Program Vaksinasi Hog Cholera Secara Terjadwal Untuk Menekan Angka Mortalitas Ternak Babi

26
PROGRAM VAKSINASI HOG CHOLERA SECARA TERJADWAL GUNA MENEKAN ANGKA MORTALITAS TERNAK BABI DI KOTA KUPANG MARIA M.T.E.V. GOLO NIRON NIM 132386037

description

karya ilmiah

Transcript of Program Vaksinasi Hog Cholera Secara Terjadwal Untuk Menekan Angka Mortalitas Ternak Babi

PROGRAM VAKSINASI HOG CHOLERA SECARA TERJADWAL GUNA MENEKAN ANGKA MORTALITAS TERNAK BABI

DI KOTA KUPANG

MARIA M.T.E.V. GOLO NIRON

NIM 132386037

PROGRAM STUDI KESEHATAN HEWAN

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

2015

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Maria Martine T. E. V. G Niron

NIM:132386037

Judul :Program Vaksinasi Hog Cholera secara Terjadwal Guna Menekan Angka Mortalitas Ternak Babi di Kota Kupang.

Disahkan di Kupang, Mei 2015

Mengetahui,

Dosen PembimbingPembantu Direktur III

DR drh Andrijanto H Angi, MSi

NIP 19720420200212 1 002 Aydamel A. G. M Takalapeta, STP, Msi

NIP 19640815 1995121001

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan tuntunannya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini pada waktunya. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempuraan, akan tetapi penulis beruapaya memberikan informasi yang penulis dapatkan dan himpun dengan baik.

Pada kesempatan ini tak lupa diucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis menyelesaikan laporan ini, Ketua Program Studi Kesehatan Hewan Jurusan Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kegiatan lomba karya ilmiah mahasiswa. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Politeknik Pertanian Negeri Kupang yang telah membina dan membentuk pengetahuan dan wawasan penulis selama menempuh pendidikan di tempat ini.

Penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi setiap pembaca.

Kupang, 20 Mei 2015 Penulis

ABSTRACTClassical swine fever (CSF) or known as Hog Cholera is a highly contagious and economically significant viral disease of pigs. The severity of this disease varies with the strain of the virus, the age of the pig, and the immune status of the herd. Hog Cholera include one of strategic disease and endemic in the East Nusa Tenggara Province particularly the city of Kupang. The knowledge of community lack about benefit of vaccination and vaccination program against Hog Cholera a scheduled basis in reducing mortality of pigs are factors causing the emergence of Hog Cholera repeatedly in the City of Kupang. Purposes of writing this paper are to inform the public on the importance a scheduled basis vaccination against Hog Cholera and depress mortality rate of pigs in the City of Kupang. Vaccination programs are scheduled conducted to maintain antibody titers in of pigs remain at the top. Antibody titers in vaccinated of pigs after mounting but only lasted at specified intervals and after that will decreases. Therefore the necessary vaccinations repetition time adjusted to the time in which the antibody titer begins to decrease. Through Hog Cholera vaccination program carried out a scheduled basis, the mortality rate of pigs can be suppressed. Decreased mortality resulting in increased revenue pig farmers in NTT, particularly in the city of of Kupang.Keywords : Hog Cholera, strategic disease, Vaccination, a schedule basis vaccinationDAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTARiiABSTRAKiii

DAFTAR ISIivBAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang2

1.2 Rumusan Masalah 31.3 Tujuan 31.4 Manfaat 3BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 42.1 Hog Cholera dan Kejadian Penyakitnya4

2.2 Peneguhan Diagnosa 52.3 Profil Peternakan Babi di Kota Kupang 72.4 Program Vaksinasi Terjadwal untuk Pencegahan Hog Cholera7BAB III PENUTUP 83.1 Kesimpulan8

3.2 Saran 8DAFTAR PUSTAKA ...9BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hasil peternakan Indonesia seperti daging, telur, dan susu merupakan komponen utama dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi manusia terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak penghasil daging yang banyak disukai (bagi masyarakat yang mengkonsumsi) serta dikembangbiakan di Indonesia.Babi merupakan salah satu jenis ternak yang paling banyak diternakkan baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jumlah ternak babi di Provinsi NTT adalah 1739481 ekor (BPS 2013). Ternak babi diusahakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam konsumsi daging babi, keperluan adat-istiadat, usaha rumah makan sei babi dan dijual untuk menambah penghasilan keluarga. Para peternak babi sering mengalami hambatan penyakit dalam pemeliharaannya, salah satunya adalah penyakit Hog Cholera atau yang dikenal dengan classical swine fever. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang secara ekonomi paling penting pada babi di dunia (Wirata et al., 2003). Virus penyebab Hog Cholera merupakan jenis virus yang sangat menular pada babi, bersifat akut, sub akut dan kronis disertai angka morbiditas dan mortalitas tinggi. Bentuk akut ditandai oleh demam tinggi, depresi berat, perdarahan dalam dan sebatas permukaan mukosa. Bentuk kronis ditandai oleh depresi, anoreksia dan demam ringan serta kesembuhan dapat terjadi pada babi dewasa. Virus Hog Cholera termasuk famili Flaviviridae dari genus Pestvirus. Bentuk akut perubahan patologi anatomi yang ditemukan seperti perdarahan sampai sianotik pada permukaan kulit, perdarahan pada limphonode dan ginjal, infark pada limpa dan perdarahan mulai dari usus halus sampai usus besar. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya Hog Cholera diantaranya kandang yang kotor, udara sekitar kandang lembab dan manajemen pemeliharaan yang tidak higenis. Kota Kupang merupakan daerah perkotaan yang semakin padat penduduknya, sehingga usaha ternak yang ingin dikembangkan dalam wilayah Kota Kupang harus mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan sekitar. Populasi ternak babi di Kota Kupang sebanyak 34977 ekor, yang tersebar di enam kecamatan yaitu Kecamatan Kelapa Lima dengan populasi sebanyak 11145 ekor, Kecamatan Alak 6045 ekor, Kecamatan Oebobo 9131 ekor, Kecamatan Maulafa 7445 ekor, Kecamatan Kotaraja 830 ekor, serta Kecamatan Kota Lama populasinya sebanyak 381 ekor (DISTANNAKBUNHUT Kota Kupang 2011). Dampak dari penyakit Hog Cholera juga dirasakan oleh masyarakat Kota Kupang. Jumlah ternak babi di Kota Kupang yang tersebar di Peternakan babi di Kota Kupang berkembang cukup baik dimana terdapat peternakan babi dengan skala besar maupun maupun peternakan babi dengan skala kecil. Beberapa bulan terakhir di tahun ini sering terdengar atau diperoleh informasi banyak kejadian atau kematian pada babi dengan gejala klinis yang menciri dan mengarah ke penyakit Hog Cholera.Upaya pengendalian wabah kasus Hog Cholera pada peternakan rakyat hingga saat ini belum memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan ternak babi tidak berdasarkan pada pola atau manajemen pemeliharaan ternak yang dilakukan dengan baik seperti melakukan vaksinasi, penerapan biosecurity yang ketat serta tindakan pencegahan dan pengobatan penyakit. Selain itu anggapan sebagian masyarakat di NTT khususnya Kota Kupang dengan anggapan beternak babi merupakan usaha sampingan. Tindakan nyata yang sudah dilakukan pada daerah endemis penyakit Hog Cholera seperti di Kota Kupang dalam mencegah munculnya atau mewabahnya penyakit melalui vaksinasi belum terlaksana dengan baik, serta kurangnya pemahaman peternak tentang manfaat vaksinasi sehingga masyarakat lebih memilih ternaknya tidak divaksinasi.

Sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan diatas serta pentingnya vaksinasi dalam mencegah munculnya kejadian Hog Cholera serta menekan angka mortalitas ternak babi maka masyarakat perlu diberikan informasi serta pengetahuan tentang program vaksinasi dalam mencegah muncul dan terjadinya wabah Hog Cholera di Kota Kupang. Makalah ini ditulis dengan judul artikel Program Vaksinasi Hog Cholera secara Terjadwal untuk Menekan Angka Mortalitas Ternak Babi Di Kota Kupang .1.2 Rumusan Masalah

1. Tingginya kejadian Hog Cholera yang merupakan penyakit strategis yang bersifat endemis di wilayah Provinsi NTT khususnya Kota Kupang2. Pengetahuan masyarakat yang masih kurang akan manfaat dan program vaksinasi terhadap Hog Cholera secara terjadwal dalam menekan mortalitas pada ternak babi1.3 Tujuan

1. Memberikan informasi kepada masyarakat Kota Kupang akan pentingnya vaksinasi secara terjadwal terhadap penyakit Hog Cholera2. Menekan tingkat mortalitas ternak babi di Kota Kupang akibat penyakit Hog Cholera1.4 Manfaat

1. Masyarakat Kota Kupang khususnya peternak babi mengetahui program vaksinasi secara terjadwal terhadap penyakit Hog Cholera2. Rendahnya mortalitas akibat penyakit Hog Cholera pada ternak babi di Kota Kupang3. Peningkatan pendapatan peternak babiBAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hog Cholera dan Kejadian Penyakitnya

Hog Cholera (HC) disebut juga classical swine fever, peste du porc, colera porcina, dan Virusschweinepest adalah penyakit viral pada babi yang sangat menular. Infeksi dapat terjadi dalam keadaan akut, subakut, menahun, dan atipikal atau sub klinis. Hog Cholera disebabkan oleh virus virulen yaitu Virus Hog Cholera (VHC) yang termasuk dalam genus Pestivirus famili Flaviviridae. Virus HC yang menyerang semua golongan umur babi ini, mempunyai hubungan antigenik yang dekat dengan Bovine Viral Diarrhea Virus (BVDV) dan Border Disease Virus (BDV). Virus Hog Cholera memiliki ukuran 40-50 nm, dengan nukleokapsid berukuran 29 nm. Virus Hog Cholera merupakan virus RNA rantai tunggal bersifat infeksius dan memiliki dua macam glikoprotein yang terletak pada selubung virus. Penyakit Hog Cholera biasanya menyebabkan angka kesakitan dan kematian tinggi, sedangkan infeksi dengan virus virulensi rendah dapat tidak teramati (Dulac 2004; Terpstra 1991).Masa inkubasi penyakit Hog Cholera biasanya antara 3 sampai 4 hari tapi umumnya antara 2 sampai 14 hari. Gejala klinis Hog Cholera dibagi 3 fase, yaitu: fase 1 atau akut, yang ditandai anoreksia, depresi, lesu, malas bergerak, demam tinggi, radang selaput lendir mata disertai eksudat serous atau mukopurulen, gangguan pencernaan berupa konstipasi kemudian diare kekuningan, gerakan tubuh sempoyongan, timbulnya bercak-bercak merah keunguan pada daun telinga, abdomen dan kaki bagian medial dan terjadinya lekopenia. Tingkat kematiannya sangat tinggi dan biasanya terjadi antara 10-20 hari. Gejala klinis bentuk fase 2 atau sub akut hampir sama dengan gejala bentuk akut, tetapi lebih ringan dan penyakitnya berjalan lebih lambat. Bila hewan dapat bertahan hidup lebih dari 30 hari, penyakitnya akan berjalan secara kronis. Fase 3 atau kronis, ditandai dengan membaiknya kondisi, nafsu makan, suhu tubuh normal atau sedikit meningkat dan leukopenia. Pada fase 3 ini, hewan juga bisa kembali tampak menderita, anoreksia, depresi, suhu meningkat dan akhirnya mati (Harkness 1985; Terpstra 1991; Williams DR dan Matthews D 1988). Virus Hog Cholera yang virulensinya rendah dapat menimbulkan gangguan reproduksi, karena virus tersebut dapat mencapai fetus sehingga mengakibatkan abortus, mumifikasi, atau lahir dalam keadaan lemah (Terpstra 1991; Van Oirschot 1986.).

Hog Cholera saat ini tersebar luas di seluruh dunia, tetapi ada beberapa negara yang dinyatakan bebas Hog Cholera yaitu Australia, Canada, Inggris, Islandia, Irlandia, Selandia Baru, negara-negara Skandinavian, Swiss, dan Amerika Serikat (Van Oirschot 1986). Kejadian Hog Cholera di Indonesia dimulai pada awal tahun 1995 menyerang ternak babi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, DKI, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur danTimor Timur. Sarosa dkk pada tahun 1998 berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi virus Hog Cholera terhadap wabah penyakit di Sumatera, DKI, Kalimantan dan Sulawesi (Pudji 2008).

Wabah Hog Cholera sangat merugikan perekonomian karena pemberantasan penyakit ini memerlukan biaya yang sangat besar. Pemberantasan penyakit umumnya dilakukan dengan sistem stamping out, disertai dengan penerapan Undang-Undang Veteriner dan sanitasi lingkungan yang ketat. Pengendalian Hog Cholera di Indonesia dengan melakukan vaksinasi secara rutin dengan menggunakan vaksin yang sudah dilemahkan melalui pasase berulang-ulang pada kelinci (galur C) atau dilemahkan melalui biakan sel secara berulang-ulang (galur Japanese GPE) (Terpstra 1991).

2.2 Peneguhan Diagnosa

ELISA

Teknik ELISA untuk diagnosis Hog Cholera telah banyak dikembangkan karena test ini mampu memeriksa sampel dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat, sehingga ideal untuk screening (Shannon et al., 1993). Untuk mendapatkan ELISA dengan spesifitas tinggi diupayakan penggunaan antibodi monoclonal. Antibodi monoklonal yang dapat membedakan virus Hog Cholera dengan virus BVD telah banyak diproduksi (Edwards et al., 1991). Akhir-akhir ini deteksi antigen Hog Cholera dengan teknik ELISA (double antibody sandwich type) baik menggunakan antibodi poliklonal monospesifik ataupun monoklonal telah digunakan secara luas. Beberapa perusahaan atau laboratorium referensi Hog Cholera telah memproduksi ELISA kit secara komersial. Baru-baru ini sebuah workshop diadakan untuk mengevaluasi teknik ELISA yang telah dikembangkan oleh laboratorium referensi di negara-negara Masyarakat Ekonomi Eropah (Depner et al., 1995). ELISA kit yang dievaluasi adalah: Serelisa HCV-Ag (Rhone-Meriux), CVL-1 dan CVL-2 (Central Veterinary Laboratory, United Kingdom), Prugia ELISA (Instituto Zooprofilattico, Prugia, Italy), CSFV EO-SADA (Tubingen, Germany) dan Han-1 dan Han-2 (Community Reference Laboratory, Germany). Semua ELISA kit diatas merupakan ELISA tipe double antibody sandwich yang dapat dipakai untuk mendeteksi antigen virus HC dalam darah. Semua ELISA kit spesifik untuk Pestivirus, tetapi hanya CVL-2 saja yang specifik untuk virus HC. Sayangnya, ELISA kit yang terakhir ini tidak mampu mendeteksi semua strain virus HC . Walaupun sebagian besar kit diatas tidak spesifik untuk virus Hog Cholera, persoalan cross reaksi dengan virus BVD tidak dianggap masalah besar, karena semua kit dapat dipakai untuk mendeteksi antigen dalam darah. Infeksi virus BVD pada babi jarang sekali menimbulkan viraemia (Depner et al., 1995).Direct Fluorescence Antibody Test

Direct immunofluorescence pada jaringan yang diiris dengan cryostat merupakan metode peneguhan diagnosis pilihan sejak tahun 1960 an karena teknik ini sederhana, hasilnya terpercaya dan dapat diperoleh dengan cepat (2 jam). Prosedur oleh Kamolsiriprichaiporn et al., (1992). Spesimen yang paling penting untuk peneguhan diagnosis adalah tonsil, limpa dan ileum bagian distal. Spesimen sebaiknya berasal dari beberapa hewan dan dikirim secepatnya ke laboratorium dalam keaadaan dingin tapi tidak dibekukan dan tanpa pengawet. Test ini tidak dapat membedakan Hog Cholera dengan BVD. Disamping itu test ini juga sering tidak dapat memberikan hasil yang konklusif bila jumlah virus dalam jaringan terlalu rendah.Kultur Sel

Metode ini sangat sensitif sehingga sering dipakai apabila hasil diagnosis dengan immmunofluorescence pada sampel cryostat masih meragukan. Sel monolayer (biasanya sel lestari PK-15) diinokulasi dengan suspensi dari spesimen. Pertumbuhan virus pada kultur sel dideteksi dengan teknik immunofluorescence setelah diinkubasikan selama 24 jam atau lebih. Teknik ini jauh lebih sensitif dibandingkan dengan teknik immunofluorescence pada sampel cryostat specimen. Polymerase Chain Reaction (PCR)

PCR mempunyai potensi yang sangat besar sebagai teknik diagnosis Hog Cholera yang cepat, sensitive dan spesik dimasa yang akan datang menggantikan test immunologis yang dipakai sekarang. Sampai saat ini pemakaian PCR untuk diagnosis Hog Cholera nampaknya belum banyak dipakai .

2.3 Profil Peternakan Babi di Kota Kupang dan Potensi Penularan Hog Cholera

Karakteristik Peternak Babi di Kota Kupang

Sebagian besar responden peternak babi di Kota Kupang adalah laki-laki (71.7 % ) dengan umur berkisar antara 40- 49 tahun (26.7 %) dan diatas 50 tahun (36.7%) (Angi 2014). Tingkat pendidikan peternak bervariasi dan yang tertinggi rata-rata merupakan lulusan SMA dengan angka 38.3 %. Rata-rata para peternak sudah memulai usaha atau memelihara ternak babi dengan tingkat yang bervariasi namun mayoritas peternak sudah memulai usaha beternak babi lebih dari 5 tahun (43.3 %). Kecenderungan peternak babi di Kota Kupang merupakan peternak dengan skala usaha kecil dimana terlihat dari jumlah orang yang terlibat dalam usaha lebih kecil dari 5 orang (93.3%) (Angi 2014).Manajemen Pemeliharaan Ternak Babi dan Pencegahan Penyakit

Jenis babi yang dipelihara oleh peternak dari berbagai jenis, babi dengan jenis ras campuran yang tertinggi dengan angka 45%, diikuti jenis babi lokal sebesar 40% (Angi 2014). Sebagian besar babi yang dipelihara, bibit atau anakannya berasal atau dibeli dari peternak rumahan atau peternak tradisional. Pakan yang diberikan pada babi dari pakan komersial hasil olahan pabrik, hasil sisa rumahan atau restoran atau juga hasil limbah sisa sayur atau makanan yang dimakan oleh peternak. Sebagian besar pakan sisa rumahan atau restoran biasanya langsung diberikan pada babinya serta ada juga yang dicampur dengan pakan lainnya misalnya dedak atau pakan komersial. Sebagian besar peternak babi di wilayah Kota Kupang memelihara babinya dalam kandang (98.3%) dengan bangunan kandang semi permanen berbahan kayu (71.7%) (Angi 2014).

2.4 Program Vaksinasi Terjadwal untuk Pencegahan Hog Cholera

Untuk kasus Hog Cholera di tempat peternakan atau daerah yang pernah terinfeksi dapat dilakukan terhadap induk pada umur kebuntingan 80 hari, setelah itu dilakukan revaksinasi saat anak umur 3 minggu, yang mana induk dan anak harus divaksin (Angi 2005). Jadwal untuk vaksinasi di daerah yang pernah atau terinfeksi serta daerah disekitar peternakan babi yang pernah terinfeksi penyakit Hog Cholera babi dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1 Jadwal Vaksinasi

NoUmurVaksinasi Ke-

13 minggu1

26 minggu2

324 minggu3

4Diulang setahun sekali4 dst

Sumber : Angi (2005).

Program vaksinasi yang terjadwal dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan titer antibodi pada ternak babi tetap pada puncak. Titer antibodi pada ternak babi setelah divaksinasi akan memuncak tetapi hanya bertahan pada selang waktu tertentu dan setelah itu akan menurun/berkurang. Oleh karena itu diperlukan vaksinasi ulangan yang waktunya disesuaikan dengan waktu dimana titer antibodi mulai menurun/berkurang. Dengan demikian maka titer antibodi ternak babi akan tetap berada pada puncaknya sehingga dapat mengantisipasi masuknya mikroorganisme pathogen seperti virus Hog Cholera ke dalam tubuh ternak babi. Program vaksinasi Hog Cholera pada ternak babi pada sebagian besar peternakan babi di Kota Kupang yang dilakukan secara tidak terjadwal/rutin setiap tahun karena dosis vaksin yang diberikan tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan dimana sebagian besar peternak babi hanya memberikan sekali dosis vaksin sepanjang umur babi serta jarang dilakukan dengan terjadwal.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Melalui program vaksinasi Hog Cholera yang dilakukan secara terjadwal maka angka mortalitas babi dapat ditekan. Menurunnya angka mortalitas berakibat pada peningkatan pendapatan peternak babi di Provinsi NTT khususnya di Kota Kupang.

3.2 Saran

Pemerintah Daerah Provinsi NTT dan Dinas Terkait dalam hal ini Dinas Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perkebunan Kota Kupang perlu melakukan sosialisasi dan memberikan pengetahuan yang maksimal kepada para peternak tentang jadwal vaksinasi secara terjadwal untuk mencegah penularan dan wabah Hog Cholera.DAFTAR PUSTAKAAngi Hauferson Andrijanto 2005. Penyakit Hog Cholera pada Babi serta Pencegahannya Melalui Vaksinasi Terjadwal. Diterbitkan oleh Unit Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3m) Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Angi Hauferson Andrijanto 2014. Prevalensi Trichinellosis Pada Babi Di Rumah Potong Hewan Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.[BPS NTT] Biro Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur. 2013. Populasi ternak kecil menurut jenis ternak menurut kabupaten/kota, 2013. [18-2-2014]. Available on [http:// www. BPS NTT/ PDF/Techinical%20no.41.pdf]. [diunduh 2015 Mei 18].[DISTANNAKBUNHUT Kota Kupang] Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kota Kupang. 2011. Populasi ternak kecil menurut jenis ternak menurut kabupaten/kota. 2011. [diunduh 2015 Mei 16].

Dulac GC. 2004. Hog Cholera. http://www.vet.uga.edu/vpp/gray_book/Hand-held/hoc.htm [diunduh 3 Maret 2015] Edwards, S., Moennig, V . And Wensvoort, G . 1991 . The development of an international reference panel of monoclonal antibodies for the differentiation of hog cholera virus from other pestiviruses . Vet. Microbio%29: 101-108.Harkness JW. 1985. Classical swine fever and its diagnosis : A current review. Vet. Rec. 116: 288-293.Kamolsiriprichaiporn, S., Hooper, PT., Morrissy, CJ . And Westbury, HA. 1992. A comparison of the pathogenicity of two strains of hog cholera virus . 1 . Clinical dan pathological studies . Aust. Vet. J. 69: 240-244.Pudji Kurniadhi. 2000. Teknik Pewarnaan immunoperoksidase untuk diagnosis penyakit Hog Cholera. Temu Teknis Bon Peneliti Fungsional. Hlm 24-28. Shannon, AD., Morressy, C., Mackintosh, SG. And Westbury, HA. 1993. Detection of hog cholera virus antigens in experimentally infected pigs using an antigen-captured ELISA . Vet Microbio. 34: 233-248.Terpstra C. 1991. Hog Cholera: An update of present knowledge. Br. Vet. J. 147: 397-406.

Van Oirschot JT. 1986. Hog cholera. In: Diseases of Swine. 6 b Ed. Iowa State University Press. Page: 247-285.Williams DR, Matthews D. 1988. Outbreaks of classical swine fever in Great Britain in 1986. Vet. Rec. 122: 479-483

Wirata Wayan I, Ida Ayu Sri Chandra Dewi CSAI, I Gusti Ngurah Narendra Putra, Ida Bagus Oka, Winaya, Ida Bagus Kade Suardana, Tri Komala Sari,I Nyoman Suartha, I Gusti Ngurah Kade Mahardika. 2010. Deteksi Virus Classical Swine Fever di Bali dengan RT-PCR. Jurn Vet. Vol. 11 No. 3 : 144-151.ABSTRAK

Classical swine fever atau di kenal dengan Hog Cholera (HC) adalah penyakit viral pada babi sangat menular dan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi peternak babi. Penyakit ini dikenal sebagai penyakit yang paling merugikan pada babi sehingga sangat ditakuti terutama oleh peternak babi. Hog Cholera termasuk salah satu penyakit strategis yang bersifat endemis di wilayah Provinsi NTT khususnya Kota Kupang. Pengetahuan masyarakat yang masih kurang akan manfaat dan program vaksinasi terhadap Hog Cholera secara terjadwal dalam menekan mortalitas pada ternak babi merupakan faktor penyebab munculnya Hog Cholera secara berulang di Kota Kupang. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat Kota Kupang akan pentingnya vaksinasi secara terjadwal terhadap penyakit Hog Cholera serta menekan tingkat mortalitas ternak babi di Kota Kupang. Program vaksinasi yang terjadwal dilakukan untuk mempertahankan titer antibodi pada ternak babi tetap pada puncak. Titer antibodi pada ternak babi setelah divaksinasi akan memuncak tetapi hanya bertahan pada selang waktu tertentu dan setelah itu akan menurun/berkurang. Oleh karena itu diperlukan vaksinasi ulangan yang waktunya disesuaikan dengan waktu dimana titer antibodi mulai menurun/berkurang. Melalui program vaksinasi Hog Cholera yang dilakukan secara terjadwal maka angka mortalitas babi dapat ditekan. Menurunnya angka mortalitas berakibat pada peningkatan pendapatan peternak babi di Provinsi NTT khususnya di Kota Kupang.

ABSTRACK

Classical swine fever (CSF) is a highly contagious and economically significant viral disease of pigs. The severity of this disease varies with the strain of the virus, the age of the pig, and the immune status of the herd. Hog Cholera include one of strategic disease and endemic in the East Nusa Tenggara Province particularly the city of Kupang. The knowledge of community lack about benefit of vaccination and vaccination program against Hog Cholera a scheduled basis in reducing mortality of pigs are factors causing the emergence of Hog Cholera repeatedly in the City of Kupang. Purposes of writing this paper are to inform the public on the importance a scheduled basis vaccination against Hog Cholera and depress mortality rate of pigs in the City of Kupang. Vaccination programs are scheduled conducted to maintain antibody titers in of pigs remain at the top. Antibody titers in vaccinated of pigs after mounting but only lasted at specified intervals and after that will decreases. Therefore the necessary vaccinations repetition time adjusted to the time in which the antibody titer begins to decrease. Through Hog Cholera vaccination program carried out a scheduled basis, the mortality rate of pigs can be suppressed. Decreased mortality resulting in increased revenue pig farmers in NTT, particularly in the city of of Kupang.v