Ringkasan Jurnal

4
Ringkasan Jurnal Penelitian ini merupakan studi cohort. Setelah persetujuan etis dari Penelitian dan Komite Etika Manusia di pelayanan kesehatan, dua set data dikumpulkan: data demografi dikumpulkan pada semua pasien yang meninggal di ruang ICU/Bedah selama 12 bulan (n = 97 ) yang meliputi data lama tinggal di rumah sakit, lama tinggal di ICU, simplified acute physiological score (SAPS II) dan acute physiology and chronic health evaluation (APACHE) II and III skor dicatat dalam 24 jam pertama. Dari populasi ini, dipilih secara acak menjadi 24 orang. Data yang dikumpulkan termasuk alasan untuk masuk, penyebab kematian (seperti yang didokumentasikan di Sertifikat Kematian), status NFR (not for resuscitation), tanggal status NFR, waktu dari statusnya NFR mati, keluarga terdekat seperti yang didokumentasikan pada lembar masuk rumah sakit, keluarga terdekat yang didokumentasikan pada lembar masuk ICU, semua entri medis dan keperawatan yang berhubungan dengan akhir hidup / prognosis buruk / pesetujuan keputusan perawatan paliatif, jumlah pertemuan keluaga, pemrakarsa perttemuan keluarga, yang hadir di pertemuan keluarga, kehadiran keluarga pada saat kematian, dan bukti rujukan perawatan paliatif atau keterlibatan. Pada penelitian ini menggunakan sample sejumlah 24 orang dengan lama tinggal di ICU antara <1 hari sampai

description

ringkasan

Transcript of Ringkasan Jurnal

Page 1: Ringkasan Jurnal

Ringkasan Jurnal

Penelitian ini merupakan studi cohort. Setelah persetujuan etis dari Penelitian dan

Komite Etika Manusia di pelayanan kesehatan, dua set data dikumpulkan: data

demografi dikumpulkan pada semua pasien yang meninggal di ruang ICU/Bedah

selama 12 bulan (n = 97 ) yang meliputi data lama tinggal di rumah sakit, lama

tinggal di ICU, simplified acute physiological score (SAPS II) dan acute

physiology and chronic health evaluation (APACHE) II and III skor dicatat dalam

24 jam pertama. Dari populasi ini, dipilih secara acak menjadi 24 orang. Data

yang dikumpulkan termasuk alasan untuk masuk, penyebab kematian (seperti

yang didokumentasikan di Sertifikat Kematian), status NFR (not for

resuscitation), tanggal status NFR, waktu dari statusnya NFR mati, keluarga

terdekat seperti yang didokumentasikan pada lembar masuk rumah sakit, keluarga

terdekat yang didokumentasikan pada lembar masuk ICU, semua entri medis dan

keperawatan yang berhubungan dengan akhir hidup / prognosis buruk / pesetujuan

keputusan perawatan paliatif, jumlah pertemuan keluaga, pemrakarsa perttemuan

keluarga, yang hadir di pertemuan keluarga, kehadiran keluarga pada saat

kematian, dan bukti rujukan perawatan paliatif atau keterlibatan.

Pada penelitian ini menggunakan sample sejumlah 24 orang dengan lama tinggal

di ICU antara <1 hari sampai 62 hari (rata-rata sembilan hari). Rata-rata skor

SAPS II adalah 63, rata-rata skor APACHE II adalah 27, dan rata-rata skor

APACHE III adalah 110. Dari 24 orang, 37,5% (n = 9) dirawat untuk diagnosis

pernapasan, 25% (n = 6) untuk diagnosis jantung, 20,8% (n = 5) untuk sepsis,

8,3% (n = 2) pasca operasi dan 8,3% (n = 2) dirawat dengan diagnosis neurologis.

Pada saat kematian, 96% (n = 23) dari pasien dalam populasi ini

didokumentasikan sebagai NFR, dan status NFR ditentukan antara 5 hari dan <1

hari sebelum kematiannya, dengan waktu rata-rata antara penentuan status NFR

dan kematian menjadi satu hari.

Penelitian ini menunjukkan tingginya skor SAPS dan APACHE konsisten dengan

status NFR. Dimana ini mengkonfirmasi bahwa status NFR sesuai untuk

ketajaman dan kemungkinan kematian. Selanjutnya, mencapai kesepakatan pada

status NFR membutuhkan komunikasi dan negosiasi antara anggota keluarga dan

Page 2: Ringkasan Jurnal

dokter, sampai penerimaan dan tercapainya kesepakatan. Studi ini juga

menunjukkan bahwa pengambilan keputusan lebih baik diwakili oleh keluarga

terdekat dari pasien. Pasangan dari pasien dianggap sebagai sumber utama

informasi tentang pasien dan sebagai yang terbaik dalam pembuat keputusan,

karena individu lebih cenderung secara bersama berbagi keinginan dan nilai-nilai

mereka mengenai penyakit serius dengan pasangan mereka.

Keluarga terdekat tercatat masuk ke rumah sakit dan ke ruang ICU dan pada 6

kasus keluarga terdekat yang tercatat berbeda antara orang terdekat saat masuk

rumah sakit dan masuk ICU. Untuk pertemuan keluarga, rata-rata jumlah

pertemuan keluarga adalah dua (minimal satu, maksimal lima). Keterlibatan

perawat dalam pertemuan keluarga juga diselidiki. Perawat terlibat dalam 25% (n

= 6) pertemuan keluarga. Meskipun itu sulit untuk menentukan siapa yang

memprakarsai pertemuan keluarga, entri ditulis tentang inisiasi pertemuan

keluarga dibuat oleh petugas medis di 79% (n = 19) dari kasus, dengan tidak ada

entri menunjukkan bahwa pertemuan keluarga yang digagas oleh perawat.

Anggota keluarga yang hadir pada saat kematian hanya 66% (n = 16) kasus, tidak

hadir dalam 1% (n = 2) kasus, dan dalam enam kasus yang tersisa, kehadiran atau

ketiadaan tidak tercatat sama sekali .

Studi ini menunjukkan bahwa kematian di ICU sering diantisipasi, dan bahwa

komunikasi antara keluarga dan petugas kesehatan tampak jelas dalam catatan

medis, keterlibatan atau komunikasi antara perawat dan keluarga tidak tercatat,

dan bahwa perawat ikut dalam pertemuan keluarga hanya 25%. Keterlibatan

perawat, sebagai pengasuh utama tidak terwakili dalam medis record, sehingga

merusak pentingnya peran perawat dalam perawatan pasien langsung yang meluas

ke keluarga di ICU. Perawat juga harus bertanggung jawab untuk peran mereka

dalam komunikasi, dan penyedia perawatan primer. Yang jelas dari penelitian ini

adalah bahwa jika perawat terlibat dalam komunikasi dengan keluarga, itu tidak

didokumentasikan, dan sebagai hasilnya, menjadi bagian dari karya tersembunyi

keperawatan. Dokumentasi peran keperawatan ini merupakan hal yang penting

jika perawat ingin untuk menunjukkan peran mereka dalam komunikasi keluarga

dan dengan profesional kesehatan lainnya.

Page 3: Ringkasan Jurnal