Ringkasan Sea Floor Spreading..
-
Upload
alam-budiman-thamsi -
Category
Documents
-
view
37 -
download
7
description
Transcript of Ringkasan Sea Floor Spreading..
PEMEKARAN LANTAI SAMUDRA (SEA FLOOR SPREADING)
· 1.1 Pendahuluan
Teori pemekaran lantai samudera sangat berkaitan erat dengan teori
tektonik lempeng. Pemekaran dasar samudera merupakan kunci penemuan
tektonik lempeng. Oleh sebab itu, untuk membahas teori pemekaran lantai
samudera perlu pengetahuan yang cukup tentang teori tektonik lempeng oleh
sebab itu akan dijelaskan terlebih dahulu tentang teori tektonik lempeng..
· 1.2 Pembahasan
1.2.1 Teori Tektonik Lempeng
Yang pertama-tama mengemukakan bahwa bumi ini pernah bersatu adalah
seorang ahli klimatologi dan geofisikayang bernama Alfred Wegener selama
tahun 1912-1930 dengan teorinya tentang Pengapungan Benua. Akan tetapi
ideatau teori ini ditolak oleh sebagian besar ahli ilmu bumi. Tetapi, selama
periode tahun 1950-an sampai 1960-an banyak bukti-bukti yang ditemukan oleh
para peneliti yang mendukung teori tersebut, sehingga teori yang sudah
pernahditinggalkan ini menjadi pembicaraan lagi atau mulai diperhatikan lagi.
Sampai tahun 1968, dengan perkembanganteknologi banyak dilakukan pemetaan
pada lantai samudera, serta ditemukannya data-data yang banyak tentangaktivitas
seismik dan medan magnet bumi. Sehingga muncul teori baru yang dinamakan
Teori Tektonik Lempeng(Kennet, 1982; Duxbury et.al, 1991).
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari
suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif
terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini
tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an,
dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis,
seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang
bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudera. Lempeng tektonik
terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudera (oceanic
crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua
dan kerak samudera, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer.
Kepadatan material pada kerak samudera lebih tinggi dibanding kepadatan pada
kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudera (mafik)
lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik). Di bawah litosfer
terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan
di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir
seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang
saling bersinggungan satu dengan lainnya. Karena tiap lempeng bergerak sebagai
unit tersendiri dipermukaan bumi yang bulat, maka interaksi antar lempeng terjadi
pada batas – batas lempeng. Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara
lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3
jenis, yaitu batas divergen, konvergen, dan transform.
1.2.2 Pemekaran Lantai Samudera (Sea Floor Spreading)
Hipotesa pemekaran lantai samudera dikemukakan pertama kalinya oleh
Harry Hess (1960) dalam tulisannya yang berjudul “Essay in geopoetry describing
evidence for sea-floor spreading”. Dalam tulisannya diuraikan mengenai bukti-
bukti adanya pemekaran lantai samudera yang terjadi di pematang tengah
samudera (mid oceanic ridges), Guyots, serta umur kerak samudera yang lebih
muda dari 180 juta tahun. Hipotesa pemekaran lantai samudera pada dasarnya
adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa bagian kulit bumi yang ada
didasar samudera Atlantik tepatnya di pematang tengah samudera mengalami
pemekaran yang diakibatkan oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakan
oleh arus konveksi yang berada di bagian mantel bumi (astenosfir). Akibat dari
pemekaran yang terjadi disepanjang sumbu pematang tengah samudera, maka
magma yang berasal dari astenosfir kemudian naik dan membeku. Magma ini
terus keluar keatas di pematang tengah samudera dan menghasilkan aliran magma
yang mengalir kedua arah berbeda dan menghasilkan kekuatan yang mampu
membelah pematang tengah samudera. Pada saat lantai samudera tersebut
terbelah, retakan terjadi di tengah pematang dan magma yang meleleh mampu
keluar dan membentuk lantai samudera yang baru. Arus konveksi yang
menggerakkan lantai samudera (litosfir), pembentukan material baru di Pematang
Tengah Samudera (Midoceanic ridge) dan penyusupan lantai samudera kedalam
interior bumi (astenosfir) pada zona subduksi. Kemudian lantai samudera tersebut
bergerak menjauh dari pematang tengah samudera sampai dimana akhirnya
bertemu dengan lempeng kontinen dan akan menyusup ke dalam karena berat
jenisnya yang umumnya berkomposisi lebih berat dari berat jenis lempeng
kontinen.
Gambar 1. Pemekaran Lantai Samudera
Penyusupan lempeng samudera kedalam lempeng benua inilah yang
menghasilkan zona subduksi atau penunjaman dan akhirnya lithosphere akan
kembali menyusup ke bawah astenosphere dan terpanaskan lagi. Kejadian ini
berlangsung secara terus-menerus. Dengan adanya zona penunjaman ini maka
akan terbentuk palung pada sepanjang tepi paparan, dan juga akan terbentuk
kepulauan sepanjang paparan benua oleh karena proses pengangkatan. Kerak
samudera yang menunjam ke bawah ini akan kembali ke mantle atau jika bertemu
dengan batuan benua yang mempunyai densitas sama atau lebih besar maka akan
terjadi mixing antara material kerak samudera dengan benua membentuk larutan
silikat pijar atau magma. (Proses mixing terjadi pada kerak benua sampai 30 km
di bawah permukaan bumi). Karena sea floor spreading terus berlangsung maka
jumlah magma hasil mixing yang terbentuk akan semakin besar sehingga akan
menerobos batuan-batuan di atasnya sampai akhirnya muncul ke permukaan bumi
membentuk deretan gunung api. Bagian lempeng masuk ke zona subduksi,
memiliki kemiringan sudut sekitar 45˚. Lempeng ini terus tenggelam ke dalam
astenosfer, yang karena proses waktu yang berjuta-juta tahun, disertai pemanasan
yang kuat dari dalam, bagian yang menekuk ini lama kelamaan akan pecah,
hancur-lebur, dan menjadi bagian dalam bumi kembali. Bagian-bagian litosfer
yang bergerak, retak, runtuh inilah yang merupakan wilayah paling labil, yang
menjadi salah satu penyebab terjadinya gempa, dan jalan yang lebih
memungkinkan bagi magma untuk naik mencapai permukaan bumi, membangun
tubuhnya menjadi gunung api.
Teori Hess tentang pemekaran dasar samudera mendapat dukungan bukti
dari mahasiswa tingkat sarjana di Inggris, Frederick J. Vine dan D. H. Matthews.
Pendapat keduanya sebenarnya bukan hal yang baru. Vine dan Matthews
berpendapat bahwa saat lava meluap dan memadat di retakan tengah samudera,
lava basal mendapatkan perkutuban magnet sesuai dengan keadaan pada saat lava
ini memadat. Penelitian tentang kemagnetan mendukung teori pemekaran dasar
samudera.
·
2.1 Kesimpulan
Penyebab dari pergerakan benua-benua dimulai oleh adanya arus konveksi
dari mantel bumi. Arah arus ini tidak teratur, seperti pergerakan udara/awan atau
pergerakan dari air yang direbus. Terjadinya arus konveksi terutama disebabkan
oleh aktivitas radioaktif yang menimbulkan panas. Dalam kondisi tertentu dua
arah arus yang saling bertemu bisa menghasilkan arus interferensi yang arahnya
ke atas. Arus interferensi ini akan menembus kulit bumi yang berada di atasnya.
Magma yang menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan membentuk
gugusan pegunungan yang sangat panjang dan bercabang-cabang di bawah
permukaan laut yang dapat diikuti sepanjang samudera-samudera yang saling
berhubungan di muka bumi. Lajur pegunungan yang berbentuk linear ini disebut
dengan MOR (Mid Oceanic Ridge atau Pematang Tengah Samudera) dan
merupakan tempat keluarnya material dari mantel ke dasar samudera. Kerak
(kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini karena aliran
material dari mantel. Batuan dasar samudera yang baru terbentuk itu lalu
menyebar ke arah kedua sisi dari MOR karena desakan dari magma mantel yang
terus-menerus dan juga tarikan dari gaya gesek arus mantel yang horisontal
terhadap material di atasnya. Lambat laun kerak samudera yang terbentuk di
pematang itu akan bergerak terus menjauh dari daerah poros pematang dan
‘mengarungi’ samudera. Gejala ini disebut dengan Pemekaran Lantai Samudera
(Sea Floor Spreading).