RINGKASAN Jurnal Biotek Fix
-
Upload
dyah-ratna-ariputri -
Category
Documents
-
view
29 -
download
5
Transcript of RINGKASAN Jurnal Biotek Fix
![Page 1: RINGKASAN Jurnal Biotek Fix](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020117/55cf997c550346d0339da215/html5/thumbnails/1.jpg)
RINGKASAN
Tempe kara benguk adalah jenis tempe yang terbuat dari biji kara benguk (Mucuna pruriens).
Bila dibandingkan dengan kedelai, kara benguk memiliki kadar protein dan lemak yang lebih
rendah, dengan kadar karbohidrat yang lebih tinggi hingga dua kali yang diterkandung di
dalam kedelai. Salah satu kandungan dari kacang-kacangan yang harus diperhatikan adalah
senyawa asam fitat. Senyawa fitat memiliki kadar yang tinggi di dalam kacang-kacangan dan
dapat berikatan dengan protein sehingga dapat menurunkan nilai cerna protein dan dapat
mengakibatkan defisiensi protein bagi siapa saja yang mengkonsumsi tempe dalam jumlah
besar. Dalam proses fermentasi pembuatan tempe asam fitat akan terhidrolisis dengan
perantara enzim fitase yang dihasilkan oleh Rhizopus sp. Selama proses pembuatan tempe
indeks kelarutan nitrogen atau NSI juga perlu diperhatikan. Peningkatan nilai NSI selama
proses fermentasi dapat meningkatkan aktifitas enzim protease dalam melakukan pemecahan
protein yang tidak larut air menjadi senyawa yang lebih sederhana yang mudah larut dalam
air. Karakteristik dari bahan makanan berprotein tinggi yang mengalami pengeringan seperti
tepung tempe kara benguk dinyatakan dalam besarnya nilai NSI dan indeks pencoklatan yang
dipengaruhi berbagai cara, suhu dan lama pengeringan.
BAHAN DAN METODE
Bahan:
Biji kara benguk putih (Mucuma pruriens var. utilitis) kering, ragi Rhizopus sp., daun pisang
atau daun jati.
Metode pembuatan:
1. Pembuatan Tempe Kara Benguk
Biji kara benguk yang sudah disortasi dan dibersihkan lalu direndam dalam air dengn
perbandingan 1:5 (bobot/volume) selama 24 jam lalu dikupas memisahkan endosperm
dan kulitnya. Endosperm yang diperoleh ditambah air 1:4 kemudian dipanaskan
sampai mendidih selam 45 menit. Kemudian lakukan perendaman kedua dalam 1:4
selama 48 jam (pada siang hari air diganti setiap 5 jam, pada malam hari tidak perlu
diganti). Setelah perendaman selesai, air perendaman dibuang kemudian endosperm
dicuci dan ditiriskan, lalu dikukus selama 45 menit pada suhu 100-103°C, lalu
didinginkan pada suhu kamar.Pada suhu 37-40°C dilakukan inokulasi dengan usar,
kemudian dikemas dengan daun pisang dan tiap kemasan berisi kurang lebih 30 gram
dan diinkubasikan pada suhu kamar.
![Page 2: RINGKASAN Jurnal Biotek Fix](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020117/55cf997c550346d0339da215/html5/thumbnails/2.jpg)
2. Pengeringan dan Penggilingan
Untuk pembuatan tepung tempe kara benguk digunakan tempe hasil fermentasi
selama 48 jam. Tempe diiris-iris melintang dengan ketebalan kurang lebih 0,3-0,5 cm,
dicampur kemudian dibagi menjadi empat bagian. Satu bagian irisan tempe tersebut
diatur dalam satu lapis diatas tampah lalu dikeringkan dengan sinar matahari (suhu
30-35°C). Tiga bagian yang lain masing-masing diatur di atas rak alat pengering
dalam satu lapis. Satu bagian dikeringkan pada suhu 40°C, satu bagian lagi
dikeringkan pada suhu 50°C dan satu bagian yang lain dikeringkan pada suhu 60°C.
Proses pengeringan diakhiri setelah kadar airnya mencapai 8-10%. Tempe kara
benguk kering yang diperoleh digiling dengan Waring blendor kecepatan tinggi, lalu
diayak menggunakan ayakan 60 mesh dan tepung yang lolos dikemas dalam wadah
plastik polipropilen yang kedap air.
PEMBAHASAN
Dalam proses fermentasi yang dilakukan didapatkan kadar protein yang cukup besar
pada tempe kara benguk (36,40% bk), namun jumlah lemak yang terkandung didalamnya
sangat kecil (5,4% bk) bila dibandingkan dengan tempe kedelai pada umumnya yang
mengandung lemak cukup tinggi (26,3% bk). Tempe kara benguk tidak di anjurkan bagi
orang-orang yang diet rendah lemak, karena kandungan lemak yang dikandungnya
merupakan asam lemak tak jenuh.
Fermentasi (jam) Kadar air (% bb) Asam fitat (% bb) NSI (%)
0 56,41±1,18 1,19±0,13 8,64±1,41
24 57,87±0,39 1,05±0,16 28,53±6,67
48 59,77±1,09 0,81±0,01 47,47±6,41
72 61,70±1,71 0,65±0,09 58,62±2,73
Dari tabel diatas dapat dilihat peningkatan kadar air dan NSI serta penurunan kadar asam
fitat. Semakin lama proses fermentasi kadar air akan semakin bertambah dapat diakibatkan
oleh adanya aktivitas respirasi jamur sehingga terbentuk karbon hidroksida dan air. Nilai NSI
meningkat disebabkan proses katabolisme protein sehingga lebih mudah dicerna oleh enzim
protease. Sedangkan untuk kadar asam fitat turun setelah terjadi proses over fermentasi
(>48jam) yang terhidrolisis oleh Rhizopus sp. dengan bantuan enzim fitase. Dengan
![Page 3: RINGKASAN Jurnal Biotek Fix](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022020117/55cf997c550346d0339da215/html5/thumbnails/3.jpg)
terhidrolisisnya asam fitat selama proses fermentasi dapat meningkatkan mineral yang
bermanfaat bagi tubuh.
Cara
Pengeringan
Suhu
(oC)
Lama
Pengeringan
Kadar Air
(% bb)
NSI* (%) Indeks Pencoklatan
(Abs 440nm)
Sinar Matahari 30-35 2 hari 10,50±0,51 28,51±1,33 0,602
Alat Pengering 40 165 menit 9,91±0,43 30,34±2,16 0,213
Alat Pengering 50 150 menit 8,53±0,92 24,37±1,99 0,249
Alat Pengering 60 135 menit 8,35±0,68 21,05±0,83 0,344
Cara pengeringan dengan menggunakan sinar matahari memang baik, tapi jika
penyinaran terlalu lama maka indeks kecoklatan akan semakin besar dan akan mengurangi
mutu tepung yang akan dihasilkan. Jadi, cara pengeringan yang paling baik menggunakan
alat pengering pada suhu 40ºC selama 165 menit.
KESIMPULAN
Aktivitas enzim fitase dan protease sangat mempengaruhi kadar penurunan asam fitase
sehingga dapat meningkatkan mineral yang berguna bagi tubuh dan peningkatan kadar NSI
yang menyebabkan turunnya kadar protein. Asam fitat baru terhidrolisa setelah terjadi over
fermentasi.
Semakin lama proses pengeringan, indeks pencoklatan akan semakin tinggi dan
menyebabkan mutu tepung dari tempe kara benguk semakin rendah.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1971060-asam-fitat/
Jurnal Perubahan Kimia Selama Fermentasi Tempe Kara Benguk dan Karakteristik
Tepungnya Akibat Proses Pengeringan.