RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan...

29
RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA SENTOSA 2015-2022 SUMBER RUJUKAN: 1. Revisi RKUPHHK 2013-2022 PT WIJAYA SENTOSA. Tahun 2016. 2. Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di Areal IUPHHK HA PT Wijaya Sentosa. Revisi Tahun 2016. 3. Laporan Survey Sosial Berbasis Participatory Rural Apraisal (PRA) IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa Kampung Sombokoro, Sandey, Werianggi, Tamoge, Dusner, Sobiar/Simey, Muandarisi (Kabupaten Wondama Provinsi Papua Barat). Tahun 2015. 4. Laporan Pengaturan Hasil Tegakan Merbau di IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Tahun 2019 Edisi Ke-5 Maret 2019

Transcript of RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan...

Page 1: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN

PT WIJAYA SENTOSA 2015-2022

SUMBER RUJUKAN:

1. Revisi RKUPHHK 2013-2022 PT WIJAYA SENTOSA. Tahun 2016.

2. Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di Areal IUPHHK HA PT Wijaya Sentosa. Revisi Tahun 2016.

3. Laporan Survey Sosial Berbasis Participatory Rural Apraisal (PRA) IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa Kampung Sombokoro, Sandey, Werianggi, Tamoge, Dusner, Sobiar/Simey, Muandarisi (Kabupaten Wondama Provinsi Papua Barat). Tahun 2015.

4. Laporan Pengaturan Hasil Tegakan Merbau di IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Tahun 2019

Edisi Ke-5 Maret 2019

Page 2: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

1. Tujuan-tujuan Pengelolaan Dalam melakukan pemanfaatan sumberdaya hutan, PT. Wijaya Sentosa memiliki tujuan memanfaatkan sumberdaya hutan alam produksi secara lestari dengan memperhatikan aspek kelestarian usaha, keseimbangan lingkungan dan sosial-budaya, secara rasional dan terukur. Dalam mengelola hutannya, PT. Wijaya Sentosa memiliki visi sebagai berikut : “Menjadi Perusahaan yang maju dan berkembang yang berwawasan global dengan bertumpu pada Pengelolaan Hutan Lestari dan dapat memberi manfaat secara luas bagi karyawan, masyarakat, dan stakeholder lainnya”. Sedangkan misi pengelolaan hutan PT. Wijaya Sentosa adalah :

1. Menjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan pemanenan hutan yang ramah lingkungan dan lestari.

2. Menerapkan manajemen yang profesional yang didukung dengan sumber daya keuangan, tenaga kerja yang kompeten, peralatan dan sarana prasarana yang cukup.

3. Menerapkan standar pengusahaan hutan skema mandatory nasional maupun voluntary yang diakui secara internasional.

4. Berkomitmen menerapkan prinsip Standar FSC (Forest Stewardship Council) dalam pengelolaan hutan lestari secara konsisten.

5. Melibatkan dan bekerjasama dengan masyarakat sekitar dalam menjalankan operasi perusahaan dan menghormati hak-hak adat yang sesuai dan diakui pemerintah.

6. Mendukung program kesehatan dan keselamatan kerja (K3), pengelolaan hutan lestari, pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat dilihat dalam matrik berikut : Tabel 1. Sasaran Strategis Pengelolaan Hutan PT. Wijaya Sentosa

No Kegiatan Sasaran/Tujuan Periode 2015-2022 1. Sistem Silvikultur Terlaksananya sistem TPTI pada seluruh areal efektif

produksi 2. Tata Batas Areal Kerja Terlaksananya tatabatas seluruh kawasan konsesi

sepanjang 338,511 KM. Dimana panjang batas yang belum direalisasikan adalah 158,795 KM

3. Penataan Batas Areal Kerja Tertatabatasnya areal kerja (blok RKT) sebesar 35.445 Ha 4. Inventarisasi Tegakan Sebelum

Penebangan (ITSP) Terlaksananya kegiatan ITSP sebesar 35.445 Ha.

5. Pembukaan Wilayah Hutan Terlaksananya pembuatan dan pemeliharaan jalan utama sepanjang 283,56 KM dan jalan cabang 177,22 KM

6. Penebangan Terlaksananya penebangan diblok tebangan dengan mengimplemtasikan Reduce Impact Logging (RIL) dan Lacak Balak (CoC) seluas 35.445 Ha dengan volume 1.526.934,84 M3.

7. Kegiatan Pembinaan Hutan (sistem silvikultur TPTI)

Terlaksananya kegiatan tahapan pembinaan hutan (TPTI) seluas 35.445 Ha

8. Kegiatan Perlindungan dan Pengamanan Hutan

Terlindunginya kawasan konsesi dari kegiatan perambahan, illegal logging, kebakaran hutan dan perburuan satwa yang dilindungi.

Page 3: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

No Kegiatan Sasaran/Tujuan Periode 2015-2022 9. Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Hutan Tercapainya target penjualan hasil produksi kayu sebesar 1.526.934,84 M3

10. Kelola Sosial Terlaksananya kegiatan kelola social secara terprogram dan partisipatif didesa-desa binaan PT. Wijaya Sentosa, yaitu :

a. Kampung Ambumi b. Kampung Nanimori c. Kampung Simey/Sobiar d. Kampung Dusner/Mandarisi e. Kampung Sanday f. Kampung Sombokoro g. Kampung Werianggi/Tomoge h. Kampung Windesi i. Kampung Idore

11. Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan

Terlaksananya pengelolaan dan pemantauan lingkungan berupa pemantauan erosi, sungai, curah hujan, dinamika hutan (disetiap tipe hutan yang ada) dan perhatian terhadap jenis-jenis flora-fauna yang dilindungi/terancam punah.

12. Penelitian dan Pengembangan Terlaksananya penelitian kondisi hutan terutama riap di hutan bekas tebangan, ekplorasi lesser known species, dll

13. Pelatihan Terselenggaranya pelatihan bagi staff/ karyawan di lapangan tentang implementasi Best Management Practice (BMP), seperti : Ganis PHPL, RIL, CoC, Kelola Sosial, Kelola Lingkungan, K3, Pemetaan dll yang dianggap perlu

2. Sumberdaya Hutan Yang Akan Dikelola A. Batasan-Batasan Lingkungan,

PT. Wijaya Sentosa memiliki total luas 130.755 Ha. Ada pembagian zonasi kawasan pengelolaan adalah sebagai berikut :

Page 4: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

No. Alokasi Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

A. Luas Areal 130,755 100

B. Areal Layak Kelola 130,755 100

1 Kawasan Lindung 25,792 19.27

a. Buffer Zone HL 6,521 4.99

b. Sempadan Sungai 4,393 3.36

c. KPPN 784 0.60

d. Danau dan mata air 136 0.10

e. Hutan keramat 2,219 1.70

f. Lahan basah (rawa/mangrove) 1,477 1.13

g. Landscape karst 2,944 2.25

h. Hutan rawa primer 3,058 2.34

i. Lereng > 40% 3,660 2.80

2 Areal Tidak Efektif 1,429 1.09

a. PUP 600 0.46

b. Base Camp/TPK 229 0.18

c. Kebun Benih 600 0.46

3 Areal Produksi Efektif 104,134 79.64

a. Bekas tebangan 10,590 8.10

b. Sisa areal tebangan 93,544 71.54 PEMANFAATAN AREAL

EFEKTIF :

Sisa Areal Efektif tebangan 93,544 71.54

Etat Luas Pertahun 3.465

B. Status Tata Guna dan Kepemilikan Lahan Areal IUPHHK pada hutan alam PT. Wijaya Sentosa termasuk ke dalam kelompok hutan S. Kuri – S. Teluk Umar. Menurut wilayah administrasi areal PT. Wijaya Sentosa sebagian besar termasuk kedalam wilayah Distrik Wasior Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua. Sedangkan berdasarkan administrasi pemangkuan hutan termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Teluk Wondama, Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat. Areal kerja PT. Wijaya Sentosa secara geografis terletak pada 3º 35’ - 3º 11’ LS dan 134º 16’ - 134º 11’ BT. Luas areal PT. Wijaya Sentosa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.33/Menhut-II/2013 tanggal 15 Januari 2013 seluas ±130.755 ha, dengan batas-batas areal kerja adalah sebagai berikut : • Sebelah Utara : PT. Henrinson Iriana • Sebelah Timur : Teluk Wandamen • Sebelah Selatan : PT. Dharma Mukti Persada • Sebelah Barat : PT. Utama Murni Wood Ind. (PT. Wukira Sari) Berdasarkan Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Papua Barat (SK.783/Menhut-II/2014 tanggal 22 September 2014) areal IUPHHK-HA PT. Wijaya Sentosa terbagi dalam empat fungsi hutan, yaitu : a. Fungsi Hutan Produksi (HP) seluas 36,559.06 ha. b. Fungsi Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 89,272.12 ha.

Page 5: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

c. Fungsi Hutan Produksi Yang Dapat di Konversi (HPK) seluas 4,631.26 ha. d. Fungsi Areal Penggunaan Lain seluas 312.56 ha.

C. Kondisi Sosial Ekonomi dan Gambaran Mengenai Lahan-Lahan Disekitarnya

Berdasarkan administrasi pemerintahan konsesi PT. Wijaya Sentosa berada di Distrik Wasior Kabupaten Teluk Wandoma Provinsi Papua Barat. Total kampung yang berada di sekitar konsesi PT. Wijaya Sentosa sebanyak 10 kampung meliputi, Kampung Ambumi, Nanimori, Simey/Sobiar, Dusner/Mandarisi, Sandey, Sombokoro, Werianggi/Tamoge, Windesi, Idore, dan Bintuni. Mata pencarian masyarakat sebagian besar masih bergantung pada hutan dan sungai berupa kegiatan menokok sagu dan memungut hasil hutan non kayu (berburu, mencari gaharu, mencari masohi, penyuling minyak lawang) dan nelayan. Namun ada juga yang bekerja sebagai karyawan di beberapa perusahaan disekitar kampung, PNS maupun berdagang. PT. Wijaya Sentosa memberikan akses penuh bagi masyakarat untuk mencari hasil hutan non kayu dalam wilayah konsesi.

3. Sistem Silvikultur atau Sistem Pengelolaan Lain, Berdasarkan Kondisi Ekologi Hutan yang Bersangkutan dan Informasi yang Dikumpulkan Melalui Inventarisasi Sumberdaya Pada areal berhutan yang efektif untuk produksi Penerapan sistem silvikultur yang dipilih adalah sistem silvikulutur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) dengan alasan kondisi tegakan hutan alam yang tidak seumur dan sebagian besar merupakan areal bekas tebangan dengan kondisi hutan yang relative masih baik. Daur penerapan sistem TPTI yang akan diterapkan adalah 30 tahun dengan limit pohon komersial yang dipanen adalah 40 cm up untuk Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi yang dapat di Konvesi (HPT). Sedangkan pada Hutan Produksi Terbatas (HPT) limit diameter pohon yang dipanen adalah 50 cm up. Adapun tahapan kegiatan TPTI yang akan dilakukan adalah sesuai dengan Peraturan Dirjen Bina Produksi Kehutanan Nomor P.09/VI-SET/2009 tanggal 21 Agustus 2009. Sebagai berikut :

• Penataan Areal Kerja (PAK), dilakukan paling lambat di Et-2. • Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP), dilakukan paling lambat di ET-1. • Pembukaan Wilayah Hutan (PWH), paling lambat di ET-1. • Pemanenan dilakukan pada tahun tebang berjalan (ET-0). • Perapihan dilakukan pada Et+1. • Pengadaan Bibit dilakukan pada ET+2. • Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Pengayaan dilakukan pada ET+3, ET+4 dan

ET+5. • Pembebasan Pohon Binaan dilakukan pada ET+3 dan ET+6. • Perlindungan dan Pengamanan Hutan (terus menerus).

Sedangkan pada areal non hutan (tanah kosong) sistem silvikultur yang akan dilakukan adalah kegiatan pengayaan dan rehabilitasi. Jenis-jenis yang akan ditanam dalam areal tersebut adalah jenis-jenis tanaman lokal yang berguna bagi masyarakat.

Page 6: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

Dalam perencanaan yang dicanangkan, pengembangan penerapan SILIN akan dilakukan

dengan sistem tanam rumpang dan sistem tanam jalur dengan intensitas berkisar 2.5 – 3%

dari bekas areal tebang.

Upaya penanaman pengkayaan dengan silvikultur intensif ini merupakan upaya pengembangan dalam rangka untuk memenuhi ketersediaan stok tegakan hutan secara berkelanjutan.

4. Pertimbangan Penentuan Tingkat Penebangan Tahunan dan Pemilihan Jenis A. Ketersediaan Potensi Berdasarkan IHMB

Berdasarkan hasil IHMB yang telah disahkan dan disetujui oleh Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat (September 2012) diketahui bahwa rata-rata sediaan tegakan (standing stock) per hektar untuk jenis komersial kelas dalam jumlah yang cukup. PT. Wijaya Sentosa memiliki standing stock hingga 30 tahun (2011 – 2040) sebesar 18,669,872.64 m3 (khusus diameter 40 cm up pohon komersil). Dimana kelompok jenis pohon komersial yang akan di panen terdiri dari Kelompok Kayu Meranti (terdiri dari 15 jenis), Kelompok Rimba Campuran (terdiri 41 jenis) dan kelompok Kayu Indah (terdiri 8 jenis). Gambaran kondisi sediaan tegakan jenis komersial setiap kelas diamternya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2. Rata-Rata Sediaan Tegakan (Standing Stock) Jenis Komersil Setiap Kelas Diameter

Berdasarkan Hasil IHMB di PT. Wijaya Sentosa

Sedangkan khusus jenis merbau posisi standing stock disetiap kelas diameter sebagai berikut; Tabel 3. Rata-Rata Sediaan Tegakan (Standing Stock) Jenis Merbau Setiap Kelas Diameter

Berdasarkan Hasil IHMB di PT. Wijaya Sentosa

Kelas Diameter

(cm)

Jumlah Pohon

(N/Ha)

Volume Standing Stock

(M3/Ha)

10-19 321.10 38.12

20-29 93.71 41.36

30-39 55.01 47.94

40 up 28.44 88.85

50 up 17.38 72.24

Sumber: Hasil IHMB PT Wijaya Sentosa (September 2012)

Kelas Diameter

Merbau (cm)

Jumlah Pohon

Merbau (N/Ha)

Volume Standing Stock

Merbau (M3/Ha)

10-19 1.16 0.12

20-29 1.28 0.61

30-39 1.04 1.00

40 up 3.67 12.43

50 up 3.00 13.70

Sumber: Hasil IHMB PT Wijaya Sentosa (September 2012)

Page 7: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

B. Perhitungan Etat Luas Etat luas dihitung berdasarkan luas efektif kawasan yang akan diproduksi (93.544 ha) dibagi dengan daur 27 tahun, maka Etat luas PT. Wijaya Sentosa dihitung sebagai berikut :

• Etat luas di Virgin Forest (VF) seluas 1.439 ha/tahun • Etat luas di Log over area (LoA) seluas 2.026 ha/tahun

Sehingga rata-rata total Etat luas PT. Wijaya Sentosa adalah 3,465 ha/tahun. C. Perhitungan Etat Volume dan Jatah Tebangan Tahunan Berdasarkan IHMB Etat volume dihitung berdasarkan pada pembagian potensi sediaan tegakan dan daur. Adapun perhitungan etat volume disetiap fungsi kawasan hutan PT. Wijaya Sentosa dihitung dengan menggunakan rumusan : Etat Volume (m3/tahun) = Etat luas tahunan x Volume per Ha x 0.56 (Faktor Pengaman) Dari hasil perhitungan diketahui bahwa Etat Volume di PT. Wijaya Sentosa adalah :

• Etat volume di Hutan Produksi Terbatas (HPT) sebesar = 2.155 ha x 75,94 m3/ha x 0,56 = 91.644,39 m3/tahun.

• Etat volume di Hutan Produksi (HP) sebesar = 1.310 ha x 89,76 m3/ha x 0,56 = 65.847,94 m3/tahun.

Sehingga secara total rata-rata Etat Volume PT. Wijaya Sentosa adalah 157.492.33 m3/tahun. Namun jika dihitung sesuai dengan masa izin RKU IUPHHK HA PT. Wijaya Sentosa Periode 2013 –2022 (10 tahun) maka Etat volumenya hanya mencapai rata-rata 152.693,84 m3/tahun. D. Perhitungan Etat Volume dan Jatah Tebangan Tahunan Berdasarkan Riap

Pertumbuhan PT. Wijaya Sentosa saat ini telah memiliki 2 (dua) plot pemantauan riap pertumbuhan tegakan hutan (petak ukur permanen/PUP), yaitu :

1. Plot PUP I yang berlokasi di eks BKT 2013 (Petak AV 35 eks BKT 2013), dan 2. Plot PUP II yang berlokasi di eks RKT 2017 (Petak BB 27)

Tabel 4. Informasi Riap Pertumbuhan MAI di PT. Wijaya Sentosa

Riap Diameter (cm/thn) Volume (m3/btg/thn)

Seluruh Jenis 0.61 0.030

Komersil 0.61 0.030

Khusus Merbau 0.67 0.050

Sehingga hasil perhitungan jatah tebangan tahunan di PT. Wijaya Sentosa dihitung sebagai berikut :

Page 8: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

Untuk seluruh jenis komersil : = Etat Luas (ha/thn) x Riap Pohon Komersil (m3/ha/thn) x daur (thn) x Fe* x Fp** = 3.465 ha/thn x 2.82 m3/ha/thn x 30 tahun x 0.88 X 0.8 = 206,322.92 m3/tahun Keterangan : *) Fe : Nilai Faktor eksploitasi PT Wijaya Sentosa sebesar 0.88 sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan Bogor yang disahkan oleh kementerian Lingkungan hidup dan kehutanan melalui surat nomor : S.849/PHPL/UHP/HPL.1/12/2016 tanggal 7 Desember 2016

**) Fp : Nilai Faktor Pengaman yang ditetapkan Kementerian Kehutanan secara Nasional Khusus untuk jenis merbau Perhitungan Jatah Tebangan Tahunan merbau dilakukan berdasarkan hasil Kajian Pengaturan Hasil Tegakan Merbau di IUPHHK-HA PT Wijaya Sentosa, Provinsi Papua Barat yang bekerjasama dengan Divisi Perencanaan Hutan Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Perhitungan pengaturan hasil tegakan merbau dilakukan berdasarkan konsep dinamika struktur tegakan. Konsep pemanenan hasil hutan berdasarkan dinamika struktur tegakan merbau dilakukan dengan memperhatikan dinamika pertumbuhan (riap) tegakan dan kematian tegakan Merbau yang ada dalam Petak Ukur Permanen (PUP) PT Wijaya Sentosa. Dalam prinsipnya, dengan memperhatikan kombinasi dinamika tegakan (pertumbuhan dan kematian) yang ada di kelas diameter tegakan pohon inti (stok tebangan pada tahun berikutnya) dan dengan membandingkan persen tingkat penebangan (kematian tegakan) pada kelas diameter masak tebang, akan di hasilkan model pertumbuhan yang kemudian dapat disimulasikan kondisi stok layak tebang dalam satu periode waktu setelah dilakukannya penebangan dalam intensitas tebangan tertentu terhadap stok tebangan yang tersedia. Dengan diperolehnya model dinamika tegakan maka akan dapat disimulasikan kondisi stok tegakan layak tebang berikutnya setelah periode daur (30 tahun) sesuai dengan intensitas tebangan yang dilakukan terhadap tegakan stok layak tebang saat ini. Melalui simulasi model dapat ditentukan Intensitas Penebangan (IP) yang akan memberikan kelestarian ketersediaan stok tegakan layak berikutnya setelah periode 30 thn yang artinya IP tersebut masih berimbang dengan tingkat tidak melebihi kemampuan regenerasi suatu tegakan. Berdasarkan hasil simulasi dalam kajian diperoleh kesimpulan bahwa Kebijakan PT Wijaya Sentosa yang menggunakan IP 70.4 % dalam penetapan Jatah Tebangan Tahunan dapat diterapkan untuk tegakan merbau dengan terlebih dahulu memastikan ketersediaan stok regenerasi dan layak tebang pada areal-areal yang akan ditebang. Jatah Tebangan Tahunan Merbau disimulasikan dari ketersediaan stock tegakan layak tebang Merbau di lapangan berdasarkan persentase komposisi Jenis Merbau dari stock jenis komersil dari seluruh jenis komersil yang di duga dari hasil IHMB dalam RKU. Dengan memperhatikan ketersediaan stock layak tebang Merbau dan ketersediaan regenerasi di lapangan yang spesifik dalam blok RKT tertentu (spesifik waktu dan tempat)

Page 9: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

dengan hasil simulasi, diperoleh tabel perhitungan proyeksi tebangan Merbau sebagai berikut: Tabel 5. Proyeksi JPT Merbau yang diizinkan sesuai luasan RKT dalam RKU dan dan simulasi dinamika tegakan disajikan sbb:

Ket : 1. Angka dalam simulasi tebangan telah disesuaikan dengan memperhatikan perbandingan N/Ha model dengan

data dasar N/Ha ITSP dan IHMB untuk data ketersediaan regenerasi tegakan. 2. 2.60 n/ha : data N/Ha regenerasi pada kelas diameter 20-29, 30-39 dan 40-49 hasil ITSP 2019 3. 2.99 n/ha : data N/Ha regenerasi pada kelas diameter 20-29, 30-39 dan 40-49 hasil IHMB

5. Sistem Monitoring Pertumbuhan dan Dinamika Hutan

Sistem monitoring pertumbuhan dan dinamika hutan yang dikembangkan oleh PT. Wijaya Sentosa adalah a. Monitoring/Pemantauan Pertumbuhan hutan dengan metode pemantauan riap tegakan

di bekas tebangan (LOA) menggunakan Petak Ukur Permanen (PUP).

PT Wijaya Sentosa akan melakukan pemantauan pertumbuhan riap tegakan dan kematian tegakan di bekas tebangan dengan cara membuat plot-plot permanen dengan ukuran 24 ha setiap plotnya. Plot pemantaun riap ini dibuat setiap lima blok RKT. Untuk PUP seri pertama akan dilakukan pengukuran sebagai berikut: lima tahun pertama setiap tahun dan periode lima tahun berikutnya hingga akhir daur setiap 2 tahun sekali. Sedangkan PUP seri selanjutnya (kedua, ketiga dst) pengukuran data dilakukan setiap dua tahun sekali. Data akhir dari pemantauan riap di PUP ini adalah diketahuinya Current Annual Increment (CAI, m3/ha/tahun) dan Mean Annual Increment (MAI, m3/ha/tahun) actual di hutan bekas tebangan PT Wijaya Sentosa. Plot PUP untuk memonitor riap dibuat sesuai dengan standar dari Departemen Kehutanan (SK Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan No. 38/Kpts/VIII-HM.3/1993 tanggal 9 Juni 1993 tentang Pedoman Pembuatan dan Pengukuran Petak Ukur Permanen atau PUP untuk Pemantauan Pertumbuhan Riap Hutan Alam Tanah Kering Bekas Tebangan).

b. Monitoring/Pemantauan dinamika hutan menggunakan Permanent Sample Plot (PSP)

PT Wijaya Sentosa akan membuat plot-plot sampel permanen dengan pengamatan menggunakan metode transek/jalur dengan ukuran 20 x 3.000 m pada setiap tipe hutan yang ada sehingga dinamika hutan akan termonitor secara periodic. Pembuatan plot

Tahun

Simulasi Ketersediaan Stok

Koreksi ketersediaan pohon inti model

Volume tebang model

Rencana Tebang

maksimum LHC RKT JPT/ IP 70,4%

n /ha lapangan

n/ha model

2019 67,871.53 47,781.56 2.60 3.00 41,175.39 44,025.21

2020 52,124.80 36,695.86 2.99 3.00 36,365.73 33,837.45

2021 54,256.72 38,196.73 2.99 3.00 37,853.10 38,397.26

2022 59,599.49 41,958.04 2.99 3.00 41,580.57 40,714.89

Total 233,852.53 164,632.18 11.57 12.00 156,974.81 156,974.81

Rata – rata 39,243.70 39,243.70

Page 10: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

permanen ini dilakukan untuk memantau kondisi regenerasi dan suksesi hutan, keanekaragaman genetik, jenis dan ekosistem serta analisa siklus alami yang mempengaruhi produktifitas ekositem hutan yang ada. Lokasi plot pemantauan akan ditempatkan pada blok RKT (atau bekas tebangan) dan keterwakillan dari setiap jenis ekosistem hutan yang ada (Ekosistem hutan dataran rendah, ekosistem rawa air tawar, ekosistem karst, dan ekosistem mangrove). Untuk di lokasi bekas tebangan Blok RKT pemantauan dilakukan dengan periode Et-1 (sebelum tebangan), Et+1, dan setiap 3 tahun sekali setelahnya (Et+3). Sedangkan untuk pemantauan setiap tipe ekosistem hutan yang ada, periode pemantauan ditetapkan setiap 3 tahun sekali.

c. Monitoring/Pemantauan dinamika hutan melalui Inventarisasi Tegakan Tinggal

Pemantauan tegakan tinggal dilakukan dengan melakukan pendataan secara periodik pada blok bekas tebangan mengikuti bekas jalur ITSP. Pemilihan jalur ITSP yang akan dipantau tegakan tinggalnya akan ditentukan berdasarkan keterwakilan kondisi tempat tumbuh dan keterbukaan lahan akibat penebangan dengan Intensitas pengerjaan 10 % dari areal tebangan dalam setiap RKT bekas tebangan. Pengukuran pertama dilakukan dalam 1 tahun setelah kegiatan penebangan dilakukan.

Data pengukuran pertama ini diharapkan dapat menjawab mengenai:

1. Inventarisasi ketersediaan tegakan tinggal berdasarkan keterbukaan areal tebangan

2. Mengetahui besar kerusakan tegakan akibat penebangan terhadap pohon inti yang

diharapkan dapat menggantikan ketersediaan pohon layak tebang pada periode

tebang berikutnya,

Pengukuran tahun berikutnya dilakukan setiap 2 tahun sekali dengan tujuan untuk mengamati dinamika pertumbuhan dan kematian pada hutan bekas tebangan dalam satuan periode waktu. Data ini akan dijadikan bahan pertimbangan dan perhitungan untuk pengelolaan areal bekas tebangan agar dapat diupayakan memenuhi ketersediaan stok pohon inti yang menjamin kelestarian produksi pada periode tebangan berikutnya.

d. Monitoring/Pemantauan struktur alami tegakan hutan melalui pemantauan keanekaragaman hayati di areal Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN). PT Wijaya Sentosa akan melakukan pemantauan keanekaragaman hayati pada plot-plot yang telah ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. KPPN dibuat di setiap lima blok RKT atau satu blok RKL dengan luasan 100 sampai 300 Ha per KPPN, dengan lokasi hutan primer tidak terganggu oleh kegiatan operasional logging. Survey pemantauan KPPN dilakukan setiap tahun sekali pada usia 5 tahun pertama. Di atas lima tahun dilakukan pemantauan 2 tahun sekali. Objek pengamatan berupa tumbuhan bawah, semai, pancang, tiang, pohon serta satwa liar. Tujuan dari pemantauan di KPPN adalah: • Mengamati dinamika vegetasi dengan indikator Nilai Penting Jenis spesies,

kerapatan tegakan, Indeks Kesamaan Komunitas/IS tegakan, Indeks Kemantapan Biodiversiti/H’, dan struktur tegakan/distribusi diameter.

Page 11: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

• Mengamati jumlah dan kehadiran jenis satwa liar, indeks keragaman satwa, dan lokasi/sebaran penemuan satwa, baik dari kelompok mamalia, burung, maupun reptil.

Kegiatan pembuatan dan pengamatan KPPN dilakukan berdasarkan SK Dirjen PH No.

3361/IV-BPH/1994 tanggal 18 September 1994 tentang Pengukuran Areal Konservasi

dan Penelitian Plasma Nutfah.

6. Perlindungan lingkungan berdasarkan pada penilaian lingkungan Berdasarkan hasil identifikasi NKT, diketahui bahwa kawasan konsesi PT Wijaya Sentosa adalah kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Hampir semua atribut nilai konservasi tinggi terdapat di dalam kawasan ini, yang juga memiliki fungsi-fungsi jasa lingkungan penting serta merupakan kawasan yang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ada di sekitar kawasan. Begitu juga dengan kawasan budaya yang penting untuk masyarakat lokal dijumpai di dalam kawasan ini. Ringkasan Nilai Konservasi Tinggi di Areal PT Wijaya Sentosa pada tabel 6. Terhadap kawasan lindung, PT Wijaya Sentosa melakukan kegiatan tata batas di lapangan yang dilakukan secara bertahap berdasarkan perkiraan dampak yang terjadi akibat penebangan yang dilakukan di blok tebangan. Sedangkan kegiatan di blok tebangan (RKT), PT Wijaya Sentosa menerapkan Reduced Impact Logging sehingga kegiatan minimalisasi dampak lingkungan dapat dilakukan. Untuk memastikan kegiatan pengelolaan hutan khususnya dari kegiatan pemanenan hutan

memberikan dampak lingkungan yang minimal maka PT Wijaya Sentosa mengembangkan

sistem pemantuan lingkungan yang terpadu dari aspek iklim, tanah, dan sungai.

Page 12: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

Tabel 6. Ringkasan IdentifikasiNilai Konservasi Tinggi di Areal PT. Wijaya Sentosa

NKT Definisi

Keberadaan Ada/Potensi/Tidak

adaRingkasan Hasil Temuan NKT Luas (Ha)*

1

1.1 Kawasan yang Mempunyai atau Memberikan Fungsi Pendukung

Keanekaragaman Hayati Bagi Kawasan

Lindung dan/atau Konservasi

Ada Di dalam areal PT. Wijaya Sentosa terdapat kawasan yang berfungsi untuk mempertahankan keanekaragaman hayati yaitu kawasan lindung berupa sempadan sungai, sempadan pantai,

kawasan perlindungan satwa, kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan penyangga Hutan

Lindung dan Taman Nasional Cendrawasih, hutan darat, hutan rawa, hutan mangrove dan hutan

karst. Diareal ini juga ditemukan kawasan yang potensi menjadi daaerah perlindungan satwa liar

(DPSL)

19,768.60

1.2 Spesies Hampir Punah Ada Dalam konsesi PT Wijaya Sentosa ditemukan satu jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam kategori CR/Critically Endangered (kritis) menurut IUCN, yaitu Merawan (Hopea mengerawan

Miquel) yang ditemukan di ekosistem hutan dataran rendah. Sedangkan jenis satwaliar kategore

CR/Critically Endangered (kritis) ditemukan Kusus bohai (Spilocuscus rufoniger) dan Kuskus

biak (Spilocuscus wilsoni), dimana kedua jenis satwaliar tersebut ditemukan di

ekosistem hutan dataran rendah (SS Winkor, SS Bupati, SS Warumbai, dan SS Wawon). Kawasan

lain yang teridentifikasi berpotensi sebagai habitat spesies tersebut ada di buffer zone hutan

lindung dan KPPN.

23,378.82

1.3 Kawasan yang Merupakan Habitat bagi Populasi Spesies yang Terancam,

Penyebaran Terbatas atau Dilindungi

yang Mampu Bertahan Hidup (Viable

Population)

Ada Ditemukan jenis flora dan fauna yang dilindungi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 sebanyak 63 jenis (2 jenis tumbuhan dan 61 jenis satwaliar); termasuk dalam Daftar CITES

Appendix II sebanyak 62 jenis (9 jenis tumbuhan dan 53 jenis satwaliar); termasuk ke

dalam kategori VU/Vulnerable (rentan) menurut Daftar Merah IUCN sebanyak 17 jenis (6 jenis

tumbuhan dan 11 jenis satwaliar), dan termasuk CR/Critically Endangered) sebanyak 3

jenis (1 jenis tumbuhan dan 2 jenis satwaliar).

27,485.94

* Areal yang teridentifikasi sebagai NKT bisa memiliki lebih dari satu NKT

Konsentrasi keanekaragaman hayati termasuk spesies endemik, serta spesies langka, terancam punah atau genting (RTE) yang signifikan di tingkat global, regional atau nasional.

Page 13: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

NKT Definisi

Keberadaan

Ada/Potensi/Tidak

ada

Ringkasan Hasil Temuan NKT Luas (Ha)*

1.4 Kawasan yang Merupakan Habitat bagi Spesies atau Sekumpulan Spesies yang

Digunakan Secara Temporer

Ada Penutupan lahan di areal konsesi PT Wijaya Sentosa sebagian besar masih berhutan, baik hutan primer maupun hutan sekunder. Kondisi tersebut menyebabkan kawasan UP menjadi

kawasan yang sangat penting bagi individu jenis satwaliar. Kawasan berhutan dengan kanopi

tinggi seringkalii digunakan oleh beberapa jenis burung sebagai tempat bertengger,

beristirahat atau mencari pakan ataupun daerah riparian yang dimanfaatkan oleh reptil.

Habitat kunci di kawasan IUPHHK-HA PT. WS adalah areal berhutan di sempadan sungai,

sempadan pantai, kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar danau, daerah tangkapan

air/bukit, Gua, rawa, BZ hutan lindung dan taman nasional, KPPN, dan kebun benih yang

memiliki penutupan tajuk relatif rapat dengan kanopi tinggi sangat berperanan penting bagi

jenis-jenis burung sebagai tempat bertengger untuk beristirahat atau mencari makan bagi

beberapa jenis burung dari famili Accipitridae. Yaitu Accipiter fasciatus ( Elang alap coklat);

Accipiter cirrocephalus ( Elang alap kalung); Accipiter poliocephalus ( Elang alap pucat);

Accipiter novaehollandiae ( Elang alap kelabu); Accipiter melanochlamys ( Elang alap mantel

hitam); Accipiter meyerianus ( Elang alap mayer); Haliastur indus ( Elang bondol);

Megatriorchis doriae ( Elang alap doria)

27,294.41

2

2.1 Kawasan Bentang Alam Luas yang Memiliki

Kapasitas untuk Menjaga Proses dan

Dinamika Ekologi Secara Alami

Ada Berdasarkan analisa Citra Landsat tutupan lahan di areal IUPHHK-HA PT. WS dapat dibedakan kedalam 5

(lima) macam, yaitu (1) Hutan sekunder/bekas tebangan seluas 56.804 ha (43,44 %), (2) Hutan primer

seluas 68.766 ha (52,59 %), (3) Hutan Mangrove seluas 490 ha (0,37%), (4) Hutan rawa seluas 414 ha

(0,32%) dan (5) Lahan terbuka seluas 65 ha (0,05%). Dengan melihat angka luasan tersebut, maka di

areal IUPHHK-HA PT. WS tidak ditemukan adanya kawasan hutan inti sesuai dengan kriteria NKT2.1;

namun di sekitar areal IUPHHK-HA PT. WS ditemukan adanya kawasan hutan inti sesuai dengan kriteria

NKT2.1 yaitu TN Teluk Cendrawasih dan Hutan Lindung-1, HL-2, Hl3, HL-4, dan HL Wetur yang

berbatasan langsung dengan areal IUPHHK-HA PT. WS. Kawasan berhutan di areal IUPHHK-HA PT. WS

sebagian merupakan bagian dari lansekap dengan HL dan TN Teluk Cendrawasih, dimana kondisi

hutannya masih baik, sehingga daerah penyangga yang terdapat di areal IUPHHK-HA PT. WS

(bufferzone hutan lindung dan taman nasional) dapat berfungsi sebagai areal yang dicadangkan atau

diperlukan untuk menjamin bahwa proses ekologi alami dapat berlangsung tanpa gangguan akibat

fragmentasi dan pengaruh daerah bukaan (edge effect).

19,739.35

2.2 Kawasan Alam yang Berisi Dua atau Lebih

Ekosistem dengan Garis Batas yang Tidak

Terputus (berkesinambungan)

Ada Areal konsesi PT Wijaya Sentosa memiliki dua ekosistem dengan garis batas yang tidak terputus

(berkesinambungan) yaitu ekosistem hutan dataran rendah dan rawa air tawar, hutan dataran rendah

dan mangrove, serta rawa air tawar dan mangrove. Tutupan lahan ekosistem hutan dataran rendah,

rawa air tawar, dan mangrove yang ditemukan di wilayah tersebut masih berupa hutan primer dan

sekunder yang kondisinya baik.

23,278.80

* Areal yang teridentifikasi sebagai NKT bisa memiliki lebih dari satu NKT

Mosaik ekosistem dan ekosistem dengan tingkat lanskap yang luas yang signifikan secara global, regional atau nasional, dan berisi mayoritas populasi spesies yang timbul secara alami dan

mampu bertahan hidup dalam pola persebaran dan kelimpahan alami.

Lanjutan Tabel 12. Ringkasan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi di Areal PT Wijaya Sentosa

Page 14: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

NKT Definisi

Keberadaan

Ada/Potensi/Tidak

ada

Ringkasan Hasil Temuan NKT Luas (Ha)*

2.3 Kawasan yang Mengandung Populasi dari

Perwakilan Spesies Alami

Ada Kawasan konsesi PT Wijaya Sentosa memiliki beberapa jenis ekosistem yang bisa menjadi habitat

alami bagi spesies yang ditemukan, baik dalam kategori CR maupun hanya sebagai habitat sementara.

Yaitu kawasan hutan dataran rendah (low land), mangrove, rawa, dan karst. Semua keterwakilan

spesies ditemukan dalam tipe kawasan hutan tersebut. Seperti:

a). Di tipe hutan dataran rendah: Gaharu (Aquilaria filaria (Oken.) Merrill), Yebi-yebi (Gonystylus

macrophyllus (Miq.) Airy Shaw), Merawan (Hopea mengerawan Miquel), Mersawa (Anisoptera costata

Korth.), Merbau (Instia acuminata Merrill), Merbau (Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze) dan lain lain.

b). Di tipe hutan rawa: Da (Metroxylon sagu Rottb.), Tawo/weto/vetau (Aglaia tomentosa Merrill),

Soma-soma/kofa (Barringtonia racemosa Hort. ex Miq.), Tanjung (Bruguiera gymnorrhiza), Watura

(Bruguirea parviflora (Roxb.) Wight. & Arn.), Merbau (Intsia palembanica Miq.), dan lain lain.

c). Di tipe hutan karst: Yatofa (Alstonia scholaris (L.) R. Br.), Cratoxylon arborescens Bl., Tanage/ikimuri

(Ficus benjamina L.), Mahang daun lonjong (Macaranga conifera Muell. Arg.), Sudu/sabeta/nege/sopoi-

sopoi/pue-pue/ kagonosa/ dora/norara (Mallotus penangensis Muell. Arg.), Kayu nona (Tetramerista

glabra Miq.), dan lain lain.

d). Di tipe hutan mangrove: Weda laut (Avicennia marina (Forst.f.) Bakh.), Watora/tonate/wabi-wabi

(Rhizophora apiculata Bl.), Sapo (Sonneratia alba J. Smith.), Sapo (Sonneratia caseolaris (L.) Engl.),

Tanjung (Bruguiera gymnorrhiza), dan Watura (Bruguirea parviflora (Roxb.) Wight. & Arn.).

28,898.02

3 Ekosistem, habitat atau refugia yang langka, terancam punah, atau genting.

Ada Di areal IUPHHK-HA PT. WS ditemukan adanya ekosistem yang termasuk terancam/langka, yaitu ekosistem Karst yang terdapat dalam sistem lahan IKN (Imskin). Tutupan lahan pada ekosistem

karst masih berhutan dan berkondisi baik.

6,257.47

4

4.1 Kawasan atau Ekosistem yang Penting Sebagai Penyedia Air dan Pengendalian

Banjir bagi Masyarakat Hilir

Ada Di areal IUPHHK-HA PT. WS terdapat areal yang mengandung NKT4.1 berupa sungai dan sempadannya, mata air dan sempadannya, danau dan sempadannya, pantai dan sempadannya,

daerah tangkapan air (bukit), gua, rawa air tawar, dan bufferzone hutan lindung.

19,950.03

* Areal yang teridentifikasi sebagai NKT bisa memiliki lebih dari satu NKT

Jasa ekosistem dasar dalam kondisi kritis termasuk perlindungan tangkapan air serta pengendalian erosi tanah dan lereng yang rentan.

Lanjutan Tabel 12. Ringkasan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi di Areal PT Wijaya Sentosa

Page 15: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

NKT Definisi

Keberadaan Ada/Potensi/Tidak

adaRingkasan Hasil Temuan NKT Luas (Ha)*

4.2 Kawasan yang Penting bagi Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

Ada Areal IUPHHK-HA PT. WS mempunyai fisiografi datar sampai berbukit. Kondisi areal berbukit mempunyai peran sebagai daerah-daerah cekungan yang berfungsi sebagai tangkapan air yang

penting untuk pengisian air bumi (aquifer), tetapi di sisi lain juga berpotensi longsor, erosi dan

menyebabkan sedimentasi di badan-badan air (sungai) apabila tutupan lahannya tidak dikelola

dengan baik. Sehingga kawasan sempadan sungai, perbukitan dengan lereng lebih dari 40%

memiliki atribut NKT 4.2

4,565.80

4.3 Kawasan yang Berfungsi Sebagai Sekat Alam untuk Mencegah Meluasnya

Kebakaran Hutan atau Lahan

Ada Kawasan konsesi PT Wijaya Sentosa yang berfungsi sekat alami untuk mencegah meluasnya kebajaran hutan dan lahan teridentifikasi di buffer zone hutan lindung, bufferzone TN Teluk

Cendrawasih, hutan rawa primer dan sempadan sungai

11,448.37

5 Tempat dan sumberdaya yang mendasar untuk memenuhi kebutuhan dasar

penduduk setempat atau masyarakat

adat (misalnya untuk mata pencaharian,

kesehatan, gizi, air), yang teridentifikasi

melalui keterlibatan dengan penduduk

atau masyarakat adat tersebut.

Ada Berdasarkan hasil survey dan analisis data tentang karakteristik masyarakat di kampung-kampung yang terdapat di dalam dan sekitar areal IUPHHK-HA PT. WS dalam memenuhi

kebutuhan dasarnya, yaitu Kampung Dusner-Siwosawo, Muandarisi, Simei/Sobiar, Nanimori,

Sombokoro, Sandey, Werianggi, Tamoge, Obo, dan Idoor dapat disimpulkan bahwa di areal

IUPHHK-HA PT. WS mengandung NKT5. Sumber-sumber bahan makanan sagu diidentifikasi dalam

rumpun-rumpun sagu dihampir semua dusun yang ada dalam kawasan konsesi. Seperti Rumpun

Sagu S. Mambiru; Rumpun Sagu S. Wingkor; Rumpun Sagu Km 4; Rumpun Sagu Maruandiwar;

Rumpun Sagu Womba; Rumpun Sagu Km 14; Rumpun Sagu Wonton; Hutan Cadangan Kampung

Idoor; dan lain lain

4,139.15

* Areal yang teridentifikasi sebagai NKT bisa memiliki lebih dari satu NKT

Lanjutan Tabel 12. Ringkasan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi di Areal PT Wijaya Sentosa

Page 16: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

NKT Definisi

Keberadaan Ada/Potensi/Tidak

adaRingkasan Hasil Temuan NKT Luas (Ha)*

6 Tempat, sumberdaya, habitat dan lanskap yang memiliki nilai penting

budaya, arkeologis, atau historis secara

global atau nasional, atau nilai budaya,

ekonomi atau religi/suci yang sangat

penting bagi penduduk setempat atau

masyarakat adat, yang teridentifikasi

melalui keterlibatan dengan penduduk

atau masyarakat adat tersebut.

Ada Di sekitar areal IUPHHK-HA PT. WS sekurangnya terdapat lima kampung yang di dalamnya terdapat lokasi atau kawasan yang memiliki nilai penting bagi identitas budaya masyarakat lokal,

yaitu Kampung Dusner-Siwosawo, Simei/Sobiar, Nanimori, Obo, dan Idoor. Ada sekitar 20 lokasi

yang teridentifikasi sebagai NKT 6 ini, diantaranya: Bukit Orbuon; Diarpuri ;Hutan Adat Kampung

Dusner (S. Sobiar); Namama (kampung lama); Sobiar (Kampung lama); Sioh (Kampung Lama); Hulu

S. Simei / makam keramat ;Bukit Nabui/Gunung Botak; Tanjung Pamali S Naramasa

2,029.09

Lanjutan Tabel 12. Ringkasan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi di Areal PT Wijaya Sentosa

Page 17: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

A. Pemantauan iklim (curah hujan) : Pemantauan iklim yang dilakukan adalah pemantauan curah hujan. Alat pemantauan curah hujan dipasang pada lokasi yang strategis dan cukup representative terhadap kawasan konsesi. Data yang diamati adalah tingkat curah hujan (mm/tahun) dan jumlah hari hujan dalam setahun. Periode pengambilan dan pencatatan data dilakukan setiap hari (ada atau tidak ada hujan). B. Pemantauan erosi tanah : Pemantauan erosi tanah dilakukan untuk mengetahui tingkat erosi yang terjadi akibat kegiatan pemanenan (ton/ha/tahun). Metode yang digunakan adalah metode pemantauan bak erosi (4 x 22 m) yang dipasang pada minimal 2 lokasi disetiap blok RKT. Yaitu di bekas jalan sarad, dan bekas TPN. Periode pengambilan data erosi dilakukan minimal 1 minggu atau sebulan sekali, selama 3 tahun berturut-turut. C. Pemantauan sungai : Pemantauan sungai dilakukan pada sungai-sungai utama yang diperkirakan terkena dampak dari kegiatan pemanenan hutan. Sungai-sungai yang diamati secara periodik adalah :

• Sungai Wowor (dipantau mulai tahun 2015) • Sungai Watiri (dipantau mulai tahun 2015) • Sungai Naramasa (dipantau mulai tahun 2016) • Sungai Yawarone (dipantau mulai tahun 2017)

Data dan informasi yang dimonitor adalah fluktuasi debit air sungai (m3/det), sedimentasi (mg/liter) dan kualitas fisik-kimia air sungai dengan menggunakan standar kualitas air sungai. Analisa debit air sungai dan sedimentasi dilakukan di base camp dengan menggunakan analisa sederhana di laboratorium tanah-air mini. Pemantauan dilakukan setiap sebulan sekali. Sedangkan pemantauan kualitas fisik-kimia air sungai dilakukan setiap enam bulan sekali dengan cara mengirimkan sample air sungai ke laboratorium analisa kualitas air di Universitas atau milik pemerintah Provinsi/kabupaten. D. Pemantauan dan Perlindungan terhadap ancaman perambahan, kebakaran hutan

dan illegal logging : D.1 Kebakaran Hutan :

• Melakukan program penyuluhan pencegahan kebakaran hutan bagi karyawan dan masyarakat;

• Membentuk dan melatih team pemadam kebakaran beserta pengadaan peralatan pemadaman kebakaran hutan (mobil tangki air, menara api, peralatan pemadaman api);

• Memasang papan-papan pengumuman tentang bahaya api pada tempat yang strategis dan rawan kebakaran hutan;

• Memonitor potensi titik api saat musim kering.

D.2 Pencurian kayu dan perburuan flora-fauna yang dilindungi atau status Critical Endangered atau langka : • Melakukan patroli keamanan hutan, yang bisa dilakukan oleh perusahaan dan

atau bersama pihak lain (misalnya masyarakat, instansi pemerintah atau aparat keamanan);

Page 18: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

• Menjalankan program sosialisasi perlindungan hutan terhadap kegiatan illegal logging atau perburuan flora fauna yang dilindungi atau status Critical Endangered atau langka;

• Pemasangan papan-papan pengumuman terkait informasi pencegahan illegal logging dan perburuan. Serta sosialisasi jenis-jenis flora dan fauna yang dilindungi oleh UU dan aturan global;

• Memberikan tanda-tanda khusus pada tumbuhan yang dilindungi baik karena status konservasinya atau karena peran pentingnya bagi habitat ekosistem yang ada (misalnya sebagai sumber pakan atau tempat berkembang biak fauna) sehingga tumbuhan tersebut tidak diganggu atau ditebang saat penebangan. Pemberian tanda khusus dilakukan saat kegiatan PAK atau ITSP, atau Pola sarad dengan memberikan label kuning;

• Melakukan penandaaan khusus pada wilayah-wilayah tertentu yang memiliki nilai konservasi tinggi. Seperti KPPN, Kebun benih, lokasi keterwakilan suatu tipe ekosistem tersendiri (rawa, mangrove, karst). Kemudian dipetakan dan dikeluarkan dari areal produksi/pemanenan;

• Memberikan sanksi bagi karyawan yang melakukan pelanggaran terhadap aturan perlindungan tersebut;

• Merekrut dan melatih karyawan agar memiliki keahlian dalam mengidentifikasi dan mempelajari perilaku flora-fauna sehingga bisa terintegrasi dalam pengelolaan hutan (pemanenan).

D.3 Perambahan hutan :

• Melakukan patroli keamanan hutan, yang bisa dilakukan oleh perusahaan dan atau bersama pihak lain (misalnya masyarakat, instansi pemerintah atau aparat keamanan);

• Melakukan identifikasi awal bersama masyarakat terhadap akses dan pembukaan wilayah hutan bagi kepentingan masyarakat lokal;

• Merekrut dan melatih karyawan agar memiliki keahlian dalam bidang kelola sosial sehingga karyawan tersebut memiliki keahlian dan pengalaman dalam menjadi fasilitator dalam menyusun program kegiatan sosial bersama masyarakat, mediator jika terjadi konflik dengan masyarakat serta penyuluh kegiatan pertanian/peternakan bagi masyarakat lokal.

E. Perlindungan hama dan penyakit hutan;

E.1 Di persemaian : • Tidak menggunakan bahan kimia untuk tindakan pencegah dan penanganan

hama-penyakit tanaman di persemaian; • Sedapat mungkin menggunakan tindakan manual dalam mencegah dan

menangani serangan hama-penyakit tanaman di persemaian; • Jika terjadi serangan hama-penyakit tanaman di persemaian dalam skala besar,

sebelum dilakukan penanganan yang bersifat massif dan jika mengharuskan menggunakan bahan kimia, maka PT. Wijaya Sentosa akan melakukan konsultasi dengan para pakar yang relevan dan FSC Indonesia terkait implementasi FSC Pesticides Policy : Guidence on Implementation FSC-GUI-30-001 Version 2-1 EN. May 5. 1007.

Page 19: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

E.2 Di dalam kawasan hutan : Sampai saat ini tidak ditemukan serangan hama dan penyakit yang terjadi dalam

skala besar dan mengancam kesehatan hutan dalam kawasan hutan PT. Wijaya

Sentosa. Sebagai tindakan pencegahan dan pengumpulan informasi hama dan

penyakit hutan, PT Wijaya Sentosa melakukan pemantauan hama dan penyakit

terhadap jumlah anakan permudaan tanaman khususnya permudaan jenis merbau

secara berkala sejak tahun 2017. Kegiatan-kegiatan tersebut di atas ditujukan agar

bisa memberikan output dan informasi penting yang akan dijadikan bahan untuk

mengevaluasi tingkat keberhasilan/efektivitas sistem pengelolaan hutan. Hasil

analisa akan dijadikan masukan bagi tindakan perbaikan dalam pengelolaan hutan

di PT Wijaya Sentosa. Analisa data lingkungan tersebut akan dilakukan setiap

setahun sekali.

7. Rencana untuk identifikasi dan perlindungan jenis-jenis langka, terancam dan hampir punah Berdasarkan hasil tumpang tindih (overlay) antara Peta areal PT. Wijaya Sentosa dengan peta biofisiografis, areal IUPHHK-HA PT. Wijaya Sentosa termasuk ke dalam ekoregion Papua Lowland Forest. Di dalam areal konsesi ini tidak ditemukan adanya spesies yang menjadi perhatian global, namun ditemukan adanya koridor migrasi satwa di lanskap. Ekosistem yang ditemukan di wilayah tersebut terdiri dari empat macam yaitu ekosistem hutan dataran rendah, hutan karst, mangrove, dan rawa air tawar. Tutupan lahan areal PT. Wijaya Sentosa dapat dibedakan kedalam 5 (lima) macam, yaitu (1) Hutan sekunder/bekas tebangan seluas 56.804 ha (43,44 %), (2) Hutan primer seluas 68.766 ha (52,59 %), (3) Hutan Mangrove seluas 490 ha (0,37%), (4) Hutan rawa seluas 414 ha (0,32%) dan (5) Lahan terbuka seluas 65 ha (0,05%). Jenis Flora/Tumbuhan yang dilindungi, daftar CITES dan kategori IUNC (CR/EN/VU) : Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di areal PT. Wijaya Sentosa sebanyak 401 jenis tumbuhan yang dapat dikelompokkan kedalam 102 famili, dengan rincian : di hutan dataran rendah sebanyak 327 jenis dan 92 famili, hutan rawa sebanyak 60 jenis dan 40 famili, hutan pantai sebanyak 50 jenis dan 37 famili, mangrove sebanyak 6 jenis dan 5 famili, serta hutan sagu sebanyak 34 jenis dan 16 famili. Berdasarkan status perlindungannya, di areal PT. Wijaya Sentosa ditemukan 2 jenis tumbuhan yang dilindungi menurut PP No. 7 tahun 1999, 9 jenis tumbuhan termasuk dalam Daftar CITES Appendix II, dan 27 jenis tumbuhan termasuk dalam Daftar Red List IUCN.

a. Spesies Flora/Tumbuhan Dilindungi Di areal PT. Wijaya Sentosa ditemukan sebanyak 401 jenis tumbuhan yang dapat dikelompokkan kedalam 102 famili. Dari jumlah tersebut, terdapat dua jenis tumbuhan yang dlilindungi menurut PP No. 7 Tahun 1999 yaitu Anggrek kuning (Grammatophyllum speciosum Bl.) dan Palem (Livistona sp.). Kedua jenis tumbuhan tersebut ditemukan di ekosistem hutan dataran rendah.

b. Spesies Flora/Tumbuhan yang Termasuk dalam Daftar CITES Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di areal PT. Wijaya Sentosa yang termasuk dalam daftar CITES Appendix II sebanyak 9 (Sembilan) jenis, yaitu Gaharu (Aquilaria

Page 20: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

filaria (Oken.) Merrill), Pandan kecil (Bromheadia finlaysoniana (Lindl.) Miq.), Tegabe (Cyathea latebrosa (Wall.) Copel.), Tegabe (Cyathea lurida (Bl.) Copel.), Yebi-yebi (Gonystylus macrophyllus (Miq.) Airy Shaw.), Anggrek kuning (Grammatophyllum speciosum Bl.), Anggrek bonggol (Pholidota chinensis Lindl.), dan Anggrek tanah (Spathoglottis plicata Bl.) yang ditemukan di ekosistem hutan dataran rendah, serta Anggrek putih (Bulbophyllum sp.) yang ditemukan di ekosistem hutan rawa.

c. Spesies Flora/Tumbuhan Terancam Hampir Punah/Kritis (Critically Endangered) atau Terancam/Genting (Endangered) atau Rentan (Vulnerable) Di areal PT. Wijaya Sentosa ditemukan sebanyak 25 jenis tumbuhan yang termasuk dalam Daftar Red List IUCN. Dari jumlah tersebut, jenis tumbuhan yang termasuk VU/Vulnerable (rentan) sebanyak 6 jenis (Flindersia laevicarpa White & Francis, Yebi-yebi (Gonystylus macrophyllus (Miq.) Airy Shaw), Merbau (Instia acuminata Merrill), Merbau (Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze), Nate/nesaro (Myristica cf. lancifolia Merrill), dan Kayu kuku (Pericopsis mooniana Thwaites) yang ditemukan di ekosistem hutan dataran rendah atau hutan pantai), EN/Endangered (terancam/genting), sebanyak 2 jenis (Mersawa (Anisoptera costata Korth.) dan Bintangur daun halus (Calophyllum insularum P.F. Stevens.) yang ditemukan di ekosistem hutan dataran rendah)), dan CR/Critically Endangered (kritis) sebanyak 1 jenis (Merawan (Hopea mengerawan Miquel) yang ditemukan di ekosistem hutan dataran rendah).

Jenis Fauna/Satwaliar yang dilindungi, daftar CITES dan kategori IUNC (CR/EN/VU) : Jumlah jenis satwaliar yang ditemukan di areal PT. Wijaya Sentosa sebanyak 211 jenis satwa liar yang dapat dikelompokkan kedalam 67 famili, dengan rincian : mamalia sebanyak 10 jenis dan 6 famili, burung sebanyak 182 jenis dan 50 famili, reptilia sebanyak 14 jenis dan 8 famili, dan amfibia sebanyak 5 jenis dan 3 famili.

a. Spesies Fauna/Satwaliar Dilindungi Jenis satwaliar yang ditemukan di areal PT. Wijaya Sentosa yang dilindungi sebanyak 61 jenis, dengan rincian : mamalia sebanyak 4 jenis, meliputi : Kanguru pohon nemena (Dendrolagus ursinus), Kanguru tanah (Thylogale brunii), Kuskus (Phalanger vestitus), dan Rusa (Rusa timorensis); burung sebanyak 54 jenis, meliputi : Kasuari gelambir-tunggal (Casuarius unappendiculatus), Kasuari gelambir-ganda (Casuarius casuarius), Kasuari kerdil (Casuarius bennetti), Maleo kerah-coklat (Talegalla jobiensis), Maleo gunung (Aepypodius arfakianus), Maleo paruh hitam (Talegalla jobiensis), Gosong kelam (Megapodius freycinet), Jenjang brolga (Grus rubicunda), Alap-alap Macan (Falco severus), Elang alap coklat (Accipiter fasciatus), Elang alap kalung (Accipiter cirrocephalus), Elang alap pucat (Accipiter poliocephalus), Elang alap kelabu (Accipiter novaehollandiae), Elang alap mantel hitam (Accipiter melanochlamys), Elang alap mayer (Accipiter meyerianus), Elang bondol (Haliastur indus), Elang alap doria (Megatriorchis doriae), Baza pasifik (Aviceda subcristata), Alap-alap laying (Falco cenchroides), Mambruk selatan (Goura scheepmakeri), Mambruk Victoria (Goura Victoria), Mambruk ubiaat (Goura cristata), Kakatua koki (Cacatua galerita), Cekakak pita kecil (Tanysiptera hydrocharis), Cekakak pita biasa (Tanysiptera galatea), Cekakak pita kepala coklat (Tanysiptera danae), Cekakak pita bidadari (Tanysiptera nympha), Raja udang biru langit (Alcedo azurea), Udang merah kerdil (Ceyx Lepidus), Cekakak suci (Todiramphus sanctus), Cekakak sungai (Todiramphus chloris), Cekakak biru hitam (Todiramphus nigrocyaneus), Cekakak pantai (Todiramphus saurophaga), Cekakak pita biasa (Tanysiptera galatea),

Page 21: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

Kukabura aru (Dacelo tyro), Kukabura perut-merah (Dacelo gaudichaud), Raja udang paruh sekop (Clytoceyx rex), Julang papua (Aceros plicatus), Paok lantang (Pitta versicolor), Paok Hijau (Pitta sordid), Burung madu hitam (Nectarinia aspasia), Burungmadu Sriganti (Myzomela jugularis), Isapmadu Dada-coklat (Xanthotis flaviventer), Cikukua tanduk (Philemon buceroides), Cucuk panjang kerdil (Oedistoma pygmaeum), Cucukpanjang Perut-kuning (Toxorhamphus novaeguineae), Bondol buba (Lonchura spectabilis), Mino emas (Mino anais), Mino muka kuning (Mino dumontii), Cendrawasih merah (Paradisaea rubra), Cendrawasih loria (Cnemophilus loriae), Cinderawasih sutera (Loboparadisea sericea), Cendrawasih kecil (Paradisaea minor), Cendrawasih besar (Paradisaea apoda), Cendrawasih raggiana (Paradisaea raggiana), Cendrawasih mati kawat (Seleucidis melanoleucus), Cendrawasih botak (Cicinnurus respublica), Cendrawasih raja (Paradisaea sp.), dan Cendrawasih elok (Macgregoria pulchra); dan reptilia sebanyak 3 jenis, yaitu Buaya Air Asin (Crocodylus porosus), Buaya Irian (Crocodylus novaeguineae), dan Elseya novaeguineae.

b. Spesies Fauna/Satwaliar yang Termasuk dalam Daftar CITES Jumlah jenis satwa liar yang ditemukan di areal PT. Wijaya Sentosa yang termasuk dalam Daftar CITES sebanyak 53 jenis dan semuanya termasuk Appendix II, dengan rincian : Mamalia sebanyak 1 jenis yaitu Kanguru pohon nemena (Dendrolagus ursinus)); burungsebanyak 49 jenis, meliputi : Jenjang brolga (Grus rubicunda), Alap-alap Macan (Falco severus), Elang alap coklat (Accipiter fasciatus), Elang alap kalung (Accipiter cirrocephalus), Elang alap pucat (Accipiter poliocephalus), Elang alap kelabu (Accipiter novaehollandiae), Elang alap mantel hitam (Accipiter melanochlamys), Elang alap mayer (Accipiter meyerianus), Elang bondol (Haliastur Indus), Elang alap doria (Megatriorchis doriae), Baza pasifik (Aviceda subcristata), Alap-alap laying (Falco cenchroides), Mambruk selatan (Goura scheepmakeri), Mambruk Victoria (Goura Victoria), Mambruk ubiaat (Goura cristata), Perkici papua (Charmosyna papou), Perkici dagu merah (Charmosyna rubrigularis), Perkici pipi-merah (Charmosyna rubrigularis), Pekici kepala merah (Charmosyna rubronotata), Kasturi kepala hitam (Lorius lory), Kasturi perut ungu (Lorius hypoinochrous), Betet kelapa paruh besar (Tanygnathus megalorynchos), Nuri hitam (Chalcopsitta atra), Nuri raja sayap kuning (Alisterus chloropterus), Nuri Raja Papua (Aprosmictus erythropterus), Nuri coklat (Chalcopsitta duivenbodei), Nuri Kalung-biru (Geoffroyus simplex), Nuri Kabare (Psittrichas fulgidus), Kakatua koki (Cacatua galerita), Kakatua rawa (Cacatua pastinator), Kakatua raja (Probosciger aterrimus), Nuri kate geelviks (Micropsitta geelvinkiana), Nuri Pipi-merah (Geoffroyus geoffroyi), Nuri kate topi kuning (Micropsitta keiensis), Nuri ara desmarest (Psittaculirostris desmarestii), Nuri macan berbiru (Psittacella picta), Nuri kalung biru (Geoffroyus simplex), Nuri bayan (Eclectus roratus), Julang papua (Aceros plicatus), Cendrawasih merah (Paradisaea rubra), Cendrawasih loria (Cnemophilus loriae), Cenderawasih sutera (Loboparadisea sericea), Cendrawasih kecil (Paradisaea minor), Cendrawasih besar (Paradisaea apoda), Cendrawasih raggiana (Paradisaea raggiana), Cendrawasih mati kawat (Seleucidis melanoleucus), Cendrawasih botak (Cicinnurus respublica), dan Cendrawasih raja (Paradisaea sp.); dan Reptilia sebanyak 3 jenis, meliputi : Lua-lua/lengkuar (Varanus indicus), Buaya Air Asin (Crocodylus porosus), dan Buaya Irian (Crocodylus novaeguineae).

Page 22: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

c. Spesies Fauna/Satwaliar Terancam Hampir Punah/Kritis (Critically Endangered), Terancam/Genting (Endangered), atau Rentan (Vulnerable)

Di areal IUPHHK-HA PT. Wijaya Sentosa ditemukan sebanyak 191 jenis satwa liar yang termasuk dalam Daftar Red List IUCN. Dari jumlah tersebut, yang termasuk kategori VU/Vulnerable (rentan) sebanyak 11 jenis, meliputi : mamalia sebanyak 4 jenis (Kanguru pohon nemena (Dendrolagus ursinus), Walabi (Dorcopsis luctuosa), Kanguru tanah (Thylogale brunii), dan Rusa (Rusa timorensis)) dan burung sebanyak 7 jenis (Kasuari gelambir-tunggal (Casuarius unappendiculatus), Kasuari gelambir-ganda (Casuarius casuarius), Mambruk selatan (Goura scheepmakeri), Mambruk Victoria (Goura Victoria), Mambruk ubiaat (Goura cristata), Nuri Kabare (Psittrichas fulgidus), dan Cendrawasih elok (Macgregoria pulchra)); dan ke dalam kategori CR/Critically Endangered (kritis) menurut IUCN sebanyak 2 jenis (mamalia), yaitu Kusus bohai (Spilocuscus rufoniger) dan Kuskus biak (Spilocuscus wilsoni).

Tabel 7. Kekayaan Jenis Tumbuhan/Flora dan Satwaliar/Fauna di Areal PT. Wijaya Sentosa

Berdasarkan Status Perlindungan

Perlindungan Flora-Fauna langka, terancam dan hampir punah; Untuk mendukung kegiatan perlindungan flora dan fauna yang dilindungi (langka, terancam dan hampir punah), PT. Wijaya Sentosa melakukan beberapa kegiatan yang bersifat terpadu/integrated : a. Melakukan penandaan batas petak yang jelas, termasuk batas kawasan

lindung/konservasi yang penting bagi perlindungan tanah, air dan habitat hutan, yaitu penandaan batas yang jelas untuk kawasan NKT, sempadan sungai, KPPN, Kebun Bibit, keterwakilan tipe-tipe ekosistem yang ada (4 tipe) dan kawasan lindung/konservasi lainnya.

b. Melakukan penandaan pohon-pohon komersil yang boleh dan yang tidak boleh ditebang dengan memberikan label yang berbeda (merah untuk yang boleh ditebang dan label kuning tidak boleh ditebang). Pemberian label pohon komersil ini dilakukan pada 2 tahun sebelum penebangan. Pemberian label kuning menadadak pohon tersebut merupakan pohon inti dan atau pohon yang harus dilindungi/tidak ditebang karena status yang CR/dilindungi UU, pohon pakan penting bagi satwa atau pohon tembat berkembang biak, dsb.

c. Dalam kegiatan pemanenan kayu : mengimplementasikan perencaanan Reduce Impact Logging (RIL) dengan cara implementasi pola sarad untuk kegiatan penebangan dan penyaradan, implementasi RIL di kegiatan penebangan dan penyaradan, tidak menebang

Mamalia Burung Repthilia Total Fauna

1 Dilindungi menurut PP N0 7 Tahun 1999 2 4 54 3 61

2 CITES: Appendix II 9 1 49 3 53

3 IUCN: 0

DD/Data Deficient (kurang data) 0 0 4 0 4

LC/Least Concern (resiko rendah) 17 3 145 4 152

NT/Near Threatebed (mendekati terancam) 1 0 22 0 22

VU/Vulnerable (rentan) 6 4 7 0 11

EN/Endengared (genting) 2

CR/Critically Endangered (Kritis) 1 2 0 0 2

Sumber: Laporan idnetifikasi NKT PT Wijaya Sentosa, 2015

Jumlah Jenis

Flora

Jumlah Jenis FaunaStatus PerlindunganNo

Page 23: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

jenis-jenis yang dilindungi (langka, terancam dan hampir punah) dan tidak merusak kawasan-kawasan lindung atau konservasi yang telah ditetapkan.

d. Membuat sudetan disetiap bekas jalan sarad. e. Melakukan kegiatan rehabilitasi dan pengayaan jenis-jenis yang dilindungi (langka,

terancam dan hampir punah). f. Melakukan monitoring flora dan fauna dibekas blok tebangan RKT dan keterwakilan

semua tipe ekosistem hutan yang ada (4 jenis). g. Melarang perburuan flora-fauna yang dilindungi (langka, terancam dan hampir punah). h. Memberikan sosialisasi dan pelatihan untuk lebih mengenal flora-fauna dilindungi

(langka, terancam dan hampir punah). i. Rencana untuk identifikasi dan perlindungan jenis-jenis langka, terancam dan hampir

punah adan terus dikembangkan menurut status jenis flora fauna dilindungi, (langka, terancam dan hampir punah) mengikuti data Redlist, CITES dan Peraturan perundang-undangan terbaru yang berlaku.

8. Pemilihan teknik pemanenan dan peralatan yang akan digunakan

PT. Wijaya Sentosa menerapkan sistem pemanenan berdampak lingkungan rendah atau Reduce Impact Logging sistem (RIL). Dasar utama perencanaan pemanenan dengan RIL adalah tersedianya peta pemanenan yang menggambarkan informasi mengenai:

a. Batas petak/blok termasuk batas kawasan lindung seperti sempadan sungai, perlindungan NKT dan lain sebagainya.

b. Jaringan pola sarad dan lokasi-lokasi TPn. c. Jaringan jalan angkutan kayu. d. Posisi pohon-pohon yang akan ditebang. e. Kontur dengan sampai dengan ketelitian 5 meter f. Badan air/Aliran air g. Situs-situs budaya masyarakat

Dalam sistem RIL, pembukaan jalan sarad harus dilakukan sebelum kegiatan penebangan. Pembukaan jalan sarad ini bertujuan untuk meminimalisasi dampak kerusakan tanah, air dan tegakan hutan berlebih akibat pembukaan jalan sarad yang tidak terencana. Kegiatan pembukaan jalan sarad dilakukan dengan mengikuti tanda-tanda berupa pita dan atau cat yang dipasang di lapangan sesuai pola jalan sarad yang direncanakan dengan memperhatikan kondisi topografi, sebaran pohon dan keberadaan situs sosial atau area perlindungan lainnya. Penanganan pasca pemanenan (penebangan dan penyaradan) di blok bekas tebangan dilakukan dengan mewajibkan operator penyaradan membuat sudetan (cross drain/water cross) di eks jalan sarad dengan tujuan untuk mengurangi laju erosi dijalan sarad. Dengan adanya sudetan (cross drain/water cross) maka air hujan yang membawa material tanah akan dibelokkan dahulu ke lantai hutan yang masih mengandung tumbuhan bawah, serasah maupun pepohonan yang akan menyaring/menahan material tanah sehingga menjadi minimal yang masuk ke sungai. Selain itu kegiatan penanaman cover crop dan jenis-jenis cepat tumbuh segera dilakukan di eks lokasi pemanenan untuk mempercepat penutupan lantai hutan (dalam upaya meminimalkan erosi). Adapun peralatan pemanenan yang digunakan oleh PT. Wijaya Sentosa dalam implementasi kegiatan pemanenannya adalah :

a. Perencanaan hutan :

Page 24: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

• Compass, clinometer, GPS, computer/laptop

b. Pemanenan (RIL) • Bulldozer, chainsaw, excavator, dump truck, motor grader, wheel loader,

truck tanki, logging truck, ponton dan kapal penarik, serta mobil kecil untuk transportasi.

Page 25: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

Lampiran 1. Peta Konsesi PT. Wijaya Sentosa Berdasarkan Fungsi Hutan

Page 26: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

Lampiran 2. Peta Wilayah Adat yang Berada Dalam Konsesi PT. Wijaya Sentosa

Page 27: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

Lampiran 3. Jenis-Jenis Pohon di Tebang oleh PT Wijaya Sentosa

No NAMA LOKAL NAMA BOTANI FAMILY DASAR HUKUM

I A MERANTI

1. KENARI Canarium hirsutum Wild

Canarium indicum L

Canarium maluense

Canarium vrieseanum Engl

2. MATOA Pometia pinata forst Sapindacea

3. MERBAU Intsia bijuga O.K Leguminoceae

Intsia acuminata Merrill Leguminoceae Intsia palembanica Leguminoceae

4. MERSAWA Anisoptera costata Korth

Dipterocarpacea

e

5. NYATOH Palaquium obovatum Korth Sapotaceae

Palaquium obtusifolium Burck Sapotaceae Pala quium sericeum H.J Lam Sapotaceae

6. PULAI Alstonia scholaris (L)R.Br. Apocynaceae

Alstonia spectabilis Kurz Apocynaceae

7. RESAK Vatica rassak (Korth) BI

Dipterocarpacea

e

B RIMBA CAMPURAN

1. BINTANGUR Calophyllum persimele Clusiaceae

Calophyllum insularum P.F Stevens Clusiaceae Calophyllum persimele Clusiaceae

2. BINUANG Octomeles sumatrana Datiscaceae

3. KETAPANG Terminalia catappa L Combretaceae

4. MEDANG Litsea firma Hook.f Lauraceae

Actinodaphne malaccensis Hook.f Lauraceae

5. PALA HUTAN Myristica cf. lancifolia Merrill Myristiceae

Myristica fatua Houtt Myristiceae Myristica globosa Warb Myristiceae Myristica inutilis Rich ex A. Gray Myristiceae

6. TERENTANG KULIT PUTIH Camnosperma brevipetialatum Anacardiacea

7. BIPA Pterygota forbesii Sterculiaceae

Pterygota horsfieldi Sterculiaceae

8. DUABANGA Duabanga moluccana Blume Sonneratiaceae

9. JABON Anthocephalus chinensis Rubiaceae

10. JAMBU

Syzigium aff.puberulum Merrill &

Perry Myriticaeae

11. KAYU BUGIS (mansarai) Koordersiodendron pinnatum (Merr.)

Blanco Anacardiaceae

12. KAYU MALAS Glochidion lutescens BI Euphorbiaceae

Glochidion novoguineense Euphorbiaceae

13. KEDONGDONG Spondias pinnata Kurz. Anacardiaceae

14. KELAT (poi) Orophea sp. Annonaceae

15. LANSAT Lansium domesticum Meliaceae

20. MELUR Guioa sp. Sapindaceae

21. SENGON Paraserianthes falcataria (L) Nielsen Fabaceae

22. SESENDIK Haplolobus hussonii Burseraceae

Page 28: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

I. JENIS KAYU DILINDUNGI

No NAMA NAMA LATIN BATASAN DIAMETER DASAR HUKUM

1 Kayu lawing Cinnamomum cullilawan < 25 SK. Menteri Pertanian No.

54/Kpts/Um/2/1972

tanggal 5 Februari 1972

2 Massoi Crytocaria massri < 26

3 Suren ( K. Merah, perahu, surian) Toona Sinensis < 60

4 Merawan Hopea mengerawan Miquel

23. SUKUN Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg Moraceae

Artocarpus integer (Thunb) Merr Moraceae Artocarpus teysmannii Miq Moraceae

C KAYU INDAH

1. DAHU Aglaia orgentea Meliaceae

2. CEMPAKA Michelia champaca L. Magnoliaceae

Page 29: RINGKASAN RENCANA PENGELOLAAN PT WIJAYA … fileMenjalankan pengusahaan hutan dengan menerapkan sistem silvikultur yang tepat dan ... Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai dapat

Lampiran 4. Peta Hasil Identifikasi NKT di PT Wijaya Sentosa