ringkasan jurnal

2
Prognosis Pasien Lansia Umur ≥ 80 Tahun yang Menjalani Hemodialysis Banyak dokter yakin bahwa umur dikaitkan dengan peningkatan angka resiko kematian pada lansia umur ≥ 8o tahun dalam terapi hemodialysis. Sedangkan tiap tahunnya (2004-2012) pasien lansia yang melakukan terapi dialysis meningkat (Figure 1). Factor prognostic dinilai dengan analisis multivariate. 1144 pasien pada Januari 1988 – Juli 2013 sebanyak 141 pasien adalah lansia. Studi ini dilakukan di Oyokyo Kidney Research Institute, Hirosaki, Japan. Grafik pasien ditinjau untuk variable klinis dan waktu kelangsungan hidup/survival time. Data dari variable tersebut yaitu umur pasien, jenis kelamin, index massa tubuh, tekanan darah, penyakit penyerta dan variable lain. Status kesehatan umum pasien sebelum dialysis dievaluasi pada skala Cooperative Oncology Group Performance Status (ECOG-PS). Harapan hidup dikalibrasi dari table harapan hidup berdasarkan kemungkinan usia kematian pada permulaan dialysis. Periode life-shortening dihitung menggunakan rumus: kemungkinan umur kematian-umur kematian sebenarnya. Follow up dilakukan secara rutin 3 kali seminngu berdasarkan guidline of Japanese Society for Disease Therapy selama follow up diperhatikan kejaian kematian, loss of follow up sampai akhir studi ini. Survival dievalusai menggunakan metode Kaplan Meier variable- variabel seperti umur, jenis kelamin, index massa tubuh, tekanan darah, hemoglobin, albumin, penyakit penyerta dan lainnya yang disebut factor prognostic dianalisis menggunakan analisa bertahap COX multifariat untuk menentukan independent predictor untuk keseluruhan survival. Setelah factor-faktor ini diidentifikasi, digunakan kurva ROS Receiver Operation Characteristic untuk menentukan nilai prognostic yang optimal. Pasien diklasifikasikan ke dalam 3 grup berdasarka angka jumlah factor resiko: low risk (tanpa factor resiko), intermediate risk (1 faktor resiko), high risk (2 faktor resiko). Rata-rata usia pasien lansia adalah 83 tahun. Rata-rata survival time pada pasien umur 80-84, 85-89, dan > 90 tahun adalah 3.0, 2.5, 0.9 tahun (Figure 3). Dari 141 pasien, 107 meninggal (76%) penyebab tersering kematian adalah penyakit infeksi 35 pasien (33%) dan penyakit cerebro-cardiovascular 29 pasien (27%). Berdasarkan analisa multivariate, factor prognostic yang dignifikan pada pasien lansia adalah berdasarkan ECOG-PS dan level hemoglobin. Klasifikasi berdasarkan factor resiko sebagai indikasi untuk menentukan buruknya prognosis dengan hasil: rata- rata waktu survival pada grup low risk

description

fdstd

Transcript of ringkasan jurnal

Prognosis Pasien Lansia Umur 80 Tahun yang Menjalani HemodialysisBanyak dokter yakin bahwa umur dikaitkan dengan peningkatan angka resiko kematian pada lansia umur 8o tahun dalam terapi hemodialysis. Sedangkan tiap tahunnya (2004-2012) pasien lansia yang melakukan terapi dialysis meningkat (Figure 1). Factor prognostic dinilai dengan analisis multivariate. 1144 pasien pada Januari 1988 Juli 2013 sebanyak 141 pasien adalah lansia. Studi ini dilakukan di Oyokyo Kidney Research Institute, Hirosaki, Japan. Grafik pasien ditinjau untuk variable klinis dan waktu kelangsungan hidup/survival time. Data dari variable tersebut yaitu umur pasien, jenis kelamin, index massa tubuh, tekanan darah, penyakit penyerta dan variable lain. Status kesehatan umum pasien sebelum dialysis dievaluasi pada skala Cooperative Oncology Group Performance Status (ECOG-PS). Harapan hidup dikalibrasi dari table harapan hidup berdasarkan kemungkinan usia kematian pada permulaan dialysis. Periode life-shortening dihitung menggunakan rumus: kemungkinan umur kematian-umur kematian sebenarnya. Follow up dilakukan secara rutin 3 kali seminngu berdasarkan guidline of Japanese Society for Disease Therapy selama follow up diperhatikan kejaian kematian, loss of follow up sampai akhir studi ini. Survival dievalusai menggunakan metode Kaplan Meier variable-variabel seperti umur, jenis kelamin, index massa tubuh, tekanan darah, hemoglobin, albumin, penyakit penyerta dan lainnya yang disebut factor prognostic dianalisis menggunakan analisa bertahap COX multifariat untuk menentukan independent predictor untuk keseluruhan survival. Setelah factor-faktor ini diidentifikasi, digunakan kurva ROS Receiver Operation Characteristic untuk menentukan nilai prognostic yang optimal. Pasien diklasifikasikan ke dalam 3 grup berdasarka angka jumlah factor resiko: low risk (tanpa factor resiko), intermediate risk (1 faktor resiko), high risk (2 faktor resiko).Rata-rata usia pasien lansia adalah 83 tahun. Rata-rata survival time pada pasien umur 80-84, 85-89, dan > 90 tahun adalah 3.0, 2.5, 0.9 tahun (Figure 3). Dari 141 pasien, 107 meninggal (76%) penyebab tersering kematian adalah penyakit infeksi 35 pasien (33%) dan penyakit cerebro-cardiovascular 29 pasien (27%). Berdasarkan analisa multivariate, factor prognostic yang dignifikan pada pasien lansia adalah berdasarkan ECOG-PS dan level hemoglobin. Klasifikasi berdasarkan factor resiko sebagai indikasi untuk menentukan buruknya prognosis dengan hasil: rata- rata waktu survival pada grup low risk adalah 63 bulan sedangkan intermediat risk dan high risk adalah 23-24 bulan lebih rendah.Perkiraan rata-rata periode life shortening dari table harapan hidup di Jepang adalah -5.3 pada pasien yang telah meninggal. Data ini tidak bisa dibandingkan dengan Negara lain karena perkiraan life shortening dari berbagai Negara berbeda termasuk mengenai system kesehatan masing-masing Negara, studi lebih lanjut diperlukan mengenai masalah ini. Dalam kemajuan teknologi saat ini tidak lagi dianggap sebagai kontraindikasi karena studi baru-baru ini menyarankan bahwa dialysiss memberikan manfaat pada survival time dibanding terapi konservatif namun masih dipertimbangkan quality of life (QOL) dari pasien lansia. Studi ini masih banyak memiliki keterbatasan seperti kebiasan suatu daerah, sample yang kecil, dan tergabungnya pasien dalam suatu lembaga serta masalah dosis total dan pengaruh dari eritropoiesis stimulating agents, tapi studi ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan klinisi terhadap terapi pasien. Life shortening diperiksa menggunakan The National Vital Statistic Survey database untuk Jepang tahun 2008. Dan sekali lagi data ini tidak bisa dibandingkan dengan Negara lain.