RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap...

93
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten i RINGKASAN EKSEKUTIF Ketersediaan pangan merupakan salah satu pilar ketahanan pangan yang penyelenggarannya dilaksanakan oleh Pemerintah baik di pusat maupun di daerah sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten menyusun kajian analisis ketersediaan pangan dengan menggunakan Neraca Bahan Makanan (NBM) tahun 2017 sebagai upaya pemantauan ketersediaan pangan penduduk secara berkala. Kegiatan ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis jumlah ketersediaan pangan penduduk Provinsi Banten tahun 2017, (2) Untuk mengetahui gambaran ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita berbagai jenis bahan makanan di Provinsi Banten, (3) Menganalisis situasi keanekaragaman ketersediaan pangan penduduk Provinsi Banten tahun 2017 sebagai bentuk pemantauan terhadap penyediaan pangan penduduk, (4) Untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standart) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk, (5) Merumuskan kebijakan pengembangan penyediaan pangan tahun 2017-2022. Data yang digunakan adalah data sekunder lintas OPD terkait ketahanan pangan di Provinsi Banten, yaitu data jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, data pengadaan atau penyediaan pangan (produksi, impor, ekspor, dan perubahan stok), data penggunaan pangan dan faktor konversi pangan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Program Aplikasi Analisis Ketersediaan Pangan hasil pengembangan dari Aplikasi Analisis Pola Pangan Harapan Neraca Bahan Makanan (Baliwati et. al 2005) oleh MWA Training & Consulting tahun 2015 yang disesuaikan dengan penyusunan yang dilakukan oleh tim NBM Pusat Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Analisis dilakukan secara deskriptif menggunakan Microsoft Excell yaitu meliputi: (1) Analisis situasi ketersediaan pangan (angka kecukupan energi, angka kecukupan protein, dan skor PPH) tahun 2017 serta tingkat pencapaiannya terhadap ideal dan (2) Analisis dan evaluasi pencapaian skor PPH, penyediaan dan produksi pangan sesuai tahun dasar. Daya dukung wilayah Provinsi Banten dalam menyediakan pangan bagi penduduknya pada tahun 2017 adalah sebesar 104,3% dari AKE atau setara dengan 2.502 kkal/kapita/hari. Adapun ketersediaan protein sebesar 88,1 g/kap/hari (139,8% AKP). Kualitas (keanekaragaman) pangan yang dapat disediakan secara mandiri oleh Provinsi Banten yaitu sebesar 64,7 dari skor maksimal 100. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa penyediaan pangan di Provinsi Banten sudah mandiri dalam arit Provinsi sudah mampu menyediakan kebutuhan pangan penduduknya. Namun, dilihat dari skor PPH menunjukkan bahwa jenis bahan pangan yang dapat disediakan oleh

Transcript of RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap...

Page 1: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten i

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ketersediaan pangan merupakan salah satu pilar ketahanan pangan yang penyelenggarannya dilaksanakan oleh Pemerintah baik di

pusat maupun di daerah sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten menyusun kajian analisis ketersediaan pangan dengan menggunakan Neraca

Bahan Makanan (NBM) tahun 2017 sebagai upaya pemantauan ketersediaan pangan penduduk secara berkala.

Kegiatan ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis jumlah ketersediaan pangan penduduk Provinsi Banten tahun 2017, (2) Untuk

mengetahui gambaran ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita berbagai jenis bahan makanan di Provinsi Banten, (3) Menganalisis situasi keanekaragaman ketersediaan pangan penduduk

Provinsi Banten tahun 2017 sebagai bentuk pemantauan terhadap penyediaan pangan penduduk, (4) Untuk menghasilkan suatu

komposisi norma (standart) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk, (5) Merumuskan kebijakan pengembangan penyediaan

pangan tahun 2017-2022. Data yang digunakan adalah data sekunder lintas OPD terkait

ketahanan pangan di Provinsi Banten, yaitu data jumlah dan laju

pertumbuhan penduduk, data pengadaan atau penyediaan pangan (produksi, impor, ekspor, dan perubahan stok), data penggunaan

pangan dan faktor konversi pangan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Program Aplikasi Analisis Ketersediaan Pangan

hasil pengembangan dari Aplikasi Analisis Pola Pangan Harapan Neraca Bahan Makanan (Baliwati et. al 2005) oleh MWA Training & Consulting tahun 2015 yang disesuaikan dengan penyusunan yang dilakukan oleh

tim NBM Pusat Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Analisis dilakukan secara deskriptif menggunakan Microsoft

Excell yaitu meliputi: (1) Analisis situasi ketersediaan pangan (angka kecukupan energi, angka kecukupan protein, dan skor PPH) tahun

2017 serta tingkat pencapaiannya terhadap ideal dan (2) Analisis dan evaluasi pencapaian skor PPH, penyediaan dan produksi pangan sesuai tahun dasar.

Daya dukung wilayah Provinsi Banten dalam menyediakan pangan bagi penduduknya pada tahun 2017 adalah sebesar 104,3%

dari AKE atau setara dengan 2.502 kkal/kapita/hari. Adapun ketersediaan protein sebesar 88,1 g/kap/hari (139,8% AKP). Kualitas

(keanekaragaman) pangan yang dapat disediakan secara mandiri oleh Provinsi Banten yaitu sebesar 64,7 dari skor maksimal 100. Hasil

analisis tersebut menunjukkan bahwa penyediaan pangan di Provinsi Banten sudah mandiri dalam arit Provinsi sudah mampu menyediakan kebutuhan pangan penduduknya. Namun, dilihat dari skor PPH

menunjukkan bahwa jenis bahan pangan yang dapat disediakan oleh

Page 2: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten ii

Provinsi Banten masih belum beragam sesuai dengan norma standar

untuk hidup sehat. Oleh karena itu, selain bertumpu pada produksi sendiri ketersediaan pangan Provinsi Banten masih harus ditopang

oleh pasokan dari daerah lain (impor). Sehingga situasi ketersedian pangan Provinsi Banten tahun 2017 disusun juga dengan menggunakan data ekspor-impor pangan menggunakan pendekatan

data estimasi. Berdasarkan data produksi, cadangan pangan dan estimasi

ekspor-impor diperoleh hasil situasi ketersediaan pangan di Provinsi Banten yaitu ketersediaan energi sebesar 2.903 kkal/kap/hari atau

121% AKE dan ketersediaan protein 87,3 g/kap/hari atau 138,6% AKP. Bahan pangan hewani banyak digunakan untuk industri dan diekspor ke wilayah lain terutama Jakarta, mengingat Banten

merupakan daerah penyangga ibukota. Bahan pangan hewani terutama rumput laut banyak diolah untuk industri makanan dengan

pengolahannya dilakukan di luar wilayah Provinsi Banten. Pangan yang tersedia di Provinsi Banten sudah cukup beragam

dengan skor PPH sebesar 94,7. Pangan yang sudah mencapai skor PPH maksimum adalah padi-padian (25,0), pangan hewani (24), serta pangan minyak dan lemak (5,0). Pangan yang belum mencapai skor

PPH maksimum adalah umbi-umbian (0,9 dari 2,5), buah biji berminyak (0,1 dari 1), kacang-kacangan (8,5 dari 10), gula (1,7 dari

2,5) serta sayur dan buah (29,4 dari 30). Ketersediaan pangan di Provinsi Banten masih dapat

mengimbangi pertumbuhan penduduk Provinsi Banten dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,07% setiap tahunnya. Ketersediaan pangan harus dijamin melalui jaminan pasokan dan perlindungan

produksi pangan (salah satunya adalah perlindungan lahan pertanian). Komoditas gula pasir, terigu, susu, minyak goreng, dan sagu tidak

dapat diproduksi secara subsisten sehingga harus dijamin pasokannya dari daerah lain.

Skor PPH yang mencerminkan kualitas penyediaan pangan yang beragam dan setara dengan keragaman konsumsi pangan penduduk Banten. Peningkatan PPH atau keragaman pangan dapat dilakukan

dengan peningkatan ketersediaan kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, buah biji berminyak, kacang-kacangan serta buah dan

sayur. Neraca Bahan Makanan perlu disusun setiap tahunnya untuk

monitoring ketersediaan pangan di wilayah Provinsi Banten dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk agar terwujud ketahanan pangan yang optimal. Peningkatan produksi pangan

wilayah dibutuhkan untuk mencapai kemandirian pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Keluarnya (ekspor) bahan

pangan dari Provinsi Banten perlu diperhatikan untuk tetap menjamin ketersediaan pangan Provinsi Banten. Ketersediaan data yang lengkap

dan valid dibutuhkan untuk mendapatkan hasil analisis ketersediaan pangan yang baik dan menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

Page 3: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten iii

Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kebijakan ketersediaan

pangan sebagaimana Perda No. 2/2017 dalam Pasal 3 dapat dilakukan dengan strategi:

1. Mengembangkan produksi pangan yang bertumpu pada sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal;

2. Mengembangankan efisiensi sistem usaha pangan;

3. Mengembangkan sarana prasarana dan teknologi untuk memproduksi pangan, penanganan pasca panen, pengolahan dan

penyimpanan pangan; 4. Membangun, merehabilitasi dan mengembangkan prasarana

produksi pangan yang meliputi sumberdaya lahan, sumberdaya air, jalan ekonomi sentra produksi, listrik dan telekomunikasi;

5. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produksi pangan;

dan/atau 6. membangun sentra produksi pangan dan sentra pengolahan

pangan dengan sistem klaster. Pemenuhan ketersediaan pangan dilakukan dengan

memperhatikan produksi pangan dan ketersediaan lahan. Kondisi ketersediaan lahan pertanian perlu mendapat perhatian untuk menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang

wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal 10 bahwa Pemerintah Daerah mendorong ketersediaan lahan pangan

sebagai lahan pertanian berkelanjutan dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang dan Wilayah. Penyediaan lahan pertanian

berkelanjutan dapat melakukan pembelian lahan, sewa lahan, membuka atau memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan produktif, dan mempertahankan lahan pertanian sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 4: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan

“Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola

Pangan Harapan PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017”

dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kegiatan ini merupakan hasil

Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah Provinsi Banten.

Kegiatan kajian ini diharapkan dapat menyajikan situasi

ketersediaan pangan penduduk Provinsi Banten pada tahun 2017.

Situasi ketersediaan pangan penduduk dapat dilihat dari indikator

jumlah maupun mutu berdasarkan keseimbangan gizi dari aneka

ragam pangan. Indikator tersebut menggambarkan pencapaian

pembangunan pangan dalam penyediaan dari hasil produksi dalam

negeri dan/atau sumber lain. Hal ini disadari bahwa manfaat dari

Neraca Bahan Makanan adalah sebagai bahan acuan dalam

perencanaan produksi dan penyediaan pangan di Provinsi Banten

Pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih

kepada Organisasi Perangkat Daerah terkait Ketahanan Pangan di

Lingkup Pemerintah Provinsi Banten dan Kabupaten/Kota, khususnya

BPS, BULOG, Dinas Pertanian Provinsi Banten, Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Banten serta semua pihak yang bekerjasama dalam

pelaksanaan kegiatan ini.

November 2017

Dinas Ketahanan Pangan

Provinsi Banten

Page 5: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten v

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................ v

DAFTAR TABEL .......................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................... viii

I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................ 3

1.3. Tujuan .............................................................................. 3

1.4. Keterbatasan Studi ............................................................ 4

II. LANDASAN PERATURAN ....................................................... 5

III. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 12

3. 1. Pengertian dan Lingkup Ketahanan Pangan...................... 12

3. 2. Neraca Bahan Makanan (NBM) ......................................... 16

3. 3. Pola Pangan Harapan ....................................................... 27

3. 4. Peran Pemerintah dalam Ketahanan dan Kemandirian

Pangan ............................................................................. 29

IV. METODOLOGI ...................................................................... 33

4. 1. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ............................. 33

4. 2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ............................... 33

4. 3. Pengolahan dan Analisis Data........................................... 34

4.3.1. Analisis Situasi Ketersediaan Pangan ........................ 36

4.3.2. Analisis Perencanaan Penyediaan Pangan ................. 37

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI BANTEN ................................ 40

5.1. Aspek Geografis Dan Demografis ...................................... 40

Page 6: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten vi

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 43

6.1. Neraca Bahan Makanan Provinsi Banten Tahun 2017 ...... 43

6.2. Situasi Ketersediaan Pangan Provinsi Banten ................... 47

6.3. PPH Ketersediaan Pangan Provinsi Banten dalam Perencanaan

Penyediaan Pangan ........................................................... 72

6.4. Kebijakan dan program aksi pengembangan penyediaan

pangan di Provinsi Banten tahun 2017– 2021 .................. 77

V. KESIMPULAN ........................................................................ 81

7.1. Kesimpulan....................................................................... 81

7.2. Rekomendasi .................................................................... 82

Page 7: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Susunan PPH nasional dan jumlah ketersediaan/ konsumsi

pangan ................................................................................. 28

Tabel 2. Sub urusan pemerintah daerah yang terdapat dalam

lampiran UU No.23 Tahun 2016 ........................................... 29

Tabel 3. Jenis dan sumber data pokok ketersediaan pangan .............. 33

Tabel 4. Luas Daerah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten ... 41

Tabel 5. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Banten .. 42

Tabel 6. Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura ........................ 44

Tabel 7. Hasil Produksi Produk Peternakan ....................................... 46

Tabel 8. Hasil Produksi Produsk Perikanan ........................................ 46

Tabel 9. Jumlah Stok Bahan Pangan Provinsi Banten ........................ 47

Tabel 10. Situasi ketersediaan pangan berdasarkan potensi produksi

pangan di Provinsi Banten tahun 2017 ................................ 48

Tabel 11. Situasi Konsumsi Pangan Provinsi Banten Tahun 2017....... 50

Tabel 12.Estimasi Ekspor Impor Pangan Berdasarkan Data

Konsumsi Tahun 2016 di Provinsi Banten ............................ 51

Tabel 13. Situasi ketersediaan pangan Provinsi Banten tahun 2017 ... 54

Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun

2017 ..................................................................................... 55

Tabel 15. Perencanaan Ketersediaan Pangan Tahun 2018

berdasarkan AKG dan PPH ................................................... 74

Tabel 16. Sasaran Produksi Pangan Provinsi Banten tahun 2018…… 82

Page 8: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Posisi ketersediaan pangan dalam sistem ketahanan pangan .... 2

Gambar 2. Kolom NBM ............................................................................... 2

Gambar 3. Peta Provinsi Banten .............................................................. 40

Page 9: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas

pembangunan nasional yang tertuang dalam arah kebijakan dan

strategi pembangunan RPJMN 2015-2019 untuk meningkatkan upaya

keberlanjutan pembangunan ekonomi, melalui strategi ketahanan

pangan termasuk stabilisasi harga sehingga tingkat inflasi rendah.

Peningkatan produksi pangan dari tahun ke tahun belum bisa

memenuhi seluruh kebutuhan pangan yang meningkat sebagai akibat

dari peningkatan jumlah penduduk. Saat ini Indonesia menjadi negara

pengimpor beras terbesar dari pasar beras dunia.

Perkembangan pembangunan di Indonesia tidak bisa terlepas dari

pembangunan ketahanan pangan. Implementasi program

pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan dengan

memperhatikan sub sistem ketahanan pangan yaitu melalui upaya

peningkatan produksi, ketersediaan dan penanganan kerawanan

pangan, pemantapan distribusi dan cadangan pangan, serta

peningkatan kualitas konsumsi dan keamanan pangan. Dengan

demikian, program-program pembangunan pertanian dan ketahanan

pangan tersebut diarahkan untuk mendorong terciptanya kondisi

sosial-ekonomi yang kondusif, menuju ketahanan pangan yang mantap

dan berkelanjutan.

Pangan merupakan komoditas penting dan strategi bagi bangsa

Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang

harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama

seperti yang diamanatkan pada Undang-Undang No.18 tahun 2012

tentang Pangan. Selain itu, undang-undang tersebut juga

mengamanatkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi

terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

Page 10: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

2

mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk

dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota wajib untuk

memberikan perhatian khusus untuk mewujudkan kondisi masyarakat

yang tahan pangan sampai ke tingkat rumah tangga dan perseorangan

sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007

dan Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2007.

Berdasarkan PP No 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan

dan Gizi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah Desa

melaksanakan kebijakan dan bertanggung jawab terhadap

penyelenggaraan ketahanan pangan diwilayahnya masing masing,

dengan memperhatikan pedoman, norma, standar, dan kriteria yang

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah Kabupaten/Kota

dan/atau Pemerintah Desa mendorong keikutsertaan masyarakat

dalam penyelenggaraan ketahanan pangan. Oleh karena itu,

pemerintah dan masyarakat bersama-sama mempunyai kewajiban

untuk membangun ketahanan pangan. Ketahanan pangan dan gizi

didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi

bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari

tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,

beragam, memenuhi kecukupan gizi, merata dan terjangkau serta tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat,

untuk mewujudkan status gizi yang baik agar dapat hidup sehat, aktif,

dan produktif secara berkelanjutan.

Salah satu subsistem ketahanan pangan adalah ketersediaan

pangan dimana ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya

Pangan dari hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan

Nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat

memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan di tingkat provinsi

merupakan pangan yang berasal dari produksi daerah yang ada di

Page 11: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

3

lingkup Provinsi Banten. Ketersediaan pangan sangat tergantung oleh

kondisi wilayah, iklim dan keadaan sosial (perayaan hari besar

keagamaan). Hasil analisis ketersediaan pangan, diharapkan dapat

menjadi bahan masukan dalam penyusunan kebijakan ketersediaan

pangan dan sekaligus sebagai salah satu pertimbangan dalam memulai

suatu program aksi agar tepat sasaran. Terkhusus saat HBKN, yang

kebutuhan pangan semakin meningkat dan harus didukung oleh

ketersediaan pangan yang tercukupi di pasaran untuk memenuhi

konsumsi pangan masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah kegiatan ini yaitu:

1. Bagaimana gambaran situasi dan kondisi sumberdaya pangan

untuk penduduk Provinsi Banten tahun 2017?

2. Bagaimana jumlah ketersediaan pangan penduduk Provinsi Banten

tahun 2017 sebagai bentuk pemantauan terhadap penyediaan

pangan penduduk?

3. Bagaimana situasi keanekaragaman ketersediaan pangan

penduduk Provinsi Banten tahun 2017 sebagai bentuk

pemantauan terhadap penyediaan pangan penduduk?

4. Bagaimana kebijakan pengembangan penganekaragaman

penyediaan pangan yang dapat diimplementasikan di Provinsi

Banten Tahun 2018.

1.3. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk:

1. Menyusun Neraca Bahan Makanan (NBM).

2. Menganalisis jumlah ketersediaan pangan penduduk Provinsi

Banten tahun 2017 sebagai bentuk pemantauan terhadap

penyediaan pangan penduduk.

Page 12: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

4

3. Untuk mengetahui gambaran ketersediaan energi, protein dan

lemak per kapita berbagai jenis bahan makanan di Provinsi

Banten.

4. Menganalisis situasi keanekaragaman ketersediaan pangan

penduduk Provinsi Banten tahun 2017 sebagai bentuk

pemantauan terhadap penyediaan pangan penduduk.

5. Untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standart) pangan

untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk.

6. Merumuskan kebijakan pengembangan penyediaan pangan tahun

2018 untuk menjamin ketersediaan pangan.

1.4. Keterbatasan Studi

Studi ini memiliki keterbatasan karena kurangnya data

pendukung dalam menyusun NBM yang ideal. Data-data yang

berkaitan dengan stok pangan dan ekspor beberapa jenis bahan pangan

tidak tersedia sehingga digunakan pendekatan konsumsi pangan untuk

analisis NBM ini. Demikian pula dengan data impor pangan. Data impor

pangan yang dihitung pada NBM ini adalah dengan pendekatan jumlah

konsumsi perkapita perhari dari masyarakat Banten. Dari pendekatan

ini diketahui jumlah riil yang dikonsumsi oleh masyarakat Banten.

Data impor merupakan selisih antara bahan makanan yang dikonsumsi

dengan jumlah bahan makanan yang diproduksi oleh Provinsi sendiri.

Page 13: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

5

II. LANDASAN PERATURAN

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Pasal 12:

Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas

ketersediaan pangan di daerah dan pengembangan produksi

pangan lokal di daerah. Penyediaan pangan diwujudkan untuk

memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan bagi masyarakat,

rumah tangga dan perorangan secara berkelanjutan. Dalam

mewujudkan ketersediaan pangan melalui pengembangan pangan

lokal, pemerintah daerah menetapkan jenis dan sentra produksi

pangan lokalnya.

Perwujudan ketersediaan pangan melalui produksi pangan pokok

dilakukan dengan:

a. Mengembangkan produksi pangan yang bertumpu pada

sumberdaya, kelembagaan, dan budaya lokal.

b. Mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan.

c. Mengembangkan sarana, prasarana, dan teknologi untuk

produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan

penyimpanan pangan.

d. Membangun, merehabilitasi dan mengembangkan prasarana

produksi pangan

e. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif.

f. Membangun kawasan sentra produksi pangan.

Pasal 18

Pemerintah dan pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan

pangan berkewajiban :

a. Mengatur, mengembangkan dan mengalokasikan lahan

pertanian dan sumber daya air.

Page 14: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

6

b. Memberikan penyuluhan dan pendampingan.

c. Menghilangkan berbagai kebijakan yang berdampak pada

penurunan daya saing.

d. Melakukan pengalokasian anggaran.

Pasal 22

Ancaman produksi pangan merupakan kejadian yang dapat

menimbulkan kegagalan produksi pangan yang disebabkan oleh :

a. Perubahan iklim.

b. Serangan organisme pengganggu tumbuhan serta wabah

penyakit hewan dan ikan.

c. Bencana alam.

d. Bencana sosial.

e. Pencemaran lingkungan.

f. Degradasi sumber daya lahan dan air.

g. Kompetisi pemanfaatan sumber daya produksi pangan.

h. Alih fungsi penggunaan lahan.

i. Disinsentif ekonomi.

Dengan demikian, pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban

mengantisipasi dan menanggulangi ancaman produksi pangan

melalui bantuan teknologi dan regulasi.

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang.

5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Berkelanjutan.

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI

Page 15: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

7

Tahun 2004 Nomor 104, tambahan Lembaran Negara RI Nomor

4421)

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2016 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, tambahan

Lembaran Negara RI Nomor 4437): “Penyelenggaraan Ketahanan

Pangan di kabupaten/kota mencakup 4 urusan dan 9 sub urusan

yaitu (1) Penyelenggaraan pangan berdasarkan kedaulatan dan

kemadirian (urusan kabupaten/kota adalah penyediaan

infrastruktur dan seluruh pendukung kemandirian pangan pada

berbagai sector sesuai kewenangan daerah kabupaten/kota); (2)

Penyelenggaraan ketahanan pangan (urusankabupaten/kota adalah

a) penyediaan dan penyaluran pangan pokok atau pangan

lainnya sesuai kebutuhan daerah kabupaten/kota dalam rangka

stabilisasi pasokan dan harga pangan, b) pengelolaan cadangan

pangan kabupaten/kota, c) penentuan harga minimum daerah

untuk pangan lokal yang tidak ditetapkan oleh pemerintah pusat

dan pemerintah daerah provinsi, d) pelaksanaan pencapaian target

konsumsi pangan perkapita/tahun sesuai dengan angka

kecukupan gizi); (3) Penanganan kerawanan pangan (urusan

kabupaten/kota adalah a) penyusunan peta kerentanan dan

ketahanan pangan kecamatan, b) penanganan kerawanan pangan

kabupaten/kota, c) pengadaan, pengelolaan dan penyaluran

cadangan pangan pada kerawanan pangan yang mencakup dalam

daerah kabupaten/kota); (4) Keamanan pangan (urusan

kabupaten/kota adalah pelaksanaan pengawasan keamanan

pangan segar)”.

8. Undang-Undang No 6 Tahun 2016 tentang Desa Pasal 8 Ayat 3 (e)

yang menyatakan bahwa desa memiliki potensi yang meliputi

sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya

ekonomi pendukung

Page 16: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

8

9. PP No.17 Tahun 2016 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi:

“Bupati/walikota menetapkan jumlah dan jenis pangan pokok

tertentu sebagai cadangan pangan pemerintah kabupaten/kota

dilakukan dengan mempertimbangkan produksi pangan pokok

tertentu di wilayah, kebutuhan untuk penanggulangan keadaan

darurat dan kejadian kerawanan pangan “.

10. PP No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan

Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan

Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada

Masyarakat.

11. Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

12. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah

13. Peraturan Presiden No 83 Tahun 2006 tentang Dewan

Ketahanan Pangan

Dewan kabupaten/kota mempunyai tugas membantu

Bupati/Walikota dalam:

a. Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan

ketahanan pangan kabupaten/kota dengan memperhatikan

kebijakan yang ditetapkan oleh Dewan dan Dewan Provinsi;

b. Merumuskan kebijakan dalam rangka mendorong

keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan ketahanan

pangan;

c. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian perwujudan

ketahanan pangan kabupaten/kota.

Tugas Dewan kabupaten/kota meliputi penyediaan pangan,

distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan,

pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi.

Page 17: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

9

14. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2016 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2016-

2019 : “Arah pembangunan pangan dan gizi adalah meningkatkan

ketahanan pangan dan status kesehatan dan gizi masyarakat”.

15. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan Pangan:

Pasal 2

(1) Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaraan

Pangan terdiri atas: ketersediaan pangan; keterjangkauan

pangan; pemanfaatan pangan;dan penanganan kerawanan

pangan.

(2) Ketersediaan Pangan dilaksanakan melalui:

a. optimalisasi produksi pangan pokok;

b. pengembangan pangan lokal;

c. penguatan cadangan pangan pemerintah daerah;dan

d. cadangan pangan masyarakat.

Pasal 3

Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kebijakan ketersediaan

pangan dilakukan dengan strategi:

a. Mengembangkan produksi pangan yang bertumpu pada sumber

daya, kelembagaan dan budaya lokal;

b. Mengembangankan efisiensi sistem usaha pangan;

c. Mengembangkan sarana prasarana dan teknologi untuk

memproduksi pangan, penanganan pasca panen, pengolahan

dan penyimpanan pangan;

d. Membangun, merehabilitasi dan mengembangkan prasarana

produksi pangan yang meliputi sumberdaya lahan, sumberdaya

air, jalan ekonomi sentra produksi, listrik dan telekomunikasi;

e. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produksi pangan;

dan/atau

Page 18: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

10

f. membangun sentra produksi pangan dan sentra pengolahan

pangan dengan sistem klaster.

Pasal 7

1) Ketersediaan Pangan di Daerah dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan dan konsumsi karbohidrat, protein, lemak, vitamin

dan mineral yang berasal dari Pangan bagi masyarakat, rumah

tangga dan perseorangan secara berkelanjutan.

2) Ketersediaan Pangan di Daerah terdiri atas:

a. pangan pokok beras; dan

b. pangan lokal.

3) Pangan lokal sebagaimana ditetapkan dengan keputusan

Gubernur.

Pasal 8

Pemerintah Daerah dalam menyediakan Pangan di Daerah

dilaksanakan sesuai dengan peringkat ketahanan pangan yang

bersumber dari karbohidrat; protein; lemak; serta vitamin dan

mineral;

Pasal 10

(1) Pemerintah Daerah mendorong ketersediaan lahan pangan

sebagai lahan pertanian berkelanjutan dengan memperhatikan

Rencana Tata Ruang dan Wilayah.

(2) Untuk menyediakan lahan pertanian berkelanjutan, Pemerintah

Daerah dapat melakukan pembelian lahan, sewa lahan,

membuka atau memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan

produktif, dan mempertahankan lahan pertanian sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penyediaan lahan pertanian berkelanjutan harus dilakukan

pengkajian atau telaahan oleh Perangkat Daerah terkait

dan/atau dapat dikerjasamakan dengan intansi dan/atau

lembaga terkait yang berkompeten dibidangnya.

Page 19: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

11

(4) Hasil pengkajian atau telahaan sebagai dasar pertimbangan

dalam pengalokasian anggaran pada Perangkat Daerah yang

ditunjuk oleh Gubernur.

(5) Hasil pembelian lahan pertanian menjadi aset Daerah.

(6) Pemanfaatan aset diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Gubernur, dengan mempedomani ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 20: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

12

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengertian dan Lingkup Ketahanan Pangan

“Ketahanan pangan ada ketika semua orang, setiap saat, memiliki

akses fisik dan ekonomi yang cukup aman dan bergizi makanan yang

memenuhi kebutuhan makanan dan preferensi makanan untuk aktif dan

sehat hidup" (World Food Summit, 1996). Dari definisi tersebut maka

aspek sosial ekonomi seseorang berpengaruh terhadap kemudahan

mendapatkan akses pangan untuk kebutuhan hidupnya.

Pemenuhan pangan merupakan hak mendasar manusia sebagai

makhluk hidup, mengingat apabila hak dasar ini tidak terpenuhi maka

akan berdampak pada kestabilan sosial manusia dalam

masyarakatnya. Maslow (1943) dengan “teori kebutuhan manusia

(Theory of Human Needs)” nya menempatkan pemenuhan hak dasar ini

sebagai bagian dari pemenuhan pada hirarkhi yang paling dasar dalam

kehidupan manusia.

Dimensi ketahanan pangan itu sendiri menurut FAO (2006).

Antara lain mencakup :

1. Ketersediaan Pangan: Ketersediaan pangan dalam jumlah yang

cukup dengan kualitas yang tepat, dipasok melalui produksi

dalam negeri atau impor (termasuk bantuan pangan).

2. Akses pangan: Akses oleh individu untuk sumber daya yang

memadai (hak) untuk mendapatkan pangan yang tepat untuk diet

bergizi.

3. Pemanfaatan pangan: Pemanfaatan melalui diet yang memadai, air

bersih, sanitasi dan perawatan kesehatan untuk mencapai

keadaan gizi sejahtera di mana semua kebutuhan fisiologis

terpenuhi.

Page 21: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

13

O U T P U T

Pemenuh-

an Hak Atas

Pangan

Sumber

Daya

Manusia

(SDM)

Berkuali-tas

Ketahanan

Nasional

4. Stabilitas: Ketahanan pangan aman, populasi, rumah tangga atau

individu harus memiliki akses pangan yang cukup setiap saat.

Berdasarkan UU No 18 tahun 2012 tentang Pangan,

mengamanatkan bahwa ketahanan pangan adalah “kondisi

terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat

untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”.

Definisi tersebut mencakup berbagai aspek yang saling berkaitan yaitu

produksi, ketersediaan, distribusi maupun konsumsi pangan yang

berdampak pada status gizi penduduk pada berbagai level mulai dari

individu, rumah tangga, wilayah dan nasional seperti terdapat pada

gambar 1.

Ketahanan pangan (pada tingkat wilayah, rumah tangga, individu)

merupakan sistem terintegrasi, yang terdiri atas subsistem

ketersediaan pangan, distribusi pangan dan konsumsi pangan.

NASIONAL,

PROVINSI,

KABUPATEN

RUMAH

TANGGA

INDIVIDU

KETERSE-

DIAAN

PANGAN

DISTRIBUSI

PANGAN

KONSUMSI

PANGAN

PENDAPAT-

AN &

AKSES

PANGAN

PENGELOLAA

N KONSUMSI

& POLA ASUH

KELUARGA

SANITASI &

KESEHATAN

KONSUMSI

SESUAI

KEBUTUHAN

GIZI

PEMANFA-

ATAN OLEH

TUBUH

S

T

A

T

U

S

INPUT

Kebijakan dan

Kinerja Sektor

Ekonomi, Sosial

dan Politk :

Ekonomi

Pertanian,

Perikanan,

Kehutanan

Prasarana/

Sarana

- Lahan/Pertanahan

- Sumberdaya Air/Irigasi

- Perhubungan/ transportasi

- Permodalan

Kesra

Gambar 1 Posisi ketersediaan pangan dalam sistem ketahanan pangan

Page 22: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

14

Terwujudnya ketahanan pangan individu merupakan sinergi dari

interaksi ketiga subsistem tersebut di tingkat wilayah dan rumah

tangga. Ketiga subsistem tersebut dipengaruhi oleh beragam input,

yaitu: (a) ekonomi terdiri dari kegiatan pertanian, kehutanan, energi

dan sumberdaya mineral, kelautan dan perikanan, perdagangan,

industri; (b) prasarana/sarana: mencakup lingkungan hidup, penataan

ruang, pertanahan, infrastruktur pertanian dan pedesaan,

ketransmigrasian, penanaman modal, koperasi dan usaha kecil

menengah, pemberdayaan masyarakat dan desa, ketenagakerjaan; (c)

kesejahteraan rakyat meliputi aspek kesehatan, kependudukan,

keluarga berencana, pendidikan; serta (d) stabilitas dan keamanan

nasional.

Subsistem ketersediaan pangan mencakup aspek produksi,

cadangan serta keseimbangan antara impor dan ekspor pangan.

Subsistem ini berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi

kebutuhan penduduk, baik dari sisi jumlah, kualitas, keragaman

maupun kemanan. Perkembangan ketersediaan pangan penduduk

merupakan salah satu indikator kinerja unit kerja ketahanan pangan.

Subsistem distribusi pangan yang efektif dan efisien sebagai

prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat

memperoleh pangan dan jumlah dan kualitas yang baik sepanjang

waktu. Subsistem ini mencakup aspek aksesibilitas secara fisik,

ekonomi maupun sosial atas pangan secara merata sepanjang waktu.

Akses pangan didefinisikan sebagai kemampuan rumah tangga untuk

secara periodik memenuhi sejumlah pangan yang cukup, melalui

berbagai sumber atau kombinasi cadangan pangan yang dimiliki, hasil

produksi pangan, pembelian/barter, pemberian, pinjaman dan bantuan

pangan.

Akses pangan secara fisik ditunjukkan oleh kemampuan

memperoleh pangan, infrastruktur dasar maupun kondisi sumberdaya

Page 23: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

15

alam dan lingkungan. Dengan demikian akses fisik lebih bersifat

kewilayahan dan dipengaruhi oleh ciri dan pengelolaan ekosistem.

Akses pangan secara ekonomi menyangkut keterjangkauan masyarakat

terhadap pangan yang ditunjukkan oleh harga, sumber mata

pencaharian dan pendapatan. Sumber mata pencaharian meliputi

kemampuan, aset dan aktivitas yang dapat menjadi sumber

pendapatan. Seringkali, sumber mata pencaharian sangat dipengaruhi

oleh kondisi maupun pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.

Akses pangan secara sosial antara lain dicerminkan oleh tingkat

pendidikan, bantuan sosial, kebiasaan makan, konflik

sosial/keamanan.

Aksesibilitas merupakan komponen penting dalam ketahanan

pangan rumah tangga. Akses menunjukkan jaminan bahwa setiap

rumah tangga dan individu mempunyai sumberdaya yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan pangan sesuai dengan norma gizi. Pemeliharaan

lingkungan hidup dimaksudkan untuk jaminan pangan di masa

datang. Pemeliharaan lingkungan berhubungan dengan akses terhadap

sumberdaya yaitu dalam hal kepemilikan sumberdaya untuk

memproduksi atau membeli pangan yang dibutuhkan. Oleh karena itu

masyarakat mempunyai kepentingan untuk melaksanakan konservasi

sumberdaya alam dalam rangka ketahanan pangannya.

Subsistem konsumsi pangan berfungsi mengarahkan agar pola

pemanfaatan pangan memenuhi kaidah mutu, keragaman dan

keseimbangan gizi, keamanan dan halal, serta efisiensi untuk

mencegah pemborosan. Subsistem ini menyangkut upaya peningkatan

pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mempunyai

pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik sehingga dapat

mengatur menu beragam, bergizi, seimbang secara optimal.

Page 24: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

16

3.2. Neraca Bahan Makanan (NBM)

Neraca Bahan Makanan (NBM) didefinisikan sebagai suatu tabel

yang terdiri atas kolom-kolom yang memuat berbagai informasi

tentang situasi dan kondisi penyediaan pangan bagi penduduk suatu

negara atau daerah dalam kurun waktu tertentu (Departemen

Pertanian 1993). Neraca ini terdiri atas 19 kolom yang terbagi menjadi

tiga kelompok penyajian yaitu

(1) Pengadaan atau penyediaan (supply);

(2) Penggunaan atau pemakaian (utilization); dan

(3) Ketersediaan per kapita.

Jumlah pengadaan harus sama dengan jumlah penggunaan.

Komponen pengadaan meliputi produksi (masukan dan keluaran),

perubahan stok, impor dan ekspor. Sedangkan komponen penggunaan

meliputi penggunaan untuk bibit, industri (makanan dan bukan

makanan), tercecer, dan bahan makanan yang tersedia untuk

dikonsumsi sebagai dasar dalam penghitungan ketersediaan bahan

makanan per kapita, ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita

per hari (Badan Bimas Ketahanan Pangan-Departemen Pertanian

2005).

Dengan demikian dari Tabel NBM dapat dilihat kemandirian

pangan maupun kestabilan sumberdaya pangan suatu wilayah.

Kemandirian pangan dapat diartikan sebagai berikut : (1)

ketergantungan ketersediaan pangan wilayah pada produksi pangan

(“seberapa besar produksi pangan/komoditas tertentu menyumbang

atau dapat memenuhi ketersediaan pangan wilayah”) = Self Sufficiency

Ratio (SSR)/Rasio Kecukupan, (2) ketergantungan ketersediaan pangan

nasional pada impor dan atau net impor (impor dikurangi ekspor) =

rasio impor dan atau net-impor terhadap ketersediaan pangan wilayah

maupun terhadap ketersediaan pangan siap konsumsi = Import

Page 25: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

17

Dependency Ratio (IDR), dan (3) ketergantungan ketersediaan pangan

terhadap transfer pangan dari pihak atau negara lain. Kestabilan

sumberdaya pangan suatu wilayah menunjukkan kestabilan ekosistem

wilayah dalam menyediakan pangan bagi penduduknya.

Tabel NBM terdiri atas 19 kolom yaitu 1) Jenis Bahan Makanan;

2) Produksi (Masukan); 3) Produksi (Keluaran); 4) Perubahan Stok; 5)

Impor; 6) Penyediaan Dalam Negeri Sebelum Ekspor; 7) Ekspor; 8)

Penyediaan Dalam Negeri; 9) Pakan; 10) Bibit/ Benih; 11) Diolah

untuk Makanan; 12) Diolah untuk Bukan Makanan; 13) Tercecer; 14

s/d 16) Jumlah Bahan Makanan yang Tersedia untuk Konsumsi

Penduduk yaitu 14) dalam satuan ton/tahun; 15) dalam satuan

kg/kap/tahun; dan 16) dalam satuan gr/kap/hari; 17) s/d 19) Jumlah

energi dan Zat Gizi yang Tersedia untuk Konsumsi Penduduk: 17)

Energi dengan satuan Kal/kap/hari; 18) Protein dengan satuan

gr/kap/hari; 19) Lemak dengan satuan gr/kap/hari.

Gambar 2. Kolom NBM

Page 26: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

18

Secara matematis, ketersediaan pangan untuk dikonsumsi

(ton/th - kolom 14) diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan : (TD = ketersediaan pangan untuk dikonsumsi

penduduk; O = Produksi masukan/ keluaran; St = Perubahan

stok; M = Impor; X = Ekspor; F = Pakan; S = Bibit; I = Industri

(makanan dan bukan makanan); W = Tercecer

Berikut ini uraian setiap kolom yang terdapat dalam NBM:

Kolom (1) Jenis Bahan Makanan

Bahan makanan yang dicantumkan dalam kolom ini adalah semua

jenis bahan makanan baik nabati maupun hewani yang

lazim/umum tersedia untuk dikonsumsi oleh masyarakat, dan

dikelompokkan menurut jenisnya yang diikuti prosesnya dari

produksi sampai dengan dapat dipasarkan/dikonsumsi dalam

bentuk belum berubah atau bentuk lain yang berbeda sama sekali

setelah melalui proses pengolahan. Pengelompokan bahan pangan

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Padi-padian, terdiri atas : gandum beserta produksi turunannya

(tepung terigu), gabah (gabah kering giling) beserta produksi

turunannya beras, jagung (pipilan) dan jagung basah.

2. Makanan berpati, adalah bahan makanan yang mengandung

pati yang berasal dari akar umbi dan lain-lain bagian tanaman

yang merupakan bahan makanan pokok lainnya. Kelompok ini

terdiri atas ubi jalar, ubi kayu beserta produksi turunannya yaitu

gaplek dan tapioka, tepung sagu yang merupkan produk turunan

dari sagu.

TD = O – St + M – X – (F + S + I + W)

Page 27: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

19

3. Gula, terdiri atas : gula pasir dan gula merah (gula mangkok,

gula aren, gula semut, gula siwalan dan lain-lain), baik yang

merupakan hasil olahan pabrik maupun rumah tangga.

4. Buah/biji berminyak, adalah kelompok bahan makanan yang

mengandung minyak, yang berasal dari buah dan biji-bijian.

Terdiri atas : kacang tanah berkulit beserta produksi turunannya

kacang tanah lepas kulit; kedelai, kacang hijau; kelapa daging

(produksi turunan dari kelapa berkulit) dan kopra (turunan dari

kelapa daging). Kopra selanjutnya dijadikan minyak goreng,

sehingga produk turunannya tercantum dalam kelompok minyak

dan lemak.

5. Buah-buahan, adalah sumber vitamin dan mineral dari bagian

tanaman yang berupa buah. Ummnya merupakan produksi

tanaman tahunan yang dapat dikonsumsi tanpa dimasak.

Kelompok ini terdiri atas alpokat, jeruk, duku, durian, jambu,

mangga, nans, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo dan

lainnya.

6. Sayur-sayuran, adalah sumber vitamin dan mineral yang

dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga,

buah, batang atau umbi. Tanaman tersebut pada umumnya

berumur kurang dari satu tahun. Kelompok ini terdiri atas

bawang merah, ketimun, kacang merah, kacang panjang,

kentang, kubis, tomat, wortel, cabe, terong, petsai/wasi, bawang

daun, kangkung, lobak, labu siam, buncis, bayam, bawang putih

dan lainnya.

7. Daging, adalah bagian-bagian dari hewan yang disembelih atau

dibunuh dan lazim dimakan manusia, kecuali yang telah

diawetkan dengan cara lain selain pendinginan. Kelompok ini

terdiri atas daging sapi, daging kerbau, daging kambing, daging

domba, daging kuda/lainnya, daging babi, daging ayam buras,

daging ayam ras, daging itik dan jeroan semua jenis.

Page 28: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

20

8. Telur, adalah telur ayam buras, telur ayam ras, dan telur itik.

9. Susu, adalah cairan yang diperoleh dari ambing ternak perah

sehat, dengan cara pemerahan yang benar, terus-menerus dan

tidak dikurangi sesuatu dan/atau ditambahkan ke dalamnya

sesuatu bahan lain. Kelompok ini terdiri atas susu sapi

termasuk susu olahan impor yang disetarakan susu segar.

10. Ikan, adalah komoditas yang berupa binatang air dan biota

perairan lainnya. Komoditas ikan adalah yang berasal dari

kegiatan penangkapan di laut maupun di perairan umum

(waduk, sungai dan rawa) dan hasil dari kegiatan budidaya

(tambak, kolam, keramba dan sawah) yang dapat diolah menjadi

bahan makanan yang lazim/umum dikonsumsi masyarakat.

Pada awal penyusunan NBM hanya meliputi jenis ikan darat dan

ikan laut, namun sekarang berkembang menjadi 17 jenis ikan,

yaitu :

a. Tuna/Cakalang/Tongkol (Tunas/skipjack/littlle tuna)

b. Kakap (Giant sea pearch)

c. Cucut (Shark)

d. Bawal (Pomfret)

e. Teri (Anchovies)

f. Lemuru (Indian oil sardinella)

g. Kembung (Indian mackerels)

h. Tenggiri (King mackerels

i. Bandeng (Milk fish)

j. Belanak (Mullets)

k. Mujair (Mozambigue tilapia)

l. Ikan Mas (Commonp carp)

m. Udang (Shrimp)

n. Rajungan dan Kepiting (Swimming and mud crab)

o. Kerang darah (Blood cookies)

p. Cumi-cumi dan sotong (Squids and cuttle fishes)

Page 29: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

21

q. Rumput Laut (Sea weeds)

r. Lainnya (Others)

11. Minyak dan Lemak, adalah bahan makanan yang berasal dari

nabati, seperti minyak kelapa, minyak sawit, minyak kacang

tanah. Lemak umumnya berasal dari hewani, seperti lemak sapi,

lemak kerbau, lemak kambing/domba, lemak babi.

Kolom (2) dan (3) Produksi

Produksi adalah jumlah keseluruhan hasil masing-masing bahan

makanan yang dihasilkan dari sektor pertanian (Tanaman Pangan,

Peternakan, Perikanan, dan Perkebunan), yang belum mengalami

proses pengolahan maupun yang sudah mengalami proses pengolahan.

Produksi dibedakan menjadi 2 kategori yaitu :

a. Kolom (2) : Masukan (Input)

Masukan adalah produksi yang masih dalam bentuk asli

maupun dalam bentuk hasil olahan yang akan mengalami proses

pengolahan lebih lanjut. Sebagai contoh, pada komoditas ternak

masukan (input) berupa karkas.

b. Kolom (3) : Keluaran (Output)

Keluaran adalah produksi dari hasil keseluruhan atau sebagai

hasil turunan yang diperoleh dari kegiatan berproduksi; atau

hasil utama yang langsung diperoleh dari kegiatan berproduksi

yang belum mengalami perubahan. Besarnya output sebagai

hasil dari input sangat tergantung pada besarnya derajat

ekstraksi dan faktor konversi (lihat Lampiran 1a, 1b). Sebagai

contoh, keluaran (ouput) pada komoditas ternak adalah berupa

daging.

Produksi komoditas tanaman pangan mencakup hasil seluruh

panen (tua/muda), baik yang berasal dari lahan sawah maupun

lahan kering serta lahan lama atau baru. Produksi turunannya

Page 30: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

22

diperoleh dengan menggunakan faktor konversi dan tingkat

ekstraksi dari komoditas yang bersangkutan.

Produksi komoditas hortikultura berada dalam bentuk segar yang

mencakup hasil seluruh panen, baik yang dipanen sekaligus

maupun yang dipanen berkali-kali, sehingga pengisiannya langsung

dimasukkan ke kolom 3 (keluaran) kecuali untuk bawang merah

dan bawang putih pengisiannya dimulai dari kolom (2). Komoditas

ini tidak dapat langsung dikonsumsi dalam bentuk segar (kering

panen) sehingga harus melewati proses pengeringan menjadi kering

konsumsi.

Produksi komoditas peternakan, yaitu daging dihitung dari jumlah

pemotongan resmi (RPH) ditambah perkiraan pemotongan tak resmi.

Produksi daging (masukan) dinyatakan dalam bentuk karkas dari

semua jenis ternak, (keluaran) dalam bentuk daging murni. Jeroan

dihitung dari total persentasi berat karkas masing-masing jenis,

langsung dimasukkan ke kolom (3).

Produksi telur dihitung dari seluruh hasil, baik yang dihasilkan

oleh perusahan peternakan maupun peternakan rakyat dan

langsung dimasukkan ke kolom (3).

Produksi susu dihitung dari populasi ternak betina produktif

yang laktasi dikalikan rata-rata produksi per ekor per tahun.

Produksi perikanan merupakan semua hasil penangkapan

ikan/binatang air lainnya yang ditangkap dari sumber perikanan

alami atau dari tempat pemeliharaan baik yang diusahakan oleh

perusahaan perikanan maupun rumahtangga perikanan yang

meliputi hasil penangkapan yang dijual, hasil penangkapan yang

dimakan nelayan/petani ikan/rumahtangga perikanan atau yang

diberikan kerpada nelayan/petani ikan sebagi upah.

Page 31: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

23

Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di

perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat

atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal

untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,

menangani, mengolah dan atau mengawetkannya.

Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara,

membesarkan dan/atau membiakkan ikan serta memanen

hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan

yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,

meyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau

mengawetkannya.

Produksi minyak nabati didasarkan pada jumlah yang diolah

untuk makanan, kecuali minyak sawit merupakan produksi asli.

Produksi untuk lemak hewani didasarkan pada persentase berat

karkas masing-masing jenis daging, langsung dimasukkan ke kolom

(3).

Kolom (4) Stok dan Perubahan Stok

Stok adalah sejumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh

Pemerintah atau Swasta yang dimaksudkan sebagai cadangan dan

akan digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan. Data stok yang

digunakan adalah data stok awal dan akhir tahun.

Perubahan Stok adalah selisih antara stok akhir tahun dengan stok

awal tahun. Perubahan stok ini hasilnya bisa negatif (-) dan bisa

positif (+).

• Negatif (-) berarti ada penurunan stok akibat pelepasan stok ke

pasar sehingga komoditas yang beredar di pasar bertambah.

Page 32: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

24

• Positif (+) berarti ada peningkatan stok yang berasal dari

komoditas yang beredar di pasar sehingga komoditas yang

beredar di pasar menjadi menurun.

Kolom (5) Impor

Impor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun

yang sudah mengalami pengolahan, yang didatangkan/dimasukkan

dari luar negeri ke dalam wilayah RI, dengan tujuan untuk

diperdagangkan, diedarkan, atau disimpan. Untuk penghitungan

NBM Provinsi/Kabupaten/Kota, yang termasuk impor adalah :

a. Bahan makanan yang didatangkan/dimasukkan dari luar

wilayah RI langsung ke dalam wilayah daerah yang bersangkutan

b. Bahan makanan yang didatangkan/dimasukkan dari wilayah

daerah administratif lain ke dalam wilayah daerah administratif

yang bersangkutan (perdagangan antar pulau atau antar

Provinsi).

Kolom (6) Penyediaan Dalam Negeri Sebelum Ekspor

Penyediaan dalam negeri sebelum ekspor adalah sejumlah bahan

makanan yang berasal dari produksi (keluaran) dikurangi

perubahan stok ditambah impor.

Kolom (7) Ekspor

Ekspor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun

yang sudah mengalami pengolahan, yang dikeluarkan dari wilayah

RI ke luar negeri, dengan tujuan untuk diperdagangkan, diedarkan,

atau disimpan.

Untuk penghitungan NBM Provinsi/Kabupaten/Kota yang

termasuk ekspor adalah:

a. Bahan makanan yang dikeluarkan dari suatu wilayah daerah

administratif, langsung ke luar wilayah negara RI

Page 33: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

25

b. Bahan makanan yang dikeluarkan dari suatu wilayah daerah

administratif lain (perdagangan antar pulau atau antar Provinsi)

Kolom (8) Penyediaan Dalam Negeri

Penyediaan dalam negeri adalah sejumlah bahan makanan yang

berasal dari produksi (keluaran) dikurangi perubahan stok

ditambah impor dikurangi ekspor.

Kolom (9 - 13) Pemakaian Dalam Negeri

Pemakaian dalam negeri adalah sejumlah bahan makanan yang

digunakan di dalam negeri/daerah untuk pakan, bibit/benih, diolah

untuk industri makanan dan bukan makanan, yang tercecer, dan

yang tersedia untuk dikonsumsi.

Kolom (9) : Pakan

Pakan adalah sejumlah bahan makanan yang langsung diberikan

kepada ternak peliharaan baik ternak besar, ternak kecil, unggas,

maupun ikan.

Kolom (10) : Bibit/Benih

Bibit/benih adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan

untuk keperluan reproduksi

Kolom (11) : Diolah untuk Makanan

Diolah untuk makanan adalah sejumlah bahan makanan yang

masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut melalui industri

makanan dan hasilnya dimanfaatkan untuk makanan manusia

dalam bentuk lain.

Kolom (12) : Diolah untuk Bukan Makanan

Diolah untuk bukan makanan adalah sejumlah bahan makanan

yang masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut dan

Page 34: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

26

dimanfaatkan untuk kebutuhan industri bukan untuk makanan

manusia, termasuk untuk industri pakan ternak/ikan.

Kolom (13) : Tercecer

Tercecer adalah sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak,

sehingga tidak dapat dimakan oleh manusia, yang terjadi secara

tidak disengaja sejak bahan makanan tersebut diproduksi hingga

tersedia untuk konsumen.

Kolom (14) Bahan Makanan

Bahan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia

untuk dikonsumsi oleh penduduk suatu Negara atau daerah, pada

tingkat pedagang pengecer dalam suatu kurun waktu tertentu.

Kolom (15 - 19) Ketersediaan Per Kapita

Ketersediaan per kapita adalah sejumlah bahan makanan yang

tersedia untuk dikonsumsi setiap penduduk suatu negara/daerah

dalam suatu kurun waktu tertentu, baik dalam bentuk natura

(Kolom 15 : kg/kapita/tahun; kolom 16 : gram/kapita/hari)

maupun dalam bentuk unsur gizinya (kolom 17: - 19).

Untuk menghitung ketersediaan energi dan zat gizi (protein dan

lemak) setiap orang setiap hari digunakan Daftar Komposisi Bahan

makanan Unsur gizi utama tersebut adalah sebagai berikut :

Kolom (17) Energi.

Energi adalah sejumlah kalori hasil pembakaran karbohidrat,

lemak dan protein, yang berasal dari berbagai jenis bahan

makanan. Energi ini sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk

kegiatan tubuh seluruhnya.

Page 35: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

27

Kolom (18) Protein.

Protein adalah suatu persenyawaan yang mengandung unsur “N”,

yang sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan serta

penggantian jaringan-jaringan yang rusak/aus.

Kolom (19) Lemak.

Lemak adalah salah satu unsur zat makanan yang dibutuhkan

oleh tubuh sebagai tempat penyimpanan energi, protein, dan

vitamin.

3.3. Pola Pangan Harapan

Pola Pangan Harapan atau Desirable Dietary Pattern adalah

susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi

dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dari

suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan. FAO-RAPA (1989)

mendefinisikan PPH sebagai “komposisi kelompok pangan utama yang

bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi

lainnya”. Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan

yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai

kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah

maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima. Semakin

tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin beragam dan seimbang.

Dalam perhitungan/penentuan PPH, pangan dikelompokkan

menjadi sembilan yaitu (1) padi-padian (beras, jagung, terigu, dan hasil

olahannya); (2) umbi-umbian/pangan berpati (ubi kayu, ubi jalar,

kentang, talas, sagu, dan hasil olahannya); (3) pangan hewani (ikan,

daging, telur, susu, dan hasil olahannya; (4) minyak dan lemak (minyak

kelapa, minyak jagung, minyak goreng/kelapa sawit, dan margarin); (5)

buah dan biji berminyak (kelapa, kemiri, kenari, mete, coklat); (6)

kacang-kacangan (kedele, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah,

Page 36: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

28

kacang polong, kacang tunggak, dan kacang lainnya); (7) gula (gula

pasir, gula merah/mangkok, dan sirup); (8) sayuran dan buah (semua

jenis sayuran dan buah-buahan); dan (9) lainnya (FAO RAPA, 1989).

Bobot/Rating pada PPH ditentukan yaitu setiap kelompok pangan

utama (tiga kelompok pangan utama) diberikan skor maksimum yang

relatif sama, yaitu 33,3 bagi setiap kelompok pangan utama. Kelompok

pangan utama tersebut adalah (a) pangan sumber energi (serealia,

umbi-umbian, minyak dan lemak, buah/biji berminyak dan gula)

dengan kontribusi energi 74%; (b) pangan sumber protein (kacang-

kacangan dan pangan hewani) dengan kontribusi energi 17%; (c)

pangan sumber vitamin dan mineral (sayur dan buah) dengan

kontribusi energi 6%; dan pangan lainnya (aneka minuman dan

bumbu) dengan kontribusi energi 3%. Rating 0,5 diperoleh dari nilai

33.3 dibagi 74; rating 2.0 diperoleh dari nilai 33.3 dibagi 17; dan rating

5,0 diperoleh dari nilai 33.3 dibagi 6. Masing-masing hasil dibulatkan

untuk kembali mendapatkan total skor PPH = 100 (Hardinsyah, N.

Sinulingga, dan D. Martianto (2000). Pada Tabel 1 disajikan susunan

PPH Nasional dan jumlah serta komposisi konsumsi/ketersediaan

energi.

Tabel 1. Susunan PPH nasional dan jumlah ketersediaan/konsumsi

pangan

No. Kelompok

Pangan % AKE Bobot Skor

PPH

Energi (Kal/kap/hr)

Konsumsi Ketersediaan

1 Padi-padian 50 0.5 25.0 1.075 1.200

2 Umbi-umbian 6 0.5 2.5 129 144

3 Pangan hewani 12 2.0 24.0 258 288

4 Minyak dan

lemak 10 0.5 5.0 215 240

5 Buah/biji berminyak

3 0.5 1.0 64,5 72

6 Kacang-

kacangan 5 2.0 10.0 107,5 120

7 Gula 5 0.5 2.5 107,5 120

8 Sayur dan buah 6 5.0 30.0 129 144

9 Lainnya 3 0.0 0 64,5 72

Jumlah 100 2.150 2.400

Page 37: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

29

PPH berguna sebagai instrumen sederhana untuk menilai baik

situasi ketersediaan maupun situasi konsumsi pangan, berupa jumlah

dan komposisi pangan menurut kelompok pangan secara agregat.

Dengan pendekatan PPH, perencanaan ketersediaan dan konsumsi

pangan penduduk pada tahun mendatang diharapkan dapat mencapai

ideal, yaitu tidak hanya memenuhi kecukupan gizi (nutritional

adequancy), akan tetapi sekaligus juga mempertimbangkan

keseimbangan gizi (nutritional balance) yang didukung oleh cita rasa

(palatability), daya cerna (digestability), daya terima masyarakat

(acceptability), kuantitas dan kemampuan daya beli (affortability).

3.4. Peran Pemerintah dalam Ketahanan dan Kemandirian Pangan

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2016 tentang Pemerintah Daerah,

pangan termasuk dalam urusan wajib non pelayanan dasar. Adapun

urusan pemerintah terkait penyelenggaraan ketahanan pangan di

Kabupaten/Kota yang tercantum dalam lampiran UU No.23 Tahun

2016 yang terdiri dari 4 Sub Urusan / 9 sub sub urusan terdapat pada

Tabel 2:

Tabel 2. Sub urusan pemerintah daerah yang terdapat dalam lampiran UU No.23 Tahun 2016

No Sub Urusan Pemerintah

Pusat Provinsi Kabupaten/Kota

1 Penyelenggar

aan Pangan Berdasarkan

Kedaulatan Dan

Kemandirian

a. Penyusunan

strategi kedaulatan

pangan nasional.

b. Penyediaan

infrastruktur dan seluruh

pendukung kemandirian

pangan pada berbagai sektor sesuai

kewenangan Pemerintah

Pusat.

Penyediaan

infrastruktur dan seluruh

pendukung

kemandirian pangan pada

berbagai sektor sesuai

kewenangan Daerah

provinsi.

Penyediaan

infrastruktur dan seluruh

pendukung

kemandirian pangan pada

berbagai sektor sesuai

kewenangan Daerah

kabupaten/kota.

Page 38: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

30

No Sub Urusan Pemerintah

Pusat Provinsi Kabupaten/Kota

2 Penyelenggar

aan

Ketahanan

Pangan

a. Pengelolaan

stabilisasi pasokan dan harga pangan

pokok. b. Pengelolaan

cadangan pangan pokok

Pemerintah Pusat.

c. Penetapan

harga pangan Pemerintah

Pusat dari produsen.

d. Pengendalian dan pembatasan

ekspor impor pangan pokok.

e. Penetapan target

pencapaian konsumsi pangan

perkapita/tahun sesuai

dengan angka kecukupan gizi.

f. Penentuan kelebihan produksi

pangan untuk keperluan lain.

a. Penyediaan

dan penyaluran pangan pokok

atau pangan lainnya

sesuai dengan kebutuhan

Daerah provinsi dalam rangka

stabilisasi pasokan dan

harga pangan.

b. Pengelolaan cadangan pangan

provinsi dan menjaga

keseimbangan cadangan

pangan provinsi.

c. Penentuan

harga minimum

daerah untuk pangan lokal

yang tidak ditetapkan oleh

Pemerintah Pusat.

d. Promosi pencapaian

target konsumsi pangan

perkapita /tahun sesuai

dengan angka kecukupan

gizi melalui

a. Penyediaan

dan penyaluran pangan pokok

atau pangan lainnya sesuai

kebutuhan Daerah

kabupaten/kota dalam rangka

stabilisasi pasokan dan

harga pangan. b. Pengelolaan

cadangan pangan kabupaten/kot

a. c. Penentuan

harga minimum

daerah untuk pangan lokal yang tidak

ditetapkan oleh

Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah provinsi.

d. Pelaksanaan pencapaian

target konsumsi

pangan perkapita/tahun sesuai

dengan angka kecukupan

gizi.

Page 39: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

31

No Sub Urusan Pemerintah

Pusat Provinsi Kabupaten/Kota

media

provinsi.

3 Penanganan

Kerawanan

Pangan

a. Penetapan

status krisis pangan

nasional, provinsi dan

kabupaten/kota.

b. Penyusunan

peta kerentanan

dan ketahanan pangan

nasional. c. Penanganan

kerawanan

pangan nasional.

d. Pengadaan, pengelolaan

dan penyaluran cadangan pangan pada

kerawanan pangan yang

mencakup lebih dari 1

(satu) Daerah provinsi.

a. Penyusunan

peta kerentanan

dan ketahanan

pangan provinsi dan kabupaten/ko

ta b. Penanganan

kerawanan pangan

provinsi. c. Pengadaan,

pengelolaan,

dan penyaluran

cadangan pangan pada

kerawanan pangan yang mencakup

lebih dari 1 (satu) Daerah

kabupaten/kota dalam 1

(satu) Daerah provinsi.

a. Penyusunan

peta kerentanan

dan ketahanan pangan

kecamatan. b. Penanganan

kerawanan

pangan kabupaten/kot

a. c. Pengadaan,

pengelolaan dan penyaluran

cadangan pangan pada

kerawanan pangan yang

mencakup dalam Daerah kabupaten/kot

a

4 Keamanan

Pangan

Pelaksanaan pengawasan

keamanan pangan segar

distribusi lintas

negara dan

distribusi lintas

Daerah provinsi.

Pelaksanaan

pengawasan

keamanan pangan segar

distribusi lintas

Daerah

kabupaten/kota

.

Pelaksanaan pengawasan

keamanan

pangan segar.

Upaya pemerintah dalam pembangunan ketahanan pangan dan

kemandirian pangan adalah melalui pemberian penyuluhan ketahanan

Page 40: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

32

pangan, pemberdayaan ketahanan pangan, gerakan nasional

ketahanan pangan, BUMD pangan, serta lumbung pangan.

Untuk menyelenggarakan urusan pangan dibutuhkan lembaga

yang berfungsi sebagai integrator yaitu Dewan Ketahanan Pangan.

Selayaknya Dewan Ketahanan Pangan adalah sebuah keharusan yang

tidak dapat ditawar-tawar lagi. Spirit untuk mewujudkan ketahanan

pangan yang tangguh seharusnya tetap menggelora di setiap nurani

warga bangsa. Terkait persoalan pangan, bukan hanya tanggung jawab

pemerintah semata, tetapi jajaran dunia usaha dan masyarakat pun

memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk mencari solusi

cerdasnya.

Sebagai salah satu indikator, ketahanan pangan seharusnya

sudah mampu "merajut" aspek regulasi, aspek teknologi, aspek

kelembagaan, aspek nilai tambah ekonomi, aspek budaya lokal; melalui

sebuah kebijakan dan strategi yang utuh, komprehensif dan holistik.

Disinilah peran dan keberadaan Dewan Ketahanan Pangan menjadi

sangat penting. Dewan Ketahanan Pangan yang di masing-masing

tingkatan dipimpin langsung oleh para "integrator pembangunan",

sepatutnya mampu memberi kinerja yang maksimal dalam

mewujudkan kondisi ketahanan pangan yang kuat dan tangguh.

Dewan Ketahanan Pangan harus berani tampil dan menjadi "prime

mover" pembangunan ketahanan pangan. Dewan Ketahanan Pangan

dirancang untuk tidak menjadi sebuah aksesoris kelembagaan ad hok

semata. Namun sesuai dengan yang diamanatkan oleh Perpres

83/2006, dimana tersirat bahwa Dewan Ketahanan Pangan harus

mampu memberikan masukan tercerdasnya guna digunakan dalam

kebijakan-kebijakan yang dapat diterapkan lapangan.

Page 41: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

33

IV. METODOLOGI

4.1. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui analisis data sekunder potensi

pangan di Provinsi Banten. Tahap kegiatan meliputi: 1) Penelusuran

data sekunder melalui Focus Group Discussion; 2) Penyusunan NBM

dan analisis situasi ketersediaan pangan; 3) Penyusunan sasaran

produksi dan penyediaan pangan; serta 4) penyusunan laporan akhir.

4.2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data pengadaan pangan terdiri atas data produksi pangan yang

meliputi 11 kelompok pangan (padi-padian, makanan berpati, gula,

buah biji berminyak, buah-buahan, sayuran, daging, telur, susu, ikan,

serta minyak dan lemak), serta data perubahan stok, ekspor, dan impor

bahan pangan. Data penggunaan pangan terdiri atas data penggunaan

untuk bibit, pakan, diolah untuk industri (makanan dan bukan

makanan), tercecer dan digunakan untuk makanan. Selain itu,

diperlukan data penduduk baik jumlah maupun laju pertumbuhan

penduduk.

Penelusuran data dan informasi dilakukan di berbagai instansi

terkait seperti Dinas Pertanian dan Peternakan, Bulog, Dinas Kelautan

dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Perindustrian

dan Perdagangan serta Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten

dengan rincian pada tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Jenis dan sumber data pokok ketersediaan pangan

No Jenis Data Sumber

1 Data demografi meliputi

jumlah dan laju

pertumbuhan penduduk

Provinsi Banten tahun 2015

BPS Provinsi Banten

Page 42: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

34

No Jenis Data Sumber

2 Produksi padi dan palawija

Provinsi Banten tahun 2015

Dinas Pertanian dan Peternakan

Provinsi Banten

3 Produksi tanaman sayur dan

buah tahun 2015

Dinas Pertanian dan Peternakan

Provinsi Banten

4 Produksi ternak dan ikan

tahun 2015

Dinas Pertanian dan Peternakan,

Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Banten

5 Data SUSENAS tahun 2015 BPS Provinsi Banten

6 Cadangan Pangan tahun

2015

Perum Bulog

Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan melakukan

focus group discussion (FGD) dan copy dokumen dari dinas/instansi

terkait. Selain itu, dalam memudahkan tim bekerja maka dipersiapkan

instrumen dalam pengumpulan data pada Lampiran 1.

4.3. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Program

Aplikasi Analisis Ketersediaan Pangan Dalam Rangka Pencapaian

Standar Pelayanan Minimal (SPM) hasil pengembangan dari Aplikasi

Analisis Pola Pangan Harapan Neraca Bahan Makanan (Baliwati et. al

2005) oleh MWA Training & Consulting tahun 2015 yang disesuaikan

dengan penyusunan yang dilakukan oleh tim NBM Pusat Badan

Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Aplikasi ini digunakan

untuk menganalisis ketersediaan pangan wilayah, mengevaluasi

program ketahanan pangan terkait aspek ketersediaan yang telah

dilaksanakan, serta merencanakan program dan strategi dalam

penyediaan dan konsumsi pangan wilayah dalam rangka pencapaian

Page 43: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

35

ideal pada tahun 2021. Analisis dilakukan secara deskriptif

menggunakan Microsoft Excel.

Tahapan awal pengolahan data ketersediaan pangan adalah rekap

data pokok berupa data jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, data

pengadaan atau penyediaan pangan (produksi, impor, ekspor, dan

perubahan stok), data penggunaan pangan dan faktor konversi pangan.

Pada kajian ini dilakukan estimasi impor dan ekspor pangan.

Estimasi jumlah impor ekspor pangan diperoleh dari selisih antara data

konsumsi pangan dengan data produksi pangan. Data konsumsi

pangan yang digunakan adalah jumlah dan jenis pangan yang

dikonsumsi penduduk Provinsi Banten dalam satuan

(kg/kapita/minggu) pada data Survey Sosial Ekonomi Nasional

(SUSENAS). Data konsumsi tersebut dikonversi sebesar 110% untuk

diperoleh jumlah ketersediaan pangan penduduk. Jika selisih antara

pangan yang dikonsumsi dan diproduksi bernilai positif maka pangan

tersebut berasal dari impor dari wilayah lain. Namun, jika selisihnya

bernilai negatif maka ini menunjukkan bahwa nilai produksi lebih

besar dibandingkan dengan konsumsi. Hal ini dapat diestimasikan

sebagai ekspor. Jika tidak tersedia data produksi pangan, maka jumlah

konsumsi pangan tersebut merupakan satu-satunya sumber

pengadaan pangan yang berasal dari impor. Tahap berikutnya yaitu

proses entry data yang terkumpul ke dalam aplikasi.

Setelah itu, dapat dilakukan proses analisis ketersediaan pangan,

yaitu meliputi:

1) Analisis situasi ketersediaan pangan (angka kecukupan energi,

angka kecukupan protein, dan skor PPH) tahun 2016 serta

tingkat pencapaiannya terhadap standar ideal.

2) Evaluasi target pencapaian skor PPH sesuai tahun dasar 2016

Page 44: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

36

3) Penyusunan target pencapaian skor PPH, penyediaan dan

produksi pangan sesuai tahun dasar 2016

4.3.1 Analisis Situasi Ketersediaan Pangan

Analisis situasi ketersediaan pangan di Provinsi Banten dikaji dari

dua sisi, yaitu aspek kuantitas dan aspek kualitas pangan.

Analisis Kuantitas Ketersediaan Pangan. Indikator kecukupan

energi dan protein adalah TKE dan TKP. Nilai TKE adalah proporsi

ketersediaan energi aktual terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE)

yang dianjurkan. TKP adalah proporsi ketersediaan protein aktual

terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan. Widyakarya

Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2012 menganjurkan

konsumsi energi dan protein penduduk masing-masing adalah 2.400

kkal/kap/hari dan 63 gram/kap/hari.

Analisis Kualitas Ketersediaan Pangan. Kualitas ketersediaan

pangan dicerminkan oleh keanekaragaman ketersediaan pangan.

Penilaian keanekaragaman pangan dapat dilakukan dengan

pendekatan PPH. PPH merupakan jenis dan jumlah kelompok pangan

utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat

gizi. Pola pangan ini dapat digunakan untuk ukuran keseimbangan gizi

dari anekaragam pangan. Interpretasinya dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu : (1) Membandingkan skor PPH ketersediaan aktual dengan

skor yang diharapkan (PPH ideal = 100); dan (2) Membandingkan

komposisi ketersediaan energi (% AKE) aktual dengan komposisi energi

yang diharapkan (PPH) pada setiap kelompok pangan.

Secara lengkap tahapan untuk analisis situasi ketersediaan

pangan penduduk suatu wilayah pada tahun tertentu adalah:

Page 45: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

37

1) Membandingkan jumlah ketersediaan pangan aktual dengan

harapan (PPH) dan mendiskusikan kemungkinan penyebab dan

alternatif solusinya.

2) Membandingkan ketersediaan energi aktual dengan harapan (PPH)

pada setiap kelompok pangan dan mendiskusikan kemungkinan

penyebab dan alternatif solusinya.

3) Membandingkan komposisi ketersediaan energi (% AKE) dengan

komposisi energi harapan (PPH) setiap kelompok pangan dan

mendiskusikan kemungkinan penyebab dan alternatif solusinya.

4) Membandingkan skor PPH ketersediaan energi dengan skor yang

diharapkan.

5) Menganalisis tren skor PPH dan mendiskusikan kemungkinan

penyebab dan alternatif solusinya.

4.3.2. Analisis Perencanaan Penyediaan Pangan

Analisis ini pada dasarnya merupakan proses perencanaan pangan

untuk mencapai ideal. Proses perencanaan pangan ini terdiri dari

empat tahap yaitu (1) Perencanaan pencapaian skor PPH; (2)

Perencanaan ketersediaan pangan; (3) Perencanaan target produksi

pangan; dan (4) Penyusunan strategi dan langkah implementasi.

Perencanaan pencapaian Skor PPH. Perencanaan pangan

wilayah dengan menggunakan pendekatan PPH diawali dengan evaluasi

skor mutu pangan (skor PPH aktual) wilayah atau sama dengan cara

yang digunakan pada analisis kuantitas dan kualitas ketersediaan

pangan yang telah dijelaskan sebelumnya.

Apabila evaluasi terhadap skor mutu pangan wilayah sudah

dilakukan, maka pada tahap selanjutnya dilakukan penyusunan

sasaran skor mutu PPH yang akan dicapai yaitu 100 pada tahun

tertentu. Tahapan pertama dalam penyusunan sasaran skor PPH

adalah menentukan tahun yang menjadi proyeksi skor PPH 100.

Page 46: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

38

Penentuan tahun proyeksi ini menggunakan persamaan turunan dari

persamaan proyeksi PPH dengan prinsip interpolasi linier sebagai

berikut:

Keterangan:

Tx : Tahun yang dicari Ta : Tahun analisis yaitu tahun 2016

PPHa : PPH tahun analisis (PPH tahun 2016)

Tahapan berikutnya adalah menghitung skor PPH setiap

kelompok pangan dan skor PPH total berdasarkan proyeksi tahun n

yang telah ditentukan sebelumnya. Penghitungan dilakukan dengan

menggunakan persamaan berikut:

Keterangan:

PPHn : PPH yang dicari PPHa : PPH tahun analisis (PPH tahun 2016)

Tn : Tahun yang PPH-nya dicari Ta : Tahun analisis yaitu tahun 2016

Tx : Tahun dengan PPH 100

Setelah dilakukan penghitungan ini, didapatkan proyeksi nilai PPH

dari tahun awal analisis yaitu tahun 2016 hingga Tx atau tahun yang

diproyeksikan memiliki PPH 100.

Perencanaan Ketersediaan Pangan. Apabila sasaran skor mutu

telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melakukan proyeksi

ketersediaan pangan wilayah dengan mengacu pada sasaran skor mutu

tersebut. Prinsip dasarnya adalah dengan mentransfer atau

mengkonversi kontribusi energi (kkal) atau kuantitas setiap kelompok

pangan (gr) sesuai dengan target ke dalam bentuk komoditas pangan

mulai gr/kapita/hari; kg/kapita/tahun; maupun ton/tahun.

Page 47: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

39

Sasaran ketersediaan pangan ini dihitung menurut sasaran PPH

yang telah disusun sebelumnya. Prinsip dasarnya adalah dengan

mengkonversi kontribusi energi (kkal/kap/hari) sesuai dengan target

ke dalam bentuk komoditas pangan mulai g/kap/hr; kg/kap/thn;

maupun ton/thn. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan

persamaan:

Sasaran ketersediaan pangan A (kkal/kap/hr) = kontribusi E pangan A x sasaran capaian E

100

Sasaran ketersediaan pangan A (g/kap/hari) = Sasaran ktsedia pangan A (kkal/kap/hr) x 100

BDD x kandungan energi tiap gram pangan

Sasaran ketersediaan pangan A (ton/th) = Sasaran ktsedia pngan A (g/kap/hr) x 365 x ∑ pddk

1.000.000

Perencanaan produksi pangan adalah jumlah pangan yang harus

disediakan untuk memenuhi kebutuhan penyediaan pangan untuk

konsumsi dan non konsumsi (perubahan stok, ekspor, pakan, bibit,

tercecer, industri). Perencanaan ini dilakukan dengan memperhatikan

komposisi penyediaan pangan yang dihitung dalam satuan ton/tahun.

Target produksi = Faktor Konversi x Proyeksi Ketersediaan

Dengan perhitungan faktor konversi sebagai berikut :

Faktor konversi = Penyediaan / Bahan Makanan

Penyusunan Strategi dan Langkah Implementasi. Tahap ini

diawali dengan analisis kesenjangan (gap) antara ketersediaan pangan

aktual dengan ketersediaan pangan ideal pada setiap kelompok atau

jenis pangan. Keluaran dari langkah ini adalah kebijakan dan program

aksi pengembangan percepatan penganekaragaman ketersediaan

pangan tahun 2017-2021.

Page 48: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

40

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI BANTEN

5.1. Aspek Geografis Dan Demografis

Gambar 3. Peta Provinsi Banten

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang

Pembentukan Provinsi Banten, luas wilayah Provinsi Banten adalah 9

662,92 km2 yang terdiri dari 4 (empat) kabupaten, yaitu Serang,

Pandeglang, Lebak, Tangerang dan 2 (dua) Kota yaitu Tangerang dan

Cilegon. Sesuai dengan tuntutan dan perkembangan pembangunan,

Pemerintah Provinsi Banten melakukan pemekaran wilayah dengan

dibentuknya Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan, sehingga saat

ini jumlah kabupaten dan kota di Provinsi Banten menjadi 4 (empat)

kabupaten dan 4 (empat) kota.

Page 49: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

41

Secara geografis, letak Provinsi Banten berbatasan dengan:

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda;

Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi

Jawa Barat;

Sebelah Utara dengan Laut Jawa;

Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.

Tabel 4. Luas Daerah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

Kabupaten/

Kota

Ibukota Luas/

Area(km²)

Persentase

Terhadap Luas

Provinsi Banten (%)

(1) (2) (3) (4)

Kabupaten

1. Pandeglang Pandeglang 2 746,89 28,43

2. Lebak Rangkasbitung 3 426,56 35,46

3. Tangerang Tigaraksa 1 011,86 10,47

4. Serang Ciruas 1 734,28 17,95

Kota

5. Tangerang Tangerang 153,93 1,59

6. Cilegon Purwakarta 175,50 1,82

7. Serang Serang 266,71 2,76

8. Tangerang

Selatan

Pamulang 147,19 1,52

Provinsi

Banten

Kota Serang 9 662,92 100,00

Sumber: Banten dalam Angka, BPS 2017

Data pada Tabel 4. menunjukkan bahwa Kabupaten Lebak

merupakan Kabupaten dengan wilayah terluas di provinsi Banten

sedangkan Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah paling kecil

di Provinsi Banten.

Page 50: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

42

Penyebaran penduduk Provinsi Banten di 8 kabupaten/kota

tidak tersebar merata. Hal ini disebabkan karena sebagian besar

penduduk lebih memilih tinggal di wilayah yang potensial secara

ekonomi dan memiliki fasilitas umum dan sosial yang lebih lengkap

dibandingkan wilayah lainnya yang masih tertinggal. Kota Serang

sebagai ibukota Provnsi Banten hanya mempunyai jumlah penduduk

sebanyak 655.004 jiwa, sementara jumlah penduduk terbesar berada di

Kabupaten Tangerang yaitu sebesar 3.477.495 jiwa. Kota Tangerang

merupakan wilayah yang paling padat penduduknya, dengan

kepadatan penduduk 13.602 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan

Kabupaten Lebak merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk

terkecil yaitu 373 jiwa per kilometer persegi (BPS, 2017).

Tabel 5. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Banten

Kabupaten/

Kota

Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan

Penduduk

2015 2016 2010-2016 2015-2016 (1) (3) (4) (5) (6)

Kabupaten/Regency

Pandeglang 1.194.911 1.200.512 0,58 0,47

Lebak 1.269.812 1.279.412 0,82 0,76

Tangerang 3.370.594 3.477.495 2,82 3,17

Serang 1.474.301 1.484.502 0,76 0,69

Kota/Municipality

Tangerang 2.047.105 2.093.706 2,09 2,28

Cilegon 412.106 418.705 1,52 1,60

Serang 643.205 655.004 1,72 1,83

Tangerang 1.543.209 1.593.812 3,28 2,92

BANTEN 11.955.243 12.203.148 1,88 2,07

Page 51: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

43

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Neraca Bahan Makanan Provinsi Banten Tahun 2017

Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah tabel yang terdiri atas

kolom-kolom yang memuat berbagai informasi tentang situasi dan

kondisi penyediaan pangan bagi penduduk suatu negara atau daerah

dalam kurun waktu tertentu. Neraca ini terbagi menjadi tiga kelompok

penyajian yaitu (1) Pengadaan atau penyediaan (supply); (2)

Penggunaan atau pemakaian (utilization); dan (3) Ketersediaan per

kapita.

Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten tahun 2017

disusun dengan menggunakan data produksi, cadangan pangan dan

konsumsi pangan tahun 2016 dari Dinas-dinas terkait. NBM dapat

digunakan untuk menggambarkan sumberdaya pangan yang dimiliki

Provinsi Banten untuk memenuhi kebutuhan pangan sebanyak

12.203.148 jiwa penduduk. Ketersediaan pangan di Provinsi Banten

berasal dari hasil produksi pangan, cadangan pangan, serta

pasokan/impor dari wilayah lain.

Tabel 6 menyajikan data produksi pangan di Provinsi Banten

tahun 2016. Produksi serealia didominasi oleh beras dengan produksi

GKG 2.188.996,5 ton. Produksi umbi-umbian terbanyak yaitu ubi kayu

dengan jumlah 74.163 ton. Buah-buahan yang diproduksi adalah buah

alpokat, mangga, pepaya, pisang, rambutan, sawo, belimbing,

nangka/cempedak, jambu biji, jeruk besar, jambu air dan lain-lain.

Buah yang diproduksi paling banyak adalah buah pisang sebanyak

137.811,7 ton. Sayur yang diproduksi adalah kangkung, bayam,

melinjo, petai, dan lain-lain. Sayur yang paling banyak diproduksi

adalah melinjo sebanyak 28.520 ton. Sumber protein hewani yang

diproduksi di Provinsi Banten mencakup hasil peternakan dan

perikanan. Ikan bandeng adalah jenis ikan yang paling banyak terdapat

di Banten dengan jumlah produksi sebanyak 10.637,65 ton. Adapun

Page 52: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

44

hasil peternakan paling tinggi produksinya adalah daging ayam ras

sejumlah 77.688,3 ton diikuti oleh produksi telur ayam ras sebanyak

45.981,2 ton.

Tabel 6. Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

No Jenis Pangan Jumlah Produksi (Ton)

2015 2016

Padi-Padian/Serealia

1 Gabah Kering Giling 2.188.996,55 2.358.202

2 Jagung 11.870,02 19.882

Makanan Berpati

6 Ubi Jalar 20.150 24.255

7 Ubi Kayu 74.163 90.629

Gula

12 Gula Merah 2.340,53 3.874,75

Buah/Biji Berminyak

13 Kacang Tanah Lepas Kulit 11.004 8.419

14 Kedelai 7.291 4.020

15 Kacang Hijau 541,89 432

16 Kelapa Berkulit 55.123 43.084

17 Kelapa Sawit 8.016 3.589

Buah-Buahan

19 Alpokat 771,3 6.888

20 Jeruk 844,3 658

21 Duku 4.932,4 44.294

22 Durian 48.545,7 6.889

23 Jambu 5.644,7 43.777

24 Mangga 35.291 26.613

25 Nenas 253,6 258

26 Pepaya 9.823,1 8.262

27 Pisang 137.811,7 162.853

28 Rambutan 35.636,7 173.666

29 Salak 2.171,2 14.053

30 Sawo 2.027,7 16.419

31 Semangka 1.114,4 12.002

32 Belimbing 1.217,7 12.182

33 Manggis 9.760,2 64.147

34 Nangka/Cempedak 8.694,5 59.426

35 Markisa 22 213

36 Sirsak 1.904,6 19.306

Page 53: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

45

No Jenis Pangan Jumlah Produksi (Ton)

2015 2016

37 Sukun 5.663,2 50.201

38 Apel 0 -

39 Anggur 0 -

40 Lainnya 1.229 2.860

Sayuran

41 Bawang Merah 686.70 701

42 Ketimun 13.861,40 16.400

43 Kacang Merah 52,80 -

44 Kacang Panjang 13.124,00 14.883

45 Kentang 0 -

46 Kol/Kubis 0 -

47 Tomat 1.051 1.679

48 Wortel 518 431

49 Cabe 11.260 12.903

50 Terung * 7.392

51 Petsai/Sawi 3.388 10.027

52 Bawang Daun 8.335 531

53 Kangkung 468 14.730

54 Lobak 0 -

55 Labu Siam 45 254

56 Buncis 76 217

57 Bayam 7.927 10.269

58 Bawang Putih 0 0

59 Kembang Kol 0,4 -

60 Jamur 7.328 17.971

61 Melinjo 28.520 34.875

62 Petai 8.793,6 6.093

63 Jengkol 4.685,8 4.322

64 Sayuran Lainnya 0 0

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Banten; Banten Dalam Angka 2017

Beberapa jenis bahan makanan mengalami peningkatan produksi

yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015

diantaranya Gabah kering giling, Ubi kayu, sebagian besar jenis buah-

buahan dan sayuran.

Page 54: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

46

Tabel 7. Hasil Produksi Produk Peternakan

Jenis Bahan Makanan

Produksi (Ton)

2015 2016

Daging

1 Daging Sapi 37.163,61 33.712

2 Daging Kerbau 6.900,3 3.339

3 Daging Kambing 3.498,6 2.298

4 Daging Domba 4.604,73 2.502

6 Daging Babi 2.148,91 1.895

7 Daging Ayam Buras 20.687,64 6.779

8 Daging Ayam Ras 77.688,3 92.003

9 Daging itik 2.227,42 7.557

Telur

11 Telur Ayam Buras 13.010,52 12.947

12 Telur Ayam Ras 45.981,2 58.447

13 Telur Itik 17.203,1 13.148 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Banten; Banten Dalam Angka 2017

Produksi peternakan pada tahun 2016 mengalami banyak

penurunan dibandingkan dengan produksi tahun 2015. Hanya daging

dan Telur ayam ras yang mengalami peningkatan.

Tabel 8. Hasil Produksi Produk Perikanan

Jenis Ikan Produksi (Ton)

2015 2016

1 Tuna/Cakalang/Tongkol 3.681,2 4.967.9

2 Kakap 903,1 815.4

3 Cucut 377,1 310.3

4 Bawal 265,6 255.8

5 Teri 6.474,5 4.002.8

6 Lemuru 0,5 16.6

7 Kembung 4.799,7 3.409.4

8 Tenggiri 2.013,6 1.811.9

9 Bandeng 10.637,65 11.022.2

10 Belanak 533,5 513.6

11 Mujair 3.305,2 1.233.2

12 Ikan Mas 4.207,56 3.327.8

13 Udang 2.934,2 4.519.7

14 Kepiting/Rajungan 6.386,5 3.684.8

15 Kekerangan 658,6 5.983.9

16 Cumi-Cumi/Sotong 10.049,8 6.353.5

Page 55: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

47

Jenis Ikan Produksi (Ton)

2015 2016

17 Lainnya 116.111,2 1.016.6

18 Kerapu - 1.054.7

19 Rumput laut - 65.882 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Banten

Sebagian besar produksi hasil perikanan mengalami penurunan.

Hanya jenis ikan Tuna Tongkol Cakalang, Bandeng dan kekerangan

yang mengalami peningkatan. Peningkatan nilai produksi kekerangan

disebabkan oleh data tahun 2015 hanya mencatat kerang jenis kerang

darah. Produksi perikanan juga ditambahkan dengan kerapu dan

rumput laut pada tahun 2016.

Selain data produksi, terdapat pula data pendukung yaitu

cadangan pangan yang bersumber dari Bulog. Data cadangan pangan

(beras) stok akhir tahun 2016 yaitu sebanyak 69.898.995 kg dengan

stok awal tahun sebanyak 56.253.530 kg.

Tabel 9. Jumlah Stok Bahan Pangan Provinsi Banten

WILAYAH KOMODITI

JUMLAH STOK (Kg)

Awal Tahun

(04 Januari 2016)

Akhir Tahun

(28 Desember 2016)

Subdivre Serang Beras 9.282.256 4.487.964

Subdivre Tangerang Beras 45.610.720 57.679.470

Subdivre Lebak Beras 1.360.554 7.731.561

TOTAL BERAS BANTEN 56.253.530 69.898.995

Subdivre Tangerang Jagung 0 3.323

Sumber : BULOG Divre DKI Jakarta dan Banten

6.2. Situasi Ketersediaan Pangan Provinsi Banten

Selanjutnya disusun NBM berdasarkan data produksi untuk

mengetahui daya dukung wilayah Provinsi Banten dalam menyediakan

pangan bagi penduduknya atau tingkat kemandirian pangan.

Page 56: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

48

Berdasarkan Tabel 10. diperoleh bahwa ketersediaan energi sebesar

2.502 kkal/kap/hari (104,3% AKE), hal ini menunjukkan bahwa

produksi pangan di Provinsi Banten dapat mencukupi kebutuhan

penduduk. Sumbangan energi terbesar berasal dari kelompok pangan

pangan hewani yaitu sebesar 53,7%. Produksi pangan mampu

menyediakan protein sebesar 88,1 gr/kap/hr (68,6% AKP). Hal itu

menunjukkan bahwa produksi pangan di Provinsi Banten hanya

mampu menyediakan 139,8% protein dari kebutuhan ideal. Tabel 10

juga menunjukkan bahwa skor PPH sebesar 64,7 artinya, pangan yang

diproduksi di Provinsi Banten belum beragam jenisnya.

Tabel 10. Situasi ketersediaan pangan berdasarkan potensi produksi

pangan di Provinsi Banten tahun 2017

No. Kelompok

Pangan

Gram/

kap/hari

Energi

(kkal) %AKE

Protein

(g/kap/hari) %AKP

Skor

PPH

1 Padi-padian 294.6 1068 44.5 26.2 41.6 22.2

2 Umbi-umbian 24.3 32 1.3 0.2 0.4 0.7

3 Pangan Hewani 740.2 1290 53.7 58.8 93.3 24.0

4

Minyak dan

Lemak 1.7 14 0.6 0.0 0.0 0.3

5 Buah/Biji Berminyak 3.2 6 0.3 0.1 0.1 0.1

6 Kacang-kacangan 2.6 11 0.5 0.8 1.2 0.9

7 Gula 0.9 3 0.1 0.0 0.0 0.1

8 Sayur dan Buah 192.5 79 3.3 2.0 3.2 16.4

9 Lain-lain 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0.0

Total 2,502 104,3 88,1 139.8 64,7

Keterangan : * Angka Kecukupan Energi Ideal = 2.400 kkal/kap/hari

* Angka Kecukupan Protein ideal = 63 g/kkap/hari

Produksi pangan yang berkontribusi besar terhadap ketersediaan

pangan di Provinsi Banten yaitu padi-padian, dan pangan hewani.

Beras adalah salah satu kelompok padi-padian yang utama diproduksi

di Banten. Jenis pangan lainnya adalah jagung. Namun, produksinya

belum mampu memenuhi kebutuhan sumber karbohidrat dari

kelompok padi-padian di Provinsi Banten. Kemampuan produksi padi-

Page 57: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

49

padian baru mencukupi 44,5% kecukupan energi dari angka ideal 50%

atau.

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 50%

kebutuhan pangan di Provinsi Banten berasal dari kelompok pangan

hewani terutama dari jenis rumput laut. Hal ini sesuai dengan

karakteristik letak geografis Provinsi Banten yaitu dikelilingi oleh

lautan dimana bagian utara, selatan dan barat berbatasan dengan

lautan sehingga Provinsi Banten memiliki hasil kekayaan laut yang

melimpah terutama untuk jenis rumput laut dan hasil perikanan laut

lainnya. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Kelautan dan

Perikanan, sebagian besar rumput laut yang dihasilkan digunakan

untuk bahan baku industri dan diekspor ke Wilayah DKI Jakarta,

hanya sekitar 20% yang diolah di Wilayah Provinsi Banten.

Dengan demikian, untuk mengetahui situasi ketersediaan

pangan di Provinsi Banten, tidak cukup hanya dengan menggunakan

data produksi saja. Diperlukan pula data ekspor impor (perdagangan)

pangan dan data cadangan pangan. Data perdagangan pangan belum

tersedia di Provinsi Banten sehingga untuk mengetahui jumlah pangan

yang keluar dan masuk digunakan estimasi dari data konsumsi

pangan. Data konsumsi pangan yang digunakan bersumber dari

Susenas Provinsi Banten tahun 2016. Pendekatan yang digunakan

yaitu pangan yang dikonsumsi penduduk namun tidak dapat

diproduksi secara mandiri, tentu diperoleh dari wilayah lain. Hal ini

berlaku sebaliknya, dimana jika konsumsi penduduk terhadap jenis

pangan tertentu lebih rendah dari produksinya, maka kelebihan

produksi (over supply) akan dijual ke wilayah lain.

Angka konsumsi pangan penduduk diketahui melalui analisis

Susenas Provinsi Banten tahun 2016. Situasi konsumsi pangan

Provinsi Banten tahun 2016 disajikan pada Tabel 11 berikut ini.

Berdasarkan tabel 11 diketahui konsumsi energi penduduk Provinsi

Page 58: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

50

Banten adalah sebesar 2.400 kkal/kap/hr (111,7% AKE), konsumsi

protein 68,9 g/kap/hari (121% AKP) dan skor PPH 85,7 dari skor

maksimal 100. Konsumsi tersebut tergolong tahan pangan karena

berada pada kisaran 90-110% AKE. Konsumsi pangan yang berlebih

adalah padi-padian dan minyak/lemak sedangkan konsumsi kelompok

pangan lainnya masih belum memenuhi standar ideal.

Tabel 11. Situasi Konsumsi Pangan Provinsi Banten Tahun 2016

No. Kelompok Pangan Energi

(kkal) %AKE

Protein

(g/kap/hari) %AKP

Skor

PPH

1 Padi-padian 1,496.6 69.6 34.1 59.8 25.0

2 Umbi-umbian 38.2 1.8 0.4 0.7 0.9

3 Pangan Hewani 249.9 11.6 22.4 39.3 23.2

4 Minyak dan Lemak 312.9 14.6 0.0 0.0 5.0

5

Buah/Biji

Berminyak 19.0 0.9 0.3 0.6 0.4

6 Kacang-kacangan 70.5 3.3 7.0 12.3 6.6

7 Gula 73.9 3.4 0.1 0.1 1.7

8 Sayur dan Buah 98.2 4.6 3.4 6.0 22.8

9 Lain-lain 41.4 1.9 1.2 2.2 0.0

Total 2,400.7 111.7 68.9 121.0 85.7

Acuan : AKE 2.150 kkal/kap/hari, AKP 57 g/kap/hari,

Diolah oleh Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten menggunakan

software Harmonisasi Justifikasi PPH

Estimasi ekspor-impor pangan dapat dihitung dengan

mengalikan angka konsumsi (gr/kap/hari) dengan 110% dan jumlah

penduduk. Angka tersebut kemudian dikurangi dengan data produksi,

jika selisihnya positif berarti pangan dipenuhi dari wilayah lain (impor).

Jika selisihnya negatif berarti pangan tersebut berlimpah produksinya

sehingga diekspor ke wilayah lain. Tabel 12 menunjukkan estimasi

ekspor impor pangan berdasarkan data SUSENAS Konsumsi Pangan.

Page 59: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

51

Berdasarkan Tabel 12 ditunjukkan bahwa bahan pangan yang

pemenuhannya antara lain melalui impor di Provinsi Banten yaitu

beras, terigu, ubi jalar, sagu, kentang, ikan, daging unggas, telur, susu,

minyak sawit (minyak goreng), kelapa, kacang kedelai, gula pasir, gula

merah, kemiri, sayuran dan buah-buahan. Adapun jenis pangan yang

produksinya lebih besar dari konsumsi (ekspor) yaitu jagung,

singkong, daging ruminansia, minyak kelapa dan kacang tanah

Page 60: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

52

Tabel 12.Estimasi Ekspor Impor Pangan Berdasarkan Data Konsumsi Tahun 2016 di Provinsi Banten

Jenis Bahan Makanan

Konsumsi

Pangan

(g/kap/hr)

Ketersediaan

110% dari

Konsumsi

(Ton/tahun)

Produksi

(Ton/tahun)

Estimasi

Impor*

(Ton/tahun)

Estimasi

Ekspor*

(Ton/tahun)

Beras 310.82 1.522.896 1.379.401 238888 -

Jagung 0.63 3.062 19.882 - 13118

Tepung terigu 111.75 547.544 0 549137 -

Ketela pohon /Singkong 18.41 90.192 90.629 3449 -

Ubi Jalar 6.94 33.981 24.255 14360 -

Sagu 0.30 1.450 0 1460 -

Kentang 11.52 56.447 0 60184 -

Umbi Lainnya 0.20 980 0 1114 -

Ikan 28.99 142.024 132.922 13495 -

Daging Ruminansia 6.90 33.807 43.846 - 8259

Daging Unggas 30.23 148.133 106.339 49590 -

Telur 23.39 114.604 84.542 32461 -

Susu 139.84 685.178 0 812785 -

Minyak Kelapa 0.26 1.272 4.046 - 2754

Page 61: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

53

Jenis Bahan Makanan

Konsumsi

Pangan

(g/kap/hr)

Ketersediaan

110% dari

Konsumsi

(Ton/tahun)

Produksi

(Ton/tahun)

Estimasi

Impor*

(Ton/tahun)

Estimasi

Ekspor*

(Ton/tahun)

Minyak Sawit 34.44 168.758 1.631 169784 -

Kelapa 1.70 8.323 43.084 - 23832

Kemiri 1.18 5.804 0 13426 -

Kacang Tanah 0.83 4.072 8.419 - 3710

Kacang Kedelai 23.34 114.355 4.020 116786 -

Gula Pasir 17.99 88.165 0 89038 -

Gula Merah 2.23 10.915 0 10915 -

Sayur 307.98 1.508.961 118.555 1430846 -

Buah 168.32 824.707 722.107 109502 -

Lanjutan Tabel 12.Estimasi Ekspor Impor Pangan Berdasarkan Data Konsumsi Tahun 2016 di Provinsi Banten

Page 62: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

54

Data estimasi ekspor- impor tersebut kemudian digunakan

untuk menyusun NBM Provinsi Banten. Tabel 13 menunjukkan

situasi ketersediaan pangan Provinsi Banten tahun 2017 yaitu

ketersediaan energi sebesar 2.903 kkal/kapita/hari (121%),

ketersediaan protein 87,3 gram/kapita/hari (138,6%) dan skor

PPH 94,7.

Tabel 13. Situasi ketersediaan pangan Provinsi Banten tahun

2017

No. Kelompok Pangan Gram/

kap/hari

Energi

(kkal)

%

AKE*

Protein

(g/kap/hari) %AKP*

Skor

PPH

1 Padi-padian 466.5 1656 69.0 41.6 66.1 25.0

2 Umbi-umbian 41.6 44 1.8 0.5 0.8 0.9

3 Pangan Hewani 399.5 522 21.8 30.8 48.8 24.0

4

Minyak dan

Lemak 39.1 352 14.7 0.0 0.0 5.0

5

Buah/Biji

Berminyak 2.4 5 0.2 0.0 0.1 0.1

6

Kacang-kacangan 26.7 102 4.3 10.6 16.9 8.5

7 Gula 22.2 81 3.4 0.0 0.0 1.7

8 Sayur dan Buah 452.1 141 5.9 3.7 5.9 29.4

9 Lain-lain 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0.0

Total 2,903 121.0 87,3 138,6 94,7

Acuan : AKE 2.400 kkal/kap/hari, AKP 63 g/kap/hari,

Ketersediaan kelompok pangan padi-padian, pangan hewani,

gula dan minyak lemak telah mencukupi sedangkan ketersediaan

kelompok pangan lainnya perlu ditingkatkan baik melalui

peningkatan produksi, jaminan pasokan pangan, maupun

manajemen penyediaan data pokok lintas SKPD lingkup

ketahanan pangan. Ketersediaan umbi-umbian perlu ditingkatkan

sebanyak 63,6%, ketersediaan buah/biji berminyak perlu

ditingkatkan sebanyak 90,4%, kacang-kacangan ditingkatkan

sebanyak 14,8%, serta ketersediaan sayur dan buah ditingkatkan

sebanyak 1,8%.

Berikut ini disajikan perkembangan situasi ketersediaan

pangan di Provinsi Banten. Ketersediaan energi dan protein pada

Page 63: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

55

tahun 2017 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu

2.688 kkal/kap/hari dan 87,1 gr/kap/hari menjadi 2.903

kkal/kap/hari dan 87,3 gr/kap/hari. Skor PPH ketersediaan

pangan pada tahun 2017 juga meningkat dari tahun 2016 yaitu

93,9 dari 94,7. Skor PPH diatas 90 menunjukkan pangan yang

tersedia sudah cukup beragam.

Page 64: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

56

Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

I . PADI-PADIAN /

CEREALS

1 . Padi gagang Kering Giling / - 2,358,202 0 0 2,358,202 0 2,358,202 - - - - -

Dry stalk paddy /unhusked rice

2 . Gabah Krg Giling / Beras 2,198,599 1,379,401 49,264 238,888 1,569,025 0 1,569,025 125.14 342.86 1,244.57 30.51 4.80

Unhusked rice / Rice

3 . Jagung / - 19,882 3,323 0 16,559 13,118 3,441 0.25 0.69 2.20 0.06 0.02

Maize

4 Jagung basah - 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Fresh Maize

5 . Gandum - 0 0 0 0 0 0 - - - - -

Wheat

6 . Tepung gandum - 0 0 549,137 549,137 0 549,137 44.87 122.93 409.35 11.06 1.23

Wheat Flour 1,656.12 41.63 6.05

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 65: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

57

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

II . MAKANAN BERPATI /

STARCHY FOOD

1 . Ubi Jalar / - 24,255 0 15,473 39,728 0 39,728 2.86 7.85 9.82 0.09 0.03

Sweet potatoes

2 . Ubi Kayu / - 90,629 0 3,449 94,078 0 94,078 7.39 20.25 26.51 0.17 0.05

Cassava

3 . Ubi kayu/Gaplek 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Cassava/Manioc

4 . Ubi kayu/Tapioka 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Cassava/Tapioca

5 . Sagu / Tepung Sagu 0 0 0 1,460 1,460 0 1,460 0.12 0.33 0.68 0.00 0.00

Sagopith / Sago flour 37.01 0.26 0.08

III . G U L A /

S U G A R

1 . Gula Pasir / - 0 0 89,038 89,038 0 89,038 7.22 19.79 72.05 0.00 0.00

Refined Sugar

2 . Gula merah - 0 0 10,915 10,915 0 10,915 0.89 2.45 9.07 0.03 0.09

Brown sugar 81.12 0.03 0.09

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 66: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

58

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

IV . BUAH/BIJI BERMINYAK /

PULSES NUT & OIL SEEDS

1 . Kacang Tanah Berkulit / - 14,770 0 0 14,770 0 14,770 - - - - -

Groundnuts in shell

2 . Kacang Tanah Lepas Kulit / 14,032 8,419 0 0 8,419 3,710 4,709 0.33 0.91 4.13 0.23 0.39

Groundnuts in shelled

3 . Kedelai / - 4,020 0 116,786 120,806 0 120,806 9.37 25.67 97.82 10.37 4.29

Soyabeans

4 . Kacang Hijau / - 432 0 0 432 0 432 0.03 0.09 0.30 0.02 0.00

Greenpeas

5 . Kelapa Berkulit / daging / 179,517 43,084 0 0 43,084 10,406 32,678 0.88 2.42 4.61 0.04 0.45

Coconut in husk /Coconut meat

6 . Kelapa Daging / Kopra 20,682 6,817 0 0 6,817 0 6,817 - - - - -

Coconut meat / Copra 106.86 10.67 5.13

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 67: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

59

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

V . BUAH-BUAHAN /

FRUITS

1 . Alpokat / - 6,888 - 0 6,888 0 6,888 0.56 1.53 0.80 0.01 0.06

Avocados

2 . Jeruk / - 658 - 0 658 0 658 0.05 0.14 0.04 0.00 0.00

Oranges

3 . D u k u / - 44,294 - 0 44,294 0 44,294 3.60 9.86 3.98 0.06 0.01

Lanzon

4 . Durian / - 6,889 - 0 6,889 0 6,889 0.51 1.39 0.41 0.01 0.01

Durians

5 . Jambu / - 43,777 - 0 43,777 0 43,777 3.56 9.75 3.93 0.07 0.02

Waterapples

6 . Mangga / - 26,613 - 0 26,613 0 26,613 2.03 5.56 2.02 0.02 0.01

Mangoes

7 . Nenas / - 258 - 0 258 0 258 0.02 0.05 0.01 0.00 0.00

Pineapples

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 68: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

60

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

8 . Pepaya / - 8,262 - 0 8,262 0 8,262 0.64 1.74 0.60 0.01 0.00

Papayas

9 . Pisang / - 162,853 - 0 162,853 0 162,853 12.72 34.84 25.00 0.27 0.08

Bananas

10 . Rambutan / - 173,666 - 0 173,666 0 173,666 14.12 38.67 10.67 0.14 0.02

Rambutans

11 . Salak / - 14,053 - 0 14,053 0 14,053 1.07 2.94 1.56 0.01 0.00

Zalaka edulis

12 . S a w o / - 16,419 - 0 16,419 0 16,419 1.33 3.66 2.79 0.02 0.03

Sapodila

13 . Semangka / - 12,002 - 0 12,002 0 12,002 0.98 2.67 0.34 0.01 0.00Watermelon

14 . Belimbing / - 12,182 - 0 12,182 0 12,182 0.99 2.71 0.84 0.01 0.01Starfruit

15 . Manggis / - 64,147 - 0 64,147 0 64,147 5.21 14.28 2.61 0.02 0.02

16 . Nangka / Cempedak - 59,426 - 0 59,426 0 59,426 4.83 13.23 3.93 0.04 0.01

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 69: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

61

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

17 . Markisa / - 213 - 0 213 0 213 0.02 0.05 0.04 0.00 0.00

18 . Sirsak / - 19,306 - 0 19,306 0 19,306 1.57 4.30 1.90 0.03 0.01

19 . Sukun / - 50,201 - 0 50,201 0 50,201 4.08 11.18 3.32 0.04 0.01

20 . Apel / - 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Apple

21 . Anggur / - 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Grape

22 . Lainnya / *) - 2,860 - 109,502 112,362 0 112,362 9.13 25.02 17.95 0.20 0.06

Others 82.75 0.96 0.37

*) Melon, Blewah, Stroberi

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 70: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

62

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

VI . SAYURAN /

VEGETABLES

1 . Bawang Merah / 701 453 - 0 453 0 453 0.03 0.09 0.03 0.00 0.00

Shallot

2 . Ketimun / - 16,400 - 0 16,400 0 16,400 1.30 3.56 0.16 0.00 0.00

Cucumber

3 . Kacang Merah / - 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Kidney Beans

4 . Kacang Panjang / - 14,883 - 0 14,883 - 14,883 1.18 3.24 0.89 0.09 0.01

Cow Peas

5 . Kentang / - 0 - 60,184 60,184 0 60,184 4.63 12.67 6.60 0.22 0.02

Potatoes

6 . Kol / Kubis / - 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Cabbage

7 . Tomat / - 1,679 - 0 1,679 0 1,679 0.12 0.34 0.08 0.00 0.00

Tomatoes

8 . Wortel / - 431 - 0 431 0 431 0.03 0.09 0.03 0.00 0.00

Carrots

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 71: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

63

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

VI . SAYURAN /

VEGETABLES

9 . C a b e / - 12,903 - 0 12,903 0 12,903 0.99 2.72 2.38 0.11 0.06

C h i l l i

10 . Terung / - 7,392 - 0 7,392 0 7,392 0.59 1.61 0.42 0.02 0.01

Eggplant

11 . Petsai / sawi / - 10,027 - 0 10,027 - 10,027 0.80 2.20 0.14 0.01 0.00

Cabbage / Mustard Greens

Chinese Radish

12 . Bawang Daun / - 531 - 0 531 0 531 0.04 0.12 0.02 0.00 0.00

Spring Onions

13 . Kangkung / - 14,730 - 0 14,730 0 14,730 1.17 3.20 0.54 0.07 0.01

Swampcabbage

14 . Lobak / - 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Radish

15 . Labu Siam / - 254 - 0 254 - 254 0.02 0.06 0.01 0.00 0.00

Pumpkin

16 . Buncis / - 217 - 0 217 0 217 0.02 0.05 0.01 0.00 0.00

Greenbeans

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 72: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

64

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

VI . SAYURAN /

VEGETABLES

17 . Bayam / - 10,269 - 0 10,269 0 10,269 0.81 2.23 0.25 0.01 0.01

Spinach

18 . Bawang Putih / 0 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Garlic

19 . Kembang Kol / - 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

20 . Jamur / - 17,971 - 0 17,971 0 17,971 1.43 3.93 5.03 0.63 0.04

Mushroom

21 . Melinjo / - 34,875 - 0 34,875 0 34,875 2.78 7.63 3.02 0.23 0.03

22 . Petai / - 6,093 - 0 6,093 0 6,093 0.49 1.33 0.25 0.04 0.19

23 . Jengkol / - 4,322 - 0 4,322 0 4,322 0.34 0.92 0.17 0.03 0.00

24 . Sayuran lainnya/ *) - 0 - 1,430,846 1,430,846 0 1,430,846 85.85 235.21 45.16 1.51 0.38

Others 65.20 2.98 0.77

*) Paprika

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 73: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

65

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

VII . D A G I N G /

M E A T

1 . Daging Sapi / 44,991 33,712 0 0 33,712 8,259 25,452 1.98 5.43 11.24 1.02 0.76

Beef Meat

2 . Daging Kerbau / 4,750 3,339 0 0 3,339 0 3,339 0.26 0.71 0.60 0.13 0.00

Buffalo Meat

3 . Daging Kambing / 3,388 2,298 0 0 2,298 0 2,298 0.18 0.49 0.75 0.08 0.05

Meat Goat

4 . Daging Domba / 3,659 2,602 0 0 2,602 0 2,602 0.20 0.55 1.14 0.09 0.08

Mutton Meat

5 . Daging Kuda / 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Horse Meat

6 . Daging Babi / 2,809 1,895 0 0 1,895 0 1,895 0.15 0.40 1.69 0.05 0.16

Pork Meat

7 . Daging Ayam Buras / 11,688 6,779 0 0 6,779 0 6,779 0.53 1.45 4.37 0.26 0.36

Local Chicken Meat

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 74: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

66

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

VII . D A G I N G /

M E A T

8 . Daging Ayam Ras / 158,626 92,003 0 49,590 141,593 0 141,593 11.02 30.20 91.20 5.50 7.55

Improved Chicken Meat

9 . Daging Itik / 12,595 7,557 0 0 7,557 0 7,557 0.59 1.61 5.25 0.26 0.46

Duck Meat

10 . Jeroan Semua Jenis / 0 32,769 0 0 32,769 0 32,769 2.69 7.36 9.34 1.16 0.47

Offal All Kind 125.59 8.55 9.90

VIII . T E L U R /

E G G S

1 . Telur Ayam Buras / - 12,947 0 0 12,947 0 12,947 0.75 2.07 3.56 0.23 0.28

Local Hen Eggs

2 . Telur Ayam Ras / - 58,447 0 32,461 90,908 0 90,908 7.30 19.99 27.40 2.21 1.92

Improved Hen Eggs

3 . Telur Itik / - 13,148 0 0 13,148 0 13,148 0.89 2.44 4.15 0.29 0.31

Duck Eggs 35.11 2.73 2.51

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 75: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

67

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

IX . S U S U /

M I L K

1 . Susu Sapi / - 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Cow Milk

2 . Susu impor / - - 0 812,785 812,785 0 812,785 66.60 182.48 111.31 5.84 6.39

Imported milk 111.31 5.84 6.39

XI IKAN /

FISH

1 . Tuna/Cakalng/Tongkol - 4,968 0 20,636 25,604 0 25,604 2.04 5.58 4.52 0.95 0.06

Tunas/Skipjade/Eastern little

2 . Kakap - 815 0 0 815 0 815 0.06 0.18 0.16 0.04 0.00

Giant seaperch

3 . Cucut - 310 0 0 310 0 310 0.02 0.07 0.04 0.01 0.00

Sharks

4 . Bawal - 256 0 0 256 0 256 0.02 0.06 0.04 0.01 0.00

Pomfret

5 . Teri - 4,003 0 4,352 8,355 0 8,355 0.66 1.82 1.35 0.19 0.03

Anchovies

6 . Lemuru - 17 0 0 17 0 17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Indianoil sardinela

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 76: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

68

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

XI IKAN /

FISH

7 . Kembung - 3,409 0 28,219 31,629 0 31,629 2.51 6.89 7.65 1.34 0.06

Indianmackerels

8 . Tenggiri - 1,812 0 0 1,812 0 1,812 0.14 0.40 0.27 0.05 0.01

Narrow bard king mackerels

9 . Bandeng - 11,022 0 20,499 31,522 0 31,522 2.51 6.86 8.86 1.37 0.33

Milk fish

10 . Belanak - 514 0 0 514 0 514 0.04 0.11 0.07 0.01 0.00

Multes

11 . Mujair - 1,233 0 12,987 14,220 0 14,220 1.13 3.10 2.76 0.58 0.03

Mozambique tilapia

12 . Ikan mas - 3,328 0 0 3,328 0 3,328 0.26 0.72 0.62 0.12 0.01

Common carp

13 Lele - 9,274 0 10,123 19,398 0 19,398 1.54 4.22 2.82 0.50 0.08

Cat fish

14 Patin - 79 0 0 79 0 79 0.30 0.82 0.66 0.12 0.01

Iridescent shark

15 Nila - 3,090 0 0 3,090 0 3,090 11.73 32.13 20.01 4.12 0.34

Nile tilapia

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 77: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

69

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

XI IKAN /

FISH

16 Kerapu - 1,055 0 0 1,055 0 1,055 4.00 10.97 6.94 1.46 0.07

Groper fish

17 Gurame - 296 0 0 296 0 296 1.12 3.06 2.55 0.51 0.08

Carp Fish

18 . Udang - 4,520 0 12,003 16,522 0 16,522 1.31 3.60 3.27 0.76 0.01

Crab/Swim crab

19 . Kepiting/Rajungan - 3,685 0 0 3,685 0 3,685 0.29 0.80 0.95 0.12 0.00

Crab/Swim crab

20 . Kerang darah - 5,984 0 0 5,984 0 5,984 0.48 1.30 0.90 0.19 0.01

Blood cockles

21 . Cumi-cumi/Sotong - 6,354 0 5,762 12,116 0 12,116 0.96 2.64 1.98 0.42 0.02

Common scids & Cutlle fishes

22 Rumput laut 65,882 0 0 65,882 52,705 13,176 21.43 58.71 183.59 0.77 0.71

Sea weeds

23 . Lainnya - 1,017 0 0 1,017 0 1,017 0.08 0.22 0.17 0.03 0.00

Others 132,922 52.66 144.27 250.18 13.64 1.85

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 78: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

70

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

X . MINYAK /

LEMAK

1 . Kacang Tanah / Minyak Goreng 401 208 0 0 208 0 208 0.02 0.05 0.42 0.00 0.05

Cooking Oil

2 . Kopra / Minyak Goreng 6,743 4,046 0 0 4,046 2,754 1,292 0.10 0.29 2.48 0.00 0.28

Cooking Oil

3 . Minyak Sawit - 2,547 0 0 2,547 0 2,547 - - - - -

Palm Oil

4 . Minyak Sawit / Minyak Goreng 2,389 1,631 0 169,784 171,415 0 171,415 13.83 37.89 341.75 0.00 37.89

Palm Oils / Cooking Oils 344.65 0.00 38.21

5 . Lemak sapi / 44,991 2,929 0 0 2,929 0 2,929 0.24 0.66 5.38 0.01 0.59

Cow Fats

6 . Lemak Kerbau / 4,750 309 0 0 309 0 309 0.02 0.07 0.55 0.00 0.06

Buffalo Fats

7 . Lemak Kambing / 3,388 261 0 0 261 0 261 0.02 0.06 0.47 0.00 0.05

Goat Fats

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 79: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

71

Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016

PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a

Penyediaan

Perubah- Propinsi Penyediaan

an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi

Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak

Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats

Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)

X . MINYAK /

LEMAK

8 . Lemak Domba / 3,659 238 0 0 238 0 238 0.02 0.05 0.43 0.00 0.05

Mutton fats

9 . Lemak Babi / 2,809 332 0 0 332 0 332 0.03 0.07 0.66 0.00 0.07

Pig Fats 7.49 0.01 0.82

352.14 0.02 39.04

Nabati/Vegetal 2,373.70 56.54 50.70

Hewani/Animal 529.68 30.77 21.47

Jumlah/Total 2,903.38 87.31 72.17

(1)

Produksi

Production

Jenis Bahan Makanan

Commodity

(Ton)

Ketersediaan untuk konsumsi per kapita

Per Capita Consumption Availability

Page 80: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

72

6.3. PPH Ketersediaan Pangan Provinsi Banten dalam

Perencanaan Penyediaan Pangan

Salah satu ciri terwujudnya ketahanan pangan adalah

terpenuhinya pangan yang cukup, beragam, bergizi, seimbang,

dan aman serta terjangkau bagi setiap warga. Pemenuhan pangan

tersebut hanya dapat tercapai apabila pangan tersedia dalam

jumlah yang memenuhi kebutuhan. Tujuan analisis PPH adalah

Untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standar) pangan

untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk, yang

mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutrition balance)

berdasarkan cita rasa (palatability), daya cerna (digestibility), daya

terima masyarakat (acceptability), kuantitas dan kemampuan daya

beli (affordability).

Capaian skor PPH diharapkan meningkat bertahap setiap

tahunnya dan ditargetkan dapat mencapai kondisi ideal pada

tahun 2021 dengan peningkatan sebesar 1,2 poin setiap

tahunnya. Skor PPH aktual Tahun 2016 sebesar 93,9 ditargetkan

meningkat pada tahun 2017 sebesar 95,1, pada tahun 2018

sebesar 96,3, pada tahun 2019 sebesar 97,5, pada tahun 2020

sebesar 98,8 dan pada tahun 2021 sebesar 100. Skor PPH

berdasarkan Neraca Bahan Makanan Tahun 2017 sebesar 94,7.

Angka ini menunjukkan terjadi peningkatan Pola Pangan Harapan

(PPH) Ketersediaan namun belum mencapai target.

Pencapaian PPH yang ideal perlu didukung oleh produksi

dan penyediaan pangan yang memenuhi norma standar untuk

hidup sehat. Menyusun perencanaan ketersediaan pangan dapat

didasarkan pada AKG-PPH yang menerjemahkan angka konsumsi

setiap penduduk menjadi komposisi dan jumlah ideal penyediaan

pangan wilayah. Perencanaan penyediaan pangan wilayah

mempertimbangkan Angka kecukupan gizi (Angka Kecukupan

Page 81: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

73

Energi/AKE), Keseimbangan gizi (mengacu pada PPH), Pola

konsumsi pangan setempat (Susenas terakhir), Potensi produksi

dan penyediaan pangan setempat. Tabel 15 menggambarkan

perhitungan kebutuhan pangan Provinsi Banten berdasarkan PPH.

Konsumsi beras penduduk Banten saat ini masih melebihi

standar kebutuhan berdasarkan AKG dan PPH sementara

konsumsi umbi-umbian masih kurang baik dari segi konsumsi

maupun produksi. Oleh karenanya pemerintah sampai saat ini

masih menggalakkan program diversifikasi pangan dengan fokus

program pada penurunan konsumsi beras dan peningkatan

konsumsi umbi. Program ini sebaiknya didukung oleh

peningkatan produksi dan ketersediaan umbi di Provinsi Banten

sehingga memudahkan masyarakat untuk mendapatkan umbi.

Jumlah konsumsi tepung terigu juga masih cukup tinggi yakni

24,6% dari total konsumsi padi-padian. Pola konsumsi penduduk

banten untuk kelompok padi-padian masih didominasi oleh beras

dan tepung terigu.

Pola konsumsi penduduk untuk kelompok pangan pangan

hewani didominasi oleh daging unggas dan ikan. Oleh karena itu

pemerintah perlu memperhatikan penyediaan ikan dan daging

unggas di Provinsi Banten baik dari segi kualitas maupun

kuantitas. Pada kelompok buah dan sayur, pola konsumsi pangan

penduduk masih lebih menyukai sayur daripada buah. Karenanya

petani dapat diarahkan untuk beralih pada komoditas

hortikultura. Penyediaan pangan yang didasarkan pada pola

konsumsi penduduk akan memberikan jaminan bagi penduduk

untuk mendapatkan jenis pangan yang diinginkan.

Page 82: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

74

No

Kelompok /jenis

Pangan

Pola Konsumsi Kebutuhan Tahun 2018 Berdasarkan PPH

Konsumsi Pangan

(kkal/kap/hr)

%

Tk. Kons

Tk. Ktrsdiaan

Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan

gr/hr kg/thn Ton gr/hr kg/thn Ton kal/kap/hr

I. KELOMPOK PADI-PADIAN

1. Beras 1.126 75,2 809 903 223 81 1.034.105 249 91 1.154.350

2. Jagung 2 0,1 1 2 0 0 2.310 1 0 2.579

3. Terigu 369 24,6 265 296 80 29 368.454 89 32 411.298

II UMBI-UMBIAN

1. Singkong 24 60,2 78 87 79 29 366.340 88 32 408.938

2. Ubi jalar 9 21,7 28 31 26 9 120.388 29 11 134.387

3. Kentang 1 2,5 3 4 7 3 33717 8 3 37637

4. Sagu 6 15,0 19 22 6 2 26.495 6 2 29.576

5. Umbi lainnya 0 0,6 1 1 1 0 3.873 1 0 4.324

III PANGAN HEWANI

1.

Daging

Ruminansia 14 5,7 15 16 7 3 33.008 8 3 36.846

2. Daging Unggas 91 36,6 94 105 31 11 144.632 35 13 161.450

Tabel 15. Perencanaan Ketersediaan Tahun 2018 berdasarkan AKG dan PPH

Page 83: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

75

No

Kelompok /jenis

Pangan

Pola Konsumsi Kebutuhan Tahun 2018 Berdasarkan PPH

Konsumsi Pangan

(kkal/kap/hr)

%

Tk. Kons

Tk. Ktrsdiaan

Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan

gr/hr kg/thn Ton gr/hr kg/thn Ton kal/kap/hr

3. Telur 32 12,8 33 37 27 10 124.274 30 11 138.724

4. Susu 47 18,9 49 54 80 29 369.893 89 33 412.904

5. Ikan 65 26,0 67 75 81 30 376.629 91 33 420.424

IV MINYAK DAN LEMAK

1. Minyak kelapa 2.3 0,7 2 2 0 0.1 826 0 0.1 922

2. Minyak sawit 310,7 99,3 213 238 24 8.6 109.606 26 9.6 122.350

V BUAH BIJI BERMINYAK

1. Kelapa 12 60.4 39 44 27 10 126.161 30 11 140.831

2. Kemiri 8 39.6 26 28 4.0 1.5 18.587 4.5 1.6 20.748

VI KACANG-KACANGAN

1. Kedelai 67 94.6 102 114 27 9.7 123.652 30 10.9 138.030

2. Kacang tanah 4 5.4 6 6 1 0.5 5.929 1 0.5 6.619

VII GULA

Tabel 15. Perencanaan Ketersediaan Tahun 2018 berdasarkan AKG dan PPH

Page 84: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

76

No

Kelompok /jenis

Pangan

Pola Konsumsi Kebutuhan Tahun 2018 Berdasarkan PPH

Konsumsi Pangan

(kkal/kap/hr)

%

Tk. Kons

Tk. Ktrsdiaan

Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan

gr/hr kg/thn Ton gr/hr kg/thn Ton kal/kap/hr

Gula Pasir 66 88.6 95 106 26 9.6 121.243 29 10.7 135.341

Gula Merah 8 11.4 12 14 3 1.2 15.011 4 1.3 16.756

VIII SAYUR DAN BUAH

Sayuran 52 52.7 68 76 578 211 2.677.057 645 235 2.988.343

Buah 46 47.3 61 68 126 46 585.247 141 51 653.299

Tabel 15. Perencanaan Ketersediaan Tahun 2018 berdasarkan AKG dan PPH

Page 85: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

77

6.4. Kebijakan dan program aksi pengembangan penyediaan

pangan di Provinsi Banten tahun 2017– 2021

Secara umum tujuan pembangunan ketahanan pangan

adalah untuk membangun ketahanan dan kemandirian pangan

baik di tingkat makro (wilayah) maupun di tingkat mikro (rumah

tangga/individu). Pembangunan ketahanan pangan merupakan

bagian integral dari pembangunan nasional yang harus

dirumuskan secara terpadu dan serasi. Ketahanan pangan

merupakan urusan wajib non pelayanan dasar yang harus

diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Berdasarkan lampiran

UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang

kemudian diterjemahkan ke dalam Peraturan Daerah Provinsi

Banten Nomor 2 Tahun 2017. terdapat 4 Kebijakan Pemerintah

Daerah dalam Penyelenggaraan Pangan yang terdiri atas:

1. Ketersediaan pangan;

Ketersediaan Pangan di Daerah dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan dan konsumsi karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral yang berasal dari Pangan bagi

masyarakat, rumah tangga dan perseorangan secara

berkelanjutan.

2. Keterjangkauan pangan;

3. Pemanfaatan pangan

Berdasarkan hasil analisis NBM diperoleh bahwa

produksi pangan Provinsi Banten sudah dapt memenuhih

kebutuhan pangan penduduk namun jenis dan keragamannya

masih rendah. Oleh karena itu, sebagian dari kebutuhan

pangan Provinsi Banten dipenuhi oleh daerah lain

(pasokan/impor). Beberapa jenis pangan seperti terigu, sagu,

kentang, gula pasir, susu, dan minyak goreng (minyak sawit)

Page 86: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

78

seluruhnya (100%) berasal dari pasokan daerah lain. Adapun

beras, ubi jalar, ikan, daging ungags, telur, kacang kedelai,

gula merah, sayur dan buah adalah jenis pangan yang tingkat

ketergantungan dengan daerah produsen bervariasi antara 7%

hingga 90%.

Oleh karena itu, diperlukan adanya penguatan

perdagangan dan kerjasama antar wilayah terutama daerah

produsen dan tercatat dengan baik dalam waktu mingguan.

Selain itu, diperlukan adanya manajemen data keluar masuk

pangan di titik-titik strategis di Provinsi Banten (Bandara,

pelabuhan juga wilayah-wilayah perbatasan). Upaya ini

dilaksanakan dengan kerjasama antara Dinas Ketahanan

Pangan bersama dengan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan; Dinas Perhubungan; BULOG; BPS dibawah

koordinasi Dewan Ketahanan Pangan. PP No 17 tahun 2015

mengamatkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah

sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab terhadap

distribusi pangan melalui (1) pengembangan sistem distribusi

pangan secara efektif dan efisien, (2) pengelolaan sistem

distribusi pangan yang dapat meningkatkan keterjangkauan

pangan, mempertahankan keamanan, mutu, gizi dan tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya

masyarakat serta (3) perwujudan kelancaran dan keamanan

distribusi pangan antara lain melalui pengaturan arus

distribusi pangan dari wilayah surplus ke wilayah defisit.

Kerjasama antara wilayah defisit dan surplus

dibutuhkan untuk menjaga agar hasil produksi pangan

Provinsi Banten dapat dinikmati oleh penduduk dan

meminimalisir kondisi keluar bahan pangan ke wilayah lain.

Manajemen data stok dan jumlah bahan pangan di retail-retail

besar maupun kecil yang berkembang saat ini juga dibutuhkan

Page 87: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

79

sebagai informasi cadangan dan ketersediaan pangan yang

masih ada di wilayah Provinsi Banten. Penguatan dan

peningkatan produksi dan distribusi pangan dapat dilakukan

dengan bekerja sama dengan pihak swasta dimana Provinsi

Banten dikelilingi oleh daerah-daerah industri besar maupun

kecil dengan program CSR yang dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat.

Pengembangan cadangan pangan strategis tertentu juga

menjadi penting untuk mempertahankan kestabilan harga dan

pengamanan stok. Sebagai daerah konsumen sekaligus

produsen, Provinsi Banten rentan terhadap kelancaran

pasokan pangan dari daerah produsen pangan yang tidak

dapat atau sedikit diproduksi di dalam wilayah.

Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan

juga dapat dijadikan program unggulan ketahanan pangan di

Provinsi Banten untuk menciptakan SDM yang berkualitas

melalui peningkatan IPM. Pengembangan konsumsi pangan

dapat dilakukan melalui upaya pendidikan konsumsi pangan

beragam, bergizi seimbang jalur formal dan non formal,

diseminasi teknologi pengolahan pangan lokal, pengembangan

industri pengolahan pangan lokal, hingga advokasi kampanye,

promosi, dan sosialisasi tentang konsumsi pangan yang

beragam, bergizi seimbang dan aman pada berbagai tingkatan

kepada aparat dan masyarakat.

Pada akhirnya diperlukan suatu sistem informasi

pangan dan gizi yang terintegrasi dan digunakan untuk

perencanaan; pemantauan dan evaluasi; stabilisasi pasokan

dan harga pangan; serta pengembangan sistem peringatan dini

terhadap masalah pangan dan kerawanan pangan dan gizi.

Sistem informasi pangan dan gizi tersebut antara lain memuat:

Page 88: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

80

✓ Jenis produk pangan

✓ Neraca pangan

✓ Letak, luas wilayah dan kawasan produksi pangan

✓ Permintaan pasar

✓ Peluang dan tantangan pasar

✓ Produksi

✓ Harga

✓ Konsumsi dan status gizi

✓ Ekspor impor

✓ Perkiraan pasokan

✓ Perkiraan musim tanam dan musim panen

✓ Perkiraan iklim

✓ Kebutuhan pangan

Page 89: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

81

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

7.1. Kesimpulan

Daya dukung wilayah Provinsi Banten dalam menyediakan

bagi penduduknya pada tahun 2017 adalah sebesar 104,3% dari

AKE atau setara dengan 2.502 kkal/kapita/hari. Adapun

ketersediaan protein sebesar 88,1 g/kap/hari (139,8% AKP).

Kualitas (keanekaragaman) pangan yang dapat disediakan secara

mandiri oleh Provinsi Banten yaitu sebesar 64,7 dari skor

maksimal 100. Hasil analisis menunjukkan bahwa Provinsi

Banten sudah dapat menyediakan pangan dari hasil produksi

daerah (Mandiri pangan) namun jenis yang dihasilkan masih

belum beragam. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa

penyediaan pangan di Provinsi Banten selain bertumpu pada

produksi sendiri juga ditopang oleh pasokan dari daerah lain

(impor). Sehingga situasi ketersediaan pangan Provinsi Banten

tahun 2017 disusun juga dengan menggunakan data ekspor-

impor pangan menggunakan pendekatan data estimasi.

Berdasarkan data produksi, cadangan pangan dan estimasi

ekspor-impor diperoleh hasil situasi ketersediaan pangan di

Provinsi Banten yaitu ketersediaan energi sebesar 2.903

kkal/kap/hari atau 121% AKE dan ketersediaan protein 87,3

g/kap/hari atau 138,6% AKP.

Pangan yang tersedia di Provinsi Banten sudah cukup

beragam dengan skor PPH sebesar 94,7. Pangan yang sudah

mencapai skor PPH maksimum adalah padi-padian (25,0), pangan

hewani (24), serta pangan minyak dan lemak (5,0). Pangan yang

belum mencapai skor PPH maksimum adalah umbi-umbian (0,9

dari 2,5), buah biji berminyak (0,1 dari 1), kacang-kacangan (8,5

dari 10), gula (1,7 dari 2,5) serta sayur dan buah (29,4 dari 30).

Ketersediaan pangan di Provinsi Banten harus dijamin

melalui jaminan pasokan dan perlindungan produksi pangan.

Page 90: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

82

Komoditas gula pasir, terigu, susu, minyak goreng, kentang dan

sagu tidak dapat diproduksi secara subsisten sehingga harus

dijamin pasokannya dari daerah lain.

Skor PPH digunakan untuk perenanaan penyediaan pangan

pada tahun berikutnya dengan mempertimbangkan Angka

Kecukupan Gizi, Skor PPH dan Pola Konsumsi pangan

masyarakat.

7.2. Rekomendasi

Neraca Bahan Makanan perlu disusun setiap tahunnya

untuk monitoring ketersediaan pangan di wilayah Provinsi Banten

dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk agar

terwujud ketahanan pangan yang optimal. Tabel 16 menunjukkan

bahwa arah pengembangan ketersediaan Provinsi Banten yakni

dengan mempertahankan ketersediaan padi-padian, pangan

hewani, minyak dan lemak, serta sayur dan buah. Sementara itu,

kelompok pangan umbi-umbian, buah/biji berminyak, kacang-

kacangan serta gula harus ditingkatkan.

Tabel 16. Sasaran Produksi Pangan Provinsi Banten tahun 2018

No Kelompok Pangan

Skor

PPH aktual 2017

Skor

PPH Ideal

Arah Kebijakan

1 Padi-Padian 25,0 25,0 Dipertahankan

2 Umbi-umbian 0,9 2,5 Ditingkatkan

3 Pangan Hewani 24,0 24,0 Dipertahankan

4 Minyak dan

Lemak

5,0 5,0 Dipertahankan

5 Buah/Biji Berminyak

0,1 1,0 Ditingkatkan

6 Kacang-kacangan

8,5 10,0 Ditingkatkan

7 Gula 1,7 2,5 Ditingkatkan

8 Sayur dan Buah 29,4 30,0 Ditingkatkan

Total Skor PPH 94,7 100

Page 91: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

83

Adapun program terkait pengembangan ketersediaan

pangan yang dapat dilakukan oleh Provinsi Banten sesuai amanat

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan

Ketahanan Pangan yakni:

1. Mengembangkan produksi pangan yang bertumpu pada

sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal;

2. Mengembangankan efisiensi sistem usaha pangan;

3. Mengembangkan sarana prasarana dan teknologi untuk

memproduksi pangan, penanganan pasca panen, pengolahan

dan penyimpanan pangan;

4. Membangun, merehabilitasi dan mengembangkan prasarana

produksi pangan yang meliputi sumberdaya lahan,

sumberdaya air, jalan ekonomi sentra produksi, listrik dan

telekomunikasi;

5. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produksi

pangan; dan/atau

6. membangun sentra produksi pangan dan sentra pengolahan

pangan dengan sistem klaster.

Pemenuhan ketersediaan pangan dilakukan dengan

memperhatikan produksi pangan dan ketersediaan lahan. Kondisi

ketersediaan lahan pertanian perlu mendapat perhatian untuk

menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata

ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017

Pasal 10 bahwa Pemerintah Daerah mendorong ketersediaan lahan

pangan sebagai lahan pertanian berkelanjutan dengan

memperhatikan Rencana Tata Ruang dan Wilayah. Penyediaan

lahan pertanian berkelanjutan dapat melakukan pembelian lahan,

sewa lahan, membuka atau memanfaatkan lahan tidur menjadi

lahan produktif, dan mempertahankan lahan pertanian sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 92: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal

BERITA ACARA

PENYUSUNAN NERACA BAHAN MAKANAN (NBM), ANGKA

KECUKUPAN GIZI DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

KETERSEDIAAN

Hasil analisis ini disusun oleh tim penyusun NBM dengan

Dinas Ketahanan Pangan sebagai instansi penerbit dan dalam penyusunannya sudah diketahui dan disetujui oleh berbagai pihak sebagaimana hasil pertemuan Penyusunan Neraca Bahan

Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan pada hari Kamis Tanggal 09 November 2017

yang bertempat di Aula Dinas Pertanian Provinsi Banten, antara

lain :

1. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten

Dr. Moh. Ali Fadillah

NIP. 19591023 198803 1 005 ………………………

2. Kepala Bidang Penyelenggaraan Ketahanan Pangan

Drs. H. Dendi Hamadani, M.Si

NIP. 19660805 200112 1 003 ………………………

3. Kepala Seksi Ketersediaan Pangan

Eli Juartini, STP., M.Si

NIP. 19690411 200212 2 004 ………………………

4. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten

( )

………………………

5. Dinas Pertanian Provinsi Banten

( )

………………………

6. BULOG

( )

………………………

7. BPS Provinsi Banten

( )

………………………

Page 93: RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal