RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap...
Transcript of RINGKASAN EKSEKUTIF - disketapang.bantenprov.go.id · menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap...
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ketersediaan pangan merupakan salah satu pilar ketahanan pangan yang penyelenggarannya dilaksanakan oleh Pemerintah baik di
pusat maupun di daerah sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten menyusun kajian analisis ketersediaan pangan dengan menggunakan Neraca
Bahan Makanan (NBM) tahun 2017 sebagai upaya pemantauan ketersediaan pangan penduduk secara berkala.
Kegiatan ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis jumlah ketersediaan pangan penduduk Provinsi Banten tahun 2017, (2) Untuk
mengetahui gambaran ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita berbagai jenis bahan makanan di Provinsi Banten, (3) Menganalisis situasi keanekaragaman ketersediaan pangan penduduk
Provinsi Banten tahun 2017 sebagai bentuk pemantauan terhadap penyediaan pangan penduduk, (4) Untuk menghasilkan suatu
komposisi norma (standart) pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk, (5) Merumuskan kebijakan pengembangan penyediaan
pangan tahun 2017-2022. Data yang digunakan adalah data sekunder lintas OPD terkait
ketahanan pangan di Provinsi Banten, yaitu data jumlah dan laju
pertumbuhan penduduk, data pengadaan atau penyediaan pangan (produksi, impor, ekspor, dan perubahan stok), data penggunaan
pangan dan faktor konversi pangan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Program Aplikasi Analisis Ketersediaan Pangan
hasil pengembangan dari Aplikasi Analisis Pola Pangan Harapan Neraca Bahan Makanan (Baliwati et. al 2005) oleh MWA Training & Consulting tahun 2015 yang disesuaikan dengan penyusunan yang dilakukan oleh
tim NBM Pusat Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Analisis dilakukan secara deskriptif menggunakan Microsoft
Excell yaitu meliputi: (1) Analisis situasi ketersediaan pangan (angka kecukupan energi, angka kecukupan protein, dan skor PPH) tahun
2017 serta tingkat pencapaiannya terhadap ideal dan (2) Analisis dan evaluasi pencapaian skor PPH, penyediaan dan produksi pangan sesuai tahun dasar.
Daya dukung wilayah Provinsi Banten dalam menyediakan pangan bagi penduduknya pada tahun 2017 adalah sebesar 104,3%
dari AKE atau setara dengan 2.502 kkal/kapita/hari. Adapun ketersediaan protein sebesar 88,1 g/kap/hari (139,8% AKP). Kualitas
(keanekaragaman) pangan yang dapat disediakan secara mandiri oleh Provinsi Banten yaitu sebesar 64,7 dari skor maksimal 100. Hasil
analisis tersebut menunjukkan bahwa penyediaan pangan di Provinsi Banten sudah mandiri dalam arit Provinsi sudah mampu menyediakan kebutuhan pangan penduduknya. Namun, dilihat dari skor PPH
menunjukkan bahwa jenis bahan pangan yang dapat disediakan oleh
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten ii
Provinsi Banten masih belum beragam sesuai dengan norma standar
untuk hidup sehat. Oleh karena itu, selain bertumpu pada produksi sendiri ketersediaan pangan Provinsi Banten masih harus ditopang
oleh pasokan dari daerah lain (impor). Sehingga situasi ketersedian pangan Provinsi Banten tahun 2017 disusun juga dengan menggunakan data ekspor-impor pangan menggunakan pendekatan
data estimasi. Berdasarkan data produksi, cadangan pangan dan estimasi
ekspor-impor diperoleh hasil situasi ketersediaan pangan di Provinsi Banten yaitu ketersediaan energi sebesar 2.903 kkal/kap/hari atau
121% AKE dan ketersediaan protein 87,3 g/kap/hari atau 138,6% AKP. Bahan pangan hewani banyak digunakan untuk industri dan diekspor ke wilayah lain terutama Jakarta, mengingat Banten
merupakan daerah penyangga ibukota. Bahan pangan hewani terutama rumput laut banyak diolah untuk industri makanan dengan
pengolahannya dilakukan di luar wilayah Provinsi Banten. Pangan yang tersedia di Provinsi Banten sudah cukup beragam
dengan skor PPH sebesar 94,7. Pangan yang sudah mencapai skor PPH maksimum adalah padi-padian (25,0), pangan hewani (24), serta pangan minyak dan lemak (5,0). Pangan yang belum mencapai skor
PPH maksimum adalah umbi-umbian (0,9 dari 2,5), buah biji berminyak (0,1 dari 1), kacang-kacangan (8,5 dari 10), gula (1,7 dari
2,5) serta sayur dan buah (29,4 dari 30). Ketersediaan pangan di Provinsi Banten masih dapat
mengimbangi pertumbuhan penduduk Provinsi Banten dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,07% setiap tahunnya. Ketersediaan pangan harus dijamin melalui jaminan pasokan dan perlindungan
produksi pangan (salah satunya adalah perlindungan lahan pertanian). Komoditas gula pasir, terigu, susu, minyak goreng, dan sagu tidak
dapat diproduksi secara subsisten sehingga harus dijamin pasokannya dari daerah lain.
Skor PPH yang mencerminkan kualitas penyediaan pangan yang beragam dan setara dengan keragaman konsumsi pangan penduduk Banten. Peningkatan PPH atau keragaman pangan dapat dilakukan
dengan peningkatan ketersediaan kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, buah biji berminyak, kacang-kacangan serta buah dan
sayur. Neraca Bahan Makanan perlu disusun setiap tahunnya untuk
monitoring ketersediaan pangan di wilayah Provinsi Banten dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk agar terwujud ketahanan pangan yang optimal. Peningkatan produksi pangan
wilayah dibutuhkan untuk mencapai kemandirian pangan dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Keluarnya (ekspor) bahan
pangan dari Provinsi Banten perlu diperhatikan untuk tetap menjamin ketersediaan pangan Provinsi Banten. Ketersediaan data yang lengkap
dan valid dibutuhkan untuk mendapatkan hasil analisis ketersediaan pangan yang baik dan menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten iii
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kebijakan ketersediaan
pangan sebagaimana Perda No. 2/2017 dalam Pasal 3 dapat dilakukan dengan strategi:
1. Mengembangkan produksi pangan yang bertumpu pada sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal;
2. Mengembangankan efisiensi sistem usaha pangan;
3. Mengembangkan sarana prasarana dan teknologi untuk memproduksi pangan, penanganan pasca panen, pengolahan dan
penyimpanan pangan; 4. Membangun, merehabilitasi dan mengembangkan prasarana
produksi pangan yang meliputi sumberdaya lahan, sumberdaya air, jalan ekonomi sentra produksi, listrik dan telekomunikasi;
5. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produksi pangan;
dan/atau 6. membangun sentra produksi pangan dan sentra pengolahan
pangan dengan sistem klaster. Pemenuhan ketersediaan pangan dilakukan dengan
memperhatikan produksi pangan dan ketersediaan lahan. Kondisi ketersediaan lahan pertanian perlu mendapat perhatian untuk menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata ruang
wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017 Pasal 10 bahwa Pemerintah Daerah mendorong ketersediaan lahan pangan
sebagai lahan pertanian berkelanjutan dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang dan Wilayah. Penyediaan lahan pertanian
berkelanjutan dapat melakukan pembelian lahan, sewa lahan, membuka atau memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan produktif, dan mempertahankan lahan pertanian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan
“Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola
Pangan Harapan PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kegiatan ini merupakan hasil
Analisis Ketersediaan Pangan Wilayah Provinsi Banten.
Kegiatan kajian ini diharapkan dapat menyajikan situasi
ketersediaan pangan penduduk Provinsi Banten pada tahun 2017.
Situasi ketersediaan pangan penduduk dapat dilihat dari indikator
jumlah maupun mutu berdasarkan keseimbangan gizi dari aneka
ragam pangan. Indikator tersebut menggambarkan pencapaian
pembangunan pangan dalam penyediaan dari hasil produksi dalam
negeri dan/atau sumber lain. Hal ini disadari bahwa manfaat dari
Neraca Bahan Makanan adalah sebagai bahan acuan dalam
perencanaan produksi dan penyediaan pangan di Provinsi Banten
Pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada Organisasi Perangkat Daerah terkait Ketahanan Pangan di
Lingkup Pemerintah Provinsi Banten dan Kabupaten/Kota, khususnya
BPS, BULOG, Dinas Pertanian Provinsi Banten, Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Banten serta semua pihak yang bekerjasama dalam
pelaksanaan kegiatan ini.
November 2017
Dinas Ketahanan Pangan
Provinsi Banten
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................ v
DAFTAR TABEL .......................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................ 3
1.3. Tujuan .............................................................................. 3
1.4. Keterbatasan Studi ............................................................ 4
II. LANDASAN PERATURAN ....................................................... 5
III. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 12
3. 1. Pengertian dan Lingkup Ketahanan Pangan...................... 12
3. 2. Neraca Bahan Makanan (NBM) ......................................... 16
3. 3. Pola Pangan Harapan ....................................................... 27
3. 4. Peran Pemerintah dalam Ketahanan dan Kemandirian
Pangan ............................................................................. 29
IV. METODOLOGI ...................................................................... 33
4. 1. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ............................. 33
4. 2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ............................... 33
4. 3. Pengolahan dan Analisis Data........................................... 34
4.3.1. Analisis Situasi Ketersediaan Pangan ........................ 36
4.3.2. Analisis Perencanaan Penyediaan Pangan ................. 37
V. GAMBARAN UMUM PROVINSI BANTEN ................................ 40
5.1. Aspek Geografis Dan Demografis ...................................... 40
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten vi
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 43
6.1. Neraca Bahan Makanan Provinsi Banten Tahun 2017 ...... 43
6.2. Situasi Ketersediaan Pangan Provinsi Banten ................... 47
6.3. PPH Ketersediaan Pangan Provinsi Banten dalam Perencanaan
Penyediaan Pangan ........................................................... 72
6.4. Kebijakan dan program aksi pengembangan penyediaan
pangan di Provinsi Banten tahun 2017– 2021 .................. 77
V. KESIMPULAN ........................................................................ 81
7.1. Kesimpulan....................................................................... 81
7.2. Rekomendasi .................................................................... 82
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Susunan PPH nasional dan jumlah ketersediaan/ konsumsi
pangan ................................................................................. 28
Tabel 2. Sub urusan pemerintah daerah yang terdapat dalam
lampiran UU No.23 Tahun 2016 ........................................... 29
Tabel 3. Jenis dan sumber data pokok ketersediaan pangan .............. 33
Tabel 4. Luas Daerah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten ... 41
Tabel 5. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Banten .. 42
Tabel 6. Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura ........................ 44
Tabel 7. Hasil Produksi Produk Peternakan ....................................... 46
Tabel 8. Hasil Produksi Produsk Perikanan ........................................ 46
Tabel 9. Jumlah Stok Bahan Pangan Provinsi Banten ........................ 47
Tabel 10. Situasi ketersediaan pangan berdasarkan potensi produksi
pangan di Provinsi Banten tahun 2017 ................................ 48
Tabel 11. Situasi Konsumsi Pangan Provinsi Banten Tahun 2017....... 50
Tabel 12.Estimasi Ekspor Impor Pangan Berdasarkan Data
Konsumsi Tahun 2016 di Provinsi Banten ............................ 51
Tabel 13. Situasi ketersediaan pangan Provinsi Banten tahun 2017 ... 54
Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun
2017 ..................................................................................... 55
Tabel 15. Perencanaan Ketersediaan Pangan Tahun 2018
berdasarkan AKG dan PPH ................................................... 74
Tabel 16. Sasaran Produksi Pangan Provinsi Banten tahun 2018…… 82
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017. Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Posisi ketersediaan pangan dalam sistem ketahanan pangan .... 2
Gambar 2. Kolom NBM ............................................................................... 2
Gambar 3. Peta Provinsi Banten .............................................................. 40
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas
pembangunan nasional yang tertuang dalam arah kebijakan dan
strategi pembangunan RPJMN 2015-2019 untuk meningkatkan upaya
keberlanjutan pembangunan ekonomi, melalui strategi ketahanan
pangan termasuk stabilisasi harga sehingga tingkat inflasi rendah.
Peningkatan produksi pangan dari tahun ke tahun belum bisa
memenuhi seluruh kebutuhan pangan yang meningkat sebagai akibat
dari peningkatan jumlah penduduk. Saat ini Indonesia menjadi negara
pengimpor beras terbesar dari pasar beras dunia.
Perkembangan pembangunan di Indonesia tidak bisa terlepas dari
pembangunan ketahanan pangan. Implementasi program
pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan dengan
memperhatikan sub sistem ketahanan pangan yaitu melalui upaya
peningkatan produksi, ketersediaan dan penanganan kerawanan
pangan, pemantapan distribusi dan cadangan pangan, serta
peningkatan kualitas konsumsi dan keamanan pangan. Dengan
demikian, program-program pembangunan pertanian dan ketahanan
pangan tersebut diarahkan untuk mendorong terciptanya kondisi
sosial-ekonomi yang kondusif, menuju ketahanan pangan yang mantap
dan berkelanjutan.
Pangan merupakan komoditas penting dan strategi bagi bangsa
Indonesia mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama
seperti yang diamanatkan pada Undang-Undang No.18 tahun 2012
tentang Pangan. Selain itu, undang-undang tersebut juga
mengamanatkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi
terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
2
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota wajib untuk
memberikan perhatian khusus untuk mewujudkan kondisi masyarakat
yang tahan pangan sampai ke tingkat rumah tangga dan perseorangan
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007
dan Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 2007.
Berdasarkan PP No 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan
dan Gizi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan/atau Pemerintah Desa
melaksanakan kebijakan dan bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan ketahanan pangan diwilayahnya masing masing,
dengan memperhatikan pedoman, norma, standar, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah Kabupaten/Kota
dan/atau Pemerintah Desa mendorong keikutsertaan masyarakat
dalam penyelenggaraan ketahanan pangan. Oleh karena itu,
pemerintah dan masyarakat bersama-sama mempunyai kewajiban
untuk membangun ketahanan pangan. Ketahanan pangan dan gizi
didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi
bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, memenuhi kecukupan gizi, merata dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat,
untuk mewujudkan status gizi yang baik agar dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan.
Salah satu subsistem ketahanan pangan adalah ketersediaan
pangan dimana ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya
Pangan dari hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan
Nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat
memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan di tingkat provinsi
merupakan pangan yang berasal dari produksi daerah yang ada di
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
3
lingkup Provinsi Banten. Ketersediaan pangan sangat tergantung oleh
kondisi wilayah, iklim dan keadaan sosial (perayaan hari besar
keagamaan). Hasil analisis ketersediaan pangan, diharapkan dapat
menjadi bahan masukan dalam penyusunan kebijakan ketersediaan
pangan dan sekaligus sebagai salah satu pertimbangan dalam memulai
suatu program aksi agar tepat sasaran. Terkhusus saat HBKN, yang
kebutuhan pangan semakin meningkat dan harus didukung oleh
ketersediaan pangan yang tercukupi di pasaran untuk memenuhi
konsumsi pangan masyarakat.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah kegiatan ini yaitu:
1. Bagaimana gambaran situasi dan kondisi sumberdaya pangan
untuk penduduk Provinsi Banten tahun 2017?
2. Bagaimana jumlah ketersediaan pangan penduduk Provinsi Banten
tahun 2017 sebagai bentuk pemantauan terhadap penyediaan
pangan penduduk?
3. Bagaimana situasi keanekaragaman ketersediaan pangan
penduduk Provinsi Banten tahun 2017 sebagai bentuk
pemantauan terhadap penyediaan pangan penduduk?
4. Bagaimana kebijakan pengembangan penganekaragaman
penyediaan pangan yang dapat diimplementasikan di Provinsi
Banten Tahun 2018.
1.3. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk:
1. Menyusun Neraca Bahan Makanan (NBM).
2. Menganalisis jumlah ketersediaan pangan penduduk Provinsi
Banten tahun 2017 sebagai bentuk pemantauan terhadap
penyediaan pangan penduduk.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
4
3. Untuk mengetahui gambaran ketersediaan energi, protein dan
lemak per kapita berbagai jenis bahan makanan di Provinsi
Banten.
4. Menganalisis situasi keanekaragaman ketersediaan pangan
penduduk Provinsi Banten tahun 2017 sebagai bentuk
pemantauan terhadap penyediaan pangan penduduk.
5. Untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standart) pangan
untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk.
6. Merumuskan kebijakan pengembangan penyediaan pangan tahun
2018 untuk menjamin ketersediaan pangan.
1.4. Keterbatasan Studi
Studi ini memiliki keterbatasan karena kurangnya data
pendukung dalam menyusun NBM yang ideal. Data-data yang
berkaitan dengan stok pangan dan ekspor beberapa jenis bahan pangan
tidak tersedia sehingga digunakan pendekatan konsumsi pangan untuk
analisis NBM ini. Demikian pula dengan data impor pangan. Data impor
pangan yang dihitung pada NBM ini adalah dengan pendekatan jumlah
konsumsi perkapita perhari dari masyarakat Banten. Dari pendekatan
ini diketahui jumlah riil yang dikonsumsi oleh masyarakat Banten.
Data impor merupakan selisih antara bahan makanan yang dikonsumsi
dengan jumlah bahan makanan yang diproduksi oleh Provinsi sendiri.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
5
II. LANDASAN PERATURAN
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Pasal 12:
Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas
ketersediaan pangan di daerah dan pengembangan produksi
pangan lokal di daerah. Penyediaan pangan diwujudkan untuk
memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan bagi masyarakat,
rumah tangga dan perorangan secara berkelanjutan. Dalam
mewujudkan ketersediaan pangan melalui pengembangan pangan
lokal, pemerintah daerah menetapkan jenis dan sentra produksi
pangan lokalnya.
Perwujudan ketersediaan pangan melalui produksi pangan pokok
dilakukan dengan:
a. Mengembangkan produksi pangan yang bertumpu pada
sumberdaya, kelembagaan, dan budaya lokal.
b. Mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan.
c. Mengembangkan sarana, prasarana, dan teknologi untuk
produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan
penyimpanan pangan.
d. Membangun, merehabilitasi dan mengembangkan prasarana
produksi pangan
e. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif.
f. Membangun kawasan sentra produksi pangan.
Pasal 18
Pemerintah dan pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan
pangan berkewajiban :
a. Mengatur, mengembangkan dan mengalokasikan lahan
pertanian dan sumber daya air.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
6
b. Memberikan penyuluhan dan pendampingan.
c. Menghilangkan berbagai kebijakan yang berdampak pada
penurunan daya saing.
d. Melakukan pengalokasian anggaran.
Pasal 22
Ancaman produksi pangan merupakan kejadian yang dapat
menimbulkan kegagalan produksi pangan yang disebabkan oleh :
a. Perubahan iklim.
b. Serangan organisme pengganggu tumbuhan serta wabah
penyakit hewan dan ikan.
c. Bencana alam.
d. Bencana sosial.
e. Pencemaran lingkungan.
f. Degradasi sumber daya lahan dan air.
g. Kompetisi pemanfaatan sumber daya produksi pangan.
h. Alih fungsi penggunaan lahan.
i. Disinsentif ekonomi.
Dengan demikian, pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban
mengantisipasi dan menanggulangi ancaman produksi pangan
melalui bantuan teknologi dan regulasi.
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Berkelanjutan.
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
7
Tahun 2004 Nomor 104, tambahan Lembaran Negara RI Nomor
4421)
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2016 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4437): “Penyelenggaraan Ketahanan
Pangan di kabupaten/kota mencakup 4 urusan dan 9 sub urusan
yaitu (1) Penyelenggaraan pangan berdasarkan kedaulatan dan
kemadirian (urusan kabupaten/kota adalah penyediaan
infrastruktur dan seluruh pendukung kemandirian pangan pada
berbagai sector sesuai kewenangan daerah kabupaten/kota); (2)
Penyelenggaraan ketahanan pangan (urusankabupaten/kota adalah
a) penyediaan dan penyaluran pangan pokok atau pangan
lainnya sesuai kebutuhan daerah kabupaten/kota dalam rangka
stabilisasi pasokan dan harga pangan, b) pengelolaan cadangan
pangan kabupaten/kota, c) penentuan harga minimum daerah
untuk pangan lokal yang tidak ditetapkan oleh pemerintah pusat
dan pemerintah daerah provinsi, d) pelaksanaan pencapaian target
konsumsi pangan perkapita/tahun sesuai dengan angka
kecukupan gizi); (3) Penanganan kerawanan pangan (urusan
kabupaten/kota adalah a) penyusunan peta kerentanan dan
ketahanan pangan kecamatan, b) penanganan kerawanan pangan
kabupaten/kota, c) pengadaan, pengelolaan dan penyaluran
cadangan pangan pada kerawanan pangan yang mencakup dalam
daerah kabupaten/kota); (4) Keamanan pangan (urusan
kabupaten/kota adalah pelaksanaan pengawasan keamanan
pangan segar)”.
8. Undang-Undang No 6 Tahun 2016 tentang Desa Pasal 8 Ayat 3 (e)
yang menyatakan bahwa desa memiliki potensi yang meliputi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
ekonomi pendukung
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
8
9. PP No.17 Tahun 2016 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi:
“Bupati/walikota menetapkan jumlah dan jenis pangan pokok
tertentu sebagai cadangan pangan pemerintah kabupaten/kota
dilakukan dengan mempertimbangkan produksi pangan pokok
tertentu di wilayah, kebutuhan untuk penanggulangan keadaan
darurat dan kejadian kerawanan pangan “.
10. PP No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan
Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada
Masyarakat.
11. Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
12. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah
13. Peraturan Presiden No 83 Tahun 2006 tentang Dewan
Ketahanan Pangan
Dewan kabupaten/kota mempunyai tugas membantu
Bupati/Walikota dalam:
a. Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan
ketahanan pangan kabupaten/kota dengan memperhatikan
kebijakan yang ditetapkan oleh Dewan dan Dewan Provinsi;
b. Merumuskan kebijakan dalam rangka mendorong
keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan ketahanan
pangan;
c. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian perwujudan
ketahanan pangan kabupaten/kota.
Tugas Dewan kabupaten/kota meliputi penyediaan pangan,
distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan,
pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
9
14. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2016-
2019 : “Arah pembangunan pangan dan gizi adalah meningkatkan
ketahanan pangan dan status kesehatan dan gizi masyarakat”.
15. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Pangan:
Pasal 2
(1) Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaraan
Pangan terdiri atas: ketersediaan pangan; keterjangkauan
pangan; pemanfaatan pangan;dan penanganan kerawanan
pangan.
(2) Ketersediaan Pangan dilaksanakan melalui:
a. optimalisasi produksi pangan pokok;
b. pengembangan pangan lokal;
c. penguatan cadangan pangan pemerintah daerah;dan
d. cadangan pangan masyarakat.
Pasal 3
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kebijakan ketersediaan
pangan dilakukan dengan strategi:
a. Mengembangkan produksi pangan yang bertumpu pada sumber
daya, kelembagaan dan budaya lokal;
b. Mengembangankan efisiensi sistem usaha pangan;
c. Mengembangkan sarana prasarana dan teknologi untuk
memproduksi pangan, penanganan pasca panen, pengolahan
dan penyimpanan pangan;
d. Membangun, merehabilitasi dan mengembangkan prasarana
produksi pangan yang meliputi sumberdaya lahan, sumberdaya
air, jalan ekonomi sentra produksi, listrik dan telekomunikasi;
e. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produksi pangan;
dan/atau
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
10
f. membangun sentra produksi pangan dan sentra pengolahan
pangan dengan sistem klaster.
Pasal 7
1) Ketersediaan Pangan di Daerah dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dan konsumsi karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral yang berasal dari Pangan bagi masyarakat, rumah
tangga dan perseorangan secara berkelanjutan.
2) Ketersediaan Pangan di Daerah terdiri atas:
a. pangan pokok beras; dan
b. pangan lokal.
3) Pangan lokal sebagaimana ditetapkan dengan keputusan
Gubernur.
Pasal 8
Pemerintah Daerah dalam menyediakan Pangan di Daerah
dilaksanakan sesuai dengan peringkat ketahanan pangan yang
bersumber dari karbohidrat; protein; lemak; serta vitamin dan
mineral;
Pasal 10
(1) Pemerintah Daerah mendorong ketersediaan lahan pangan
sebagai lahan pertanian berkelanjutan dengan memperhatikan
Rencana Tata Ruang dan Wilayah.
(2) Untuk menyediakan lahan pertanian berkelanjutan, Pemerintah
Daerah dapat melakukan pembelian lahan, sewa lahan,
membuka atau memanfaatkan lahan tidur menjadi lahan
produktif, dan mempertahankan lahan pertanian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penyediaan lahan pertanian berkelanjutan harus dilakukan
pengkajian atau telaahan oleh Perangkat Daerah terkait
dan/atau dapat dikerjasamakan dengan intansi dan/atau
lembaga terkait yang berkompeten dibidangnya.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
11
(4) Hasil pengkajian atau telahaan sebagai dasar pertimbangan
dalam pengalokasian anggaran pada Perangkat Daerah yang
ditunjuk oleh Gubernur.
(5) Hasil pembelian lahan pertanian menjadi aset Daerah.
(6) Pemanfaatan aset diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Gubernur, dengan mempedomani ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
12
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Pengertian dan Lingkup Ketahanan Pangan
“Ketahanan pangan ada ketika semua orang, setiap saat, memiliki
akses fisik dan ekonomi yang cukup aman dan bergizi makanan yang
memenuhi kebutuhan makanan dan preferensi makanan untuk aktif dan
sehat hidup" (World Food Summit, 1996). Dari definisi tersebut maka
aspek sosial ekonomi seseorang berpengaruh terhadap kemudahan
mendapatkan akses pangan untuk kebutuhan hidupnya.
Pemenuhan pangan merupakan hak mendasar manusia sebagai
makhluk hidup, mengingat apabila hak dasar ini tidak terpenuhi maka
akan berdampak pada kestabilan sosial manusia dalam
masyarakatnya. Maslow (1943) dengan “teori kebutuhan manusia
(Theory of Human Needs)” nya menempatkan pemenuhan hak dasar ini
sebagai bagian dari pemenuhan pada hirarkhi yang paling dasar dalam
kehidupan manusia.
Dimensi ketahanan pangan itu sendiri menurut FAO (2006).
Antara lain mencakup :
1. Ketersediaan Pangan: Ketersediaan pangan dalam jumlah yang
cukup dengan kualitas yang tepat, dipasok melalui produksi
dalam negeri atau impor (termasuk bantuan pangan).
2. Akses pangan: Akses oleh individu untuk sumber daya yang
memadai (hak) untuk mendapatkan pangan yang tepat untuk diet
bergizi.
3. Pemanfaatan pangan: Pemanfaatan melalui diet yang memadai, air
bersih, sanitasi dan perawatan kesehatan untuk mencapai
keadaan gizi sejahtera di mana semua kebutuhan fisiologis
terpenuhi.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
13
O U T P U T
Pemenuh-
an Hak Atas
Pangan
Sumber
Daya
Manusia
(SDM)
Berkuali-tas
Ketahanan
Nasional
4. Stabilitas: Ketahanan pangan aman, populasi, rumah tangga atau
individu harus memiliki akses pangan yang cukup setiap saat.
Berdasarkan UU No 18 tahun 2012 tentang Pangan,
mengamanatkan bahwa ketahanan pangan adalah “kondisi
terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat
untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”.
Definisi tersebut mencakup berbagai aspek yang saling berkaitan yaitu
produksi, ketersediaan, distribusi maupun konsumsi pangan yang
berdampak pada status gizi penduduk pada berbagai level mulai dari
individu, rumah tangga, wilayah dan nasional seperti terdapat pada
gambar 1.
Ketahanan pangan (pada tingkat wilayah, rumah tangga, individu)
merupakan sistem terintegrasi, yang terdiri atas subsistem
ketersediaan pangan, distribusi pangan dan konsumsi pangan.
NASIONAL,
PROVINSI,
KABUPATEN
RUMAH
TANGGA
INDIVIDU
KETERSE-
DIAAN
PANGAN
DISTRIBUSI
PANGAN
KONSUMSI
PANGAN
PENDAPAT-
AN &
AKSES
PANGAN
PENGELOLAA
N KONSUMSI
& POLA ASUH
KELUARGA
SANITASI &
KESEHATAN
KONSUMSI
SESUAI
KEBUTUHAN
GIZI
PEMANFA-
ATAN OLEH
TUBUH
S
T
A
T
U
S
INPUT
Kebijakan dan
Kinerja Sektor
Ekonomi, Sosial
dan Politk :
Ekonomi
Pertanian,
Perikanan,
Kehutanan
Prasarana/
Sarana
- Lahan/Pertanahan
- Sumberdaya Air/Irigasi
- Perhubungan/ transportasi
- Permodalan
Kesra
Gambar 1 Posisi ketersediaan pangan dalam sistem ketahanan pangan
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
14
Terwujudnya ketahanan pangan individu merupakan sinergi dari
interaksi ketiga subsistem tersebut di tingkat wilayah dan rumah
tangga. Ketiga subsistem tersebut dipengaruhi oleh beragam input,
yaitu: (a) ekonomi terdiri dari kegiatan pertanian, kehutanan, energi
dan sumberdaya mineral, kelautan dan perikanan, perdagangan,
industri; (b) prasarana/sarana: mencakup lingkungan hidup, penataan
ruang, pertanahan, infrastruktur pertanian dan pedesaan,
ketransmigrasian, penanaman modal, koperasi dan usaha kecil
menengah, pemberdayaan masyarakat dan desa, ketenagakerjaan; (c)
kesejahteraan rakyat meliputi aspek kesehatan, kependudukan,
keluarga berencana, pendidikan; serta (d) stabilitas dan keamanan
nasional.
Subsistem ketersediaan pangan mencakup aspek produksi,
cadangan serta keseimbangan antara impor dan ekspor pangan.
Subsistem ini berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk, baik dari sisi jumlah, kualitas, keragaman
maupun kemanan. Perkembangan ketersediaan pangan penduduk
merupakan salah satu indikator kinerja unit kerja ketahanan pangan.
Subsistem distribusi pangan yang efektif dan efisien sebagai
prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat
memperoleh pangan dan jumlah dan kualitas yang baik sepanjang
waktu. Subsistem ini mencakup aspek aksesibilitas secara fisik,
ekonomi maupun sosial atas pangan secara merata sepanjang waktu.
Akses pangan didefinisikan sebagai kemampuan rumah tangga untuk
secara periodik memenuhi sejumlah pangan yang cukup, melalui
berbagai sumber atau kombinasi cadangan pangan yang dimiliki, hasil
produksi pangan, pembelian/barter, pemberian, pinjaman dan bantuan
pangan.
Akses pangan secara fisik ditunjukkan oleh kemampuan
memperoleh pangan, infrastruktur dasar maupun kondisi sumberdaya
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
15
alam dan lingkungan. Dengan demikian akses fisik lebih bersifat
kewilayahan dan dipengaruhi oleh ciri dan pengelolaan ekosistem.
Akses pangan secara ekonomi menyangkut keterjangkauan masyarakat
terhadap pangan yang ditunjukkan oleh harga, sumber mata
pencaharian dan pendapatan. Sumber mata pencaharian meliputi
kemampuan, aset dan aktivitas yang dapat menjadi sumber
pendapatan. Seringkali, sumber mata pencaharian sangat dipengaruhi
oleh kondisi maupun pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.
Akses pangan secara sosial antara lain dicerminkan oleh tingkat
pendidikan, bantuan sosial, kebiasaan makan, konflik
sosial/keamanan.
Aksesibilitas merupakan komponen penting dalam ketahanan
pangan rumah tangga. Akses menunjukkan jaminan bahwa setiap
rumah tangga dan individu mempunyai sumberdaya yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan pangan sesuai dengan norma gizi. Pemeliharaan
lingkungan hidup dimaksudkan untuk jaminan pangan di masa
datang. Pemeliharaan lingkungan berhubungan dengan akses terhadap
sumberdaya yaitu dalam hal kepemilikan sumberdaya untuk
memproduksi atau membeli pangan yang dibutuhkan. Oleh karena itu
masyarakat mempunyai kepentingan untuk melaksanakan konservasi
sumberdaya alam dalam rangka ketahanan pangannya.
Subsistem konsumsi pangan berfungsi mengarahkan agar pola
pemanfaatan pangan memenuhi kaidah mutu, keragaman dan
keseimbangan gizi, keamanan dan halal, serta efisiensi untuk
mencegah pemborosan. Subsistem ini menyangkut upaya peningkatan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mempunyai
pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik sehingga dapat
mengatur menu beragam, bergizi, seimbang secara optimal.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
16
3.2. Neraca Bahan Makanan (NBM)
Neraca Bahan Makanan (NBM) didefinisikan sebagai suatu tabel
yang terdiri atas kolom-kolom yang memuat berbagai informasi
tentang situasi dan kondisi penyediaan pangan bagi penduduk suatu
negara atau daerah dalam kurun waktu tertentu (Departemen
Pertanian 1993). Neraca ini terdiri atas 19 kolom yang terbagi menjadi
tiga kelompok penyajian yaitu
(1) Pengadaan atau penyediaan (supply);
(2) Penggunaan atau pemakaian (utilization); dan
(3) Ketersediaan per kapita.
Jumlah pengadaan harus sama dengan jumlah penggunaan.
Komponen pengadaan meliputi produksi (masukan dan keluaran),
perubahan stok, impor dan ekspor. Sedangkan komponen penggunaan
meliputi penggunaan untuk bibit, industri (makanan dan bukan
makanan), tercecer, dan bahan makanan yang tersedia untuk
dikonsumsi sebagai dasar dalam penghitungan ketersediaan bahan
makanan per kapita, ketersediaan energi, protein dan lemak per kapita
per hari (Badan Bimas Ketahanan Pangan-Departemen Pertanian
2005).
Dengan demikian dari Tabel NBM dapat dilihat kemandirian
pangan maupun kestabilan sumberdaya pangan suatu wilayah.
Kemandirian pangan dapat diartikan sebagai berikut : (1)
ketergantungan ketersediaan pangan wilayah pada produksi pangan
(“seberapa besar produksi pangan/komoditas tertentu menyumbang
atau dapat memenuhi ketersediaan pangan wilayah”) = Self Sufficiency
Ratio (SSR)/Rasio Kecukupan, (2) ketergantungan ketersediaan pangan
nasional pada impor dan atau net impor (impor dikurangi ekspor) =
rasio impor dan atau net-impor terhadap ketersediaan pangan wilayah
maupun terhadap ketersediaan pangan siap konsumsi = Import
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
17
Dependency Ratio (IDR), dan (3) ketergantungan ketersediaan pangan
terhadap transfer pangan dari pihak atau negara lain. Kestabilan
sumberdaya pangan suatu wilayah menunjukkan kestabilan ekosistem
wilayah dalam menyediakan pangan bagi penduduknya.
Tabel NBM terdiri atas 19 kolom yaitu 1) Jenis Bahan Makanan;
2) Produksi (Masukan); 3) Produksi (Keluaran); 4) Perubahan Stok; 5)
Impor; 6) Penyediaan Dalam Negeri Sebelum Ekspor; 7) Ekspor; 8)
Penyediaan Dalam Negeri; 9) Pakan; 10) Bibit/ Benih; 11) Diolah
untuk Makanan; 12) Diolah untuk Bukan Makanan; 13) Tercecer; 14
s/d 16) Jumlah Bahan Makanan yang Tersedia untuk Konsumsi
Penduduk yaitu 14) dalam satuan ton/tahun; 15) dalam satuan
kg/kap/tahun; dan 16) dalam satuan gr/kap/hari; 17) s/d 19) Jumlah
energi dan Zat Gizi yang Tersedia untuk Konsumsi Penduduk: 17)
Energi dengan satuan Kal/kap/hari; 18) Protein dengan satuan
gr/kap/hari; 19) Lemak dengan satuan gr/kap/hari.
Gambar 2. Kolom NBM
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
18
Secara matematis, ketersediaan pangan untuk dikonsumsi
(ton/th - kolom 14) diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
Keterangan : (TD = ketersediaan pangan untuk dikonsumsi
penduduk; O = Produksi masukan/ keluaran; St = Perubahan
stok; M = Impor; X = Ekspor; F = Pakan; S = Bibit; I = Industri
(makanan dan bukan makanan); W = Tercecer
Berikut ini uraian setiap kolom yang terdapat dalam NBM:
Kolom (1) Jenis Bahan Makanan
Bahan makanan yang dicantumkan dalam kolom ini adalah semua
jenis bahan makanan baik nabati maupun hewani yang
lazim/umum tersedia untuk dikonsumsi oleh masyarakat, dan
dikelompokkan menurut jenisnya yang diikuti prosesnya dari
produksi sampai dengan dapat dipasarkan/dikonsumsi dalam
bentuk belum berubah atau bentuk lain yang berbeda sama sekali
setelah melalui proses pengolahan. Pengelompokan bahan pangan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Padi-padian, terdiri atas : gandum beserta produksi turunannya
(tepung terigu), gabah (gabah kering giling) beserta produksi
turunannya beras, jagung (pipilan) dan jagung basah.
2. Makanan berpati, adalah bahan makanan yang mengandung
pati yang berasal dari akar umbi dan lain-lain bagian tanaman
yang merupakan bahan makanan pokok lainnya. Kelompok ini
terdiri atas ubi jalar, ubi kayu beserta produksi turunannya yaitu
gaplek dan tapioka, tepung sagu yang merupkan produk turunan
dari sagu.
TD = O – St + M – X – (F + S + I + W)
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
19
3. Gula, terdiri atas : gula pasir dan gula merah (gula mangkok,
gula aren, gula semut, gula siwalan dan lain-lain), baik yang
merupakan hasil olahan pabrik maupun rumah tangga.
4. Buah/biji berminyak, adalah kelompok bahan makanan yang
mengandung minyak, yang berasal dari buah dan biji-bijian.
Terdiri atas : kacang tanah berkulit beserta produksi turunannya
kacang tanah lepas kulit; kedelai, kacang hijau; kelapa daging
(produksi turunan dari kelapa berkulit) dan kopra (turunan dari
kelapa daging). Kopra selanjutnya dijadikan minyak goreng,
sehingga produk turunannya tercantum dalam kelompok minyak
dan lemak.
5. Buah-buahan, adalah sumber vitamin dan mineral dari bagian
tanaman yang berupa buah. Ummnya merupakan produksi
tanaman tahunan yang dapat dikonsumsi tanpa dimasak.
Kelompok ini terdiri atas alpokat, jeruk, duku, durian, jambu,
mangga, nans, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo dan
lainnya.
6. Sayur-sayuran, adalah sumber vitamin dan mineral yang
dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga,
buah, batang atau umbi. Tanaman tersebut pada umumnya
berumur kurang dari satu tahun. Kelompok ini terdiri atas
bawang merah, ketimun, kacang merah, kacang panjang,
kentang, kubis, tomat, wortel, cabe, terong, petsai/wasi, bawang
daun, kangkung, lobak, labu siam, buncis, bayam, bawang putih
dan lainnya.
7. Daging, adalah bagian-bagian dari hewan yang disembelih atau
dibunuh dan lazim dimakan manusia, kecuali yang telah
diawetkan dengan cara lain selain pendinginan. Kelompok ini
terdiri atas daging sapi, daging kerbau, daging kambing, daging
domba, daging kuda/lainnya, daging babi, daging ayam buras,
daging ayam ras, daging itik dan jeroan semua jenis.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
20
8. Telur, adalah telur ayam buras, telur ayam ras, dan telur itik.
9. Susu, adalah cairan yang diperoleh dari ambing ternak perah
sehat, dengan cara pemerahan yang benar, terus-menerus dan
tidak dikurangi sesuatu dan/atau ditambahkan ke dalamnya
sesuatu bahan lain. Kelompok ini terdiri atas susu sapi
termasuk susu olahan impor yang disetarakan susu segar.
10. Ikan, adalah komoditas yang berupa binatang air dan biota
perairan lainnya. Komoditas ikan adalah yang berasal dari
kegiatan penangkapan di laut maupun di perairan umum
(waduk, sungai dan rawa) dan hasil dari kegiatan budidaya
(tambak, kolam, keramba dan sawah) yang dapat diolah menjadi
bahan makanan yang lazim/umum dikonsumsi masyarakat.
Pada awal penyusunan NBM hanya meliputi jenis ikan darat dan
ikan laut, namun sekarang berkembang menjadi 17 jenis ikan,
yaitu :
a. Tuna/Cakalang/Tongkol (Tunas/skipjack/littlle tuna)
b. Kakap (Giant sea pearch)
c. Cucut (Shark)
d. Bawal (Pomfret)
e. Teri (Anchovies)
f. Lemuru (Indian oil sardinella)
g. Kembung (Indian mackerels)
h. Tenggiri (King mackerels
i. Bandeng (Milk fish)
j. Belanak (Mullets)
k. Mujair (Mozambigue tilapia)
l. Ikan Mas (Commonp carp)
m. Udang (Shrimp)
n. Rajungan dan Kepiting (Swimming and mud crab)
o. Kerang darah (Blood cookies)
p. Cumi-cumi dan sotong (Squids and cuttle fishes)
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
21
q. Rumput Laut (Sea weeds)
r. Lainnya (Others)
11. Minyak dan Lemak, adalah bahan makanan yang berasal dari
nabati, seperti minyak kelapa, minyak sawit, minyak kacang
tanah. Lemak umumnya berasal dari hewani, seperti lemak sapi,
lemak kerbau, lemak kambing/domba, lemak babi.
Kolom (2) dan (3) Produksi
Produksi adalah jumlah keseluruhan hasil masing-masing bahan
makanan yang dihasilkan dari sektor pertanian (Tanaman Pangan,
Peternakan, Perikanan, dan Perkebunan), yang belum mengalami
proses pengolahan maupun yang sudah mengalami proses pengolahan.
Produksi dibedakan menjadi 2 kategori yaitu :
a. Kolom (2) : Masukan (Input)
Masukan adalah produksi yang masih dalam bentuk asli
maupun dalam bentuk hasil olahan yang akan mengalami proses
pengolahan lebih lanjut. Sebagai contoh, pada komoditas ternak
masukan (input) berupa karkas.
b. Kolom (3) : Keluaran (Output)
Keluaran adalah produksi dari hasil keseluruhan atau sebagai
hasil turunan yang diperoleh dari kegiatan berproduksi; atau
hasil utama yang langsung diperoleh dari kegiatan berproduksi
yang belum mengalami perubahan. Besarnya output sebagai
hasil dari input sangat tergantung pada besarnya derajat
ekstraksi dan faktor konversi (lihat Lampiran 1a, 1b). Sebagai
contoh, keluaran (ouput) pada komoditas ternak adalah berupa
daging.
Produksi komoditas tanaman pangan mencakup hasil seluruh
panen (tua/muda), baik yang berasal dari lahan sawah maupun
lahan kering serta lahan lama atau baru. Produksi turunannya
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
22
diperoleh dengan menggunakan faktor konversi dan tingkat
ekstraksi dari komoditas yang bersangkutan.
Produksi komoditas hortikultura berada dalam bentuk segar yang
mencakup hasil seluruh panen, baik yang dipanen sekaligus
maupun yang dipanen berkali-kali, sehingga pengisiannya langsung
dimasukkan ke kolom 3 (keluaran) kecuali untuk bawang merah
dan bawang putih pengisiannya dimulai dari kolom (2). Komoditas
ini tidak dapat langsung dikonsumsi dalam bentuk segar (kering
panen) sehingga harus melewati proses pengeringan menjadi kering
konsumsi.
Produksi komoditas peternakan, yaitu daging dihitung dari jumlah
pemotongan resmi (RPH) ditambah perkiraan pemotongan tak resmi.
Produksi daging (masukan) dinyatakan dalam bentuk karkas dari
semua jenis ternak, (keluaran) dalam bentuk daging murni. Jeroan
dihitung dari total persentasi berat karkas masing-masing jenis,
langsung dimasukkan ke kolom (3).
Produksi telur dihitung dari seluruh hasil, baik yang dihasilkan
oleh perusahan peternakan maupun peternakan rakyat dan
langsung dimasukkan ke kolom (3).
Produksi susu dihitung dari populasi ternak betina produktif
yang laktasi dikalikan rata-rata produksi per ekor per tahun.
Produksi perikanan merupakan semua hasil penangkapan
ikan/binatang air lainnya yang ditangkap dari sumber perikanan
alami atau dari tempat pemeliharaan baik yang diusahakan oleh
perusahaan perikanan maupun rumahtangga perikanan yang
meliputi hasil penangkapan yang dijual, hasil penangkapan yang
dimakan nelayan/petani ikan/rumahtangga perikanan atau yang
diberikan kerpada nelayan/petani ikan sebagi upah.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
23
Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di
perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat
atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal
untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,
menangani, mengolah dan atau mengawetkannya.
Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara,
membesarkan dan/atau membiakkan ikan serta memanen
hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan
yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
meyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya.
Produksi minyak nabati didasarkan pada jumlah yang diolah
untuk makanan, kecuali minyak sawit merupakan produksi asli.
Produksi untuk lemak hewani didasarkan pada persentase berat
karkas masing-masing jenis daging, langsung dimasukkan ke kolom
(3).
Kolom (4) Stok dan Perubahan Stok
Stok adalah sejumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh
Pemerintah atau Swasta yang dimaksudkan sebagai cadangan dan
akan digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan. Data stok yang
digunakan adalah data stok awal dan akhir tahun.
Perubahan Stok adalah selisih antara stok akhir tahun dengan stok
awal tahun. Perubahan stok ini hasilnya bisa negatif (-) dan bisa
positif (+).
• Negatif (-) berarti ada penurunan stok akibat pelepasan stok ke
pasar sehingga komoditas yang beredar di pasar bertambah.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
24
• Positif (+) berarti ada peningkatan stok yang berasal dari
komoditas yang beredar di pasar sehingga komoditas yang
beredar di pasar menjadi menurun.
Kolom (5) Impor
Impor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun
yang sudah mengalami pengolahan, yang didatangkan/dimasukkan
dari luar negeri ke dalam wilayah RI, dengan tujuan untuk
diperdagangkan, diedarkan, atau disimpan. Untuk penghitungan
NBM Provinsi/Kabupaten/Kota, yang termasuk impor adalah :
a. Bahan makanan yang didatangkan/dimasukkan dari luar
wilayah RI langsung ke dalam wilayah daerah yang bersangkutan
b. Bahan makanan yang didatangkan/dimasukkan dari wilayah
daerah administratif lain ke dalam wilayah daerah administratif
yang bersangkutan (perdagangan antar pulau atau antar
Provinsi).
Kolom (6) Penyediaan Dalam Negeri Sebelum Ekspor
Penyediaan dalam negeri sebelum ekspor adalah sejumlah bahan
makanan yang berasal dari produksi (keluaran) dikurangi
perubahan stok ditambah impor.
Kolom (7) Ekspor
Ekspor adalah sejumlah bahan makanan baik yang belum maupun
yang sudah mengalami pengolahan, yang dikeluarkan dari wilayah
RI ke luar negeri, dengan tujuan untuk diperdagangkan, diedarkan,
atau disimpan.
Untuk penghitungan NBM Provinsi/Kabupaten/Kota yang
termasuk ekspor adalah:
a. Bahan makanan yang dikeluarkan dari suatu wilayah daerah
administratif, langsung ke luar wilayah negara RI
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
25
b. Bahan makanan yang dikeluarkan dari suatu wilayah daerah
administratif lain (perdagangan antar pulau atau antar Provinsi)
Kolom (8) Penyediaan Dalam Negeri
Penyediaan dalam negeri adalah sejumlah bahan makanan yang
berasal dari produksi (keluaran) dikurangi perubahan stok
ditambah impor dikurangi ekspor.
Kolom (9 - 13) Pemakaian Dalam Negeri
Pemakaian dalam negeri adalah sejumlah bahan makanan yang
digunakan di dalam negeri/daerah untuk pakan, bibit/benih, diolah
untuk industri makanan dan bukan makanan, yang tercecer, dan
yang tersedia untuk dikonsumsi.
Kolom (9) : Pakan
Pakan adalah sejumlah bahan makanan yang langsung diberikan
kepada ternak peliharaan baik ternak besar, ternak kecil, unggas,
maupun ikan.
Kolom (10) : Bibit/Benih
Bibit/benih adalah sejumlah bahan makanan yang digunakan
untuk keperluan reproduksi
Kolom (11) : Diolah untuk Makanan
Diolah untuk makanan adalah sejumlah bahan makanan yang
masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut melalui industri
makanan dan hasilnya dimanfaatkan untuk makanan manusia
dalam bentuk lain.
Kolom (12) : Diolah untuk Bukan Makanan
Diolah untuk bukan makanan adalah sejumlah bahan makanan
yang masih mengalami proses pengolahan lebih lanjut dan
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
26
dimanfaatkan untuk kebutuhan industri bukan untuk makanan
manusia, termasuk untuk industri pakan ternak/ikan.
Kolom (13) : Tercecer
Tercecer adalah sejumlah bahan makanan yang hilang atau rusak,
sehingga tidak dapat dimakan oleh manusia, yang terjadi secara
tidak disengaja sejak bahan makanan tersebut diproduksi hingga
tersedia untuk konsumen.
Kolom (14) Bahan Makanan
Bahan makanan adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia
untuk dikonsumsi oleh penduduk suatu Negara atau daerah, pada
tingkat pedagang pengecer dalam suatu kurun waktu tertentu.
Kolom (15 - 19) Ketersediaan Per Kapita
Ketersediaan per kapita adalah sejumlah bahan makanan yang
tersedia untuk dikonsumsi setiap penduduk suatu negara/daerah
dalam suatu kurun waktu tertentu, baik dalam bentuk natura
(Kolom 15 : kg/kapita/tahun; kolom 16 : gram/kapita/hari)
maupun dalam bentuk unsur gizinya (kolom 17: - 19).
Untuk menghitung ketersediaan energi dan zat gizi (protein dan
lemak) setiap orang setiap hari digunakan Daftar Komposisi Bahan
makanan Unsur gizi utama tersebut adalah sebagai berikut :
Kolom (17) Energi.
Energi adalah sejumlah kalori hasil pembakaran karbohidrat,
lemak dan protein, yang berasal dari berbagai jenis bahan
makanan. Energi ini sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk
kegiatan tubuh seluruhnya.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
27
Kolom (18) Protein.
Protein adalah suatu persenyawaan yang mengandung unsur “N”,
yang sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan serta
penggantian jaringan-jaringan yang rusak/aus.
Kolom (19) Lemak.
Lemak adalah salah satu unsur zat makanan yang dibutuhkan
oleh tubuh sebagai tempat penyimpanan energi, protein, dan
vitamin.
3.3. Pola Pangan Harapan
Pola Pangan Harapan atau Desirable Dietary Pattern adalah
susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi
dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dari
suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan. FAO-RAPA (1989)
mendefinisikan PPH sebagai “komposisi kelompok pangan utama yang
bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi
lainnya”. Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan
yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai
kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah
maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima. Semakin
tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin beragam dan seimbang.
Dalam perhitungan/penentuan PPH, pangan dikelompokkan
menjadi sembilan yaitu (1) padi-padian (beras, jagung, terigu, dan hasil
olahannya); (2) umbi-umbian/pangan berpati (ubi kayu, ubi jalar,
kentang, talas, sagu, dan hasil olahannya); (3) pangan hewani (ikan,
daging, telur, susu, dan hasil olahannya; (4) minyak dan lemak (minyak
kelapa, minyak jagung, minyak goreng/kelapa sawit, dan margarin); (5)
buah dan biji berminyak (kelapa, kemiri, kenari, mete, coklat); (6)
kacang-kacangan (kedele, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah,
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
28
kacang polong, kacang tunggak, dan kacang lainnya); (7) gula (gula
pasir, gula merah/mangkok, dan sirup); (8) sayuran dan buah (semua
jenis sayuran dan buah-buahan); dan (9) lainnya (FAO RAPA, 1989).
Bobot/Rating pada PPH ditentukan yaitu setiap kelompok pangan
utama (tiga kelompok pangan utama) diberikan skor maksimum yang
relatif sama, yaitu 33,3 bagi setiap kelompok pangan utama. Kelompok
pangan utama tersebut adalah (a) pangan sumber energi (serealia,
umbi-umbian, minyak dan lemak, buah/biji berminyak dan gula)
dengan kontribusi energi 74%; (b) pangan sumber protein (kacang-
kacangan dan pangan hewani) dengan kontribusi energi 17%; (c)
pangan sumber vitamin dan mineral (sayur dan buah) dengan
kontribusi energi 6%; dan pangan lainnya (aneka minuman dan
bumbu) dengan kontribusi energi 3%. Rating 0,5 diperoleh dari nilai
33.3 dibagi 74; rating 2.0 diperoleh dari nilai 33.3 dibagi 17; dan rating
5,0 diperoleh dari nilai 33.3 dibagi 6. Masing-masing hasil dibulatkan
untuk kembali mendapatkan total skor PPH = 100 (Hardinsyah, N.
Sinulingga, dan D. Martianto (2000). Pada Tabel 1 disajikan susunan
PPH Nasional dan jumlah serta komposisi konsumsi/ketersediaan
energi.
Tabel 1. Susunan PPH nasional dan jumlah ketersediaan/konsumsi
pangan
No. Kelompok
Pangan % AKE Bobot Skor
PPH
Energi (Kal/kap/hr)
Konsumsi Ketersediaan
1 Padi-padian 50 0.5 25.0 1.075 1.200
2 Umbi-umbian 6 0.5 2.5 129 144
3 Pangan hewani 12 2.0 24.0 258 288
4 Minyak dan
lemak 10 0.5 5.0 215 240
5 Buah/biji berminyak
3 0.5 1.0 64,5 72
6 Kacang-
kacangan 5 2.0 10.0 107,5 120
7 Gula 5 0.5 2.5 107,5 120
8 Sayur dan buah 6 5.0 30.0 129 144
9 Lainnya 3 0.0 0 64,5 72
Jumlah 100 2.150 2.400
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
29
PPH berguna sebagai instrumen sederhana untuk menilai baik
situasi ketersediaan maupun situasi konsumsi pangan, berupa jumlah
dan komposisi pangan menurut kelompok pangan secara agregat.
Dengan pendekatan PPH, perencanaan ketersediaan dan konsumsi
pangan penduduk pada tahun mendatang diharapkan dapat mencapai
ideal, yaitu tidak hanya memenuhi kecukupan gizi (nutritional
adequancy), akan tetapi sekaligus juga mempertimbangkan
keseimbangan gizi (nutritional balance) yang didukung oleh cita rasa
(palatability), daya cerna (digestability), daya terima masyarakat
(acceptability), kuantitas dan kemampuan daya beli (affortability).
3.4. Peran Pemerintah dalam Ketahanan dan Kemandirian Pangan
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2016 tentang Pemerintah Daerah,
pangan termasuk dalam urusan wajib non pelayanan dasar. Adapun
urusan pemerintah terkait penyelenggaraan ketahanan pangan di
Kabupaten/Kota yang tercantum dalam lampiran UU No.23 Tahun
2016 yang terdiri dari 4 Sub Urusan / 9 sub sub urusan terdapat pada
Tabel 2:
Tabel 2. Sub urusan pemerintah daerah yang terdapat dalam lampiran UU No.23 Tahun 2016
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
1 Penyelenggar
aan Pangan Berdasarkan
Kedaulatan Dan
Kemandirian
a. Penyusunan
strategi kedaulatan
pangan nasional.
b. Penyediaan
infrastruktur dan seluruh
pendukung kemandirian
pangan pada berbagai sektor sesuai
kewenangan Pemerintah
Pusat.
Penyediaan
infrastruktur dan seluruh
pendukung
kemandirian pangan pada
berbagai sektor sesuai
kewenangan Daerah
provinsi.
Penyediaan
infrastruktur dan seluruh
pendukung
kemandirian pangan pada
berbagai sektor sesuai
kewenangan Daerah
kabupaten/kota.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
30
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
2 Penyelenggar
aan
Ketahanan
Pangan
a. Pengelolaan
stabilisasi pasokan dan harga pangan
pokok. b. Pengelolaan
cadangan pangan pokok
Pemerintah Pusat.
c. Penetapan
harga pangan Pemerintah
Pusat dari produsen.
d. Pengendalian dan pembatasan
ekspor impor pangan pokok.
e. Penetapan target
pencapaian konsumsi pangan
perkapita/tahun sesuai
dengan angka kecukupan gizi.
f. Penentuan kelebihan produksi
pangan untuk keperluan lain.
a. Penyediaan
dan penyaluran pangan pokok
atau pangan lainnya
sesuai dengan kebutuhan
Daerah provinsi dalam rangka
stabilisasi pasokan dan
harga pangan.
b. Pengelolaan cadangan pangan
provinsi dan menjaga
keseimbangan cadangan
pangan provinsi.
c. Penentuan
harga minimum
daerah untuk pangan lokal
yang tidak ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
d. Promosi pencapaian
target konsumsi pangan
perkapita /tahun sesuai
dengan angka kecukupan
gizi melalui
a. Penyediaan
dan penyaluran pangan pokok
atau pangan lainnya sesuai
kebutuhan Daerah
kabupaten/kota dalam rangka
stabilisasi pasokan dan
harga pangan. b. Pengelolaan
cadangan pangan kabupaten/kot
a. c. Penentuan
harga minimum
daerah untuk pangan lokal yang tidak
ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah provinsi.
d. Pelaksanaan pencapaian
target konsumsi
pangan perkapita/tahun sesuai
dengan angka kecukupan
gizi.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
31
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat Provinsi Kabupaten/Kota
media
provinsi.
3 Penanganan
Kerawanan
Pangan
a. Penetapan
status krisis pangan
nasional, provinsi dan
kabupaten/kota.
b. Penyusunan
peta kerentanan
dan ketahanan pangan
nasional. c. Penanganan
kerawanan
pangan nasional.
d. Pengadaan, pengelolaan
dan penyaluran cadangan pangan pada
kerawanan pangan yang
mencakup lebih dari 1
(satu) Daerah provinsi.
a. Penyusunan
peta kerentanan
dan ketahanan
pangan provinsi dan kabupaten/ko
ta b. Penanganan
kerawanan pangan
provinsi. c. Pengadaan,
pengelolaan,
dan penyaluran
cadangan pangan pada
kerawanan pangan yang mencakup
lebih dari 1 (satu) Daerah
kabupaten/kota dalam 1
(satu) Daerah provinsi.
a. Penyusunan
peta kerentanan
dan ketahanan pangan
kecamatan. b. Penanganan
kerawanan
pangan kabupaten/kot
a. c. Pengadaan,
pengelolaan dan penyaluran
cadangan pangan pada
kerawanan pangan yang
mencakup dalam Daerah kabupaten/kot
a
4 Keamanan
Pangan
Pelaksanaan pengawasan
keamanan pangan segar
distribusi lintas
negara dan
distribusi lintas
Daerah provinsi.
Pelaksanaan
pengawasan
keamanan pangan segar
distribusi lintas
Daerah
kabupaten/kota
.
Pelaksanaan pengawasan
keamanan
pangan segar.
Upaya pemerintah dalam pembangunan ketahanan pangan dan
kemandirian pangan adalah melalui pemberian penyuluhan ketahanan
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
32
pangan, pemberdayaan ketahanan pangan, gerakan nasional
ketahanan pangan, BUMD pangan, serta lumbung pangan.
Untuk menyelenggarakan urusan pangan dibutuhkan lembaga
yang berfungsi sebagai integrator yaitu Dewan Ketahanan Pangan.
Selayaknya Dewan Ketahanan Pangan adalah sebuah keharusan yang
tidak dapat ditawar-tawar lagi. Spirit untuk mewujudkan ketahanan
pangan yang tangguh seharusnya tetap menggelora di setiap nurani
warga bangsa. Terkait persoalan pangan, bukan hanya tanggung jawab
pemerintah semata, tetapi jajaran dunia usaha dan masyarakat pun
memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk mencari solusi
cerdasnya.
Sebagai salah satu indikator, ketahanan pangan seharusnya
sudah mampu "merajut" aspek regulasi, aspek teknologi, aspek
kelembagaan, aspek nilai tambah ekonomi, aspek budaya lokal; melalui
sebuah kebijakan dan strategi yang utuh, komprehensif dan holistik.
Disinilah peran dan keberadaan Dewan Ketahanan Pangan menjadi
sangat penting. Dewan Ketahanan Pangan yang di masing-masing
tingkatan dipimpin langsung oleh para "integrator pembangunan",
sepatutnya mampu memberi kinerja yang maksimal dalam
mewujudkan kondisi ketahanan pangan yang kuat dan tangguh.
Dewan Ketahanan Pangan harus berani tampil dan menjadi "prime
mover" pembangunan ketahanan pangan. Dewan Ketahanan Pangan
dirancang untuk tidak menjadi sebuah aksesoris kelembagaan ad hok
semata. Namun sesuai dengan yang diamanatkan oleh Perpres
83/2006, dimana tersirat bahwa Dewan Ketahanan Pangan harus
mampu memberikan masukan tercerdasnya guna digunakan dalam
kebijakan-kebijakan yang dapat diterapkan lapangan.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
33
IV. METODOLOGI
4.1. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui analisis data sekunder potensi
pangan di Provinsi Banten. Tahap kegiatan meliputi: 1) Penelusuran
data sekunder melalui Focus Group Discussion; 2) Penyusunan NBM
dan analisis situasi ketersediaan pangan; 3) Penyusunan sasaran
produksi dan penyediaan pangan; serta 4) penyusunan laporan akhir.
4.2. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data pengadaan pangan terdiri atas data produksi pangan yang
meliputi 11 kelompok pangan (padi-padian, makanan berpati, gula,
buah biji berminyak, buah-buahan, sayuran, daging, telur, susu, ikan,
serta minyak dan lemak), serta data perubahan stok, ekspor, dan impor
bahan pangan. Data penggunaan pangan terdiri atas data penggunaan
untuk bibit, pakan, diolah untuk industri (makanan dan bukan
makanan), tercecer dan digunakan untuk makanan. Selain itu,
diperlukan data penduduk baik jumlah maupun laju pertumbuhan
penduduk.
Penelusuran data dan informasi dilakukan di berbagai instansi
terkait seperti Dinas Pertanian dan Peternakan, Bulog, Dinas Kelautan
dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Perindustrian
dan Perdagangan serta Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten
dengan rincian pada tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3. Jenis dan sumber data pokok ketersediaan pangan
No Jenis Data Sumber
1 Data demografi meliputi
jumlah dan laju
pertumbuhan penduduk
Provinsi Banten tahun 2015
BPS Provinsi Banten
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
34
No Jenis Data Sumber
2 Produksi padi dan palawija
Provinsi Banten tahun 2015
Dinas Pertanian dan Peternakan
Provinsi Banten
3 Produksi tanaman sayur dan
buah tahun 2015
Dinas Pertanian dan Peternakan
Provinsi Banten
4 Produksi ternak dan ikan
tahun 2015
Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Banten
5 Data SUSENAS tahun 2015 BPS Provinsi Banten
6 Cadangan Pangan tahun
2015
Perum Bulog
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan melakukan
focus group discussion (FGD) dan copy dokumen dari dinas/instansi
terkait. Selain itu, dalam memudahkan tim bekerja maka dipersiapkan
instrumen dalam pengumpulan data pada Lampiran 1.
4.3. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Program
Aplikasi Analisis Ketersediaan Pangan Dalam Rangka Pencapaian
Standar Pelayanan Minimal (SPM) hasil pengembangan dari Aplikasi
Analisis Pola Pangan Harapan Neraca Bahan Makanan (Baliwati et. al
2005) oleh MWA Training & Consulting tahun 2015 yang disesuaikan
dengan penyusunan yang dilakukan oleh tim NBM Pusat Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Aplikasi ini digunakan
untuk menganalisis ketersediaan pangan wilayah, mengevaluasi
program ketahanan pangan terkait aspek ketersediaan yang telah
dilaksanakan, serta merencanakan program dan strategi dalam
penyediaan dan konsumsi pangan wilayah dalam rangka pencapaian
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
35
ideal pada tahun 2021. Analisis dilakukan secara deskriptif
menggunakan Microsoft Excel.
Tahapan awal pengolahan data ketersediaan pangan adalah rekap
data pokok berupa data jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, data
pengadaan atau penyediaan pangan (produksi, impor, ekspor, dan
perubahan stok), data penggunaan pangan dan faktor konversi pangan.
Pada kajian ini dilakukan estimasi impor dan ekspor pangan.
Estimasi jumlah impor ekspor pangan diperoleh dari selisih antara data
konsumsi pangan dengan data produksi pangan. Data konsumsi
pangan yang digunakan adalah jumlah dan jenis pangan yang
dikonsumsi penduduk Provinsi Banten dalam satuan
(kg/kapita/minggu) pada data Survey Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS). Data konsumsi tersebut dikonversi sebesar 110% untuk
diperoleh jumlah ketersediaan pangan penduduk. Jika selisih antara
pangan yang dikonsumsi dan diproduksi bernilai positif maka pangan
tersebut berasal dari impor dari wilayah lain. Namun, jika selisihnya
bernilai negatif maka ini menunjukkan bahwa nilai produksi lebih
besar dibandingkan dengan konsumsi. Hal ini dapat diestimasikan
sebagai ekspor. Jika tidak tersedia data produksi pangan, maka jumlah
konsumsi pangan tersebut merupakan satu-satunya sumber
pengadaan pangan yang berasal dari impor. Tahap berikutnya yaitu
proses entry data yang terkumpul ke dalam aplikasi.
Setelah itu, dapat dilakukan proses analisis ketersediaan pangan,
yaitu meliputi:
1) Analisis situasi ketersediaan pangan (angka kecukupan energi,
angka kecukupan protein, dan skor PPH) tahun 2016 serta
tingkat pencapaiannya terhadap standar ideal.
2) Evaluasi target pencapaian skor PPH sesuai tahun dasar 2016
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
36
3) Penyusunan target pencapaian skor PPH, penyediaan dan
produksi pangan sesuai tahun dasar 2016
4.3.1 Analisis Situasi Ketersediaan Pangan
Analisis situasi ketersediaan pangan di Provinsi Banten dikaji dari
dua sisi, yaitu aspek kuantitas dan aspek kualitas pangan.
Analisis Kuantitas Ketersediaan Pangan. Indikator kecukupan
energi dan protein adalah TKE dan TKP. Nilai TKE adalah proporsi
ketersediaan energi aktual terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE)
yang dianjurkan. TKP adalah proporsi ketersediaan protein aktual
terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan. Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2012 menganjurkan
konsumsi energi dan protein penduduk masing-masing adalah 2.400
kkal/kap/hari dan 63 gram/kap/hari.
Analisis Kualitas Ketersediaan Pangan. Kualitas ketersediaan
pangan dicerminkan oleh keanekaragaman ketersediaan pangan.
Penilaian keanekaragaman pangan dapat dilakukan dengan
pendekatan PPH. PPH merupakan jenis dan jumlah kelompok pangan
utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat
gizi. Pola pangan ini dapat digunakan untuk ukuran keseimbangan gizi
dari anekaragam pangan. Interpretasinya dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu : (1) Membandingkan skor PPH ketersediaan aktual dengan
skor yang diharapkan (PPH ideal = 100); dan (2) Membandingkan
komposisi ketersediaan energi (% AKE) aktual dengan komposisi energi
yang diharapkan (PPH) pada setiap kelompok pangan.
Secara lengkap tahapan untuk analisis situasi ketersediaan
pangan penduduk suatu wilayah pada tahun tertentu adalah:
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
37
1) Membandingkan jumlah ketersediaan pangan aktual dengan
harapan (PPH) dan mendiskusikan kemungkinan penyebab dan
alternatif solusinya.
2) Membandingkan ketersediaan energi aktual dengan harapan (PPH)
pada setiap kelompok pangan dan mendiskusikan kemungkinan
penyebab dan alternatif solusinya.
3) Membandingkan komposisi ketersediaan energi (% AKE) dengan
komposisi energi harapan (PPH) setiap kelompok pangan dan
mendiskusikan kemungkinan penyebab dan alternatif solusinya.
4) Membandingkan skor PPH ketersediaan energi dengan skor yang
diharapkan.
5) Menganalisis tren skor PPH dan mendiskusikan kemungkinan
penyebab dan alternatif solusinya.
4.3.2. Analisis Perencanaan Penyediaan Pangan
Analisis ini pada dasarnya merupakan proses perencanaan pangan
untuk mencapai ideal. Proses perencanaan pangan ini terdiri dari
empat tahap yaitu (1) Perencanaan pencapaian skor PPH; (2)
Perencanaan ketersediaan pangan; (3) Perencanaan target produksi
pangan; dan (4) Penyusunan strategi dan langkah implementasi.
Perencanaan pencapaian Skor PPH. Perencanaan pangan
wilayah dengan menggunakan pendekatan PPH diawali dengan evaluasi
skor mutu pangan (skor PPH aktual) wilayah atau sama dengan cara
yang digunakan pada analisis kuantitas dan kualitas ketersediaan
pangan yang telah dijelaskan sebelumnya.
Apabila evaluasi terhadap skor mutu pangan wilayah sudah
dilakukan, maka pada tahap selanjutnya dilakukan penyusunan
sasaran skor mutu PPH yang akan dicapai yaitu 100 pada tahun
tertentu. Tahapan pertama dalam penyusunan sasaran skor PPH
adalah menentukan tahun yang menjadi proyeksi skor PPH 100.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
38
Penentuan tahun proyeksi ini menggunakan persamaan turunan dari
persamaan proyeksi PPH dengan prinsip interpolasi linier sebagai
berikut:
Keterangan:
Tx : Tahun yang dicari Ta : Tahun analisis yaitu tahun 2016
PPHa : PPH tahun analisis (PPH tahun 2016)
Tahapan berikutnya adalah menghitung skor PPH setiap
kelompok pangan dan skor PPH total berdasarkan proyeksi tahun n
yang telah ditentukan sebelumnya. Penghitungan dilakukan dengan
menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
PPHn : PPH yang dicari PPHa : PPH tahun analisis (PPH tahun 2016)
Tn : Tahun yang PPH-nya dicari Ta : Tahun analisis yaitu tahun 2016
Tx : Tahun dengan PPH 100
Setelah dilakukan penghitungan ini, didapatkan proyeksi nilai PPH
dari tahun awal analisis yaitu tahun 2016 hingga Tx atau tahun yang
diproyeksikan memiliki PPH 100.
Perencanaan Ketersediaan Pangan. Apabila sasaran skor mutu
telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melakukan proyeksi
ketersediaan pangan wilayah dengan mengacu pada sasaran skor mutu
tersebut. Prinsip dasarnya adalah dengan mentransfer atau
mengkonversi kontribusi energi (kkal) atau kuantitas setiap kelompok
pangan (gr) sesuai dengan target ke dalam bentuk komoditas pangan
mulai gr/kapita/hari; kg/kapita/tahun; maupun ton/tahun.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
39
Sasaran ketersediaan pangan ini dihitung menurut sasaran PPH
yang telah disusun sebelumnya. Prinsip dasarnya adalah dengan
mengkonversi kontribusi energi (kkal/kap/hari) sesuai dengan target
ke dalam bentuk komoditas pangan mulai g/kap/hr; kg/kap/thn;
maupun ton/thn. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan
persamaan:
Sasaran ketersediaan pangan A (kkal/kap/hr) = kontribusi E pangan A x sasaran capaian E
100
Sasaran ketersediaan pangan A (g/kap/hari) = Sasaran ktsedia pangan A (kkal/kap/hr) x 100
BDD x kandungan energi tiap gram pangan
Sasaran ketersediaan pangan A (ton/th) = Sasaran ktsedia pngan A (g/kap/hr) x 365 x ∑ pddk
1.000.000
Perencanaan produksi pangan adalah jumlah pangan yang harus
disediakan untuk memenuhi kebutuhan penyediaan pangan untuk
konsumsi dan non konsumsi (perubahan stok, ekspor, pakan, bibit,
tercecer, industri). Perencanaan ini dilakukan dengan memperhatikan
komposisi penyediaan pangan yang dihitung dalam satuan ton/tahun.
Target produksi = Faktor Konversi x Proyeksi Ketersediaan
Dengan perhitungan faktor konversi sebagai berikut :
Faktor konversi = Penyediaan / Bahan Makanan
Penyusunan Strategi dan Langkah Implementasi. Tahap ini
diawali dengan analisis kesenjangan (gap) antara ketersediaan pangan
aktual dengan ketersediaan pangan ideal pada setiap kelompok atau
jenis pangan. Keluaran dari langkah ini adalah kebijakan dan program
aksi pengembangan percepatan penganekaragaman ketersediaan
pangan tahun 2017-2021.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
40
V. GAMBARAN UMUM PROVINSI BANTEN
5.1. Aspek Geografis Dan Demografis
Gambar 3. Peta Provinsi Banten
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten, luas wilayah Provinsi Banten adalah 9
662,92 km2 yang terdiri dari 4 (empat) kabupaten, yaitu Serang,
Pandeglang, Lebak, Tangerang dan 2 (dua) Kota yaitu Tangerang dan
Cilegon. Sesuai dengan tuntutan dan perkembangan pembangunan,
Pemerintah Provinsi Banten melakukan pemekaran wilayah dengan
dibentuknya Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan, sehingga saat
ini jumlah kabupaten dan kota di Provinsi Banten menjadi 4 (empat)
kabupaten dan 4 (empat) kota.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
41
Secara geografis, letak Provinsi Banten berbatasan dengan:
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda;
Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi
Jawa Barat;
Sebelah Utara dengan Laut Jawa;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.
Tabel 4. Luas Daerah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
Kabupaten/
Kota
Ibukota Luas/
Area(km²)
Persentase
Terhadap Luas
Provinsi Banten (%)
(1) (2) (3) (4)
Kabupaten
1. Pandeglang Pandeglang 2 746,89 28,43
2. Lebak Rangkasbitung 3 426,56 35,46
3. Tangerang Tigaraksa 1 011,86 10,47
4. Serang Ciruas 1 734,28 17,95
Kota
5. Tangerang Tangerang 153,93 1,59
6. Cilegon Purwakarta 175,50 1,82
7. Serang Serang 266,71 2,76
8. Tangerang
Selatan
Pamulang 147,19 1,52
Provinsi
Banten
Kota Serang 9 662,92 100,00
Sumber: Banten dalam Angka, BPS 2017
Data pada Tabel 4. menunjukkan bahwa Kabupaten Lebak
merupakan Kabupaten dengan wilayah terluas di provinsi Banten
sedangkan Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah paling kecil
di Provinsi Banten.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
42
Penyebaran penduduk Provinsi Banten di 8 kabupaten/kota
tidak tersebar merata. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
penduduk lebih memilih tinggal di wilayah yang potensial secara
ekonomi dan memiliki fasilitas umum dan sosial yang lebih lengkap
dibandingkan wilayah lainnya yang masih tertinggal. Kota Serang
sebagai ibukota Provnsi Banten hanya mempunyai jumlah penduduk
sebanyak 655.004 jiwa, sementara jumlah penduduk terbesar berada di
Kabupaten Tangerang yaitu sebesar 3.477.495 jiwa. Kota Tangerang
merupakan wilayah yang paling padat penduduknya, dengan
kepadatan penduduk 13.602 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan
Kabupaten Lebak merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk
terkecil yaitu 373 jiwa per kilometer persegi (BPS, 2017).
Tabel 5. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Banten
Kabupaten/
Kota
Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
Penduduk
2015 2016 2010-2016 2015-2016 (1) (3) (4) (5) (6)
Kabupaten/Regency
Pandeglang 1.194.911 1.200.512 0,58 0,47
Lebak 1.269.812 1.279.412 0,82 0,76
Tangerang 3.370.594 3.477.495 2,82 3,17
Serang 1.474.301 1.484.502 0,76 0,69
Kota/Municipality
Tangerang 2.047.105 2.093.706 2,09 2,28
Cilegon 412.106 418.705 1,52 1,60
Serang 643.205 655.004 1,72 1,83
Tangerang 1.543.209 1.593.812 3,28 2,92
BANTEN 11.955.243 12.203.148 1,88 2,07
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
43
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Neraca Bahan Makanan Provinsi Banten Tahun 2017
Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah tabel yang terdiri atas
kolom-kolom yang memuat berbagai informasi tentang situasi dan
kondisi penyediaan pangan bagi penduduk suatu negara atau daerah
dalam kurun waktu tertentu. Neraca ini terbagi menjadi tiga kelompok
penyajian yaitu (1) Pengadaan atau penyediaan (supply); (2)
Penggunaan atau pemakaian (utilization); dan (3) Ketersediaan per
kapita.
Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten tahun 2017
disusun dengan menggunakan data produksi, cadangan pangan dan
konsumsi pangan tahun 2016 dari Dinas-dinas terkait. NBM dapat
digunakan untuk menggambarkan sumberdaya pangan yang dimiliki
Provinsi Banten untuk memenuhi kebutuhan pangan sebanyak
12.203.148 jiwa penduduk. Ketersediaan pangan di Provinsi Banten
berasal dari hasil produksi pangan, cadangan pangan, serta
pasokan/impor dari wilayah lain.
Tabel 6 menyajikan data produksi pangan di Provinsi Banten
tahun 2016. Produksi serealia didominasi oleh beras dengan produksi
GKG 2.188.996,5 ton. Produksi umbi-umbian terbanyak yaitu ubi kayu
dengan jumlah 74.163 ton. Buah-buahan yang diproduksi adalah buah
alpokat, mangga, pepaya, pisang, rambutan, sawo, belimbing,
nangka/cempedak, jambu biji, jeruk besar, jambu air dan lain-lain.
Buah yang diproduksi paling banyak adalah buah pisang sebanyak
137.811,7 ton. Sayur yang diproduksi adalah kangkung, bayam,
melinjo, petai, dan lain-lain. Sayur yang paling banyak diproduksi
adalah melinjo sebanyak 28.520 ton. Sumber protein hewani yang
diproduksi di Provinsi Banten mencakup hasil peternakan dan
perikanan. Ikan bandeng adalah jenis ikan yang paling banyak terdapat
di Banten dengan jumlah produksi sebanyak 10.637,65 ton. Adapun
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
44
hasil peternakan paling tinggi produksinya adalah daging ayam ras
sejumlah 77.688,3 ton diikuti oleh produksi telur ayam ras sebanyak
45.981,2 ton.
Tabel 6. Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
No Jenis Pangan Jumlah Produksi (Ton)
2015 2016
Padi-Padian/Serealia
1 Gabah Kering Giling 2.188.996,55 2.358.202
2 Jagung 11.870,02 19.882
Makanan Berpati
6 Ubi Jalar 20.150 24.255
7 Ubi Kayu 74.163 90.629
Gula
12 Gula Merah 2.340,53 3.874,75
Buah/Biji Berminyak
13 Kacang Tanah Lepas Kulit 11.004 8.419
14 Kedelai 7.291 4.020
15 Kacang Hijau 541,89 432
16 Kelapa Berkulit 55.123 43.084
17 Kelapa Sawit 8.016 3.589
Buah-Buahan
19 Alpokat 771,3 6.888
20 Jeruk 844,3 658
21 Duku 4.932,4 44.294
22 Durian 48.545,7 6.889
23 Jambu 5.644,7 43.777
24 Mangga 35.291 26.613
25 Nenas 253,6 258
26 Pepaya 9.823,1 8.262
27 Pisang 137.811,7 162.853
28 Rambutan 35.636,7 173.666
29 Salak 2.171,2 14.053
30 Sawo 2.027,7 16.419
31 Semangka 1.114,4 12.002
32 Belimbing 1.217,7 12.182
33 Manggis 9.760,2 64.147
34 Nangka/Cempedak 8.694,5 59.426
35 Markisa 22 213
36 Sirsak 1.904,6 19.306
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
45
No Jenis Pangan Jumlah Produksi (Ton)
2015 2016
37 Sukun 5.663,2 50.201
38 Apel 0 -
39 Anggur 0 -
40 Lainnya 1.229 2.860
Sayuran
41 Bawang Merah 686.70 701
42 Ketimun 13.861,40 16.400
43 Kacang Merah 52,80 -
44 Kacang Panjang 13.124,00 14.883
45 Kentang 0 -
46 Kol/Kubis 0 -
47 Tomat 1.051 1.679
48 Wortel 518 431
49 Cabe 11.260 12.903
50 Terung * 7.392
51 Petsai/Sawi 3.388 10.027
52 Bawang Daun 8.335 531
53 Kangkung 468 14.730
54 Lobak 0 -
55 Labu Siam 45 254
56 Buncis 76 217
57 Bayam 7.927 10.269
58 Bawang Putih 0 0
59 Kembang Kol 0,4 -
60 Jamur 7.328 17.971
61 Melinjo 28.520 34.875
62 Petai 8.793,6 6.093
63 Jengkol 4.685,8 4.322
64 Sayuran Lainnya 0 0
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Banten; Banten Dalam Angka 2017
Beberapa jenis bahan makanan mengalami peningkatan produksi
yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan produksi tahun 2015
diantaranya Gabah kering giling, Ubi kayu, sebagian besar jenis buah-
buahan dan sayuran.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
46
Tabel 7. Hasil Produksi Produk Peternakan
Jenis Bahan Makanan
Produksi (Ton)
2015 2016
Daging
1 Daging Sapi 37.163,61 33.712
2 Daging Kerbau 6.900,3 3.339
3 Daging Kambing 3.498,6 2.298
4 Daging Domba 4.604,73 2.502
6 Daging Babi 2.148,91 1.895
7 Daging Ayam Buras 20.687,64 6.779
8 Daging Ayam Ras 77.688,3 92.003
9 Daging itik 2.227,42 7.557
Telur
11 Telur Ayam Buras 13.010,52 12.947
12 Telur Ayam Ras 45.981,2 58.447
13 Telur Itik 17.203,1 13.148 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Banten; Banten Dalam Angka 2017
Produksi peternakan pada tahun 2016 mengalami banyak
penurunan dibandingkan dengan produksi tahun 2015. Hanya daging
dan Telur ayam ras yang mengalami peningkatan.
Tabel 8. Hasil Produksi Produk Perikanan
Jenis Ikan Produksi (Ton)
2015 2016
1 Tuna/Cakalang/Tongkol 3.681,2 4.967.9
2 Kakap 903,1 815.4
3 Cucut 377,1 310.3
4 Bawal 265,6 255.8
5 Teri 6.474,5 4.002.8
6 Lemuru 0,5 16.6
7 Kembung 4.799,7 3.409.4
8 Tenggiri 2.013,6 1.811.9
9 Bandeng 10.637,65 11.022.2
10 Belanak 533,5 513.6
11 Mujair 3.305,2 1.233.2
12 Ikan Mas 4.207,56 3.327.8
13 Udang 2.934,2 4.519.7
14 Kepiting/Rajungan 6.386,5 3.684.8
15 Kekerangan 658,6 5.983.9
16 Cumi-Cumi/Sotong 10.049,8 6.353.5
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
47
Jenis Ikan Produksi (Ton)
2015 2016
17 Lainnya 116.111,2 1.016.6
18 Kerapu - 1.054.7
19 Rumput laut - 65.882 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Banten
Sebagian besar produksi hasil perikanan mengalami penurunan.
Hanya jenis ikan Tuna Tongkol Cakalang, Bandeng dan kekerangan
yang mengalami peningkatan. Peningkatan nilai produksi kekerangan
disebabkan oleh data tahun 2015 hanya mencatat kerang jenis kerang
darah. Produksi perikanan juga ditambahkan dengan kerapu dan
rumput laut pada tahun 2016.
Selain data produksi, terdapat pula data pendukung yaitu
cadangan pangan yang bersumber dari Bulog. Data cadangan pangan
(beras) stok akhir tahun 2016 yaitu sebanyak 69.898.995 kg dengan
stok awal tahun sebanyak 56.253.530 kg.
Tabel 9. Jumlah Stok Bahan Pangan Provinsi Banten
WILAYAH KOMODITI
JUMLAH STOK (Kg)
Awal Tahun
(04 Januari 2016)
Akhir Tahun
(28 Desember 2016)
Subdivre Serang Beras 9.282.256 4.487.964
Subdivre Tangerang Beras 45.610.720 57.679.470
Subdivre Lebak Beras 1.360.554 7.731.561
TOTAL BERAS BANTEN 56.253.530 69.898.995
Subdivre Tangerang Jagung 0 3.323
Sumber : BULOG Divre DKI Jakarta dan Banten
6.2. Situasi Ketersediaan Pangan Provinsi Banten
Selanjutnya disusun NBM berdasarkan data produksi untuk
mengetahui daya dukung wilayah Provinsi Banten dalam menyediakan
pangan bagi penduduknya atau tingkat kemandirian pangan.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
48
Berdasarkan Tabel 10. diperoleh bahwa ketersediaan energi sebesar
2.502 kkal/kap/hari (104,3% AKE), hal ini menunjukkan bahwa
produksi pangan di Provinsi Banten dapat mencukupi kebutuhan
penduduk. Sumbangan energi terbesar berasal dari kelompok pangan
pangan hewani yaitu sebesar 53,7%. Produksi pangan mampu
menyediakan protein sebesar 88,1 gr/kap/hr (68,6% AKP). Hal itu
menunjukkan bahwa produksi pangan di Provinsi Banten hanya
mampu menyediakan 139,8% protein dari kebutuhan ideal. Tabel 10
juga menunjukkan bahwa skor PPH sebesar 64,7 artinya, pangan yang
diproduksi di Provinsi Banten belum beragam jenisnya.
Tabel 10. Situasi ketersediaan pangan berdasarkan potensi produksi
pangan di Provinsi Banten tahun 2017
No. Kelompok
Pangan
Gram/
kap/hari
Energi
(kkal) %AKE
Protein
(g/kap/hari) %AKP
Skor
PPH
1 Padi-padian 294.6 1068 44.5 26.2 41.6 22.2
2 Umbi-umbian 24.3 32 1.3 0.2 0.4 0.7
3 Pangan Hewani 740.2 1290 53.7 58.8 93.3 24.0
4
Minyak dan
Lemak 1.7 14 0.6 0.0 0.0 0.3
5 Buah/Biji Berminyak 3.2 6 0.3 0.1 0.1 0.1
6 Kacang-kacangan 2.6 11 0.5 0.8 1.2 0.9
7 Gula 0.9 3 0.1 0.0 0.0 0.1
8 Sayur dan Buah 192.5 79 3.3 2.0 3.2 16.4
9 Lain-lain 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0.0
Total 2,502 104,3 88,1 139.8 64,7
Keterangan : * Angka Kecukupan Energi Ideal = 2.400 kkal/kap/hari
* Angka Kecukupan Protein ideal = 63 g/kkap/hari
Produksi pangan yang berkontribusi besar terhadap ketersediaan
pangan di Provinsi Banten yaitu padi-padian, dan pangan hewani.
Beras adalah salah satu kelompok padi-padian yang utama diproduksi
di Banten. Jenis pangan lainnya adalah jagung. Namun, produksinya
belum mampu memenuhi kebutuhan sumber karbohidrat dari
kelompok padi-padian di Provinsi Banten. Kemampuan produksi padi-
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
49
padian baru mencukupi 44,5% kecukupan energi dari angka ideal 50%
atau.
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 50%
kebutuhan pangan di Provinsi Banten berasal dari kelompok pangan
hewani terutama dari jenis rumput laut. Hal ini sesuai dengan
karakteristik letak geografis Provinsi Banten yaitu dikelilingi oleh
lautan dimana bagian utara, selatan dan barat berbatasan dengan
lautan sehingga Provinsi Banten memiliki hasil kekayaan laut yang
melimpah terutama untuk jenis rumput laut dan hasil perikanan laut
lainnya. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan, sebagian besar rumput laut yang dihasilkan digunakan
untuk bahan baku industri dan diekspor ke Wilayah DKI Jakarta,
hanya sekitar 20% yang diolah di Wilayah Provinsi Banten.
Dengan demikian, untuk mengetahui situasi ketersediaan
pangan di Provinsi Banten, tidak cukup hanya dengan menggunakan
data produksi saja. Diperlukan pula data ekspor impor (perdagangan)
pangan dan data cadangan pangan. Data perdagangan pangan belum
tersedia di Provinsi Banten sehingga untuk mengetahui jumlah pangan
yang keluar dan masuk digunakan estimasi dari data konsumsi
pangan. Data konsumsi pangan yang digunakan bersumber dari
Susenas Provinsi Banten tahun 2016. Pendekatan yang digunakan
yaitu pangan yang dikonsumsi penduduk namun tidak dapat
diproduksi secara mandiri, tentu diperoleh dari wilayah lain. Hal ini
berlaku sebaliknya, dimana jika konsumsi penduduk terhadap jenis
pangan tertentu lebih rendah dari produksinya, maka kelebihan
produksi (over supply) akan dijual ke wilayah lain.
Angka konsumsi pangan penduduk diketahui melalui analisis
Susenas Provinsi Banten tahun 2016. Situasi konsumsi pangan
Provinsi Banten tahun 2016 disajikan pada Tabel 11 berikut ini.
Berdasarkan tabel 11 diketahui konsumsi energi penduduk Provinsi
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
50
Banten adalah sebesar 2.400 kkal/kap/hr (111,7% AKE), konsumsi
protein 68,9 g/kap/hari (121% AKP) dan skor PPH 85,7 dari skor
maksimal 100. Konsumsi tersebut tergolong tahan pangan karena
berada pada kisaran 90-110% AKE. Konsumsi pangan yang berlebih
adalah padi-padian dan minyak/lemak sedangkan konsumsi kelompok
pangan lainnya masih belum memenuhi standar ideal.
Tabel 11. Situasi Konsumsi Pangan Provinsi Banten Tahun 2016
No. Kelompok Pangan Energi
(kkal) %AKE
Protein
(g/kap/hari) %AKP
Skor
PPH
1 Padi-padian 1,496.6 69.6 34.1 59.8 25.0
2 Umbi-umbian 38.2 1.8 0.4 0.7 0.9
3 Pangan Hewani 249.9 11.6 22.4 39.3 23.2
4 Minyak dan Lemak 312.9 14.6 0.0 0.0 5.0
5
Buah/Biji
Berminyak 19.0 0.9 0.3 0.6 0.4
6 Kacang-kacangan 70.5 3.3 7.0 12.3 6.6
7 Gula 73.9 3.4 0.1 0.1 1.7
8 Sayur dan Buah 98.2 4.6 3.4 6.0 22.8
9 Lain-lain 41.4 1.9 1.2 2.2 0.0
Total 2,400.7 111.7 68.9 121.0 85.7
Acuan : AKE 2.150 kkal/kap/hari, AKP 57 g/kap/hari,
Diolah oleh Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten menggunakan
software Harmonisasi Justifikasi PPH
Estimasi ekspor-impor pangan dapat dihitung dengan
mengalikan angka konsumsi (gr/kap/hari) dengan 110% dan jumlah
penduduk. Angka tersebut kemudian dikurangi dengan data produksi,
jika selisihnya positif berarti pangan dipenuhi dari wilayah lain (impor).
Jika selisihnya negatif berarti pangan tersebut berlimpah produksinya
sehingga diekspor ke wilayah lain. Tabel 12 menunjukkan estimasi
ekspor impor pangan berdasarkan data SUSENAS Konsumsi Pangan.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
51
Berdasarkan Tabel 12 ditunjukkan bahwa bahan pangan yang
pemenuhannya antara lain melalui impor di Provinsi Banten yaitu
beras, terigu, ubi jalar, sagu, kentang, ikan, daging unggas, telur, susu,
minyak sawit (minyak goreng), kelapa, kacang kedelai, gula pasir, gula
merah, kemiri, sayuran dan buah-buahan. Adapun jenis pangan yang
produksinya lebih besar dari konsumsi (ekspor) yaitu jagung,
singkong, daging ruminansia, minyak kelapa dan kacang tanah
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
52
Tabel 12.Estimasi Ekspor Impor Pangan Berdasarkan Data Konsumsi Tahun 2016 di Provinsi Banten
Jenis Bahan Makanan
Konsumsi
Pangan
(g/kap/hr)
Ketersediaan
110% dari
Konsumsi
(Ton/tahun)
Produksi
(Ton/tahun)
Estimasi
Impor*
(Ton/tahun)
Estimasi
Ekspor*
(Ton/tahun)
Beras 310.82 1.522.896 1.379.401 238888 -
Jagung 0.63 3.062 19.882 - 13118
Tepung terigu 111.75 547.544 0 549137 -
Ketela pohon /Singkong 18.41 90.192 90.629 3449 -
Ubi Jalar 6.94 33.981 24.255 14360 -
Sagu 0.30 1.450 0 1460 -
Kentang 11.52 56.447 0 60184 -
Umbi Lainnya 0.20 980 0 1114 -
Ikan 28.99 142.024 132.922 13495 -
Daging Ruminansia 6.90 33.807 43.846 - 8259
Daging Unggas 30.23 148.133 106.339 49590 -
Telur 23.39 114.604 84.542 32461 -
Susu 139.84 685.178 0 812785 -
Minyak Kelapa 0.26 1.272 4.046 - 2754
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
53
Jenis Bahan Makanan
Konsumsi
Pangan
(g/kap/hr)
Ketersediaan
110% dari
Konsumsi
(Ton/tahun)
Produksi
(Ton/tahun)
Estimasi
Impor*
(Ton/tahun)
Estimasi
Ekspor*
(Ton/tahun)
Minyak Sawit 34.44 168.758 1.631 169784 -
Kelapa 1.70 8.323 43.084 - 23832
Kemiri 1.18 5.804 0 13426 -
Kacang Tanah 0.83 4.072 8.419 - 3710
Kacang Kedelai 23.34 114.355 4.020 116786 -
Gula Pasir 17.99 88.165 0 89038 -
Gula Merah 2.23 10.915 0 10915 -
Sayur 307.98 1.508.961 118.555 1430846 -
Buah 168.32 824.707 722.107 109502 -
Lanjutan Tabel 12.Estimasi Ekspor Impor Pangan Berdasarkan Data Konsumsi Tahun 2016 di Provinsi Banten
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
54
Data estimasi ekspor- impor tersebut kemudian digunakan
untuk menyusun NBM Provinsi Banten. Tabel 13 menunjukkan
situasi ketersediaan pangan Provinsi Banten tahun 2017 yaitu
ketersediaan energi sebesar 2.903 kkal/kapita/hari (121%),
ketersediaan protein 87,3 gram/kapita/hari (138,6%) dan skor
PPH 94,7.
Tabel 13. Situasi ketersediaan pangan Provinsi Banten tahun
2017
No. Kelompok Pangan Gram/
kap/hari
Energi
(kkal)
%
AKE*
Protein
(g/kap/hari) %AKP*
Skor
PPH
1 Padi-padian 466.5 1656 69.0 41.6 66.1 25.0
2 Umbi-umbian 41.6 44 1.8 0.5 0.8 0.9
3 Pangan Hewani 399.5 522 21.8 30.8 48.8 24.0
4
Minyak dan
Lemak 39.1 352 14.7 0.0 0.0 5.0
5
Buah/Biji
Berminyak 2.4 5 0.2 0.0 0.1 0.1
6
Kacang-kacangan 26.7 102 4.3 10.6 16.9 8.5
7 Gula 22.2 81 3.4 0.0 0.0 1.7
8 Sayur dan Buah 452.1 141 5.9 3.7 5.9 29.4
9 Lain-lain 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0.0
Total 2,903 121.0 87,3 138,6 94,7
Acuan : AKE 2.400 kkal/kap/hari, AKP 63 g/kap/hari,
Ketersediaan kelompok pangan padi-padian, pangan hewani,
gula dan minyak lemak telah mencukupi sedangkan ketersediaan
kelompok pangan lainnya perlu ditingkatkan baik melalui
peningkatan produksi, jaminan pasokan pangan, maupun
manajemen penyediaan data pokok lintas SKPD lingkup
ketahanan pangan. Ketersediaan umbi-umbian perlu ditingkatkan
sebanyak 63,6%, ketersediaan buah/biji berminyak perlu
ditingkatkan sebanyak 90,4%, kacang-kacangan ditingkatkan
sebanyak 14,8%, serta ketersediaan sayur dan buah ditingkatkan
sebanyak 1,8%.
Berikut ini disajikan perkembangan situasi ketersediaan
pangan di Provinsi Banten. Ketersediaan energi dan protein pada
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
55
tahun 2017 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu
2.688 kkal/kap/hari dan 87,1 gr/kap/hari menjadi 2.903
kkal/kap/hari dan 87,3 gr/kap/hari. Skor PPH ketersediaan
pangan pada tahun 2017 juga meningkat dari tahun 2016 yaitu
93,9 dari 94,7. Skor PPH diatas 90 menunjukkan pangan yang
tersedia sudah cukup beragam.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
56
Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
I . PADI-PADIAN /
CEREALS
1 . Padi gagang Kering Giling / - 2,358,202 0 0 2,358,202 0 2,358,202 - - - - -
Dry stalk paddy /unhusked rice
2 . Gabah Krg Giling / Beras 2,198,599 1,379,401 49,264 238,888 1,569,025 0 1,569,025 125.14 342.86 1,244.57 30.51 4.80
Unhusked rice / Rice
3 . Jagung / - 19,882 3,323 0 16,559 13,118 3,441 0.25 0.69 2.20 0.06 0.02
Maize
4 Jagung basah - 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Fresh Maize
5 . Gandum - 0 0 0 0 0 0 - - - - -
Wheat
6 . Tepung gandum - 0 0 549,137 549,137 0 549,137 44.87 122.93 409.35 11.06 1.23
Wheat Flour 1,656.12 41.63 6.05
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
57
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
II . MAKANAN BERPATI /
STARCHY FOOD
1 . Ubi Jalar / - 24,255 0 15,473 39,728 0 39,728 2.86 7.85 9.82 0.09 0.03
Sweet potatoes
2 . Ubi Kayu / - 90,629 0 3,449 94,078 0 94,078 7.39 20.25 26.51 0.17 0.05
Cassava
3 . Ubi kayu/Gaplek 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Cassava/Manioc
4 . Ubi kayu/Tapioka 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Cassava/Tapioca
5 . Sagu / Tepung Sagu 0 0 0 1,460 1,460 0 1,460 0.12 0.33 0.68 0.00 0.00
Sagopith / Sago flour 37.01 0.26 0.08
III . G U L A /
S U G A R
1 . Gula Pasir / - 0 0 89,038 89,038 0 89,038 7.22 19.79 72.05 0.00 0.00
Refined Sugar
2 . Gula merah - 0 0 10,915 10,915 0 10,915 0.89 2.45 9.07 0.03 0.09
Brown sugar 81.12 0.03 0.09
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
58
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
IV . BUAH/BIJI BERMINYAK /
PULSES NUT & OIL SEEDS
1 . Kacang Tanah Berkulit / - 14,770 0 0 14,770 0 14,770 - - - - -
Groundnuts in shell
2 . Kacang Tanah Lepas Kulit / 14,032 8,419 0 0 8,419 3,710 4,709 0.33 0.91 4.13 0.23 0.39
Groundnuts in shelled
3 . Kedelai / - 4,020 0 116,786 120,806 0 120,806 9.37 25.67 97.82 10.37 4.29
Soyabeans
4 . Kacang Hijau / - 432 0 0 432 0 432 0.03 0.09 0.30 0.02 0.00
Greenpeas
5 . Kelapa Berkulit / daging / 179,517 43,084 0 0 43,084 10,406 32,678 0.88 2.42 4.61 0.04 0.45
Coconut in husk /Coconut meat
6 . Kelapa Daging / Kopra 20,682 6,817 0 0 6,817 0 6,817 - - - - -
Coconut meat / Copra 106.86 10.67 5.13
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
59
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
V . BUAH-BUAHAN /
FRUITS
1 . Alpokat / - 6,888 - 0 6,888 0 6,888 0.56 1.53 0.80 0.01 0.06
Avocados
2 . Jeruk / - 658 - 0 658 0 658 0.05 0.14 0.04 0.00 0.00
Oranges
3 . D u k u / - 44,294 - 0 44,294 0 44,294 3.60 9.86 3.98 0.06 0.01
Lanzon
4 . Durian / - 6,889 - 0 6,889 0 6,889 0.51 1.39 0.41 0.01 0.01
Durians
5 . Jambu / - 43,777 - 0 43,777 0 43,777 3.56 9.75 3.93 0.07 0.02
Waterapples
6 . Mangga / - 26,613 - 0 26,613 0 26,613 2.03 5.56 2.02 0.02 0.01
Mangoes
7 . Nenas / - 258 - 0 258 0 258 0.02 0.05 0.01 0.00 0.00
Pineapples
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
60
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
8 . Pepaya / - 8,262 - 0 8,262 0 8,262 0.64 1.74 0.60 0.01 0.00
Papayas
9 . Pisang / - 162,853 - 0 162,853 0 162,853 12.72 34.84 25.00 0.27 0.08
Bananas
10 . Rambutan / - 173,666 - 0 173,666 0 173,666 14.12 38.67 10.67 0.14 0.02
Rambutans
11 . Salak / - 14,053 - 0 14,053 0 14,053 1.07 2.94 1.56 0.01 0.00
Zalaka edulis
12 . S a w o / - 16,419 - 0 16,419 0 16,419 1.33 3.66 2.79 0.02 0.03
Sapodila
13 . Semangka / - 12,002 - 0 12,002 0 12,002 0.98 2.67 0.34 0.01 0.00Watermelon
14 . Belimbing / - 12,182 - 0 12,182 0 12,182 0.99 2.71 0.84 0.01 0.01Starfruit
15 . Manggis / - 64,147 - 0 64,147 0 64,147 5.21 14.28 2.61 0.02 0.02
16 . Nangka / Cempedak - 59,426 - 0 59,426 0 59,426 4.83 13.23 3.93 0.04 0.01
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
61
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
17 . Markisa / - 213 - 0 213 0 213 0.02 0.05 0.04 0.00 0.00
18 . Sirsak / - 19,306 - 0 19,306 0 19,306 1.57 4.30 1.90 0.03 0.01
19 . Sukun / - 50,201 - 0 50,201 0 50,201 4.08 11.18 3.32 0.04 0.01
20 . Apel / - 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Apple
21 . Anggur / - 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Grape
22 . Lainnya / *) - 2,860 - 109,502 112,362 0 112,362 9.13 25.02 17.95 0.20 0.06
Others 82.75 0.96 0.37
*) Melon, Blewah, Stroberi
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
62
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
VI . SAYURAN /
VEGETABLES
1 . Bawang Merah / 701 453 - 0 453 0 453 0.03 0.09 0.03 0.00 0.00
Shallot
2 . Ketimun / - 16,400 - 0 16,400 0 16,400 1.30 3.56 0.16 0.00 0.00
Cucumber
3 . Kacang Merah / - 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kidney Beans
4 . Kacang Panjang / - 14,883 - 0 14,883 - 14,883 1.18 3.24 0.89 0.09 0.01
Cow Peas
5 . Kentang / - 0 - 60,184 60,184 0 60,184 4.63 12.67 6.60 0.22 0.02
Potatoes
6 . Kol / Kubis / - 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Cabbage
7 . Tomat / - 1,679 - 0 1,679 0 1,679 0.12 0.34 0.08 0.00 0.00
Tomatoes
8 . Wortel / - 431 - 0 431 0 431 0.03 0.09 0.03 0.00 0.00
Carrots
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
63
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
VI . SAYURAN /
VEGETABLES
9 . C a b e / - 12,903 - 0 12,903 0 12,903 0.99 2.72 2.38 0.11 0.06
C h i l l i
10 . Terung / - 7,392 - 0 7,392 0 7,392 0.59 1.61 0.42 0.02 0.01
Eggplant
11 . Petsai / sawi / - 10,027 - 0 10,027 - 10,027 0.80 2.20 0.14 0.01 0.00
Cabbage / Mustard Greens
Chinese Radish
12 . Bawang Daun / - 531 - 0 531 0 531 0.04 0.12 0.02 0.00 0.00
Spring Onions
13 . Kangkung / - 14,730 - 0 14,730 0 14,730 1.17 3.20 0.54 0.07 0.01
Swampcabbage
14 . Lobak / - 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Radish
15 . Labu Siam / - 254 - 0 254 - 254 0.02 0.06 0.01 0.00 0.00
Pumpkin
16 . Buncis / - 217 - 0 217 0 217 0.02 0.05 0.01 0.00 0.00
Greenbeans
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
64
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
VI . SAYURAN /
VEGETABLES
17 . Bayam / - 10,269 - 0 10,269 0 10,269 0.81 2.23 0.25 0.01 0.01
Spinach
18 . Bawang Putih / 0 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Garlic
19 . Kembang Kol / - 0 - 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
20 . Jamur / - 17,971 - 0 17,971 0 17,971 1.43 3.93 5.03 0.63 0.04
Mushroom
21 . Melinjo / - 34,875 - 0 34,875 0 34,875 2.78 7.63 3.02 0.23 0.03
22 . Petai / - 6,093 - 0 6,093 0 6,093 0.49 1.33 0.25 0.04 0.19
23 . Jengkol / - 4,322 - 0 4,322 0 4,322 0.34 0.92 0.17 0.03 0.00
24 . Sayuran lainnya/ *) - 0 - 1,430,846 1,430,846 0 1,430,846 85.85 235.21 45.16 1.51 0.38
Others 65.20 2.98 0.77
*) Paprika
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
65
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
VII . D A G I N G /
M E A T
1 . Daging Sapi / 44,991 33,712 0 0 33,712 8,259 25,452 1.98 5.43 11.24 1.02 0.76
Beef Meat
2 . Daging Kerbau / 4,750 3,339 0 0 3,339 0 3,339 0.26 0.71 0.60 0.13 0.00
Buffalo Meat
3 . Daging Kambing / 3,388 2,298 0 0 2,298 0 2,298 0.18 0.49 0.75 0.08 0.05
Meat Goat
4 . Daging Domba / 3,659 2,602 0 0 2,602 0 2,602 0.20 0.55 1.14 0.09 0.08
Mutton Meat
5 . Daging Kuda / 0 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Horse Meat
6 . Daging Babi / 2,809 1,895 0 0 1,895 0 1,895 0.15 0.40 1.69 0.05 0.16
Pork Meat
7 . Daging Ayam Buras / 11,688 6,779 0 0 6,779 0 6,779 0.53 1.45 4.37 0.26 0.36
Local Chicken Meat
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
66
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
VII . D A G I N G /
M E A T
8 . Daging Ayam Ras / 158,626 92,003 0 49,590 141,593 0 141,593 11.02 30.20 91.20 5.50 7.55
Improved Chicken Meat
9 . Daging Itik / 12,595 7,557 0 0 7,557 0 7,557 0.59 1.61 5.25 0.26 0.46
Duck Meat
10 . Jeroan Semua Jenis / 0 32,769 0 0 32,769 0 32,769 2.69 7.36 9.34 1.16 0.47
Offal All Kind 125.59 8.55 9.90
VIII . T E L U R /
E G G S
1 . Telur Ayam Buras / - 12,947 0 0 12,947 0 12,947 0.75 2.07 3.56 0.23 0.28
Local Hen Eggs
2 . Telur Ayam Ras / - 58,447 0 32,461 90,908 0 90,908 7.30 19.99 27.40 2.21 1.92
Improved Hen Eggs
3 . Telur Itik / - 13,148 0 0 13,148 0 13,148 0.89 2.44 4.15 0.29 0.31
Duck Eggs 35.11 2.73 2.51
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
67
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
IX . S U S U /
M I L K
1 . Susu Sapi / - 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Cow Milk
2 . Susu impor / - - 0 812,785 812,785 0 812,785 66.60 182.48 111.31 5.84 6.39
Imported milk 111.31 5.84 6.39
XI IKAN /
FISH
1 . Tuna/Cakalng/Tongkol - 4,968 0 20,636 25,604 0 25,604 2.04 5.58 4.52 0.95 0.06
Tunas/Skipjade/Eastern little
2 . Kakap - 815 0 0 815 0 815 0.06 0.18 0.16 0.04 0.00
Giant seaperch
3 . Cucut - 310 0 0 310 0 310 0.02 0.07 0.04 0.01 0.00
Sharks
4 . Bawal - 256 0 0 256 0 256 0.02 0.06 0.04 0.01 0.00
Pomfret
5 . Teri - 4,003 0 4,352 8,355 0 8,355 0.66 1.82 1.35 0.19 0.03
Anchovies
6 . Lemuru - 17 0 0 17 0 17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Indianoil sardinela
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
68
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
XI IKAN /
FISH
7 . Kembung - 3,409 0 28,219 31,629 0 31,629 2.51 6.89 7.65 1.34 0.06
Indianmackerels
8 . Tenggiri - 1,812 0 0 1,812 0 1,812 0.14 0.40 0.27 0.05 0.01
Narrow bard king mackerels
9 . Bandeng - 11,022 0 20,499 31,522 0 31,522 2.51 6.86 8.86 1.37 0.33
Milk fish
10 . Belanak - 514 0 0 514 0 514 0.04 0.11 0.07 0.01 0.00
Multes
11 . Mujair - 1,233 0 12,987 14,220 0 14,220 1.13 3.10 2.76 0.58 0.03
Mozambique tilapia
12 . Ikan mas - 3,328 0 0 3,328 0 3,328 0.26 0.72 0.62 0.12 0.01
Common carp
13 Lele - 9,274 0 10,123 19,398 0 19,398 1.54 4.22 2.82 0.50 0.08
Cat fish
14 Patin - 79 0 0 79 0 79 0.30 0.82 0.66 0.12 0.01
Iridescent shark
15 Nila - 3,090 0 0 3,090 0 3,090 11.73 32.13 20.01 4.12 0.34
Nile tilapia
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
69
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
XI IKAN /
FISH
16 Kerapu - 1,055 0 0 1,055 0 1,055 4.00 10.97 6.94 1.46 0.07
Groper fish
17 Gurame - 296 0 0 296 0 296 1.12 3.06 2.55 0.51 0.08
Carp Fish
18 . Udang - 4,520 0 12,003 16,522 0 16,522 1.31 3.60 3.27 0.76 0.01
Crab/Swim crab
19 . Kepiting/Rajungan - 3,685 0 0 3,685 0 3,685 0.29 0.80 0.95 0.12 0.00
Crab/Swim crab
20 . Kerang darah - 5,984 0 0 5,984 0 5,984 0.48 1.30 0.90 0.19 0.01
Blood cockles
21 . Cumi-cumi/Sotong - 6,354 0 5,762 12,116 0 12,116 0.96 2.64 1.98 0.42 0.02
Common scids & Cutlle fishes
22 Rumput laut 65,882 0 0 65,882 52,705 13,176 21.43 58.71 183.59 0.77 0.71
Sea weeds
23 . Lainnya - 1,017 0 0 1,017 0 1,017 0.08 0.22 0.17 0.03 0.00
Others 132,922 52.66 144.27 250.18 13.64 1.85
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
70
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
X . MINYAK /
LEMAK
1 . Kacang Tanah / Minyak Goreng 401 208 0 0 208 0 208 0.02 0.05 0.42 0.00 0.05
Cooking Oil
2 . Kopra / Minyak Goreng 6,743 4,046 0 0 4,046 2,754 1,292 0.10 0.29 2.48 0.00 0.28
Cooking Oil
3 . Minyak Sawit - 2,547 0 0 2,547 0 2,547 - - - - -
Palm Oil
4 . Minyak Sawit / Minyak Goreng 2,389 1,631 0 169,784 171,415 0 171,415 13.83 37.89 341.75 0.00 37.89
Palm Oils / Cooking Oils 344.65 0.00 38.21
5 . Lemak sapi / 44,991 2,929 0 0 2,929 0 2,929 0.24 0.66 5.38 0.01 0.59
Cow Fats
6 . Lemak Kerbau / 4,750 309 0 0 309 0 309 0.02 0.07 0.55 0.00 0.06
Buffalo Fats
7 . Lemak Kambing / 3,388 261 0 0 261 0 261 0.02 0.06 0.47 0.00 0.05
Goat Fats
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
71
Lanjutan Tabel 14. Neraca Bahan Makanan (NBM) Provinsi Banten Tahun 2017
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 2016
PROVINSI BANTEN Mid Year Population 12,203,148 Jiw a
Penyediaan
Perubah- Propinsi Penyediaan
an Stok Impor Ekspor Ekspor Propinsi
Changes Imports Supply Exports Supply Energi Protein Lemak
Masukan Keluaran in Stock Available Available kg/thn gr/hari kal/hari Proteins Fats
Input Output before Export kg/year gr/day cal/day gr/day gr/day
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (15) (16) (17) (18) (19)
X . MINYAK /
LEMAK
8 . Lemak Domba / 3,659 238 0 0 238 0 238 0.02 0.05 0.43 0.00 0.05
Mutton fats
9 . Lemak Babi / 2,809 332 0 0 332 0 332 0.03 0.07 0.66 0.00 0.07
Pig Fats 7.49 0.01 0.82
352.14 0.02 39.04
Nabati/Vegetal 2,373.70 56.54 50.70
Hewani/Animal 529.68 30.77 21.47
Jumlah/Total 2,903.38 87.31 72.17
(1)
Produksi
Production
Jenis Bahan Makanan
Commodity
(Ton)
Ketersediaan untuk konsumsi per kapita
Per Capita Consumption Availability
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
72
6.3. PPH Ketersediaan Pangan Provinsi Banten dalam
Perencanaan Penyediaan Pangan
Salah satu ciri terwujudnya ketahanan pangan adalah
terpenuhinya pangan yang cukup, beragam, bergizi, seimbang,
dan aman serta terjangkau bagi setiap warga. Pemenuhan pangan
tersebut hanya dapat tercapai apabila pangan tersedia dalam
jumlah yang memenuhi kebutuhan. Tujuan analisis PPH adalah
Untuk menghasilkan suatu komposisi norma (standar) pangan
untuk memenuhi kebutuhan gizi penduduk, yang
mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutrition balance)
berdasarkan cita rasa (palatability), daya cerna (digestibility), daya
terima masyarakat (acceptability), kuantitas dan kemampuan daya
beli (affordability).
Capaian skor PPH diharapkan meningkat bertahap setiap
tahunnya dan ditargetkan dapat mencapai kondisi ideal pada
tahun 2021 dengan peningkatan sebesar 1,2 poin setiap
tahunnya. Skor PPH aktual Tahun 2016 sebesar 93,9 ditargetkan
meningkat pada tahun 2017 sebesar 95,1, pada tahun 2018
sebesar 96,3, pada tahun 2019 sebesar 97,5, pada tahun 2020
sebesar 98,8 dan pada tahun 2021 sebesar 100. Skor PPH
berdasarkan Neraca Bahan Makanan Tahun 2017 sebesar 94,7.
Angka ini menunjukkan terjadi peningkatan Pola Pangan Harapan
(PPH) Ketersediaan namun belum mencapai target.
Pencapaian PPH yang ideal perlu didukung oleh produksi
dan penyediaan pangan yang memenuhi norma standar untuk
hidup sehat. Menyusun perencanaan ketersediaan pangan dapat
didasarkan pada AKG-PPH yang menerjemahkan angka konsumsi
setiap penduduk menjadi komposisi dan jumlah ideal penyediaan
pangan wilayah. Perencanaan penyediaan pangan wilayah
mempertimbangkan Angka kecukupan gizi (Angka Kecukupan
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
73
Energi/AKE), Keseimbangan gizi (mengacu pada PPH), Pola
konsumsi pangan setempat (Susenas terakhir), Potensi produksi
dan penyediaan pangan setempat. Tabel 15 menggambarkan
perhitungan kebutuhan pangan Provinsi Banten berdasarkan PPH.
Konsumsi beras penduduk Banten saat ini masih melebihi
standar kebutuhan berdasarkan AKG dan PPH sementara
konsumsi umbi-umbian masih kurang baik dari segi konsumsi
maupun produksi. Oleh karenanya pemerintah sampai saat ini
masih menggalakkan program diversifikasi pangan dengan fokus
program pada penurunan konsumsi beras dan peningkatan
konsumsi umbi. Program ini sebaiknya didukung oleh
peningkatan produksi dan ketersediaan umbi di Provinsi Banten
sehingga memudahkan masyarakat untuk mendapatkan umbi.
Jumlah konsumsi tepung terigu juga masih cukup tinggi yakni
24,6% dari total konsumsi padi-padian. Pola konsumsi penduduk
banten untuk kelompok padi-padian masih didominasi oleh beras
dan tepung terigu.
Pola konsumsi penduduk untuk kelompok pangan pangan
hewani didominasi oleh daging unggas dan ikan. Oleh karena itu
pemerintah perlu memperhatikan penyediaan ikan dan daging
unggas di Provinsi Banten baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Pada kelompok buah dan sayur, pola konsumsi pangan
penduduk masih lebih menyukai sayur daripada buah. Karenanya
petani dapat diarahkan untuk beralih pada komoditas
hortikultura. Penyediaan pangan yang didasarkan pada pola
konsumsi penduduk akan memberikan jaminan bagi penduduk
untuk mendapatkan jenis pangan yang diinginkan.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
74
No
Kelompok /jenis
Pangan
Pola Konsumsi Kebutuhan Tahun 2018 Berdasarkan PPH
Konsumsi Pangan
(kkal/kap/hr)
%
Tk. Kons
Tk. Ktrsdiaan
Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan
gr/hr kg/thn Ton gr/hr kg/thn Ton kal/kap/hr
I. KELOMPOK PADI-PADIAN
1. Beras 1.126 75,2 809 903 223 81 1.034.105 249 91 1.154.350
2. Jagung 2 0,1 1 2 0 0 2.310 1 0 2.579
3. Terigu 369 24,6 265 296 80 29 368.454 89 32 411.298
II UMBI-UMBIAN
1. Singkong 24 60,2 78 87 79 29 366.340 88 32 408.938
2. Ubi jalar 9 21,7 28 31 26 9 120.388 29 11 134.387
3. Kentang 1 2,5 3 4 7 3 33717 8 3 37637
4. Sagu 6 15,0 19 22 6 2 26.495 6 2 29.576
5. Umbi lainnya 0 0,6 1 1 1 0 3.873 1 0 4.324
III PANGAN HEWANI
1.
Daging
Ruminansia 14 5,7 15 16 7 3 33.008 8 3 36.846
2. Daging Unggas 91 36,6 94 105 31 11 144.632 35 13 161.450
Tabel 15. Perencanaan Ketersediaan Tahun 2018 berdasarkan AKG dan PPH
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
75
No
Kelompok /jenis
Pangan
Pola Konsumsi Kebutuhan Tahun 2018 Berdasarkan PPH
Konsumsi Pangan
(kkal/kap/hr)
%
Tk. Kons
Tk. Ktrsdiaan
Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan
gr/hr kg/thn Ton gr/hr kg/thn Ton kal/kap/hr
3. Telur 32 12,8 33 37 27 10 124.274 30 11 138.724
4. Susu 47 18,9 49 54 80 29 369.893 89 33 412.904
5. Ikan 65 26,0 67 75 81 30 376.629 91 33 420.424
IV MINYAK DAN LEMAK
1. Minyak kelapa 2.3 0,7 2 2 0 0.1 826 0 0.1 922
2. Minyak sawit 310,7 99,3 213 238 24 8.6 109.606 26 9.6 122.350
V BUAH BIJI BERMINYAK
1. Kelapa 12 60.4 39 44 27 10 126.161 30 11 140.831
2. Kemiri 8 39.6 26 28 4.0 1.5 18.587 4.5 1.6 20.748
VI KACANG-KACANGAN
1. Kedelai 67 94.6 102 114 27 9.7 123.652 30 10.9 138.030
2. Kacang tanah 4 5.4 6 6 1 0.5 5.929 1 0.5 6.619
VII GULA
Tabel 15. Perencanaan Ketersediaan Tahun 2018 berdasarkan AKG dan PPH
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
76
No
Kelompok /jenis
Pangan
Pola Konsumsi Kebutuhan Tahun 2018 Berdasarkan PPH
Konsumsi Pangan
(kkal/kap/hr)
%
Tk. Kons
Tk. Ktrsdiaan
Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan
gr/hr kg/thn Ton gr/hr kg/thn Ton kal/kap/hr
Gula Pasir 66 88.6 95 106 26 9.6 121.243 29 10.7 135.341
Gula Merah 8 11.4 12 14 3 1.2 15.011 4 1.3 16.756
VIII SAYUR DAN BUAH
Sayuran 52 52.7 68 76 578 211 2.677.057 645 235 2.988.343
Buah 46 47.3 61 68 126 46 585.247 141 51 653.299
Tabel 15. Perencanaan Ketersediaan Tahun 2018 berdasarkan AKG dan PPH
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
77
6.4. Kebijakan dan program aksi pengembangan penyediaan
pangan di Provinsi Banten tahun 2017– 2021
Secara umum tujuan pembangunan ketahanan pangan
adalah untuk membangun ketahanan dan kemandirian pangan
baik di tingkat makro (wilayah) maupun di tingkat mikro (rumah
tangga/individu). Pembangunan ketahanan pangan merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional yang harus
dirumuskan secara terpadu dan serasi. Ketahanan pangan
merupakan urusan wajib non pelayanan dasar yang harus
diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Berdasarkan lampiran
UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
kemudian diterjemahkan ke dalam Peraturan Daerah Provinsi
Banten Nomor 2 Tahun 2017. terdapat 4 Kebijakan Pemerintah
Daerah dalam Penyelenggaraan Pangan yang terdiri atas:
1. Ketersediaan pangan;
Ketersediaan Pangan di Daerah dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dan konsumsi karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral yang berasal dari Pangan bagi
masyarakat, rumah tangga dan perseorangan secara
berkelanjutan.
2. Keterjangkauan pangan;
3. Pemanfaatan pangan
Berdasarkan hasil analisis NBM diperoleh bahwa
produksi pangan Provinsi Banten sudah dapt memenuhih
kebutuhan pangan penduduk namun jenis dan keragamannya
masih rendah. Oleh karena itu, sebagian dari kebutuhan
pangan Provinsi Banten dipenuhi oleh daerah lain
(pasokan/impor). Beberapa jenis pangan seperti terigu, sagu,
kentang, gula pasir, susu, dan minyak goreng (minyak sawit)
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
78
seluruhnya (100%) berasal dari pasokan daerah lain. Adapun
beras, ubi jalar, ikan, daging ungags, telur, kacang kedelai,
gula merah, sayur dan buah adalah jenis pangan yang tingkat
ketergantungan dengan daerah produsen bervariasi antara 7%
hingga 90%.
Oleh karena itu, diperlukan adanya penguatan
perdagangan dan kerjasama antar wilayah terutama daerah
produsen dan tercatat dengan baik dalam waktu mingguan.
Selain itu, diperlukan adanya manajemen data keluar masuk
pangan di titik-titik strategis di Provinsi Banten (Bandara,
pelabuhan juga wilayah-wilayah perbatasan). Upaya ini
dilaksanakan dengan kerjasama antara Dinas Ketahanan
Pangan bersama dengan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan; Dinas Perhubungan; BULOG; BPS dibawah
koordinasi Dewan Ketahanan Pangan. PP No 17 tahun 2015
mengamatkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab terhadap
distribusi pangan melalui (1) pengembangan sistem distribusi
pangan secara efektif dan efisien, (2) pengelolaan sistem
distribusi pangan yang dapat meningkatkan keterjangkauan
pangan, mempertahankan keamanan, mutu, gizi dan tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat serta (3) perwujudan kelancaran dan keamanan
distribusi pangan antara lain melalui pengaturan arus
distribusi pangan dari wilayah surplus ke wilayah defisit.
Kerjasama antara wilayah defisit dan surplus
dibutuhkan untuk menjaga agar hasil produksi pangan
Provinsi Banten dapat dinikmati oleh penduduk dan
meminimalisir kondisi keluar bahan pangan ke wilayah lain.
Manajemen data stok dan jumlah bahan pangan di retail-retail
besar maupun kecil yang berkembang saat ini juga dibutuhkan
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
79
sebagai informasi cadangan dan ketersediaan pangan yang
masih ada di wilayah Provinsi Banten. Penguatan dan
peningkatan produksi dan distribusi pangan dapat dilakukan
dengan bekerja sama dengan pihak swasta dimana Provinsi
Banten dikelilingi oleh daerah-daerah industri besar maupun
kecil dengan program CSR yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat.
Pengembangan cadangan pangan strategis tertentu juga
menjadi penting untuk mempertahankan kestabilan harga dan
pengamanan stok. Sebagai daerah konsumen sekaligus
produsen, Provinsi Banten rentan terhadap kelancaran
pasokan pangan dari daerah produsen pangan yang tidak
dapat atau sedikit diproduksi di dalam wilayah.
Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan
juga dapat dijadikan program unggulan ketahanan pangan di
Provinsi Banten untuk menciptakan SDM yang berkualitas
melalui peningkatan IPM. Pengembangan konsumsi pangan
dapat dilakukan melalui upaya pendidikan konsumsi pangan
beragam, bergizi seimbang jalur formal dan non formal,
diseminasi teknologi pengolahan pangan lokal, pengembangan
industri pengolahan pangan lokal, hingga advokasi kampanye,
promosi, dan sosialisasi tentang konsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang dan aman pada berbagai tingkatan
kepada aparat dan masyarakat.
Pada akhirnya diperlukan suatu sistem informasi
pangan dan gizi yang terintegrasi dan digunakan untuk
perencanaan; pemantauan dan evaluasi; stabilisasi pasokan
dan harga pangan; serta pengembangan sistem peringatan dini
terhadap masalah pangan dan kerawanan pangan dan gizi.
Sistem informasi pangan dan gizi tersebut antara lain memuat:
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
80
✓ Jenis produk pangan
✓ Neraca pangan
✓ Letak, luas wilayah dan kawasan produksi pangan
✓ Permintaan pasar
✓ Peluang dan tantangan pasar
✓ Produksi
✓ Harga
✓ Konsumsi dan status gizi
✓ Ekspor impor
✓ Perkiraan pasokan
✓ Perkiraan musim tanam dan musim panen
✓ Perkiraan iklim
✓ Kebutuhan pangan
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
81
VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1. Kesimpulan
Daya dukung wilayah Provinsi Banten dalam menyediakan
bagi penduduknya pada tahun 2017 adalah sebesar 104,3% dari
AKE atau setara dengan 2.502 kkal/kapita/hari. Adapun
ketersediaan protein sebesar 88,1 g/kap/hari (139,8% AKP).
Kualitas (keanekaragaman) pangan yang dapat disediakan secara
mandiri oleh Provinsi Banten yaitu sebesar 64,7 dari skor
maksimal 100. Hasil analisis menunjukkan bahwa Provinsi
Banten sudah dapat menyediakan pangan dari hasil produksi
daerah (Mandiri pangan) namun jenis yang dihasilkan masih
belum beragam. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa
penyediaan pangan di Provinsi Banten selain bertumpu pada
produksi sendiri juga ditopang oleh pasokan dari daerah lain
(impor). Sehingga situasi ketersediaan pangan Provinsi Banten
tahun 2017 disusun juga dengan menggunakan data ekspor-
impor pangan menggunakan pendekatan data estimasi.
Berdasarkan data produksi, cadangan pangan dan estimasi
ekspor-impor diperoleh hasil situasi ketersediaan pangan di
Provinsi Banten yaitu ketersediaan energi sebesar 2.903
kkal/kap/hari atau 121% AKE dan ketersediaan protein 87,3
g/kap/hari atau 138,6% AKP.
Pangan yang tersedia di Provinsi Banten sudah cukup
beragam dengan skor PPH sebesar 94,7. Pangan yang sudah
mencapai skor PPH maksimum adalah padi-padian (25,0), pangan
hewani (24), serta pangan minyak dan lemak (5,0). Pangan yang
belum mencapai skor PPH maksimum adalah umbi-umbian (0,9
dari 2,5), buah biji berminyak (0,1 dari 1), kacang-kacangan (8,5
dari 10), gula (1,7 dari 2,5) serta sayur dan buah (29,4 dari 30).
Ketersediaan pangan di Provinsi Banten harus dijamin
melalui jaminan pasokan dan perlindungan produksi pangan.
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
82
Komoditas gula pasir, terigu, susu, minyak goreng, kentang dan
sagu tidak dapat diproduksi secara subsisten sehingga harus
dijamin pasokannya dari daerah lain.
Skor PPH digunakan untuk perenanaan penyediaan pangan
pada tahun berikutnya dengan mempertimbangkan Angka
Kecukupan Gizi, Skor PPH dan Pola Konsumsi pangan
masyarakat.
7.2. Rekomendasi
Neraca Bahan Makanan perlu disusun setiap tahunnya
untuk monitoring ketersediaan pangan di wilayah Provinsi Banten
dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk agar
terwujud ketahanan pangan yang optimal. Tabel 16 menunjukkan
bahwa arah pengembangan ketersediaan Provinsi Banten yakni
dengan mempertahankan ketersediaan padi-padian, pangan
hewani, minyak dan lemak, serta sayur dan buah. Sementara itu,
kelompok pangan umbi-umbian, buah/biji berminyak, kacang-
kacangan serta gula harus ditingkatkan.
Tabel 16. Sasaran Produksi Pangan Provinsi Banten tahun 2018
No Kelompok Pangan
Skor
PPH aktual 2017
Skor
PPH Ideal
Arah Kebijakan
1 Padi-Padian 25,0 25,0 Dipertahankan
2 Umbi-umbian 0,9 2,5 Ditingkatkan
3 Pangan Hewani 24,0 24,0 Dipertahankan
4 Minyak dan
Lemak
5,0 5,0 Dipertahankan
5 Buah/Biji Berminyak
0,1 1,0 Ditingkatkan
6 Kacang-kacangan
8,5 10,0 Ditingkatkan
7 Gula 1,7 2,5 Ditingkatkan
8 Sayur dan Buah 29,4 30,0 Ditingkatkan
Total Skor PPH 94,7 100
Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Provinsi Banten Tahun 2017 Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
83
Adapun program terkait pengembangan ketersediaan
pangan yang dapat dilakukan oleh Provinsi Banten sesuai amanat
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan
Ketahanan Pangan yakni:
1. Mengembangkan produksi pangan yang bertumpu pada
sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal;
2. Mengembangankan efisiensi sistem usaha pangan;
3. Mengembangkan sarana prasarana dan teknologi untuk
memproduksi pangan, penanganan pasca panen, pengolahan
dan penyimpanan pangan;
4. Membangun, merehabilitasi dan mengembangkan prasarana
produksi pangan yang meliputi sumberdaya lahan,
sumberdaya air, jalan ekonomi sentra produksi, listrik dan
telekomunikasi;
5. Mempertahankan dan mengembangkan lahan produksi
pangan; dan/atau
6. membangun sentra produksi pangan dan sentra pengolahan
pangan dengan sistem klaster.
Pemenuhan ketersediaan pangan dilakukan dengan
memperhatikan produksi pangan dan ketersediaan lahan. Kondisi
ketersediaan lahan pertanian perlu mendapat perhatian untuk
menekan jumlah alih fungsi lahan dan tetap memperhatikan tata
ruang wilayah. Sebagaimana tertera dalam Perda Nomor 2/2017
Pasal 10 bahwa Pemerintah Daerah mendorong ketersediaan lahan
pangan sebagai lahan pertanian berkelanjutan dengan
memperhatikan Rencana Tata Ruang dan Wilayah. Penyediaan
lahan pertanian berkelanjutan dapat melakukan pembelian lahan,
sewa lahan, membuka atau memanfaatkan lahan tidur menjadi
lahan produktif, dan mempertahankan lahan pertanian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BERITA ACARA
PENYUSUNAN NERACA BAHAN MAKANAN (NBM), ANGKA
KECUKUPAN GIZI DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH)
KETERSEDIAAN
Hasil analisis ini disusun oleh tim penyusun NBM dengan
Dinas Ketahanan Pangan sebagai instansi penerbit dan dalam penyusunannya sudah diketahui dan disetujui oleh berbagai pihak sebagaimana hasil pertemuan Penyusunan Neraca Bahan
Makanan (NBM), Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan pada hari Kamis Tanggal 09 November 2017
yang bertempat di Aula Dinas Pertanian Provinsi Banten, antara
lain :
1. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten
Dr. Moh. Ali Fadillah
NIP. 19591023 198803 1 005 ………………………
2. Kepala Bidang Penyelenggaraan Ketahanan Pangan
Drs. H. Dendi Hamadani, M.Si
NIP. 19660805 200112 1 003 ………………………
3. Kepala Seksi Ketersediaan Pangan
Eli Juartini, STP., M.Si
NIP. 19690411 200212 2 004 ………………………
4. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten
( )
………………………
5. Dinas Pertanian Provinsi Banten
( )
………………………
6. BULOG
( )
………………………
7. BPS Provinsi Banten
( )
………………………