Ringkasan Jurnal Laundry
-
Upload
yukicc20414 -
Category
Documents
-
view
238 -
download
0
description
Transcript of Ringkasan Jurnal Laundry
Laundry adalah salah satu kegiatan rumah tangga yang menggunakan deterjen sebagai
bahan pembantu untuk membersihkan pakaian, karpet, dan alat-alat rumah tangga lainnya.
Limbah laundry dapat menimbulkan pencemaran lingkungan terutama adanya deterjen, jika
limbah yang dihasilkan tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Deterjen mengandung zat
surface active (surfaktan), yaitu anionik, kationik, dan nonionik.
Surfaktan yang digunakan dalam deterjen adalah jenis anionik dalam bentuk sulfat dan
sulfonat. Surfaktan sulfonat yang dipergunakan adalah Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) dan Linier
Alkyl Sulfonate (LAS). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini
dalam konsentrasi tinggi dapat membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang
mengkonsumsi biota tersebut (Prihessy, 1999). Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap
biota dalam suatu perairan, perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota yang
adayaitu dalam bentuk Lethal Concentration (LC50).Jadi uji toksisitas digunakan untuk
mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan
efek toksik pada jaringan biologis. Ikan mas (Cyprinus carpio L) adalah salah satu jenis ikan
yang memenuhi persyaratan tersebut karena ikan ini sangat peka, mudah dipelihara,
penyebarannya merata, mudah ditemukan, dan memenuhi syarat untuk uji toksisitas (Pararaja,
2008). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek toksik limbah cair laundry terhadap
bioindikator (Cyprinuscarpio L) dan menentukan nilai LC50, serta mengetahui efektivitas
penurunan hasil pengolahan limbah cair laundry dengan menggunakan tawas dan karbon aktif
yang diharapkan dapat sesuai dengan baku mutu lingkungan.
Sampel limbah cair laundryuntuk penelitian adalah dari salah satu usahalaundry yang
berada di Kelurahan Demangan Yogyakarta dan berasaldari proses pencucian utama sampai
pembilasan sebelum dibuang di selokan. Sampel ditampung di jerigen, kemudian dicampur
sampai homogeny sebelum dipakai untuk uji toksisitas, serta proses pengolahan limbah dengan
tawas dan karbon aktif. Berdasarkan analisis limbah cair laundrysebelum dan sesudah
pengolahan (Tabel 1), parameter yang melampaui baku mutu untuk kegiatan industry laundry
menurut Peraturan Gubernur DIY No.7 Tahun 2010 sebelum pengolahan meliputi: BOD, COD,
TSS, dan deterjen serta fosfat berdasarkan baku mutu untuk kegiatan lainnya. Sedangkan pH,
temperatur, konduktivitas, TDS, dan deterjen masih di bawah baku mutu. Kadar pencemaran
setiap parameter sebelum dan sesudah pengolahan menggunakan tawas dan karbon aktif
mengalami perbaikan. Temperatur dan pH mengalami perbaikan terlihat dengan sesudah
pengolahan mendekati standar baku mutu yang ditetapkan. Konduktivitas
mengalami perbaikan sebesar 70,60 %, BOD = 82,00%, COD = 81,39%, TSS 92,25%, TDS
=76,72
%, deterjen 57,72%, fosfat 92,28 %. Berdasarkan hasil jar test(Tabel2)untuk parameter:1)
temperatur limbah cair laundry mengalami penurunan dan mendekati temperatur ruangan pada
tawas 120 mL yaitu 28,00oC; 2) COD pada penambahan tawas 1% 140 mL turun menjadi 71,67
mg/L dengan efisiensi penurunan 63,79%, sedangkan pada 140 mL dianggap optimum karena
pada tawas 160 mL terjadi peningkatan berarti bahwa kadar tawas sudah jenuh dan menimbulkan
pencemaran. Kadar COD pada tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah COD menjadi
99,67 mg/L dalam limbah cair laundry.Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ion-ion Al3+
dan juga terbentuknya garam-garam sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas; 3) BOD
pada penambahan tawas 1% 140 mL dapat turun menjadi 32,33 mg/L dengan efisiensi
penurunan 73,79 %. Kadar BOD pada tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah BOD
menjadi 57,33 mg/L dalam limbah cair laundry. Hal ini menunjukkan bahwa kadar fosfat pada
tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah fosfat dalam limbah cair laundry. Hal ini
disebabkan oleh larutnya kembali ion-ion Al3+ dan juga terbentuknya garam-garam sulfat
terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kadar
TSS pada tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah TSS dalam limbah cair laundry
menjadi 53,67 mg/L.
Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ion-ion Al3+ dan juga terbentuknya garam-
garam sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas. Dari hasil pengolahan menggunakan
tawas dan karbon aktif yang optimum kadar tawas 1% 140 mL dan tinggi karbon aktif 50 cm.
Pada kelompok sesudah pengolahan diperoleh bahwa LC50–96 jam = 49,91% dan terletak pada
interval konsentrasi 40–50 %.
Hubungan korelasi antara konsentrasi limbah cair laundry dan jumlah mortalitas
bioindikator pada uji pendahuluan ini dapat diketahui berdasarkan nilai koefisien korelasi yang
diberi simbol r dengan kisaran nilai antara -1 sampai 1. Nilai koefisien korelasi pada kelompok
sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif r = 0,270 , sedangkan pada kelompok
sesudah pengolahan dengan tawas dan karbon aktif r = 0,913. Berdasarkan besarnya nilai
koefisien korelasi dapat diartikan bahwa ada hubungan korelasi positif antara konsentrasi limbah
cair laundrydan jumlah mortalitasbioindikator , artinya semakin tinggi konsentrasi limbah cair
laundry maka akan semakin banyak bioindikator yang mati. Berdasarkan jumlah rata-rata
mortalitas bioindikator padaTabel 5, nampak bahwa semakin
tinggi konsentrasi limbah cair laundry dan lamanya persentuhan antara bioindikator dan limbah
cair laundry, akan semakin banyak jumlah bioindikator yang mati. Hal ini berlaku pada limbah
cair laundry sebelum dilakukan pengolahan (limbah cair laundry konsentrasi 0–10 %) maupun
sesudah pengolahan (limbah cair laundry konsentrasi 40–50 %). Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama waktu persentuhan limbah cair laundry dengan Cyprinus
carpio L, maka jumlah rata-rata kematiannya akan meningkat pada konsentrasi limbah cair
laundry yang lebih rendah. Hal ini di karenakan daya tahan Cyprinus carpio L semakin lama
semakin menurun. Toksisitas limbah cair laundry terhadap Cyprinus carpio L berdasarkan LC50
0-96 jam adalah relatif lebih tinggi sebelum pengolahan (0-10 %) dibandingkan dengan sesudah
pengolahan (40–50%). Penurunan toksisitas pada limbah cair laundry berdasarkan LC500–96
jam sebesar 85,50–82,23 %.
Batas aman bagi limbah cair laundry bagi kehidupan Cyprinus carpio L sebelum
pengolahan adalah pada konsentrasi 0,876% (10% x LC50-48 jam sebelum pengolahan),
sedangkan batas aman sesudah pengolahan pada konsentrasi 4,978% (10% x LC50-48 jam
sesudah pengolahan). Hubungan korelasi antara konsentrasi limbah cair laundry dan jumlah
mortalitas Cyprinus carpio L pada uji sesungguhnya berdasarkan nilai koefisiensi korelasi (r)
sebelum dan sesudah pengolahan pada pengamatan 0 – 96 jam menunjukkan bahwa ada
hubungan korelasi positif, artinya semakin tinggi konsentrasi dan lama waktu kontak maka
semakin banyak bioindikator yang mati.