transmigrasi di Wilayah Kalimantan Barat

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1972 Bab 1 Pasal 1, transmigran

adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia, yang secara suka rela dipindahkan

atau pindah menurut pengertian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 huruf a

Undang-Undang ini (1984). Pengertian tersebut mengandung arti bahwa transmigran

adalah orang yang dipindahkan atau pindah secara suka rela, yang berarti

kepindahannya sudah dilandasi oleh motivasi yang jelas tanpa adanya paksaan dari

pihak lain. 12

“Dipindahkan bearti kepindahan mereka dibiayai oleh Pemerintah

(Transmigrasi umum).“Pindah” disini merujuk pada mereka yang secara swakarsa

mencari pemukiman baru dengan kemauan dan kemampuan sendiri. Keseluruhan

pengertian tersebut dalam arti yang bermanfaat bagi kepentingan pembangunan

negara atau alasan-alasan lain yang dipandang perlu. Transmigrasi adalah bagian dari

politik ekonomi Orde Baru yang problematis. Jadi, secara sederhana transmigran

adalah setiap warga negara yang atas kemauannya sendiri meninggalkan daerah asal

untuk pindah menuju ke daerah pemukiman baru yang di tetapkan oleh pemerintah,

guna peningkatan taraf hidup dan Pembangunan Negara.13

Di Kalimantan Barat, program transmigrasi di mulai pada tahun 1969.

Namun, semakin masif dengan adanya Keppres No. 2/1973 dan Keppres No.12/1974

tentang Daerah penempatan Transmigrasi. Berdasarkan data dari Dinas

12

Departemen Transmigrasi, Historiografi Transmigasi, Jakarta: Depatemen Transmigrasi,

1984, hal.17. 13

Ibid, hal.18.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

36

Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kalimantan Barat, sampai pada tahun 2008 lalu,

total populasi transmigrasi di Kalimantan Barat sebesar 125.186 jiwa di 212 desa dan

328 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) dalam 10 Kecamatan. Sedangkan menurut

data BPS Kalimantan Barat, dalam lima tahun terakhir (2005-2007), rata-rata

penduduk pertahun yang didatangkan sebesar 3.200 jiwa. Artinya, dalam 10 tahun

kedepan (2009-2018) akan ada 32.000 jiwa. Jika jumlah tersebut ditambah dengan

jumlah trans yang sudah ada di Kalimantan Barat, maka pada tahun 2019, akan ada

sebesar 157.186 jiwa transmigrasi di Kalimantan Barat. Secara nasional, jumlah

penduduk yang dipindahkan melalui program transmigrasi ini terus meningkat,

namun faktanya tidak mengurangi kepadatan penduduk Jawa.14

Program transmigrasi ini sesungguhnya turut berkontribusi merampas tanah

orang Dayak di Kalimantan Barat. Kebijakan pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

yang menjadikan perkebunan kelapa sawit skala besar sebagai primadona

pembangunan Kalimantan Barat, memuluskan masuknya transmigrasi dengan jumlah

yang lebih besar. Begitulah ketentuannya. Hal ini dikarenakan, setiap keluarga

transmigran yang didatangkan dari luar pulau akan mendapat jatah tanah gratis

seluas 2,5 hektar dimana 2 hektar merupakan kebun kelapa sawit dan 0,5 hektar

adalah areal pemukiman. Untuk pengelolaannya, pada tahun pertama kebutuhan

keluarga di tanggung oleh pemerintah melalui jatah hidup. Salah satu masalah aturan

diskriminatif diberlakukan kepada orang Dayak yang bergabung dengan perkebunan.

14

Nistain Odop dan Frans Lakon, Dayak Menggugat: Sejarah Masa Lalu, Hak Atas Sumber-

Sumber Penghidupan, Dan Diskriminasi Identitas, Penerbit: Pintu Cerdas, 2010, hal.85.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

37

Mereka harus menyerahkan tanah seluas 7 hektar kepada perusahaan. Setelah digarap

dan ditanami oleh perusahaan, tanah seluas 2,5 hektar dikembalikan kepada pemilik

tanah dengan mekanisme membayar angsuran kredit selama 20 tahun untuk menutupi

biaya operasional yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Perlakuan tidak adil ini

menyebabkan kekecewaan dan kecemburuan sosial orang Dayak yang bergabung

dengan perusahaan.15

Kemudian secara statistik, kehadiran transmigrasi sangat berpengaruh

terhadap orang Dayak secara komposisi jumlah penduduk. Suatu daerah yang

sebelumnya mayoritas adalah orang Dayak, kemudian setelah masuknya ribuan jiwa

transmigran ke daerahnya, maka orang Dayak menjadi minoritas di tempat

kelahirannya. Salah satunya seperti di perkampungan Sungai Melayu, Kabupaten

Ketapang. Dulu penduduk mayoritasdi daerah ini adalah orang Dayak, tetapi

sekarang setelah masuknya perkebunan kelapa sawit yang disertai ribuan jiwa

transmigran, muncul masalah baru. Orang Dayak yang dulunya adalah mayoritas kini

sudah banyak yang pindah dan memilih bermukim di tempat-tempat yang masih

memiliki hutan bertahan hidup, seperti berladang, menanam kebun karet, dan bisa

hidup tenteram dengan hutan mereka.16

Orang Dayak yang selama ini menjadikan alam sebagai ekspresi kebudayaan

mereka sudah berganti dengan tanaman monokultur, yaitu sawit. Sumber ekonomi

yang dulu berasal dari alam kemudian digantikan dengan tanaman sawit. Tentu

15

Ibid, hal.86. 16

Ibid, hal. 87.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

38

sajahal ini mengkondisikan ketergantungan mereka pada perusahaan, menjadi kuli

dan buruh yang bekerja di bawah pengawasan dan dihargai dengan murah. Pola

bertani yang dipahami sebagai pengetahuan dan kearifan orang Dayak tidak lagi

dilakukan dengancara berladang, karena mereka tidak lagi memiliki tanah yang bisa

di-kelola. Demikian pula dengan kehidupan sosial. Orang Dayak yang mengutamakan

kebersamaan, kerja-sama dan solidaritas, semakin terkikis karena pengaruh

kehidupan disekelilingnya yang sudah sangat heterogen. Demikian pula hanya

dengan konteks politik, beberapa kali penyelenggaraan pesta demokrasi di beberapa

daerah sebagai usaha untuk memilih pemimpin atau wakil-wakil daerah, komposisi

penduduk sangat berpengaruh dalam menentukan kemenangan.17

Pada masa pemerintahan Orde Baru, program transmigrasi dilakukan di

wilayah Kalimantan, secara khusus Kalimantan Barat, meliputi Pontianak, Kubu

Raya, Sambas, Singkawang, Bengkayang, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi,

Ketapang, dan Kapuas Hulu. Program transmigrasi yang berlangsung pada masa

pemerintahan Orde Baru, dilaksanakan hampir diseluruh wilayah Provinsi

Kalimantan Barat. Tujuan utama pelaksanaan program transmigrasi ini adalah untuk

mempercepat pembangunan daerah-daerah transmigrasi, yang ada di wilayah Provinsi

Kalimantan Barat. Selain itu, pelaksanaan program transmigrasi juga bertujuan untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah penyelenggara, karena program

transmigrasi juga akan menciptakan banyak lapangan kerja baru. Begitu menurut

17

Ibid, hal. 88.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

39

pemerintahan Orde Baru, seperti yang tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Menteri

Transmigrasi Republik Indonesia.18

D. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang Tengah

Belitang Tengah merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah

Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat. Belitang Tengah terbentuk pada

tahun 1990 saat masuknya PT KSP (Kalimantan Sanggar Pustaka) sebagai program

dari pemerintahan Presiden Soeharto. Belitang Tengah merupakan lokasi transmigrasi

pada masa pemerintahan Orde Baru yang mendatangkan para transmigran asal Jawa,

Batak, dan Flores. Belitang Tengah diapit oleh dua kecamatan yaitu sebelah barat

Kecamatan Belitang Hilir, sebelah timur Kecamatan Belitang Hulu. Penduduk

Belitang dihuni oleh suku Dayak Mualang.19

Di Belitang Tengah, pemerintah telah menyediakan rumah-rumah untuk di

huni oleh para pendatang, baik dari Jawa, Batak, Flores,dan ada pula dari Timor,

Pulau Alor dan Pulau Sumba. Upaya menempati perumahan tersebut tidak melalui

undian,melainkan ditentukan oleh para penyelenggara. Penentuan penempatan itu

dikelompokkan menjadi; orang Jawa ditempatkan dengan orang Batak dan orang

Flores, orang Timor, orang Alor dan orang Sumba dibagi ke dalam beberapa

kelompok lagi untuk bermukim bersama orang Dayak Mualang. Pembagian ini

18

Septian Peterianus, “Orientalisme Timur Atas Timur Wacana “Pembangunan” Dalam

Program Transmigrasi Pemerintah Orde Baru di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat”,Tesis

S2 Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,2012, (sudah

diterbitkan), hal.88. 19

Felomens Sunarti,” Keterlibatan awam dalam Kehidupan Menggereja di Stasi Nanga Ansar

Paroki Santa Maria Diangkat Ke Surga Sungai Ayak”, Skripsi SI.Sekolah Tinggi Pastoral

Santo Agustinus Pontianak, Pontianak, 2012, (Skripsi tidak diterbitkan), hal. 57.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

40

berdasarkan asal daerah. Orang Manggarai sendiri ditempatkan berbeda dengan orang

Flores lainnya. Mereka semua mendapatkan jatah hidup selama dua tahun dan

mendapatkan perlengkapan peralatan pertanian dan bibit palawija dari pemerintah.

Selain rumah, pemerintah juga membagikan lahan perkebunan kelapa sawit satu

kapling setiap kepala keluarga (KK).

Pada masa Orde Baru, orang Dayak Mualang sebanyak 1.37320

KK

ditempatkan di lokasi transmigrasi. Lokasi tersebut merupakan lokasi yang

dipindahkan oleh pemerintah berdasarkan kampung-kampung yang dihuni oleh orang

Dayak Mualang. Tujuan dari pemindahan ini ialah agar orang Dayak dapat berbaur

bersama para pendatang. Orang Dayak Mualang ini selanjutnya ditempatkan di

sekitar orang-orang Flores, termasuk juga di sekitar orang Manggarai. Klinken

(2007:116) mengatakan ideologi inheren Dayak meliputi gagasan bahwa mereka

adalah sebuah kelompok yang homogen, yang memiliki hak-hak teritorial yang

terbelenggu akibat pendatang-pendatang.

Sri Astuti mengatakan bahwa etnis Dayak justru harus menyerahkan tanahnya

kepada pemerintah seluas 7,5 Ha per keluarga. Tanah tersebut ternyata diberikan

secara gratis kepada transmigran, seluas 2 Ha, untuk tiap keluarga transmigran

kemudian diserahkan pula kepada perkebunan kelapa sawit 3,5 Ha. Sisanya yang 2

Ha diberikan kepada yang bersangkutan, yaitu etnis Dayak. Ironisnya, hal itu harus

dilakukan dengan membeli kepada pemerintah dengan cara mencicil.21

20

Ibid, hal.58. 21

Sri Astuti, Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas,op,cit.,hal. 140.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

41

D.1. Gelombang Pertama

Aju (2016:2), menyebutkan bahwa pada tahun 1978-1982, berdasarkan

kesepakatan antara Gubernur Kalimantan Barat, Brigjen TNI Kadarusno dengan

Gubernur NTT, El Tari, terdapat orang Flores yang ditugaskan ke Kalimantan Barat

sebanyak 3.000 (tiga ribu) guru Pegawai Negeri Sipil (PNS). Mereka didatangkan

beragam dari Pulau Flores yang terdiri dari; Manggarai, Bjawa, Ende, Maumere,

Larantuka, Kupang, Sikka, Ngada, dan ada pula dari Timor, Pulau Alor dan Pulau

Sumba. Mereka berprofesi sebagai guru SD/SMP/SMA yang ditugaskan di

Kalimantan Barat.

Mereka yang didatangkan ke Kalimantan Barat ini beragam, mulai dari guru

yang sudah berpengalaman mengajar selama 10-12 tahun, dan guru muda yang baru

mengajar selama 2-4 tahun, baik guru laki-laki maupun perempuan. Mereka

mengajar sesuai bidang studi yang mereka ajarkan di daerah asal, terdiri dari;

bidang studi Agama, PPKn, Bahas Indonesia, Bahasa Inggris, Sejarah, Geografi,

Ekonomi, Akuntansi, Kesenian, Penjaskes, Matematika, Fisika, Kimia, dan lain-

lain. Masing-masing orang ditugaskan di daerah yang berbeda-beda seperti di

daerah Pontianak, Sambas, Singkawang, Mempawah, Ketapang, Sanggau, Sekadau,

Sintang, Kapuas Hulu, dan Melawi. Bahkan mereka tidak menetap, melainkan

berpindah dari satu daerah ke daerah lain. Dari 3.000 PNS tersebut, terdapat tiga

orang Manggarai yaitu Bapak Bernadus Jebarus, Bapak Lorens Pagar, apak Adolfus

Amon.Kedatangan mereka pada tahun 1979, bersama dengan rombongan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

42

Flores dalam jumlah besar.Saat itu mereka masih bujang.22

Kelompok tersebut

merupakan gelombang I.

D.2. Gelombang Kedua

Pada tahun 1990, daerah Belitang Tengah di buka sebagai lokasi transmigrasi.

Program ini mendatangkan para perantau dari Jawa berjumlah 340 KK, Batak

berjumlah 5 KK, dan Flores berjumlah 235 KK untuk menempati rumah-rumah

transmigrasi dan berbaur bersama para transmigran. Diantara 235 KK orang Flores,

terdapat 100 KK orang Manggarai. Para transmigran ini yang ditempatkan di

Belitang Tengah. Sedangkan kelompok lainya di Belitang Hilir dan Belitang Hulu,

Pontianak, Sambas, Singkawang, Mempawah, Ketapang, Sanggau, Sekadau,

Sintang, Kapuas Hulu dan Melawi. Para transmigran yang mengikuti transmigrasi

pemerintah pada gelombang ini rata-rata berpendidikan tamatan SD-SPG (Sekolah

Pendidikan Guru) dan ada yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Mereka

yang tamat dari pendidikan tinggi menjadi tenaga honorer di sekolah-sekolah

transmigrasi.23

Kelompok tersebut merupakan gelombang II.

D.3. Gelombang Ketiga

Tahun 2000_sekarang, aktivitas transmigrasi spontan (sukarela) secara besar-

besaran juga terjadi sekitar sepuluh tahun lalu ketika orang Manggarai berlibur

(mengunjungi sanak-saudara) di Flores. Di sana, mereka menceritakan pengalaman

hidup mereka selama berada di Kalimantan Barat. Pengalaman mereka ini yang

22

Bernadus Jebarus wawancara dengan penulis, 3 Juli 2014. 23

Felomena Sunarti,Keterlibatan awam dalam Kehidupan Menggereja di Stasi Nanga Ansar

Paroki Santa Maria Diangkat Ke Surga Sungai Ayak, op,cit., , hal. 58.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

43

membuat sanak/saudara mereka yang lain ingin mengikuti jejak mereka di

Kalimantan Barat. Adanya niat bagi anak muda/mudi maupun yang sudah

berkeluarga untuk untuk merantau ke Kalimantan Barat demi sebuah pekerjaan dan

mendapatkan penghasilan yang jauh lebih baik dari mereka tinggal di Flores. Cara ini

biasa dikatakan dengan sebutan transmigrasi spontan/sukarela. Transmigrasi spontan

ini tidak di tanggung oleh pemerintah, tetapi ditanggung sendiri oleh para

transmigran. Transmigrasi ketiga ini terjadi dalam jumlah yang relatif besar dan

mereka tersebar di berbagai daerah-daerah yang ada di Kalimantan Barat.

Pada tahun yang sama, di Belitang Tengah, datanglah 20 orang muda/mudi

dengan cara mengikuti sanak-saudara yang sudah lama berada di Kalimantan Barat

serta 10 orang yang sudah berkeluarga dengan meninggalkan suami/istri dan anak di

Flores. Bisa dilihat bahwa tiap tahun mereka berdatangan ke Kalimantan Barat, baik

pria maupun wanita dengan status lajang ataupun sudah berkeluarga. Mereka yang

mengikuti transmigrasi spontan ini beragam, mulai dari berlatar belakang pendidikan

tamatan SD- hingga S-I.24

Kelompok ini merupakan gelombang III.

E. Aspek sosiologis

Orang Manggarai mendapatkan kedamaian melalui antara keterlibatan dan

ketentraman dengan mempertimbangakan pengaruh-pengaruh yang datang dari

24

Jumlah para transmigrasi spontan ini terhitung dari tahun 2000-sekarang yang terdaftar di

Kantor Camat Belitang Tengah. Para transmigran spontan ini yang berpendidikan SD-SMA

hanya bertahan 2-3 tahun di Belitang Tengah.Sedangkan yang berpendidikan S-I masih

bertahan sampai sekarang.Hal ini terlihat ketika mereka mengurus Kartu Tanda Penduduk

(KTP) menjadi penduduk Kalimantan Barat.Bapak Samsir wawancara dengan penulis 20 Juli

2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

44

tuanrumah. Orang Manggarai menjalin hubungan yang baik dengan sesama perantau

maupun kepada masyarakat lokal. Mereka bekerja sama membangun tempat ibadah,

membantu masyarakat yang kurang mampu. Interaksi dan relasi terhadap orang lain

sangat dibutuhkan oleh setiap orang, begitu halnya dengan orang Manggarai. Dalam

masyarakat, mereka harus mampu untuk menjalin suatu keakraban, persaudaraan,

solidaritas, kerjasama dalam dalam suatu masyarakat. Pada Prinsipnya “manusia tidak

bisa hidup tanpa manusia lain”, artinya bahwa hidup sosial sangat dalam menjalani

kehidupan. Oleh karena itu, peran orang Manggarai dalam masyarakat wajib untuk

dilaksanakan demi tercapainya suatu keadaan masyarakat yang harmonis dan

sejahtera.

F. Religiusitas

Kanisius T. Deki (2011), dalam buku Tradisi Lisan Orang Manggarai:

Membidik Persaudaraan dalam Bingkai Sastra, mengatakan bahwa kepercayaan

orang Manggarai tak dapat dilepas-pisahkan dengan kultur agraris yang memiliki

keterkaitan yang erat antara alam dengan seluruh kehidupan ciptaan. Tanah, gunung,

air, iklim mempunyai relasi yang tak terpisahkan dan menyatu dengan kehidupan

semua mahkluk. Kepercayaan akan keterkaitan unsur-unsur itu menyata dalam

berbagai bentuk. Pertama, kepercayaan akan roh alam dan roh leluhur. Roh

berpengaruh atas pelbagai peristiwa dan kejadian yang dialami manusia dan ciptaan

yang lainnya. Kepercayaan akan roh alam ini membawa orang Manggarai kepada

keyakinan bahwa roh alam inilah jiwa dari alam semesta. Selain roh alam yang

memiliki identitas yang abstrak dan tak terjamah, orang Manggarai juga percaya pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

45

roh leluhur yang telah meninggal. Roh-roh leluhur ikut berperan dalam menciptakan

keseimbangan kosmos.Itulah sebabnya terhadap roh-roh ini orang Manggarai

memberikan respek, penghargaan serta menjalin relasi yang tetap intim dan konstan

melalui pelbagai ritus.25

Kedua, Mori Keraeng, pencipta, pemelihara, dan pemilik segala sesuatu.

Hingga saat ini bagian terbesar populasi penduduk yang mendiami tanah Manggarai

beragama Katolik. Jumlahnya hampir sebanyak 95% orang Manggarai menganut

agama Katolik. Meskipun demikian kepercayaan akan adanya Yang Ilahi yang

mengatasi segala kekuatan yang ada (roh alam, leluhur) dan menjadi sumber, asal dan

tujuan segala sesuatu bukanlah semata-mata karena ajaran iman Katolik. Sejak zaman

lampau orang Manggarai percaya akan adanya Allah. Kepercayaan orang Manggarai

dalam kesatuannya dengan kosmis berkiblat pada animisme, dinamisme, fetisisme,

dan totemisme yang bercampur dengan ide tentang Yang Ilah yang mereka sebut

sebagai Morin agu Ngaran, Mori Jari Dedek, atau pada zaman modern disingkat

dengan Mori Keraeng.26

G. Alasan Orang Manggarai Merantau

P. J. Smeets menjabarkan bahwa orang yang berpindah keluar dari Flores ini

dapat dibedakan menjadi dua macam golongan: pertama, kelompok pertama yang

cukup besar, terdiri dari golongan yang kurang lebih intelektual. Pada kelompok ini

dapat kita golongkan segala orang muda yang berangkat dengan motif studi atau

25

Kanisius T. Deki, Tradisi Lisan Orang Manggarai: Membidik Persaudaraan dalam Bingkai

Sastra, Jakarta: Parrhesia Institute, 2011, hal.58 26

Ibid, hal. 62.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

46

latihan keterampilan khusus.Kebanyakan mereka menuju Pulau Jawa, khususnya

kota-kota besar. Di samping itu, ada sejumlah pegawai, guru, dan orang lain dengan

keterampilan khusus, lagi pula mereka yang masuk dinas kepolisian dan Angkatan

Bersenjata.27

Kedua, kelompok kedua, yang paling besar, terdiri dari orang-orang yang

tidak memiliki keterampilan yang ekonominya sangat lemah dan berpendidikan

minimal saja. Mereka umumnya meninggalkan Flores karena terdesak oleh

kemiskinan/kemelaratan keluarganya, atau karena suramnya hari depan akibat

ketiadaan pekerjaan setempat yang memuaskan dan dapat membawa hasil, atau

karena motif-motif lain serupa itu. Tak dapat disangkal, bahwa dalam golongan

rendah ini terdapat juga sejumlah besar orang yang berangkat karena alasan-alasan

lain, seperti; meninggalkan cara hidup, adat dan masyarakat “yang kolot”, yang kaku.

Adapula yang mengikuti teman sekampung karena terlihat “sukses” di tanah

seberang yang tidak ingin merasakan kehilangan gengsi di mata orang kampung kalau

“tidak berani mengadu nasib di sana”, dan lain-lain.28

P. Waibalun mengatakan bahwa, pertama potensi ekonomi wilayah Flores

dianggap sangat kecil, malah semakin mengecil.Kedua, karena pertumbuhan

penduduk, ketiga, adanya bencana alam. Alasan ekonomi lemah ini, dapat dijabarkan

dalam tujuan-tujuan lebih konkrit seperti, (a) mencari uang tunai untuk membiayai

keluarganya, (b) untuk membangun rumah, (c) untuk menyimpan modal, (d) untuk

27

Niko Hayon,“-et_al”,“Masalah Perantauan: Seputar“Manueale Pastorale”, Ende, Penerbit

Pimpinan Provinsi SVD, 1985, hal. 13. 28

Ibid,hal. 14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

47

membayar utang, dan lain-lain. Keempat, lambat laun para perantau meningkatkan

status mereka di mata masyarakat desa, sehingga dewasa ini seorang pemuda melihat

hal merantau itu sebagai salah satu cara untuk menaikkan gengsinya. Kelima,

merantau menjadi mode, bukti kejantanan dan keberanian seorang lelaki.Tinggal di

kampung berarti tekanan batin sekaligus minder.29

Selain faktor ekonomi lemah ini, ada juga faktor-faktor bukan ekonomis

melulu yang turut menyebabkan kelemahan itu. Keenam, kemiskinan daerah ini

disebabkan juga oleh kepemilikan tanah yang tidak memuaskan dan pengolahan

tanah yang terlalu kolot dan merugikan. Selanjutnya dari faktor-faktor sosio-budaya

menjadi alasan melakukan perantauan. Ketujuh, adat nikah yang terlalu memberatkan

pihak laki-laki. Kedelapan, kepemimpinan dalam desa yang terlalu feodal.

Kesembilan, ketidakcocokan dalam keluarga/suku; tumpukan utang yang tidak bisa di

lunasi dan lain-lain. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa kesulitan ekonomis adalah

salah satu kesulitan yang dihadapi oleh keluarga-keluarga mereka yang ditinggalkan.

Hal ini memang mengherankan, karena rupanya orang-orang Flores pergi merantau

justru untuk mengatasi kesulitan ekonomi itu. Yang paling berat dikemukakan ialah

masalah pengurusan rumah tangga oleh istri sendiri (jika ditinggal suami merantau),

yang sering harus juga kerja di kebun karena ketiadaan/kekurangan laki-laki.30

H. Mata Pencaharian

29

Ibid,hal. 33. 30

Ibid, hal. 34.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

48

Latar belakang pendidikan mempengaruhi mata pencaharian sebagai berikut;

pertama, kelas menengah atas terdiri dari guru PNS, guru honorer, pegawai CU,

pegawai dinas pariwisata, manajer perkebunan sawit, wiraswasta, Perawat, Bidan,

Pastor. Mereka ini terbilang orang-orang yang berlatar belakang pendidikan yang

baik. Mata pencaharian mereka terbilang beragam sesuai dengan pekerjaan mereka

dan penghasilan yang tinggi. Kelompok ini secara ekonomi sudah sangat mapan

dilihat dari bangunan rumah gedong, memiliki kendaraan pribadi lebih dari satu,

kehidupan sosial yang semakin tinggi. Kedua, kelas menengah bawah termaksud para

petani mereka ini tergolong orang yang berlatar belakang pendidikan SD-SMA.Mata

pencaharian mereka ini sebagian besar petani sawit. Selain petani sawit mereka juga

membuka lahan garapan seperti sawah, berkebun, berladang31

. Secara ekonomi

pekerjaan ini sudah cukup mapan. Kemapanan ini ditinjau dari bangunan rumah yang

sudah permanen dan berbahan semen.

I. Catatan Penutup

Bertolak dari seluruh uraian padababini, orang Manggarai yang merantau ke

Kalimantan Barat tidak semua berasal dari keluarga kurang mampu. Meskipun ada

yang berasal dari keluarga mampu atau tidak mampu, mereka tetap mempunyai

keinginan untuk keluar dari Flores. Pada satu sisi, mereka ingin bebas dari urusan

belis (mahar) bagi yang masih lajang, dan urusan dengan pihak anak rona (pihak

31

Berladang yang dimaksudkan disini ialah menanam padi pada lahan kering di lahan garapan

mereka sendiri. Selain itu, jika orang Dayak memberikan lokasi untuk mereka membuka

lahan untuk bercocok tanam dengan cara berpindah-pindah. Hal ini mereka diajari oleh orang

Dayak Mualang untuk bercocok tanam dengan cara berpindah-pindah pada tempat yang

kering.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

49

pemberi gadis) dan anak wina (pihak penerima gadis) dalam bentuk sida, kelas (pesta

kenduri) yang tidak pernah putus-putus semenjak dari turun temurun yang sudah

digariskan dari leluhur dan tidak bisa ditolak sama sekali.

Alasan untuk merantau menjadi salah satu alternatif untuk menghindari

pemungutan uang atau dalam bentuk ternak, tergantung permintaan dari pihak yang

meminta. Setidaknya dengan alasan merantau mereka bisa membantu keluarga

mereka yang hidup dengan budaya seperti itu. Mereka yang merantau bukan berarti

lepas tanggung jawab akan budaya sida, namun mereka membantu ekonomi keluarga

untuk bisa membayar sida yang selalu sudah ditetapkan oleh pihak anak rona (pihak

pemberi gadis) atau anak wina(pihak penerima gadis) berdasarkan tradisi yang

diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Budaya seperti ini yang membuat

anak muda Manggarai pergi merantau dan mencari pekerjaan di luar Flores.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

50

BAB III

RITUAL PENTI DIASPORA

Pengantar

Pada bab III ini, penulis menyajikan mengenai bagimana orang Manggarai

mempraktikkan ritual Penti di perantauan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nggoro

bahwa ritual Penti adalah sebuah ritus adat warisan leluhur Manggarai sebagai media

ungkapan syukur kepada Tuhan (Mori Keraeng) dan leluhur atas hasil panen yang

diperoleh selama setahun dan dikenal pula sebagai perayaan tahun baru bagi orang

Manggarai.1 Ritual ini diikuti oleh golongan tua maupun muda. Upacara ini diikuti

oleh orang Manggarai dan keluarganya, orang tua dan anak-anaknya. Upacara ritual

Penti ini juga dihadiri oleh orang Dayak Mualang yang ikut menyaksikan ritual Penti.

Selain sebagai ucapan syukur, ritual Penti menjadi ajang pertemuan untuk

mempererat diri antar sesama orang Manggarai di Kalimantan Barat. Dengan adanya

ritual Penti, orang Manggarai semakin memperkuat persaudaraan diantara mereka.

Ritual Penti sekaligus sebagai wadah untuk saling berbagi kisah selama berada di

perantauan. Orang Manggarai menyadari bahwa menyelenggarakan ritual Penti tidak

semata-mata sebagai ucapan syukur kepada Tuhan (Mori Keraeng). Tetapi, juga

1Adi M. Nggoro, Budaya Manggarai Selayang Pandang,Surabaya: Penerbit Nusa Indah,

SYLVIA,2006, hlm.191.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

51

sebagai momen untuk berkumpul dan bisa dikatakan sebagai ajang perkumpulan

orang Manggarai di Kalimantan Barat.

A. Pembentukan Komunitas Pendatang Orang Manggarai

Awal mula penyelenggaran ritual Penti di perantauan tidak terlepas dari ide-

ide para pencetus yang menyadarkan orang Manggarai untuk menghadirkan ritual

tersebut. Tahun 2002, Bapak Bernadus berpindah tugas dari Kapuas Hulu ke Belitang

Tengah. Bapak Bernadus yang lebih akrab disapa dengan sebutan Bapak, begitu juga

sebutan untuk para narasumber penulis lainnya. Dengan kehadiran Bapak Bernadus di

Belitang Tengah, orang Manggarai yang berdomisili di Belitang Hulu, Belitang

Tengah dan Belitang Hilir mengadakan sebuah pertemuan kecil yang dihadiri oleh

semua kepala keluarga orang Manggarai. Setelah pertemuan tersebut, Bapak

Bernadus mengadakan pertemuan lagi yang lebih khusus untuk membahas mengenai

ritual Penti yang ingin dihadirkan dan dilaksanakan di Belitang Tengah.2 Foto ada di

lampiran halaman 113.

Pertemuan khusus yang dilakukan oleh Bapak Bernadus dan dihadiri oleh

orang Manggarai lainnya akhirnya menghasilkan keputusan bahwa Belitang Tengah

dipilih sebagai lokasi diadakannya ritual Penti. Belitang Tengah sengaja dipilih

karena banyaknya orang Manggarai tinggal di situ, dibandingkan di Belitang Hilir,

Belitang Hulu, Pontianak, Sambas, Singkawang, Mempawah, Ketapang, Sanggau,

Sekadau, Sintang, Kapuas Hulu, dan Melawi. Kebetulan Bapak Bernadus selaku

orang tua orang Manggarai tinggal disitu. Berangkat dari kesepakatan untuk

2Bernadus Jebarus wawancara dengan penulis 3 juli 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

52

menghadirkan ritual Penti di Belitang Tengah, kemudian ada panitia yang

mengatasnamakan “orang Manggarai” mengirim surat undangan kepada orang

Manggarai yang ada di Pontianak, Sambas, Singkawang, Mempawah, Ketapang,

Sanggau, Sekadau, Sintang, Kapuas Hulu, dan Melawi.

Orang Manggarai mengadakan pertemuan kembali pada tanggal 23 Desember

2003. Pertemuan tersebut bertujuan membahas pemilihan para pengurus ritual Penti.

Pertemuan ini dipimpin langsung oleh Bapak Bernadus yang di dampingi oleh Bapak

Lorens dan Bapak Adolfus sebagai orang yang di-tuakan oleh orang Manggarai.

Pemilihan para pengurus dilaksanakan berdasarkan persetujuan dari orang Manggarai

yang hadir dalam pertemuan tersebut. Dalam pemilihan pengurus ritual Penti orang

Manggarai juga telah menentukan ketua adat (tu’a golo) untuk memimpin orang

Manggarai di perantauan. Persyaratan pemilihan pengurus dilihat dari latar belakang

pendidikan dan luasnya jaringan yang dimiliki diluar orang Manggarai.3

Berdasarkan kesepakatan, Bapak Bernadus diangkat sebagai ketua adat (tu’a

golo) yang memimpin orang Manggarai perantauan. Ketua adat (tu’a golo) memiliki

tanggung jawab untuk memimpin orang Manggarai serta memiliki kekuasaan

menentukan tanggal dan bulan diadakannya ritual Penti. Didalam acara ritual Penti,

Bapak Bernadus bertindak sebagai pemandu ritual Penti. Periode selanjutnya, Bapak

Remigius Nalas terpilih sebagai ketua pengurus yang baru dan di-bantu oleh Bapak

Ferdi Wangku sebagai wakil.4 Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya penentuan

3Hendrikus Labes wawancara dengan penulis 8 Juli 2014.

4Remigius wawancara dengan penulis 10 Juli 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

53

pemilihan pengurus oleh orang Manggarai dilihat dari latar belakang pendidikan serta

banyaknya relasi di luar orang Manggarai.

Pengurus lain yang membantu ketua dan wakil pengurus ritual Penti

diantaranya; Siprianus Jeratu (guru di Melawi), Marselinus Butul (guru di Kapuas

Hulu), Herman Jempo (karyawan perusahan sawit di Pontianak), Ardi Jemarung

(guru di Sambas), Agus Hending (guru di Mempawah), Melky (pegawai Dinas

Pariwisata di Kab. Sekadau), Yohanes Danur (pegawai di DPRD Kab.Sanggau), Niko

Jan (guru di Belitang Hilir), Sipri Jemarus (guru di Belitang Hulu), Hendrikus

(karyawan CU di Singkawang), Gaspar (guru di Ketapang), dan Yohanes Ali (guru

Belitang Tengah).5 Mereka ini dipilih oleh ketua adat (tu’a golo) mewakili daerah

tempat tinggal mereka di Kalimantan Barat dengan disetujui oleh orang Manggarai

lainnya. Kepengurusan ditetapkan memiliki masa kerja selama 4 tahun.

Secara lengkap, para pengurus ritual Penti dari beberapa periode adalah

sebagai berikut: Ketua adat (tu’a golo) 2002_sekarang Bapak Bernadus Jebarus.

Kepengurusan pendiri: Bernadus Jebarus, Lorens Pagar, Adolfus Amon. Pengurus

periode 2002-2006,; ketua: Lorens Pagar, wakil Adolfus Amon. Tahun 2007-2011,;

ketua: Genas Jamat, wakil: Hendrikus Labes. Tahun 2012-2016,; ketua: Remigius

Nalas, wakil: Ferdi Wangku. Anggota pengurus:Siprianus Jeratu, Marselinus Butul

Herman Jempo, Ardi Jemarung, Agus Hending, Melky Jebarus, Yohanes, Niko Jan,

5Herman Jempo wawancara dengan penulis 10 Juli 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

54

Sipri Jemarus, Hendrik, Ardi Jemarung, dan Yohanes Ali. Bendahara: Hendrikus

Daman. Sekretraris: Herman Jempo.6

Tanggal 18 Juli 2004, orang Manggarai kembali mengadakan pertemuan dan

menghadirkan para tokoh dari masyarakat Dayak Mualang diwakili oleh Kepala Desa

Bapak Joni, Kepala Dusun Bapak Yosep, Ketua Adat Bapak Gerunung dan Pengurus

Adat Dayak Mualang Bapak Rangkang. Kehadiran mereka dalam pertemuan ritual

Penti diundang oleh orang Manggarai yang diwakili oleh Bapak Bernadus. Dalam

pertemuan ini orang Manggarai meminta izin secara langsung dari para tokoh

masyarakat Dayak Mualang, dan secara langsung pula tokoh masyarakat Dayak

Mualang memberi izin. Mereka juga meminta kepada orang Manggarai bahwa dalam

acara ritual Penti, orang Manggarai membeli hewan ternak dari masyarakat Dayak

Mualang. Hal ini sebagai syarat yang diajukan oleh tokoh masyarakat Dayak

Mualang dan disetujui oleh orang Manggarai. Syarat diberlakukan agar masyarakat

Dayak Mualang ikut ambil bagian dalam perayaan adat orang Manggarai di tanah

masyarakat Dayak Mualang.7

Demikianlah gambaran orang-orang yang terlibat dalam ritual Penti. Pada satu

sisi ada kesadaran sebagai orang Manggarai memunculkan sebuah ide untuk

menghadirkan ritual Penti di perantauan, dan di sisi lain dilibatkannya masyarakat

setempat warga Dayak Mualang di dalamnya. Bapak Bernadus sebagai

penggagasnya.

6Ferdi Wangku wawancara dengan penulis 11 Juli 2014.

7Adolfus Amon wawancara dengan penulis 5 Juli 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

55

B. Kedudukan Ketua Adat (Tu’a Golo) dalam Ritual Penti

Di zaman modern sekarang ini orang Manggarai masih menggunakan sistem

lama dalam memilih ketua adat (tu’a golo). Sistem lama yang dipakai sama seperti

yang dilakukan oleh orang Manggarai di Flores. Ada perbedaan istilah untuk ketua

adat (tu’a golo) bagi orang Manggarai di Kalimantan Barat dan orang Manggarai di

Flores. Tu’a golo versi orang Manggarai adalah ketua adat bukan kepala kampung

seperti sebutan orang Manggarai di Flores. Kriteria untuk menjabat sebagai ketua

adat (tu’a golo) pada umumnya adalah memenuhi hal berikut,; sudah mencapai usia

dewasa dan sudah berkeluarga, orang yang asli berdarah Manggarai, sehat jasmani

dan rohani, memahami adat Manggarai, mampu memimpin.

Bapak Bernadus adalah ketua adat (tu’a golo) yang terpilih oleh orang

Manggarai. Pemilihan terhadap ketua adat (tu’a golo) ini dikarenakan orang

Manggarai menginginkan ada seseorang yang mereka tuakan untuk memimpin ritual

Penti. Ketua adat (tu’a golo) bertugas untuk mengatur dan memutuskan pelaksanaan

dalam ritual Penti. Bagi orang Manggarai Bapak Bernadus layak menjadi ketua adat

(tu’a golo). Alasan memilih Bapak Bernadus sebagai ketua adat (tu’a golo) yang

disampaikan oleh Bapak Genas, “Kita memilih Bapak Bernadus sebagai tu’a golo itu

bukan tanpa alasan yang mendasar. Bapak Bernadus ini memiliki jiwa pemimpin,

pandai berbicara adat, mampu menyatukan kita semua,dan patut di di-teladani”.8

Masa jabatan ketua adat (tu’a golo) tak tentu, bisa sewaktu-waktu digantikan sesuai

situasi dan kondisi.

8Genas wawancara dengan penulis 10 Juli 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

56

C. Ritual Penti Asali

C.1. Struktur

a. Tujuan

Orang Manggarai mengadakan ritual Penti dengan tujuan agar orang

Manggarai menyadarkan diri mereka sendiri mengenai makna bersyukur. Penting

bagi orang Manggarai memaknai arti bersyukur kepada Mori Keraeng dan leluhur

yang telah memberikan keberhasilan dalam pekerjaan mereka. Dengan mengadakan

ritual Penti orang Manggarai bertrima kasih kepada pemberi hidup yaitu Tuhan atas

kehidupan, kekeluargaan, keberhasilan dan kesuksesan.

Melalui ritual Penti, mereka semakin memperkuat adat warisan para leluhur

untuk tetap membina hubungan kekeluargaan dan hubungan dengan masyarakat

lainnya di kampung. Pelaksanaan ritual Penti membuktikan hubungan antar

masyarakat kampung terjalin dengan baik tanpa ada pertikaian. Selain itu, orang

Manggarai menyakini bahwa ritual penti sebagai tempat untuk memecahkan

persoalan keluarga dalam bentuk diskusikeluarga waktu acara syukuran. Orang

Manggarai selalu menggunakan pepatah seperti ini; “neka na’as tombo da’at, neka

imbi tombo nipi rantang beti celi, maiga anggom sangged tombo agu wintuk kudut

co’o mose ata dian nggerolon”.9

Melalui perayaan ritual Penti dapat menyadarkan akan peran kesatuan tata

ruang budaya Manggarai yang dimulai dari kampung (beo, golo lonto), halaman

9Jangan simpan cerita lama yang jelek, jangan percaya cerita mimpi, jagan sampai sakit,

marilah merangkul semua kata-kata dan perbuatan untuk bagaimana membengun hidup yang

lebih baik kedepan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

57

kampung (natas), tempat sesajian (compang), mata air (wae teku), bersih kuburan

(weang boa), dan kebun (uma duat). Melaksanakan ritual Penti ialah merayakan

syukuran dan hormat kepada Mori Keraeng dan. Penekanan utama makna ritual Penti

adalah syukuran dalam suasana batin yang penuh sukacita, damai, bahagia, semangat

persaudaraan dan kekeluargaan. Ritual Penti dengan tema bersyukur menjadi suatu

momen yang tepat untuk saling mengakrabkan diri, bersatu, bersaudara, dan menjalin

hubungan kekerabatan yang baik.

b. Peserta

Pelaku utama dalam perayaan ritual Penti ialah tu’a beo (kepala kampung),

tu’a kilo (kepala suku), tu’a golo (kepala kampung), tu’a t’eno (kepala pembagi tanah

ulayat). Selain itu, semua orang Manggarai, keseluruhan warga kampung mulai dari

yang tua sampai anak-anak. Adapula anak rona, anak wina dan pelaku lainya yang

berasal dari kampung tetangga.

c. Waktu

Orang Manggarai mengadakan ritual Penti setiap tahun antara bulan Agustus

atau September sesuai kesepakatan para petinggi di kampung. Waktu pelaksanaan

ritual Penti dimulai dari malam hari berkumpul dalam mbaru gendang (rumah adat)

dengan tahap untuk membahas proses yang akan dilakukan dari pagi sampai malam

hari. Pada pagi hari menjadi puncak utama dalam perayaan ritual Penti.

d. Proses

Proses ritual Penti yang dimulai dari luar rumah seperti lingko (pusat

kebun),wa’e teku (mata air),boa (kuburan) dan compang (tempat persembahan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

58

sampai pada mbaru gendang (rumah adat). Karena ritus Penti menurut adat

Manggarai terdiri dari: barong lodok, barong wa’e, barong boa, barong compang.

Selanjutnya di dalam mbaru gendang. Ritus-ritus ini dilaksanakan khusus untuk

mengundang roh-roh yang menjaga kebun, mengundang roh-roh yang tinggal di wa’e

teku yang telah menjaga dan melindungi mata air, mengundang semua arwah para

leluhur, mengundang penghuni compang. Ritual ini dilaksanakan untuk mengundang

para roh-roh penjaga lodok, mata wa’e, boa, compang guna mengikuti perayaan ritual

Penti di rumah adat pada malam harinya. Setiap tempat upacara mempunyai hewan

persembahan dan doa-doa adatnya sesuai dengan norma adat yang berlaku. Foto ada

di lampiran halaman 113.

C.2. Materialitas

Hewan sesajian untuk acara syukuran adalah Kerbau (kaba), hewan lainya

yaitu, Kambing, Babi sebagai lauk tambahan dan sesajian utamanya Kerbau. Orang

Manggarai memilih Kerbau sebagai sesajian utama karena bernuansa syukuran dan

suka cita, tentunya dilakukan oleh mereka yang mengalami perubahan hidup yang

sudah baik, mapan dan sukses. Satu hal yang harus dipahami bahwa ritual Penti

merupakan pesta syukuran kepada Mori Keraeng dan leluhur yang dilaksanakan oleh

sekelompok orang Manggarai dalam satu kampung dan dihadiri oleh keluarga-

keluarga kerabat, wa’u (klan), sehingga perlu adakan sesajian dengan seekor Kerbau.

C.3. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam ritual Penti ialah bahasa Manggarai. Bahasa

Manggarai di pilih karena semua peserta yang hadir adalah orang Manggarai. Mulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

59

dari mengadakan ritual lodok, wa’e teku, boa, compang dan mbru gendang semuanya

menggunakan bahasa Manggarai baik dalam doa maupun sapaan kepada peserta yang

hadir. Bukan saja salam perayaan ritual Penti di kehidupan sehari-hari pun orang

Manggarai menggunakan bahasa Ibu dibandingkan menggunakan bahasa Indonesia.

D. Penyelenggaraan Ritual PentiManggarai Diaspora

D.1. Peserta Ritual Penti

Peserta yang hadir terdiri dari orang tua, orang muda, anak-anak, serta para

tamu undangan dari luar orang Manggarai seperti; Bjawa, Ende, Maumere,

Larantuka, Kupang, Sikka, Ngada, Timor, Alor dan Sumba.Mereka yang hadir dalam

ritual Penti adalah orang-orang yang sudah diundang untuk ikut terlibat dalam ritual

Penti. Menurut Bapak Lorens, dari masing-masing orang Manggarai yang hadir

terdiri dari berbagai daerah: Belitang Hilir, Belitang Hulu, Pontianak, Sambas,

Singkawang, Mempawah, Ketapang, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kapuas Hulu, dan

Melawi. Orang Manggarai ini sudah jauh-jauh hari diundang oleh para

pengurus.Orang Manggarai yang hadir dalam acara ritual Penti membawa serta

keluarga dan sanak-sudara mereka. Hal ini juga kesempatan mengenalkan ritual Penti

kepada anak-anak yang dilahirkan dan di besarkan di Kalimantan Barat. Selain orang

Manggarai sendiri, sebagai peserta undangan adalah orang luar seperti orang Dayak

Mualang dan orang Flores lainnya yang ikut menjadi peserta dalam ritual Penti.

Selain sebagai peserta ritual Penti, orang Manggarai juga ikut menyumbang, baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

60

dalam bentuk uang, beras, maupun ternak. Selain itu, mereka menggunakan

kendaraan pribadi untuk menghadiri ritual Penti.10

D.2. Persiapan dan Perlengkapan Ritual Penti

Bahan-bahan yang harus dipersiapkan sebelum ritual Penti dimulai dari tuak

dan arak, pinang, daun sirih, kapur dan rokok. Hewan kurban seperti kerbau (kaba)

digantikan dengan babi (ela), piring serta magkuk putih digantikan dengan piring

serta mangkok yang bervariasi yang digunakan untuk menyimpan darah hewan

kurban. Selain itu, busana yang dikenakan oleh orang Manggarai pada ritual Penti

adalah baju kemeja berwarna bebas menggunakan kain songket hitam, dan topi

songket. Meskipun tidak diwajibkan menggunakan kostum yang sama, namun orang

Manggarai tetap menggunakan kain songket dan songkok songket serta selendang

songket khas Manggarai. Ketua adat (tu’a golo) merupakan orang yang bertanggung

jawab sepenuhnya terhadap pelaksanaan ritual Penti. Selain itu, ada orang yang

khusus memegang alat musik seperti gong dan, gendang untuk memeriahkan acara

ritual Penti.11

Seluruh perlengkapan dalam proses pelaksanaan ritual Penti memiliki makna

simbol yang dipahami oleh orang Manggarai. Sesajian yang telah mereka

persembahkan kepada Tuhan (Mori Keraeng) dan leluhur merupakan simbol dari

hasil kerja mereka selama satu tahun. Hewan ternak (babi) di-pilih sebagai hewan

yang dipersembahakan, karena ini merupakan pesta besar bagi orang Manggarai.

10

Lorens Pagar wawancara dengan penulis 4 Juli 2014. 11

Remigius wawancara dengan penulis 10 Juli 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

61

Acara ritual Penti bernuansa syukuran, hal ini membuktikan bahwa orang Manggarai

mengalami perubahan hidup yang lebih baik, mapan, dan sukses. Dari pengalaman

hidup, mereka yang dahulu bisa dikatakan kurang baik dan sekarang kehidupan

mereka bisa dikatakan sudah lebih baik daripada sebelumnya.12

Selain itu, orang juga menggunakan baju kemeja putih atau kemeja berwarna

lain, yang terpenting menggunakan topi (songkok) songket/sapu, selendang songket,

kain songket, bukan sekadar agar mereka terlihat rapi atau dibuat menjadi sama,

tetapi itu pakaian juga bagian dari simbol. Menurut Bapak Frans, orang Manggarai

memiliki pandangan bahwa warna kain songket yang penuh dengan warna dan motif

menunjuk pada keteguhan dan keberanian orang Manggarai. Adapun warna putih

menunjuk pada ketulusan dan keterbukaan orang Manggarai terhadap orang luar.

Foto ada di lampiran halaman 110.

D.3. Tempat dan Waktu Ritual Penti

Sejak orang Manggarai di perantauan Kalimantan Barat dari gelombang I-III,

untuk pertama kali mempraktikkan ritual Penti pada tanggal 19 Agustus 2014 di

Belitang Tengah. Ritual Penti ini dimulai pada malam hari, acara dimulai dari luar

mbaru gendang (rumah adat).Orang Manggarai menggunakan tahap-tahap dalam

ritual Penti, seperti yang diadakan oleh orang Manggarai di Flores. Ada beberapa

tahap ritual Penti, seperti: Renggas, pembukaan upacara. Wewa: ajakan dari

pemimpin upacara untuk peserta yang hadir dalam acara ini. Rahi/kedi: sapaan

khusus kepada peserta yang hadir. Kari: pembukaan doa. Tudak/renge: doa atas

12

Frans wawancara dengan penulis 8 Juli 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

62

hewan kurban yang ditunjukan kepada para leluhur dan akhirnya kepada Mori agu

Ngaran (Tuhan pemilik). Hewan kurban disembelih setelah torok ini diucapkan.

Darahnya harus mengenai jenang pintu rumah adat (mbaru gendang) sebagai bukti

nyata ritual Penti telah dilaksanakan. Toro urat: memeriksa hati/urat hewan kurban

untuk mengetahui apakah isi doa mereka berkenan di hati para leluhur dan Tuhan

atau tidak. Helang: memberikan sesajian kepada roh leluhur yang hadir dalam ritual

Penti. Foto ada di lampiran halaman 110.

Menurut Bapak Bernadus, torok merupakan sebuah ungkapan untuk

menyatakan maksud-maksud tertentu dan ditunjukan kepada Tuhan (Mori Keraeng)

dan para leluhur. Torok selalu disampaikan pada acara upacara adat, dalam suasana

sakral, dan penutur merupakan permohonan dari peserta yang hadir. Sebagai sapaan

terhadap Tuhan (Mori Keraeng) danpara leluhurdisampaikan maksud dan tujuan

upacara. Isi torok alam ritual Penti yang dilantukan oleh Bapak Bernadus sebagai

berikut:13

“Ho de manuk caun le hami ga, ngasang de, na’a wan teno ho’o landing

tegi dami kamping ite, ende wa, wicung pat lingko ho’o, neteng moso neka

manga cumang dungka, neka manga pala cala, eme na’a was woja tai agu

latung dami. Neka koe wi’uk agu nengger, ro’ang koe lobo lompas, todo

lobo cocok temek koe wa, mbau koe eta masa neteng moso. Landing tegi

dami kamping ite ende wa agu wicung pat lingko ho’o. nio eme mangas

kaka ulas, kaka hamas, tadang koe sangged situ, nio woja agu latung dami,

neka mangas beber wa, akntol eta, com ita ti one urat manuk ho’o tekerewut

tambang dara, toe pesum ti manuk ho’o somba…o.. Ende nenggitu kole

wicung pat lingko ho’o, ho’o manuk di’an adakn le hami na wan teno agu

pu’ung di’a ni’i, ai ho’o ngasang manuk pota toni ngasang de wuat na wan

13

Menurut Bapak Bernadus (wawancara dengan penulis 3 Juli 2014), isi torok tidak bisa

diterjemahkan secara langsung.Ada torok yang bisa diterjemahkan dan ada yang tidak.Oleh

karena itu isi torok diatas yang tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

63

ni’i, ai tai laku ngasang de kower one rowing, ukup one pucu ngasang de’

pu’ung ako manukn kole tai laku ngasang de pota rangan. Nio mangas

wi’uk agu wengger, beber wa, kantol eta, asi situ. Ho’o manuk di’an lami,

landing ite kali ende wa agu wicung pat lingko ho’o, nai ca anggit koe ite,

tuka ca leleng, temek koe wa, mbau koe eta main, com ita one urat manuk

ho’o, cekel ndeng, dai wa’in, langkas maja, bombing keta pesun ti manuk

ho’o”.

Menurut Bapak Paulus, ketika ketua adat (tu’a golo) melakukan torok, hewan

kurban (babi) dibunuh oleh ketua adat (tu’a golo) di depan pintu rumah adat (mbaru

gendang). Setelah hewan persembahannya di bunuh, diambillah hati dan usus dari

hewan kurban, dan di-tunjukkan kepada seluruh orang Manggarai yang hadir untuk

memperlihatkan apakahdoa yang mereka sampaikan di-dengar oleh Tuhan (Mori

Keraeng) dan leluhur atau tidak. Jika hati dan ususnya berbentuk lurus maka

permohonan mereka di terima dan diyakini bahwa apapun yang mereka kerjakan pada

tahun berikutnya lebih menghasilkan dari tahun sebelumnya.14

Pelaksanaan ritual Penti diadakan di luar dan di dalam rumah adat (mbaru

gendang) yang dibangun pada tahun 2016. Sebelum rumah adat (mbaru gendang)

didirikan semua kegiatan diadakan di rumah Bapak Bernadus. Mbaru gendang

digunakan untuk menyelenggarakan ritual Penti dan rapat-rapat penting yang

berhubungan langsung dengan orang Manggarai. Mbaru gendang di perantauan tidak

sama dengan rumah adat di Manggarai (Flores). Di Manggarai, pada umumnya

mbaru gendang berbentuk kerucut dan memiliki simbol-simbol. Sedangkan rumah

adat mbaru gendang diaspora tidak memiliki simbol, dan berbentuk modern sesuai

keinginan orang Manggarai di Kalimantan Barat. Fungsi dari mbaru gendang, baik di

14

Paulus wawancara dengan penulis 8 Juli 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

64

Manggarai (Flores) maupun di perantauan, adalah sama-sama sebagai tempat

menyelenggarakan upacara Penti.15

Mbaru gendang didirikan di samping rumah

Bapak Bernadus sebagai ketua adat (tu’a golo). Mbaru gendang di perantauan tidak

di-huni oleh tu’a golo layaknya rumah adat di Flores. Menurut Bapak Bernadus, “kita

sengaja membangun mbaru gendang untuk keperluan kita bersama, agar siapapun

keluarga Manggarai yang baru datang merantau ke sini, bisa tinggal di rumah adat

ini. Rumah adat ini dibangun tidak hanya khusus untuk keperluan acara ritual

maupun untuk pertemuan.Rumah adat ini bisa digunakan untuk keperluan apapun”.16

Bagi orang Manggarai, mendirikan mbaru gendang tidak harus sama persis seperti

mbaru gendang di Manggarai. Tetapi fungsi mbaru gendang itu tetap sama,

meskipun ukuran dan bentuk bangunan yang berbeda. Foto ada di lampiran halaman.

Periode pelaksanaan ritual Penti adalah setiap satu tahun sekali. Menurut

Bapak Adolfus, periode ini sudah ditentukan oleh seluruh orang Manggarai di

Kalimantan Barat diadakan setiapsatu tahun sekali. Pelaksananya jatuh pada bulan

Agustus. Hal ini dapat dipahami karena orang Manggarai hanya bisa berkumpul pada

saat musim libur. Prosesi ritual Penti berlangsung satu malam satu hari. Pada malam

puncak acara ritual Penti semua peserta berkumpul di depan mbaru gendang. Maksud

berkumpul di sini adalah agar bersama-sama memasuki mbaru gendang.

Dalam mbaru gendang semua peserta duduk membentuk lingkaran memenuhi

ruang tamu untuk menghadap tu’a golo. Di depan tu’a golo terdapat satu mangkuk

15

Adolfus wawancara dengan penulis5 Juli 2014. 16

Bernadus wawancara dengan penulis3 Juli 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

65

yang berisi pinang, daun sirih, kapur, rokok tembakau dan tuak/arak yang sudah

dituangkan dalam satu gelas. Setelah semua peserta berkumpul maka dimulailah doa

(torok) mengucap syukur kepada Tuhan (Mori Keraeng) dan leluhur yang

dilantunkan oleh tu’a golo dan semua peserta mengikuti dengan tenang dan khidmat.

Setelah acara selesai, biasanya ditutup dengan makan malam bersama.

Seluruh peserta upacara wajib mengambil bagian dalam santap bersama malam itu.

Sesudah makan dilanjutkan dengan nyanyian-nyanyian yang melukiskan peristiwa

sekitar perayaan ritual Penti itu. Pada pagi hari diadakan tarian caci, mulai pagi hari

hingga sore. Dengan berakhirnya caci pada pagi sampai sore hari itu, maka seluruh

rangkaian perayaan ritual Penti itu dinyatakan selesai seluruhnya. Pemain caci adalah

kaum lelaki, sedangkan perempuan hanya berpartisipasi dalam bermain gong,

melayani tamu-tamu/keluarga dengan menyiapkan konsumsi.

Seiring berjalannya waktu, ritual Pentipun berpindah tempat dari Belitang

Tengah ke Desa Engersik, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau bahkan

sampai di Pontianak. Hal ini didasarkan kesepakatan para pengurus dan orang

Manggarai lainnya. Para pengurus beranggapan bahwa ritual Penti perlu dikenalkan

kedaerah-daerah lain, tidak hanya di Belitang tetapi juga harus sampai di ibukota

Provinsi Kalimantan Barat. Saat ini, ritual Penti selalu berganti lokasi atas dasar

keinginan para pengurus dan disetujui oleh orang Manggarai lainnya. Alasan lainnya,

melihat banyaknya orang Manggarai dilokasi tertentu dan melihat pengaruh orang

Manggarai di wilayah itu. Jika orang Manggarai mempunyai kedudukan sosial yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

66

lebih baik atau dipercayai oleh warga setempat maka ritual Penti bisa saja diadakan

dilokasi tersebut. Meskipun berpindah lokasi praktik ritual Penti.

E. Susunan Ritual Penti Menurut Orang Manggarai

Penyelenggaraan ritual Penti di perantauan berdasarkan atas ingatan orang

Manggarai. Apa yang mereka ingat, itulah yang di praktikkan di perantauan.

Berdasarkan ingatan ini, terjadi perubahan dalam ritual Penti di perantauan. Dalam

penyelenggaraannya ada bagian-bagian yang dipertahankan maupun dihilangkan

sesuai dengan keadaan geografis Kalimantan Barat. Perubahan tehadap ritual Penti

tentu saja atas dasar kesepakatan orang Manggarai.

Berkaitan dengan kehadiran ritual Penti di perantauan, orang Manggarai

mempunyai pandangan tersendiri. Menurut para pengurus, ritual Penti bukanlah

ritual yang tidak bisa diubah. Hal itu berkaitan tanggung jawab untuk tetap

mengadakan ritual Penti agar generasi baru tetap melanjutkan praktik ritual Penti.

Jika tidak generasi baru orang Manggarai justru tidak berani mempraktikkan ritual

Penti karena begitu sulit melakukan ritual Penti yang diperkenalkan kepada

mereka. Penyampaian makna dan tujuan dalam ritual Penti kepada generasi baru

harus santai dan bersahabat agar mereka bisa menyerap dengan baik dan tidak

mengabaikannya. Namun hal ini tidak berarti ritual Penti kehilangan nilai religius

moral. Nilai kereligiusan dalam ritual Penti masih dipegang oleh orang Manggarai

di perantauan.

Bagi orang Manggarai dalam mengembangkan ritual Penti kepada generasi

baru, hal utama yang harus dilakukan adalah mengenalkan makna dan tujuan ritual

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

67

Penti. Pertama-tama mereka harus diajarkan dasar ritual yang merupakan

acara/pesta besar orang Manggarai dalam mengucap syukur kepada Tuhan (Mori

Keraeng) dan leluhur atas keberhasilan dan kesuksesan orang Manggarai selama

di perantauan. Orang Manggarai cenderung memahami ritual Penti sebagai sebuah

kesakralan. Menurut Bapak Lorens, ritual Penti yang dipraktikkan oleh orang

Manggarai bukan tidak mengandung kesakralan meskipun proses ritual Penti

singkat dan tidak memerlukan waktu yang lama.

Dengan cara demikian, tidak adanya pemikiran-pemikiran yang negatif dari

mengembangkan ritual Penti. Tanggung jawab kelompok ditentukan dari

pemikiran dan kerja sama bukan hanya dalam “ucapan”. Menurut Bapak Lorens,

dalam pengembangan ritual Penti, kesakralan bukanlah sesuatu yang pakem, kaku,

dan wajib. Jika tetap berpegang pada keaslian, ritual Penti tidak dapat

berkembang,

“Heee..toe ta nu, poli tombo dugu wangkan rencana pande ritual Penti. Ite

ce ho elo agu kondisi no pe, eme nuring nengo one toe manga pande ga. Ai

toe de bae taung lami ata tua ngaji one ritual Penti. Can kole, ai bantang

ata peang mai kole pe, lonto cama-cama elo ritual Penti pe”17

(Bapak

Lorens,wawancara dengan penulis 3 Agustus 2014).

Dalam kepercayaan orang Manggarai diadakannya ritual Penti ini sebagai

ucapan syukur kepada Tuhan (Mori Keraeng) dan leluhur atas keberhasilan yang

telah mereka peroleh di perantauan. Dengan kesadaran atas latar belakang budaya

17

Heee…nggak nak, dari awal sudah di bicarakan praktik ritual Penti. Kita menyesuaikan

kondisi di sini (Kalimantan Barat), jika kita menyesuaikan ritual Penti yang ada di Flores

(Manggarai) kita tidak akan pernah mengadakan ritual Penti. Selain itu, kami selaku orang

tua banyak yang lupa apa-apa saja yang harus dilakukan dalam proses ritual Penti. Satu lagi,

kita juga mengundang pihak luar untuk duduk bersama-sama dan menyaksikan ritual Penti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

68

yang sangat kental dalam diri orang Manggarai, maka apa yang diharapkan oleh

orang Manggarai untuk mempraktikkan ritual Penti di Kalimantan Barat bisa

terwujud. Keberhasilan orang Manggarai di perantauan bisa dilihat ketika mereka

sudah mendirikan rumah secara pribadi, membeli tanah dari masyarakat lokal dan

memiliki lahan kelapa sawit lebih dari satu kapling, memiliki pekerjaan dengan gaji

yang cukup serta memiliki pekerjaan tetap.

Adanya ritual Penti diperantauan menandakan kehidupan orang Manggarai

sudah bisa dikatakan sukses. Seiring berjalannya waktu ritual Penti telah

menunjukkan siapa mereka dan posisi mereka dalam masyarakat di perantauan.

Pandangan seperti inilah yang sedikit memberi pengaruh mereka untuk tetap

mempraktikkan ritual Penti dan bekerjasama dengan berbagai pihak. Bagaimanapun

ritual Penti telah menjadi bagian dari pameran budaya yang disaksikan oleh

masyarakat diperantauan. Orang Manggarai telah berhasil menampilkan ritual Penti

di depan umum.

Menampilan ritual Penti di depan umum merupakan hal yang luar biasa, dan

terwujud berkat dukungan dari masyarakat Dayak Mualang dan institusi setempat

yang telah mensponsori ritual Penti di Belitang Tengah, Kabupaten Sekadau, Provinsi

Kalimantan Barat. Kegiatan ritualPenti di perantauan tidak terlepas dari bantuan para

donatur yang mendukung ritual Penti. Banyaknya relasi orang Manggarai

memudahkan orang Manggarai mendapat bantuan dari pihak luar. Bantuan yang

diberikan berupa uang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

69

Bapak Herkulanus anggota DPRD Kab.Sekadau, pada saat wawancara

mengatakan bahwa, “Saya harus acungi jempol buat orang Manggarai.Saya

bersyukur di beri kesempatan untuk secara langsung menyaksikan ritual Penti.Saya

berharap ritual Penti tidak berhenti sampai disini. Oohh..tentu saja orang

Manggarai harus bangga dengan ritual Penti ini”18

. Foto ada di lampiran halaman

112.

Dukungan-dukungan dari institusi ini yang menjadi modal sebagian

pelaksanaan ritual Penti. Kerjasama dengan institusi memudahkan ritual Penti

ditampilkan di khalayak umum. Kesempatan-kesempatan seperti inilah yang

membuat Melky membantu orang Manggarai untuk melestarikan kebudayaan di sini.

Melky adalah lulusan dari salah satu kampus yang ada di Yogyakarta dengan

mengambil Program Studi Pariwisata. Ia sekarang bekerja di salah satu Dinas

Pariwisata di Kabupaten Sekadau. Ketika berbicara soal ritual Penti, ia sadar bahwa

ia bukan asli berdarah Manggarai, namun ia merasa bahwa ia asli berdarah

Manggarai. Ia sama sekali tidak pernah sedikitpun lepas dari acara ritual Penti yang

dilaksanakan orang Manggarai dan beberapa kali ia juga mengikuti ritual Penti di

Flores jika ada kesempatan pergi ke tanah kelahiran ayahnya.

Ia menceritakan ketertarikannya terhadap tradisi nenek moyang ayahnya,

yakni ritual Penti. Pertama kali ia jatuh cinta terhadap ritual Penti adalah ketika ia

mengikuti ayahnya pulang ke Flores karena ia berdarah campuran antara Manggarai

dan Dayak. Di sana ia mulai menyukai setiap proses dari ritual Penti yang

18

Herkulanus wawancara dengan penulis 19 Agustus 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

70

menurutnya sungguh “ribet” dan “sakral” karena banyak sekali proses-proses yang

harus dilalui dalam ritual Penti. Menurut ceritanya, ia ingin sekali anak-anak

Manggarai yang dilahirkan di Kalimantan Barat, membantunya untuk

memperkenalkan ritual Penti kepada teman-teman sekolah, kuliah, dan teman kerja

agar ritual Penti semakin dikenal di Kalimantan Barat. Dengan adanya Melky di

Dinas Pariwisata memudahkan orang Manggarai mengambil bagian dalam pergelaran

budaya di Kabupaten Sekadau.

“Saya berdarah Manggarai dan Dayak, tapi saya lebih mencintai budaya

ayahku. Karena menurutku kultur orang Manggarai sangat kental, sehingga

mereka mampu menghadirkan ritual Penti di sini. Dan saya juga sering ikut

acara ritual Penti di kampung halaman ayahku.Meskipun saya melihat dan

merasakan ada perbedaan dari ritual Penti disini dan di Manggarai

(Flores). Karena saya yakin bahwa orang Manggarai menyesuaikan kondisi

di sini (Kalimantan Barat) terhadap proses ritual Penti.”(Melky,

wawancara dengan penulis 2 Agustus 2014)

Saat berbicara tentang budaya Manggarai pergelaran budaya diikuti demi

menunjukan budaya Manggarai. Dengan mengikuti pergelaran budaya orang

Manggarai, maka posisi mereka di tengah masyarakat di perantauan sudah

ditunjukan. Menurut Melky kebahagian yang tidak akan pernah dilupakan dengan

dihadirkannya ritual Penti yaitu adanya tarian caci dan tampilnya pula kain adat khas

Manggarai dalam pergelaran budaya untuk diperkenalkan kepada masyarakat di

perantauan. Inilah ungkapan pengalaman selama delapan tahun orang Manggarai

mengikuti pergelaran budaya untuk memperkenalkan budaya Manggarai di

perantauan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

71

“Momen-momen seperti inilah yang sangat membantu untuk mengenalkan

keseluruhan budaya Manggarai kepada masyarakat lokal maupun non lokal

di perantauan.Dengan menghadirkan ritual Penti dan tarian caci yang

diadakan waktu ritual Penti.Namun, sekarang tarian caci bukan hanya

memeriahkan ritual Penti. Tetapi dalam acara apa saja yang diadakan

dalam pergelaran budaya dan perayaan HUT RI. Tarian caci ini

dilambangkan sebagai kejantanan seorang pria Manggarai dengan

menggunakan aksesoris khas Manggarai yang semakin membuat seorang

pria Manggarai semakin jantan. Serta menghadirkan pameran kain tenun

khas Manggarai yang tidak diperjual belikan, hanya sebagai pameran

untuk dikenal orang lain.” (Bapak Petrus, wawancara dengan penulis 5

Agustus 2014)

Selain Melky dan Bapak Petrus, Obin juga menceritakan bahwa ia sangat

kagum dan bangga dengan melihat budaya Manggarai ditampilkan dalam pergelaran

budaya. Obin kelahiran Manggarai yang dibesarkan di perantauan. Ia mengikuti

setiap pergelaran budaya yang diikuti orang Manggarai. Ia merasa bangga bahwa

orang Manggarai bukan hanya sebagai transmigran tapi bisa memikat hati banyak

pihak untuk mendukung kegiatan yang mereka lakukan dengan menampilkan ciri

khas Manggarai.

Dari cerita di atas, kita bisa melihat bahwa ritual Penti semakin dipopulerkan

oleh orang Manggarai yang telah mendapatkan ruang gerak untuk melestarikan

budaya Manggarai. Tidak tidak kalah penting adalah bahwa, ruang gerak ritual Penti

juga diperluas atas dukungan dari berbagai pihak terutama para institusi yang telah

mensponsori ritual Penti dan menjadikan orang Manggarai ikut ambil bagian dalam

pergelaran budaya yang dikelola oleh pemerintahan setempat.

Di sisi lain, para pengurus lebih mengedepankan orang-orang yang

mempunyai peranan penting dalam ritual Penti. Ada pula beberapa orang Manggarai

yang susah untuk diajak bekerjasama, beberapa orang ini tidak seperti orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

72

Manggarai lainnya yang tanpa harus selalu diingatkan untuk terlibat langsung dalam

persiapan-persiapan perayaan ritual Penti. Generasi Manggarai, diharapkan bukan

hanya sekedar hadir dalam kemeriahan ritual Penti. Selain itu, ada harapan yang

besar dari para tetua Manggarai untuk generasi muda Manggarai, yaitu agar mampu

membangun komunikasi yang baik dengan para tetua Manggarai maupun sesama

generasi Manggarai, agar bisa bekerja-sama dan apa yang disampaikan oleh para

tetua Manggarai dapat dicerna dengan baik dan dilaksanakan.

F. Catatan Penutup

Ritual Penti pada dasarnya bukanlah hal yang baru untuk dipraktikkan oleh

orang Manggarai di perantauan. Sebelum mereka merantau, mereka sudah terbiasa

mengikuti ritual Penti di daerah mereka masing-masing. Sehingga tidak

mengherankan jika ritual Penti bisa dipraktikkan di perantauan. Akibatnya ritual

Penti dipraktikkan sesuai ingatan dan yang bisa dilakukan dalam perayaan ritual

Penti. Bahan-bahan sesajian dalam ritual Penti seadanya untuk memenuhi syarat

dalam memberi persembahan kepada para leluhur. Bahkan tidak segan-segannya

mengundang pejabat pemerintah untuk menghadiri ritual Penti. Fenomena seperti ini

terlihat dalam uraian bab ini. Tujuannya adalah untuk mengenal budaya Manggarai di

Kalimantan Barat.

Bertolak dari apa yang sudah diuraikan pada bab ini, ritual Penti di

Kalimantan Barat tidak selalu diadakan setiap satu tahun sekali. Pada tahun 2015

ritual Penti tidak diadakan. Karena tidak adanya respon dari orang Manggarai yang

berada diwilayah Ketapang, Melawi, Sambas, Singkawang dan Mempawah. Dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

73

alasan ini, ritual Penti ditiadakan. Prinsip orang Manggarai di perantauan bahwa

tanpa keterlibatan saudara-saudari mereka dalam memeriahkan ritual Penti, lebih baik

ritual Penti tidak diadakan sama sekali. Hal inilah yang terjadi pada tahun 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

74

BAB IV

RITUAL PENTI: DI PUSARAN PERTEMUAN BUDAYA DI BELITANG

TENGAH

Pengantar

Pada bab III penulis telah menguraikan mengenai ritual Penti di Kalimantan

Barat. Bermula diadakan ritual Penti di perantauan adalah atas kerinduan orang

Manggarai untuk berkumpul bersama-sama. Sekaligus mengucap syukur kepada

Tuhan (Mori Keraeng) atas keberhasilan yang telah diperoleh orang Manggarai

selama berada di Kalimantan Barat. Di Kalimantan Barat ritual Penti dipopulerkan

oleh orang Manggarai. Dengan demikian, ritual Penti sebagai identitas orang

Manggarai yang dapat membedakan mereka dengan orang Flores lainnya di

Kalimantan Barat.

Dalam bab III sudah diperlihatkan bagaimana orang Manggarai

mempraktikkan ritual Penti di Kalimantan Barat. Sehingga dari data yang sudah di

paparkan dalam bab III sudah memperlihatkan alasan orang Manggarai

mempraktikkan ritual Penti. Dari berbagai alasan ini, pada bab IV ini penulis ingin

memperlihatkan analisis dari ritual Pentiini terdiri dari tiga bagian. Pertama, penulis

akan menjelaskan mengenai ritual Penti sebagai sebuah bentuk religi orang

Manggarai di Kalimantan Barat dengan kerangka Thomas A. Tweed. Kedua, penulis

akan menjelaskan tiga tahap dalam ritual Penti, kemudian memperlihatkannya

dengan kerangka Victor Turner dan sekaligus memperlihatkan aspek liminalitas dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

75

komunitas dalam ritual Penti itu sendiri. Ketiga, memperlihatkan kelompok-

kelompok sosial yang tercipta dari ritual Penti.

A. Ritual Penti Sebagai Sebuah Bentuk Religi Orang Manggarai

Tesis dasar Tweed adalah bahwa agama merupakan sesuatu yang selalu

bergerak/berubah dan relasional/ hubungan (berhubungan dengan hal-hal yang lain).1

Jadi, agama atau suatu praktek keagamaan itu tidak pernah tetap atau statis dan

berdiri sendiri, tetapi selalu terhubung dengan suatu konteks yang lebih luas, baik

secara ruang dan waktu. Karena itu, ketika kita hendak mengkaji suatu fenomena

agama, kita mesti menyadari dan memahami hal ini.

Ritual Penti, itu merupakan suatu fenomena agama asli orang Manggarai

(sebelum memeluk agama Katolik) yang juga selalu berubah (pasti ada yang berubah

dan bergerak) dan kelahirannya/kemunculannya sangat erat terhubung dengan

konteksnya dalam masyarakat Manggarai di masa yang lalu. Praktik ritual Penti itu

masih ada dan dipertahankan hingga saat ini, bahkan dewasa ini semakin

dipopulerkan sebagai sebuah penanda identitas kultural Manggarai, termasuk juga

bagi orang Manggarai di perantauan, di Kalimantan Barat.

Dalam hal ritual Penti, pertemuan pertama dengan faktor dari luar,

kemungkinan besar itu dengan agama Katolik, mengingat sebagian besar orang

Manggarai adalah juga penganut agama Katolik. Salah satu contoh, patut diduga

misalnya, referensi yang ditunjukkan dengan sebutan “Mori Karaeng” mungkin

1Thomas A. Tweed, Crossing and Dwelling: A Theory of Religion, Cambridge: Harvard

University Press, 2006, hal.54.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

76

sudah berbeda dan berubah. Dulu, dalam upacara yang masih asli, sebelum

pertemuan dengan Agama Katolik, kemungkinan besar bahwa sebutan “Mori

Keraeng” itu merujuk kepada arwah-arwah leluhur atau nenek moyang. Setelah

pertemuan dengan Agama Katolik, rujukannya sesuai dengan wujud tertinggi dalam

keyakinan iman Katolik. Yang bisa ditemukan dari pertemuan Agama Katolik dengan

agama asli Manggarai. Hal ini sangat jelas menunjukkan adanya

perpindahan/pergerakan dan relasi (dengan agama katolik, dan khususnya di

Kalimantan: pertemuan dengan kebudayaan dayak).

Dengan demikian, ritual Penti bukanlah merupakan sesuatu yang statis,

terisolasi, tidak berubah. Ritual tersebut terhubung erat dengan manusia/subyek yang

melakukannya. Karena subyeknya bergerak atau berpindah tempat, ritual itu juga

mengalami perpindahan tempat. Ketika manusia dan konteks kehidupannya berubah,

ritual Penti itu juga cenderung berubah. Sekalipun demikian, pastilah selalu ada unsur

yang tetap sama. Dalam hal ini, ritual Penti menjadi penanda bagi orang Manggarai

yang dapat menghubungkan mereka satu dengan yang lain dan kemudian mengubah

satu sama lain melalui kontak dalam ritual Penti ini. Ritual Penti, lalu tidak terlepas

dari dimensi ekonomi, masyarakat, dan politik. Mungkin dalam hal ini juga kita dapat

memahami ritual Penti sebagai sesuatu yang bersifat cair sebagaimana di sebut dalam

metafora yang dipakai Tweed.

Dengan cara ini, dalam perspektif Tweed, kita dapat memahami aspek

confluences, movement atau flow dari ritual Penti. Karena itu, kita harus dapat

menunjukkan bagaimana proses dan apa yang terjadi di dalam confluences, movement

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

77

atau flow ritual Penti di dalam ruang dan waktu. Bila ritual Penti dianggap sebagai

sebuah bentuk religi orang Manggarai, dalam konteks penggunaannya oleh orang-

orang Manggarai diperantauan sebagai penanda kebersamaan dan identitas, dalam

terminology Tweed2, kita dapat menyebutnya sebagai sacroscapes. Ritual Penti

merupakan sesuatu yang bersifat cair. Tidak statis. Ritual Penti dibayangkan sebagai

sesuatu yang bersifat dinamis. Sekalipun dinamis, ritual Penti itu meninggalkan jejak-

jejaknya dalam tradisi dan ritual yang senantiasa terus dilakukan berulang-ulang.

Bila kita mengikuti cara berpikir Tweed yang menyarankan bahwa agama itu

mengalir/flow, maka ritual Penti itu juga bersifat spasial dan temporal, organik

sebagaimana juga kultural. Aliran ini meliputi proses pemikiran dan ritual dalam

perayaan. Proses pemikiran tentang ritual Penti itu berubah, demikian juga ritualnya

mungkin ada yang berubah. Religi orang Manggarai, terutama ritual Penti bergerak

melalui waktu, ketika orang Manggarai dari generasi ke generasi dan dari waktu ke

waktu, dari suatu tempat ke tempat lainnya, melakukan ritual itu dengan cara yang

sama.

Oleh orang Manggarai perantauan, ritual Penti melalui ruang-ruang, baik itu

lokal dan global, mereka membawa serta praktek tersebut ke mana saja mereka pergi

dan menetap sebagai perantau. Dengan demikian ritual Penti sebagai aliran dapat

bersifat menyejarah sebagaimana ia juga bersifat geografis. Mereka berubah seiring

waktu dan berpindah melintasi ruang bersama perubahan dan perpindahan orang-

orang yang melakukannya. Sangat sulit atau tidak mungkin untuk melepaskan

2Ibid,hal. 55.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

78

manusia dari budaya di mana ia ada di dalamnya. Hal terbaik yang dapat dikatakan

mengenai hal ini adalah bahwa pikiran dan budaya itu saling membangun. Demikian

halnya relasi antara orang Manggarai dan ritual Penti.

Dengan demikian kita hanya bisa mengakui bahwa ada hubungan yang

kompleks antara organic constraints (fisiologis, emosional dan kognitif) dan cultural

mediations (linguistik, tropic,ritual, dan material) dalam hubungan orang Manggarai

dan ritual Penti itu. Ritual Penti menjadi kerangka referensi bersama antara orang

Manggarai, baik yang ada di Manggarai maupun yang di perantauan. Di dalam ritual

Penti terdapat proses kognitif (kepercayaan), moral (nilai), dan afektif (emosi) asli

orang Manggarai. Dalam menyebutkan proses afektif, Tweed menyatakan bahwa

agama membantu manusia untuk menentukan apa yang orang tersebut inginkan dan

bagaimana mereka merasa. Kepercayaan dan nilai yang dianut itu dapat mengatur dan

menentukan perilaku dan nilai moral seseorang.3

Ritual Penti juga menggunakan ekspresi bahasa (metafora, kiasan, mitos, dan

simbol), digunakan sebagai sarana untuk membuat dan membuat ulang imaji tentang

dunia. Bahasa metafora, simbol, kiasan ini sebagai cara untuk mengungkapkan

berbagai hal yang sulit diekspresikan seperti kekuatan supramanusia, cinta dan

berbagai konsep seperti relativitas. Menciptakan artefak dan mengajarkan tentang

bagaimana hal itu digunakan/berguna, mulai dari pakaian, ritual dan tempat yang

disucikan.

3Ibid,hal. 62.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

79

A.1. Ritual Penti dalam Pertemuan dengan Budaya Dayak

Dari sekian pembicaraan yang disampaikan mengenai orang Manggarai, tidak

luput juga cerita mengenai orang Dayak Mualang. Kehadiran ritual Penti di

kehidupan orang Dayak Mualang merupakan suatu hal yang mencengangkan.

Bagaimana tidak, orang Manggarai sebagai transmigran mampu menghadirkan dan

merayakan ritual Penti di tanah mereka. Selain itu, orang Dayak Mualang ikut terlibat

dalam memeriahkan ritual Penti. Menurut Bapak Gerunung, selaku ketua adat suku

Dayak Mualang mengatakan bahwa, “Bagi orang Dayak Mualang, ritual Penti

merupakan pesta besar perantau Manggarai. Keberhasilan perantau Manggarai

selama menjadi transmigran memang patut dirayakan dengan ritual Penti. Orang

Dayak Mualang mendukung penuh acara yang diadakan orang

Manggarai.Berdasarkan kesepakatan dengan pihak kami orang Manggarai memesan

ternak kepada orang Dayak Mualang untuk acara ritual Penti.”4

Ungkapan lain yang di sampaikan oleh Bapak Rangkang dalam bahasa Dayak

Mualang beliau mengatakan,

“Urang kita ante ka ngiga kebala te di pakai di acara Penti, selalu ngusong

akek kito. Akek endai gak gulong mahal ante jual kebala babi, ukoi, manok

te di pesan, akek bere sida sesuai te adai, adai gak te lebeh, akek jualpun

sesuai hargai te dijual pangan. Tapi, akek selalu beri sida endai gulong

besai, isa sida mesan pagilah endai kikai-kikai, nya te nayamai aba orang

kita, sida pun bah meda akek, apa lagi anak akek adai gak tejadi aba orang

kita bah co, nya teriu ati ante jual kebala utai mahal”5(Bapak

Rangkang,wawancara dengan penulis5 Agustus 2014).

4Gerunung wawancara dengan penulis 4 Agustus 2014.

5“Orang Kalian (Manggarai) kalau mencari segala sesuatu untuk digunakan atau di makan

dalam acara Penti, selalu mendatangi kakek ke sini.Kakek tidak telalu memberi harga mahal

kalo jual babi, anjing, ayam yang mereka pesan, kakek memberi mereka sesuai harga jual

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

80

Menurut Bapak Yosep, selaku kepala dusun mengatakan bahwa orang

Manggarai juga sangat membantu orang Dayak Mualang untuk rajin berternak. Bapak

Yosep juga menerangkan tentang perizinan kepada orang Manggarai untuk

mempraktikkan ritual Penti. Perizinan dilakukan dengan alasan mereka telah

dianggap seperti saudara sendiri. Suku ini tidak pernah berseteru dengan masyarakat

lokal dan mereka telah berjasa dalam mendirikan gereja di Belitang Tengah. Selain

itu, orang Manggarai ikut terlibat dalam kegiatan yang diadakan orang Dayak

Mualang seperti upacara Gawai Padi6. Bapak Yosep menyatakan pandanganya

mengenai orang Manggarai soal ritual Penti sebagai berikut: “Pada dasarnya orang

Manggarai memang memiliki kultur yang kuat sehingga apapun akan mereka

lakukan.Kekeluargaan mereka sangat dibina dengan baik.”7

Orang Dayak Mualang mengagumi budaya yang dibawa orang Manggarai ke

Kalimantan Barat.Hal ini diakui oleh Bapak Gerunung. Dari pertama kali perayaan

ritual Penti itu ramai dihadiri oleh para pengunjung yang berasal dari daerah tersebut.

Dari hubungan itu, Bapak Gerunung berharap orang Manggarai dan orang Dayak

Mualang tetap menjadi saudara karena dimata orang Dayak Mualang, orang

dipasar dan dijual orang sesama kami (Dayak Mualang).Tapi, kakek selalu memberi mereka

diskon, agar mereka bisa selalu mesan ke kakek lagi dan tidak mencari yang lain, itulah

enaknya dengan orang kalian (Manggarai).Mereka memesan di kakek karena mereka lihat

anak kakek ada yang nikah dengan orang kalian (Manggarai).Itu yang tidak bisa kakek jual

mahal-mahal dengan mereka dengan jual dengan harga yang sangat mahal”. 6Gawai Dayak merupakan sebuah acara adat atau bisa dikatakan sebagai sebuah ritual adat

yang biasa dilakukan pada setiap akan membuka lading, menanam padi, pada saat panen

pulut muda (panen beras ketan muda), orang Dayak biasa menyebutnya rama pam, dan juga

setelah musim panen padi selesai. Dalam http:///www.Blogspot.co.id/2013/07/suku-dayak-

mualang. Html?m=1. (Diakses, tanggal 29 Juli 2016). 7Yosef wawancara dengan penulis4 Agustus 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

81

Manggarai memiliki citra ramah dan bersahabat. Selain itu, masyarakat Dayak

Mualang memperoleh keuntungan dari hasil penjualan hewan ternak, tuak dan arak.

Keuntungan yang mereka peroleh adalah pemasukan mereka dengan menjual

hasil ternak dan tuak pada saat acara ritual Penti. Hewan ternak yang mereka jual

mencapai 4-6 juta rupiah per ekor ternak babi yang memiliki bobot berukuran sedang

dan besar. Selain itu, pemasukan besar lainnya adalah tuak dan arak. Tuak dan arak

sangat dibutuhkan lebih banyak dalam acara ritual Penti. Masyarakat Dayak Mualang

menjual tuak dan arak satu botol itu seharga Rp 30.000,- s.d. Rp 60.000,- sesuai

dengan rasa tuaknya, tuak dan arak yang keras dan enak itu dihargai dengan Rp

50.000,- s.d Rp 60.000,- per botol, sedangkan yang kurang keras di beri harga Rp

30.000- s.d Rp 35.000,- per botol.

Ketika penulis mewawancarai salah satu narasumber penulis Bapak Yohanes

Ali mengatakan, “Sebenarnya kaget juga mendengar setiap perayaan Penti ini

mereka menjualnya selalu mahal tiap tahunnya.Kebetulan mertua saya juga menjual

tuak dan orang kita juga membelinya walaupun dijual mahal. Heee..mau cari

kemana lagi kalau tidak beli dengan mereka, hanya mereka yang bisa membuat dan

mempunyai bahan-bahan untuk tuak. Kalau menurut saya yah..biarkan mereka juga

merasakan keberhasilan dari ritual Penti kita, biar mereka tau bahwa orang

Manggarai tidak main-main soal ritual Penti”8

Motivasi orang Manggarai mengadakan ritual Pentisetiap satu tahun sekali di

perantauan merupakan usaha untuk selalu didukung sebagai bagian dari keluarga

8Yohanes Alis wawancara dengan penulis7 Agustus 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

82

masyarakat Dayak Mualang. Masyarakat Dayak Mualang tidak hanya mencari

keuntungan dari orang Manggarai dengan menjual hewan ternak dengan harga yang

bisa dikatakan mahal, tetapi orang Manggarai tidak pernah mempermasalahkan harga

yang ditawarkan oleh masyarakat Dayak Mualang. Hal ini dikarenakan sudah ada

kesepakatan sejak awal bahwa orang Manggarai harus membeli hewan ternak dari

masyarakat Dayak Mualang. Selain itu, masyarakat Dayak Mualang menggangap

orang Manggarai adalah bagian dari keluarga dengan sama-sama saling membantu

dalam berbagai kegiatan baik di gereja maupun dalam acara pesta padi, pesta nikah,

dan lain-lain.

Hal-hal seperti ini terlihat dengan jelas bagaimana orang Manggarai dengan

sengaja menerima semua bentuk penjualan dari masyarakat Dayak Mualang. Demi

mempraktikkan ritual Penti apapun mereka lakukan dengan membiarkan masyarakat

Dayak Mualang juga menikmati hasil dari ritual Penti. Dengan kata lain, agar

masyarakat Dayak Mulang akan tetap mendukung untuk mempraktikkan ritual Penti.

Dengan membiarkan mereka memperoleh keuntungan dalam menjual hasil

perternakan dan lain-lain.Sudah diperlihatkan dari awal ketika orang Manggarai

meminta izin untuk mempraktikkan ritual Penti kepada para tokoh masyarakat Dayak

Mualang. Mereka telah memberikan sebuah syarat agar orang Manggarai membeli

hewan ternak dari masyarakat Dayak Mualang. Keuntungan-keuntungan yang di

peroleh masyarakat Dayak Mualang dalam menjual hasil ternak serta bahan-bahan

yang diperlukan oleh orang Manggarai dalam acara ritual Penti. Padahal jika

diperhatikan saat ini orang Manggarai sendiri sudah memelihara hewan ternak serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

83

telah bisa mengolah bahan dasar tuak atau orang Manggarai bisa mengantikan tuak

dan arak dengan Bir. Namun, orang Manggarai tidak melakukan hal itu, dikarenkan

syarat yang sudah diajukan oleh para tokoh masayarakat Dayak Mualang.

A.2. Ritual Penti dalam Pertemuan dengan Budaya Modern

Dahulu, apa yang disebut dengan “adat” yaitu, kepercayaan, praktik, dan

kelembagaan masyarakat di Manggarai sudah menanggapi pengaruh luar tersebut

selama berabad-abad, tetapi gagasan tentang “hilangnya” cara hidup tradisional dan

gagasan bahwa “kebangkitan” bersifat positif, bahkan gagasan tentang diperlukannya

“adat” baru muncul belakangan. Hal ini terutama terjadi karena selama sebuah

periode yang cukup panjang adat dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Hal ini terbukti

dalam konteks agama, pada dekade-dekade awal dahulu, adat oleh pihak misionaris

asing dilihat sebagai hambatan untuk menjadi “Katolik sejati”, dan juga dalam

konteks pembangunan nasional di era Orde Baru ketika adat dipandang sebagai

rintangan bagi kehidupan yang modern, profil-oriented, dan efisien.9

Pada masa 1980-an. Pada waktu itu ritual pengorbanan dianggap sebagai

sebuah kebiasaan masa lalu, dilarang oleh gereja, dan tidak disetujui pemerintah.

Perlu upaya keras dan lama untuk menemukan sebuah kampung di bagian timur

Manggarai di mana korban masih ada. Ada perasaan yang kuat pada waktu itu bahwa

orang-orang murtad itu, yang yang masih mempraktikkan ritual korban dan bertindak

9Maribeth, Erb, Kebangkitan Adat di Flores Barat: Budaya, Agama,dan Tanah. Dalam James

S. Davidson, David Henley, Sandra Moniaga (Ed), Adat dalam Politik Indonesia, terj.

Emilius Ola Kleden dan Nina Dwisasanti dari judul asli The revival of traditional in

Indonesian politics:the deployment of adat from colonialism to indigenism, Jakarta:KITLV

dan Obor,2010, hal. 270.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

84

secara khusus dalam cara yang tidak Katolik adalah kelompok-kelompok orang

terakhir yang masih mempraktikkan hal itu. Setelah beberapa dekade masyarakat

terlatih dalam hal apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak oleh misionaris Katolik,

adat lalu menjadi sesuatu yang merupakan “kebiasan” atau “budaya”, yaitu tindakan-

tindakan dimaksudkan untuk mendorong ikatan sosial dan bukan merepresentasikan

keyakinan keagamaan.10

Dewasa ini, salah satu penyebab perubahan misalnya, pertemuan pertama

dengan faktor dari luar, kemungkinan itu agama Katolik, hal ini bisa dilihat sebagian

besar orang Manggarai menganut agama Katolik. Dengan pertemuan dengan agama

Katolik banyak terjadi perubahan pada kepercayaan orang Manggarai seperti sebutan

Mori Keraeng sudah berbeda dan berubah dalam sebuah ritual Penti. Dahulu, dalam

upacara yang masih asli orang Manggarai merujuk pada para leluhur sebelum

memeluk agama Katolik. Verheijen (1991:37) mengatakan bahwa pemakaian nama

Mori Keraeng pastilah sudah dimajukan oleh pengaruh agama Katolik, sebab

misionaris yang pertama mengangkat sebutan ini sebagai nama yang utama untuk

Allah. Hal yang menarik perhatian ialah bahwa nama ini sedikit saja dijumpai dalam

doa-doa persembahan yang komunal dan panjang-panjang, tetapi sering terdapat

dalam doa-doa yang bersifat pribadi.

Saat ini ritual Penti sangat populer sebagai identitas budaya Manggarai,

termaksud oleh orang Manggarai di perantauan yang tetap mengadakan ritual Penti

meskipun sudah tidak se-aslinya seperti yang dipraktikkan oleh orang Manggarai di

10

Ibid,hal.281.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

85

Flores. Namun orang Manggarai tetap melestarikan warisan dari para leluhur

meskipun esensi dan maknanya mungkin sudah berubah sesuaidengan konteks

masyarakat Manggarai yang berubah. Seperti yang terjadi di perantauan di mana

orang Manggarai mempraktikkan ritual Penti sesuai ingatan mereka, apa yang mereka

ingat itu yang mereka praktikkan. Namun, nilai-nilai yang terkandung dalam ritual

Penti tetap menjadi patokkan yang utama dalam perayaan ritual Penti.

A.3. Unsur Tetap dan Yang Hilang dalam Ritual Penti

Upacara ritual Penti merupakan sebuah upacara yang membutuhkan waktu

yang lama. Waktu yang panjang ini banyak yang bervariasi berdasarkan kebutuhan

dan fungsi dari ritual Penti. Maka ritual Penti di Kalimantan Barat lebih banyak

dipersingkat, sehingga banyak ritual yang tidak dilaksanakan oleh orang Manggarai.

Sehingga ada beberapa ritual yang tidak dilaksanakan oleh orang Manggarai seperti

berikut ini: (-) Barong Lodok, (-) Barong Wae, (-) Barong Boa, (-) Barong Compang.

Orang Manggarai menyadari bahwa ritual Penti di perantauan tentu tidak akan

sama seperti ritual Penti di Flores. Dalam wawancara dengan Bapak Bernadus selaku

ketua adat (tu’a golo) mengatakan bahwa ingatan terhadap ritual Penti sudah

berkurang. Seiring dengan ingatan itu,maka ritual Pentipun harus berubah. Hal yang

harus diketahui banyak orang bahwa orang Manggarai tidak memiliki kebun

komunal, sehingga ada beberapa tahapan dalam ritual Penti ini tidak dilaksanakan

dan kita tidak memerlukan waktu yang panjang untuk melaksanakan ritual Penti.

Yang penting inti pokok dari ritual Penti itu tidak dihilangkan sama sekali. Di

hilangkannya ritual Penti di atas dikarenakan kondisi daerah tidak memadai untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

86

melakukan ritual-ritual tersebut. Hal ini dilatar belakangi oleh kondisi di mana

Kalimantan Barat tidak memiliki pusat kebun, tidak memiliki sumber mata air yang

digunakan oleh seluruh masyarakat setempat, tidak memiliki perkuburan umum

khusus orang Manggarai dan tidak memiliki tempat altar sebagai pusat persembahan.

Tentu saja, semua ini dilandasi oleh perubahan tempat tinggal dan masyarakat yang

beragam di lokasi transmigrasi.

Menurut Bapak Lorens, menghilangkan sebagian ritual Penti sebenarnya tidak

boleh dilakukan sama sekali. Namun demi terlaksanya ritual Penti di perantauan.

Penyelenggaraan dalam ritual Penti didasari oleh ingatan orang Manggarai. Namun,

norma-norma yang terkandung dalam ritual Penti tetap menjadi patokan oleh orang

Manggarai. Dengan begitu norma ritual Penti tidak pernah hilangkan sehingga ritual

Penti tetap ada di perantauan dan tetap dikembangkan oleh generasi berikutnya.

Selain itu, Bapak Lorens menguraikan hadirnya ritual Penti di perantauan dapat

mendorong orang Manggarai tetap menjaga norma yang terkandung dalam ritual

Penti. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Lorens,

“Begini..kehadiran ritual Penti di Perantauan merupakan ucapan syukur

para perantau Manggarai kepada Tuhan (Mori Keraeng)yang telah

menghantarkan mereka memperoleh keberhasilan di perantauan. Adanya

ritual Penti ini tentu saja untuk menyatukan orang Manggarai dari berbagai

wau (klan) menjadi satu di perantauan. Selain itu yah….ritual Penti ini tentu

saja mengingatkan kita semua sebagai orang Manggarai.Sebagai orang

Manggarai yang dituakan kami menunjukan kepada kalian yang lahir atau

besar di perantauan bahwa ritual Penti itu harus selalu diingat agar kelak

tidak luntur oleh zaman” (Bapak Lorens,wawancara dengan penulis 3 Juli

2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

87

B. Tiga Tahap dalam Ritual Penti

B.1. Tahap pemisahan

Pertama, tahap pemisahan yang dimaksud adalah semua orang melibatkan diri

dalam ritus pemisahan diri dari lingkungan sehari-hari, dunia yang di bedakan ke

dalam dunia yang „sakral‟ sebagai persiapan untuk tahap berikutnya,11

menurut

penulis ketika orang Manggarai mengadakan ritual Penti tentu saja mereka sudah

memisahkan diri mereka dari lingkungan mereka sebelumnya dan masuk pada

lingkungan orang Manggarai khususnya dalam perayaan ritual Penti. Kerinduan

mereka untuk berkumpul bersama antar sesama orang Manggarai akhirnya terlaksana

berkat adanya ritual Penti. Jika tidak adanya ritual Penti, maka hanya beberapa orang

Manggarai yang mengunjugi sanak-saudara mereka saja pada masa liburan. Namun,

dengan mengadakan ritual Penti orang Manggarai yang ada di Kalimantan Barat

melibatkan diri dan bergabung bersama-sama orang Manggarai lainnya.

Dengan demikian, mereka sungguh-sungguh hadir untuk mengadakan ritual

Penti sekaligus saling mengenal antar orang Manggarai lainnya. Mereka sama-

samaikut terlibat dalam kegiatan ritual Penti yang penuh dengan kesakralan.

Kesakralan pada ritual Penti dapat dilihat dalam setiap sesi ritualnya. Ritual Penti

diadakan tentu saja untuk mempesatukan orang Manggarai sekaligus

memperkenalkan ritual Penti kepada generasi muda yaitu keturunan orang Manggarai

di Kalimantan Barat. Kesediaan orang Manggarai untuk berpartisipasi dalam

11

Victor Turner, The Ritual Prosess,Structure And Anti-structure, New York: Cornell

University Press,1969, hal.22.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

88

menghadiri ritual Penti merupakan sebuah usaha yang patut dihargai. Dengan

berpartisipasi dalam ritual Penti orang Manggarai telah meluangkan waktu mereka

khusus untuk ritual Penti. Dengan kata lain, mereka meninggalkan pekerjaan sehari-

hari mereka demi mengikuti ritual Penti.

Bagi orang Manggarai ritual Penti sangat penting untuk dilaksanakan. Sebab,

melalui ritual Penti mereka bisa berkumpul dan memanjatkan doa bersama-sama

kepada Tuhan (Mori Keraeng) dan sekaligus mengucap syukur yang telah

memberikan keberhasilan atas semua apa yang telah mereka peroleh selama satu

tahun. Orang Manggarai memilih mengikuti ritual Penti dan meninggalkan pekerjaan

sehari-hari. Tentu saja, karena mereka menyadari bahwa ritual Penti sangat penting

bagi mereka. Apa lagi hanya dirayakan setiap satu tahun sekali. Kesempatan mereka

berkumpul bersama-sama dengan dirayakan penuh suka cita. Oleh karena itu,

kesempatan seperti ini dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh orang Manggarai

yang ada di Kalimantan Barat.

Dengan meninggalkan semua bentuk aktivitas mereka dan lingkungan sekitar

di mana mereka menetap dan memilih untuk bergabung dan memeriahkan perayaan

ritual Penti. Penulis memahami bahwa ritual Penti sebagai ritual yang telah menyatu

dengan orang Manggarai sebagai sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Orang

Manggarai sangat taat dengan adat-istiadat yang akan mempengaruhi perkembangan

dan pemaknaan ritual Penti kepada generasi baru Manggarai soal tanggung jawab

untuk terus mengadakan ritual Penti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

89

Sehabis magrib orang Manggarai berkumpul di depan rumah adat (mbaru

gendang). Mereka semua datang untuk bersama-sama mengikuti proses dari ritual

Penti sebelum memasuki rumah adat (mbaru gendang). Semua yang hadir terdiri dari

orang tua, orang muda dan anak-anak serta para tamu undangan diluar orang

Manggarai seperti orang Dayak Mualang, orangBjawa, Ende, Maumere, Larantuka,

Kupang, Sikka, Ngada, Timor, Alor dan Sumba. Setelah semua peserta undangan

berkumpul di depan rumah adat (mbaru gendang) ketua adat (tu’a golo) mulai

menyampaikan ucapan trima kasih kepada para peserta yang ikut memeriahkan acara

ritual Penti. Selain itu, ketua adat (tu’a golo) mengemukakan maksud dan tujuan

berkumpul didepan rumah adat (mbaru gendang) sebelum sama-sama memasuki

rumah adat (mbaru gendang) harus melakukan ritual terlebih dahulu. Setelah itu

sama-sama memasuki rumah adat (mbaru gendang).

Ketika semua sudah berkumpul dalam rumah adat (mbaru gendang) yang

mengambil kendali adalah seorang pastor, karena sebelum melanjutkan kembali

proses ritual Penti diadakan misa syukuran hasil panen yang dilaksanakan secara

agama Katolik. Setelah misa syukurannya selesai, pastor kembali menyerahkan

proses ritualnya kepada tu’a golo untuk kembali melanjutkan sesi ritualnya. Yang

kemudian, tu’a golo melakukan sesi ritual memberi sesajian untuk mengucap syukur

kepada para leluhur. Doa-doa yang disampaikan ini bukan hanya sekedar doa yang

biasa disampaikan dalam sebuah ritual. Namun, di sepanjang ritual Penti di mana isi

doanya berdasarkan agama Katolik. Sehingga sepenuhnya ritual Penti sebagai ritual

keagamaan bukan dipandang sebagai ritual tradisional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

90

B.2. Tahap Liminal

Kedua, tahap liminal pada tahap ini ini para peserta ritus dihadapkan pada

pengalaman yang bersifat ambigu.Hal ini bisa dikatakan bahwa peserta mengalami

situasi yang ambang batas atau bisa dikatakan “tidak di sana dan tidak di sini”. Pada

tahap ini bisa dikatakan juga sebagai tahap pembentukan (formation) dikarenakan

orang tidak menyadari kehidupan secara mendalam akan tetapi secara bersama

mengalami apa yang dikatakan sebagai proses pembentukan.12

Pada tahap ini tokoh

utama dalam memimpin ritual Penti yaitu pastor dan ketua adat (tu’a golo) yang

dibantu oleh para pengurus lainnya. Sebelum kembali melaksankan ritual Penti,

dilaksanakan dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh seorang Pastor. Foto ada

di lampiran halaman 111.

Praktik ritual Penti ini dilakukan untuk mengucap syukur kepada Tuhan (Mori

Keraeng) atas keberhasilan yang telah diperoleh selama satu tahun. Semua peserta

yang terlibat dengan khusuk mengikuti semua proses dari awal sampai akhir perayaan

ritual Penti. Dalam perayaan ritual Penti, mereka tidak lagi memikirkan pekerjaan

mereka sehari-hari melainkan menyerahkan diri sepenuhnya dalam perayaan ritual

Penti yang penuh dengan kekeluargaan. Sesudah itu, ketua adat (tu’a golo) memulai

mengorbankan hewan kurban (babi) yang disembelih di depan pintu masuk rumah

adat (mbaru gendang) darahnya di tempelkan dijanang pintu lalu diserahkan kepada

pengurus untuk mengambil hati dan usus dari hewan kurban (babi) yang akan

dipertunjukkan kepada semua peserta untuk melihat apakah doa yang mereka

12

Ibid, hal 23.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

91

sampaikan sudah didengar dan diterima oleh Tuhan (Mori Keraeng). Inilah saatnya

bagi orang Manggarai merasakan suasana ritual Penti denganmenyerahkan diri

sepenuhnya dalam doa yang disampaikan oleh ketua adat (tu’a golo) dalam sebuah

doa dengan menggunakan bahasa Manggarai (torok). Ritual Penti dimaksudkan untuk

mengucap syukur kepada Tuhan (Mori Keraeng) yang dilaksanakan oleh orang

Manggarai dalam suasana yang sukacita dan penuh kesakralan serta kekeluargaan.

Dalam merayakan ritual Penti orang Manggarai tidak lagi memikirkan

kehidupan sehari-hari, melainkan dengan menyerahkan diri sepenuhnya dalam

mengikuti ritual Penti yang penuh dengan suasana kekeluargaan. Selain itu, ketua

adat (tu’a golo) memulai memandu acara dengan sebuah doa yaitu torok untuk

menandakan acara ritual Penti dimulai dan dengan nyanyian sanda agu mbata yang

dinyanyikan semua peserta. Inilah moment yang dinantikan-nantikan mereka dalam

ritual Penti untuk merasakan kekeluargaan Manggarai yang kental dan bersahabat

yang sangat berbeda dari kehidupan mereka sehari-hari.Mereka sungguh menikmati

kebersamaan mereka dalam perayaan ritual Penti. Pada saat seperti inilah mereka

menyatu dalam komunitas Manggarai yang sangat berbeda dari komunitas di mana

mereka tinggal. Disini tidak lagi ada pembatas diantara mereka semuanya telebur

menjadi satu, tidak ada yang merasa lebih tinggi pangat/pendidikan status sosial

dalam masyarakat, tidak adanya perbedaan kelas sosial, tidak adanya perbedaan

pekerjaan. Semuanya terlebur menjadi satu untuk mengucap syukur kepada Tuhan

(Mori Keraeng) dengan suasananya yang akrab dan gembira.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

92

B.3. Tahap Penggabungan

Ketiga, tahap penggabungan (reintegrasi), tahap ini mencakup fenomena

simbolis dan tindakan yang mewakili kembalinya subyek ke posisi baru mereka yang

relatif stabil dan didefinisikan dengan baik di masyarakat total. Bagi mereka yang

menjalani siklus hidup, ini biasanya merupakan status yang disempurnakan, sebuah

tahap lebih jauh di sepanjang jalan yang dilalui secara budaya; bagi mereka yang

mengambil bagian dalam ritual kalender atau musiman, tidak ada perubahan status

yang mungkin terlibat, namun secara ritual mereka dipersiapkan untuk serangkaian

perubahan dalam sifat kegiatan budaya dan ekologi yang harus dilakukan dan

hubungan yang akan mereka miliki dengan orang lain semua ini berpegangan baik

untuk kuadran spesifik dari siklus produktif tahunan. 13

Pada tahap ini orang Manggarai kembali ke rutinitas sehari-hari. Meskipun

mereka kembali ke rumah masing-masing, mereka masih merasakan suasana suka

cita dalam perayaan ritual Penti. Dengan membawa suasana suka cita ke rumah

masing-masing setelah berjumpa dengan saudara-saudari selama satu malam satu

hari. Mereka telah banyak berbagi kisah hidup mereka selama berada di Kalimantan

Barat dan bagaimana mereka berintraksi dengan masyarakat lokal di daerah-daerah

yang mereka tempati. Perayaan ritual Penti ini sekaligus sebagai perjumpaan dengan

sanak-saudara atau yang berasal dari kampung halaman yang sama. Namun terpisah

karena berbeda lokasi tempat tinggal.

13

Ibid,hal. 25.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

93

Setelah selesainya perayaan ritual Penti, orang Manggarai kembali menjalani

aktivitas seperti biasa, begitu pula dengan menjalani interaksi dengan orang-orang di

sekitar mereka. Kembalinya mereka pada aktivitas sehari-hari sekaligus membawa

nilai-nilai yang terkandung dalam ritual Penti. Nilai-nilai yang mereka peroleh dari

mengikuti ritual Penti yaitu tidak hanya kepada sesama orang Manggarai mereka

membangun tali persaudaraan melainkan juga dengan masyarakat lokal atau orang-

orang disekitar mereka. Kekeluargaan ini dibangun antara sesama orang Manggarai

sekaligus membangun hubungan yang baik dengan masyarakat lain di lingkungan

yang mereka tempati. Mereka kembali berbaur bersama-sama dan kembali

melakukan aktivitas seperti biasa.Dengan kembali membawa suasana suka cita

membuat mereka semakin mempererat hubungannya dengan masyarakat sekitar yang

sudah menggangap mereka sebagai saudara. Interaksi orang Manggarai dengan

masyarakat di sekitar mereka lebih khusus dengan masyarakat Dayak Mualang tetap

berjalan seperti semula dengan tetap mengadakan doa lingkungan bersama-sama.

Dalam ritus aspek komunitas ditekankan. Jika masyarakat tidak memberi jalan

keluar terhadap kesulitan dan masalah yang ada dalam masyarakat, maka hidup

menjadi tidak dapat ditolerir. Di lain pihak terlalu menekankan komunitas dapat

memecah masyarakat dan membawa kepada ketidakteraturan. Dalam ritus inisiasi

masyarakat Ndemu ada pesanya. Pesannya adalah terjadinya komunitas yaitu

tiadanya tingkat, minimalisasi, perbedaan seksual, tidak pentingnya harta,

keheningan, kesederhanaan dan menerima sakit dan derita. Dengan kata lain, sebuah

bentuk sosial terjadi dalam liminalitas itu di pandang sebagai komunitas. Komunitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

94

dikatakan sebagai hubungan pribadi yang konkret dan langsung. Di sini komunitas

dilihat sebagai gambaran wujud nyata dari aspek sosial liminalitas. Hubungan-

hubungan yang dibina dari sebuah komunitas yang membekali hubungan pribadi

dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat.14

C. Mengidentifikasi Kelompok Sosial Yang Tercipta Dari Ritual Penti

Bentuk sosial dari liminalitas adalah komunitas.Victor Turner membedakan

antara hubungan-hubungan sosial manusia dan komunitas. Pertama, societas

(masyarakat) sebagai sistem yang terbedakan, berstruktur, dan hierarkhil. Kedua,

masyarakat yang terjadi dalam tahap liminal. Di sini masyarakat yang dialami tidak

berstruktur, tak terbedakan (undifferentiated), persekutuan individu-individu yang

sama. Di sini dialami dalam kesamaan. Ciri-ciri komunitas dapat dikatakan sebagai

hubungan-hubungan yang terjadi lain dengan hubungan-hubungan dalam masyarakat

biasa atau sehari-hari. Dalam ritus hubungan-hubungan itu bercirikan tak terbedakan,

langsung, eksistensial, equalitarian, tidak berstruktur (non-structured relationship).15

Namun apa yang disampaikan oleh Turner sampai saat ini dalam sebuah ritual

masih saja dipengaruhi oleh sebuah struktur sosial. Seperti yang ditemukan pada

orang Manggarai yang mengelompokan diri mereka menjadi komunitas Manggarai

Barat, Manggarai Tengah dan Manggarai Timur. Dari komunitas ini yang tercipta

dari ritual Penti. Kini saatnya kita mengkaji lebih jauh mengenai kelompo-kelompok

14

Ibid, hal. 92-93. 15

Y. Wartajaya W,“Aspek Liminalitas dan Komunitas dalam Upacara Slametan” dalam

BASIS, Edisi 7, Volume XXXVII, Juli 1988, hal 278.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

95

sosial yang tercipta dari ritual Penti. Sejauh mana mereka memaknai ritual Penti yang

mereka praktikkan di perantauan.

C.1. Kelompok Sosial Kelas Menengah Atas

Di Kalimantan Barat, orang Manggarai sendiri terdiri dari beberapa kelompok

yang dibangun berdasarkan daerah asal seperti yang sudah disampaikan di atas.

Meskipun sudah terbagi dalam beberapa kelompok, orang Manggarai masih saja

mengkategorikan diri mereka sesuai dengan kelas-kelas sosial. Di mana orang

Manggarai yang memiliki kedudukan atau status sosial yang tinggi akan lebih terlihat

dekat dengan sesama orang Manggarai yang status sosialnya tinggi juga. Hal ini

banyak di temukan dalam pelaksanaan ritual Penti ataupun dalam acara-acara lain

yang diadakan oleh orang Manggarai.

Dengan bantuan yang mereka berikan sehingga mampu menarik pihak lain

untuk terjun langsung mengikuti dan mendanai ritual Penti. Para kelompok sosial ini

meyakini bahwa mereka saling menguntungkan satu sama lain. Di mana orang

Manggarai yang memiliki status paling bawah atau memiliki kedudukan yang tidak

terlalu berpengaruh membutuhkan mereka yang memiliki kedudukan yang lebih

tinggi, begitu juga sebaliknya demi membuktikan diri mereka dari kelas sosial yang

tinggi mereka juga membutuhan orang Manggarai yang memiliki kedudukan yang

tidak terlalu tinggi dalam ritual Penti. Hal ini seperti apa yang disampaikan oleh

Turner bahwa ada hal yang membuat mereka satu sama lain dan saling diperlukan

dalam perayaan ritual Penti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

96

Dalam pelaksanaan ritual Penti, kelompok sosial ini sebenarnya ingin mencari

apa dalam pelaksanaan ritual Pentidan keuntungan apa yang mereka peroleh dari

pelaksanaan ritual Penti. Pertanyaan-pertanyaan ini muncul ketika kita melihat

mereka memandang ritual Penti sebagai ajang untuk membuktikan diri sebagai orang

yang dibutuhkan dalam penyelenggaran ritual Penti. Masyarakat kelas menengah atas

memaknai ritual Penti sebagai ritual syukuran dan sekaligus sebagai ajang

perjumpaan dengan sesama Manggarai di Kalimantan Barat. Oleh karena itu, mereka

juga membuktikan dari kelas mana mereka berasal.

Pelaksanaan ritual Penti ini mejadi sebuah momentum di mana antar sesama

orang Manggarai saling membuktikan kesuksesan mereka di Kalimantan Barat. Serta

menunjukan kelas-kelas sosial ini yang mengenalkan ritual Penti kepada orang yang

berpengaruh di institusi di mana mereka bekerja. Dalam ritual Penti misalnya kita

bisa perhatikan ketika orang Manggarai mengumpulkan dana untuk ritual Penti, di

sana kita bisa melihat yang banyak memberikan sumbangan yang lebih dari yang di

tetapkan adalah kelompok-kelompok sosial ini berasal dari kelompok Manggarai

yang memiliki status sosial lebih tinggi.

Setiap perayaan ritual Penti dilaksanakan dari beberapa kelompok Manggarai

ini saling menunjukan dan membuktikan peran mereka dalam ritual Penti. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh Turner bahwa dengan begitu membuat mereka merasa

dihargai dengan membuat mereka bangga dengan posisi mereka yang lebih tinggi.16

Kelompok-kelompok sosial ini bisa dikategorikan sebagai kelompok pengusaha,

16

Victor Turner,The RitualProsess, Structure And Anti-structure, op,cit.,hal. 98.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

97

anggota DPRD tingkat Kabupaten dan Provinsi. Keterlibatan mereka dalam ritual

Penti selain sebagai peserta mereka juga sebagai sponsor utama dalam perayaan ritual

Penti.

C.2. Kelompok Kelas Menengah Bawah

Selain kelas menengah atas, ada juga kelompok kelas menengah bawah

seperti terlihat orang kelas menengah atas mengelompokan diri mereka dan ketika itu

juga terlihat kelas menengah bawah. Hal ini bisa dilihat dalam ritual Penti, mereka ini

berkumpulnya di bagian belakang dan membiarkan para kelas menegah atas

menduduki bagian depan. Para kelas menengah ini lebih banyak mengurus bagian

konsumsi mulai dari memasak sampai membongkar tenda. Kelompok ini tidak terlalu

menampakan diri mereka di depan para kelas sosial.

Dalam setiap perayaan ritual Penti, mereka selalu merasa kecil di mata orang

Manggarai lainnya. Kelompok ini lebih banyak mendengar dan menjalani

tanggungjawab mereka yang telah diberikan oleh ketua adat (tu’a golo). Antusias

mereka dalam ritual Penti sungguh luar biasa. Keinginan mereka hanya satu yaitu

bisa berkumpul bersama-sama dalam ritual Penti. Meskipun mereka mengetahui

bahwa peserta yang lain adalah orang-orang yang memiliki status sosial yang lebih

tinggi dari mereka. Penulis pernah mendengar celetukan mereka dalam bahasa

Manggarai seperti ini; “Kong kaut ise bolon, ma’ram ite lonto bepeang, tama cama-

cama raup cama tau ce ho, kudut moran nuk one beo.”17

Kelompok ini terbentuk

17

“Biarkan mereka duduk dibagian depan, dan kita duduk diluar, yang terpenting bisa sama-

sama bertatap muka, sehingga rindu akan kampung halaman terobati”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

98

sendiri dalam setiap perayaan ritual Penti, kelompok ini selalu membedakan diri

mereka dari yang lainnya. Mereka saling mencari satu sama lain dan mengelompok.

C.3. Kelompok Agama

Kelompok agama ini seperti guru agama Katolik dan para biarawan/biarawati.

Kelompok inisekaligus menjadi peserta dalam perayaan ritual Penti. Para

biarawan/biarawati yang diundang adalah orang Manggarai yang bertugas di

Kalimantan Barat. Selain biarawan/biarawati Manggarai yang diundang adapula

biarawan/biarawati dari luar seperti pastor paroki, suster, frater, bruder yang berada

diwilayah paroki tersebut. Kehadiran para kelompok ini menjadikan perayaan ritual

Penti semakin terasa nuansa religius. Karena sembelum memberikan sesajian kepada

para leluhur, terlebih dahulu diadakan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh seorang

pastor dibantu oleh para frater, bruder, suster dan guru agama (katekis).

Dalam perayaan ekaristi, seorang Pastor memimpin dengan menggunakan

bahasa Indonesia dan dalam kotbahnya ia menggunakan bahasa Manggarai. Selain

itu, nyanyian dalam perayaan ekaristi menggunakan bahasa Manggarai dari buku

Dere Serani. Buku ini didapatkan mereka ketika mereka mengikuti program

transmigrasi dibekali oleh para biarawan/biarawati dari Manggarai. Setelah tugas

mereka memimpin doa dalam keyakinan Katolik selesai, mereka kembali

menyerahkan kepada ketua adat (tu’a golo) untuk melanjutkan sesi dari ritual Penti.

Kelompok ini sama seperti peserta lainnya, mereka mengikuti dengan seksama setiap

sesi ritual Penti. Sebagai peserta mereka menyumbangkan dana dengan suka rela.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

99

Kehadiran mereka ini sebagai bentuk eksistensi mereka sebagai pemimpin sosial

spiritual.

C.4. Kelompok Masyarakat DayakMualang

Selain itu, ada pula kelompok masyarakat dayak Mualang yang tercipta dari

ritual Penti. Kelompok ini juga sangat berperan penting dalam tercapainya ritual

Penti di Kalimantan Barat. Dalam ritual Penti misalnya, semua bahan-bahan serta

hewan kurban berasal dari kelompok sosial ini. Hal ini dikarenakan sudah ada

perjanjian sebelumnya antara orang Manggarai dengan tokoh masyarakat Dayak

Mualang.

Dengan adanya kesepakan itu, banyak sekali bermunculan orang dayak

Mualang yang menawarkan ternak mereka kepada para pengurus. Mereka dengan

antusias menawarkan berbagai harga ternak kepada para pengurus. Kadang kala ada

dari luar Belitang Tengah datang hanya menawarkan ternak untuk dijual. Setiap

tahun, sebelum orang Manggarai mempraktikkan ritual Penti mereka sudah menawar

terlebih dahulu. Para pengurus kewalahan menghadapi mereka dengan meminta

bantuan tokoh adat Dayak Mualang, untuk memberitahukan kepada mereka agar

mereka tidak merasa tersinggung. Untuk menghindari rasa cemburu satu sama lain,

para pengurus mempunyai inisiatif untuk membeli ternak mereka bergantian sesuai

pelaksanaan ritual Penti. Berdasarkan kesepakatan ini peran kelompok sosial ini

sangat mempengaruhi terlaksananya ritual Penti. Dengan keadaan seperti ini, orang

Manggarai tidak bisa terlepas dari kepentingan kelompok ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

100

D. Catatan Penutup

Bertolak dari keseluruhan penjelasan dalam bab ini beberapa point penting

dapat ditegaskan sebagai bentuk kesimpulan. Pertama, ritual Penti sebagai penanda

identitas kultural Manggarai di perantauan. Sebagai identitas kultural Manggarai,

ritual Penti telah berjumpa dengan budaya lain di Kalimantan Barat seperti budaya

masyarakat Dayak Mualang. Di Kalimantan Barat, terkadang ada masyarakat Dayak

yang tidak mengetahui bahwa ritual Penti ini adalah milik orang Manggarai. Mereka

menggangap ritual Penti keseluruhan milik orang Flores. Lambat laun, di daerah

Belitang mereka sudah bisa membedakan mana orang Manggarai, Bejawa, Ende,

Maumere, Larangtuka, Kupang, Sika, Ngada, Timor, Alor maupun orang Sumba.

Kedua, pada penerapan ritual Penti ada tiga tahap yang dilaksanakan orang

Manggarai dalam ketiga tahap ini tidak adanya pembedaan kelas sosial. Namun,

dengan adanya ritual Penti mereka dapat mengelompokan diri mereka seperti dalam

penyelenggaraan ritual Penti tidak dapat dipungkiri bahwa masih saja menghormati

orang-orang yang memiliki status sosial atau dari kelas mengengah atas. Apa lagi

sangat berperan penting dalam pelaksanaan ritual Penti. Orang-orang yang berasal

dari kelas menegah atas ini dilayani dengan baik oleh para pengurus. Terlihat pada

saat pelasanaan ritual Penti bahwa para kelas menengah atas ini dipersilakan terlebih

dahulu bersama ketua adat (tu’a golo) memasuki rumah adat (mbaru gendang) dan

duduk posisi bagian berdampingan dengan ketua adat (tu’a golo).

Bertolak dari apa yang sudah diuraikan pada bab ini, orang Manggarai di

perantauan belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Karena masih saja menerapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

101

atau mementingkan kelas-kelas sosial dalam ritual Penti. Sehingga orang Manggarai

dari kelas bawah tidak terlalu diperhatikan. Sedangkan para kelas bawah ini yang

banyak membantu para pengurus sehingga memudahkan mereka dalam

melaksanakan tugas. Dengan demikian, bertolak belakang dengan norma-norma

dalam ritual Penti.18

18

Lihat Bab I, hal 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

102

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulisan ritual Penti dalam tesis ini dibatasi pada dua pokok besar yaitu:

pertama, perbedaan dan persamaan ritual Penti yang dipraktikkandi Flores dan yang

dipraktikkan di Kalimantan Barat. Kedua, pemaknaan ritual Penti bagi orang

Manggarai di Kalimantan Barat. Bab dua tesis ini sudah mengulas soal orang

Manggarai dari Flores ke Kalimantan Barat dengan mengikuti program pemerintah

yaitu transmigrasi. Dengan berpindah tempat dari Flores ke Kalimantan Barat dengan

begitu ritual Pentipun berpindah tempat. Tesis ini sudah menunjukkan adanya

pergeseran tempat sehingga terjadinya perubahan dalam praktik ritual Penti.

Di tengah realitas perpindahan tempat dari Flores ke Kalimantan Barat

tersebut, penelitian tesis ini mengajak kita untuk mengenal dan memahami lebih jauh

ritual Penti yang dipraktikkan oleh orang Manggarai perantauan. Pada bab tiga, kita

sudah berkenalan dengan para pengurus dalam ritual Penti, melihat kedudukan ketua

adat (tu’agolo) dalam ritual Penti kemudian penyelenggaraan ritual Penti yang

dipraktikkan orang Manggarai perantauan dan terakhir adalah susunan ritual Penti

menurut orang Manggarai.

Beranjak dari pandangan mereka mengenai perbedaan dalam penyelenggaraan

ritual Penti yang tidak sama persis seperti di Manggarai karena adanya kesulitan.

Kesulitan tersebut terkait dengan persiapan panjang, lokasi dan ingatan, orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

103

Manggarai kemudian mempraktikkan ritual Penti yang berbeda dari orang

Manggarai di Flores seperti meniadakan/menghilangkan sebagian dari proses ritual

Penti yang diperlihatkan dalam bagian;(-) Barong Lodok, (-) Barong Wae, (-) Barong

Boa, (-) Barong Compang. Dari proses ritual yang dihilangkan tersebut, terdapat

proses ritual yang sama seperti; Renggas, Wewa, Rahi/kedi, Kari, Tudak/renge, dan

Toro urat.

Dalam konteks perjumpaan dengan budaya (confluence) seperti yang

dikemukakan oleh Thomas A. Tweed, confluence di sini digunakan untuk

menggambarkan bahwa agama (religions) memiliki sifat cair atau aquatik1. Ritual

Penti merupakan sesuatu yang bersifat cair (sehingga kita dapat melihat ritual Penti

di dalam ruang dan waktu mengalami perubahan bersama orang-orang yang

melakukannya dan berjumpa dengan budaya Dayak). Dengan demikian, ritual Penti

telah menemukan tempat yang baru dan relasi yang baru.

Orang Manggarai memaknai ritual Penti seperti menyadarkan diri mereka

untuk mengucap syukur kepada Mori Keraeng (Tuhan) dan kepada leluhur. Dengan

adanya ritual Penti terbinanya hubungan kekeluargaan diantara orang Manggarai dan

memperkenalkan pada generasi muda Manggarai di perantauan. Demi menghadirkan

ritual Penti, orang Manggarai tanpa segan-segan meninggalkan aktivitas sehari-hari

untuk berdoa bersama-sama keluarga Manggarai lainnya kepada Mori Keraeng

(Tuhan) yang dilakukan satu malam satu hari. Adanya ritual Penti tersebut, membawa

1Thomas A. Tweed, Crossing and Dwelling: A Theory of Religion , Cambridge: Harvard

University Press, 2006, hal.55.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

104

dampak positif untuk seluruh orang Manggarai menjadi terbina hubungan

kekeluargaan yang selama ini tidak saling kenal satu sama lain. Hal ini

dilatarbelakangi oleh perbedaan tempat tinggal yang saling berjauhan.

Dari segi tahapan ritual Penti, orang Manggarai melakukan tiga tahap ritual

yang diperkenalkan oleh Victor Turner yaitu tahap pemisahan, tahap liminal, tahap

penggabungan (meskipun dalam penerapan tahap-tahap ini tidak membedakan kelas

sosial baik dari segi pendidikan, pekerjaan baik kaya maupun miskin). Ada hal yang

ditekankan oleh Victor Turner bahwa ketiga tahap dalam ritus merupakan proses

menuju masyarakat yang lebih baik (berharap ketiga tahapan ini menjadikan orang

Manggarai membawa nilai-nilai baru). Nilai-nilai yang didapatkan ini diharapkan

mampu menjadi bekal dalam bermasyarakat. Namun, dari perayaan ritual Penti

tersebut, munculah kelompok sosial seperti kelompok menengah atas, kelompok

menengah bawah, kelompok agama dan kelompok masyarakat Dayak. Kelompok ini

tercipta dari perayaan ritual Penti.

Tesis ini memang berada pada posisi untuk melihat persamaan dan perbedaan

ritual Penti yang dipraktikkan di Manggarai dan yang dipraktikan di Kalimantan

Barat serta melihat orang Manggarai memaknai ritual Penti yang mereka praktikkan.

Posisi ini dipilih agar tidak dengan mudah mengkritik atau menghakimi orang

Manggarai yang mempraktikkan ritual Penti di Kalimantan Barat. Yang terkandung

dalam judul penelitian penulis ritual Penti di tanah diaspora dalam artian

mendeskripsikan ritual Penti yang dipraktikkan orang Manggarai di Kalimantan

Barat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

105

Akhirnya, penelitian tesis ini bahwa ritual Penti yang dipraktikkan orang

Manggarai perantauan memuat aspek penting yaitu ucapan syukur kepada Mori

Keraeng (Tuhan) dan leluhur, terbinanya hubungan kekeluargaan dan

memperkenalkan pada generasi muda Manggarai. Kemunculan ritual Penti di

Kalimantan Barat menyadarkan orang Manggarai untuk mengucap syukur kepada

Mori Keraeng (Tuhan) dan kepada para leluhur dengan membawa sanak-saudara

mereka untuk mengikuti perayaan ritual Penti bersama orang Manggarai lainnya.

Lalu konsep dan praktik ritual Penti tidak membutuhkan waktu yang panjang

memberikan kemungkinan untuk memudahkan generasi muda Manggarai mengingat

setiap konsep dan praktik dari ritual Penti yang diperkenalkan oleh para tetua

Manggarai. Penyelenggaraan ritual Penti oleh orang Manggarai di perantauan

menunjukan kepada kita bahwa baik pihak tetua orang Manggarai dan generasi muda

Manggarai sama-sama mengambil tanggung jawab yang sama sebagai orang

Manggarai dengan mengenalkan ritual Penti kepada masyarakat diluar Manggarai.

Pihak institusi setempatpun sangat mendukung proses ritual Penti di Kalimantan

Barat. Tetapi kita juga harus menerima kenyataan bahwa ritual Penti yang

dipraktikkan orang Manggarai tidak lepas dari bantuan-bantuan para donatur yang

mensponsori ritual Penti.

B. RefleksiTesis

Padabagianrefleksitesisini, penulisinginmenyampaikanbeberapacatatan yang

penulisperolehbaikselamapenulismenjalani proses

penelitianmaupunpenyusunantesisinisendiriyaitu;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

106

pertama,terkaitdenganteori.Pemahamanakanteoriuntukmengaplikasikannyapenelitiani

nimerupakanperkara yang tidakmudahbagipenulis.TerlebihdalamteoriThe Ritual

Prosess, Structure And Anti-structuredari Victor Turner yang mengatakandalam

ritual tidakadanyapembedaansemuanyasama. Maka yang terjadidalam proses

penelitiandanpenyusunantesisinipenulismenemukanadanyaberlawananataubertentang

andengan yang penulistemukanpada orang

Manggaraidiperantauan.Pemahamanataskondisi orang Manggarai di perantauan yang

padaakhirnyamampumenghantarkanpenulispadaposisitesisuntukmendeskripsikan

ritual Penti diaspora.Kedua, terkaitdengankondisi ritual Penti di perantauan.Dalam

proses penelitianmaupunterlibatlangsungdalampenyelenggaraan ritual Penti,

penulismenemukanparapenguruslebihmengutamakanparakelassosialatasdibandingkan

kelassosialbawah.Orang

Manggaraisendirimembiarkanparapengurusmenomorsatukanparakelasatas.Para

kelasbawahhanyamenginginkankebersamaan di perantauan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

107

DAFTAR PUSTAKA

Aju. (2016). Punahnya Agama Kharingan Di Kalimantan Barat. Pontianak:Samudera

Mas. Buchari, A. Sri. (2014). Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas. Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia.

Departemen Transmigrasi. (1984). Historiografi Transmigasi. Jakarta: Depatemen Transmigrasi.

Deki, T Kanisius.( 2011). Gereja Menyapa Manggarai: Menghirup Keutamaan Tradisi, Menumbuh Cinta, Menjaga Harapan. Jakarta: Parrhesia Institute.

Dwiastuti, Veronica. (2016). “Sekolah Biasa Saja: Kajian terhadap Praktik

Pendidikan Etika Alternatif yang Diajukan oleh Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta”.Tesis. Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta. (Belum diterbitkan). Erb, Maribeth. (2010). Kebangkitan Adat di Flores Barat: Budaya, Agama,dan

Tanah. Dalam James S. Davidson, David Henley, Sandra Moniaga (Ed), Adat

dalam Politik Indonesia, terj. Emilius Ola Kleden dan Nina Dwisasanti dari judul asli The revival of traditional in Indonesian politics:the deployment of

adat from colonialism to indigenism. Jakarta:KITLV dan Obor. Janggur, Petrus.(2010). Burir-Butir Adat Manggarai, Ruteng: Yayasan Siri Bongkok. Klinken, Van Gerry. (2007). Perang Kota Kecil: Kekerasan Komunal Dan

Demokratisasi Di Indonesia. Jakarta: KITLV dan Yayasan Obor Indonesia. Loon, Van Gentilis. (1999). SejarahPertobatanSukuMualang Kalimantan Barat. Terj.

P. AmantiusPijnenberg; editor: R. MasriSarep Putra. Dari judulasliGods Eigen Volk. Pontianak: KeuskupanAgung Pontianak.

MacAndrew, ColindanRahardjo. (1979). Pemukiman Di Asia Tenggara dan

Transmigrasi Di Indonesia Suatu Perbandingan.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Niko Hayon, “et.al”. (1985). “Masalah Perantauan: Seputar “Manueale Pastorale”. Ende, Penerbit Pimpinan Provinsi SVD.

Nggoro, M Adi. (2006). Budaya Manggarai Selayang Pandang.Surabaya: Penerbit

Nusa Indah. SYLVIA. Odop, NistaindanLakon, Frans. (2010). Dayak Menggugat: Sejarah Masa Lalu, Hak

Atas Sumber-Sumber Penghidupan, Dan Diskriminasi Identitas. Penerbit: Pintu Cerdas.

Peterianus, Septian. (2012).“Orientalisme Timur Atas Timur Wacana“Pembangunan”

Dalam Program Transmigrasi Pemerintah Orde Baru di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat”.Tesis. Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. (Belum diterbitkan).

Sunarti, Felomena. (2012). “Keterlibatan awam dalam Kehidupan Menggereja di Stasi Nanga Ansar Paroki Santa Maria Diangkat Ke Surga Sungai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

108

Ayak”.Skripsi. Sekolah Tinggi Pastoral St. Agustinus Pontianak. (Tidak

diterbitkan). Tweed, A Thomas. (2006). Crossing and Dwelling: A Theory of Religion.

Cambridge: Harvard University Press.

Tjiptoherijanto, Prijono. (1997). Migrasi Urbanisasi dan Pasar Kerja Di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Turner, Victor. (1969). The Ritual Proses, Structure And Anti-structure. New York: Cornell University Press.

Turner, Victor. (1982). From Ritual To Theatre:The Human Seriousness of Play.

New York: Cornell University Press. Verheijen, A.J Jilis. (1991). ManggaraidanWujudTertinggi. Jakarta: LIPI-RUL.

Willis, Paul. (2000). The Ethnographic Imagination. Oxford: Polity Press. W,Wartajaya,Y. (1990). Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan Komunitas

Menurut Victor Turner.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

W, Wartajaya Y. (1988). “Aspek Liminalitas dan Komunitas dalamUpacara Slametan” dalam BASIS, Edisi 7, Volume XXXVII, Juli 1988.

http:///www. Blogspot.co.id/2013/07/suku-dayak-mualang. Html?m=1. (Diakses, tanggal 29 Juli 2016).

https://saripedia.files.wordpress.com/2010/11/kalbar.jpg.(Diakses tanggal l9 Januari

2018). http://peta-kota.blogspot.co.id/2017/02/peta-kabupaten-sekadau.html.(Diakses

tanggal 9 Januari 2018).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

109

DAFTAR NARASUMBER

Narasumber

Narasumber1:BapakBernadus (Ketuaadat, tahun 2002-sekarang)

Narasumber2:BapakLorens (Ketuapanitia/pengurus, tahun 2002-2006)

Narasumber 3:BapakAdolfus (Wakilpanitia/pengurus, tahun2002-2006)

Narasumber 4:BapakRemigius (Ketuapanitia/pengurus, tahun 2012-2016)

Narasumber 5:Bapak HermanJempo (Seketaris)

Narasumber 6:BapakFerdi (Wakilketuapanitia/pengurus, tahun 2012-2016)

Narasumber 7:BapakFrans (Peserta)

Narasumber 8:BapakGenas (Ketuapanitia/pengurus, tahun 2007-2011)

Narasumber 9:BapakPetrus (Peserta)

Narasumber 10:Melky (AnggotaPengurus)

Narasumber 11: Robin (PesertadarigenerasimudaManggarai)

Narasumber 12:BapakGerunung (KetuaAdatDayakMualang)

Narasumber 13:BapakRangkang (PengurusAdatDayakMualang)

Narasumber 14:BapakYosef (KepalaDusunDayakMualang)

Narasumber 15:BapakYohanes Ali (AnggotaPengurus)

Narasumber 16:BapakSamsir(Perwakilan Orang DayakMualang)

Narasumber 17: HendrikusLabes (wakilpenurus, tahun 2007-2011)

Narasmuber 18: Hendrikus Daman (Bendahara)

Narasumber 19: Paulus (Peserta)

Narasumber 20: Herkulanus (Dewan DPRD)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

110

LAMPIRAN

Lampiran 1:Penyajian bahan sesajian dan hewan kurban

Keterangan foto: Helang: memberikan sesajian kepada roh leluhur yang hadir dalam

ritual Penti seperti: pinang, sirih, kapur sirih, piring, gelas, guci kecil, tuak, arak. Empat orang Manggarai membersihkan hewan kurban (babi) yang sudah dibunuh. Orang Manggarai menggunakan

pakaian kemeja putih maupun kemeja berwarna dengan menggunakan sarung songket, topi songet, serta sapu serta

membawa gong dan gendang. Toro urat: memeriksa hati/urat hewan kurban untuk mengetahui apakah isi doa mereka berkenan di hati para leluhur dan Tuhan atau tidak yang ditunjukan kepada

seluruh peserta. Sumber: Dokumentasi Pribadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

111

Lampiran 2: Tahapan-tahapan ritual Penti orang Manggarai di perantauan.

Keterangan Foto: Rengkas: pembukaan acara, Wewa: ajakan dari pemimpin upacara

untuk peserta yang hadir dalam upacara, Rahi/kedi: sapaan khusus kepada peserta yang hadir, Kari: pembukaan doa. Pastor yang

sedang memimpin perayaan ekaristi dalam perayaan ritual Penti. Model rumah adat (mbaru gendang) orang Manggarai di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

112

perantauan. Tarian caci sebagai simbol selesainya perayaan ritual

Penti. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Lampiran 3: Penyambutan tamu dari institusi pemerintah

Keterangan foto: Ketua adat (tua’golo) memegang seekor ayam jantan di hadapan para tamu undangan sebagai simbol orang Manggarai menerima

dan mengikut sertakan mereka dalam perayaan ritual Penti. Anggota Dewan sedang di wawancarai terkait perayaan ritual Penti.

Sumber: Dokumentasi Bapak Ferdy

Lampiran 4: Proses-proses ritual Penti asali oleh Orang Manggarai di Flores

Keterangan Foto: Barong Lodok: mengundang roh penjaga kebun, Barong wae

teku: mengundang roh penjaga mata air, Barong boa: mengundang para leluhur/yang sudah meninggal, Barong compang: mengundang

roh penjaga kampung.

Sumber:Dokumentasi Melky

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

113

Lampiran 5: Pencetus ritual Penti di perantauan

Keterangan foto: Bapak Bernadus, Bapak Lorens, Bapak Adolfus, Bapak Remigius. Para ketua dan wakil ketua serta ketua adat, bendahara

dan seketaris mengadakan rapat. Rapat bersama orang Manggarai di Belitang Tengah.

Sumber: Dokumentasi bapak Remigius

Lampiran 6: Peta Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Sekadau dan

Kecamatan Belitang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

114

Sumber:https://saripedia.files.wordpress.com/2010/11/kalbar.jpg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: RITUAL PENTI DI TANAH DIASPORA: KOMUNITAS … · dukungan dari masyarakat Dayak Mualang, sehingga ritual Penti dapat terlaksana. ... C. Persebaran Orang Manggarai di Wilayah Belitang

115

Sumber: http://peta-kota.blogspot.co.id/2017/02/peta-kabupaten-sekadau.html

Sumber: DokumentasiGentilis van Loon

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI