Ringkasan UU Perlindungan Konsumen

15
TUGAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 PERLINDUNGAN KONSUMEN Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Konsumen Dosen Pengampu: Laily Rahmah S.Psi, M.Si, Psi Disusun Oleh : Nabila Graha Salsabila 30701301337 / C FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

description

UU perlindungan konsumen merupakan patokan hukum untuk para pelaku usaha dan konsumen. aturan-aturan yang terdapat didalamnya harus dipatuhi

Transcript of Ringkasan UU Perlindungan Konsumen

Page 1: Ringkasan UU Perlindungan Konsumen

TUGAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 8 TAHUN 1999

PERLINDUNGAN KONSUMEN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Konsumen

Dosen Pengampu: Laily Rahmah S.Psi, M.Si, Psi

Disusun Oleh :

Nabila Graha Salsabila

30701301337 / C

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2015

Page 2: Ringkasan UU Perlindungan Konsumen

1. Pengertian Konsumen

Pengertian Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk

hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai

barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”

Lebih lanjut, di ilmu ekonomi ada dua jenis konumen, yaitu konsumen antara dan

konsumen akhir. Konsumen antara adalah distributor, agen dan pengecer. Mereka membeli

barang bukan untuk dipakai, melainkan untuk diperdagangkan Sedangkan pengguna barang

adalah konsumen akhir.

2. Asas dan Tujuan

Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, “Konsumen adalah setiap orang pemakai

barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.

Lebih lanjut, di ilmu ekonomi ada dua jenis konumen, yaitu konsumen antara dan

konsumen akhir. Konsumen antara adalah distributor, agen dan pengecer. Mereka membeli

barang bukan untuk dipakai, melainkan untuk diperdagangkan Sedangkan pengguna barang

adalah konsumen akhir.

Sebelumnya telah disebutkan bahwa tujuan dari UU PK adalah melindungi kepentingan

konsumen, dan di satu sisi menjadi pecut bagi pelaku usaha untuk meningkatkan kualitasnya.

Lebih lengkapnya Pasal 3 UU PK menyebutkan bahwa tujuan perlindungan konsumen adalah:

- Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi

diri.

- Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari

akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

- Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut

hak-haknya sebagai konsumen.

- Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian

hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

Page 3: Ringkasan UU Perlindungan Konsumen

- Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

- Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha

produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

konsumen.

Sedangkan asas-asas yang dianut dalam hukum perlindungan konsumen sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 2 UU PK adalah:

- Asas manfaat

Asas ini mengandung makna bahwa penerapan UU PK harus memberikan manfaat

yang sebesar-besarnya kepada kedua pihak, konsumen dan pelaku usaha. Sehingga tidak

ada satu pihak yang kedudukannya lebih tinggi dibanding pihak lainnya. Kedua belah

pihak harus memperoleh hak-haknya.

- Asas keadilan

Penerapan asas ini dapat dilihat di Pasal 4-7 UU PK yang mengatur mengenai hak

dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha. Diharapkan melalui asas ini konsumen dan

pelaku usaha dapat memperoleh haknya dan menunaikan kewajibannya secara seimbang.

- Asas keseimbangan

Melalui penerapan asas ini, diharapkan kepentingan konsumen, pelaku usaha serta

pemerintah dapat terwujud secara seimbang, tidak ada pihak yang lebih dilindungi.

- Asas keamanan dan keselamatan konsumen

Diharapkan penerapan UU PK akan memberikan jaminan atas keamanan dan

keselamatan konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau

jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

- Asas kepastian hukum

Dimaksudkan agar baik konsumen dan pelaku usaha mentaati hukum dan

memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara

menjamin kepastian hukum.

Page 4: Ringkasan UU Perlindungan Konsumen

3. Hak dan Kewajiban Konsumen

Konsumen diberikan suatu bimbingan mengenai suatu produk sehingga membuat

konsumen tidak cemas dalam memilah suatu produk, serta konsumen diberlakukan adil dan

mendapat jaminan.

Secara psikologis, konsumen yang baik adalah dalam memenuhi kewajibannya

berdasarkan prosedur yang sesuai serta bersikap sesuai dengan aturan dan norma dalam

berperilaku atas penggunaan suatu produk.

a. Hak Konsumen.

Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban.

Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak sebagai

konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika diketahui adanya tindakan yang tidak

adil terhadap dirinya, ia secara spontan dapat menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian

bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak

hanya tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku

usaha. Berdasarkan UU Perlindungan konsumen pasal 4, hak-hak konsumen sebagai

berikut:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa,

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan,

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa,

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan,

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut,

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen,

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif,

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

barang/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

mestinya,

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Page 5: Ringkasan UU Perlindungan Konsumen

Dengan demikian jelaslah bahwa konsumen dilindungi oleh hukum, hal ini terbukti

telah diaturnya hak-hak konsumen yang merupakan kewajiban pelaku usaha dalam UU No.

8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, termasuk di dalamnya juga diatur tentang

segala sesuatu yang berkaitan apabila hak konsumen, misalnya siapa yang melindungi

konsumen (bab VII), bagaimana konsumen memperjuangkan hak-haknya (bab IX, X, dan

XI).

b. Kewajiban Konsumen.

Kewajiban konsumen sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen

adalah:

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

3. Membayar dengan nilai tukar yang disepakati;

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

4. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Seperti halnya konsumen, pelaku usaha juga memiliki hak dan kewajiban. Hak pelaku

usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUPK adalah:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan

nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak

baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa

konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen

tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Membantu pelaku usaha secara mental dalam menciptakan suatu barang/jasa yang baik

serta menghindari dari perilaku negatif dari para konsumen yang bukan kesalahan dari

produsen.

Page 6: Ringkasan UU Perlindungan Konsumen

Sedangkan kewajiban pelaku usaha menurut ketentuan Pasal 7 UUPK adalah:

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan

ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau

jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang

diperdagangkan;

6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,

pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang

dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Ketika pelaku usaha memberikan perlakuan yang baik terhadap konsumen baik dalam

melayani ataupun memberikan informasi kepada konsumen, maka secara psikologis akan lebih

mampu menarik minat para konsumen, karena konsumen lebih merasa tidak dirugikan

dikarenakan adanya jaminan dan kompenasasi atau suatu produk.

5. Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha

Ada 10 larangan bagi pelaku usaha sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (1) UU PK,

yaitu pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa

yang:

a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan

sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;

c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran

yang sebenarnya;

d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana

dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

Page 7: Ringkasan UU Perlindungan Konsumen

e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau

penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau

jasa tersebut;

f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau

promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan atau pemanfaatan

yang paling baik atas barang tertentu;

h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan “halal” yang

dicantumkan dalam label;

i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran,

berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan,

nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut

ketentuan harus di pasang/dibuat;

j. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa

indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam pasal ini mendorong para pelaku usaha untuk memperoduksi suatu barang/jasa

yang baik lengkap secara kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga tidak merugikan jika

digunakan oleh para konsumen.

Pasal 9 membahas mengenai perlindungan dari suatu barang/jasa yang ditawarkan,

dipromosikan, serta diiklankan secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kondisi dan situasi

suatu barang/jasa. Sehingga membuat para pelaku usaha harus lebih kreatif dan menghilangkan

hal-hal negatif dalam menawarkan produk barang/jasa yang dihasilkan.

Jika para konsumen mendapatkan suatu produk yang mejanjikan atas promosi yang ada,

konsumen akan merasa puas. Namun ketika mengetahui promosi itu tidak benar maka akan

membuat para konsumen kecewa dan tidak ingin mencari produk yang dihasilkan suatu

produsen yang sama lagi. Pasal 10 menuntut pelaku usaha untuk mempromosikan suatu

barang/jasanya secara benar dan sesuai.

Setiap orang atau semua konsumen tertarik pada tawaran obral dan lelang, dikarenakan

barang/jasa yang dijualkan berharga cukup murah dengan harapan barang/jasa yang

diperdagangkan pun masih dalam kondisi yang baik. Sehingga ketika mereka mendapatkan hal

negatif dari suatu barang/jasa, tidak menutup kemungkinan membuat para konsumen tidak

berminat pada hal yang diperjualkan karena merugiakan para konsumen.

Page 8: Ringkasan UU Perlindungan Konsumen

Promosi dalam jumlah dan dalam waktu tertentu membuat para konsumen berdatangan

untuk mengetahui suatu barang/jasa yang ditawarkan, namun jika waktu yang ditentukan

ternyata tidak sesuai membuat para konsumen tidak ingin lagi mengikuti promosi atau

penawaran tersebut.

6. Klausula Baku Dalam Perjanjian

Setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan

terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan

atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen, klausula baku aturan

sepihak yang dicantumkan dalam kuitansi, faktur/bon, perjanjian atau dokumen lainnya dalam

transaksi jual beli tidak boleh merugikan konsumen.

7. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (Pasal 31 – 43)

a. Fungsi BPKN adalah “memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam

upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia”.

b. Berkedudukan di Ibu Kota RI dan bertanggungjawab kepada Presiden, bila diperlukan

dibentuk perwakilan di propinsi.

c. BPKN terdiri dari ketua/wakil ketua merangkap anggota dan minimum 15 atau

maximum 25 anggota, berasal dari unsur-unsur pemerintah, pelaku usaha, LPKSM,

Akademisi dan tenaga ahli.

d. Anggota diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri setelah

dikonsultasikan kepada DPR-RI.

e. BPKN diangkat dan dilantik pertama kali pada tanggal 19 Oktober 2004

Terciptanya hubungan yang sehat antara konsumen dan pembeli adalah salah satu aspek

penting dalam dunia pemasaran. Para pelaku usaha akan dengan mudah memberi informasi

atau mengenalkan suatu produk jika hubungannya dengan konsumen terjalin secara sehat. Dan

konsumen akan mudah menerima informasi dari produsen yang mampu menjalin hubungan

yang baik pada konsumennya.

Pengembangan lembaga perlindungan konsumen sejalan dengan tujuan meningkatkan

kualitas sumber daya insani dan penelitian dibidang perlindungan konsumen. Meningkatnya

kualitas SDM dan semakin banyaknya penelitian yang berkualitas mengenai perlindungan

Page 9: Ringkasan UU Perlindungan Konsumen

konsumen akan semakin memperluas dan memproses wawasan masyarakat bukan hanya

mengenai perlindungan konsumen tetapi juga akan hak dan kewajiban setiap elemennya.

8. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM, Pasal 44)

Pemerintah mengakui LPKSM yang memenuhi syarat dan berperan aktif dalam

mewujudkan perlindungan konsumen.

Tugasnya yaitu menyebarkan informasi, memberikan nasihat kepada konsumen, bekerja

sama dengan instansi terkait, membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya dan

melakukan pengawasan dalam pelaksanaan perlindungan konsumen.

Pengawasan adalah hal yang perlu dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk menjamin

bahwa produk/jasa yang siap konsumsi benar-benar layak dan tidak akan menimbulkan

kerugian bagi pengkonumsinya.

9. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (Pasal 49-58)

BPSK dibentuk sebagai tempat penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan

(pasal 49). Anggota-anggotanya terdiri dari 3 unsur pemerintah, 3 unsur pelaku usaha, 3 unsur

konsumen. Pengangkatan dan pemberhentian anggota BPSK dan sekretariat BPSK ditetapkan

oleh menteri.

10. Sanksi

Yaitu sanksi ekonomi yang diberlakukan karena alasan-alasan non-politik, biasanya

sebagai bagian dari suatu pertikaian perdagangan, atau semata-mata karena alasan ekonomi.

Lazimnya melibatkan pengenaan tarif khusus atau langkah-langkah serupa, dan bukan larangan

total.

BPSK berwenang jatuhkan sanksi administratif. Pada pelanggar pasal 19(2) dan (3), 20,

25 dan 26 berupa ganti rugi maksimum sebesar 200 juta rupiah (pasal 60).

Tuntutan pidana dapat ditujukan pada pelaku usaha dan/atau pengurusnya (pasal 61).

Pelaku usaha pelanggar terdapat pada pasal 8, 9, 10, 13 (2), 15, 17(1) a, b, c, (2) dan 18,

dipidana maksimal 5 tahun atau denda maksimal sebesar 2 milyar rupiah (pasal 62 (1)).

Pelanggar pasal 11, 12, 13(1), 14, 16, 17(1)d, f, dipidana maksimal 2 tahun atau denda

sebesar 500 juta rupiah (pasal 62(2)). Penyebab luka berat, cacat tetap atau mati, diberlakukan

hukum pidana berlaku yang terdapat pada pasal 62 (3).

Page 10: Ringkasan UU Perlindungan Konsumen

Hukuman tambahan dapat berupa:

a. Perampasan barang tertentu,

b. Umumkan putusan hakim,

c. Bayar ganti rugi,

d. Perintah hentikan penyebab kerugian konsumen,

e. Penarikan barang,

f. Pencabutan izin usaha (pasal 63)

11. Ketentuan Peralihan

Semua ketentuan perundang-undandan yang telah berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak

diatur khusus dan/atau tidak bertentangan dengan UUPK.

12. Ketentuan Penutup

UU perlindungan konsumen berlaku 1(satu) tahun sejak diundangkan. Jangka waktu

setahun adalah untuk proses sosialisasi UU, kesiapan semua pihak terkait, pembentukan

lembaga-lembaga yang diamanatkan oleh UUPK.