Ringkasan Jurnal Laundry

5
Laundry adalah salah satu kegiatan rumah tangga yang menggunakan deterjen sebagai bahan pembantu untuk membersihkan pakaian, karpet, dan alat-alat rumah tangga lainnya. Limbah laundry dapat menimbulkan pencemaran lingkungan terutama adanya deterjen, jika limbah yang dihasilkan tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Deterjen mengandung zat surface active (surfaktan), yaitu anionik, kationik, dan nonionik. Surfaktan yang digunakan dalam deterjen adalah jenis anionik dalam bentuk sulfat dan sulfonat. Surfaktan sulfonat yang dipergunakan adalah Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) dan Linier Alkyl Sulfonate (LAS). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi dapat membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut (Prihessy, 1999). Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap biota dalam suatu perairan, perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota yang adayaitu dalam bentuk Lethal Concentration (LC50).Jadi uji toksisitas digunakan untuk mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis. Ikan mas (Cyprinus carpio L) adalah salah satu jenis ikan yang memenuhi persyaratan tersebut karena ikan ini sangat peka, mudah dipelihara, penyebarannya merata, mudah ditemukan, dan memenuhi syarat untuk uji toksisitas (Pararaja, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek toksik limbah cair laundry terhadap bioindikator (Cyprinuscarpio L) dan menentukan nilai LC50, serta mengetahui efektivitas penurunan hasil pengolahan limbah cair laundry dengan menggunakan tawas dan

description

FPIK

Transcript of Ringkasan Jurnal Laundry

Page 1: Ringkasan Jurnal Laundry

Laundry adalah salah satu kegiatan rumah tangga yang menggunakan deterjen sebagai

bahan pembantu untuk membersihkan pakaian, karpet, dan alat-alat rumah tangga lainnya.

Limbah laundry dapat menimbulkan pencemaran lingkungan terutama adanya deterjen, jika

limbah yang dihasilkan tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Deterjen mengandung zat

surface active (surfaktan), yaitu anionik, kationik, dan nonionik.

Surfaktan yang digunakan dalam deterjen adalah jenis anionik dalam bentuk sulfat dan

sulfonat. Surfaktan sulfonat yang dipergunakan adalah Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) dan Linier

Alkyl Sulfonate (LAS). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini

dalam konsentrasi tinggi dapat membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang

mengkonsumsi biota tersebut (Prihessy, 1999). Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap

biota dalam suatu perairan, perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota yang

adayaitu dalam bentuk Lethal Concentration (LC50).Jadi uji toksisitas digunakan untuk

mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan

efek toksik pada jaringan biologis. Ikan mas (Cyprinus carpio L) adalah salah satu jenis ikan

yang memenuhi persyaratan tersebut karena ikan ini sangat peka, mudah dipelihara,

penyebarannya merata, mudah ditemukan, dan memenuhi syarat untuk uji toksisitas (Pararaja,

2008). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek toksik limbah cair laundry terhadap

bioindikator (Cyprinuscarpio L) dan menentukan nilai LC50, serta mengetahui efektivitas

penurunan hasil pengolahan limbah cair laundry dengan menggunakan tawas dan karbon aktif

yang diharapkan dapat sesuai dengan baku mutu lingkungan.

Sampel limbah cair laundryuntuk penelitian adalah dari salah satu usahalaundry yang

berada di Kelurahan Demangan Yogyakarta dan berasaldari proses pencucian utama sampai

pembilasan sebelum dibuang di selokan. Sampel ditampung di jerigen, kemudian dicampur

sampai homogeny sebelum dipakai untuk uji toksisitas, serta proses pengolahan limbah dengan

tawas dan karbon aktif. Berdasarkan analisis limbah cair laundrysebelum dan sesudah

pengolahan (Tabel 1), parameter yang melampaui baku mutu untuk kegiatan industry laundry

menurut Peraturan Gubernur DIY No.7 Tahun 2010 sebelum pengolahan meliputi: BOD, COD,

TSS, dan deterjen serta fosfat berdasarkan baku mutu untuk kegiatan lainnya. Sedangkan pH,

temperatur, konduktivitas, TDS, dan deterjen masih di bawah baku mutu. Kadar pencemaran

setiap parameter sebelum dan sesudah pengolahan menggunakan tawas dan karbon aktif

Page 2: Ringkasan Jurnal Laundry

mengalami perbaikan. Temperatur dan pH mengalami perbaikan terlihat dengan sesudah

pengolahan mendekati standar baku mutu yang ditetapkan. Konduktivitas

mengalami perbaikan sebesar 70,60 %, BOD = 82,00%, COD = 81,39%, TSS 92,25%, TDS

=76,72

%, deterjen 57,72%, fosfat 92,28 %. Berdasarkan hasil jar test(Tabel2)untuk parameter:1)

temperatur limbah cair laundry mengalami penurunan dan mendekati temperatur ruangan pada

tawas 120 mL yaitu 28,00oC; 2) COD pada penambahan tawas 1% 140 mL turun menjadi 71,67

mg/L dengan efisiensi penurunan 63,79%, sedangkan pada 140 mL dianggap optimum karena

pada tawas 160 mL terjadi peningkatan berarti bahwa kadar tawas sudah jenuh dan menimbulkan

pencemaran. Kadar COD pada tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah COD menjadi

99,67 mg/L dalam limbah cair laundry.Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ion-ion Al3+

dan juga terbentuknya garam-garam sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas; 3) BOD

pada penambahan tawas 1% 140 mL dapat turun menjadi 32,33 mg/L dengan efisiensi

penurunan 73,79 %. Kadar BOD pada tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah BOD

menjadi 57,33 mg/L dalam limbah cair laundry. Hal ini menunjukkan bahwa kadar fosfat pada

tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah fosfat dalam limbah cair laundry. Hal ini

disebabkan oleh larutnya kembali ion-ion Al3+ dan juga terbentuknya garam-garam sulfat

terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kadar

TSS pada tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah TSS dalam limbah cair laundry

menjadi 53,67 mg/L.

Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ion-ion Al3+ dan juga terbentuknya garam-

garam sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas. Dari hasil pengolahan menggunakan

tawas dan karbon aktif yang optimum kadar tawas 1% 140 mL dan tinggi karbon aktif 50 cm.

Pada kelompok sesudah pengolahan diperoleh bahwa LC50–96 jam = 49,91% dan terletak pada

interval konsentrasi 40–50 %.

Hubungan korelasi antara konsentrasi limbah cair laundry dan jumlah mortalitas

bioindikator pada uji pendahuluan ini dapat diketahui berdasarkan nilai koefisien korelasi yang

diberi simbol r dengan kisaran nilai antara -1 sampai 1. Nilai koefisien korelasi pada kelompok

sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif r = 0,270 , sedangkan pada kelompok

sesudah pengolahan dengan tawas dan karbon aktif r = 0,913. Berdasarkan besarnya nilai

koefisien korelasi dapat diartikan bahwa ada hubungan korelasi positif antara konsentrasi limbah

Page 3: Ringkasan Jurnal Laundry

cair laundrydan jumlah mortalitasbioindikator , artinya semakin tinggi konsentrasi limbah cair

laundry maka akan semakin banyak bioindikator yang mati. Berdasarkan jumlah rata-rata

mortalitas bioindikator padaTabel 5, nampak bahwa semakin

tinggi konsentrasi limbah cair laundry dan lamanya persentuhan antara bioindikator dan limbah

cair laundry, akan semakin banyak jumlah bioindikator yang mati. Hal ini berlaku pada limbah

cair laundry sebelum dilakukan pengolahan (limbah cair laundry konsentrasi 0–10 %) maupun

sesudah pengolahan (limbah cair laundry konsentrasi 40–50 %). Hal ini

menunjukkan bahwa semakin lama waktu persentuhan limbah cair laundry dengan Cyprinus

carpio L, maka jumlah rata-rata kematiannya akan meningkat pada konsentrasi limbah cair

laundry yang lebih rendah. Hal ini di karenakan daya tahan Cyprinus carpio L semakin lama

semakin menurun. Toksisitas limbah cair laundry terhadap Cyprinus carpio L berdasarkan LC50

0-96 jam adalah relatif lebih tinggi sebelum pengolahan (0-10 %) dibandingkan dengan sesudah

pengolahan (40–50%). Penurunan toksisitas pada limbah cair laundry berdasarkan LC500–96

jam sebesar 85,50–82,23 %.

Batas aman bagi limbah cair laundry bagi kehidupan Cyprinus carpio L sebelum

pengolahan adalah pada konsentrasi 0,876% (10% x LC50-48 jam sebelum pengolahan),

sedangkan batas aman sesudah pengolahan pada konsentrasi 4,978% (10% x LC50-48 jam

sesudah pengolahan). Hubungan korelasi antara konsentrasi limbah cair laundry dan jumlah

mortalitas Cyprinus carpio L pada uji sesungguhnya berdasarkan nilai koefisiensi korelasi (r)

sebelum dan sesudah pengolahan pada pengamatan 0 – 96 jam menunjukkan bahwa ada

hubungan korelasi positif, artinya semakin tinggi konsentrasi dan lama waktu kontak maka

semakin banyak bioindikator yang mati.