Ringkasa Struktur Dan Fungsi (Politik Indonesia)

8

Click here to load reader

Transcript of Ringkasa Struktur Dan Fungsi (Politik Indonesia)

Page 1: Ringkasa Struktur Dan Fungsi (Politik Indonesia)

Ringkasa Struktur dan fungsi-ungsi Politik

Unit dasar Struktur Politik adalah peran individu. Peran merupakan pola-pola prilaku

yang teratur, yang ditentkan oleh harapan-harapannya sendiri dan tindakan-tindakan dan

orang lain. Uktur senantiasa melibatkan fungsi politik , dankarena pendekatan yang

digunakan biasa disebut sebagai struktur fungsional. Menurut Almond dan Powell Jr.

Keuntungan pendekatan struktur fungsional adalah memberi kesempatan kepada kita guna

menghindari kebingungan yang mungkin timbul antara tujuan-tujuan struktur yang bersifat

formal dengan fungsi-fungsi politik yang secara actual mereka jalankan.

Menurut Almond dan Powell Jr struktur politik dapat dibedakan ke dalam system,

proses, aspek-aspek kebijakan. Sturktur proses politik melibatkan bagaimana funsi-fungsi

artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan, pembuatan kebijakan, implementasi kebijakan

dilaksanakan oleh struktur politik.

Almond dan Powell Jr membedakan Struktur Politik atas Infrastruktur yang terdiri

dari struktur politik masyarakat, suasana kehidupan politik masyarakat, dan sector politik

masyarakat, dan supraktur politik yang terdiri dari sector pemerintahan, suasana

pemerintahan, dan sector politik pemerintah.

Pembagian struktur dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu

1. Struktur Formal

Struktur formal merupakan mesin politik yang dengan absah mengidentifikasi

segala masalah, menentukan dan melaksanakan segala keputusan yang

mempunyai kekuatan mengikat pada seluruh masyarakat.

2. Struktur Informal

Struktur Informal merupakan struktur yang mampu mempengaruhi cara kerja

aparat untuk mengemukakan, menyalurkan, menerjemahkan, mengonversikan

tuntutan, dukungan dan masalah tertentu yang berhubungan dengan kepentingan

umum, termasuk juga didalamnya adalah partai politik, kelompok-kelompok

kepentingan, media masssa, opini leaders, dan lein sebagainya.

1

Page 2: Ringkasa Struktur Dan Fungsi (Politik Indonesia)

1. Struktur Politik Formal

Biasanya dalam system politik struktur politik dibedakan atas kekuasaan eksekutif,

legislative, yudikatif (Trias Political), menurut John Locke kekuasaan Negara dibagi menjadi

tiga bagian yakni, kekuasaan eksekutif, kekuasaan yudikatif, dan kekuasaan federative.

Montesquieu menyempurnakan ajaran tris politika ini dengan membagi kekuasaan

pemerintah menjadi kekuasaan legislative, eksekutif, dan yudikatif. Dimana kekuasaan

legislati melaksanakan undang-undang, eksekutif melaksanakan undang-undang, yudikatif

merupakan kekuasaan untuk mengadili atas pelangggrann undang-undang. Diakatakannya

lagi, kemerdekaan hanya dapat jika masing-masing kekuasaan ini tidak dipegang oleh satu

orang atau dalam satu badan penguasa.

Dalam hal ini, kekuasaan Negara dibagi secara seimbang dan adanya cek n balances.

Cheks n balances diantara penyelenggara Negara ini dimanifestasikan dalam wujud :

a. Pembuatan Undang-Undang yang memerlukan persetujuan DPR, DPD, dan

Prisiden yang masing-masing mempunya kewenangan veto

b. Pengawasan dan impeachment oleh lembaga-lembaga legislative terhadap

presiden.

c. Judical review oleh mahkamah konstitusi terhadap undang-undang dan produk

dibawahnya.

d. Daerah ekonomi yang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan pusat.

e. Pengangkatan mentri yang memerlukan persetujuan DPR.

A. Pemerintah dan Birokrasi

Dalam system politik pemerintah dan birokrasi merupakan struktur politik penting,

karena menyangkut bagaimana pembuatan kebijakan dan implementasi kebijakan

dialaksanakan. Menurut Almond dan Powell Jr, agen-agen pemerintah meskipun

terspesialisasi dalam banyak cara adalah multifungsional. Agen-agen eksekutif membuat

kebijakan sebagaimana memperkat dan menagmbil keputusan-keputusan, agen-agen

legislative ) seperti halnya partisipasi yang mereka lakukan dalam membuat suatu kebijakan.

2

Page 3: Ringkasa Struktur Dan Fungsi (Politik Indonesia)

Beberapa Eksekutif disenbut sebagai Presiden, beberapa yang lainnya disebut sebagai

perdana mentri. Eksekutif politik juga mempunyai nama kolektif seperti kabinet, dewan

mentri, politburo atau presidium. Di banyak Negara, barangkali eksekutif politik itu

mempunyai nama-nama yang berbeda, tetapi melaksanakan peran dan fungsi yang kurang

lebih sama.

Indonesia, setelah kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 dan setelah mengalami

amadement, emnagnut system pemerinitahan presidensial sebagai mana yang tertulis dalam

pasal 6A ayat (1) menegaskan bahwa presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh

rakyat, dan pasal (2) menyebutkan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden

diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu umum sebelum

pelaksanaan pemilu umum. Selanjutnya pasal (7)A menyebutkan bahwa “presiden dan/atau

wakil presiden dapat diberhentikan dalam masa jabbatannya oleh majelis permusyawaratan

rakyat atau usul dewan perwakilan rakyat, baik apabila telah terbukti telah melakukan

pelanggaran hokum berupa penghianatan terhadap Negara, korupsi, pennyuapan, tindak

pidana berat lainnya atau perbuatan tercela, maupun apabila terbukti tidak dapat lagi

memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden.

MPR yang sebagaimana besar dipilih oleh presiden akan cendrung memilih presiden

Soehrto secara terus-menerus, bahkan ketika arus besar massa rakyat tidak lagi menghendaki

soeharto menjadi presiden pada pemilu 1997. Akibatnya, MPR tidak lagi menjadi cermin

aspirasi rakyat, tetapi menjadi cermin aspirasi kelompok-kelompok elit yang berada dalam

lingkaran kekuasaan, yang pada masa orde baru adalah soeharto dan kroni-kroninya.

Mengoreksi kesalahan ini, MPR kembali melakukan amadement UUD 1945, dalam

hal pemilihan presiden dan wakil presiden, amadement tersebut menghasilkan dua hal

penting, yakni mengurangi kekuasaan MPR dengan hanya berkonsentrasi pada persoalan-

persoalan UUD dan tidak lagi memilih residen dan wakil presiden, selanjutnya presiden dan

wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum setiap lima tahunan

sekali. Pemilihan ini membuat kedudukan presiden dan wakil presiden menjadi sangat kuat,

dan hanya bisa dijatuhkan setelah terbukti melakukan kesalahan hokum yang tidak dapat

ditolelir.

3

Page 4: Ringkasa Struktur Dan Fungsi (Politik Indonesia)

B. Dewan Perwakilan rakyat (DPR)

Pada masa Orde Baru, lembaga legislative sering dianggap sebagai lembaga yang

tugasnya hanya mensahkan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga eksekutif.

Otoritarianisme politik yang dilaksanakan oleh Soeharto telah memandulkan sedemikian rupa

lembaga legislative ini dalam melaksanakan fungsinya untuk melakukan pengawasan (cek n

balances) terhadap lembaga eksekutif.

Sementara itu kuatnya hegemoni partai pemerintah, golkar, dalam system politik di

Indonesia dalam system politik di Indonesia membuat lembaga perwakilan rakyat yang

seharusnya melakukan pengawas terhadap pemerintahan ini hampir sama sekali mandul,

padahal dalam system politik demokrasi,lembaga legislative harusnya bertindak sebagai

wakil rakyat yang vocal dalam mengawasi dan menyuarakan aspirasi dan kepentingan rakyat.

Reformasi telah membawa banyak perubahan terhadap lembaga legislative ini.Jika

sebelumnya DPR hanya di isi oleh wakil – wakil dari tiga partai politik,tetapi pada masa

reformasi setidak tidaknya ada lima partai besar yang mempunyai wakilnya di

DPR.Amandemen UU 1945 juga telah memberikan ruang ekspresi yang lebih besar kepada

lembaga perwakilan ini.Pasal 20 ayat (1) Undang Undang Dasar ini telah menegaskan bahwa

DPR memegang kekuasaan membentuk undang – undang.Selanjutnya dalam pasal 20A ayat

(1) di sebutkan bahwa DPR memiliki fungsi legislasi,fungsi anggaran,dan fungsi

pengawasan.Selain itu dalam pasal 20A ayat (3) di sebutkan selain hak yang di atur dalam

pasal – pasal ini,setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan

pertanyaan,menyampaikan usul,dan pendapat serta hak imunitas.

Selain DPR,konstitusi juga mensyaratkan adanya Dewan Perwakilan Daerah

(DPD).DPD ini di pilihh melalui pemilihan umum dan di pilih secara langsung oleh rakyat

ountuk maasing – masing provinsi dengan jumlah yang sama.Keseluruhan jumlah anggota

DPD ini tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR.Pada pasal 22 D Ayat (1) di sebutkan

bahwa “Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat

rancangan undang – undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,hubungan pusat dan

daerah,pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,pemberdayaan sumber daya

alam dan sumber daya ekonomi lainnya,serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan

pusat dan daerah “.Selanjutnya,ayat (2) dan ayat (3) pasal yang sama mengatur fungsi –

fungsi legislasi dan pengawasan menyangkut hal – hal se bagaimana telah di kemukakan

pada ayat 1 .Pendeknya DPD mempunyai fungsi legislasi dan pengawasan berkenaan dengan

4

Page 5: Ringkasa Struktur Dan Fungsi (Politik Indonesia)

otonomi daerah,yang dalam penyelenggaraan pemerintah di Indonesia di implementasikan

melalui Undang – Undang No.22Tahun 1999 dan UU No 25 Tahun 1999.

C. Lembaga peradilan

Pilar ketiga pembagian politik menurut ajaran trias politica adalah lembaga

yudikatif.Pada masa reformasi,berdasarkan UUD 1945 yang telah di amandemen,kekuasaan

kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka dalam menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum keadilan Pasal 24 ayat (1),kemudian ayat (2) menegaskan bahwa

kekuasaan kehakiman di lakukan oleh Mahkamah Agung dan badan – badan peradilan yang

ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan agama,lingkungan

peradilan militer lingkungan peradilan tata usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi.Kehadiran Mahkamah Konstitusi dalam dunia peradilan Indonesia merupakan

buah reformasi.Pada Pasal 24 C ayat (1) di sebutkan bahwa Mahkamah Konstitusi ini

mempunyai kewenangan mengadili pasa tingkat pertama dan terakhir dan putusannya bersifat

final untuk menguji undang – undang terhadap undang – undang dasar,memutuskan sengketa

kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya di berikan oleh undang – undand

dasar,memutuskan pembubaran partai politik,dan memutuskan perselisihan tentang pemilihan

umum.Sementara pada Ayat (2) di sebutkan “Mahkamah Konstitusi wajib memberikan

putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran dan /atau

Wakil Presiden menurut undang – undang dasar .Selain Mahkamah Konstitusi juga terdapat

lembaga Yudisial.Pasal 24 B Ayat (1) menyebutkan bahwa Komisi Yudisial bersifat mandiri

yang berwenang mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan mempunyai kewenangan lain

dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,keluhuran martabat serta perilaku

hakim.Namaun apakah persoalan kinerja lembaga kehakiman ini telah sesuai dengan amanat

reformasi menjadi persoalan yang sama peliknya dengan struktur yang lain.Mereka

mempunyai kinerja yang sangat buruk,miskin integritas dan sangat mudah di suap.Akibatnya

Hukum lebih memihak pada kepentingan – kepentingan kekuasaan di bandingkan

menegakkan Hukum dalam pengertian yang sesungguhnya.

5