RINGKASAN_HASIL LANDONG

10
DETEKSI LEUKOSIT URIN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelli) MENGGUNAKAN STRIP TEST SEMIKUANTITATIF DI PUSAT REINTRODUKSI JANTHO Detection of sumateran Orangutan (Pongo abelli) leucocyte on urine Using Semiquantitative Strips Test in Jantho Reintroduction Center Penyeminar : Meuthya sr NIM : 1002101010094 Pembimbing I : drh. Rusli S, M. Si Pembimbing II : drh. Erdiansyah Rahmi, M. Si PENDAHULUAN Latar Belakang Orangutan adalah salah satu satwa liar yang paling dikenal dan membuat kagum hampir semua orang di dunia termasuk di Indonesia. Morfologi dan prilaku yang mirip dengan manusia merupakan daya tarik pemerhati primata maupun turis lokal dan Internasional ( Meijaard dkk., 2001). Di Indonesia terdapat 2 jenis orangutan, yaitu Orangutan sumatera (Pongo abelii) dan Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) yang hidup di Kalimantan. Orangutan sumatera hanya menempati bagian utara pulau Sumatera yang populasi terbesar ditemukan di ekosistem leuser, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan. Keberadaan hewan mamalia ini dilindungi Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan digolongkan sebagai ‘critically endangered' (sangat terancam punah) oleh International Union for Conservation of Nature and Natural (IUCN) (Anonimous, 2012). Populasi Orangutan sumatera (Pongo abelii) semakin hari semakin menurun yang sekarang hanya mencapai 7.300 ekor saja dan menurut data Departemen Kehutanan dalam Rencana Aksi dan Strategi Konservasi Orangutan 2007, populasinya diperkirakan tinggal 6.500 ekor. Padahal menurut survei 1

description

ringkasan

Transcript of RINGKASAN_HASIL LANDONG

Page 1: RINGKASAN_HASIL LANDONG

DETEKSI LEUKOSIT URIN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelli)MENGGUNAKAN STRIP TEST SEMIKUANTITATIF

DI PUSAT REINTRODUKSI JANTHO

Detection of sumateran Orangutan (Pongo abelli) leucocyte on urine Using Semiquantitative Strips Test in Jantho Reintroduction Center

Penyeminar : Meuthya srNIM : 1002101010094Pembimbing I : drh. Rusli S, M. SiPembimbing II : drh. Erdiansyah Rahmi, M. Si

PENDAHULUAN

Latar BelakangOrangutan adalah salah satu satwa

liar yang paling dikenal dan membuat kagum hampir semua orang di dunia termasuk di Indonesia. Morfologi dan prilaku yang mirip dengan manusia merupakan daya tarik pemerhati primata maupun turis lokal dan Internasional ( Meijaard dkk., 2001). Di Indonesia terdapat 2 jenis orangutan, yaitu Orangutan sumatera (Pongo abelii) dan Orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) yang hidup di Kalimantan. Orangutan sumatera hanya menempati bagian utara pulau Sumatera yang populasi terbesar ditemukan di ekosistem leuser, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan. Keberadaan hewan mamalia ini dilindungi Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan digolongkan sebagai ‘critically endangered' (sangat terancam punah) oleh International Union for Conservation of Nature and Natural (IUCN) (Anonimous, 2012).

Populasi Orangutan sumatera (Pongo abelii) semakin hari semakin menurun yang sekarang hanya mencapai 7.300 ekor saja dan menurut data Departemen Kehutanan dalam Rencana Aksi dan Strategi Konservasi Orangutan

2007, populasinya diperkirakan tinggal 6.500 ekor. Padahal menurut survei tahun 1994 populasi primata ini masih 12.000 ekor (Alamendah, 2011). Ancaman terhadap populasi Orangutan sumatera (Pongo abelii) mencakup perburuan, legal dan illegal loging, kebakaran hutan, diubahnya hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, pertambangan, lahan pertanian, pelebaran jalan, penjualan bayi orangutan, dan beberapa kasus penyakit (Freddie, 2009).

Pemerintah melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan beberapa Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) berperan aktif dalam pelestarian satwa tersebut, salah satunya dengan melakukan program reintroduksi orangutan, yang bertujuan untuk merehabilitasi orangutan dari sitaan perdagangan gelap sebelum orangutan tersebut dilepas liarkan ke habitat aslinya. Reintroduksi merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk populasi spesies di area yang dimasa lampau menjadi bagian dari daerah sejarah penyebaran spesies tersebut, namun saat ini populasi tersebut telah lenyap atau punah (Beck dkk.,2009).

Cagar alam pinus Jantho merupakan pusat reintroduksi orangutan di Aceh. Sebelum memasuki pusat reintroduksi Jantho orangutan harus menjalani pemeriksaan lengkap dan wajib

1

Page 2: RINGKASAN_HASIL LANDONG

2

melalui proses karantina sekurang-kurangnya selama 30 hari yang dilakukan di pusat karantina Batu Mbelin (YEL, 2011).

Pemeriksaan kesehatan pada orangutan yang dilepasliarkan sangat penting dilakukan sebagai indikator keberhasilan suatu upaya konservasi. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk monitoring, screening kesehatan hewan dan mendeteksi suatu penyakit adalah dengan urinalisis. Urinalisis merupakan pemeriksaan uji saring yang sering dilakukan untuk mengetahui gangguan ginjal dan saluran kemih atau gangguan metabolisme tubuh (Strasinger dkk., 2001).

Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Respon leukosit muncul pada keadaan fisiologis normal dan patologis. Manifestasi respon leukosit berupa penurunan atau peningkatan salah satu atau beberapa jenis sel leukosit. Informasi ini dapat memberikan petunjuk terhadap kehadiran suatu penyakit dan membantu dalam diagnosa penyakit yang diakibatkan oleh agen penyakit. Variasi nilai leukosit dipengaruhi oleh ras, kebuntingan, musim dan umur hewan, selain itu stess dan rangsangan juga mempengaruhi jumlah leukosit (Jain, 1993).

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mendeteksi adanya leukosit dalam urin Orangutan sumatera di pusat reintroduksi Jantho sebagai rekam medis orangutan.

Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang

masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yaitu berapakah nilai leukosit dalam urin Orangutan sumatera di pusat reintroduksi Jantho?

Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan

mendapatkan informasi nilai leukosit urin Orangutan sumatera dengan melakukan pemeriksaan leukosit di dalam urin.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang nilai leukosit dalam urin Orangutan sumatera di pusat reintroduksi Jantho, sehingga dapat dijadikan sebagai nilai acuan terhadap manifestasi klinik. Informasi yang di diperoleh dapat dijadikan dasar untuk melakukan tindakan pencegahan serta tindakan lanjutan dari kejadian suatu penyakit yang berhubungan dengan adanya leukosit di dalam urin.

MATERIAL DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilakukan pada

pagi hari di Pusat Reintroduksi Orangutan Cagar Alam Pinus Jantho, Aceh Besar pada bulan Desember sampai dengan Februari 2014.Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 ml urin segar dari 10 ekor Orangutan sumatera (Pongo abelii) yang diambil secara acak di sekitar kandang istirahat di pusat reintroduksi Jantho.

Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kamera digital, plastik lebel, spidol, pulpen, kantong pelastik steril kering, gelas ukur, pipet tetes, urin segar Orangutan sumatera 5 ml dari 10 ekor Orangutansumatera, reagent strip test (Verify®).

Metode Penelitian Koleksi sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah urine segar dari 10

2

Page 3: RINGKASAN_HASIL LANDONG

3

ekor Orangutan sumatera di sekitar kandang istrahat Orangutan sumatera, dengan cara menampung urin menggunakan wadah kantong pelastik steril yang kering. Urin yang ditampung dipindahkan ke dalam wadah steril sebanyak 5 ml per individu orangutan.

Metode Uji

Urin yang telah diambil sebelumnya, diberi perlakuan dengan cara mencelupkan strip test (Leukosit test) beberapa saat ke dalam urin yang telah diambil dan ditampung sebelumnya, selanjutnya hasil langsung dibaca dengan mencocokkan warna standar pada strip test dengan jarak waktu 120 detik. Pengulangan uji dilakukan 1 kali setelah satu minggu dari uji yang pertama. Strip test ini secara semikuantitatif meliputi pengukuran kadar leukosit (120 detik) pada urin Orangutan sumatera.

Analisa Data Analisa data menggunakan metode

deskriptif kualitatif dengan hasil yang bersifat semikuantitatif melalui pembacaan nilai leukosit pada strip test

dengan hasilnya dilaporkan sebagai negative, trace (15 leu/µL), +1 (70 leu/µL), +2 (125 leu/µL), atau +3 (500 leu/µL).

HASIL DAN PEMBAHASANJumlah keseluruhan orangutan di

Pusat Reintroduksi cagar alam pinus Jantho Aceh Besar pada saat dilakukan penelitian 49 individu. Pengambilan sampel penelitian dilakukan sebanyak 10 individu berdasarkan kriteria umur yaitu umur lima sampai dengan tujuh tahun dan yang memungkinkan bisa dijumpai dilapangan selama dilakukan penelitian.

Menurut Knott (1997), waktu ideal dalam pengumpulan sampel urin yaitu pada saat orangutan keluar dari sarang atau sebelum pemberian pakan. Pengambilan sampel urin pada 10 individu yang telah dikumpulkan setiap pagi hari, yaitu antara pukul 06.00-10.00 WIB. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap 60 sampel urin orangutan sumatera dari 10 individu orangutan yang dikoleksi selama 4 minggu di Cagar Alam Pinus Jantho terdeteksi leukosit pada urin seperti yang disajikan pada Tabel 1dibawah ini.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan sampel urin pada individu orangutan sumatera (Pongo abelii) di pusat Reintroduksi Cagar Alam Pinus Jantho, Aceh Besar.

No Nama LokasiLeukosit (L/µl)

P1 P2 P3 P4 P5 P61 Ego kandang ±15 ±15 ±15 ±15 ±15 ±152 Wenda kandang ±15 ±15 ±15 ±15 +70 +703 Miky kandang ±15 ±15 ±15 ±15 ±15 ±154 Ayu TT kandang +++500 +++500 ++125 +70 ±15 ±155 Ontong kandang ±15 ±15 ±15 - - -6 Coty Sekitar kandang ±15 - - +70 ±15 ±157 Yusniar sekitar kandang ±15 ±15 - - - -8 Ruben sekitar kandang ±15 - - - - -9 Brokoli Hutan - - - - - -10 Karmelia Hutan - - - - - -

Ket P1: pengambilan sampel pertama, P2 : pengambilan sampel kedua, P3 : pengambilan sampe ketiga, P4:pengambilan sampel keempat, P5 : pengambilan sampel kelima, P6 : pengambilan sampel keenam.

3

Page 4: RINGKASAN_HASIL LANDONG

4

Hasil pemeriksaan sampel urin pada Tabel 1 menunjukkan dari 10 individu orangutan yang diperiksa pada pagi hari memperlihatkan individu yang berada di dalam dan di sekitar kandang Orangutan sumatera dalam keadaan positif (+) mengandung leukosit dalam urin dan individu orangutan yang berada di hutan dalam keadaan negatif (-) tidak mengandung leukosit dalam urin. Rata- rata jumlah leukosit di dalam urin yaitu ± 15 L/µl yang ditunjukkan dengan perubahan warna putih pucat pada striptest. Nilai leukosit terendah adalah tidak mengandung leukosit di dalam urin (negatif) yang ditunjukkan dengan warna putih kekuning- kuningan dan yang tertinggi +++ 500 L/µl dengan warna ungu.

Orangutan di Cagar Alam Pinus Jantho dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu: di dalam kandang, sekitar kandang, dan di hutan.

Orangutan di dalam KandangDi Cagar Alam Pinus Jantho

terdapat 7 buah kandang yang digunakan sebagai kandang yang bersifat pre release (sebelum pelepasliaran orangutan) ke alam. Masing-masing kandang terdapat satu ekor orang utan, dengan kriteria umur yang berbeda. Pengambilan sampel urin orangutan di dalam kandang dilakukan hanya pada 5 ekor orangutan yang mempunyai kriteria umur hampir sama, yaitu orangutan yang diberi nama Ego, Wenda, Miky, Ontong dan Ayu Ting-ting, sedangkan 2 kandang yang berisi masing-masing satu orangutan yang bernama Cane dan Sachi, tidak diambil sampelnya mengingat variasi umur jauh berbeda pada orangutan yang bernama Cane dan pada Orangutan bernama Sachi baru saja dikandangkan tepat pada saat dilakukan pengulangan sampel urin yang terakhir untuk yang dikandang.

Ego, Wenda, Miky danOntong merupakan orangutan yang berasal dari karantina pada bulan November 2013 dan masih berada di dalam kandang pada saat

dilakukan penelitian. Keempat orangutan ini dikandangkan dengan tujuan adaptasi lingkungan yang baru dan memudahkan monitoring sehingga orangutan tersebut benar-benar siap untuk dilepasliarkan. Sedangkan Ayu ting-ting sudah pernah dilepasliarkan dan sudah hidup mandiri, namun dikandangkan kembali pada bulan Januari 2014 karena memperlihatkan kondisi yang kurang baik di hutan yang diperlihatkan dengan kondisi badan yang kurus, sehingga para staff memasukkan kembali ke dalam kandang dengan tujuan memperbaiki kondisi tubuh Ayu ting- ting.

Nilai leukosit urin selama pengambilan sampel urin dengan 6 kali pengulangan pada orangutan yang berada di dalam kandang yaitu Ego, Wenda, Miky dan Ontong, rata- rata ±15 L/µl. Selama pengambilan sampel urin dengan 6 kali pengulangan terjadi peningkatan ataupun penurunan terhadap beberapa individu orangutan pada pengambilan sampel berikutnya. Peningkatan nilai leukosit urin pada individu orangutan yang berada di dalam kandang sebagai akibat dari pengaruh stres, misalnya dalam pengambilan sampel urin pada orangutan yang berada di kandang. Menurut Harjono (2011), Keberadaan leukosit dalam urin juga terkait dengan stress pada hewan, hal ini bisa karena pengambilan dan perlakuan di lokasi serta minimnya air minum yang dikonsumsi bisa memicu stress pada hewan, sehingga terjadi gangguan baik langsung atau tidak langsung terhadap sistem pertahanan tubuh di dalam darah. Lekosit merupakan unit mobil dari sistem pertahanan tubuh yang dibentuk di dalam jaringan limfe dan sumsum tulang. Gangguan baik langsung atau tidak langsung akibat stress, mempengaruhi pengeluaran epinefrin dan kortikosteroid yang akan menyebabkan dikeluarkannya sejumlah besar leukosit. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Jain (1993), epinephrin dan kortikosteroid dapat meningkatkan jumlah lekosit dengan cara meningkatkan sirkulasi darah dan limfe

4

Page 5: RINGKASAN_HASIL LANDONG

5

serta peningkatan jumlah lekosit dari dinding pembuluh darah.

Ayu ting-ting, salah satu dari lima orangutan yang berada di dalam kandang yang diambil sampelnya selama penelitian ini berlangsung, nilai lekosit hasil uji urin dengan strip test meningkat pada pemeriksaan pertama, ke dua dan ke tiga, kemudian menurun. Keadaan ini berbeda dengan nilai lekosit hasil uji urin dengan strep test pada Ego, Wenda, Miky dan Ontong.

Keadaan umum Ayu ting-ting pada pengambilan sampel pertama terlihat kurus, lemas, bulu kusam, pucat, kurang nafsu makan dan dehidrasi. Berdasarkan gejala klinis yang terlihat dan meningkatnya nilai lekosit dalam urin, Ayu ting-ting kemungkinan mengalami kelainan baik bersifat patologis seperti gangguan pada sistem urinarius atau nonpatologis seperti demam ringan dan stress. Kondisi tubuh, ayu ting-ting kemungkinan mengalami stress akibat kurang mampu untuk mencari makanan di hutan pada saat dilepasliarkan untuk hidup mandiri. Selama di dalam hutan Ayu ting- ting malas mencari makan dan suka memilih-milih makanannya sendiri. Keadaan ini sesuai dengan catatan harian Ayu ting-ting, sering berjalan dan beristirahat di tanah sehingga kurang mendapat kesempatan untuk mencari makanan yang cukup untuk kebutuhan hidupnya. Akibat kekurangan makanan, menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh. Menurunnya daya tahan tubuh akan menyebabkan lebih rentan terhadap inflamasi (Schaible, dkk., 2007).

Peningkatan nilai lekosit uji urin dengan strip test pada Ayu ting-ting, sebagai akibat dari meningkatnya jumlah lekosit di dalam darah karena adanya pembebasan lekosit yang berusaha melindungi tubuh terhadap faktor-faktor yang merangsang pembentukan lekosit seperti stres dan inflamasi. Selanjutnya nilai lekosit kemungkinan menurun di dalam darah pada masa penyembuhan yang disertai menurunnya nilai lekosit di

dalam urin. Menurunnya asupan makanan pada Ayu ting-ting, kemungkinan menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, sehingga berakibat rentan terhadap gangguan yang bersifat infeksi atau noninfeksi. Tubuh yang rentan terhadap infeksi mengakibatkan leukosit di dalam tubuh bekerja lebih keras sehingga di dalam darah leukosit meningkat. Peningkatan leukosit ini akan berpengaruh pada kerja ginjal dalam proses penyaringan, yang berakibat pada leukosit dapat keluar melalui urin.

Penurunan nilai leukosit urin pada individu orangutan bernama Ayu ting-ting disebabkan karena adanya faktor penanganan yang cepat pada orangutan di pusat Reintroduksi Jantho. Adanya pemberian Sakatonik dan Proten atas saran dokter hewan, mempengaruhi sisitim imunitas. Sistim imunitas yang tinggi mempengaruhi penurunan leukosit di dalam urin. Penurunan leukosit di dalam urin diperlihatkan dengan kondisi fisik ayu yang semakin hari semakin membaik dari kondisi tubuh sebelumnya.

Orangutan yang berada di sekitarkandang

Pengambilan sampel urin pada individu orangutan yang dilakukan pada 3 individu yang berada di sekitar kandang, yaitu Coty, Yusniar, dan Ruben. Ketiga individu ini sudah dilepasliarkan dengan harapan dapat hidup mandiri dan dapat bertahan di lingkungan yang baru, tetapi pada kenyataannya ketika dilakukan pengamatan prilaku pada ketiga individu orangutan, suka kembali ke kandang untuk mengharapkan makanan yang telah disediaakan staff untuk orangutan yang berada di dalam kandang, dan suka memungut makanan yang telah jatuh dibawah kandang. Tetapi pada dasarnya ketiga orangutan ini sudah mampu hidup mandiri dan dapat mencari makan sendiri di hutan jika tidak ada orangutan yang berada di dalam kandang.

Nilai leukosit pada masing- masing individu memiliki nilai leukosit yang

5

Page 6: RINGKASAN_HASIL LANDONG

6

berbeda setiap pengambilan sampel baik pengambilan sampel yang pertama maupun pengulangan sampel, tetapi pada pengambilan sampel yang pertama menunjukkan nilai yang sama yaitu ±15 L/µl, ini kemungkinan sama seperti individu yang di kandang adanya peningkatan tingkat strees di dalam tubuh yang memicu leukosit di dalam tubuh meningkat sehingga terdeteksi di dalam urin, hal ini disebabkan adanya pengaruh dari sikap staff yang selalu menyuruh untuk naik ke atas pohon dan mencari makanan sendiri di hutan, sehingga tidak tergantung pada makanan yang sudah disediakan untuk orangutan yang berada di kandang pre release (sebelum di lepas liarkan). Sedangkan pada orangutan Coty pada pengambilan sampel yang keempat ada peningkatan nilai leukosit, kemungkinan peningkatan dari nilai leukosit pada orangutan Coty karena adanya kontaminasi dari spesimen urin. Adanya peningkatan leukosit dalam urin simpanse betina juga dapat terjadi karena adanya kontaminasi spesimen dengan keputihan ( Leendertz dkk.,2010).

Adanya penurunan nilai leukosit bahkan menunjukkan nilai negatif memperlihatkan pada orangutan yang bernama yusniar dan Ruben menandakan kedua orangutan dalam keaadan sehat dan tidak ada terjadi peradangan ketika dilakukan pengambilan sampel.

Orangutan di hutanOrangutan yang telah berada di

hutan umumnya sudah bersifat liar, dan takut kepada manusia, serta aktif mencari makan sendiri. Di pusat reintroduksi

Jantho orangutan yang telah di lepasliarkan selalu di monitoring untuk melihat prilaku harian yang dilakukan staff mulai dari bangun tidur hingga pembuaatan sarang untuk tidur.

Hasil pengambilan urin yang dilakukan dalam enam kali pengulangan pada kedua individu yaitu Orangutan yang bernama Kamelia dan Brokoli, memiliki nilai negatif dan secara umum anamnesa Orangutan yang sudah dilepasliarkan baik Brokoli dan Kamelia tidak memperlihatkan adanya inflamasi pada bagian dalam tubuh, aktif mencari makan dan aktif bermain di alam bebas.

PENUTUPKesimpulan

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak terdapat leukosit urin pada orangutan yang liar selama pengoleksian sampel. Sedangkan individu orangutan yang berada di sekitar kandang maupun yang berada di dalam kandang yaitu Ego, Wenda, Miky, Ayu ting-ting dan Ontong, Yusniar, Ruben dan Coty terdeteksi adanya leukosit urin yang memiliki nilai leukosit yang bervariatif setiap minggunya dengan nilai ±15 L/µl dengan level teringgi +++500 L/µl .

Saran Disarankan adanya penelitian lebih lanjut untuk mendeteksi adanya leukosit di dalam urin dengan menggunakan metode mikroskopis sehingga ada perbandingan antara penggunaan merode strip test semikuantitatif dengan metode mikroskopis pada Orangutan sumatera.

6

Page 7: RINGKASAN_HASIL LANDONG

7

7