RISALAH - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190916-111931-1004.p… ·...

54
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU TENTANG KEPABEANAN DAN RUU TENTANG CUKAI Tahun Sidang Masa Persidangan R a p a t Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal p u k u 1 T e m p a t Ketua Rapat Sekretaris A c a r a H a d i r 1. A. Anggota Tetap Pansus : 1. H. Jusuf Tal ib, S.H. 2. Drs. Johny Alwi Banyo 3. Loekman R. Boer 4. H. Syaiful Anwar Husein 5. Drs. H. Yahya Nasution 6. Drs. H. Loekman 7. Drs. H. Asnawi Hus1n 8. H. Adimir Adin, M.A. 1995 - 1996 II Ke- Rapat Kerja Pansus -7 Menteri Keuangan Terbuka Kamis, 7 Desember 1995 09.10 s/d 11.40 WIB Ruang Kaca Grahatama Gedung MPR/DPR Rl H. Jusuf Talib, S.H. Subijanto Sudardjo, S.H. 1. laporan Panitia Kerja RUU tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai. 2. Kesimpulan Musyawarah Fraksi-fraksi. 3. Pengambilan Keputusan/Pengesahan RUU tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai. 4. Sambutan Pemerintah. Anggota Pansus 53 dari 57 orang Anggota Tetap 23 dari 26 orang Anggota Pengganti Peaterintah : Menteri Keuangan beserta Stat. 9. H. M. Hatta S.H. 10. H. Agus Tagor 11. Ir. H. Awal Kusumah, M.Sc 12. Drs. Soebagjo 13. Tjahjo Kumolo, S.H. 14. Ny. Mustokoweni Murdi, S.H. 15. Widjanarko Puspoyo, M.A. 16. Soebagjo, S.H. 17 • . ••.•••

Transcript of RISALAH - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190916-111931-1004.p… ·...

  • DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

    RISALAH

    RAPAT PANITIA KHUSUS

    RUU TENTANG KEPABEANAN DAN RUU TENTANG CUKAI

    Tahun Sidang Masa Persidangan R a p a t

    Jenis Rapat Dengan

    Sifat Rapat

    Hari, tanggal p u k u 1

    T e m p a t

    Ketua Rapat

    Sekretaris

    A c a r a

    H a d i r

    1. A. Anggota Tetap Pansus :

    1. H. Jusuf Tal ib, S.H. 2. Drs. Johny Alwi Banyo 3. Loekman R. Boer 4. H. Syaiful Anwar Husein 5. Drs. H. Yahya Nasution 6. Drs. H. Loekman 7. Drs. H. Asnawi Hus1n 8. H. Adimir Adin, M.A.

    1995 - 1996

    II

    Ke-Rapat Kerja Pansus -7 Menteri Keuangan

    Terbuka

    Kamis, 7 Desember 1995 09.10 s/d 11.40 WIB Ruang Kaca Grahatama Gedung MPR/DPR Rl H. Jusuf Talib, S.H.

    Subijanto Sudardjo, S.H.

    1. laporan Panitia Kerja RUU tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai.

    2. Kesimpulan Musyawarah Fraksi-fraksi.

    3. Pengambilan Keputusan/Pengesahan RUU tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai.

    4. Sambutan Pemerintah.

    Anggota Pansus

    53 dari 57 orang Anggota Tetap 23 dari 26 orang Anggota Pengganti

    Peaterintah :

    Menteri Keuangan beserta Stat.

    9. H. M. Hatta Mu~tafa, S.H. 10. H. Agus Tagor 11. Ir. H. Awal Kusumah, M.Sc 12. Drs. Soebagjo 13. Tjahjo Kumolo, S.H. 14. Ny. Mustokoweni Murdi, S.H. 15. Widjanarko Puspoyo, M.A. 16. Soebagjo, S.H.

    1 7 • . ••.•••

  • - 2 -

    17. Soekotjo Said, S.E. 18. Mochamad Suparni, B.A. 19.Ir.Ny. Bambang Sigit Prakoeswo 20. Ir. Herman Widyananda, S.E. 21. H. Abdullah Zainie, S.H. 22. Drs. H. Awang Faroek Ishak 23. Dra.Ny. Emilia Lun Hadaitullah 24. H. Husni Thamrin, S.H. 25. Drs. Made Sudiartha 26. Ben Messakh, S.E. 27. Ir. Umbu Mehang Kunda 28. Drs. Sabar Koembino 29. Iskandar Mandji 30. Moeharsono Kartodirdjo 31. H. Oeng Rumadji, S.H. 32. Drs. Hari Eko Sumisto 33. A. R a c h i m 34. Djoko Sasetijo, S.E. 35. R.M. P u r b a 36. Drs. M. Ali Talha 37. M. Hatta Usman, S.E. 38. Drs. M. Situmorang 39. Suharto, S.IP

    B. Anggota Pengganti Pansus 1. Novyan Kaman, S.H. 2. H. NanangSudjana, S.H. 3. Drs. Paskah Suzetta 4. Drs. Didiet Haryadi Priyohutomo 5. GBPH. H. joyokusumo 6. Achmad Saad Hardjono 7. Drs. Hasoloan J. Hutagaol,S.Th. 8. Drs. H. Abdurrachim 9. Y. Sudarko Prawiroyudo

    10. Faisal Bedy 11. s u g 0 t 0 12. Jusman Tahar, S.E.

    2. Pemerintah :

    40. Alimarwan Hanan, S.H. 41. Drs. H.M. Mukrom As'ad 42. H. Jusuf Syakir 43. H. Muhsin Bafadal, S.H. 44. H. Muhammad Syafie Nongke 45. Drs. H. Yafie Thahir 46. Drs. Ignatius Suwardi 47. Drs. Noor Achari 48. D j u p r i, S.H. 49. Drs. H. Subagyo 50. Aberson Marle Sihaloho 51. Setyadji Lawi 52. H. Oimmy Haryanto 53. Drs. Markus Wauran

    13. Djoko Sardjono 14. H. Andaya Lestari 15. Ora. Siti Soendari 16. Drs. Supriadi 17. H. Asrori Saleh, B.A. 18. Dra.Hj. Khofifah 19. H. Masrur Javas 20. H. Sulaiman Biyahimo 21. Handjojo Putro, S.H. 22. H. Marwan Adam 23. Tiop Harun Sitorus

    1. Mar'ie Muhammad Menteri Keuangan R.I. 2. DR. Dono Iskandar Djojosubroto Sekretaris Jenderal Oep.Keuangan 3. Soehardjo Dirjen Bea dan Cukai 4. Enday Abdurrachman Kapuslat Bea dan Cukai 5. Permana Agung Dir. Bea dan Cukai 6. Daeng Nazier - Idem -7. Roy. R. Lino - Idem-8. Sutardi - Idem -9. Moh. Zein - Idem -

    10. Roedi - Idem -11. Para pejabat Departemen Keuangan, Pabean dan Cukai.

    KETUA ....... .

  • l

    - 3 -

    KETUA RAPAT (H. YUSUF THALIB, SH) :

    Saudara Menteri Keuangan beserta jajaran yang kami hor

    llld L i I

    Rekan-rekan Anggota Pansus RUU Tentang Kepabeanan dan

    RUU Tentang Cukai yang kami horrnati,

    Rekan-rekan wartawan yang kami hormati,

    Ijinkan dengan berucap bissmilihirokhmanirokhim Rapat

    Kerja Pansus RUU Tentang Kepabeanan dan RUU Tentang Cukai

    kami buka dan dinyatakan terbuka.

    Sesuai dengan jadwal acara yang telah disusun maka pada

    pagi hari ini insya Allah kita akan merampungkan jadwal acara

    sebagai berikut

    1. Laporan Panja RUU Kepabeanan dan Panja RUU Cukai

    kepada Pansus.

    2. Pendapat akhir mini dari Fraksi-fraksi,

    3. Pengambilan keputusan atau pengesahan RUU tentang

    Kepabeanan dan RUU tentang Cukai pada tingkat Pansus,

    4. Sambutan Pemerintah yang dalam hal ini yang akan

    disampaikan oleh yang terhomat Saudara Menteri Keuangan atas

    telah disetujuinya kedua RUU tersebut pada tingkat Pansus,

    dan yang terakhir sepatah dua patah kata dari Pimpinan Pan-

    sus.

    Dapat kami laporkan bahwa sampai dengan jam sekarang

    dari 83 orang Anggota telah hadir 59 Anggota.

    Selanjutnya untuk memanfaatkan waktu yang sebaik-baiknya

    dengan segala hormat kami persilakan yang ditunjuk sebagai

    juru bicara atau pelapor dari Panja RUU Kepabeanan, kami

    persilakan dengan hormat untuk menyampaikan laporannya.

    FABRI (LOEKMAN R. BOER, SH) :

    Yang terhormat Saudara Ketua dan Pimpinan Pansus yang

    kami hormati.

    Yang terhormat Saudara Menteri Keuangan bersama seluruh

    jajaran Departemen Keuangan,

    Yang terhoamt Saudara Anggota Pansus serta para hadirin

    yang berhagia.

    Assalamu'Alaikum Wr. Wb.

    Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadi-

    ran Tuhan Yang Maha Esa yang telah rnelimpahkan hidayah dan

  • - 4-

    inayah-Nya kepada kita sekalian, sehingga kita bisa mengha-

    dari sidang Plena Panitia Khusus RUU tentang Kepabeanan dan

    RUU tentang Cukai pada hari ini.

    Selanjutnya memenuhi ketentuan Pasal 76 Peraturan Tata

    Tertib Dewan dan penugasan Siang Pansus ini untuk mnelaporkan

    pembahasan secara lebih mendalam materi RUU tentang Kepabea-

    nan berkenaan dengan pembahasan perumusan maupun sinkronisasi

    diantara pasal-pasal dapat kami sampaiakan secara singkat

    sebagai berikut :

    Sesuai jadwal kerja yang telah disepakati bersama pada

    tanggal 2 Oktober yang lalu, waktu yang diberikan kepada

    Panitia Kerja untuk merampungkan seluruh materi RUU tentang

    Kepabeanan

    21 hari

    digunakan

    mulai tanggal 13 Nopember sampai 6 Desember

    dengan rincian 13 hari Rapat Panitia Kerja

    12 hari untuk membahas materi dan 1 hari

    a tau

    yang

    untuk

    menerima laporan tim perumusan dan sikronisasi dan 6 hari

    dipergunakan untuk rapat rapat tim perumus dan tim sinkroni-

    sasi dan 2 hari tentang bersama RUU Cukai.

    Selanjutnya dalam upaya memenuhi jadwal tersebut Patia

    Kerja telah menetapkan mekanisme rapat yang pada dasarnya

    tetap mengacu kepada keputusan Pansus. Setelah melalui pemba-

    hasan yang cukup panjang dan melelahkan serta adanya kerja

    sama yang baik dari seluruh Anggota Panja dan Pemerintah.

    Penugasan Pansus dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah

    ditetapkan.

    Hadirin yang karni hormati,

    Sebelum kami menyampaikan secara kronologis pembahasan

    RUU tentang Kepabeanan pada tingkat Panitia Kerja Tim Perumus

    dan Tim Sinkronisasi terlebih dahulu kami sampaikan hal-hal

    yang berkenaan dengan kenaggotaan dan tugas Panita Kerja Tim

    Perumus dan Tim Sinkronisasi.

    Keanggotan Panitia Kerja sesuai dengan keputusan rapat

    tanggal 11 Nopember 1995 Anggota Panita Kerja RUU Kepabeanan

    berjumlah 44 Anggota dengan rincian dari FKP 20 Anggota,

    FABRI 10 Anggota, FPP 7 Anggota dan FPDI 7 Anggota dan Pemer-

    intah dalam hal ini diwakili oleh Dirjen Bea dan Cukai beser-

    ta Staf, sedang Pimpinan dari Panitia Kerja adalah Drs. H

    Yahya Nasution, dari FPDI dalam hal ini kita panggil opung

    dan kemudian kami sendiri Loekman R. Boer dari FABRI.

  • L

    - 5 -

    Sedang Tim Perumus dan Tim Sinrkonisasi pada tanggal 25

    Nopember 1995 panita kerja telah membentuk tim perumus yang

    beranggotakan 9 anggota dan tim sinkronisasi beranggotakan 7

    anggota yang masing-masing berkomposisi sebagai berikut :

    Tim

    FPP 1

    Anggota

    Perumus dari FKP 3 Anggota, FABRI 2 Anggota, dari

    Anggota dari FPDI 1 Anggota dan dari Pemerintaha 2

    dan dipimpin oleh Tim Perumus dari FKP Sdr. Novyan

    Kaman, SH yang kami hormati.

    Kemudian Tim Sinkronisasi berkomposisi 2 Anggota dari

    FKP, 1 Anggota dari FABRI, 1 Anggota dari FPP dan 1 Anggota

    dari FPDI dan 2 Anggota dari pemerintah diketuai oleh Dsaudar

    Djoko Sardjono dari FABRI.

    Selain itu dalam upaya mempercepat proses penyelesaian

    telah disepakati bersama bahwa konsideran menimbang dan

    penjelasan umum dibahas oleh tim kecil yang beranggotakan 7

    Anggota yang terdiri 2 FKP, 1 FABRI, 1 FPP dan 1 FPDI dan 2

    dari Pemerintah dan diketuai oleh Saudara Achmad Saad Haryono

    dari FKP.

    Sedangkan tugas Panitia Kerja sebagaimana yang dibentuk

    oleh alat kelangkapan Dewan dalam hal ini Pansus adalah

    membahsa secara mendalam materi RUU yang belum diselesaikan

    oleh Pansus dengan memberikan mandat penuh.

    Tugas Tim Perumus adalah merumuskan materi yang substan-

    sinya telah memperoleh persetujuan Pansus maupun Panja, baik

    dari aspek kaidah hukum maupun kaidah bahasa Indonesia.

    Sedangkan Tim Sinkronisasi adalah mensinkronkan seluruh

    materi yang dicakup tentang Kepabeanan dan sinkronisasi 2 RUU

    tentang Kepabenan dan Cukai.

    Selanjutnya perkenankanlah kami melaporkan hasil Rapat

    Panitia Kerja sebagai berikut :

    1. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa materi RUU

    tentang Kepabeanan yang masih memerlukan pendalam berjumlah

    165 rnateri dan yang mernerlukan perurnusan ulang berjurnlah 114

    materi. Dalarn materi tersebut telah rnernperoleh pernbahasan dan

    kajian secara rnendalarn dan telah diperoleh kesepakatan seba-

    gai berikut :

    Disetujui tetap sesuai RUU 78 materi, disetujui dengan

    penyempurnaan rumusan 95 materi, substansi disetujui dan

    rumusan diserahkan kepada timus sebanyak 25 rnateri.

  • - 6 -

    Dengan demikian maka tugas yang diserahkan kepada Tim

    Perumus menjadi bertambah, telah diadakan sinkronisasi naskah

    RUU Tentang Kepabeanan yang semula terdiri dari 18 Bab, 119

    Pasal, 206 Ayat telah mengalami perubahan menjadi 18 Bah, 118

    Pasal dan 2095 Ayat. Berdasarkan pengamatan selama berlang-

    sungnya selama rapat-rapat panja terdapat materi yang memer-

    lukan waktu pembahasan cukup lama, alot dan memerlukan tenaga

    dan pikiran seluruh anggota bahkan diperlukan pengendapan

    untuk beberapa hari dalam upaya mencari pemecahan.

    Materi-materi tersebut antara lain, pertama pemeriksaan

    barang import dan eksport. Materi yang mengatur mengenai

    pemeriksaan terhadap barang import dan eksport semula diatur

    dalam Pasal 3 RUU Kepabeanan. Telah memperoleh penjelasan

    dari Pemerintah di Pansus dan dilanjutkan forum lobby antara

    Pemerintah, Pimpinan Pansus, Ketua Fraksi telah disepakati

    Pasal 3 RUU dijadikan 2 Pasal yaitu Pasal 3 tentang import

    dilakukan pemeriksaan pabeaan dan pemeriksaan fisik dilakukan

    secara selektif, sedang Pasal 4 baru terhadap eksport dilaku-

    kan penelitian dokumen, sedangkan pemberitahuan fisik dilaku-

    kan ecara selektif. Sedangkan Pasal 4 baru terhadap eksport

    dilakukan penelitian dokumen, sedangkan pemeriksaan fisik

    hanya dilakukan dalam hal-hal tertentu.

    Adapun tata cara maupun hal-hal tertentu akan diatur

    selanjutnya oleh Menteri. Mareri ini selain mengalami pemba-

    hasan paa rapat Pansus, forum loby juga mengalamai pembahasan

    pada rapat Panja.

    Kedua mengenai pembukuan, sebagaimana diatut dalam Pasal

    49 sampai dengan Pasal 52 bagi importir, eksportir, pengusaha

    tempat penimbunan sementara, pengusaha tempat penimbunan

    berikat, pengusaha pengurusan jasa kepabeanan atau pengusaha

    perusahaan pengangkutan diwajiban untuk menyelenggarakan

    pembukuan dan menyimpan catatan dan surat menyurat yang

    bertalian dengan import dan eksport untuk selama jangka waktu

    10 tahun. Permasalahan ini mendapat perhatain rapat Panja terutama

    berkenaan dengan pemakaian istilah pasca audit yang pada

    akhirnya istilah tersebut diganti dengan audit dibidang

    kepabeanan.

    Ketiga larangan pembatasan dan pengendalian eksport atau

    import barang-barang basil pelanggaran hak atas kekayaan

    intelektual.

  • - I -

    Materi yang diatur dalam Bab X Pasal 53 sampai Pasal 64

    adalah mengenai larangan pembatasan dan pengendalian

    atau eksport barang-barang hasil pelanggaran merk

    cipta. Menyadari begitu luas hak yang daitur oleh

    kayaan intelektual dan dilain pihak memerlukan

    disegala bidang secara mendalam, maka dalam UU

    diatur hal-hal yang berkenaan dengan pelanggaran

    merk dan hak cipta.

    impoert

    dan hak

    hak ke-

    persiapan

    ini baru

    terhadap

    Untuk mengantasipasi perkembangan hal-hal lain dikemud-

    ian hari ditambahkan satu Ayat pada Pasal 64 yang selanjutnya

    diatur oleh Peraturan Pemerintah.

    Yang keempat, ketentuan pidana dalam Pasal 102 sampai

    dengan Pasal 111 para pelaku pelanggaran dikenakan sanksi

    administrasi dan pidana dalam bentuk denda berupa uang dan

    penjara atau kuranga. Dengan pertambangan bahwa pelanggaran

    rnaupun pidana tersebut mempunya darnpak yang cukup luas bagi

    perekonornian nasional. Maka Panja sepakat untuk menetapkan

    sanksi secara berpariasi sesuai dengan pelanggaran yang

    dilakukan.

    Selain itu kami laporkan dalam rapat Pansus yang terho-

    ramt ini, bahwa Psetelah Panja mengadakan pendalaman secara

    seksama Pasal demi pasal, butir derni butir rnaupun penjelasan

    pasal terdapat rnateri yang masih mernerlukan persetujuan rapat

    Pansus ini karena materi tersebut tidak terrnasuk materi yang

    ditugaskan kepada Panja.

    Akan tetapi dikarenakan rnateri tersebut rnempunyai kaitan

    yang erat dengan pasal atau materi yang dibahas maka telah

    diadakan penyempurnaan-penyempurnaan untuk selanjutnya untuk

    dirnitakan pengesahan dari Rapat Pansus pada hari ini.

    Saudara Menteri yang kami horrnati, Pirnpinan Pansus

    Anggota Pansus yang kami muliakan serta wartawan dan

    sekalian yang berbahagia.

    Materi tersebut antara lain adalah Pasal 37 yang

    serta

    hadirin

    sernula

    berbunyi dalam bea masuk yang terhutang diperhitungkan berda-

    sarkan satuan ukuran yang berbeda dengan yang digunakan

    menurut UU ini, bea masuk yang terutang dihitung menurut

    perbandingan.

    Ayat (2)-nya berbunyi : untuk keperluan perhitungan bea

    masuk atas pecahan satuan ukuran atau rupiah dilakukan pembu-

  • - 8 -

    latan dan Ayat (3)-nya ketentuan tentang tata cara pembulatan

    sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) diatur lebih lanjut oleh

    Menteri.

    Dalam uapay kepastian hukum, dalam RUU ini telah dite-

    tapkan adanya jumlah tertentu maka dari itu Paal 37 Ayat (1)

    dirasakan tidak diperlukan lagi. Demikian juga Ayat (3)

    sedangkan dalam Ayat (2) dipindahkan menjadi Ayat (2) pada

    Pasal 35.

    Dengan demikian Pasal 35 RUU yang sernula hanya terdiri dari 2

    Ayat telah berubah menjadi Pasal 36 baru dengan 3 ayat yaitu:

    Ayat (1) bea masuk, denda adminsitrasi dan denda adrninsitrasi

    yang terutang pada negara menurut UU ini dibayarkan di kas

    negara atau ditempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh

    Menteri.

    Ayat (2) bea masuk, denda administrasi dan bunga seba-

    gaimana dimaksud pada ayat (1) jumlahnya dibulatkan dalam

    rupiah penuh.

    Ayat (3) ketentuan tentang tata cara pembayaran, peneri-

    maan, penyetoran bea masuk dan denda adminsitrasi dan bunga

    sebagaimana dimaksud pada Ayat {1} serta pembulatan sebagai-

    mana dimaksud ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

    Hal lain yang mengalami penyempurnaan juga dalarn judul Bab

    XVI ketentuan lain menjadi ketentuan lain-lain.

    Terhadap materi-materi lainnya setelah rnelalui pembaha-

    san yang cukup mendalam baik di Panja maupun di Timus terda-

    pat beberapa Pasal dan judl-judul yang mengalami penambahan

    atau pengurangan ayat atau kalimat seperti :

    Pada perubahan judul Bab X Pasal 46, 53, 57, 64 dan sebagai-

    nya yang terakhir adalah Pasal 114 baru maupun penggabungan

    seperti pasal pada Pasal 96 dan Pasal 97.

    Demikian secara kronologis hasil pembahasan Pantia Kerja dan

    sebelurn kami meningkat pada lajur selanjutnya ijinkalah karni

    menyampaikan sekilas jalannya rapat tim perurnusan dan tim

    sinkronisasi.

    Sesuai dengan yang telah digariskan oleh Pansus maupun

    Panja, tugas tim perumus adalah merumuskan materi dan yang

    substansinya telah disepakti baik oleh Pansus ataupu oleh

    Panja dan tim sinkronisasi adalah mensinkronkan materi yang

    dituangkan dalam ayat, pasal atau bab dari RUU tentang Kepa-

    beanan maupun sinrkonisasi dengan RUU tentang Cukai.

  • - 9 -

    Dengan bantuan konsep Pemerintah rumusan yang telah

    disiapkan oleh Pemerintah tersebut sertah kehadiran ahli

    bahsa Indonesia , Tim Perurnus dan Tim Sinkronisasi telah

    bekerja secara marathon dan telah dapat menepati waktu yang

    ditetapkan.

    Pada Sinkranisasi kedua RUU tentang Kepabeanan dan Cukai

    disamping penyerasian kansideran juga pada pasal-pasal dan

    penjelasan pasal dari 31 pain yang disinkronkan untuk RUU

    Kepabeanan terdapat penyempurnaan pasal dan penjelasan yaitu

    Pasal 1.10, Pasal 93, 94 ayat (1}, Pasal 95 Ayat (1} dan (2)

    Pasal 68, Pasal 99 Ayat (2) Ayat (3), Pasal 100, Pasal 103,

    Pasal 108 dan Pasal 115.

    Dalam penambahan ayat atau angka sebagai berikut pada

    Pasal 27 ayat {1) ditampab pain e, dan pasal 93 dan Pasal 94

    masing-masing ditambah satu ayat.

    Itulah keseluruhan apa yang kami utarakan diatas mohon

    persetujuan Pansus untuk penyempurnaan dari RUU ini.

    Suasana pembahasan, dengan dilandasi semangat untuk mengha-

    silkan suatu UU tentang Kepabeanan yang terbaik disatu pihak

    memenuhi tuntutan perkembangan pembangunan dan dilain pihak

    memenuhi tuntutan arus perdagangan dunia serta terpenuhinya

    aspek hukum bahasa dan kepatutan seluruh anggota Panja dalam

    berdiskusi telah berupaya seoptimal mungkin dengan mengajukan

    argumentasi secara teoritis, yuridis, praktis serta didukung

    pula oleh data-data yang akurat.

    Pemikiran-pemikiran tersebut kadang-kadang atau seolah-

    olah sulit untuk dipertemukan narnun dengan sikap bijak dan

    arif atas sebagai negarawan yang dimiliki oleh seluruh anggo-

    ta Panja dan Pernerintah akhirnya seluruh permasalahan melalui

    rnusyawarah mupakat dapat diselesaikan dengan baik.

    Keempat penutup, yang terhormat saudara Ketua Pimpinan

    Pansus, yang terharmat saduara Menteri keuangan beserta staf,

    yang terhormat Saudara Anggota Pansus beserta hadirin yang

    rnulia.

    Demikian laporan hasil Panja tim perumus maupun tim

    sinkronisasi. melalui kesernpatan yang berbahagia ini kami

    atas nama Pimpinan Panja mengucapkan terima kasih kepada

    seluruh Anggata Panja RUU tentang Kepabeanan yang telah

    bekerja secara terus menerus siang dan malarn tanpa mengenal

    lelah untuk rnenyelesaikan tugas yang dibebankan oleh Pansus.

  • - 10 -

    Secara khusus kami sampaikan penghargaan yang tinggi dan

    terima kasih kepada seluruh staf Departemen Keuangan, Direk-

    torat Jenderal Bea dan Cukai yang telah membantu tugas-tugas

    Pantia Kerja, Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi sehingga

    rapat-rapat dapat berjalan dengan lancar. Tentu ucapan terima

    kasih ini perlu pula kami sampaikan kepada Sekretariat Jen-

    deral DPR-RI atas terlaksana tugas-tugas Kepanjaan ini.

    Semoga kerja keras Bapak-bapak/Ibu-ibu, Saduara-saudara

    sekalian memperoleh limpahan rachmat dari Allah SWT.

    Selanjutnya kami aras nama Pimpinan Panja RUU tentang

    Kepabeanan mengajak kita semua untuk ealing memaafkan dan

    sekiranya dalam kita berdiskusi terdapat hal-hal yang kurang

    berkenan dihati bapak-bapak/Ibu-ibu anggota panja dan Pemer-

    intah. Khususnya kami sebagai Pimpinan Panja secara pribadi

    meminta maaf sekiranya dalam melaksanakan tugas memimpin

    Panja ini terdapat kekurangan dan kekhilapan. Akhirnya dengan

    segala hormat kami atas nama seluruh Anggota Panja RUU Kepa-

    beanan menyampaikan secara resmi naskah lengkap RUU tentang

    Kepabeanan hasil Panja untuk memperoleh pengesahan Rapat

    kerja Pansus yang terhormat ini untuk selanjutnya dapat

    diteruskan ke Sidang Paripurna Dewan seperti yang telah

    dijadwalkan.

    Sekian terima kasih.

    KETUA RAPAT

    Dengan ucapan terima kasih yang sebear-besarnya kepada

    Bapak Loekrnan Boer selaku Ketua Panja yang telah menyampaikan

    laporan hasil Kerja dari Panja RUU Kepabeanan rnaka selanjut-

    nya kami persilakan dengan hormat pelapor dari Pimpinan Panja

    RUU tentan Cukai, kami persilakan.

    FKP (JOHNY ALWI BANYO)

    Assalamu•alaikum Wr. Wb.

    Yang terhoarnt saudara Ketua dan wakil Ketua Pansus,

    Yang terhoamt Saudara Menteri keuangan beserta sataf,

    Yang terhormat Saudara Anggota Pansus,

    Yang terhormat rekan-rekan wartawan serta hadirin yang

    berbahagia.

  • - 11 -

    Terlebih dahulu saya mengajak hadirin untuk memanjatkan

    puji syukur kehadira Allah SWT yang telah melimpahkana rach-

    mat-Nya kepada kita sehingga kita masih dalam keadaan sehat

    wal'afiat dan dapat menghadari Rapat Kerja Pansus pada hari

    ini.

    Selanjutnya syukur allhamdulillah pada hari ini Panja

    RUU Tentang Cukai telah selesai melaksanakan tugas yang

    dibebankan oleh Pansus untuk merampungkan tugas pembahasan

    perumusan dan sinkornisasi materi RUU tentang Cukai yang

    terdiri dari 16 Bab 74 Pasal 166 Ayat serta 92 butir.

    Sebelum kami laporkan secara lengkap proses

    basil kerja Panja akan sampaikan hal-hal

    pembahasan dan

    yang berkenaan

    dengan mekanisme panitia kerja RUU tentang Cukai.

    Sebagaimana telah kita sebapakati bersama bahwa Rapat

    panita Kerja tim perumus dan tim sinkronisasi direncanakan

    pada ranggal 13 Nopember sampai dengan tanggal 7 Desember

    1995 akan tetapi dengan memperhatikan keputusan rapat Bamus

    tanggal 30 Nopember 1995 yang memajukan tingkat IV RUU Ten-

    tang Kepabeanan dan RUU Tentang Cukai dari tanggal 14 Septem-

    ber 1995 menjadi 12 Desember 1995 maka Rapat pansus yang

    sedianya dilaksanakan pada tanggal 8 Desember telah diajukan

    menjadi 7 Desmeber 1995.

    Selain itu perlu kami sampaikan bahwa setiap usul peru-

    bahan materi kepada pengusul dimita untuk diminta memberikan

    penjelasan alasan perobahand dengan maksud untuk menyamakan

    pola pikir untuk akhirnya diambil satu keputusan.

    Adapun metode pembahasan dilakukan secara berurutan menurut

    sistematika RUU agar tidak ada materi yang tidak terlewatkan.

    Hadirin yang kami hormati,

    De11gan mengacu kepada Jadwal acara yang ditetapkan pada

    tanggal 2 Oktober 1995 Panita Kerja telah mempergunakan waktu

    14 hari kerja untuk merampungkan seluruh materi RUU tentang

    Cukai sejak tanggal 13 sampai dengan 25 Nopember dan 30

    Nopernber 1995 serta tanggal 6 Desmeber 1995 untuk rnendengar-

    kan laporan dari tim sinkronisasi dan tim perumus.

    Selain itu agar pembahasan seluruh materi dapat dusele-

    saikan tepat waktu ditetapkan mekanisme kerja Panja, tim

    perumus dan tim sinkronisasi serta dibentuk tim kecil untuk

    menabahsa konsideran menimbang, mengingat dan penjelasan

    umum.

  • - 12 -

    Mekanisme yang dipergunakan dalam Rapat Panja tetap

    mengacu kepada kesepakatan dalam Rapat Pansus hanya pada

    rapat Panja dimungkinkan adanya penundaan pembahasan apabila

    belum diperoleh kesepakatan untuk selanjutnya dibahas kembali

    setelah seluruh Pasal dibahas, dan apabila dalam

    berikutnya masih juga belum diperoleh mupakat maka

    melalui forum liby.

    pembahasan

    ditempuh

    Saudara Ketua, Sadara Menteri, Rekan-rekan Anggota

    Pansus serta hadirin sekalian yang saya hormati.

    Mendahulu secara kronologis hasil pembahasan RUU Tentang

    Cukai pada Rapat Panja, Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi kami

    sampaikan terlebih dahulu anggota yang terlibat secara lang-

    sung dalam setiap rapat yakni :

    Yang pertama Panitia Kerja sesuai keputusan Rapat pansus

    tanggal 11 Nopmeber 1995 anggota panita kerja berjumlah 39

    anggota dengan kompoisi sebagai beriktu :

    FKP 20 anggota, FABRI 7 anggota, FPP 7 Anggota, dan FPDi 5

    Anggota, Pemerintah diwakili oleh Kepala Badan Analisa Keuan-

    gan dan Moneter yang selanjutnya diangkat sebagai Sekretaris

    Jenderal Departemen Keuangan beserta staf.

    Pimpinan pantian kerja adalah kami sendiri Drs. Alwy Banyo

    dari FKP dan H Syaiful Anwar Husein dari FPP.

    Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi pada tanggal 25 Nopember

    1995 panita Kerja telah menentukan Tim perumusan yang berang-

    gotakan 9 orang dan sinkronisasi yang beranggotakan 5 orang

    masing-masing dengan kompsosi sebagai berikut :

    Tim Perumus FKP 3 orang, FABRI 2 orang, FPP 1 orang, FPDI 1

    orang, Pemerintah 2 orang, Ketua Tim Perumus adalah yang

    terhormat Ben Mesakh, SE dari FKP.

    Tim Sinkronisasi ; FKP 2 orang, FABRI 1 orang, FPP 1 orang,

    FPDI 1 orang dari Pemerintah 2 orang, Ketua Tim Sinkronisasi

    adalah yang terhormat Sdr. Drs. Achmad Supriadi dari FABRI.

    Sedangkan tim kecil yang membahas konsideran menimbang,

  • - 13 -

    mengingat dan pen]el.asan umum beranggotakan 7 orang yaitu 2 dari

    FKP, 1 dari FABRI, 1 dari FPP, 1 dari PDI dan dari Pernerintah 2 orang, Ketua Tim Kecil adalah yang terhormat Saudara Drs. Made Sudiartha dari FKP.

    b. Tugas,

    Adapun tugas Panitia Kerja sebagai panitia yang dibentuk

    oleh PANS US adalah membahas secara pemdalarn rna ter i RUU yang

    belum diselesaikan di Tingkat PANSUS dengan diberikan rnandat

    penuh.

    Tugas Tim Perumus adalah merurnuskan materi yag substansinya

    telah mernperoleh persetujuan PAN'SUS rnaupun PANJA baik aspek

    kaidah hukurn maupun bahasa Indonesia.

    Sedangkan tugas Tim Sinkronisasi adalah mensinkronisasikan materi terrnasuk tata letak dari Bab, Bagian, Paragraf maupun

    Pasal diatur RUU tentang Cukai dan juga mensinkronkan RUU

    tentang Kepabeanan mengenai substansi atau pasal yang sama.

    Untuk rnemberikan garnbaran secara jelas mengenai proses

    pernbahasan RUU tentang Cukai kami sarnpaikan laporan sebagai

    berikut, pertarna rnateri yang dibahas.

    Materi yang di tugaskan oleh PANSUS kepada PANJA a tau masih

    rnernerlukan pendalarnan kurang lebih 199 materi yang

    substansinya tetap, tetapi masih memerlukan perumusan lebih

    lanjut berjumlah kurang lebih 58 rnatei·i ditambah dengan

    pennjelasan.

    Setelah diadakan pembahasan secara mendalam materi-materi

    tersebut sebagai kesepakatan sebagai berikut :

    1. disetujui sesua1 RUU, 2. substansi tetap rumusan tetap disempurnakan atau dirumuskan

    menjadi dua ayatl 3. dihapus karena telah tertarnpung di pasal lain a tau telah

    diatur ul~h RUU tentang Kepabeanan,

    4. disetujui untuk diserahkan kepada Timus,

    5. substansi tetap disinkronisasikan dengan RUU tentang

    Kepabeanan.

    D~nyan kes~pakatan tersebut maka tugas Tim Perumus bertambah

    menjadi 80 maleri dan 53 materi penjelasan, demikian pula tugas

    Tim Sinkronisasi. Ber·uatiarkau hatiil Tim Per·umus dan Tim Sinkronisasi yang

    rneliputi tugas perumusan dan tata letak substansi RUU tentang

  • - 14 -

    Cukdi i tu sendir i rnaupun setelah disinkronisasikan dengan RUU

    tentang Kepabeanan.

    RUU tentang Cukai telah mengalarni perobahan menjadi 16 Bab, 72 Pasal, 157 Ayat dan 77 Butir dari semula yang terdiri dari 16

    Bab, 74 Pasal, 166 Ayat dan 92 Butir, kedua materi yang mernperoleh perhdlian.

    Dari seluruh materi yang dibahas kami sampaikan beberapa materi yang memerlukan waktu, pikiran maupun energi para Anggota PANJA antara lain ;

    1. penambahan atau pengurangan jenis barang kena cukai,

    Materi tersebut diatur Pasal 4 Ayat (2) dengan rumusan sebagai berikut Penambahan atau pengurangan jenis barang kena cukai diatur lebih lanjut dengan

    peraturan pemerintah.

    Dengan mempertimbangkan bahwa penambahan atau pengurangan tersebut merupakan penambahan dan pemurahan obyek cukai yang memebani rakyat maka oleh PANJA di diusulkan untuk diatur dengan undang-undang.

    Setelah melalui pembahasan yang mendalan dan penundaan akhirnya melalui Lobby yang disahkan dalam

    rapat PANJA disepakati bahwa rumusan tetap seperti RUU, dan usulan PANJA disetujui untuk dirumuskan dalam Penjelasan yang intinya adalah bahwa penarnbahan dan pengurangan jenis barang kena cukai dikemukakan oleh Pemerintah pada DPR dalam rangka pembahasan dan penyusunan RAPBN.

    2. Penetapan tarif barang kena cukai,

    Semula tidak dibedakan antara harga jual pabrik dan harga jual eceran tetapi dihitung berdasarkan tarif setinggi-tingginya 150% dari harga dasar dan berlaku

    sernua untuk barang kena cukai. Atas dasar pernikiran perlu adanya perbedaan tarif

    atas da8ar pengenaan terhadap harga dasar yang digunakan, maka setelah melalui forum Lobby disepakati

    sebagai her ikut 250% at as harga dasar apabila harga

    dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik, 55% atas

  • - IS -

    hdrgd dasar apai>ila harga dasar yang digunakan adalah

    harga jual eceran.

    Demikian pula untuk barang kena cukai yang diimport

    dibedakan menjadi 250% dar i harga dasar apabila harga

    dasar yang digunakan adalah nilai pabean di tambah bea

    masuk dan 55% dari harga dasar apabila harga dasar yang

    digunakan adalah harga jual eceran.

    Ketentuan-ketentuan ini di atur dalam Pasal 5 Ayat

    (1) dan Ayat (2) RUU tentang Cukai yang telah disepakati

    oleh PANJA.

    3. Penundaan pembayaran pita cukai,

    Konsep naskaf RUU penundaan pembayaran, pemesanan

    pita cukai diber ikan tenggang waktu selama tiga bulan

    sejak tanggal pemesanan.

    Dengan mempertimbangkan bahwa pada dasarnya

    pembualan ouatu Undang-undang disesuaikan dengan situasi

    dan kondisi dalam pelaksanaannya dilapangan serta

    terjaminnya kepastian hukum maka disepekati untuk tetap

    sesuai dengan rumusan konsep RUU dengan menghapus kata-

    kata "pengusaha tempat penyirnpanan".

    Walaupun sempat mengalami penundaan karena

    sebelurnnya telah disepakati bahwa penundaan pembayaran

    dihitung empat puluh lima (45) hari sejak diterimanya

    pita cukai.

    4. Pembaharuan ijin,

    Pernbaharuan i j in unt uk menj alankan us aha sebagai

    pengusaha pabrik barang kena cukai bagi yang meninggal

    dunia, telah diperpanjang paling lama dua be las bulan

    (12) dari rancangan semula tiga (3) bulan.

    Perpanjangan tersebut dimaksudkan untuk memberikan

    kesempatan bagi ahli waris yang telah menerima musibah

    terutama bagi pengusaha kecil dan berlokasi didaerah

    terpencil untuk mempersiapkan berbagai persyaratan untuk

    memperoleh ijin baru yang tidak hanya berasal dari satu

    instansi.

  • - lb -

    5. Ketentuan pidana,

    Derl.il.ik loldk ddr·i lindak pidana ler·hadap baran~

    kena cukai selain merugikan negara tetapi juga

    kepentingan masyarakat luas.

    PANJA berpendapat bahwa selain menetapkan pidana denda dengan batas-batas pidana maksimum yang cukup tinggi kepada pelaku juga dikenakan pidana penjara sehingga dalam rumusan RUU diterapkan sanksi pidana komulatif atau pun alternatif komulatif.

    Dengan pula diperkenalkan adanya penggantian pidana

    penj ara dengan denda tanpa menghapuskan denda

    administrasi atau pidana denda yang dijatuhkan bagi badan hukum perseroan, perusahaan, kerpumpulan, yayasan atau koperasi apabila kepadanya diancam dengan pidana

    penjara dan pidana denda.

    Selain hal diatas kami laporkan pula bahwa setelah diadakan

    sinkronisasi terdapat beberapa materi pasal yang lebih ketat

    apabila dijadikan ayat dari beberapa pasal seperti pada Pasal 20

    dan pada Pasal 31. Demikian pula penyatuan sanksi administrasi atas pelanggaran

    yany dilakukan terhadap kegiatan yang bersifat administratif

    rnasing-masing di atur pada Ayat (2) dari Pasal 51 sampai dengan Pasal 45.

    Selanjutnya pada saat dilakukan sinkronisasi dengan RUU

    tentang Kepabeanan terdapat substansi yang disetujui untuk

    disinkornisasikan, sehingga beberapa pasal diserasikan antara kedua RUU untuk menghindarkan penafsiran yang berbeda.

    Selain itu terdapat beberapa materi pasal RUU Cukai yang

    dihapus atas pertimbangan bahwa materi tersebut lebih tepat di

    atur dalam RUU Kepabeanan.

    3. Suasana pembahasan,

    Selama pembahasan RUU Cukai tingkat Panitia Kerja (PANJA)

    seluruh anggota PANJA berperan secara aktif untuk menghasilkan

    suatu produk hukum yang terbaik berbagai aspek jur idis,

    akademis, praktis dan diharapkan dapat memenuhi kehendak

    masyarakat.

  • - 17 -

    Hal yang demikidn ditunjang pula oleh sikap Pemerintah

    yctng akomudatif yang mernudahkan rumusnya suatu pasal yang

    menjadi usulan PANJA, walau pun tidak bisa dihindari adanya

    perbedaan pendapat.

    Namun den~an adanya tekad yang sama serta kearifan

    seluruh anggota PANJA maka perbedaan pendapat tersebut

    akhirnya dapat dipertemukan walau pun setelah melalui

    penundaan maupun forum Lobby.

    4. Penutup,

    Yang terhormat Sudara Ketua dan Wakil Ketua,

    Yang terhormat Saudara Menteri Keuangan beserta staf,

    Yang terhormat Saudara Anggota PANSUS,

    Serta hadirin yang berbahagia,

    Pada kesempatan PANSUS ini, kami atas nama Pimpinan PANJA

    mengucapkan terima kasih kepada seluruh Anggota PANJA RUU

    tentan~ Cukai yang telah bekerja terus menerus siang dan malam

    menyelesaikan tugas yang dibebankan.

    Dernikian juga kami ucapkan terima kasih kepada Saudara

    Menteri Keuangan beserta seluruh jajarannya 1ebih khusus

    Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang tekah membantu

    menyediakan data dan segala fasilitas untuk kelancaran

    pembahasan RUU ini, dan tidak lupa pula kepada Sekretariat Jenderal DPR-RI yang telah membantu tugas-tugas Pantia Kerja,

    Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi sehingga rapat-rapat berjalan

    sesua~ yang ki ta harapkan, harapan kami semoga ker ja keras

    Bapak-bapak dan Ibu-ibu dan Saudara-saudara sekalian

    memperoleh ridho Allah subhana wathaallah.

    Sebelum mengakhiri laporan kami, ijinkanlah kami atas

    nama Pimpinan PANJA RUU tentang Cukai mengajak kita semua

    untuk saling memaafkan sekiranya dalam pembahasan RUU tentang

    Cukai secara simultan dilakukan bersamaan dengan pembahasan

    RUU tentang Kepabeanan terdapat hal-hal yang kurang berkenan

    dihati Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian.

    Demikianlah laporan kami dan atas nama seluruh Anggota

    PANJA dengan ini secara resmi, kami sampaikan naskah RUU

    tentang Cukai untuk memperoleh Keputusan PANSUS untuk

    diteruskan pada Sidang Paripurna DPR-RI guna mendapatkan

    per~etujuau Dewan.

    Terima kasih, walbillahi Taufik walhidayah,

    Wassalamu'alaikum Waromahtullahi Wabarohkatuh.

  • - 18 -

    KETUA RAPAT :

    Terima kasih kepada Pak Drs. Johny Alwi Banyo yang telah menyampaikan laporan PANJA RUU tentang Cukai.

    Selanjutnya sesuai dengan jadual pendapat akhir mini Fraksi-

    fraksi, namun sebelumnya kami ajukan satu saran atau meminta

    persetujuan kepada Fraksi-fraksi, mengingat keseluruhan materi

    muatan RUU tentang Kepabeanan dan keseluruhan materi muatan RUU

    tentang Cukai telah dibaca secara lengkap oleh keseluruhan anggota sejak mulai rapat-rapat Tim Perumus, Tim Sinkronisasi dan dilanjutkan kemarin dengan rapat PANJA.

    Apakah dapat disetujui bahwa keseluruhan muatan RUU tentang Kepabeanan dan keseluruhan rnuatan RUU tentang Cukai dianggap

    telah dibaca, sehingga tidak perlu dibaca lagi secara lengkap

    pada hari ini.

    FI\P

    Kami mintakan persetujuan Fraksi-fraksi, kami mulai dengan

    FKP ( H. ABDULLAH ZAINIE, S.H. ) Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarohkatuh, Bapak Pimpinan,

    Bapak Menteri Keuangan dan Wakil Pernerintah, dan Rekan-rakan PANSUS yang kami hormati, Menjawab pertanyaan dari Pirnpinan PANSUS, apakah kita dapat

    menyanggap naskah yang ada didepan ini sudah terbaca, ini

    jawabnya angel-angel gampang.

    Tetapi kalau kita lihat dari prosedur pembahasan dan proses penyelesaian dar i pada kedua RUU ini, maka kami mengansumsikan bahwa apa yang sudah terdapat didepan kita sernua ini yaitu naskah

    yang sudah ada disini, itu adalah naskah yang sama denqan yang

    kemarin sudah ditandatangani oleh Fraksi-fraksi. Fraksi-fraksi kemarin pada waktu selesai rapat PANJA sudah

    menandatangai lembar perlembar dari pada RUU ini. Jadi kami kira

    oleh karena sudah tandatangani dan ini sama apa yang

    di tandatangai kemar in kami beranggapan bahwa naskah ini sudah dianggap dibaca oleh FKP.

    Terima kasih,

    Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarohkatuh.

    KETUA RAPAT : Terima kasih, selanjutnya FPDI kami silakan

    FPDI ( SETYADJI LAWI, B.A. ) : Terima kasih Saudara Pimpinan, Membaca bebcrapa pasal yang menjadi perhatian kita

  • - 19 -

    waktu dibicarakan di Tin1 Sinkoronisasi, Tim Perumus dan ~ebagainya dan sudah persis seperti apa yang kami tandatangani,

    Fraksi menanddtangai dinatikah-naskah itu, sepanjang 1n1 sudah lengkap seperti itu dan kami rasa begitu, karni setuju untuk tidak

    usah dibaca kembali.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Terima kasih, selanjutnya dari FABRI kami persilakan

    FABRI ( R. M. PURBA Saudara Pimpinan, Saudara Menter i yang ter·hurmat, dan Rapat PANSUS yang kami hor-mati,

    Sarna dengan pendapat dari FKP bahwa tentunya yang dirurnuskan

    dalam naskah sekarang ini adalah apa yang kemarin telah

    ditandatangani lembar perlembar di PANJA. Dengan demikian maka bayi FABRI merasa menyatakan bahwa

    naskah ini tidak perlu dibac .... n lagi dan dianggap sudah dibaca.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT :

    1rerima kasih, selanjutnya dari FPP

    FPP { H. JUSUF SYAKIR j ; Saudara Ketua,

    Kami setuju sudah dinyatakan dibaca, karena kami kemarin sudah mernpelajari dan membuktikan paraf dan tandatangan dimasing-masing-lembar.

    Terima kasih.

    KETUA RAPAT : Terima kasih, saya kira untuk afdholnya juga kami tanyakan

    kepada Pemerintah.

    PEMERINTAH ( MENTER! KEUANGAN) : Terima kasih Saudara Pimpinan, dan

    Para Anggota PANSUS yang karni hormati,

    Assalamu'alaikum Waromahtullahi Wabarakatuh,

    Dari pihak kami juga sudah meneliti lembar perlembar oleh Staf yang terkait, dengan demikian juga kami menganggap bahwa hal itu telah dibaca seluruhnya.

    Terima kasih.

  • - 20 ~

    KETUA RAPAT ; Baik, dengan demikian ketielur-uhan mater i muatan RUU tentang

    Kepabeanan dan RUU tentang Cukai disetujui dianggap telah dibaca

    secara lengkap,

    ( RAPAT SETUJU

    Terima kasih.

    Selanjutnya sesuai jddual acara, ddalah pendapat akhir m~n1 Frctktii-fraksi unluk menyarnbil keputu~an atau pengesahan kedua RUU

    tersebut pada Tingkat PANSUS. Dengan hormat kami persilakan FKP

    FKP ( Ir. Ny.BAMBANG SIGIT PRAKOESWO ) : Assalamu'alaikum Waromahtul1ahi Wabarahkatuh,, Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-undang Tentang Kepabeanan dan Cukai,

    Yang terhormat Saudar. Aenteri Keuangan yang mewakili

    Pemerintah, dan Para Anggota Panitia Khusus yang saya hormati,

    Perkenankanlah kami mengajak Sidang PANSUS dan para hadirin

    yang saya muliakan untuk memanjatkan puji syukur kehadapan Allah subhahana Wataallah bahwa kepada kita telah diberikan kekuatan lahir dan batin sehingga kita tetap mampu dan berhasil mencapai tahap akhir penyelesaian pembahasan RUU tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai dengan baik dan sesuai harapan kita semua,

    semoga apa yang telah ki ta hasilkan sampai tahap ini nantinya

    akan berakhir dengan rnemuaskan dan pada saatnya dapat disahkan

    dan diundangkan sebagai produk hukum nasional.

    Sidang PANSUS yang kami muliakan,

    Dalam pengantar musyawarah yang lalu FKP telah mengemukakan persoalan yang mendasar di bidang kepabeanan maupun cukai dan yang telah mendapatkan tanggapan baik dari Pemerintah maupun FRaksi-fraksi. Sehingga terurnus secara arif di dalam konsideran dan pasal-pasal rancangan undang-undang dan penjelasannya secara

    jelas. Untuk itu kiranya patut diucapkan syukur, demikian juga

    penghargaan dan hormat setin~gi-tingginya kepada seluruh Fraksi

    dan Pemerintah.

    Sekalipun dernikian pada kesempatan ini perkenankanlah FKP

    rnenyampaikan beberapa pokok menegasan sikap yang merupakan

    landasan pikir dan perjuangan yang telah secara konsisten

  • - 21 -

    d i l a k u k an d ala m be r bag a i for· u m . A l:i a s k e ad i 1 an 111 au pun a s a s

    perlindungan bagi kepentingan rakyat telah dapat dirumuskan pula

    secara lug as dan j elas keberpihakannya kepada rakyat, sehingga

    d e n y an d e m .i k i a n s e c a r· a f o r m a 1 m a t e r i a 1 p e r j u n g a n F j{ P

    alhamdhulillah lelah dapat diakomodir di dalarn rancangan undang-

    unJdny ini. FKP berpendapat bahwa terwujudnya Undang-undang tentang

    Kepabeanan dan Rancangdn Undang- undang ten tang Cukai merupakan

    langkah mdju Jdlaw pembi:1Il-:JU!lan hukum dan perundangdn unluk

    mewuj udkan l:il H t iii• hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan

    nasional berlandaskan Pctncasila dan Undang-undang Dasar 1945 1 sehingga ,produk Undany-undang in.i j elas merupakan penyempurnaan

    dar·i urdona.si yang selctmct l.Il.i menjadi dasar hukum pelaksanaan

    ke~abeanan dan cukai.

    FKP menyadari sepenuhnya bahwa untuk terlaksananya Undang-

    unddny secara efeklif dan efesien sangat ditentukan oleh sumber day a manusia dparatur be a dan cukai. Oleh karena i tu program pendctyagunaan aparatur perlu diarahkan pada peningkatan kualitas

    kemampuan profesional yang b~ ~juan membentuk aparat yang lebih

    berperilaku dan berjiwa pengabdian 1 jujur dan berdisiplin serta

    bertanggungj awab 1 berkeadilan dan berwibawa sehingga mampu

    menegakkan peraturan dan sekaligus rnemberikan pelayanan dan

    per lindungan kepada masyarakat. Di samplng i tu juga diperlukan

    penatadn kewenangan yang rasional dlantara jajaran dan perangkat aparatur negara terkait melalui koordinasi untuk mewujudkan

    kerjasana dan sinergi yang menghasilkan gerak aparat yang efektif dan efesien dalarn mencapai sasaran pembangunan.

    Pimpinan PANSUS, Saudara ~~nteri, dan

    Para Anggota yang saya hormati,

    Dalam RUU tentang Kepabeanan seluruh Fraksi telah

    rnenyepakati bahwa asas selesesment berarti memberikan kewenangan kepada pengguna jasa kepabeanan untuk melengkapi member i tahuan

    pabean dan per hi tung an serta pembayaran bea masuknya sendir i 1

    dengan demikian tanggungjawab atas pelaksanaan kewajiban pabean

    berada di tanyan angyota masyarakat, sedangkan fungsi pejabat bea

    dan cukai rnelakukan penelitian, perneriksaan dan pengawasan.

    Dalam Pasdl 3 RUU tentang Kepabeanan disebutkan bahwa

    pemer· iksaan pabean dilakukan terhadap semua barang import dengan

    penJe.l.asan bahwa pemerlKsaan dokumen dilakukan seluruhnya,

    sedangkan pemeriksaan fisik dilakukan secara selektif jelas bahwa

    RUU ini liddk secara pasti menyebutkan sistim pemeriksaan pabean,

    apakah prins.ipment expection atau underraiwel inspection. Dengan

  • - 22 -

    P~mahamdn tersebul maka RUU ini menyerahkan sepenuhnya kepada Menter·i Keuangan untuk mementukan metoda atau cara pemeriksaan pabean yang akan dipergunakan.

    Dalam pada i tu FKP rnenganggap perlu menyampaikan sikapnya

    terhadap pemriksaan pabean agar Pernerintah memperhatikan kecepatan arus barang dalam melaksanakan kewenangan pemerik-saannya dan melengkapi pemeriksaan tersebut dengan penawasan

    melalui osclearend audiet yaitu pemeriksaan atas pembukuan, surat menyurat, calatan serta persedian barang.

    Hal ber·ikut yang perlu dikemukakan adalah tentang Lembaga Banding, FKP menyambut dengan gembira keberadaan lembftga ini, sebab merupakan refleksi dari niat baik untuk negakkan keadilan terhadap kemungkinan adanya keputusan Direktorat Jenderal yang

    tidak proposional, tidak adil dan tidak sesuai dengan peraturan

    perundangan yang berlaku. Walau pun demikian sebagai latar

    belakang dipaharni pula bahwa keberadaan Lembaga Banding sebagai

    institusi penegak keadilan bersifat sementara dengan pengertian

    segera akan dibentuknya satu Badan Peradilan Pajak sebagaimana

    dirnaksud Undang-unddng Nomor 9 Tdhun 1994 tentang Ketentuan Umum

    dan Tata Cara Perpajakan. Selanjutnya ijinkanlah kami menyinggung secara singkat

    tentang sanksi admintrsai berupa denda adrninistrasi yang cukup

    berat dan merupakan hal baru dalam RUU ini. Hal tersebut dilandasi atas keadilan dan keseimbangan serta kepastian penerimaan negara dan irnplikasinya terhadap pelaku ekonomi untuk

    rnelaksanakan seluruh peraturan perundang-undangan ini secara benar.

    Di bidang cukai kami berpendapat bahwa fisclosofi dasar yang rnelandasi pengenaan cukai mempunyai tekanan yang berbeda dengan

    kepabeanan, oleh karena maksud utama pengenaan cukai adalah untuk

    membatasi produksi dan komsumsi peredaran barang kena cukai, maka

    akibat logisnya pelanggaran terhadap ketetuan Undang-undang

    tentang Cukai dikenakan sanksi administrasi yang lebih berat dari

    pada RUU ten tang Kepabean. Sehubungan dengan tar if cukia yang diusulkan oleh Pemer imtah setinggi-tinC44iJinya seratus lima puluh per sen ( 150%) dar i harga dasar. Setelah dilakukan pembahasan

    secara rnendalam tentany aspek penerimaan negara dengan aspek

    pembatan peredaran barang kena cukai dipihak lain, maka dalam RUU

    tentang Cukai FKP menegaskan perlunya dilakukan pembatasan peng-

    gunaan bahan-bahan yang dapat menggangu kesehatan masyarakat I

    kearnanan dan ketertiban. OLeh karena i tu FKP mengusulkan agar

    tarif cukai setinggi-tingginya dua ratus lima puluh persen (250%)

    dari harga jual pabrik atau setara dengan lima puluh lima (55%)

    dar i harga jual eceran 1 kedua car a per hi tung an tersebut adalah

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    1

  • - 23 -

    merupakan patokan dasar bagi Pemerintah untuk menetapkan

    selanjutnya. Namun yang terpenting adalah bahwa untuk menjamin

    pengawasan terhadap pernasukkan uang negara ser t pernba tasan

    produksi dan komsumsi oleh masyarakat, maka cara pengenaan cukai

    dengan cara pelekatan pita cukai adalah yang paling dapat

    menjamin dan memudahkan pengawasan. Untuk itu FKP mengharapkan

    agar dimasa mendatang secara bertahap Pemerintah menggunakan cara

    pelekatan pita cukai bagi seluruh jenis barang kena cukai selain

    etil alkohol.

    Dalam pengenaan tarif cukai tersebut FKP sependapat dengan

    Fraksi-fraksi lain agar Pemerintah dapal rnenggunakannya searif

    sebijaksana mungkin dengan mempertimbangkan rasa keadilan bagi

    konsumen dan perlindungan bagi pengusaha kecil dengan menggunakan

    strata yang tidak terlalu banyak bagi produk basil tembakau.

    Sej~lan den~an pemikiran itu bahwa karena cukai karena beban

    konsumen dan bukan pengusaha, rnaka FKP sependapat dengan

    diberikannya fasilitas penundaan pembayaran bagi pembayaran pita

    cukai selarna tiga (3) bulan, karena pada dasarnya adalah untuk

    membantu pengusaha kecil.

  • I

    r

    ri\P.

    rPDJ

    - 24 -

    Sclanjulnya izinkanlah kami menyinggung secara singkut lcntang Penyidikun.

    K c llu a I{ 1111 can gun lJ n d aug-U u dang i n i me m lJ c r i k an w c w c 1111 n g k h u s u s kcpada Pegawai Ncgeri Sipi I tertcntu di I ingkungan Direktorut .Jcnderal Dca dan Cukai untuk bcrtindak scbagai Pcnyidik :;ebagaimana dirnaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t.enlang llukum /\cara Pidana. Pcjabat Pcgawai Negcri Sipil yang bersaJtgkula.fl mcmbcrilahukan dimulainya pcnyidikan dan mcnyampaikun hasilnya kcpadu Pcnuntut Umum, Frak:>i Karyn t'embaugunan scpcndapal dcngara rumusan ini scbab k.ouko.rdan \h~ugan Undaug·-undang Nomor 9 Tahun 1994 t

  • - £:>5 -

    Pansus sebagai berik.ut

    I. YHYH

    Berbicara teutang RW Kepabeanan dan CUkai yang diajukan Pemer.i.ntah kepada Dewan sebagaimana telah kita bahas bersama adalah merupakan kewajihan dan tugas konstitusional sesuai dengan sistim UUD 1945.llal ini juga merupakan bukti kesiapan kita sebagai negara bangsa

  • I I

    - 26 -

    cukai dengan pemilik barang inq;x>r atau kuasanya. Sudah merupakan naluri para {'engusaha atau siapa sajapun tmtuk selalu berusaha mem-perk.ec.il beban pengeluaran atau beban finansialnya. Sedangltan sesung-gulmya yang paling mengetahui nilai transaksi inq;x>rtasi itu adalah .iDportirnya sendiri akibat dari penerapan self assesment. Praksi PDI berpendapat, pada akhirnya yang menentukan keberhasilan pelaksanaan Pasal 3 ini adalah terpulang pada integritas atau kejujuran aparatur Bea dan Cukai. Maka dari itu Fraksi PDI uengharapkan agar upaya meningltatkan kadar ~jujuran pejabat Bea dan CUkai barus senantiasa dilakukan, antara lain d~ngan cara meiJI)erbaiki kesejahteraan dan meninglt.atkan kemaiii'WUl profesionalnya, serta menindak tegas setiap pelan9uaran atauptnl penyelewengan yang terjadi.

    FraksJ POI borpendapat bahwa pemerlksaan fisik atas barang inq;x>r dapat dilalwkan secara selektif dengan konpmsasi harus dilakukan post clearenco audit. Oleh karerJa nilai transaksi iqlortasi sebenar-nya yang mengr~tahui adalah i.nportirnya sendiri, maka surat pemberi-tahuan pabean yang dibuat oleh i.JIIx>rtir atau Jwasanya harus dapat dibuktikan kebenarannya oleh pihak pembuat surat pemberitahuan pa-bean.

    Pasal _1

    Pasal 4- baru r;ebagai pengganti ruDIJSan pasal 3 ayat (2) RUU menetap-kan ketentuan terhadap barang ekspor. Pada prinsipnya terhadap barang ekspor hanya dilakukan penelitian dokumen. Hanya dalam hal tertentu saja dapat dilalwkan pemeriksaan fisik atas barang ekspor.

    Fraksi PDI berperklapat ketentuan pap.al 4 baru RUU Kepabeanan ini sudah tepat. Walaupm sesungguhnya rullllSan pasal 3 ayat ( 2) RUU Kepabenan itulah yang jauh lebih maju dan prinsipial. Pemeriksaan pabean terutama fisik terhadap barang ekspor mamang tidak diperlu-kan, karena disaJ~~>i.ng dapat menghambat kelancaran barang ekspor yang justru sedang didorong habis-habisan untuk dit~kan juga terhadap barang ekspor memang tidak ai k.epada perbankan.

    Pasal_6 baru (Pasal 4 RW) :

    "Terhadap barang yang di:iqx>r atau diekspor, berlaku segala ketentuan yang diatur dalam U'ndang-undang ini.11 •

    Fraksi PDI menyetujui. IUlllSan ketentuan Pasal ini atas dasar :

    1. Pengalaman UU No. 14 Th. 1992 tentang LALU LINTAS JALAif RAYA, temyata karena tidak ada Pasal ketontuan bahwa terhadap lalu li ntas jal an raya berlaJm segala k.etentuan yang diatur dalam UUl.LJR maka pihak-pihak. terkait, seperti Kepolisian dan DLLAJR, me1·asa masih bisa menerapkan ketentuan-k()tentuan yang lain, yang belum termuat dalam UULI.JR, akibatuya realisasi pelaksanaan UULLJR hingga sekarang masih sering dijunpai "ketidak beresan" yang tempo-teupo meresahkan JP.asyarakat.

  • - 27 -

    2.. Ternyata "bidang kerja" Kepabeanan cukup menggiurkan, sehingga sering menarilt mi.nat :i.n&tansi/pihalt lain wtuk juga "ambil bagian" seperlunya; mal'..a dengan adanya rumusan ketentuan Pasal 6 ini atau (PlUlal 4 RUU), altan terdapat Tertib HuJwm dan Kepastian Hukla.

    Pasal 12

    Pasal 12 RUU KepaQeanan menetapkan tarif setinggi-tingginya atas barang inpor adalah 40 (e~'at pul.uh) persen. Angka 40 (eupat puluh) persen in:i secungguhnya relatif sangat tinggi bila dibandingkan dengan tarif tertinggi 1Tang DJam diwujudkan 0 (nol) saiJilai 10 (sepu-luh) persen dalam lterangka porjanjian bai.k regional maupun interna-oional.. Tarif yang setinggi-tingginya 40 (enpat pulub) persen .i.tu akan memberikan poluang kevada Pemer.intab wttuk memberikan proteksi kepada produk-prodult tortentu milik tlari pengusaha tertentu. Fraksi PDI mengharapknn agar Pemerintah tidak menll8rgunakan tari.f bea masuk yang tertinggi itu apabila tidak untuk ''~ebesar-besar kemaknllran rakyat", kepentingan sosial dan ekonomi rakyat banyak:. Fraksi PDI berpendapat tarif boa ma3ult yang tinggi hanya akan meningkatkan upaya penyeluOOupan.

    Pasa1 ~4

    Pasal 54 RUU yang telilh diseu{>umakan tentang pengendalian i.mpor dan ekspor bcu:ang-lxu:auy hauil pelanggaiau merek dan hak cipta, yang nenjadi hasil pelanggaran Ilak atas Kekayaan Intelektual telah meap-erluas ruang ling)wp yang akan dikeudalikan. Fraksi PDI dapat meneri-rna perluasan r.uang lingkup pangendalian inlPOr dan eksr.:or barang-barang haoil pelahggaran hak: atas ltGJtayaan intelektual itu. Oleh karena dengan d(,'lftiJti.an kita telah dapat berperan serta menegakkan keadiluu hukum dalam melalwl~an kegiataa bisnis atau dtmia usaha.

    Dalam ketentuan P'lnal 54 RUU Kepabeanan itu ditetapkan bahwa yang dapat metJaD.gguhJ~ semontara .. elmpor dan iut:'or barang-barang basil pelanggaran ha~~ atan keJtayn~ intelel'"lual adalah Ketua Pengadilan Negari atas pe:r:m.intaan/ t"ya:t·atan kepada penggugat untuk memberikan jaminan, tindaJmu pengaduan atas pelauggaran llak Atas Kekayaan Inte-lektual tcrseh.It menjadi tiduk akan semena-mena. Selain Ketua Pengad-i13tl Ncgeri, dongan alasan tindakan jabatan, Pejabat Bea dan CUkai juga df\Pat mena•·•gguhkan pengeluaran barang. impor atau e.kspor yang terdaJ..>a dan Cukai borwonang meuerik-. sa buku, c-:atatan, surab-menyurat yang bertalian dengan i.mpor atau ekspor, dan pe.rsedian bacang dari orang sebaga.imana di.maJmud dalam Pasal 50 unt.uk kepentingan audit dibidang kepabeanan.Fraksi PDI

  • r-1

    I

    I

    - 28 -

    berpeOOapat bahwa audit dibidang KepabeaJ tan ti.mbul sebagai konsekuen-si diber lalrukannya sistim self assesment dalam pengisian Sur at Pembe-ritahuan Pabean. Rumusan Pasal 86 diJnaksudkan untuk menegaskan kewenangan Pejabat Bea dan CUkai. melakukan pemeriksaan pembukuan atas barang inpor dan ekspor setelah J1\elll)erolch clearance dikeluarkan dati Kawasan Pabean. Jadi pemeriksaan peml.'ukuan itu hanya dimalarudkan ootuk memperoleh kebenaran atas transa1tsi inp>r 1 tmtuk membuktikan kebenaran pemberitahuar• pabean yang dilutung sendiri oleh pcmilik barang. Sedangkan pemeriksaan pembukuan atas barang ekspor 1 kepentingrumya bukan \Bltuk penetapan bea ekspor I oleh Jtarena terhadap barang ek.spor tidak dikenakan pembebanan bea atau pajak ekspor. Kepentingan utama pembukuan barang ek.spor adalah Wltuk penetapan pajakl khususnya PPh. Sebagaimana telah kita ketahui. bersama bahwa baik terbadap nilai transaksi impor mauptm ekspor ada kecendenmgan \.Ultuk merendahkan ni.lai transaksinya. Kalau terbadap impor tujuannya untuk meJll')erke-cil bea masuk. Sedangkan terhadap ekspor · ditujukan Wltuk meJII)erkecil pendapatan/ penghasilan kena pajak. Guna merekayasa maksud tersebut biasanya perusahaan yang bertirdak sebagai inlx>rtir atau eksportir di luar negeri itu ada1ah perusahaan yang menjadi milik dari importir atau eksportir dalam negeri ki.ta. Maka dari itu apabila pemeriksaan pembukuan, catatan-catatan dan surat menyurat termasuk bukti-bukti transfer dan L/C dari perbankan tidak dilakukan pemeriksaan secara kclll>rehensif 1 tujuan pemeriksaan tidak: aJc:an mencapai sasaran. Disaup-:i.ng itu yang juga harus menjadi kewaspadaan kita dengan sunggub-sungguh atas pelaksanaan Pasal 86 ini adalah terhlk.anya keseopJ.tan melak.ukan kolusi dan korupsi.

    Da1am h\Jbungan itu ·Fraksi PDI menyarankan dan mengharapkan agar pengawasan dan pemeriksaan eksternal atas pelaksanaan wewenang Peja-bat Bea dan CUkai tmtuk melalwkan pemeriksaan buku dilaksanak.an secara optimal.

    III. RUU DNTANG CUKAI

    1. Konsideran Menimhang Motivasi yang di.pergunak.an dalam menyus1m RUU cukai adalah peraturan peruOOang-\Dldangan cuJtall yang selama ini dipez·gunakan sebagai dasar peJII.IllgUtan cukai 1 tidak sesuai lagi dcngan pcrkembangan huktUD dan perekonomian nasional. Fraksi PDI berpendapat bahwa aoti vasi ini sudah tepat oleh karena perkembangan hultLD dan perekonomian nasional. kita memmtut agar ada keterkaitan yaug erat antara perkernbangan huk1u dengan perekonomian global. Seluruh penmdang-Ul¥Jangan kita harus berdasarkan kepada_ Pancasila dan UUD 1945. Konstatasi· bahwa dasar hukum pemungutan cukai yang dilierlakukan selama ini adalah atas dasar 5 (lima) ordonansi yang di}iuat oleh Pemerintahan Hindia Belanda yang usianya rata-rata sudah 100 (seratus) tahun yang lalu sudah pasti tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan dasar atau pokok-pokok pik:i.ran yang tertera dan terkandtmg dalam Pancasila dan UUD 1945 yang bei'JIIlara pada perwujudan k.eadilan sosial bagi seluruh rakyat. SUbstansi konstatasi ini sepenuhnya dapat disetujui olch Fraksi PDI, dengan alasan karena sikap politik yang mendasar dan strategis bagi PDI sejak bordiri pada tahun 1973 adalah menumbuh kembangkan semangat Orde Baru untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 seca:ra Dl.li1li dan konsekuen.

    Dengan diberlakukarmya RUU CUkai 1 berarti :

  • - 29 -

    a. Bar altllirnya Hu1t.Um Kolonial di bidang CUkai dengan segala peraturun pnlalc:an~mnya yang bersifat c.liskrimi.Itatif.

    b. Kitu nemilild Undang-wulang di bidang CUkai yang telah menanpung ber·bagai kekosongan yang tidak diatur oleh perundang-umangan sobolumnya, dan terpenting adalah UOOang-undang ini bernafaslcan rums keadilan dan kr.seimbangan, berisi berbagai pri nrdp yang di b:-~;rusk~ sesuai tuntutan dan tantangan pembangu-nan s~rta memililti j'-1ngk.,uan antisipasi jauh k.edepan.

    c. Munt.'"U 1 nya t. antangan dan hnrnpan baru dalam proses pentLangunan naslonaf k.b~:;usnya d.i bidong KouarJuan lt9gara yang hd:rua dijawab se~:ua arif dan bijaJ~ana agar m:'m!Alabkau basil yang positif dan konkrit, bail; kuantitatif maupun Jwalitatif.

    2. Perwmbal~n atau 1~a:.1gan Bn.rang Kena CUkai Penambahan atau pengt~nr.n Bru:ang Kena C1.1k:ai seuagaiJ\lana diatur dalam Pasal ~ ayat { ~) RUU tentang CUkai pada priru;.ipnya bagi Ft·aksi PDI harus d·~ngan Un .. bng···undang. llal ini mengacu pada Pasal 23 UUD 1945. Oleh lt.ru:·nna Penambahnn Barang Kena Cuka.l a.d.alah puugutan yang membe-bani masyarakat, maka harus ditetapkan dengan Undang-undang. Begitu pula Barang Kena CUkai yang telah ditetapkan dalam Pasal 4 ayat (1) RUU tentang CUkai. Secara juridis-formal apabila ada Penambahan atau Pengurangan Barang Kona CUJta.i seb'-Igaimana diatur/ditetapkan pa.da Pasal 4 ayat (1), harus mE>lalui Uncl:my-·undang huJ'-&1 melalui Pe1aturan PeD:)r:intah yang d:i. dalam ponot;Jpat.ul~,-a tidak: melalui/tidak memerlukan Parsetujuan DPR. Nanrun demi.kian Fraksi PDI mengbormati kesepakatan bersama yang tolah

  • - 30 -•

    perusahann dian I ru~anya 680 perusaha.c."'Ul Jtecil yang masih memerlu1t£Ul fasilit;.u~ penumlaun tersebut, mesld.pun demiltitln Fra1tsi PDI tetap mengharapkau kepada Pemerintah untuk menggunakan pentmdnan tlaktu itu sepen

  • - 31 -

    Pemerintah meningkat~an mutu pengawasan yang makin tepat,

    agar tidak terjadi lagi peredaran liar minuman-minuman keras yang

    akhir-akhir inimakin marak sebagai hasil produksi liar dan penye-

    lundupan.

    Terakhir penutup atas dasar pandangan, saran dan pendirian-

    psndirian tersebut diatas. ~

    Kami atas nama FPDI dengan ini menyatakan menyetujui RUU

    tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai hasil kerja Panja

    tersebut diteruskan pada pembicaraan tingkat VI Sidang Paripurna

    untuk pengambilan Keputusan akhir.

    Akhirnya FPDI sekali lagi menyampaikan terima kasih kepada

    rekan-rekan FKP, FABRI, FPP dan Pemerintah serta seluruh staf

    Sekretariat DPR-RI maupun Departemen Keuangan sebagai pendukung

    dari pada Pansus in1 atas pengertian dan kerja samanya sehingga

    berhasil menyusun Rancangan Undang-Undang tentang Kepabeanan dan

    Rancangan Undang-Undang tentang Cukai sebagai hasil mufakat

    bersama dalam suasana penuh kekeluargaan, apabila di dalam disku-

    si-dis~usi dan dialog-dialog rekan-rekan kami FPDI ada ucapan

    tingkah laku tindakan yang terlontar itu tidak disengaja, tetapi

    itu memang sengaja untuk ebaikan kita bersama tertapi apabila itu

    terasa menyinggung dan kurang berkenan dihati Bapak-bapak para

    Anggota Panja maupun Pansus atas naman FPDI, kami mahan maaf yang

    sebesar-besarnya, semoga Allah SWT selalu memberkati jerih payah

    kita demi keJayaan nusa dan bangsa.

    Merdeka !

    Wassalamu'alikum Warahmatullahi Wabara~atuh.

    KETUA RAPAT :

    Terima kasih, juru bicara dari FPDI dan rupanya FPDI sudah

    kehabisan warna merah, terima kasih sekali lagi.

    Dan selanjutnya dengan hormat kami persilakan juru bicara

    dari FABRI.

    FABRI (R.M. PURBA)

    Bapak P impinan yang ~:ami horma. ti.

    Bapak Menteri dengan jajarannya.

    Rekan ••••••.•

  • - 32 -

    Rekan-rekan Anggeta Pansus.

    Sebelum FABRI menyampaikan pendapat akhir mini,

    sedikit jualan bebas, jadi pedagang. Saleh Pak.

    KETUA RAPAT :

    kami ada

    Silakan, harga jual Pabrik atau hanya jual Eceran pak.

    FABRI (R.M. PUR8A)

    nanti kita pertimbangkan perlu diperiksa secara khusus atau

    perlu dikasih pita Cukai.

    KETUA RAPAT

    Silakan.

    FABRI (R.M. PURBA)

    Oleh Bapak Ketua tadi disampaikan untuk menyampaikan pendapat

    a.khir mini,

    kan supaya

    ka.lau istilah ini ada dala.m RUU FABRI pasti mengusul-

    perkataa.n mini itu dicantumkan dalam Bab 1 Pasal 1

    tentang Ketentua.n.

    Karena kalau kita lihat alat angkut misalnya, itu kalau kita

    urut da.ri besa.r ke kecil itu mulai dari bis Kota, atau Patas,

    kemudian Metro mini, dari Metro mini lebih kecil lagi Mikrolet,

    setelah Mikrolet, Baja.j.

    Jadi Pendapat Akhir mini ini kalau disejajarkan dengan bis

    maka kira-kira dia dibawah bis kota, tetapi di atas Mikrolet.

    Ini kami sampaikan karena sebenarnya pernah kami jual dulu

    oleh FABRI, pada periode yang la.lu. Dan sekarang kami ingin jua.l

    lagi Pak.

    Kalau kita amati proses pembahasan suatu Rancangan Undang-

    Undang menjadi Undang-undang, dimana tahap pertama Rancangan

    Undang-Undang disampaikan oleh Pemerintah dengan amanat Presiden

    serta menunjuk Menteri yang mewakili Pemerintah, setelah sampai

    di DPR-RI di bahas dalam Plena pada pembicaraan tingkat I itu-

    diantar oleh Pemerintah dengan memberikan keterangan Pemerintah.

    Kemudian kita memasuki pembicaraan tahap tingkat II Juga di

    Plene DPRI disitu disampaikan pemandangan umum fraksi-fraksi,

    yang sebenarnya pemandangan umum para Anggota dan dilanjutkan

    dangan jawaban Pemerintah terhadap pemandangan umum, pemandangan

    umum nanti akhirnya yang juga disampaikan di Plene fraksi adalah

    pendapat akhir fraksi-fraksi.

    J ad i .......... .

  • I

    I

    - 33 -

    Jadi pemandangan umum para Anggota

    fraksi ditutup dengan pendapat akhir

    yang disampaikan per

    fraksi-fraksi, setelah

    pembicaraan tingkat II kita memasuki pembicaraan tingakt III, itu

    diantar dengan pengantar musyawarah fraksi-fraksi, kemudian ada

    mekanisme baru ada jawaban Pemerintah, jadi setelah diantar oleh

    pengantra musyawarah fraksi-fra~si dan diberikan jawaban oleh

    Pemerintah, Pansus mulai membahas dengan segala mekanismenya

    sampai paa tingkat Panja, Timus, Sinkronisasi dan sebagainya.

    Sehingga pada akhir pembahasan di tingkat Pansus kita namakan

    dengan pendapat akhir mini, perkataan mini ini yang kami coba

    untuk kita renungkan, apakah mini itu sama dengan ukuran bis

    tadi, ataukah mini ini sama dengan rok mini, kalau ada mini,

    nanti apakah ada pertanyaan tidak mini, atau maksi atau seba-

    gainya. Jadi kalau kita kembali ke pembahasan Pansus diantar

    dengan Pengantar Musyawarah, maka menurut kami setelah kita

    bermusyawarah maka yang terakhir adalah hasilnya musyawarah, jadi

    hasil musyawarah ini boleh kita katakan sebagai kesimpulan musya-

    warah, oleh karena itu FABRI tidak menggunakan istilah Pendandat

    Akhir Mini, tetapi mengguna~an istilah Kesimpulan Musyawarah,

    karena kita memasuki Pansus dimulai dengan Pengantar

    kita bermusyawarah, ada hasilnya yang kami namakan

    musyawarah.

    Musyawarah,

    kesimpulan

    Demikian pak, ini suatu jualan murah dan logis, tetapi kita

    tidak perlu cukai, tidak perlu ada pemeriksaan, mohon barangkali

    untuk Pansus-pansus berikutnya dapat kita pertimbangkan jualan

    FABRI ini.

    Demikian Pak ~:etua selanjutnya kesimpulan musyawarah FABRI

    akan disampai~an oleh Saudara Yang terhormat Situmorang, terima

    kasih pak.

    FABRI (Drs.M. SITUMORANG)

    Yang terhormat Saudara Pimpinan Pansus.

    Yang terhormat Menteri Keuangan yang mewa~ili Pemerintah

    beserta staf.

    Yang terhormat Anggota Pansus.

    Serta Hadirin yang berbahagia.

    Pada kesempatan ini marilah kita panjatkan puji dan syukur

    kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehing-

    ga kita dapat melaksanakan sidang Pansus pada hari ini dalam

    keadaan sehat dan wal'afiat, setelah berhari-hari kita membahas

    Rancangan ••••••••

  • - 34 -

    Rancangan Undang-Undang tentang Kepabeanan dan Rancangan Undang-

    Undang tentang Cukai bai~ diforum Pansus Panitia Kerja atau Panja

    Tim Perumus sehingga T1m Sinhron1sasi, tibalah saatnya sekarang

    pada tahap pengambilan keputusan tingkat Pansus.

    FABRI berpendapat bahwa pembahasan itu disetiap forum telah

    berjalan lancar dilandasi semang~t bermusyawarah yang tinggi

    untuk mencapai mufakat, sehingga menghasilkan rumusan yang ter-

    baik bagi Rancangan Undang-Undang ini.

    Walaupun demikian tidak jarang terjadi pembahasan yang alot,

    sehingga pembahasannya sering ditunda, penundaan pembahasan atau

    pending ini terjadi karena masing-masing fraksi berkeinginan

    merumuskan Rancangan Undang-Undang ini dengan muatan dan rumusan

    yang terbaik demi kepentingan penegakan hak-hak negara di bidang

    Kepabeanan dan Cukai dengan memperhatikan kepentingan masyarakat

    luas, namun pada akhirnya semua fraksi dapat mencapai mufakat

    yang bulat melalui mekanisme lobbi.

    Pembahasan di forum Timus dan Sinkronisasi tidak banyak

    mengalami hambatan, dan dapat berjalan lancar sesuai kewenangan

    kedua forum tersebut, kegiatan Timus dan Sinkronisasi dapat

    selesai sesuai jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Selanjutnya perkenankanlah kami, dalam kesempatan yang berba-

    hagia ini mengulas sedikit beberapa hal atau permasalahan yang

    berkembang selama pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang

    Kepabeanan dan Rancangan Undang-Undang tentang Cukai ini, antara

    lain ..

    Pertama, Perihal pengertian atau istilah yang digunakan dalam

    RUU tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai, FABRI mengusulkan

    sebanyak 5 butir istilah yang tercantum baik di dalam Satang

    Tubuh maupun di dalam Penjelasan RUU tentang Kepabeanan dan

    tentang RUU Cukai yang perlu dicantumkan dalam Bab Ketentuan Umum

    Pasal 1.

    Setelah melalui pembahasan Panja, maka sebanyak 4 butir dapat

    disetujui yaitu pengertian Kantor Pabean, Pas Pengawasan Pabean,

    Kewajiban Pabean, dan Pemberitahuan Pabean pada RUU tentang

    Kepabeanan, Pada RUU tentang Cukai telah dilakukan penyempurnaan

    pengertian tentang Tempat Penyimpanan.

    FABRI berpendapat, dengan mencantumkan istilah-istilah di

    atas diharapkan akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk dapat

    mengerti dan memahami Rancangan Undang-Undang tentang Kepabeanan

    dan Rancangan Undang-Undang tentang Cukai, sehingga dapat

    diharapkan pelaksanaannya nanti akan lancar.

    Kedua, .•.••••.

  • - 35 -

    Kedua, perihal penjelasan yang bersifat normatif atau yang

    bersifat mengatur dalam Rancangan Udnang-Undang tentang Kepabea-

    nan dan Rancangan Undang-Undang tentang Cukai, dalam beberapa

    rumusan penjelesan terdapat substansi yang bersifat megnatur atau

    normatif, untuk itu FABRI mengusulkan agar esensi yang bersifat

    normatif atau yang bersifat mengatur yang tercantum dalam penje-

    lasan dimasukkan dalam Satang Tubuh,

    FABRI menyadari bahwa bagian penjelasan tersebut muatannya

    terlalu panjang untuk dirumuskan di dalam Satang Tubuh, sehingga

    sebagian tetap dalam penjelasan pasal yang

    rumusan kalimat yang isinya, memberikan

    Batang Tubuh.

    bersangkutan dengan

    penjelasan terhadap

    Ketiga, Perihal sangsi terhadap pelanggaran dalam Rancangan

    Undang-Undang tentang Kepabeanan dan Rancangan Undang-Undang

    t~ntang Cukai.

    FABRI berpendapat, pemberian sangsi atas pelanggaran Undang-

    undang ini baik sangsi adminsitrasi berupa denda, maupun sangsi

    pidana harus mampu menimbulkan kepatuhan dan membuat jera si

    pelaku, sangsi yang diberikan harus sesuai kesalahannya.

    FABRI mengusulkan, perlu penyusaian penataan rumusan sangsi

    yang tersebar di beberapa pasal, seperti halnya sangsi terhadap

    tidak memenuhi kewajiban menyediakan buku dan catatan untuk

    diperiksa, akhirnya dapat dicapai ~esepakatan untuk menyempurna-

    kan Satang Tubuh pasal-pasal terkait dan memberikan penjelasan

    yang cukup dalam penjelasan pasal.

    Keempat, perihal kewenangan pejabat Bea dan Cukai untuk

    meminta bantuan angkata bersenjata dan instansi lainnya, kewenan-

    gan pejabat bea dan cukai untuk meminta bantuan angkatan bersen-

    jata dan instansi lainnya baik dalam RUU tentang Kepabeanan

    maupun dalam RUU tentang Cukai.

    FABRI berpendapat perlu perubahan kata "berwenang" untuk

    diganti dengan "dapat", usul ini mengacu kepada Undang-undang dan

    ketentuan yang lain yang berkaitan dengan masalah pengarahan H.

    Perkataan berwenang untuk dapat menimbulkan berbagai penaf-

    siran, karena pengertiannya sangat luas dan dapat diartikan

    mendapat hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu.

    FABRI menganggap, bahwa usulan rumusan Rancangan Undang-

    Undang tentang Kepabeanan dan Rancangan Undang-Undang tentang

    Cukai yang berbunyi "Dalam melaksanakan tugas berdasarkan undang-

    undang •••.•••••

  • - 36 -

    undang ini Pejabat Sea dan Cu~ai dapat minta bantuan Angkatan

    Bersenjata dan instansi lainnya sudah tepat••.

    FABRI memahami permintaan batuan ini dikaitkan dengan kondisi

    Geagrafi negara kita yang memiliki garis pantaian yang sangat

    panjang.

    Kelima, perihal nyedi~ian dalam Rancangan Undang-Undang

    tentang Kepabeanan dan Rancangan Undang-Undang Cukai.

    Pasal 117 Rancangan Undang-Undang tentang Kepabeanan dan

    Pasal 63 Rancangan Undang-Undang tentang Cukai memuat rumusan

    mengenai kewenangan khusus sebagai penyidik PPNS dilingkungan Sea

    dan Cukai sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun

    1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak

    pidana di

    memerlukan

    penundaan.

    menjelaskan

    bidang Kepabeanan dan Cukai, pembahasan pasal ini

    waktu yang panjang bahkan mengalami beberapa kali

    Pada pembaha5an di furcm Pansus, Pemerintah telah

    bahwa penerimaan bea masuk barang import, maupun

    penerimaan cukai atas barang kena cukai, adalah merupkan

    maan negara berupa Pajak, dimana Sea masuk dan juga

    merupakan pajak tidak langsung, oleh karena itu perlakuan

    peneri-

    tersebut

    terha-

    dap pengamalan atau penjamin penerimaan negara terhadap be masuk

    dan cukai tersebut perlu diperlakukan yang sama dengan Pajak.

    Disamping itu penyidikan di bidang Kepabeanan dan di bidang

    Cukai memerlukan keahlian khusus, karena Kepabeanan maupun Cukai

    memiliki ciri-ciri khusus sebagai halnya pajak. Dari pertimbangan

    tersebut forum Pansus maupun Panja RUU Kepabeanan dan Panja RUU

    Cukai sepakat untuk membahas masalah penyidik mengacu kepada

    Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 yang telah dirubah dengan Un-

    dang-undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Ketentuan Umum dan Tata-

    cara Perpajakan.

    Walaupun demikian pembahansan Satang Tubuh dan Penjelesannya

    belum berjalan mulus dan pembahasan di tingkat Pimpinan Pansus

    dan Pimpinan Fraksi-fraksi bersama Pemerintah dengan semangat

    musyawarah untuk mencapai mufakat untuk memperoleh rumusan yang

    terbaik, bagi ~edua Racangan Undang-undang ini Panja dan Timus

    masing-masing Rancangan Undang-Undang sepakat untuk merumuskannya

    sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-undang tentang ketentuan

    Umum dan tatacara Perpajakan.

    Keena.m ....•.•••••

  • - 37 -

    Keenam, masalah atau perihal Pemeriksanaan Pabean terhadap

    para impor dan penelitian dokumen terhadap barang ekspor dalam

    Rancangan Undang-Undang tentang Kepabeanan.

    FABRI berpendapat, bahwa pengawasan kegiatan keluar masuk

    barang ke dalam wilayah Indonesia merupakan upaya penega~an

    kedaulatan negara, sehinggd perlu diadakan pemeriksa.

    Pendapat yang sama juga disampaikan oleh FKP dan FPP, dalam

    pembahasan substansi ini, akhirnya semua Fraksi dan Pemerintah

    dapat menerima dasar pemikiran tersebut.

    Namun demikian untuk mengantisipasi perdagangan bebas pada

    masa yang akan datang dan memperlancar arus barang serta mening-

    katkan eksport non migas, maka perlakuan pem~riksaan terhadap

    ekspor dan impor dibedakan tanpa mengurangi kedaulatan negara.

    Atas kesepakatan bersama diputuskan Pasal 3 Rancangan Undang-

    Undang tentang Kepabea.nan dirubah dengan memecah menjadi 2 pasal

    yaitu Pasal 3 baru, dan Pasal 4 baru.

    Pasal 3 baru, mengatur perlakuan pemeriksanaan Pabean terha-

    dap barang impor, melip~ti penelitian dokumen dan pemeriksaan

    fisik barang secara selektif.

    Sedangkan Pasal 4 baru, mengatur terhadap barang ekspor

    merupakan penelitian dokumen, sedangkan dalam hal-hal tertentu,

    Menteri dapat menetap~an pemeriksanaan fisik atas barang.

    Ketuj uh, peri t-1a 1 pengawasan terha.dap pe 1 anggaran

    kekayaan intelektual dalam RUU tentang Kepabeanan.

    ha.k atas

    FABRI mendukung sepenuhnya upaya Pemerintah melakukan pemba-

    haruan hukum di b1dang Kepabeanan dalam bentuk Undang-undang

    tentang Kepa.beanan. Materi rencangan Undang-undang tentangn

    Kepabeanan ini diharapkan mengakomodasi ketentuan dalam WTO yang

    telah diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994.

    Oleh sebab itu FABRI berpendapat ca~upan tuqas Kepabeanan

    dip~rluas tida~ hany~ memungut bea masuk dan mengawa.si arus

    lalulintas barang, tetapi juga melakukan pengend~lian terhadap

    impor a.tau ekspor bara.ng-barang hasil pelanggaran hak atas ke-

    kayaan intelektual.

    Dengan demikian FABRI mengusulkan rumusan Bab X muatannya

    diperluas tidak hanya mengenai merek dan hak cipta, tetapi duru-

    bah menjadi hak atas kekayaan intelektual, hal ini dimaksudkan

    untuk mengantisipasi munculnya hak-hak lain dala.m lingkup hak

    atas kekayaan intelektual yang perlu diawasi impor atau ekspor-

    nya, pendapat yang sama juga disampaikan oleh FKP.

    Kedepalan •....•.•.••••

  • - 38 -

    Kedelapan, perihal tempat penyimpanan dalam Rancangan Undang-

    Undang tentang Cukai, FABRI memberi perhatian khusus seperti dua

    hal, yaitu eksistensi tempat penyimpanan dan faktor masih berhu-

    tang cukai.

    Dari rumusan pengertian tempat penyimpanan Pasal 1 Ayat (3)

    dapat terlihat bahwa tempat penyimpan tersebut berada di luar

    pabrik dalam kenyataannya berada jauh dari tempat kedudukan

    pabrik, dan digunakan sebagai tempat penyimpanan etil alkohol

    yang masih terutang cukai.

    Menurut hemat FABRI ~einginan rumusan pengertian tempat

    penyimpanan tersebut beda dengan ~ehendak Pasal 7 Ayat (1),

    karena memungkinkan etil alkohol keluar dari pabrik tetapi masih

    terhutang cukai, dari dua tempat yang berbeda ini yaitu pabrik

    dan tempat penyimpanan baik lokasi maupun pengusaha penanggung

    jawabnya tetapi mempunyai fungsi yang sama, yaitu sebagai tempat

    penyimpanan etil alhohol yang terhutang cukai.

    FABRI berpendapat bawha ~eadaan tersebut a~an menimbulkan

    kerawanan dan membutuhkan pengawasan/pengamanan yang ketat hal

    ini di dasarkan pada landasan RUU tentang Cukai itu sendiri yang

    menggaris bawahi adanya dampak negatif etil alkohol bagi keseha-

    tan, lingkungan hidup dan tertib sosial bila salah menggunakannya

    sebagai bahan minuman keras.

    Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya penggunaan etil

    alkohol sebagai campuran minuman keras yang mudah diperoleh dan

    dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, pembahasan

    untuk mencapai kesepakatan berlangsung cukup ketat, sehingga

    diperlu~an penundaan hingga dua kali, dan akhirnya diperoleh

    persamaan pendapat, yang dapat di pahami oleh FABRI, pemahaman

    tersebut di dasarkan pada hal-hal sebagai berikut.

    Keberadaan tempat penyimpanan dimaksudkan untuk mendekatkan

    kebutuhan konsumen etil alkohol sebagai bahan penolong, peminda-

    han etil alkohol yang masih terhutang cukai dari pabrik ketempat

    penyimpanan dilakukan dengan pengamanan disamping dilindungi

    dengan dokumen Cukai, pencantuman secara jelas fungsi tempat

    penyimpanan dalam Satang Tubuh Undang-undang.

    Kesembilan, perihal penundaan pembayaran cukai atas pemesanan

    pita cukai dalam Rancangan Undang-Undang tentang Cukai.

    FABRI pada mulanya mempertanyakan apakah perlu ada penundaan

    pembayaran cukai atas pemesanan pita cukai selama-lamanya 3

    bulan, sejak dilakukan pemesanan pita cukai yang seperti rumusan

    Pasal ? .•••••••••

  • - 39 -

    Pasal 7 Ayat (5) yang a~hi~nya setelah pembahasan menjadi Ayat

    (6), setelah melalui pembahasan masing-masing F~aksi dan Pemerin-

    tah FABRI dapat memahami dan menyetujui rumusan pasal tersebut,

    dengan pertimbangan bahwa penundaan tersebut merupakan fasilitas

    tenggang waktu pembaya~an yang diberikan Pemerintah kepada Pengu-

    sahaagar pengusaha dapat menyediakan dana pemesanan dengan waktu

    yang relatif cukup dan merupakan kepastian hukum baik Pemerintah

    untuk menyed1akan pita cukai maupun bagi pengusaha, untuk meneri-

    ma pita cukai yang dipesannya.

    Demikianlah permasalahan yang menonjol yang telah mendapatkan

    kesepakatan bersamadalam pembicaraan tingakt III.

    Selanjutnya FABRI setuju Rancangan Undang-Undang tentang

    Kepabeanan dan Rancangan Undang-Undang tentang Cukai ini diajukan

    kepembicaraan tingkat VI pada Rapat Paripurna DPRI-RI, untuk

    disetujui DPRI-RI.

    Sidang Pansus yang be~bahagia.

    Dengan be~akhirnya Pansus ini FABRI mengucapkan terima kasih

    pada Saudara Pimpinan Sidang, Saudara Menteri Keuangan selaku

    wakil Peme~intah, FKP, FPDI, dan FPP yang bersama-sama ke dalam

    Pansus maupun dalam P~nja telah menghasilkan naskah Rancangan

    Undang-Undang tentang ~epabeanan dan Rancangan Undang-Undang

    tentang Cukai yang dapat menampung aspirasi masyarakat dan anti-

    sipatif terhadap perkembangan pembangunan yang akan datang.

    Ungkapan rasa te~ima kasih ini, kami sampaikan pula kepada

    segenap jajaran Sek~at~iat Jende~al DPR-RI, jaja~an Departemen

    Keuangan, Sekneg, Mas Media, dan semua pihak yang telah memberi-

    kan sumbangan tenaga , pemiki~an atau sa~an-saran guna kelancaran

    dan kebe~hasilan pembahasan Rancangan Undang-Undang ini.

    Akhirnya pada kesempatan ini kami mahan maaf yang sebesa~

    besarnya apabila terdapat ucapan tindakan dan lain-lain yang

    kurang berkenan selama proses pembahasan Rancangan Undang-Undang

    ini.

    Demikianlah kesimpulan musyawarah sebagai kata akhir FABRI,

    pada Sidang Pansus ini semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

    melimpahkan Rachmat taufik dan Hidayah-Nya kepada kita sekaian.

    Jaka~ta, 7 Desember 1995

    a.n. FABRI DPR-RI,

    Te~ima kasih

    K.E TUA ......•.••..

  • - 40 -

    KETUA RAPAT :

    Terima kasih Juru bicara dari FABRI termasuk salam

    dar1 Situmorang hepada Aberson.

    Mengenai tawaran dagangan dari FABRI tadi, saya kira

    forumnya kita bicara disini namun perlu direnungkan perlu

    asal muasal penggunaan istilah pendapat akhir mini itu dari

    khusus

    bukan

    dikaji

    mana

    sejarah asal muasalnya yang pasti di tatif tida~ ada, apakah itu

    merupakan satu konvensi dengan terminalogi yang tidak tepat saya

    kira perlu ada kajian khu~us mengenai itu.

    Tapi yang pasti benar forum ini adalah pendapat akhir Fraksi-

    frkasi pada tingkat Pansus itu yang paling benar, jadi saya kira

    pada waktunya saya kira perlu dibicarakan secara khusus sehingga

    apakah itu convensi atau apakah itu bagaimana.

    Saya kira dagangan tidak perlu ditawar pada hari ini, terima

    kasih dari FABRI.

    Dan selanjutnya dengan hormat kami persilahkan juru bicara

    dari FPP.

    i'JIJI.,,,,

  • - 41 -

    FPP (H. MASRUR JAVAS)

    Assalamu'alalkum warahmatu1ahi wabarakatuh

    Yth. Saudara Pimpinan Pansus,

    Yth. Saudara Menteri Keuangan,

    Dan Anggata Pansus yang saya hormati.

    Marilah kita bersama-sama membacakan segala puJl dan

    syuKur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberi

    nikmat kepada kita semua, sehingga kita tetap mengikuti sidang

    Pansus sekarang ini dengan acara penyampaian kata akhir fraksi-

    fraksi dalam Pansus.

    Penyampaian kata akhir fraksi-fraksi adalah bagian paling

    akhir dari rangkaian pelaksanaan tugas Pansus dalam melaksana-

    kan kepercayaan Dewan, untuk melakukan pembahasan tingkat III

    atas RUU tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai.

    Rasa syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala hi-

    dayah-Nya dan bimbingan-Nya kepada para anggota. Dan Pimpinan

    Pansus, Panja, Timus, serta Tim Sinkronisasi dalam melaksana~an

    tugasnya sehingga berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan

    tepat pddd waktu yang direncand~an dan mampu menghasilkan

    produk yang Insya Allah optimal dalam upaya kesempurnaannya.

    Dan diharapkan optimal pula dalam pela~sanaannya.

    FPP berkeing1nan agar Undang-undang tentang Kepabeanan

    yancJ a~ an ~ l.td ·::;>'·Jh~ .:tn int mdmpu memenuhi ClZdS ~:eadtlan dan

    memper t1a t i ~an sungguh--~.Lingguh .:lspek f.: ead i 1 an, netra l i tas,

    pemberian insentif, kelayakan administrasi, kepentingan peneri-

    maan negara, penerapan pengaw~san Wawasan Nusantara, dan prak-

    tek kepabeanan Inlen1asional. era globalisasi perekonomian

    dunia dengan ciri utama liberalisasi dalam perdagangan dan

    investasi telah memunculkan aspek-aspek baru dalam perdagangan

    lnternasional, di mana kepabeanan secara langsung dipengaruhi

    dan karenanya harus mampu melakukan antisipasi.

    lndiche tarif wet stbl. tahun 1803 nomor 35 rechten

    ordonantie stbl. tahun 1882 nomor 240 dan tarif ordonantie

    stbl. tahun 1910 nomor 628 yang dilahirkan oleh pemerintah

    kolonial Belanda dan untu~ melindungi ~epentingan ekonomi

    negeri Belanda sebagai penJajah bangsa ~ita, serta dilahirkan

    dalam suasana perekonomi dunia yang terpisah-pisah dan masing-

    masing terbatas, cenderung ingin melindungi masing-masing

    kelompaknya sendiri secara sempit sudah tentu tidak sesuai lagi

    dengan perkembangan sekarang dan yang akan datang.

  • - 42 -

    Menurut FPP Undang -undang tentang ~epabeanan yang atan

    kita lahirkan harus mampu mengang~at pere~onomian nasional kita

    dengan tingkat efisiens1 yang tinggi dan terus mampu memperta-

    hankan dan men1ngkatkannya se1aras dengan d1namika perekonomian

    dun 1 a r an g j u g a t e r-u s rn en in g k a t e f is i ens in y a •

    FPP juga menginginkan Undang-undang tentdng Kepabeanan dan

    Cu~ai nantinya juga t1dd~ timbul dalam pelaksanaannya adanya

    pengosongan pengaturan, k~rena ada aspek-aspek penting dalam

    bidang l

  • - 43 -

    tar1f umum maks1mum sudah mencapa1 tingkat 25 % dengan ditetap-

    kan tarif maksimum dalam undang-undang ini sebesar 40 %, maka

    masih terbu~a terus kemungkinan terhadap barang-barang tertentu

    untul~ t 1 t me 1 di-. ul- dn p1211eya ~- k ..:ln hu~. um 1 any tergo long pe 1 anggaran

    dan t1ndak pidana.

    Dalam melaksanakan Undang-undang Kepabeanan ini, FPP

    mengingatkan Pemerintah a~an perlu adanya antisipasi kemungki-

    nan nan t 1n y a pene tap an t.Jr· if be a masuk 0 '%. (no 1 pros en) yang

    dihubungk.an dengan sanksi admini£.trasi yang ditetapkan dalam

    Undang-undang ini ditent~an berdasarkan prosentase atas bea

    masuk yang harus dl.lunasi. Memang kalau kita hanya mendasarkan

    pengen~an sanksi administrasi berupa denda, karena pelanggaran

    atas pengelakan bea masuk tentu bila bea masuk nol prosen, maka

    akan hilanglah pelanggaran untu~ mengelakkan pembayaran bea

    masuk. Tapi pengaturan yang dimuat dalam Undang-undang

    Kepabeanan

  • - 44 -

    l

  • --~- ------- ------

    - 45 -

    rer-had.3p beber-~lpd peng2CUdltdn dtas Barang I

  • ,.--

    I

    - 46 -

    dil

  • - 47 -

    ordonans~ cu~ai yang selama 1ni berlaku antara lain t

  • ,.--

    Esa.

    --------

    PEMERINTAH (DRS. MA'RIE MUHAMAD)

    Pimpinan Pansus,

    Dan para Anggota Pdnsus yang ~am1 hormati.

    Assalamu'alaiukm warahmatulahi wabarakatuh.

    Hari ini kembali kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha

    Setelah melalui serangkaian Sidang Paripurna, Rapat

    Pansus, Rapat-rapat Panja, Rapat Timus, dan Rapat Sinkronisasi

    Dewan yang diwakili oleh Pansus ini beserta Pemerintah akhirnya

    dapat menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-undang Kepabea-

    nan dan Rancangan Undang-undang Cukai, bahkan lebih cepat dari

    jadwal yang ditetapkan.

    Hal ini dimungkinkan antara lain karena komitmen yang

    sangat mendalam dari Dewan, para Anggota Dewan dan Pemerintah

    mengenai perlunya landasan hukum kepabeanan dan landasan hukum

    cukai yang lebih kukuh yang diperlukan oleh ba