RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT...

27
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Sifat Rapat Hari/tanggal Waktu Deng an Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Hadir PIMPINAN PANSUS PENATAAN RUANG (RDPU TANGGAL 7 JUNI 2006) 2005-2006 IV Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Terbuka Rabu, 7 Juni 2006 Pukul 14.00 WIB APEKSI, AOEKSI, APPSI, dan BKKSI Ruang Rapat Komisi V OPR RI Ir. H. Rendhy A. Lamadjido, M.B.A./Wakil Ketua Pansus RUU Penataan Ruang Ora. Hani Juliasih/Kabag Set. Komisi V OPR RI Pembahasan RUU tentang Penataan Ruang 29 orang Anggota Pansus 1. Ir. H. Rendhy A. Lamadjido, M.B.A/F-PDIP 2. Ors. H. M. Syartie Hutauruk/F-PG 3. M. Nasir Ojamil, S.Ag./F-PKS 4. Abdullah Azwar Anas/F-KB 1. FRAKSI P. GOLKAR 6. FRAKSI K. BANGSA 1. Ors. H. M.· Dachlan Chudori 1. Ors. H. Sulaeman Efendi 2. H. Andi Wahab OT. Majokayo, S.M. 3. Ir. H. Soeharsojo 4. Dr. H. Bomer Pasaribu, S.H., S.E., M.S. 2. FRAKSI PDIP 1. Ben Vincent Ojeharu 2. L. Soepomo S. W. 3. Nusyirwan Soejono 4. Ir. H. Heri Akhmadi 5. Willem A. Tutuarima, S.H. 6. Imam Soeroso 7. Ida Bagus Nugroho, S.H. 3. FRAKSI PPP 1. H. Romzi Niham, S.IP. 7. FRAKSI PKS 1. Ir. Abdul Hakim, M.M. 2. Ir. Wahyudin Munawir 8. FRAKSI BPD 1. Ny. Etha Bula ARSIP DPR RI

Transcript of RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT...

Page 1: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Sifat Rapat Hari/tanggal Waktu Deng an Tempat Ketua Rapat

Sekretaris Rapat Acara Hadir

PIMPINAN PANSUS

PENATAAN RUANG

(RDPU TANGGAL 7 JUNI 2006)

2005-2006 IV

Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Terbuka Rabu, 7 Juni 2006 Pukul 14.00 WIB APEKSI, AOEKSI, APPSI, dan BKKSI Ruang Rapat Komisi V OPR RI Ir. H. Rendhy A. Lamadjido, M.B.A./Wakil Ketua Pansus RUU Penataan Ruang Ora. Hani Juliasih/Kabag Set. Komisi V OPR RI Pembahasan RUU tentang Penataan Ruang 29 orang Anggota Pansus

1. Ir. H. Rendhy A. Lamadjido, M.B.A/F-PDIP 2. Ors. H. M. Syartie Hutauruk/F-PG 3. M. Nasir Ojamil, S.Ag./F-PKS 4. Abdullah Azwar Anas/F-KB

1. FRAKSI P. GOLKAR 6. FRAKSI K. BANGSA 1. Ors. H. M.· Dachlan Chudori 1. Ors. H. Sulaeman Efendi

2. H. Andi Wahab OT. Majokayo, S.M. 3. Ir. H. Soeharsojo 4. Dr. H. Bomer Pasaribu, S.H., S.E., M.S.

2. FRAKSI PDIP 1. Ben Vincent Ojeharu 2. L. Soepomo S. W. 3. Nusyirwan Soejono 4. Ir. H. Heri Akhmadi 5. Willem A. Tutuarima, S.H. 6. Imam Soeroso 7. Ida Bagus Nugroho, S.H.

3. FRAKSI PPP 1. H. Romzi Niham, S.IP.

7. FRAKSI PKS 1. Ir. Abdul Hakim, M.M. 2. Ir. Wahyudin Munawir

8. FRAKSI BPD 1. Ny. Etha Bula

ARSIP D

PR RI

Page 2: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

4. FRAKSI P. DEMOKRAT 1. E. E. Mangindaan, S.E., S.IP. 2. Ir. H. Roestanto Wahidi D., M.M. 3. Teuku Riefky Harsya 4. Ir. H. Hussein Abdul Azis, M.T. 5. Maruahal Silalahi

5. FRAKSI PAN 1. Hermansyah Nazirun 2. Ir. Afni Achmad 3. Ir. Abdul Hadi Jamal, M.M.

9. FRAKSI PBR 1. -

10. FRAKSI PDS 1. Pastor Saut M. Hasibuan

KETUA RAPAT (H. RENDHY A. LAMADJIDO/F·PDIP): Yang dimulai, harusnya RDPU dimulai jam dua, karena rekan-rekan Anggota Pansus yang

kita ketahui masih banyak ikut pansus lain, maka untuk memenuhi tata tertib, maka RDPU saya buka dengan resmi dan saya skors selama 15 menit.

(RAPAT DISKORS)

Bapak-bapak, kita ketahui bahwa hari ini kita laksanakan Rapat Dengar Pendapat Umum, sesuai dengan tata tertib, fraksi yang hadir sudah berjumlah delapan fraksi, walaupun anggotanya baru berkisar 20-an, kalau ini disetujui, maka skors saya cabut. Bagaimana para Anggota Pansus?

(RAPAT: SETUJU)

Baiklah, dengan mengucapkan bismillaahirrahmaanirrahim skors saya cabut. Bapak-bapak dari Ketua APEKSI, Ketua ADEKSI, Kepala BKKSI, dan Ketua APPSI,

seperti kita ketahui bersama bahwa hari ini kita ingin mendengar masukan sekaligus usulan dari Bapak-bapak sekalian tentang Rancangan Undang-Undang Tata Ruang, yang perlu kita ketahui bahwa Rancangan Undang-Undang ini adalah Rancangan Undang-Undang yang dilakukan revisi oleh pemerintah terhadap UU Nomor 24 Tahun 1999. Banyak hal yang perlu kami dengarkan dari Bapak-bapak sekalian, yang tentunya harapan kami adalah masukan-masukan. tentang bagaimana UU Tata Ruang ini ke depan. Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia adalah satu negara kesatuan yang berbentuk kepulauan, yang mungkin punya satu karakteristik tersendiri dengan negara-negara lain. Kita ketahui juga Indonesia adalah negara pantai terpanjang di dunia dan ditetapkan jug a Indonesia melalui konferensi Brasil, di kehutanan, bahwa Indonesia adalah salah satu paru-paru dunia. Indonesia juga mempunyai etnis dan kultur yang sangat banyak dan berbeda dan tentunya harapan kami, Pansus ini bisa diberikan masukan-masukan yang lebih dalam. Untuk itu, barangkali pada Bapak-bapak sekalian kami persilakan untuk bisa memberikan paparan sekaligus masukan-masukan yang berharga terhadap Rancangan Undang-Undang itu sendiri. Untuk itu barangkali kami tidak memperpanjang waktu, kami persilakan yang pertama kepada Ketua APPSI untuk memberikan suatu masukan tentang Rancangan Undang-Undang itu sendiri. Silakan ketua APPSI!

SEKJEN APPSI (FERY TINGGOGOY): Assa/aamu'alaikum wr. wb. Salam damai dan sejahtera, selamat sore buat kita semua. Bapak Pimpinan, rekan-rekan Anggota DPR yang terhormat, lzinkan kami menyampaikan prmohonan maaf Ketua Umum APPSI Sutiyoso, karena

berbagai kesibukannya, kali ini beliau mohon maaf, dengan menunjuk saya sebagai Sekjen mewakili beliau. Mudah-mudah ketidakhadiran Pak Sutiyoso tidak akan mengurangi makna dari pertemuan ini.

Rekan-rekan Asosiasi, hadirin, rekan-rekan wartawan sekalian. Kalau kami menyimak, memang UU ini sudah layak untuk disempumakan dan dalam

rangka penyempurnaan ini tentunya kita akan me1lihat betapa negera Indonesia kita, yang paling

2

ARSIP D

PR RI

Page 3: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

tidak ada 1.500 km kali 5.500 km, dimana kita memiliki jumlah pulau-pulau 17.504 pulau. Kita memiliki 81.000 panjang garis pantai, berarti sama panjangnya dengan keliling dunia equator, yang 81.000 km. Kamudian, kita memiliki laut yang sudah diakui oleh Unc/ose United Nation Convention of the Law of the Sea tahun 1982 dan kita sudah kukuhkan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985. lnilah wilayah Indonesia kita dengan segala keunikannya, kurang lebih ada 500 etnis dengan berbagai diversifikasi fauna dan ftora.

Membaca Ketentuan Umum yang ada di UU ini, namun sebelum masuk dalam Ketentuan Umum kami ingin mengingatkan juga dalam Diktum mengingat, yang sudah ada, itu hanya Pasal 5 ayat (1 ), Pasal 20, Pasal 33 Undang-Undang Dasar 45. Menurut hemat kami, masih banyak pasal-pasal lain yang terkait, antara lain Pasal 18, seyogyanya dimasukkan, karena Pasal 18 itulah merupakan dasar hukum dari otonomi daerah. Selain dari Pasal 18 barangkali ada undang-undang yang terkait yang juga harus dijadikan pasangan untuk bergeraknya undang-undang ini. Sehingga undang-undang ini bukan merupakan satu undang-undang sektoral, yang berdiri sendiri, tapi hendaknya undang-undang ini merupakan undang-undang sektoral yang berjalan bersama-sama kait-mengait dengan undang-undang yang lain, akan kami jelaskan kemudian.

Kedua, masalah pemahaman. Kalau kita berbicara tentang sumber daya alam tentunya kita akan berbicara tentang suatu wadah, di sana ada tambang, di sana ada fauna, flora, di sana ada ruang muka bumi, ruang tanah yang harus dipulihkan. Pertama-tama kalau kita harus melihat tambang, tambang ini adalah karunia alam yang diberikan kepada kita, bukan dalam jumlah yang tidak tak terbatas, tapi jumlah yang sangat terbatas. Kedua, ada ftora, fauna, hutan, gajah, harimau dan lain-lain yang dikaruniakan kepada kita, yang cenderung semakin hari bukan bertambah tapi semakin berkurang. Sehuingga yang dapat saya katakan, bahwa berbicara masalah tambang, dengan fauna, flora ini, ini adalah pinjaman dari kita kepada anak cucu kita. Sehingga selayaknyalah dalam undang-undang ini harus diwaspadai dan bagaimana penggunaannya harus searif dan sebijak mungkin untuk mengantisipasi bahwa anak cucu kita harus tetap terpelihara dan dapat memperolehnya.

Dan kemudian berbicara tentang ruang. Kalau kita berbicara tentang ruang, paling tidak kita berbicara tentang angkasa, air, dan tanah, yang nampaknya dalam undang-undang ini belum begitu jelas, dia berbicara tentang apa? Dia berbicara tentang ruang, tetapi tidak berbicara tentang tan ah, karena tanah di Indonesia sud ah ada UU-nya yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 atau dikenal dengan UUPA, tapi sayang sekali RUU ini sepertinya tidak mengenal UU itu, padahal seharusnya RUU ini berpijak atas RUU masalah pertanahan Nomor 5 Tahun 1960. Kalau kita berbicara tentang angkasa, angkasa ini tentunya sangat tinggi dan luas, kalau ditanya tingginya dan luasnya sampai di mana, sama dengan kita berbicara sangat dalam dan luas tentang air lautan, sampai dimana, sampai di mana kemampuan ekonomi kita, dan sampai di mana kemampuan teknologi kita bisa menjangkau sampai di sana. Jadi kalau kita tidak bisa menjangkau setinggi ini ya, cuma apa saja yang bisa kita ja1ngkau. Kalau kita bisa menjangkau sampai ke geostasioner, ya barangkali sampai ke sana kita bisa menjangkau, Pada dasamya, dalam segi empat atau segi banyak ruang wilayah Indonesia itu, sampai ke atas tidak terbatas, itu adalah hak nasional kita.

Bapak/lbu Sekalian. Kalau kita berbicara tentang 'tata', maka kita lihat banyak sekali UU yang terkait, di sana

ada UU Nomor 5 tentang Undang-Undang Pokok Agraria, di sana Undang-Undang Nomor 41 Tentang Kehutanan, ada Undang-Undang Nomor 11 yang kita bicarakan tentang Pertambangan dan lain-lain, dan ada juga Undang-Undang 32 dan Undang-Undang 33 masalah Otonomi Daerah. Ternyata juga luput, tidak dijadikan dasar dari perundang-undangan ini.

Bapak/lbu, kalau kita berbicara tentang wadah, tentang ruang, sebenarnya tentang wadah, tentang ruang ini sejak awal ini sudah ada. Maka kita lihat dari Sabang sampai ke Meraoke kita sudah meiliki kepala-kepala adat, kepala marga, kelapa suku. Dari Sabang sampai Meraoke, itu sudah ada tanah yang dikuasai oleh adat, oleh suku, oleh perorangan. Di atasnya kita tahu sudah ada kepala-kepala adat, kepala desa, lurah, liurai, nagari, atau dengan kata-kata yang lain yang sama. Yang pada dasarnya setelah kita merdeka, maka ruang wilayah besar tanah itu kita serahkan kepada presiden yang untuk memimpin tata ruang itu dan jadilah presiden sebagai kepala adat dan kepala tata ruang nasional. Namun, bersamaan dari itu juga, pada gubernur diberikan juga hak untuk pengelolaan tata ruang pada walikota, camat, dan seterusnya. Nah, yang terjadi selama ini pemerintahan pada tingkat desa ini tidak diberdayagunakan dengan baik. Kita akan ambil contoh, berbagai kejadian secara nasional ternyata data-data yang pas tentang

3

ARSIP D

PR RI

Page 4: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

penduduk, tentang ruangnya tidak kita miliki. Karena apa? Pada umumnya top down pembuatan itu. Top down secara UU tetapi mereka yang begitu tahu tentang wilayah, tentang perairan, tentang tanah itu tidak dilibatkan secara langsung, yaitu mereka kepala adat, rakyat di lapangan, lurah, kepala desa, dan lain-lain. Kami juga menghimbau tolong dalam RUU ini peran mereka itu harus jelas, supaya mereka bisa memberikan kontribusi yang sebaik-baiknya. Kalau data-data dari bawah, dari desa itu bisa dikumpulkan kepada camat, camat dikumpulkan ke walikota, terus sampai tingkat nasional, pasti kejadian-kejadian yang terjadi seperti di Jogya, kita langsung buka peta, wilayah mana, daerah mana, berapa jumlah penduduk, apa kerusakan, kualitas rumah bagaimana, dan itu semua akan ada dalam yang kita katakan geography information system, yang sudah kita kenal, apalagi orang-orang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang tentunya tahu pers1s itu, tapi untuk melaksanakan susah, karena selalu approach-nya dari atas ke bawah, dan itulah yang terjadi pada zaman sentralisasi paling tidak 3, 4, 50 tahun yang lalu. Semenjak kita masuki sentraliasi otonomi daerah, mari kemudian kita mulai memanfaatkan mereka yang berada pada grassrood ini untuk bisa memberikan masukan.

Bapak/lbu, di sinilah kita lihat, kalau kita berbicara tentang sumber daya tata ruang nasional, kita harus berbicara masalah pokok adalah masalah tanah. Dan kita mulai lihat, pertama, faktor yang sangat mempengaruhi tata ruang dan tanah ini adalah faktor penduduk. Kita boleh lihat pada tahun 1945 jumlah penduduk kita kurang lebih 60, 65 juta jiwa. Pada tahun 1960 jurnlah penduduk kita sudah meningkat paling tidak ada kurang lebih hampir 100 juta jiwa. Saat ini, pada saat kita berbicara tentang tata ruang, dimana manusia Indonesia hidup dan lain-lain, jumlah kita sudah hampir 230 juta jiwa. Begitu cepat jumlah penduduk, teknologi berkembang, padahal tata ruang tidak bertambah. ltu-itu saja yang kita nikmati. Pertanyaannya, adakah kualitas pengelolaan tata ruang yang kita berikan dengan bertambahnya penduduk.

Bapak/lbu sekalian. Kita juga berbicara pertambahan penduduk, teknologi akan kebutuhan sangat meningkat,

sumber daya ruang tidak meningkat, tetap itu-itu saja, yang harus kita kelola. Dan itulah yang kemudian kita kelola, agar supaya juga UU ini akan memberikan kontribusi kelak bagaimana bisa menyejahterakan bangsa ini.

Bakap/lbu, inilah sebagai contoh kita berbicara tentang berbicara tata ruang, salah satu sekeping wilayah, apakah ini wilayah desa, wilayah kabupaten, wilayah kota, wilayah provinsi sekeping wilayah ini di sana kita lihat berbagai masalah tata ruang yang terpadu. Ada di sana orang swasta berbicara kepentingan swasta. Di sana orang kecil dan masyarakat berbicara tentang kepentingan mereka. Namun, di sana juga kita lihat ada pemerintahan nasional berbicara dia punya hak, ada juga pemerintahan provinsi, kabupaten, dan kota berbicara dia punya hak. Di sana kita juga melihat ada sektor pertambangan, ada sektor kehutanan, ada sektor pengairan, dan berbagai sektor yang lain, padahal penggunaan tanah dan tata ruang itu, hanya begitu-begitu saja tidak bertambah, maka tentunya yang kita pertanyakan dan mudah-mudahan bisa keluar dalam pengelolaan tata ruang ini, bagaimana kualitas pendayagunaannya.

Bapak/lbu sekalian. Tadi, sudah saya katakan bahwa tata ruang kita tidak bisa memisahkan. Salah satu tata

ruang yang sudah lama kita gunakan adalah bumi. Kita tahu sebagian besar, % wilayah kita adalah air. Barangkali di sana masa depan dan masa sekarang Indonesia. Dan ada lagi masa depan yang akan datang adalah Dirgantara. Melalui RUU ini saya ingin mengingatkan kembali bahwa masa depan dunia sangat tegantung pada dirgantara dan ruang angkasa, dan sadar atau tidak di seluruh dunia orang mulai berlomba-lomba ingin melepaskan satelit, ada satelit yang menggunakan roket dilepaskan dari bumi, ada sudah mencari karena harus sedekat dengan garis khatulistiwa, apakah mereka mencari tempat di mana mereka bisa lepaskan, datang ke Laut Pasifik atau Atlantik. Indonesia oleh Tuhan Yang Maha Esa dikarunia suatu tempat yang sangat baik, yaitu Pulau Biak. Ya coba tunjukkan! Di Pulau Biak ini, kelak dapat dibangun sebuah teknologi modern, dimana ruang angkasa dapat dikuasai dari Pulau Biak, yaitu dengan melepaskan roket, biasanya roket pembawa satelit ini dibawa dengan satelit dan harganya sangat mahal, sampai pada ruang angkasa. Maka konsep yang akan datang akan coba dibangun bagaimana roket itu tidak lagi ditembakkan dari bumi, tapi kemudian menggunakan pesawat, diterbangkan sampai pada ketinggian kurang lebih 60 km, dimana relatif tarikan bumi sud ah sangat kurang, baru roket itu dilepaskan dengan power yang sangat besar sedikit, dan karena dia sudah berada dalam garis khatulistiwa yang sangat dekat, maka itu dengan mudah bisa mencapai. Dan kalau itu Bapak Pimpinan bisa lakukan, maka biaya pelepasan roket itu akan berkurang 50% dari

4

I

- J

ARSIP D

PR RI

Page 5: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

anggarannya yang kurang lebih ada 100-an juta US$. Roket itulah yang kita katakan tidak ada tempat yang sebaik Pulau Biak, Pulau Biak menjadi incaran, baik dari negara-negara super pawer maupun sampai dengan Cina mengincar ini, dan kita punya wiilayah itu. Sekali lagi kedaulatan kita yang akan menentukan, apakah kita mampu memanfaatkan atau tidak.

Bapak/lbu sekalian. Menurut UU Nomor 24 Tahun 1992 ini, yang harus direvisi ada berapa hal yang kami dari

APPSI ingin pertanyakan, yaitu setelah 14 tahun harus direvisi apa kelemahannya dan apa keberhasilannya dari 27 rencana tata ruang provinsi atau 30 provinsi, ada 345 kabupaten dan kemudian ada 87 kota yang memiliki hak pengelolaan tata ruang berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004. Pertanyaannya adalah, bagaimana kawasan hutan terus-menerus, tanah krisis terus menerus bertambah, longsor bertambah, banjir, erosi, sedimentasi akan terus bertambah. Pertanyaanya mampukah hal-hal itu kita akomodir dalam tata ruang ini.

Kedua, kerusakan lingkungan hidup di pedesaan, karena cenderung yang dibangun adalah kota, bukan desa. Padahal, Bapak/lbu sekalian, desa adalah pusat kehidupan, desa pusat manusia, desa adalah pusat budaya, desa adalah pusat dari ekonomi, tapi desa belum tersentuh untuk dibangun. Yang dibangun adalah kota demi kota. Kita tahu sendiri dengan berbagai upaya pinjaman luar negeri, kita coba membuat sawah dengan irigasi-irigasi, sampai bisa 2, 3 kali penanaman, ternyata sawah, baik yang berada di Jakarta sekitarnya, Tangerang lumbung beras, Jawa Tengah, Bali, cenderung menyusut dan penyusutan sawah-sawah tersebut tidak sebanding dengan pertumbuhan-pertumbuhan perkebunan. Pertanyaannya kembali, bagaimana itu bisa terjawab dalam tata ruang ini. Lokasi-lokasi industri, kapet yang dibuat tidak berkembang seperti yang diharapkan. Pengembangan pertambangan dan kehutanan, sudah menyebabkan konflik pemanfaatan sampai dengan DAS, kerusakan terumbu karang. Hal ini semua barangkali sampai saat ini sudah banyak UU yang mengatur, ada mengatur agraria, kehutanan, tambang, sumber daya air, hal ini semua yang barangkali bagaimana kita bisa bicarakan. Dan sekali lagi, dalam pengamatan kami belum banyak yang berubah dari UU Nomor 24 yang lama, sampai kemudian kita akan membuat UU yang baru.

Bapak/lbu sekalian. Ada tertulis, kami akan tinggalkan, supaya bisa lebih memanfaatkan waktu, sebelum kami

akhiri kami juga ingin mengingatkan, dalam wilayah republik ini hanya satu ibu kota negara. Pertanyaan, apakah tidak selayaknya tata ruang ibu kota negara juga dimasukkan sebagai pertimbangan nasional. Kalau kita berbicara ibu kota negara, kita tidak berbicara tentang provinsi OKI saja, tapi kita berbicara tentang kepentingan dari seluruh Indonesia terhadap ibu kota negaranya. Mohan izin lima menit, akan disampaikan secara umum oleh rekan kami dari Provinsi OKI. Silakan Pak!

APPSI OKI JAKARTA (AGUS SUBAROONO/T ATA KOT A OKI): Assa/aamu 'a/aikum wr. wb. Bapak dan lbu Anggota Pansus yang kami hormati. lzinkan kami untuk menambahkan penjelasan yang sudah disampaikan oleh Bapak Sekjen

berkaitan dengan lbu Kota Negara Jakarta,

ANGGOTA PANSUS: Pimpinan! lzin! Sekedar tadi ada yang terlupa mengenalkan nama dan jabatan. T erima kasih Pak.

SEKJEN APPSI (FERY TINGGOGOY): Terima kasih. Tadi sudah saya memperkenalkan, saya SE~kjen, namanya Fery Tinggogoy.

Kemudian samping saya Pak Agus Subardono dari Tata Kota OKI. Saya juga didampingi oleh pakar APPSI, Prof. Dr. Silalahi, dan ada juga staf kami yang lain. lni yang berada dalam APPSI dan nanti dari ADEKSI akan memperkenalkan sendiri.

Terima kasih.

APPSI OKI JAKARTA (AGUS SUBARDONO/T AT A KOT A OKI): . Kami lanjutkan, sejak kemerdekaan sampai sekarang OKI Jakarta itu setelah melalui tiga

penode perencanaan tata ruang, yaitu pertama, periode rencana induk atau master plan, Tahun

5

ARSIP D

PR RI

Page 6: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

1965-1985. Kemudian Periade Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Tahun 1985-2005. Setelah itu, yang terakhir Rencana Tata Ruang Wilayah atau RTRW Tahun 2010.

Jakarta saat ini dengan luas 65.000 ha, dihuni aleh lebih kurang aleh 8.5 juta penduduk. Dalam perjalanan perencanaannya memang selalu dihadapi masalah-masalah tata ruang, terutama berkaitan, hal yang cukup klasik yaitu masalah penyediaan tanah untuk pembangunan. Di satu sisi rendahnya kemampuan untuk pengadaan tanah aleh pemerintah daerah, menyebabkan tidak seluruh jaringan prasana yang bisa dibangun aleh pemerintah daerah dapat terwujud sesuai dengan tata ruang yang telah direncanakan, sehingga tiga hal ini berakibat tumbuhnya bagain-bagian kata yang berlangsung secara a1,lamiah dan tidak mengikuti rencana yang ada. Pertumbuhan Jakarta sampai saat ini telah berkembang sedemikian rupa, sehingga telah melampaui pertumbuhan, telah berpengaruh kepada daerah-daerah sekitarnya. Jika dulu daerah-daerah sekitar Jakarta, ada BOTABEK, terkenal, sangat bergantung kepada Kata Jakarta, pada saat ini karena dinamika perkembangan yang telah tinggi sedemikian rupa, interaksi antara Jakarta dengan daerah sekitar itu sangat kuat, sehingga kedua, baik Provinsi OKI Jakarta maupun dan sekitarnya sudah saling bergantung satu sama lain. Pertumbuhan yang telah melampaui batas-batas administrasi ini tentunya perlu diantisipasi dengan sebaik-baiknya, agar dalam penataan ruangnya dapat terwujud sesuai dengan apa yang dlirencanakan.

Ada beberapa catatan yang kami akan sampaikan mengenai UU Penataan Ruang yang sebelumnya itu UU Namar 24 Tahun 1992. Salah satu penyebab lemahnya implementasi UU Namor 24 Tahun 1992, menurut kami adalah belum tersusunnya peraturan-peraturan pelaksanaan dari atau yang diamanatkan dalam UU Namor 24 tersebut, sehingga dalam perjalanannya ditemui kesulitan-kesulitan kami dalam menyusun tata ruangnya, terutama ketika kami harus melakukan sinkranisasi dengan daerah-daerah sekitar Jakarta ini. ltu disebabkan karena UU yang demikian makro belum dapat menjawab hal-hal yang sifatnya mikro, yang antara wilayah OKI dengan wilayah sekitarnya itu mungkin tidak terjadi sinkranisasi yang baik. Jadi kalau kita melihat peta ini mungkin kita akan lihat bahwa OKI Jakarta itu hanya sebagian kecil dari wilayah JABODET ABEK yang luasnya lebih kurang 400.000 ha itu. Jadi dalam perjalanan pertumbuhannya kita bisa lihat bahwa interaksi yang demikian kuat antara kedua daerah ini, di satu sisi memang memberikan manfaat-manfaat yang besar, tapi di sisi lain menimbulkan beban-beban kepada Kata Jakarta, salah satu yang paling besar ini adalah masalah transpartasi. Kalau sekarang mungkin kita lihat setiap hari 600 ribu kendaraan yang masuk keluar Jakarta ini, baik itu yang akan ke Jakarta maupun hanya sekedar melintas kata Jakarta. Kita tahu di sini sekarang mungkin salah satu hal yang sering sudah kita dengar bahwa pembangunan jaringan ringrood Jakarta sampai saat ini belum sepenuhnya bisa terealisir. Harapan kami jika jaringan prasarana tersebut terealisir, mungkin beban Kata Jakarta akan sedikit berkurang aleh perjalanan-perjalanan transpartasi yang hanya sekedar melintas Kata Jakarta, mereka tidak harus lagi membebani jaringan-jaringan kata yang ada, mereka dapat melakukan lintasan keluar dari Kata Jakarta.

Beberapa saran yang dapat kami sampaikan terhadap RUU Penataan Ruang ini adalah: Pertama, mengingat DKI Jakarta sebagai ibu kata negara yang memiliki keunikan khusus

dan punya dinamika perkembangan yang pesat, seyagyanya OKI Jakarta perlu diperhatikan secara tersendiri di dalam RUU Penataan Ruang ini, khususnya berkaitan dengan substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jakarta yang tidak bisa disamakan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Pravinsi lainnya.

Kemudian yang kedua, berkaitan dengan definisi ruang yang mencakup ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara, kami mengusulkan perlu kiranya dilengkapi dengan istilah ruang reklamasi, karena kami sudah melakukan reklamasi di Kata Jakarta ini. Yang dimaksud ruang reklamasi ruang lautan yang berubah menjadi ruang daratan. Kemudian yang selanjutnya adalah ruang bawah tanah, itupun kami mahan bisa dimasukkan sebagai salah satu bagian dari RUU ini, karena hal ini diperlukan untuk mengantisipasi pengembangan ruang bawah tanah, misalnya untuk jaringan transformasi subway dan kegiatan ekanami lainnya yang berkaitan dengan kegiatan di atasnya.

Kemudian yang ketiga, adalah perlunya ada penyeragaman namenklatur atau tata peristilahan peruntukan yang akan digunakan untuk setiap tingkatan rencana tata ruang, baik tingkat pravinsi dan kabupaten atau kata, sehingga dapat diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dengan adanya penyeragaman nomenklatur ini kami harapkan bisa dicapai sinkronisasi rencana tata ruang antara OKI dan wilayah-wilayah yang bersebelahan.

6

ARSIP D

PR RI

Page 7: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

Kemudian yang keempat, diperlukan aturan yang jelas untuk memaduserasikan rencana tata ruang antarwilayah, guna menjamin kontinuitas jaringan prasarana utama atau makro guna pengembangan jenis kegiatan dominan, terutama pada kawasan yang memiliki dinamika perkembangan yang tinggi seperti kawasan megapolitan JABOTABEK ini. Jadi kalau pemadu­serasian ini bisa terwujud tentunya pembangunan jaringan-jaringan transportasi yang sudah direncanakan bisa secara kontinu berlangsung.

Kemudian yang kelima, yang berkaitan dengan wewenang pemerintah, khususnya wewenang pemerintah provinsi dalam penyelenggaraan penataan ruang, perlu kiranya penetapan mengenai sejauhmana kewenangan pemerintah provinsi dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian aset-aset yang dimiliki oleh pemerintah pusat.

Dan yang keenam, dari pengalaman kami di OKI, selain sistem jaringan transportasi, energi dan kelistrikan, telekomunikasi, dan sumber daya air yang sudah tercantum di dalam RUU ini, juga dimasukkan sistem jaringan pengendalian banjir dan persampahan.

Kemudian yang ketujuh, perlu dipertimbangkan pencantuman angka persentase ruang terbuka hijau di dalam RUU ini, karena hal ini akan bergantung kepada kemampuan pemerintah untuk pengadaan lahannya, karakter kota yang bersangkutan dan daerah terbangun yang sudah ada di kota tersebut. Jadi kami, di sini dicantumkan 30%, mungkin untuk kota-kota baru yang dikembangkan 30% masih bisa dicapai dengan mudah, namun bagi suatu kota yang sudah pesat perkembangannya, pencapaian 30 % ini kami cukup berat untuk melaksanakannya.

Kemudian yang kedelapan, penyederhanaan yang dilakukan di dalam RUU ini berusaha untuk menghilangkan kawasan tertentu yang semula ada di dalam UU Nomor 24 Tahun 1992, apakah digantikan dengan istilah kawasan trategis nasional yang dimaksud dalam RUU ini.

Kemudian yang kesembilan, adalah berkaitan dengan pengelolaan pemanfaatan ruang agar diperluas tidak hanya berkaitan dengan kerjasama antarpemerintah daerah, tetapi juga antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah dengan swasta, dan lain-lainnya.

Kemudian yang terakhir, berkaitan dengan pembahasan hak, kewajiban, dan peranserta masyarakat di dalam RUU ini perlu diatur sampai sejauhmana hak yang dimiliki masyarakat atas tanahnya. lni berkaitan dengan upaya untuk mengurangi kendala-kendala dalam mewujudkan rencana tata ruang mendatang, yang selama ini belum sepenuhnya bisa terlaksana.

Demikian Bapak-bapak/lbu sekalian yang terhormat, tambahan yang dapat kami sampaikan dari pihak Provinsi OKI Jakarta.

SEKJEN APPSI (FERY TINGGOGOY): Kami lanjutkan dengan kesimpulan dari APPSI: Pertama, bahwa perlu ada sinkronisasi penataan kembali seluruh peraturan perundang­

undangan yang terkait dengan pengaturan sumber daya alam, sesuai dengan amanat TAP MPR RI Tahun 2001 tentang Peraturan Pertanahan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, sehingga RUU tentang Penataan Ruang sebagai revisi UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu dapat ditinjau kembali dengan mengikutsertakan dan menganti!~ipasi penyempurnaan UUPA yang akan datang.

Kedua, peran pemerintah daerah belum ditonjolkan, padahal kita berbicara ruang wilayah, itu adalah ruang yang sudah dialokasikan pada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota, karena ruang itu sudah berada di pedesaan sesungguhnya, bukan lagi pada kabupaten dan kota, maka dengan demikian, dalam RUU ini, tolong agar supaya pembangunan pedesaan itu mendapatkan prioritas yang cukup baik. Dengan demikian, sistem informasi geografi atau sistem informasi pertanahan harus ada sebagai landasan penyusunan tata ruang.

Ketiga, wilayah yang disusun adalah rencana tata tuang, ruang daratan yang indentik dengan tanah, maka perlu disusun rencana tata ruang wilayah perairan atau lautan, kepulauan, sehingga perlu disusun bagaimana prosedur, norma, standar dan prosedur pelaksanaannya.

Keempat, secara benar dikaji kegiatan pelaksanaan UU Nomor 24 Tahun 1992 yang diundangkan 14 tahun lalu ini, secara jujur telah menimbulkan anggaran pemerintah daerah yang sangat besar, baik provinsi, kabupaten dan kota. Pertanyaan, hasilnya apa?

Kelima, jangan dipaksakan menyusun RUU Penataan Ruang ini, cuma karena ada lembaga yang telah dibentuk pada departemen tertentu, katakanlah pada Departemen PU, tetapi akan mempersulit daerah, karena akan menghadapi resistensi masyarakat yang telah menguasai dan memanfaatkan tanaha-tanahnya.

7

ARSIP D

PR RI

Page 8: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

Keenam, bagaimana penyerasian semua rencana sektoral dari daerah, ada provinsi, ada kabupaten, ada kota, dan masyarakat sendiri, sehingga terwujud n:rncana tata ruang yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.

Ketujuh, pertanyaannya, bagaimana tentang Jakarta dengan megapolitan, apakah juga dimasukkan dalam tata ruang ini? Karena ibu kota negara hanya satu. Bapak/lbu sekalian, kita masih ketinggalan, negara-negara lain tetangga kita Malaysia, dia sudah punya ibu kota negara bukan lagi KL (Kuala Lumpur). Sudah ada Putra Jaya. Indonesia sekarang mau ke mana? lbu kota kita, apakah pindah ke Palangkaraya? Apakah pindah ke Sulawesi? Ya sekarang tata ruang ini sebenarnya sudah harus bisa mengantisipasi, ataukah Jakarta masih dikembangkan, terserah. Menado juga nanti diambil Philipina Pak, jangan Pak.

Ketujuh, bagaimana dengan rencana tata ruang megapolitan yang perlu, kemudian kita harus akomodasikan dan dibicarakan secara hati-hati. Apakah memang wilayah OKI ini sudah dipersiapkan untuk jadi ibu kota negara, kalau ya di mana pusat pemerintah Republik Indonesia dalam ibu kota negara ini.

Ketujuh, perlu dipersiapkan sebuah landasan informasi atau sistem informasi sumber daya alam, sumber daya geografi, dan sumber informasi pertanahan.

Dan terakhir, alangkah baiknya apabila dalam RUU ini sudah mengantisipasi bahwa space itu adalah masa depan kita, pada 360 km di atas khatulistiwa ada sebuah cincin yang besarnya kurang lebih 50 km yang kita katakan ground stationer orbiter. Singapura yang tidak punya sumber daya alam, Bapak Ketua, saat ini semua kalau bisa handphone dari seluruh wilayah asia dia beli dia akan beli. Karena apa? Dia tinggal menuai keuntungan terus-menerus dari sana dan sadar atau tidak, dengan kita menjual Satelindo, hak kedaulatan kita di GSO sudah kita jual pada Singapuraa. Pertanyaannya, sejak kapan ada Republik Indonesia dapat menjual kedaulatannya pada negara asing.

Terima kasih, izinkan kami menyampaikan tanggapan karni.

KETUA RAPAT: Terima kasih, kepada yang mewakili APPSI. Perlu Anggota Dewan ketahui bahwa beliau

ini, Pak Fery ini adalah mantan Pimpinan Komisi I DPR RI yang lalu. Untuk itu, barangkali saya hanya ingin mengingatkan, memberikan informasi kepada Pak Fery bahwa di Pansus Tata Ruang ini secara kebetulan ada kurang lebih 10 orang yang tergabung di Pansus OKI dan secara kebetulan sekali, salah satu pimpinannya juga Pimpinan Pansus DKI, Saudara Ir. Aziz Hussein dari F-PD juga di Pansus ini dan Saudara Ir. Soeharsojo dari F-PG.

Selanjutnya, Bapak-bapak sekalian. Tadi saya sengaja belum memperkenalkan teman-teman karena masih menganggap

sedikit, tapi sekarang sudah banyak yang datang, maka alangkah baiknya kalau saya memperkenalkan, kata orang tidak kenal maka tidak sayang. Untuk itu, barangkali saya dari belakang sekali, silakan Pak, memperkenalkan dirinya dari fraksi mana dan asalnya. Silakan pak!

F·PG (H. SULAEMAN EFENDI): Assalaamu'alaikum wr. wb. Saya Sulaeman Efendi daerah pemilihan Provinsi Bengku 1lu, Fraksi Golkar, dari Komisi II.

F·PG (H. ANDI WAHAB DT. MAJOKAYO): Assalaamu'alaikum wr. wb. Saya Andi Wahab, dari Fraksi Golkar, pemilihan Sumatera Barat II.

F·PAN (HERMANSYAH NAZIRUN): Assalaamu'a/aikum wr. wb. Saya Hermansyah Nazirun dari Komisi II, Daerah Pemilihan Provinsi Bengkulu, tanah

kelahiran Kabupaten Rejang Lebong namun pernah bermukim di Jogyakarta 29 tahun, dan dua tahun di Kota Solo. Dari Komisi II Pak.

Sekian, Wassalaamu'alaikum wr. wb. Fraksi Partai Amanat Nasional.

F·PDIP (BEN VINCENT DJEHARU): Nama saya Ben Vincent Djeharu dari F·-PDI Perjuangan, daerah pemilihan Papua, dari

Komisi II.

8

ARSIP D

PR RI

Page 9: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

Terima kasih.

F·PDIP (L. SOEPOMO S. W.): Saya L. Sopomo dari Oapil I Jawa Timur, Surabaya, Sidoarjo, dari F-POI Perjuangan,

Komisi IX. Terima kasih.

WAKIL KETUA (ABDULLAH AZWAR ANAS/F-KB): Saya Abdullah Azwar Anas, dari F-KB Oaerah Pemilihan Ill Jawa Timur. Pak Fery,

sahabat saya ini Pak Fery, Pak Ketua. Mohon maaf, kita keluar masuk Pak Fery, misalnya banyak teman-teman yang merangkap, termasuk saya sekarang bersarnaan dengan Pansus Transaksi Elektronik.

Terima kasih. Wassalaamu'alaikum wr. wb.

KETUA RAPAT: Bapak-bapak sekalian, Pak Anas ini adalah salah satu Pimpinan Pansus Penataan Ruang

in:i, salah satu pimpinan dia. Silakan Pak, orang tua saya, Pak Mangindaan, silahkan Pak!

F-PD (E. E. MANGINDAAN): Saya Mangindaan, Partai Oemokrat, dari Komisi II, daerah pemilihannya Pak Fery

Tinggogoy, bekas Golkar dulu Pak.

F·PPP (H. ROMZI NIHAM): Nama Romzi Niham, dari Fraksi Persatuan Pembangunan, daerah pemilihan Sumatera

Selatan, dari Komisi II.

F-PD (H. ROESTANTO WAHID! D.): Assalaamu'alaikum wr. wb. Nama saya Roestanto, dari daerah pemilihan Jawa Barat II Kabupaten bandung, lama di

Jogya, karena lahir di Jogya tapi dapat suara di Kabupaten Bandung, dari Fraksi Oemokrat, pernah punya KTA Golkar, dari Komisi V.

Terima kasih. Wassalaamu'alaikum wr. wb.

F-PDIP (NUSYIRWAN SOEJONO): Terima kasih Ketua. Selamat siang. Nusyirwan dari F-POI Perjuangan.

KETUA RAPAT: Silakan Pak AFNI!

F·PAN (AFNI ACHMAD): Terima kasih. Saya Afni Achmad, Oapil II DKI, dari Partai Amanat Nasional. Terima kasih. Komisi V.

F-PDIP (HERi AKHMADI): Saya Heri Ahmadi, POI Perjuangan, Oapil VII Jawa Timur, Komisi X.

F-PD (TEUKU RIEF KY HARSY A): Assalaamu'alaikum wr. wb. Nama saya Teuku Riefky Harsya, dari Fraksi Partai Oemokrat. Oulu orang tua saya Golkar

Pak, kemudian dari daerah pemilihan Naggroe Aceh Darussalam. T erima kasih.

F-PAN (ABDUL HADI DJAMAL): Assalaamu'alaikum wr. wb. Selamat sore, saya Abdul Hadi Djamal dari Fraksi Partai Amanat Nasional, daerah

pemilihan Sulawesi Selatan I, terdiri dari 10 kabupaten.

9

ARSIP D

PR RI

Page 10: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Silakan pak!

F·PDIP (WILLEM M. h"UTUARIMA): Saya Willem Tutuari~a, Fraksi POI Perjuangan, daerah pemilihan I Jawa Tengah, Komisi

VII. I

F·PDIP (IMAM SOEROSO): Saya Imam Soerosb dari Fraksi POI Perjuangan, daerah pemilihan IV Jawa Timur,

Kabupaten Lumajang, Jemb~r, dari Komisi VI. I

F-PKS (ABDUL HA~IM): Saya Adbul Hakim dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, daerah pemilihan Lampung II. Terima kasih.

F-BPD (ETHA BULCi)): Saya Etha Bulo, Dapil Papua dari Fraksi BPO, Komisi V.

I

F·PD (H. HUSSEIN ~BDUL AZIZ): Hussein Abdul Azis dari Fraksi Partai Oemokrat, daerah pemilihan OKI II. Terima kasih. ·

'

F-PDIP (IDA BAGUS NUGROHO): Selamat sore, saya :1da Bagus, Oapil IX Jawa Timur, dari POI Perjuangan. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Jadi sekedar informasi, bahwa di Pansus ini ada empat Pimpinan, di mana ketuanya

adalah Saudara Abdul Rahr:nan Syagaff, pada hari ini berhalangan. Di sebelah saya, silakan!

WAKIL KETUA (Mj NASIR DJAMIL/F-PKS): Terima kasih. , Assalaamu'alaikurri wr. wb. Saya Nasir Djamil idari Fraksi PKS, daerah pemilihan I Nanggroe Aceh Darussalam dan

sekarang di Komisi II.

WAKIL KETUA (H~ M. SYARFIE HUTAURUK/F-PG): Terima kasih. · Syarfi Hutauruk dari Fraksi Partai Golkar, daerah pemilihan Sumatera II. Baru masuk

Golkar setelah Pak Mangindaan meninggalkan Golkar.

KETUA RAPAT: : Baik, saya sendiri IRendhy Lamadjido dari Fraksi PDI Per.iuangan, anak buahnya Pak Heri

Akhmadi. 1

Baik, barangkali kita lanjutkan kepada ADEKSI. Yang perlu saya sampaikan kepada ADEKSI, bahwa revisi UU ini terdapat revisi UU Nomor 24 Tahun 1999, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan bahwa dari revisi yang tadinya delapan bab menjadi 12 bab, itu pernasukan dari beberapa bab, itu adalah salah satu tentang penataan pusat kota, penataan tata ruang kota. Tentunya banyak hal-hal yang prinsip dan yang ingin kami dengarkan tentang bagaimana kelangsungan kota itu sendiri, terhadap beberapa pasal-pasal yan9 dalam rancangan tata ruang itu sendiri.

1

Silahkan dari ADBKSI!

10

ARSIP D

PR RI

Page 11: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

KETUA ADEKSI (BA~A Y SUHAEMI): Terima kasih Pimpina

1h.

Bismillaahirrahmaanirrahim, Assalaamu 'alaikum wr. wb, Alhamdu/il/ahirabbi/'a~amin, Allahumma shalli'ala syayidina Muhammad, wa'a/a Ali

syayidina Muhammad, Selamat sore dan sal~m sejahtera. Sebelum saya men~ampaikan beberapa masukan dari Asosiasi DPRD Kota Seluruh

Indonesia (ADEKSI untuk dE;!ngar pendapat pada hari ini dengan Pansus Komisi V, tentang Tata Ruang bagi negara kita. Na~a saya Babay Suhaemi, salah satu ketua ADEKSI dan ada kata maaf dari Ketua Umum tidak bisa Hadir pada kesempatan yang berbahagia ini, karena satu dan lain hal, maka mewakilkan kepada s1aya. Kemudian di sebelah saya adalah salah satu pengurus di ADEKSI, Pak Saihu. Pak s6ihu ini adalah Anggota DPRD Kota Bekasi dari Fraksi Keadilan Sejahtera. Sedangkan saya ~endiri Babay Suheimi Anggota DPRD Kota Depok dari Fraksi Partai Golongan Karya. •

Bapak-bapak sekaliar yang berbahagia. Mudah-mudahan apa yang kami berikan ini merupakan pemikiran bagi Pansus ke depan

dalam upaya untuk menata ~angsa dan negara kita. Karena berbicara tentang tata ruang, adalah berbicara persoalan ya~g begitu kompleks. Setelah kita sama-sama menikmati dan memberlakukan UU Nomor 124 Tahun 1992, begitu banyak persoalan yang timbul di daerah maupun di Tingkat II Provinsi, termasuk juga di tingkat nasional, terlebih-lebih dengan adanya Undang-Undang Otonomi ~aerah. ltu juga menimbulkan persoalan baru tentang RTRW di berbagai daerah juga menja9i persoalan baru, menjadi persoalan yang tidak bisa ditata sedemikian rupa, ditambah sanksi yang ~idak begitu ketat, tepat, dan lain sebagainya. Makanya kita berharap mudah-mudahan Pansus ir:li, undang-undang ini, yang sedang digodok oleh Pansus dapat memberikan jalan keluar ~olusi yang terbaik bagi seluruh daerah kabupaten/kota di seluruh Indonesia, khususnya wilayah kota di Indonesia.

Sebelum saya menyampaikan, ada beberapa ada 15 butir yang ingin kami sampaikan, perlu kami kemukakan di sini. Tadi sudah disinggung oleh Bapak kita yang terhormat, di sebelah saya dari Asosiasi Pemeri!ntahan Provinsi tentang megapolitan dan juga disampaikan tadi, disampaikan tadi dari perwakilan Bapak Gubernur Bapak Sutiyoso. Kami ingin menyampaikan juga kepada Pansus, bahwa da~rah penyangga ibu kotapun sekarang ini juga menjadi problem Pak, Depok, Bekasi, Tangerang, termasuk Kabupaten Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, ke depan kita berharap dengan diberl~kukannya UU yang baru bagi kota-kota penyangga ibu kota seperti tadi yang saya sebutkan, tid~k lagi menjadi kambing hitam, menjadi beban dan upaya kita menjadi negara, lbu Kota Negara R~publik Indonesia. Kabupaten Bogor misalnya sekarang ini bagaimana daerah tersebut harus tidak bisa berbuat terlalu banyak, seperti daerah kawasan puncak yang diharapkan mampu memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat sana, karena Bogor terkenal daerah huj$n dan banjir di Jakarta selalu dikatakan kiriman hujan dari Bogor, sehingga pembangunan di I sana menjadi terse.ndat, ini juga menjadi problem Pak. Ke depan mudah-mudahan dengan l~hirnya UU ini, istilah penyangga ibu kota tidak lagi ada sebutan itu, tetapi betul-betul menjadi IDagian dari yang terbaik dari upaya kita menjaga lbu Kota Negara Republik Indonesia. lni yang perlu kami sampaikan juga. .

Kemudian juga m~salah sampah, ini juga menjadi persoalan yang sungguh sangat menarik dan ke depan bar~ngkali negara sud ah harus memikirkan tentang persoalan sampah, ini mudah-mudahan karena masukan dari berbagai daerah kepada kita di ADEKSI, persoalan sampah juga hal yang menarik, bet9Pa sulitnya semua daerah sekarang ini menetapkan salah satu wilayah untuk dijadikan pembuang$n sampah. Depok, Tangerang, Bekasi sebagai contoh yang sangat nyata di depan Bapak-bap*. Bagaimana di Kota Bandung, sekarang menjadi kota sampah bukan lagi kota yang indah sepertl dulu dan kemarin saya dapat laporan dari teman di Bandung di sana ada penurunan drastis tentc!ing wisata, baik domestik maupun luar yang ingin datang jalan-jalan ke Kota Bandung, yang dimara biasanya Bandung begitu indah, begitu enak, mereka berbelanja fashion dan lain sebagainy~. Dengan gara-gara sampah, Bandun9 sudah tidak lagi indah seperti yang dulu, ini menjadi cat~tan bagi kami untuk kami sampaikan kepada Pansus, artinya apa, bahwa persoalan mengerlai tempat akhir pembuangan sampah harus ada ketegasan dan kejelasan, sehingga masy~rakat tahu, masyarakat memahami bahwa persoalan sampah adalah persoalan bersama, persoa,an sampah adalah persoalan yang harus diselesaikan, sehingga ketika itu dibutuhkan oleh bupati, walikota, dimana tempat itu dijadikan ternpat ahir pembuangan sampah,

11

ARSIP D

PR RI

Page 12: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

berdasarkan undang-undang, berdasarkan RTRW, maka masyarakat memahami dengan sebaik­baiknya. Tetapi juga ada kewajiban negara jangan sampai masyarakat yang terpinggirkan, dengan sampah itupun menjadi korban akibat daerahnya dijadikan tempat akhir pembuangan sampah. lni Bapak-bapak sekalian yan9 berbahagia yang barangkali sebelum kami menyampaikan beberapa butir terkait mengenai pansus tentang tata ruang ini.

Selanjutnya, Bapak-bapak, Saudara-saudara, dalam am an at Pasal 14 ayat ( 1) butir b Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyebutkan bahwa perencanaan pemanfaatan pengawasan tata ruang merupakan salah satu dari urusan wajib yang menjadi kewajiban dalam skala kabupaten/kota.. Dalam melaksanakan urusan wajib tersebut berarti daerah, kabupaten/kota memiliki kekuasaan yang otonom untuk mengaturnya, ini diatur dalan undang-undang kita. Pasal tersebut jug a harus dikartkan dengan kewenangan provinsi sama juga yang memiliki kewenangan yang sama tentang tata ruang dalam skala provinsi, Bapak bisa Ii hat Pasal 13 ayat (1) b, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Meskipun tidak ada penjelasan yang menerangkan kedua pasal tentang tata ruang tersebut, baik dalam lingkup provinsi dan kabupaten atau kota serta interkoneksi keduanya, maka kehadiran Rancangan Undang-Undang tentang Penataan Ruang ini mudah-mudahan akan memperjelas kewenangan masing-masing daerah. Seringkali di daerah berbenturan dengan itu ketika kabupaten/kota memiliki kepentingan, provinsi lain lagi berbicara tentang hal itu, mudah-mudahan ke depan bisa ada keterkaitan yang jelas, kepentingan yang baik yang sama-sama menguntungkan bagi kabupaten/kota dan provinsi. Barkait dengan akan dibahasnya dan diterbitkannya Rancangan Undang-undang Tata Ruang beberapa catatan yang akan kami sampaikan, antara lain;

Pertama, Tata Ru1ang sangat berkait dengan urusan pertanahan, lahirnya Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pertanahan Nasional, kontra produktif dengan semangat desentralisasi. Perpres ternebut juga menjadi ruang masalah baru untuk penataan ruang daerah, tidak ada alasan yang mendasar ketika urusan tata ruang menjadi kewenangan daerah, namun masalah pertanahan masih dikendalikan dari pusat, ini terjadi, maka kami berharap harus ada langkah kongkrit untuk merelakan, menyerahkan urusan pertanahan tersebut kepada kepala daerah, sehingga tidak terjadi lagi tumpang tindih pengaturan untuk objek yang sama. lni yang kita alami.

Yang kedua, perlu juga melampirkan naskah akadernis lahirnya Rancangan Undang­Undang Penataan Ruang ini, sehingga dapat diketahui dengan jelas latar belakang dan cita-cita yang diharapkan akan tercapainya dengan lahirnya undang-undang yang baru ini.

Yang ketiga, dasar filosofis sudah cukup baik yang telah menyinggung soal kesinambungan antar generasi dalam pengelolaan ruang, soal HAM, kesejahteraan antardaerah transparansi dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan tata ruang.

Yang keempat, dasar yuridis atau hukum perlu ada penambahan Pak, dasar hukum yang mengamanati lahirnya unclang-undang baru ini atau urgensi untuk mencabut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang dianggap sudah tidak memadai lagi, ini juga penting untuk naskah akaclemik dilampirkan, sehingga bisa mengetahui latar belakangnya secara lebih utuh lagi, kalau melirik tadi pernyataan sebelah pertanyaannya dimana keberhasilannya, dimana kegagalannya atau kesalahan kekurangan dan kebaikannya.

Yang kelima, perlu juga dicantumkan Undang-Unclang Nomor 25 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, ini penting sekali. Sekarang pemerintah pusat sedang menekankan sekali bagi semua daerah untuk melihat itu. Bappenas betul-betul gencar agar semua daerah taat kepada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, di beberapa daeah yang sudah hasil pemilihan kepala daerah yang baru sedang menyusun RPJPD, walaupun RPJPD juga sedang mereka susun namun di tingkat nasional belum ditetapkan RPJP Nasional, sebagai dasar hukum SPPN ini, karena sangat berkait dengan dokumen perencanaan pembangunan yang seharusnya menjadi induk, misalnya yang disebut dalam Pasal 19, dimana pHnyusunan tata ruang wilayah nasional dilakukan dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RP JPN).

Yang keenam, perlu juga mencantumkan UU Nomor 32 Tahun 2004, sebab kita lihat di sini tidak dicantumkan sarna pendapat kami dengan bapak kami sebelah tentang pemerintahan daerah, karena Pasal 13 Jo 14 UU Nomor 32 Tahun 2004 mengatur juga tentang tata ruang yang menjadi kewenangan wajib untuk skala provinsi dan kabupaten/kota.

12

ARSIP D

PR RI

Page 13: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

Yang ketujuh, tentang standar pelayanan minimal bidang penataan ruang perlu diperjelas poin-poinnya. Kita lihat di situ masih belum jelas dan masuk dalam Pasal 1 tentang Penjelasan Terminologi.

Yang kedelapan, Pasal 2 huruf e dalam penjelasan, azas keterbukaan masyarakat memiliki akses yang seluas-luasnya dan seterusnya, ditambah dengan kewajiban pemerintah atau daerah untuk membangun mekanisme atau peranata akses dan menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau terminology orang sesuai dengan Pasal 1 angka 29 supaya lebih

. konsisten maskudnya. Dengan cara cepat, rnudah, dan biaya ringan akses dimulai saat perencanaan, rancangan tata ruang, pemanfaatan dan pengawasan. Penyediaan informasi bersifat aktif maupun pasif sesuai dengan kadar urgensi dari sensitivitasnya, ini penting untuk kami katakan di sini.

Yang Kesembilan, Pasal 2 huruf e azas kebersamaan dalam amatan kami setelah staf kami mempelajari betul-betul di dalam persoalan ini, di dalam clraft Rancangan Tata Ruang yang Bapak telah berikan kepada asosiasi kami, sebaiknya diganti Pak dengan azas partisipatif dengan mencermati bunyi penjelasan daripada point tersebut. Untuk Partisipasi perlibatan dibatasi dengan mengundang secara aktif clan proporsional atau dari segi waktu terhadap pihak atau stake holder yang paling berkepentingan, jadi kata "seluruh" tidak diperlukan.

Yang Kesepuluh, Pasal 6 ayat (2) Penataan ruang secara terpadu dan komplementer sebaiknya ditambah dengan pola berjenjang, artinya apa, artinya bahwa tata ruang nasional menjadi acuan provinsi, tata ruang provinsi menjadi acuan kabupaten/kota, dan seterusnya, sehingga tidak terjadi malpraktik fungsi ruang yang berakibat pada hilangnya daya dukung ruang pada waktu yang akan datang, ini penting pak. Pola atau mekanisme yang mestinya dilakukan bisa dengan cara bottom up atau masukan dari daerah-daerah dari yang lebih rendah, seperti tadi saya sangat setuju penyampaian dari Bapak saya bahwa memang UU kita atau persoalan pertanahan kita atau persoalan pertanahan kita UU yang ada hanya pada sampai di tingkat pemerintah kota sementara banyak persoalan di desa, kelurahan, kecamatan dan lain sebagainya, juga banyak sekali tanah Negara yang masih ada di tingkat desa dan kelurahan yang tidak bisa dimanfaatkan oleh daerah, sehingga terbengkalai begitu saja. Kemudian berapa banyak kasus yang terjadi di daerah diseluruh Indonesia saya yakin banyak hektaran tanah sudah dimanfaatkan oleh masyarakat, oleh penduduk disana, tetapi tit;lak ada kejelasan apakah tanah terebut sudah menjadi miliknya atau menjadi milik Negara dan 'lain sebagainya, ini yang terjadi. Maka pola atau mekanisme yang mesti dilakukan bisa dengan cara bottom up sekali lagi masukan dari daerah yang lebih rendah untuk menyusun desain makro wilayah di atasnya.

Yang kesebelas, Pasal 12 ayat (4), di sana dikatakan pemerintah kabupaten/kota wajib rnelaksanakan norma standard, pedoman dan seterusnya perlu diperjelas norma Pak, standard dan pedoman yang disusun oleh pemerintah pusat atau provinsi serta sanksi apa yang akan diterima oleh kabupaten/kota apabila tidak memenuhi kewajiban tersebut, sebab sanksi sekali lagi ini menjadi problem di semua daerah banyak kesalahan, banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, yang dilakukan oleh di tingkat daerah, pelanggaran RTRW dan lain sebagainya. Tapi lagi­lagi sanksi tidak pernah menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut.

Yang keduabelas, Pasal 6 cakupan tata ruang, mencakup ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebaiknya ditambah dengan ruang yang menyatu ini sebaiknya ditambah ruang yang menyatu atau menjadi bagian dari daratan, lautan. Persoalan muncul ketika ada ruang bawah tanah atau ruang bawah laut yang dipakai, ini penting untuk juga kita masukan, kita melihat ADEKSI melihat di situ sudah dicantumkan sedemikian rupa, sedangkan secara administratif tanah apabila ditarik dari garis lurus keatas atau kepermukaan ruang bawah tanah atau daratan atau dibawah lautan tersebut diluar batas administratif.

Yang ketigabelas, Pasal 38 ayat (2) izin pemanfaan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan. Sebaiknya dirubah rnenjadi batal demi hukum bukan dapat dibatalkan tapi batal demi hukum supaya jelas cakupannya ataupun ketegasannya. Hal ini untuk menghindari praktek kolusi yang selama ini terjadi, dirnana izin pemanfaatan ruang seharusnya tidak diperbolehkan karena bertentangan dengan rencana tata ruang pemberian izin yang bertentangan dengan rencana tata ruang adalah penyumbang utama silang sengketanya fungsi ruang atau kawasan dan pada akhirnya fungsi ruang atau kawasan harus mengalah dengan kepentingan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang semula. lni terjadi di beberapa daerah, terjadi di beberapa tempat. Pasal 14 menurut pengamatan kami dari ADEKSI, Pasal 38 menurut kami.

13

ARSIP D

PR RI

Page 14: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

Nomor empat belas, dari apa yang kami sampaikan, ayat (3) sebaiknya dihapus, alasannya apa, Bapak bisa kaji sendiri, jangan tanya alasan dari kami, pokoknya dihapus.

Lima belas, akhir Pasal 60 ditambah satu ayat lagi Pak, pasal tersebut hanya untuk orang atau masyarakat yang rnelanggar tata ruang, sedangkan sanksi bagi pemerintah yang memberikan izin yang tidak sesuai dengan tata ruang belum diatur di sana. Jadi penting Pak. Jangan masyarakat terus disalahkan menyalahi tata ruang, padahal yang trouble adalah pemerintah. Sekarang apa sanksi yang kita berikan kepada pemerintah ketika masyarakat dirugikan akibat pelanggaran yang dilak'ukan oleh pemerintah, harus termuat di situ dan harus ada keseimbangan antara hak dan kewajiban masyarakat atau perorangan dengan pengambil kebijakan.

lni barangkali beberapa masukan yang. kami sampaikan dan terahir kami berharap walaupun kami mewakili dari DPRD Kabupaten/Kota dari seluruh Indonesia ada 87 kota yang kami wakili, namun demikiari kami tentunya tidak mungkin bisa mampu mengambil semua pemikiran ataupun persoalan-pe~soalan dari setiap kota, untuk itu kalau boleh kami menyumbangkan informasi ataupun saran juga tolong diundang Pak, dari daerah-daerah kabupaten/kota, DPRD yang barangkali menu.rut pandangan Pansus daerah mana yang memiliki sesuatu yang husus barangkali di sana ada:pemikiran-pemikiran lain yang lebih baik lagi memberikan informasi kepada Bapak-bapak di sini, apakah Sulawesi dan lain sebagainya seperti tadi persoalan daerah pengganti ibu kota, kalaupun Jakarta terjadi sesuatu dan lain sebagainya, ini kami harapkan atau kami sumbang saran barangkali ada pemikiran-pemikiran yang lebih unik yang lebih menarik dari kota, untuk bisa dipanggil untuk bisa diajak bicara, untuk bisa diajak kompromi, untuk bisa diajak memberikan masukan kepada Bapak di sini, jangan nanti Bapak sudah mengundang sudah mengundang kami, kairena kami perwakilan dari mereka dianggap selesai atau dianggap cukup masukan dari kami. Sena katakan belum selesai dan belum cukup masukan dari kami, saya yakin akan lebih beragam lagi masukan dan informasi dari beberapa daerah kota yang kami wakili dalam Asosiasi Dewan Kota Seluruh Indonesia.

Demikian beberapa hal yang kami sampaikan, mudah-mudahan harapan komunikatif intensif antara ADEKSI dengan DPR-RI dapat terbangun dan terjalin semakin baik di kemudian hari Pak, dan mudah~mudahan juga persoalan-persoalan yang lain, persoalan-persoalan bukan hanya Pansus ini, karena Bapak-bapak juga mewakili dari Fraksi masing-masing mudah-mudahan juga sedemikian rupa aktif dengan kami ADEKSI karena sekarang ini juga ada beberapa hal persoalan-persoalan yang muncul yang tengah dihadapi oleh kita di DPRD Kabupaten/Kota. Satu hal saja contoh yang sekarang baru Pak, ini mohon maaf keluar dari kontek tapi satu contoh saja, sekarang kita sedang menghadapi peraturan pemerintah yang baru saja dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri, tentang Kewenangan Daerah, tentang Pengaturan Daerah, tentang apa lupa saya, di sana, Pasal 42 di sana mengatakan bahwa Departemen Dalam Negeri dapat memberikan sanksi kepada DPRD bahkan bisa memberikan penggantian antar waktu bagi kami ,A,nggota DPRD. Bapak boleh kaji itu sayang kami sudah bawa disana sehingga sekarang ini DPRD bukan lagi sebutan Dewan Perwakilan Rakyat, tapi Dinas Perwakilan Rakyat, karena kami seolah-olah menjadi pagian yang tidak terpisahkan dari Departemen Dalam Negeri atau anak buah dari Departemen Dalam Negeri. lni mohon jadi catatan buat kedepan supaya pemerintah sekali lagi mengeluavkan sesuatu aturan sebab saya dengan Bapak hanya beda tempat saja, tetapi UU dan yang rrjelahirkan bapak sama, partai sama, UU sama, tapi ketika duduk Bapak lebih sejahtera ketimbang kami di bawah.

Terima kasih. Wassalaamu'alaikum wr. wb.

KETUA RAPAT: Terima kasih dari ADEKSI, yang perlu saya sampaikan bahwa memang kami terus terang

saja banyak sekali kepetingan untuk mendapatkan masukan yang lebih konkrit masalah Tata Ruang ini. Yang kita: ketahui bahwa tu ju an lahirnya UU ini supaya UU ini terintegrasi, terkordinasi dan sinergi dengan rnasalah-masalah di daerah maupun di Dewan sendiri. Saya kira untuk memperdalam ini ada 5 penanya yang sudah mendaftar , saya kira kita akan satu persatu kita persilakan untuk men'gkaji dan memperdalam.

KETUA ADEKSI (BABA Y SU HAEM I): Saya serahkan ini dulu pak!

14

ARSIP D

PR RI

Page 15: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

KETUA RAPAT: Silakan! Baik, untuk yang pertama, barangkali dari rekan Abdul Hakim, bersiap-siap Pak Afni

Achmad. Silakan Pak Abclul Hakim!

F-PKS (ABDUL HAKIM): Terima kasih Pimpinan. Rekan-rekan An~rnota Pansus, tamu undangan kami dari APPSI kemudian ADEKSI dan

yang lainnya, hadirin hadirot yang berbahagia. Assalaamu'alai'lwm wr. wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Tentu kami ing'in menyampaikan apresiasi kami terhadap paparan yang tadi disampaikan

dengan lnsyaallah apa yang telah disampaikan telah memperkaya wawasan kami dalam rangka melakukan atau mencE;)rmati terkait dengan Rancangan Undang-Undang Tata Ruang ini. Namun kemudian kami pun in'gin mendapatkan penjelasan lebih lanjut terhadap berapa hal yang telah dijelaskan tadi terutama dari APPSI, pertama terkait dengan usulan agar ruang tidak hanya terbatas pada ruang tertentu, tetapi sebagaimana juga dijelaskan dalam tanyangan terkait dengan ruang yang menyangkut tanah, udara dan lainnya. Kalau kita cermati dari devinisi di Ketentuan Umum sesungguhnya itu sudah mencakup itu semua dalam Pasal 1-nya point pertamanya bahwa memang devinisi ruang sudah mencakup demikian, oleh karena kalau tadi dari APPSI berpendapat bahwa ruang yang dirmaksud dalam Rancangan Undang-Undang ini belum mencakup pengertian ruang yang luas saya ,kira padahal apanya lagi begitu barangkali tolong di perjelas terkait dengan batasan ruang mana lagi yang belum tercakup dan pada aspek apanya lagi yang perlu diperjelas didalam Rancangan Undang-Undang ini, ini yang pertama yang ingin kami mendapatkan penjelasan lebih lanjut:

Kemudian yang kedua, usulan dari APPSI pun juga terkait dengan perlu adanya kejelasan lebih lanjut peran dan' kewenangan peran dari masing-masing strata ataupun kewenangan pada pemerintah kemudian provinsi, kabupaten/kota. Sesungguhnya dalam Rancangan Undang­Undang ini sekaligus sudah mendapatkan penjelasan yang memadai. Saya kira ada satu hal yang perlu kita ada penyamaan persepsi bahwa dalam pencermatan kami memang Rancangan Undang-Undang ini aqalah baru mengatur setandar norma ataupun guiden bagaimana membuat ataupun merencanakan tata ruang nasional, tata ruang provins , tata ruang kabupaten dan kota. Kita belum berbicara tata ruang, ini guiden bagaimana proses menyusun itu semuanya. Tentu dalam pengaturan kewenangannya sekalipun baru pada tataran normatifnya, menurut hemat kami berapa hal terkait . dengan pengaturan k:ewenangan baik untuk pemerintah, provinsi, kabupaten/kota sekalipun sudah sedemikian rupa diatur. Barangkali kami perlu penjelasan lebih lanjut kira-kira bagian. mana lagi terkait dengan kewenangan dan peran provinsi, kabupaten/kota yang ingin diperjelas ataupun bapak dan saudara sekalian punya pendapat lain ada kewenangan­kewenangan yang tumpang tindih, barangkali kami akan lebih senang ketika itu diperjelas pada pasal yang mana, papa yang mana dari kewenangan-kewenangan itu yang belum mendapatkan harapan dari teman-teman provinsi, kabupaten/kota.

Kemudian, demikian pula tadi ada usulan terkait dengan daerah khusus lbu kota ingin mendapatkan tempat tersendiri didalam Rancangan Undang-Undang ini, kami ingin juga mendapatkan penjelasan yang jelas dalam persepsi kami bahwa memang kita belum mengatur terkait dengan tata ruang nasional, belum, karena memang tata ruang nasional itu memang akan diatur didalam Peratwan Pemerintah, kalau kita berbicara ataupun mendiskusikan terkait dengan kewenangan tentu ki1ta akan berikan kewenangan yang sama kepada provinsi, kabupaten/kota yang ada di wilayah: nasional. Barangkali kalaupun itu ada harapan ada kewenangan tersendiri bagi DKI pada aspek mana kewenangan yang di inginkan secara khusus tadi itu. Barangkali ini yang kedua yang ingiri kami pertanyakan.

Kemudian yang ketiga, yang keempat pak, khusus yang mengatur terkait dengan tata ruang provinsi, jangka waktu di Rancangan Undang-Undang ini jangkau untuk tata ruang provinsi ataupun wilayah provinsi, kabupaten dan kota diatur yaitu 20 tahun dan dapat direvisi minimal sekurang-kurang dal:am lima tahun, kira-kira dalam pencermatan Bapak-bapak dan Saudara­saudara sekalian jangka waktu penyusunan tata ruang untuk provinsi, kabupaten dan kota apakah jangka waktu ini relatif memadai, kurang ataupun bagaimana?

ARSIP D

PR RI

Page 16: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

lni berapa hal yang barangkali kami ingin mendalami, perjelas dari apa yang tadi di presentasikan tadi. Demikian Pimpinan!

T erima kasih Wassalaamu'alaikum wr. wb.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih. Saya perlu memperkenalkan kembali satu anggota yang kebetulan baru datang beliau ini

aktor kita dari Papua, Bapak Pendeta, silakan!

F·PDS (PASTOR SAUT M. HASIBUAN): Terima kasih Pimpinan. Saya sudah dikenal tadi sudah salam-salaman tapi saya ulangi lagi nama saya Pastor

Saut M Hasibuan dari Fraksi P-DS, selamat datang bapak-bapak dan lbu kiranya sumbangsih dari hadirin yang saya hormati bermanfaat untuk Penataan Ruang ini ke depan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih pak. Silakan Pak Afni! Bersiap-siap Pak Nusyirwan!

F·PAN (AFNI ACHMAD): Terima kasih Pak Ketua. Para hadirin sekalian, terutama anggota Pansus Assa/aamu'alaikum wr. wb. Ada dua hal yang menarik buat saya, yang pertama soal ibu kota negara. Yang kedua,

soal sampah Pak. Menurut beberapa pemikir bahwa sebenarnya ibu kota negara kita ini sudah pada situasi

yang tidak mungkin lagi bisa dikembangkan, karena di ibu kota negara ini telah bertumpuk begitu banyak fungsi, satu fungsi pemerintahan nasionall, satu fungsi pemerintahan provinsi. Oleh sebab itu, apapun terapi yang digunakan untuk OKI rasanya akan muskil dilaksanakan dan di banyak negarapun ketika ibu kota awalnya itu berkembang sedemikian rupa, maka secara bertahap mulailah dipikirkan untuk membuat ibu kota hanya khusus untuk kepentingan nasional. Jadi tumpukan fungsi itu bisa kita ceraikan, sehingga dengan demikian tidak akan menimbulkan masalah-masalah yang cukup banyak. Terakhir mungkin kita dengar apa yang terjadi di Malaysia maupun di Myanmar. Pertanyaan saya adalah apakah sudah saatnya kita memikirkan suatu ibu kota selain di OKI ini, karena kalau dipaksakan terus-menerus, maka jalan apapun yang keluar kita tidak hanya menemukan benang kusut. Dan ibu kota yang baru itu nanti hanya memfasilitasi hal­hal yang bersangkut soal-soal ke pemerintahan pusat, misalkan politik nasional, dimana di situ ada istana negara, ada parlemen, ada duta-duta besar, mungkin ada perekonomian nasional kebijakan, jadi tidak menyangkut soal menyangkut pariwisata, Jakarta ini luar biasa semuanya ada di sini, begitu bertumpuk, sehingga kemudian sangat rentan, sangat sensitif. Bayangkan kalau ada orang bertumpuk di suatu tempat begitu banyak, maka rasanya perdamaian susah kita temukan kecuali di Mekah. Di Mekah empat juta orang bisa berdamai semua itu, tetapi saya tidak menemukan di dunia ini ada pertemuan yang begitu banyak orang yang bisa damai pasti ada terjadi pertikaian­pertikaian. Nah, oleh sebab itu, mungkin pertanyaan saya apakah sudah saatnya kita memikirkan suatu ibu kota yang lain misalkan Banten karena itu lintasan laut internasional.

Yang kedua, soal sampah, kita semuanya heboh soal sampah ini, yang terakhir kita dengar di Bandung. Seharusnya mungkin kita mengkaji ulang cara kita mengolah sampah ini. Sampah produk individual, tapi atas nama organisasi, atas nama kemajuan, atas nama macam­macam, maka kita kumpulkan dia jadi satu. Ketika pengumpulan sampah yang produk individual itu kita punya masalah, kita mobilisasi sampah itu untung hanya sampah dimobilisasi, bayangkan kalau kita mobilisasi pula kotoran manusia, kita hanya membuang·-buang uang, kita hanya urusan­urusan yang sebenarnya tidak perlu uang keluar. Oleh sebab itu, rnungkin kedepan perlu dipikirkan bahwa sampah produk individual dilenyapkan di individu seperti jaman dulu. Mungkin jaman dulu mungkin karena lahannya luas masih ada pekarangan untuk mengubur sampah atau membakar sampah, tapi dengan kemajuan teknologi, apakah kita tidak bisa menciptakan suatu teknologi

16

ARSIP D

PR RI

Page 17: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

dimana sampah pribadi bisa dihabiskan dirumah itu masing-masing, karena salah satu syarat pembangunan perumahan misalkan ada satu teknologi atau persyaratan yang harus bisa melenyapkan sampah itu sendiri, sehingga ini tidak menjadi masalah yang menghebohkan kita dan tidak perlu. Dan yang kedua, mungkin juga kita harus memikirkan serapan air, rahmat Tuhan dalam bentuk air itu kita buang percuma kelaut, padahal membuat air laut menjadi air tawar itu ongkosnya mahal. Nah, sekarang rumah kita kita beton, sehingga airnya terbuang percuma. lni juga harus dipikirkan didalam upaya penghematan sumber daya alam ini agar setiap rumah juga bisa menyerap air. Nah, merombak cara berpikir ini saya pikir tidak: mudah, ini juga merombak cara berperilaku. Jadi menurut hemat saya berhentilah berpikir menggendalikan sampah dan mengumpulkan sampah tapi pikirkanlah bagaimana menghancurkan sampah disetiap rumah, tidak perlu kecerdasan menghadapi masalah ini. Di dalam keadaan krisis kita tidak boleh selalu berpikir normatif, kita harus berpikir kritis dan kreatif. Dan sekarang kita sudah kritis sudah saatnya berpikir normatif.

Terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

KETUA RAPAT: Baik, Terima kasih Pak Afni. Saudara Ketua ADEKSI dan APPSI, saya perlu informasikan bahwa selama RDP maupun

RDPU kita lakukan, kita ditemani kesetiaan yang luar biasa dari Kementerian Pekerjaan Umum, di sini ada hadir Saudara Dirjen Tata Ruang, saya kira perlu kita perkenalkan, Saudara Dirjen dan seluruh stafnya. Silahkan Pak Nursyirwan!

F·PDIP (NUSYIRWAN SOEJONO): Terima kasih Pak Ketua! Bapak-bapak dari Asosiasi Provinsi dan DPRD. Sederhana, singkat sekali. Saya ingin menggabungkan antara apa yang disampaikan

ADEKSI dan APEKSI, Jadi ADEKSI itu menyampaikan di Pasal 38 ayat (2), kemudian juga ayat (3) ini berkaitan dengan sanksi. Sepertinya di Pansus kalau tidak salah kita mencatat hampir sebagian besar ingin meningkatkan kelasnya menjadi sanksi tidak hanya sanksi administratif, itu terlihat pada tanggapan fraksi-fraksi yang ingin naik kelas menjadi pidana, hanya ada catatan ini kan yang dikenakan pidana ini siapa? lni kan yang memberikan keputusan-keputusan, kebijakan-kebijakan terhadap pemanfaatan ruang, itu siapa? Nah, di sini ada sal:ah satu bapak kita, bapak dari Tata Kata, mungkin Bapak bisa menyampaikan sedikit berkaitan dengan Tata Ruang Wilayah 2010, ini sedikit flash back tapi sebagai catatan kita. Kira-kira sampai dimana pak, pengendalian tata ruang nasibnya yang 2010, karena kalau sanksi ini naik kelas menjadi pidana, pengalihan fungsi itu nah Bapak Tata Kotalah yang akan dipanggil gedung bundar Pak, kan begitu pak? Jadi ini ballasa terang-terangan sajalah supaya kita tidak pusing-pusing. Pasal-pasal ini tadi kaitannya juga dengan yang terhormat dari rekan-rekan kami dari DPRD di daerah, karena ketentuan-ketentuan itu kan berjenjang. Untuk yang di pusat mengurusi UU-nya, di Provinsi itu ada Perda, yang melegalisir tata ruang provinsi, kemudian juga untuk kabupaten/kota di DPRD Tingkat II, kan begitu pak? Nah, untuk itulah, sebetulnya niat luhur untuk kita menegakkan penyimpangan­penyimpangan untuk tidak terjadi lagi, itu tentunya ketentuan di hasilkan di dalam setiap institusi yang berjenjang dari mulai atas sampai kebawah ini tadi. Tadi yang pertama saya hanya ilustrasi saja pak. Yang 2010 itu apa ya masih bertahan atau defiatif mungkin tadi bapak menyampaikan prosentase ruang terbuka, apa betul angka 2010 itu bertahan dengan prosentase seperti yang direncanakan semula dimana alih fungsi itu kan keluarnya dari Tata Kata bapak? lni yang pertama, jadi bukan berarti kita menjadi surut keinginan ini tadi, tapi kita perlu harus konsisten dengan apa yang ingin kita sampaikan, banyak sekali ketentuan turunan yang tidak dibuat atau bahkan belum dilakukan oleh tingkat kabupaten/kota. Sebetulnya seperti rekan saya tadi bapak Hakim menyampaikan apa sebetulnya UU yang dibicarakan ini? Muatan substansi kerangkanya, tapi sebetulnya implementasinya ada di kabupaten/kota.

Yang kedua pak, ini sebetulnya saya berharap dari Megapolitan JABODETABEK, saya berharap bahwa ini bisa menjadi pencerahan untuk ini bisa diselesaikan dalam Rencana Undang­Undang Penataan Ruang ini, karena megapolitan itu kan tidak selalu indentik dengan Jakarta, betul ya Pak Dirjen ya? Megapolitan itu kan bisa terjadi di Surabaya, di Medan, sehingga pikiran kita ini selama ini selalu Megapolitan itu Pak Sutiyoso, Megapolitan itu DKI, kalau saya tidak salah

17

ARSIP D

PR RI

Page 18: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

memahami pemahaman Megapolitan itu kan bisa kemana-mana, nah itu sebetulnya bisa dijawab dengan Tata Ruang ini, kalau saya salah mohon bapak koreksi pak. lni sebetulnya DKI bisa menjadi pioner untuk menjelaskan apa itu sebetulnya Megapolitan untuk bisa kita transfer ke dalam RUU ini, ini pendalaman yang memang adalah di sini di point ke-4, saya bisa ngerti, tapi mungkin lebih gambarannya dengan peta tadi, bahwa ini ada file bagus ini saya pil<ir, diperlukan aturan yang jelas untuk memadu serasikan rencana tata ruang antara wilayah, tata ruang antar wilayah guna menjamin kontinuitas jaringan prasarana utama makro pengembangan jenis kegiatan yang dominan terutama pada kawasan yang memiliki dinamika perkembangan yang tinggi seperti Megapolitan JABODETABEK. Jawaban sampah itu sebetulnya bisa dijawab dengan ini sebetulnya pak. Kan sampah tidak hanya terjadi di Jakarta, Bandungpun Bapak Presiden yang terhormat, maaf sudah sampai ngancam, itu sebetulnya kareria tempatnya lokasi TPA itu juga masing-masing tidak bisa damai kan begitu. Jadi sama saja mungkin dari legislative Tingkat II kabupaten/kota dimanapun dibumi nusantara ini bisa terjadi bahwa dia tidak bisa menampung kebutuhannya sendiri harus ke wilayah tetangga, ini sebetulnya dengan yang diistilahkan di sini memadu serasikan rencana tata ruang antara wilayah apabila saya meminjam istilah dari Bapak dari Tata Kata, jadi dua catatan saja pak yang berkaitan dengan sanksi kemudian juga pemahaman berkaitan dengan Megapolitan JABODETABEK.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, sebelum saya lanjutkan satu anggota lagi baru hadir, silakan Pak Soeharsojo, beliau

ini salah satu pimpinan pansus DKI Pak. Silakan pak perkenalkan diri!

F·PG (H. SOEHARSOJO): Terima kasih Pimpinan. Nama saya Soeharsojo dari F-PG dan hari ini memang harinya Pansus jadi ke sana ke

mari ada tiga Pansus, jadi mohon maaf terlambat. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, T erima kasih pak. Silakan Pak Wahyudin! Siap-siap Pak Husein Abdul Azis!

F·PKS 0/'JAHYUDIN MUNAWIR): Terima kasih Pimpinan. Assa/aamu'alaikum wr. wb. Saya Ir. Wahyudi Munawir dari F-PKS, belum meperkenalkan diri sedang keluar tadi.

Kenyataan beberapa waktu yang lalu TPST Bojong ramai, setelah diselidiki ternyata Kabupaten Bogar merubah tata ruangnya, kemudian juga Bandung tidak jauh berbeda, ada beberapa hal contoh yang lain Sumedang juga, Jatinangor yang peruntukan untuk daerah pendidikan sekarang sudah berdiri mall-mall banyak sekali. Kalau kemudian kita berhasil merumuskan RUU Tata Ruang ini dan kemudian ada suatu proses yang berkelanjutan penyesuaian-penyesuain terhadap tata ruang ini dari mulai tata ruang nasional, tata ruang provinsi kemudian daerah. Kira-kira bagaimana kita menyelesaikan permasalahan ini, bangunan-bangunan sudah banyak yang berdiri tetapi s.udah tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Kira-kira bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ini. Sebetulnya ini juga sangat realistis. Tentu saja nanti kita juga akan merumuskan tentang sanksi­sanksi, ini akan berkait dengan bagaimana kira-kira sangsi yang paling nyaman enak untuk semuanya tetapi undang-undang tegak. Bagaimana kita mencoba merumuskan itu. Barangkali ada masukan dari ADEKSI, APEKSI, terima kasih banyak.

Assalaamu'alaiukum wr. wb.

KETUA RAPAT: Yang terakhir Saudara Husein Abdul Azis, silahkan!

F-PD (HUSSEIN ABDUL AZIZ): Terima kasih Pimpinan. Assalaamu'alaikum wr. wb.

18

ARSIP D

PR RI

Page 19: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

Selamat sore dan salam sejahtera untuk kita semua. Para tamu kami yang kami hormati, Pak Tinggogoy dan Pak Babay dan beserta jajaran Rekan-rekan Anggota Komisi V yang berbahagia sore hari ini serta para hadirin yang kami

hormati. Menarik tadi yang diutarakan Pak Babay dari AOEKSI khususnya mengenai tata ruang

untuk provinsi OKI Jakarta Pak, kebetulan kami dengan Pak Harsojo dan Pak Rendy itu adalah anggota dari Pansus mengenai Pemerintahan Provinsi OKI Jakarta, salah satu Pimpinan. Pak Babay tadi Bapak utarakan bahwa OKI Jakarta ini harus dilakukan secara husus karena selaku ibu kota negara seperti itu. Perlu kami tambahkan informasi buat Bapak sekalian dan kami perlu juga minta masukan-masukan kaitannya dengan Pansus Tata Ruang yang sekarang bicarakan di sini. Semula Pansus DKI itu berjudul RUU tentang Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, waktu itu banyak tentangan-tentangan hususnya dari teman-teman hususnya dari daerah tetangga, yaitu dari Jawa Barat dan dari Provinsi Banten, seolah-,olah OKI Jakarta ingin mencaplok daerah-daerah yang berdekatan dengan DK! Jakarta, tapi ketika kita informasikan bahwa RUU tentang Pemerintahan Pronvinsi OKI Jakarta itu kita rubah yaitu rencananya adalah menjadi RUU tentang ibu kota negara, maka sudah merupakan kewajiban bagi kita semua untuk mendukung RUU tentang ibu kota negara ini. Akhirnya kedua Provinsi itu mendukung apa yang kita usulkan seperti itu. Untuk itu, Bapak-bapak sekalian yang kami hormati tolong berikan masukan-masukan berupa pasal-pasal barang kali husus untuk !bu Kata Negara Republik Indonesia ini, yang berkaitan dengan tata ruang yang sekarang kita sedang bicarakan, sebagai contoh kami harapkan agar supaya !bu kota negara ini mempunyai tata ruang yang terpadu dengan daerah-daerah tetangganya. Nah, itu kami minta masukan-masukan terutama dari Pak Babay dan Pak Tinggogoy ini yang berkaitan langsung dengan provinsi dan berkaitan langsung dengan anggota legislatif tingkat provinsi. Jadi yang kami harapkan masukan-masukan dari Bapak untuk tata ruang yang ada kaitannya dengan ibu kota negara.

Yang kedua, Bapak/lbu sekalian, Tadi memang menarik apa yang kita bicarakan mengenai sampah yang ada kaitannya

juga dengan tata ruang dan ini merupakan problem dari kota-kota besar pak, bukan hanya OKI dan Bandung saja, jadi kota-kota besar saya melihatnya ini merupakan program daripda kota-kota bersar yang tadi saya sebutkan. Memang tadi sudah Pak Afni katakan bahwa hendaknya ada jalan keluar salah satunya adalah menangani sampah itu secara individual juga, jadi tiap rumah barangkali ada peralatan untuk menghilangkan sampah itu sehingga tidak bertumpuk seperti yang kita lihat sekarang di Bandung dan di OKI Jakarta. Kalau perlu ya ini khusus masalah sampah ini dalam masalah Tata Ruang yang akan kita bicarakan disini kami juga perlu masukan-masukan dari bapak barangkali apa perlu kita buat insenerator, insenerator itu ya Pak Gogoy pasti barangkali sudah pasti tahu bahwa ya sampai dengan ke tingkat RT/RW kita adakan satu unit insenerator di tingkat RT umpamanya. Nah, itu khusus untuk sampah-sampah yang di tingkat RT itu ditangani oleh RT tersebut, jadi kita pasang satu insenerator yang bentuknya adalah package. Jadi barangkali seandainya itu kita masukan khususnya untuk kota-kota besar kita masukan ke dalam salah satu pasal barangkali masalah sampah yang sekarang kita alami bersama ini sudah agak sedikit ketemulah solusinya seperti itu.

Sementara demikian pak, terima kasih pimpinan. Wassa/aamu'alaikum wr. wb.

WAKIL KETUA (H. M. SYARFIE HUTAURUKIF·PG): Ketua!

KETUA RAPAT: Ya, silakan!

WAKIL KETUA {H. M. SYARFIE HUTAURUK/F·PG): Sengaja saya pindah supaya jangan diprotes. lni sekedar informasi saja Pak Tinggogoy

sama AOEKSI, APPSI, apa yang disampaikan oleh mewakili ADEKSI tadi memang disambung tidak hanya sebatas pada pimpinan AOEKSI, tapi juga mungkin anggota-anggota AOEKSI yang lain, karena kami melihat pembahasan RUU Penataan Ruang ini cukup harus melibatkan sernua pihak tidak sembunyi-sembunyi dan kita sudah melakukan seminar, dan ini masukan-masukan yang terjadi apalagi hari ini kami cukup baru kali kita juga dengar ada ruang bawah Jaut dan ada

19

ARSIP D

PR RI

Page 20: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

ruang bawah tanah, kan gubernur, Bapak kan akan membuatkan subway kemudian juga ada diantara tanah dan udara itu monorel. Oleh sebab itu, ini masukan yang cukup, karena ini jangan nanti ada komplain di kemudian hari dan ini akan diperuntukan bagi semua tentunya nanti asosiasi pemerintahan provinsi semua gubernur akan memakai Tata Ruang melalui Perda, Pemerintah Kabupaten ada Perda-nya tentang Tata Ruang, Provinsi juga begitu. Oleh sebab itu, memang dalam waktu dekat mungkin bulan ini Pansus ini akan melakukan dialog dan sosialisasi ke daerah masing-masing di situlah anggota ADEKSI, APEKSI, dan APPSI akan terlibat langsung di bawah ada wilayah Jawa, ada wilayah Kalimantan, ada Wilayah Sumatera. Nah, oleh sebab itu, mungkin informasi ini kami sampaikan dalam rangka untuk menghadiri pertemuan-pertemuan itu, sehingga tidak hanya sebatas substansi, di sini mungkin sekaligus nanti substansi catatan juga di informasikan ke Anggota, Bapak-bapak, baik asosiasi pemerintahan Provinsi, asosiasi DPRD Provinsi, maupun Asosiasi DPRD Kabupaten, maunpun kota seluruh Indonesia. Datang ke pertemuan ada di Bandung, kemudian ada di Surabaya, sehingga dimasukan beberapa usulan, sehingga dengan demikian minimal sempurna itu adalah punya Tuhan, minimal kita mendekati kesempurnaan, sehingga dengan demikian seperti sanksi itu hampir semua yang kita lakukan RDPU Pak, memintakan sanksi bukan hanya masyarakat pemakai Tata Ruang, tetapi Pemerintah yang melakukan pemberian ijin tidak sesuai dengan UU Tata Ruang ada hukumnya, kita sepakat itu. Saya pikir ini Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, kebetulan baru datang lagi dua Anggota Pak, beliau ini kader-kader Golkar jadi tidak

tahu yang satu lari ke man a, tapi nanti kita jelaskan. Silakan Pak Bomer yang pertama!

F-PG (BOMER PASARIBU): Saya Bomer Pasaribu dari PG, daerah pemilihan Sumatera Utara Ill. Hanya

memperkanalkan saja kan? Terima kasih.

KETUA RAPAT: Ada sesuatu yang lain?

F-PG (BOMER PASARIBU): Sesuatu yang lain, satu saja. Baik, tadi kami sebetulnya ada general check up, kemudian ada rapat yang lebih penting

bukan penting kami hadiri sebentar dan kami ajak kader Golkar yang lain ke sini, kader Golkar dari Demokrat maksudnya, sifat Golkar itu sebenarnya ada di mana-mana dan istilahnya satu, berkarya saja. Jadi, kalau PDIP boleh, asal berkarya saja pada pemilihan umum, berkarya di luar pemilihan umum, berkarya sebetulnya itu saja sebenarnya.

Ketua, saya ingin satu saja yang tadi Pak Syarfie melanjutkan. Di dalam RUU tentang Kewarganegaraan ada terobosan baru yang saya kira minggu depan sudah akan final tingkat pansus dimana sanksi tidak hanya diberikan kepada seseorang yang berasal dari unsur masyarakat, tetapi secara lebih spesifik tidak hanya seseorang, seseorang bisa darimana saja bisa masyarakat, bisa unsur pemerintah, unsur mana saja, tapi diberikan sanksi itu, beliau ini masih Gubernur, kalau model Amerika saya dipanggil. Jadi itu diberikan sanksi kepada pemerintah, sanksi itu ada dua, sanksi yang bersifat administratif, bahk.an sanksi ancaman pidana. Kedua, dengan ad an ya sanksi kepada yang bersangkutan terhadap mereka yang melayani. Maka si korban karena harusnya dilayani tidak mendapatkan misalnya kewarganegaraan itu dia tetap diberikan peluang, artinya dia tidak boleh korban. Jadi barangkali sud ah waktunya mernang pemerintahpun harus kita berikan sanksi itu, karena ternyata terlalu banyak UU saya pimpinan di Sadan Legislasi. Terlalu banyak UU yang kesalahannya tidak biisa dipresentasikan dengan baik dan benar ad al ah pada lingkungan yang harusnya menegakkan itu pemerintah. Jadi saya pikir kita cobalah mungkin dalam UU ini hal semacam itu walaupun tentu sangat selektif.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, Silakan Pak Maruahal!

20

ARSIP D

PR RI

Page 21: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

F-PD (MARUAHAL SILALAHI): Terima kasih Pimpinan. Saya sekarang memang Partai Demokrat, nama Maruahal Silalahi, sekarang sudah Partai

Demokrat dari Pemilihan Sumatera Utara Ill, sangking demokratnya kita memang di Tata Ruang ini mencakup seluruhnya, jangan hanya tata ruang yang selama ini kita kenal dengan land basic, untuk itu, saya tadi lebih duluan membicarakan sebagian dari tata ruang yaitu hutan untuk membasmi illegal logging.

T erima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT: Baik, tidak ada lagi pertanyaan? Silakan Pak Pastor!

F-PDS (PASTOR SAUT M. HASIBUAN): Sedikit saja, melalui Pimpinan, kami mau menyampaikan kepada lbu/Bapak yang

memberikan presentasi hari ini karena di dalam UU Nomor 32 memang disebut bahwa eksekutif dan DPRD itu disebut pemrintahan daerah. Nah, sehubungan dengan itu, maka Bapak-bapak kalau boleh datang lagi, diundang lagi untuk mempresentasikan setelah mempresentasikan hari ini, karena kami menganggap ibu/bapak sangat berkepentingan dalam Penataan Ruang ini, jadi belum cukup apa yang telah disampaikan pada hari ini, kalau berkenan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih.

F-KB (H. M. DACHLAN CHUDORI): Terima kasih bapak-bapak yang saya hormati. Ketika kita menerima draft RUU Penataan Ruang kitapun juga menerima Naskah

Akademiknya. Ketika menerima Naskah Akademiknya kitapun juga menerima Rencana RPP-nya bukan hanya satu bahkan ada tiga. Oleh karena sampai tebalnya itu sekian, oleh karena itu, saya mengharapkan sebaiknya bapak-bapak itu dibagi itu, kalau sudah dibagi barangkali akan lain saran yang akan disampaikan kepada kita, ini sa{an saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih. Sekedar informasi bahwa memang rencananya kami akan turun ke tiga wilayah jadi

wilayah barat, timur, dan tengah. ltu mungkin langsung akan melakukan kunjungan lapangan langsung berkisar tanggal 22 sampai 30, itu ada daerah Sulawesi, Maluku, dan seterusnya, daerah Jawa, NTT, Bali, dan daerah Sumatera. lni sekedar infromasi.

Baik, silakan pak! Untuk diberikan pendalaman, saya persilakan kepada APPSI!

SEKJEN APPSI (FERY TINGGOGOY): Terima kasih Bapak Pimpinan. Banyak sekali pertanyaan tentunya kami tidak akan satu persatu dijawab, tetapi mungkin

secara umum. Memang kami juga pada waktu akan menyusun tanggapan mempertanyakan Naskah Akademiknya dimana? Karena itu kami mempertanyakan apakah kegagalan, apakah keberhasilan, mengapa? Karena meraba-raba ya inilah pertanyaan yang kami sampaikan, karena kalau ada Naskah Akademik kita akan bisa melihat UU Nomor 24 Tahun 1992 apa keberhasilannya? Apa kegagalannya, lessonlern yang bisa kita ambil dari sana, tentunya itu mesti ada dalam Naskah Akademik. Nah, karena tidak ada yang sama-sama buta kita, yang pertam21-tama kita terus lihat ada tidak wilayah kita termasuk dalam dalam UU tidak ada Pasal 18 yang berbicara tentang Otonomi Daerah. Padahal di dalamnya sudah dikatakan ada wewenang provinsi, kabupaten/kota, tapi cantolan untuk di daerahnya tidak dikaitkan. Begitu juga kami mempertanyakan UU sekarang yang menjadi ada UU sektoral dan ada yang dikatakan UU yang menjadi UU inti adalah UU Otonomi Daerah. Dimana pada Pasal 237 UU Otonomi Daerah disitu mengatakan UU lain yang belum selaras dan sejalan dengan UU ini agar diselaraskan dengan UU Otonomi Daerah. Sebab itu, kami juga mempertanyakan kalau ini juga berbicara masalah nasional,

21

ARSIP D

PR RI

Page 22: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

kabupaten, dan kota kan sebaiknya, UU masalah Otonomi Daerah itu jadikan juga landasan, kalau landasannya sudah tidak kena kemudian isinya itu kemudian bagaimana? Apakah itu akan berbicara atau tidak. Dan a/hamdulillah di dalamnya sud ah berbicara tentang itu, tetapi baru mengatakan perencanaan-perencanaan. Jadi akhirnya terus terang kami bertanya dari tahun 1992, 2006 itu perencanaannya bagaimana itu? Keberhasilannya di mana? Kegagalannya di mana? Sehingga sudah harus disempurnakan lagi. Walaupun memang kami menyadari seperti kami katakan tadi. Dulu Tahun 1992 barangkali baru 150 juta penduduk Indonesia, sekarang sudah akan masuk 230 juta tentunya perkembangan-perkembangan manusia, ilmu pengetahuan, teknologi dan apalagi perubahan yang sangat mendasar dari sentralisasi menjadi desentralisasi berubah betul, maka tingkat laku manusia ini juga berubah, tingkah laku raja-raja kecil di daerah juga berubah.

Jadi Bapak-bapak sekalian, secara teknis nanti ada dewan pakar akan menjelaskan. Adapun yang akan kami katakan masalah DKI sebenarnya bukan daerah kota DKl-nya pak ya yang jadi masalah, yang jadi masalah kami minta dikaitkan, karena harus ada pusat pemerintahan negara di mana sebenarnya? Di Rawamangun ada, di daerah Kota yang lama ada, di Menteng ada, ini terpencar-pencar di mana-mana ya. Padahal tentunya kan kita mengharapkan dapatkah melalui UU ini atau RULi ini sudah mulai digambarkan bahwa kita membutuhkan suatu pusat pemberitaan negara dimana? Ditinjau dari populasi, ditinjau dari geografi, ditinjau dari segala macam, nah kalau berbicara daerah cadangan-cadangan Pak Mangindaan pakarnya ini pak, karena beliau TNI semua harus punya cadangan, kecuali satu istri tidak boleh ada cadangan. Nah kalau OKI ini terjadi apa-apa mau pindah ke Jogya lagi, Jogya sudah ada gempa bumi, jadi pindah ke Menado Pak Mangindaan jadi Gubernur jadi disana itu mau? Jadi ini sebenarnya yang ingin kami ingin katakan alangkah baiknya, kalau ibu kota negara juga dengan kriteria-kriteria tertentu kita masukanlah di sini, karena ini kepentingan bangsa kok, ibu kota negara bukan hanya kepentingan OKI, bukan hanya kepentingan Sutiyoso, Sutiyoso satu tahun lagi akan berakhir Pak, akan ada Sutiyoso baru. Mungkin ada dari teman-teman yang ingin mencalonkan OKI 1 terbuka peluang, Golkar jangan ketinggalan Pak, kami himbau pak, harus ada calon Golkar lagi, mungkin Pak Pasaribu berminat saya jadi juru bicara juga bisa.

Bapak/lbu Sekalian. lni yang ingin kami sampaikan begitu juga kami coba mengingatkan bahwa di dunia ini

tempat yang strategis Pulau Biak hanya satu, padahal masa depan dunia sangat tergantung pada yang kita katakan satelit yang ada diangkasa, dan hanya satu dieman-eman sebagai gadis cantik jadi gadis pingitan ya masukanlah kesini supaya mulai jadi perhatian kita bahwa itu salah satunya tempat dunia yang diperebutkan oleh berbagai negara super power. Secara teknis Pak Silalahi silakan!

PAKAR APPSI (SILALAHI): Terima kasih, bapak sekalian yang saya hormati. Saya pikir ada satu masalah yang sangat prinsip, kalau saya bisa menyederhanakan

barangkali tata ruang yang kita anut sekarang kira-kira demikian bunyinya, tolong potret muka saya tahun 2026 sedangkan waktu dinamis, kalau demikian pasti k.alau muka saya di potret tahun 2006 tidak akan sesuai. Jadi barangkali yang perlu ditetapkan adalah hal-hal yang menjadi kepentingan umum yang tidak bisa berubah kapanpun diperlukan. Jadi oleh karena itu rencana itu sebenarnya paling tidak ada tiga unsur yang harus jelas, yang pertama, tujuan yang jelas yang ingin dicapai itu, kedua, titik tolak yang jelas untuk mencapai tujuan yang dikatakan oleh Sekjen tadi sistem informasi yang terus juga dinamis, jadi setiap saat kita mempunyai data sebagai titik tolak untuk mencapai tujuan, kemudian yang ketiga, adalah pedoman untuk mencapai tujuan ini supaya bisa terpadu jadi artinya harus sesuai dengan sistem pemerintahan, sistem undang-undang, sistem pendanaan, sistem imformasi, kemudian juga yang penting sekarang adalah kualitas daripada SDM. Nah kemudian kami juga melihat UU Nomor 24 Tahun 1992 kembali lagi yang dibuat itu adalah peta yang ingin kita capai tahun 2026 setiap 5 tahun bisa direvisi, setiap tahun bisa direvisi. Tetapi didalam kenyataannya pegangan-pegangan atau pedoman untuk mencapai tujuan itu tidak mantap, itulah yang menyebabkan kita tidak bisa mencapai, kalau ditanya misalnya tanah yang sesuai untuk hotel, kalau misalnya apakah hotel sesuai dipuncak gunung salak, sebenarnya sesuai tetapi syarat-syarat harus dipenuhi semua karena syarat-syarat itu mahal akhirnya dia turun tidak bisa disana kira-kira begitu, ini barangkali yang perlu diperhatikan, jadi pengamatan saya selama ini kenapa itu tidak bisa dicapai karena Rancangan Tata Ruang berupa peta yang

22

ARSIP D

PR RI

Page 23: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

·- - ·- ---~-------

dua dimensi itu yang hanya mencakup wilayah daratan dibuat dalam yang saya katakan tadi potret DKI tahun 2010 kira-kira demikian itu. Nah, boleh-boleh saja demikian tetapi harus ada pengamatan. Salah satu kelemahan kita setiap tahun misalnya berapa banyak ruang yang berubah, tanah yang berubah akibat pembangunan tidak pernah dilakukan. Neraca ruang, neraca pertanahan setiap tahun tidak pernah dibuat. ltu barangkali yang perlu kami sampaikan ada yang sangat mendasar jadi peta tata ruang itu sebagai tujuan atau sebagai alat pencapai tujuan, kalau menurut dari segala literatur yang saya baca pertama-tama supaya bisa tata ruang itu sebagai sarana ya sebagai alat kita pasang tujuannya titik tolaknya se'lalu berubah dan jelas dan pedoman untuk mencapai tujuan itu juga jelas. ltu barangkali yang paling prinsip yang perlu kami sampaikan.

Kemudian yang berikutnya, kalau kita lihat pada 24 Tahun 1992 yang lalu tata ruang nasional belum pernah di1susun provinsi, kabupaten baru kemudian ada rencana detail. Yang menjadi masalah sebenarnya adalah ketika pembangunan itu mau sampai ke ruang itu. Nah, ini yang tidak bisa kita kendalikan tadi sudah bagus ada sanksi kepada individu yang melanggar, kepada pemerintah barangkali itu sudah satu kemajuan yang sangat pesat. Kemudian saya sangat sependapat mengenai soal sampah barangkali memang harus ditangani secara individu barangkali ini yang perlu disuluh.

Saya ada membaca satu buku karangan salah satu Profesor Belanda dia katakan begini, "Belanda itu bisa menjajah kita 350 tahun, itu hanya dua data yang harus selalu akurat, pertama adalah data manusia seluruh aspek, sehingga kemanapun Si Pitung akhirnya bisa ketangkap. Ke manapun Si Pitung lari bisa ditangkap, karena kepala desa, kepala adat segala macam itu sudah menjadi kaki tangan Belanda, jadi data itu satu .. Kemudian data mengenai tanah atau sumber daya karena diperlukan untuk pajak, jadi mereka bisa menjajah kita dengan kedua data itu, tapi setelah kita merdeka kita bermain-main dan tidak serius mengurus data ini sebagai titik tolak pembangunan. Saya rasa yang paling sangat prinsip saya melihat rancangan baru tidak berubah dengan yang lama, pertanyaannya apa prodak daripada rencana tata ruang ini peta atau prosedur, itu yang barangkali perlu dijawab. lni yang bisa saya sampaikan.

Terima kasih. Masih ada OKI yang menyangkut OKI Pak!

KETUA RAPAT: Baik, lima menit Pak, karena waktu kita sampai jam lia. Silakan Pak!

APPSI OKI JAKARTA (AGUS SUBAROONO/T ATA KOTA OKI): Saya coba menjawab yang ditanya oleh Bapak Abdul Hakim mengenai ruang bagaimana

ruang lebih lanjut ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara itu bukankah sudah bisa mengakomodir semua? Nah, ini yang mungkin karena didalam penjelasannya juga kami belum mendapatkan suatu penjelasan yang tuntas mengenai ini, sehingga kami kemudian mengusulkan adanya tambahan mengenai ruang reklamasi kaitannya tadi adanya suatu perubahan semula sebagai ruang lautan kemudian berubah menjadi ruang daratan, nah itu kelihatannya di sini kami menilainya perlu itu di masukan kedalam RUU ini.

Kemudian, juga yang kaitannya dengan ruang bawah tanah, nah itu apa penegertiannya, apakah itu bagian dari ruang daratan atau perlu perlakuan khusus, sehingga dia harus diberikan suatu tempat tersendiri sebagai ruang bawah tanah, karena ruang bawah tanah ini perkiraan kami dikemudian hari ini akan menjadi sangat penting tadi selain salah satu contohnya untuk mengakomodir pengembangan transportasi juga di bawah kita ini diwaktu yang akan datang ini kan akan semakin banyak utilitas-utilitas baik itu lintas kota dan sebagainya itu yang akan menempati ruang-ruang dibawah tanah ini, nah ini belum ada aturannya sampai seberapa ruang di bawah tanah ini bisa kita eksploitir. ltu makanya kami mengusulkan itu bisa dimasukkan, karena di masa depan ini akan sangat mempunyai pengaruh yang penting.

Kemudian saya mencoba menjawab yang ditanyakan oleh Suwardi mengenai pengendalian pengalihan fungsi ruang di DKI Jakarta. Sesuai dengan Perda Nomor 6 T ahun 1999 setiap pengalihan fungsi lahan di Jakarta itu seluruhnya harus seijin Gubernur, jadi tidak diperkanankan adanya satu dinas yang melakukan pengalihan fungsi lahan ini semua harus seizin dan sepengetahuan dari gubernur dan kami di OKI sesuai dengan Perda juga sudah ada pasal yang menetapkan ruang terbuka hijau itu sama sekali tidak boleh dialihkan fungsinya, jadi sekarang ini malah kami berusaha untuk mendapatkan ruarig terbuka hijau baru di lahan-lahan yang peruntukannya nonhijau, itu yang kami memperolehnya untuk mengejar target yang dalam rencana tata ruang kami ada 13% dari luas area kola Jakarta. Memang itu sangat berat, tapi kami

23

ARSIP D

PR RI

Page 24: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

selalu upayakan hal itu supaya terjadi, karena memang itu yang diamanatkan di dalam RTRW-nya, mungkin itu yang bisa saya jawab.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih dari APPSI. Silakan dari ADEKSI!

KETUA ADEKSI (BABA Y SUHAEMI): Teri ma kasih, sud ah diberikan kesempatan kepada kami dan mudah-mudah Bapak ... bisa

menjawab. Bapak Bomer Parasibu, saya Ketua ADEKSI Pak, kebetulan kader Golkar, karena Bapak dari Golkar baru, orang tua saya Golkar semua Golkar, jadi saya harus patuh sama orang tua pak. Mudah-mudahan tadi yang dari Nanggroe Aceh Darussalam katanya orang tuanya Golkar, tapi beliau bukan Golkar mudah-mudahan beliau masuk surga, karena tidak patuh kepada orang tua, ada tadi satu.

Baik pak, saya ingin menjawab ataupun ingin memberikan masukan tambahan kembali terkait beberapa pertanyaan-pertanyaan. Yang pertama, dari Bapak Abdul Hakim mengenai jangka waktu perencanaan di dalam tata ruang ini, menurut saya memang harus ada waktu Pak, ada waktu paling tidak 20 tahun, kenapa harus 20 tahun dengan diperlakukannya UU Nomor 32 tentang Otonomi Oaerah, kemudian UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, di mana walikota, gubernur, termasuk presiden harus menyusun RPJP, RJPMD, saya rasa di situ harus disinkronkan pak, karena di sana memuat tentang visi misi jangan sampai nanti ada gubernur, walikota baru, presiden baru yang akan menjadi presiden, menjadi walikota, menjadi gubernur menyusun visi, misi bertentangan dengan semua perencanaan itu. Jadi, harus ada sinkronisasi antara satu undang-undang dengan undang-undang yang lain sambil ini berbicara tentang tata ruang, berbicara tentang tata ruang berbicara juga tentang program, berbicara tentang rencana apa yang akan kita laksanakan ke depan. Jadi 20 tahun waktu yang menurut saya baik disesuaikan juga dengan sistem penyelenggaraan di negara kita ini, baik di tingkat pusat maupun di daerah, itu Bapak Abdul Hakim barangkali, karena itu tadi pertanyaan berlaku untuk ADEKSI.

Yang kedua, tadi dari Bapak Afni tentang ibu kota negara sampai beliau bertanya apakah sudah seharusnya, apakah tidak semestinya kita berbicara membicarakan tentang ibu kota negara, menurut saya sudah seharusnya Pak, bahkan bukan saat ini sesungguhnya dari dulu ketika negara ini didirikan pemerintah sudah berbicara tentang ibu kota negara tidak seperti sekarang amburadul, saya setuju dengan ibu kota negara atau persoalan pemerintahan ini ada di mana­mana, ketika ada demo sedikit, negara kacau bingung, negara harus berpikir sedemikian rupa, karena ada demo yang harus melewati berbagai kepentingan pemerintah. Menurut saya sudah seharusnya pak, bahkan di dalam UU tentang Tata Ruang ini sudah harus menjadi contoh atau model bagi semua penyelenggaraan pemerintahan daerah, ada pengaturan tentang bahwa ada wilayah untuk kantor pemerintahan yang didalamnya hanya tentang pemerintahan, seperti sekarang di semua Indonesia kantor pemerintahan dengan dunia perdagangan dan kantor-kantor lain jadi satu. Kita lihat kabupaten/kota, provinsi semuanya menjadi satu di situ, mall ada di situ, kantor ada di situ, terminal ada disitu dan lain sebagainya. Ke depan menurut saya sampai lagi tidak menutup kemungkinan bahwa akan timbul nanti provinsi baru, Kabupaten baru di negara kita ini, kenapa tidak kita atur dari awal seperti itu, sehingga nanti kalau ada kabupaten baru, kota baru, provinsi baru dia sudah menetapkan bahwa wilayah dalam sekian hektar atau sekian kampung ini, sekian wilayah ini, disitu adalah semua kantor pemerintahan bagi ibu kotanya, sehingga tidak masuk di situ ada pusat-pusat perbelanjaan yang merusak penataan dan mengganggu masyarakat untuk masuk akses ke pemerintahan itu.

Rancangan Undang-Undang Tentang Tata Ruang ini, kalau bisa menjadi model buat kita ke depan, seperti Depok, Bekasi tidak jelas, tadi kalau ada persoalan sedikit yang mengganggu jalannya pemerintahan yang terjadi di semua daerah di seluruh Indonesia.

Mengenai sampah Pak, sampah menjadi trouble, kenapa kami katakan ini juga harus menjadi turunan, menjadi pemikiran bagi UU ini, sebab sekali lagi ketidak berdayaan pemerintah ketika tempat itu jadikan pembuangan sampah. Saya rasa k.ita terlalu ego kalau berbicara mengatakan bahwa sudah seharusnya kita memikirkan sendiri-sendiri memikirkan tentang sampah. Mohon maaf pak, bukan hanya orang susah, bukan hanya orang bodoh, orang pintar

24

ARSIP D

PR RI

Page 25: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

sendiri ternyata tidak menyelesaikan sampahnya sendiri, bukan hanya kita anggota DPRD semua orang yang lebih pintar, ini terjadi Pak. Jadi saya rasa terlalu mimpi kita mengatakan bahwa soal sampah bisa diselesaikan diri sendiri. Di Depok, mohon maaf pak Afni, bukannya saya tidak setuju, karena apa yang kita bicarakan tentang bagaimana menyelesaikan sampah diri sendiri sungguh sangat luar biasa sulitnya. Di Depok sekarang ini Pak Nurmahmudi sedang mencanangkan tentang insenerator ada satu proyek di sana dikerjakan kita punya TP.6- 11 hektar yang kita kelola menjadi tempat pembuang akhir, dan menjadi trouble di sana masyarakat sebagian menolak dan sebagai menerima. Begitu kita hitung untuk membeli mesin dimana Depok sampahnya itu dalam kurun waktu tertentu 30 ribu meter kubik yang harus kita selesaikan dalam satu hari itu. Mesin yang sedang kita persiapkan itu hanya mampu menyelesaikan 30 meter kubik, sehingga kita butuh mesin sebanyak 100 unit, 100 unit mesin, 1 unit mesin harganya Rp450 juta, sehingga kalau kita butuh ditambah dengan biaya operasional dan ternyata dalam pengelolaan tetap masih membutuhkan tempat kurang lebih 2000 sampai 1000 meter kita membutuhkan anggaran biaya kurang lebih 65 miliar untuk membeli mesin itu. PAD Kota Depok Cuma 58 miliar, jadi sungguh sangat besar Pak, kalau memang sampah mau ditangani saya rasa pemerintah pusat harus bertikir itu dan anggaran lagi-lagi menjadi persoalan. Jadi tidak mudah, untuk itu lagi-lagi walaupun kita pergunakan mesin tempat ahir pembuangan sampah sungguh tetap dibutuhkan, tidak ada tidak ada tempat, tetap tempat itu dibutuhkan Pak. Kenapa saya katakan di sini harus ada kewibawaan dan ketegasan Pemerintah sehingga ketika Pemerintah butuh, di situ sudah dikatan bisa kita pergunakan untuk tempat pembuangan ahir sampah yang tetap di dalamnya mengayomi masyarakat di sekitar tempat ahir pembuangan sampah itu. lni yang perlu kami memberikan masukan lagi kepada Bapak sekalian yang berbahagia.

Kemudian yang selanjutnya mengenai sanksi, tadi juga dari Pak Afni masih bertanya tentang sangsi ataupun dari Bapak-bapak yang lain, menurut saya penting Pak sanksi ini diberikan bukan hanya oleh masyarakat atau perorangan, tetapi kepada pemerintah banyak kasus bupati, walikota melanggar RTRl/V dan lain sebagainya, demi kepentingan tertentu, tetapi tidak diberikan sanksi dan masyarakat tidak berdaya untuk melakukan sanksi itu, dan sanksi menurut saya bukan hanya persoalan administrasi, tapi kita harus berikan pidana, sehingga sekali lagi timbul kekuatan hukum pasti bagi UU yang akan kita perlakukan ini, jadi sanksi bukan hanya untuk administratif tapi juga harus pidana.

Kemudian untuk daerah, sanksi pidana dituangkan dalam bentuk Perda, sehingga semakin kuat, ini barangkali yang ingin kami tegaskan kepada bapak-bapak yang berbahagia. Dan siapa yang diberikan sanksi kalau ketika pemerintah daerah ya tadi ketika Bupati yang memberikan izin sesungguhnya itu melanggar sesuai dengan UU, maka bupati itulah yang harus diberikan sanksi ataupun sebaliknya gubernur mfsalkan harus kepada gubernur. !tu bapak-bapak sekalian yang berbahagia tentang beberapa hal.

Kemudian tadi yang berkaitan dengan k:eseragaman maksud saya, kami berharap dari ADEKSI, tapi ada keseragaman yang bisa ditimbulkan dari RUU ini ketika nanti diundangkan tentang tadi penempatan wilayah pemerintahan dan bukan pemerintahan, sehingga menjadi model tersendiri bagi kita menata Indonesia ke depan ini.

Kemudian tentang ruang bawah tanah, ini banyak bangunan fungsi tinggi dan lain sebagainya hotel misalnya yang membuat ruang parkir di luar batas wilayah tanah miliknya, kemudian ide subway dan seterusnya, itu ada di sana, itu dibicarakan di sana.

Kemudian mengenai sampah lagi-lagi ini masyarakat harus mengurus sendiri sampahnya seperti tadi kami katakan, kemudian di Negara maju saja pembuang sampah ditindak tegas dan lain sebagainya, ini menjadi catatan juga buat kita kedepan, tetapi sekali lagi itu barangkali menjadi catatan buat kami beberapa ha! yang menarik. Persoalan-persoalan yang terkait mengenai persoalan tata ruang pada hari ini, barangkali itu pak sekedar tambahan dan tadi saya sangat tertarik dengan bapak di atas orang tua kami data-data agar lebih lengkap lagi diberikan kepada kami, kepada ADEKSI maupun kepada DPRD Kabupaten/Kota dan lain sebagainya, bahkan kalau perlu pak, dalam pertemuan selanjutnya bukan hanya kami pak dari DPRD Kabupaten/Kota, tapi bisa dipertemukan antara l/Valikota antara eksekutif dengan legislatif di tingkat daerah. Jangan sampai nanti dalam pertemuan itu bapak pisahkan legislatif tersendiri, eksekutif sendiri takut kalau­kalau berbicara eksekutif berbicara lain menyalahkan legislatif, legislatif menyalahkan eksekutif kita tidak mau saling menyalahkan, kita di tingkat daerah sesuai dengan UU Nomor 32 eksekutif dan legislatif sama-sama penyelenggaran unsur pemerintahan di daerah. lni barangkali yang menjadi catatan kami, tetapi sekali lagi pak, dengan UU tersebut kami seolah-olah jadi anak buah

25

ARSIP D

PR RI

Page 26: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

Departemen Dalam Negeri itu perlu Bapak pikirkan ke depan. Supaya Bapak bisa menentukan gaji bapak sendiri kami juga bisa menentukan itu tidak diatur berdasarkan PP dan UU, kasihan Pak, saya yang berhadapan langsung dengan masyarakat, kalau bapak kan melalui informasi dari kami, jadi paling tidak pernah minta-minta begitu, sama saja ya. Tapi tidak seberat kami pak, kurang lebih terima kasih, mohon maaf.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih. Sekedar pemberotahuan buat rekan-rekan Pansus, seyogyanya hari ini ada empat yang

memberikan masukan, tapi karena sampai terakhir dari BKKSI dan APEKSI tidak melayangkan surat permohonan maaf tidak bisa hadir dalam pertemuan ini dan minta dijadwalkan kembali.

Baiklah, untuk itu barangkali sekedar saya sampaikan bahwa hasil daripada notulen hari ini, jadi karena ini ada RDPU tidak mengikat, karena ini merupakan notulen, maka saya bacakan hasil daripada notulen hari ini adalah: 1. Pansus Penataan Ruang DPR RI memberikan apresiasi kepada PPS! dan ADEKSI atas

masukan dan saran pada pembahasan RUU tentang Penataan Ruang sebagai revisi atas UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

2. Pansus Penataan Ruang DPR RI mengharapkan agar masukan dan saran substansi dari Pasal demi Pasal dari APPSI dan ADEKSI dapat diformulasikan ke dalam sandingan matriks Daftar lnventarisasi Masalah (DIM) RUU tentang Penataan Ruang yang antara lain meliputi: a. Kejelasan hirarki Rencana Tata Ruang sesuai kewenangan maupun kepentingan

pemerintah pusat atau nasional, pemerintah provinsi regional dan pemerintah kabupaten/kota atau lokal khususnya yang dikaitkan dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah atau UU Otonomi Daerah.

b. Sinkronisasi dan penataan kembali seluruh peraturan perundangan khususnya terkait dengan pembaharuan agraria dan pengolahan sumber daya alam;

c. lntegrasi pengaturan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara dalam penyelenggaraan penataan ruang;

d. Sistem informasi sumber daya alam, sistem informasi geografi, dan system informasi pertanahan sebagai landasan menyusun rencana tata ruang;

e. Keterpaduan semua rencana sektoral dan daerah (provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat) untuk mewujudkan rencana tata ruang yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat;

f. Rencana Tata Ruang lbu Kata Negara dan Megapolitan; g. Devinisi ruang yang mencakup ruang daratan, ruang lautan, ruang udara, ruang reklamasi

dan ruang bahwa tanah; h. Sistem jaringan pengendalian banjir dan persampahan; i. Pengaturan ruang terbuka hijau yang disertai dengan pencantuman angka atau

presentase; j. Standar pelayanan minimal penyelenggaraan penataan ruang; k. Peranserta masyarakat dalam proses penataan ruang dan kewajiban pemerintah untuk

membangun pranata akses dan menyediakan informasi; I. Kepastian hukum dan mekanisme sanksi bagi masyarakat maupun pemerintah yang

melakukan pelanggaran terhadap penata ruang. 3. Pansus Penataan Ruang DPR RI menghendaki agar APPSI dan ADEKSI dapat berperan

sebagai mitra strategis Pansus untuk memberikan pemikiran-pemikiran alternatif dalam pembahasan dan penyempurnaan RUU Penataan Ruang ini.

lnilah hasil daripada notulen hari ini. Untuk itu, barangkali kepada teman-teman Pansus apa disetujui? Baik! Bagaimana Ketua APPSI dan ADEKSI, setuju ya?

(RAPAT: SETUJU)

Baik, silakan!

KETUA ADEKSI (BABA Y SUHAEMI): Barangkali antisipasi saya katakan Pulau Biak, is the only place in the world yang mampu

menyiapkan tolong diantisipasi.

26

ARSIP D

PR RI

Page 27: RISALAH RAPATberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170607-021350-4055.pdf · RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG·UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG Tahun Sidang Masa Persidangan

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih. Jadi demikian barangkali maka RDPU dengan Ketua APPSI dan Ketua ADEKSI hari ini

kami anggap selesai dengan mengucapkan Alhamdulillah Rapat Dengar Pendapat Umum ini saya

tutup. Wabillahittaufiq walhidayah Wassalaamu'alaikum wr. wb.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 16.45 WIB)

a.n. Ketua Rapat Sekretaris Rapat,

~ Ora. Hani Juliasih

NIP. 210001453

27

ARSIP D

PR RI