Ring Kasan

download Ring Kasan

of 64

description

Brief Description DED Banjir Kanal Timur Sungai Dolok_Penggaron, Semarang (Central Java)

Transcript of Ring Kasan

USTEK PEDOMAN PERENCANAAN SUNGAI

LAPORAN INTERIM

Survei Investigasi Desain / Detail Desain Pantai Sanana

1. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam upaya penanganan Banjir Kota Semarang telah dibangun prasarana Pengendalian Banjir berupa Sistem Dolok Penggaron yang berlokasi di kota Semarang dan Kabupaten Demak meliputi:

a.Bendung Puncang Gading sebagai bangunan pembagi banjir dan intake irigasi

b.K. Penggaron terletak sebelah hulu Bendung Puncang Gading

c.K. Babon terletak sebelah hilir bendung Puncang Gading

d.Banjir Kanal Timur (BKT) dengan 3 anak sungai yaitu K. Kedung Mundu, K. Bajak dan K. Candi.

e.Saluran Banjir Dombo Sayung

Sistem Sungai tersebut sampai sekarang belum dapat berfungsi secara maksimal karena 4 hal yaitu ;

a.Saluran banjir Dombo Sayung belum dapat difungsikan untuk saluran banjir karena belum ada bangunan pengatur banjir.

b.Aliran Banjir Kali Penggaron meningkat sejalan dengan perubahan yang terjadi di DAS bagian hulu sampai dengan tengah.

c.Banjir Kanal timur mengalami sedimentasi cukup tinggi sehingga kapasitas alur menjadi berkurang

d.Adanya Tanggul Kritis di beberapa tempat di K. Babon sehingga kapasitas alur hanya mampu mengalirkan debit banjir 70 m3 /dtk (Kondisi Eksisting).

Memperhatikan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan rencana Detail penanganan Sungai Penggaron, Sungai Babon dan Banjir Kanal Timur berikut 3 anak sungainya dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomis, sosial budaya dan lingkungan.B. Deskripsi PekerjaanNama Pekerjaan:Detail Desain Sistem Sungai Dolok Penggaron (Banjir Kanal Timur Dombo Sayung)No. Kontrak:KU.03.01-Ao.62 / PERPROG-BBWSPJ / KNT / 11Nilai Kontrak:Rp. 534.633.000,00

No. SPMK:No. PR.01.04-Ao.6.2/SPMK/Perprog/11

Tanggal SPMK:15 April 2009

Lokasi Pekerjaan:Kota Semarang

Gambar 1. Denah Lokasi Pekerjaan

C. Nama Dan Pemilik Pekerjaan Pemilik Pekerjaan

Organisasi pengguna jasa/Pemilik Pekerjaan ini adalah SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALIJUANA

Sumber Pendanaan

Sumber dana untuk pekerjaan ini adalah APBN murni Tahun Anggaran 2009 yang tercantum dalam DIPA Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana.D. Maksud Tujuan Dan Sasaran PekerjaanMaksud dari pekerjaan ini adalah sebagai upaya untuk merencanakan Penanganan Banjir Kanal Timur dan anak-anak sungainya serta Sungai Penggaron dan Sungai Babon sampai muara sungai, dalam upaya pengendalian banjir di kota Semarang.

Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan perencanaan yang rinci Sistem Sungai Dolok Penggaron (Banjir Kanal Timur K. Penggaron K. Babon), berikut spesifikasi teknis, metode pelaksanaan, lengkap dengan dokumen tendernya untuk dapat dilaksanakan pekerjaan konstruksinya.

Sasaran dari Studi ini adalah:

Tersedianya hasil kajian rencana penanganan Banjir Kanal Timur, Kali Kedung Mundu; Kali Bajak; Kali Bugel / Candi serta K. Penggaron K. Babon sampai Muara Sungai.

2. GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAANBanjir kanal Timur dan Banjir kanal Barat merupakan salah satu solusi yang dipersiapkan sejak Pemerintahan Kolonial Belanda untuk mengantisipasi banjir yang terjadi di Kota Semarang. Dalam perkembangannya banjir kanal tersebut telah mengalami pergeseran dari perencanaan awal, dikarenakan berbagai faktor. Banjirkanal Timur dibangun sejak tahun 1858, disusul empat dasa warsa kemudian dibangun Banjir kanal Barat sekitar tahun 1901-1904.

Dalam upaya penanggulangan banjir Kota Semarang telah dibanguan prasarana Pengendalian Banjir berupa sistem Dolok Penggaron yang berlokasi di Kota Semarang dan Kabupaten Demak, meliputi :

1.Bendung Pucang Gading sebagai bangunan pembagi banjir dan intake irigasi.

2.Kali Penggaron terletak disebelah hulu Bendung Pucang Gading.

3.Kali Babon terletak disebelah hilir bendung Pucang Gading.

4.Banjir Kanal Timur (BKT) dengan 3 anak sungainya, yaitu K. Kedung Mundu, K. Bajak, K. Candi.

5.Saluran Banjir Dombo Sayung.

A. Gambaran Lokasi Bendung Pucang Gading

Bendung Pucang Gading berada pada lokasi kurang lebih 17.177 km dari muara kali Babon. Bendung ini dibangun pada tahun 1893 oleh pemerintah Belanda. Areal Irigasi yang diairi oleh bendung ini adalah Daerah Irigasi (DI) Penggaron kanan dengan luas areal sebesar 2036,00 ha. (System Planning Paket P1, PT. Gracia Widyakarsa th 1995/1996) dan Daerah Irigasi (DI) Penggaron kiri dengan luas areal 63 ha. Bendung Pucang Gading juga merupakan salah satu bangunan yang dibangun untuk menanggulangi permasalahan banjir di kota Semarang. Bendung Pucang Gading berfungsi sebagai bangunan pembagi banjir dan intake irigasi.

Gambar 2. Bagian hilir dari Bendung Pucang Gading (Banjir Kanal Timur).

B. Gambaran Lokasi Sungai Banjir Kanal TimurBanjir kanal Timur (BKT) dan Banjir kanal Barat merupakan salah satu solusi yang dipersiapkan sejak Pemerintahan Kolonial Belanda untuk mengantisipasi banjir yang terjadi di Kota Semarang. Dalam perkembangannya banjir kanal tersebut telah mengalami pergeseran dari perencanaan awal, dikarenakan berbagai faktor. Banjirkanal Timur dibangun sejak tahun 1858. Sungai sepanjang 17,8 kilometer yang membentang dari Bendungan Pucanggading, Kecamatan Tembalang, dan bermuara di Kelurahan Tanjungmas, Semarang Utara. Pintu air Pucanggading membagi aliran Kali Penggaron menuju BKT dan Kali Babon. Enam pintu tersebut harus memastikan debit air di Kali Babon tidak boleh melebihi 78 meter kubik per detik dan aliran ke BKT tidak boleh melebihi 145 meter kubik per detik. Kali Banjir Kanal Timur (BKT) saat ini telah mengalami banyak perubahan, saat ini daerah muara BKT banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk dijadikan daerah tambak ikan dan kepiting. Penduduk sekitar juga sudah mulai banyak yang membangun tempat tinggal yang permanen maupun semi-permanen. BKT memiliki 3 anak sungai yaitu Kedung Mundu, Bajak, dan Candi. Berikut ini adalah sebagian gambaran pada daerah muara kali Banjir Kanal Timur.

Gambar 3. Daerah dekat muara Banjir Kanal Timur yang dimanfaatkan untuk tambak.

C. Gambaran Lokasi Kali BabonKali Babon secara administratif berada pada wilayah Kota Semarang, melintas pada dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Pedurungan dan Kecamatan Genuk. Kali Babon merupakan sungai yang terletak di hilir bendung Pucang Gading. Panjang sungai secara keseluruhan dari Bendung Pucang Gading sampai dengan muara sungai di laut jawa berdasarkan hasil pengukuran di lapangan sepanjang 17.177 km. Salah satu yang menjadi masalah pada Kali Babon adalah terdapatnya tanggul kritis dibeberapa tempat di Kali Babon, sehingga kapasitas alur sungainya hanya mampu mengalirkan debit banjir 70 m3/dt untuk kondisi existing.

Gambar 4. Kondisi lokasi dekat muara Kali Babon.

3. PENGUMPULAN DAN ANALISA DATAD. Pengumpulan Data Sekunder

Beberapa data-data sekunder yang diperlukan antara lain adalah data hujan, data genangan banjir, data angin, peta rencana dan peta eksisting pompa banjir 2008, dan studi-studi terdahulu.Tabel 1. Rekap Data Kecepatan Angin Stasiun Semarang Periode 1986-2007

Gambar 5. Windrose total di lokasi pekerjaanUntuk terdahulu, beberapa hasil studi terdahulu yang telah diperoleh antara lain adalah:

Feasibility Study Report, Dolok Penggaron Drainage Design Project, Ministry of Public Works, Directorate General of Water Resources Development. 1991

Final Album Gambar, Pekerjaan Perencanaan Banjir Kanal Timur, Kota Semarang Paket P-6, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Semarang, Konsultan Teknik PT. Megacitra Agung Persada Indoraya. 2003

Final Album Gambar, Pekerjaan Perencanaan Kali Babon Paket-7. PT. Gagas Rancang. Juni 2003.

Laporan Akhir Volume 2, Survei Investigasi dan Desain Optimalisasi Bendung Pucang Gading (Model Test System BKT Babon Dombo Sayung), Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air BBWS Pemali Juana, Swakelola, 2007.

Laporan Akhir Volume 4, Survei Investigasi dan Desain Optimalisasi Bendung Pucang Gading (Model Test System BKT Babon Dombo Sayung), Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air BBWS Pemali Juana, Swakelola, 2007.

E. Pengumpulan Data Primer Data TopografiAdapun tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah untuk menyiapkan data topografi yang rinci sesuai dengan arah pengembangan yang akan direncanakan. Untuk itu baik trase pengukuran maupun lokasi-lokasi tertentu untuk bangunan telah ditentukan di awal pengukuran dalam bentuk rencana kerja. Rencana kerja ini selanjutnya diverifikasi kembali berdasarkan kondisi lokasi. Ada kalanya diperlukan penyesuaian lokasi rencana dari apa yang ada dalam rencana dengan kondisi riil di lapangan sehingga perencanaan nantinya dapat dilakukan sesuai tuntutan teknis yang diharapkan.

Kegiatan pengukuran topografi ini meliputi pekerjaan pengukuran geometri sungai sepanjang 55,159 km. Data Topografi di Banjir Kanal Timur (BKT)

Jarak Pengukuran Topografi yang dilakukan di lokasi Banjir Kanal Timur (BKT) yaitu sekitar 15,034 Km.Tabel 2. Daftar Bench Mark Pengukuran Topografi di Lokasi Banjir Kanal Timur (BKT)

Tabel 3. Daftar Control Point Pengukuran Topografi di Lokasi Banjir Kanal Timur (BKT)

Data Topografi di Kali Kedung Mundu

Jarak Pengukuran Topografi yang dilakukan di lokasi Kali Kedung Mundu yaitu sekitar 3,125 Km.

Tabel 4. Daftar Bench Mark Pengukuran Topografi di Lokasi Kedung Mundu

Data Topografi di Kali BajakJarak Pengukuran Topografi yang dilakukan di lokasi Kali Bajak yaitu sekitar 3,073 Km.

Tabel 5. Daftar Bench Mark Pengukuran Topografi di Lokasi Bajak

Data Topografi di Kali CandiJarak Pengukuran Topografi yang dilakukan di lokasi Kali Candi yaitu sekitar 3,186 Km.

Tabel 6. Daftar Bench Mark Pengukuran Topografi di Lokasi Kali Candi

Data Topografi di Kali Babon - PenggaronJarak Pengukuran Topografi yang dilakukan di lokasi Babon - Penggaron yaitu sekitar 20,708 Km.

Tabel 7. Daftar Bench Mark Pengukuran Topografi di Lokasi Penggaron

Tabel 8. Daftar Control Point Pengukuran Topografi di Lokasi Babon

Tabel 9. Daftar Bench Mark Pengukuran Topografi di Lokasi Babon

Data Topografi di Pantai SemarangTabel 10. Daftar Bench Mark Pengukuran Topografi di Lokasi Pantai Semarang

Hidrologi/Hidrometri

Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan ini meliputi :

Pengukuran arus

Pengukuran arus untuk semua lokasi pekerjaan dilakukan dengan menggunakan alat current meter berikut disajikan data hasil pengukuran arus di setiap titik lokasi pekerjaan.

Tabel 11. Pengukuran Arus Sungai Dilakukan Pada Saat Banjir

Pengambilan Contoh Sedimen Sungai (Bed Load & Suspended Load)

Contoh sedimen dari dasar sungai dimasukan dalam Laboratorium untuk mengetahui diameter butiran untuk perhitungan stabilitas bangunan (untuk mengetahui kedalaman gerusan). Contoh tanah sedimen dasar (bed load) dianalisa di laboratorium hidrometri untuk mengetahui berat jenis dan pembagian butirannya, sedangkan kadar sedimen dari contoh air sungai dianalisa dengan menggunakan metoda "filtrasi". Untuk selanjutnya dilakukan pengujian pembagian butir, berat jenis dan jenis materialnya.

Tabel 12. Hasil Uji Sampel Sedimen

Kualitas Air

Pengambilan sampel air dimaksudkan untuk mengetahui kualitas air di lokasi pekerjaan dengan cara diteliti di laboratorium. Dengan mengetahui kualitas air di lokasi pekerjaan, akan dapat direncanakan metoda pengolahan air tersebut agar dapat dimanfaatkan.

Data Pasang SurutContoh Perhitungan konstituen pasang surut dilakukan dengan menggunakan metode Least Square, meliputi 9 (sembilan) konstituen seperti yang disajikan dalam Tabel 16.

Tabel 13. Konstituen Pasang Surut di Lokai PekerjaanNo.Konstituen pasang surutKeteranganPerioda (jam)

1M2Principal lunar12.24

2S2Principal solar12.00

3N2Larger lunar elliptic12.66

4K2Luni-solar semi diurnal11.97

5K1Luni-solar diurnal23.93

6O1Principal lunar diurnal25.82

7P1Principal solar diurnal24.07

8M46.21

9MS46.10

Tabel 14. Elevasi-Elevasi Penting Pasang SurutNoElevasi Penting Pasang Surut

1HHWLHighest high water level

2MHWSMean high water spring

3MHWLMean high water level

4MSLMean sea level

5MLWLMean low water level

6MLWSMean low water spring

7LLWLLowest low water level

Gambar 6. Grafik hasil analisa pasang surut

Data Geologi Teknik & Mekanika Tanah

Pekerjaan Lapangan

Survei mekanika tanah yang dilakukan adalah pekerjaan hand bor dan pengujian laboratorium. Bor tangan dilaksanakan di empat titik lokasi studi yaitu Lokasi BKT sebanyak 10 titik lokasi pengujian dan Kali Babon sebanyak 6 titik pengujian mekanika tanah.

Pengujian Laboratorium

Pekerjaan penyelidikan tanah dilakukan guna mendapatkan data serta gambaran mengenai keadaan, jenis dan sifat-sifat mekanis tanah di lokasi. Data tersebut untuk selanjutnya digunakan sebagai kriteria untuk menentukan daya dukung tanah, sistem pondasi, kedalaman pondasi dan untuk memperkirakan besarnya settlement.

Pada pekerjaan penyelidikan tanah ini, sesuai dengan KAK lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan terdiri dari :

Penyelidikan tanah di lapangan meliputi pekerjaan, hand boring dan sampling.

Pekerjaan test laboratorium dari contoh tanah yang diambil.

h uraian/m

Walk Through Lapangan

Walk Through Lapangan dilakukan pada Banjir Kanal Timur (4 Sungai), K. Babon dan K. Penggaron (2 Sungai) untuk mengetahui / mengamati Sistem Sungai antara lain Tanggul Kritis, Bangunan pintu rusak, Genangan banjir, ROB, Sedimentasi.

Gambar 7. Kondisi di lokasi Pantai Semarang

Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk

Didalam melakukan kegiatan pengumpulan data primer tersebut, terdapat hal-hal yang perlu disiapkan antara lain:

A. Mempersiapkan Kuesioner

B. Pengambilan Sampel Responden

C. Keadaan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Warga Setempat

D. Harga Satuan Dasar sebagai dasar untuk mengetahui Harga satuan bahan, Harga satuan Upah dan Harga satuan alat pada dua daerak Kabupaten dan Kota : 1. Kabupaten Demak ; dan 2. Kota Semarang. Analisa Lingkungan Analisis data primer dan sekunder dianalisis dengan menggunakan metode-metode yang sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku untuk masing-masing parameter. Identifikasi dampak dilakukan dengan menggunakan matriks interaksi antara komponen kegiatan yang potensial menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak dari kegiatan proyek. Matriks hanya memperlihatkan ada tidaknya dampak dari masing-masing komponen kegiatan terhadap komponen lingkungan.

Dalam memperkirakan dampak lingkungan terkandung dua makna analisis yaitu prakiraan derajat besaran dampak dan prakiraan atas sifat pentingnya dampak. Kedua jenis prakiraan tersebut digunakan pendekatan formal dan informal.

Pendekatan formal dilakukan dengan cara menerapkan pendekatan matematis, baik menggunakan rumus-rumus empiris atau menggunakan model simulasi sehingga perilaku dampak dapat diketahui dan besaran dampak dapat ditentukan secara kuantitatif. Seangkan pendekatan informal ditempuh apabila pendekatan formal tidak cukup untuk memotret kondisi lapangan, seperti pendekatan analogi, perbandingan dengan Baku Mutu Lingkungan serta penilaian/pendapat para tenaga ahli dibidangnya masing-masing.

Analisa GelombangMetoda yang digunakan dalam proses hindcasting ini mengikuti metoda yang dijelaskan di dalam SPM (Shore Protection Manual, 1984).

Bagan alir proses hindcasting tersebut disajikan pada Gambar 10.

Gambar 8. Bagan alir proses hindcasting.

Langkah-langkah analisis gelombang yang dilakukan adalah sebagai berikut :

(i) Perhitungan Fetch Efektif

Tabel 17. Perhitungan Fetch Effektif di Perairan Dalam Lokasi Pekerjaan

(ii) Perhitungan Gelombang Rencana

Gambar 10. Waverose.

Dari hasil hindcasiting di atas, didapatkan data gelombang maksimum tahuhan dari arah barat daya, barat dan barat laut seperti yang tersaji di dalam Tabel 18 berikut.Tabel 18. Tinggi Gelombang Maksimum Tahunan (m)TahunHs Max Untuk Tiap Arah per Tahun (meter)

Tabel F.1. UTLBL

19861.6630.6161.424

19870.9320.4310.718

19881.0210.4912.081

19890.9570.6720.708

19901.6170.3952.919

19911.1590.7303.764

19921.0930.9161.516

19930.9770.6051.888

19940.7351.1131.893

19951.1210.3521.434

19961.0811.0101.571

19971.5510.7612.643

19980.8730.7931.298

19990.7800.7391.426

20001.0010.6432.124

20010.9180.5562.092

20020.9910.8732.598

20030.9611.1572.730

20040.4270.3130.952

20051.3851.1801.359

20062.2011.0811.035

20070.9121.1402.187

4. ANALISA HIDROLOGIF. Analisa Curah Hujan

Pengumpulan Data

Tabel 19. Data Stasiun Curah Hujan

Daerah Aliran Sungai dan Sub Daerah Aliran SungaiDaerah Aliran Sungai merupakan daerah tangkapan air dari sebuah sungai. Batas dari DAS merupakan garis punggung (bukit dan/atau gunung) dari suatu wilayah. Pada sebuah sistem drainase kota, sebuah bangunan (jalan, gedung dll.) seringkali menjadi batas daerah aliran sebuah saluran (sungai buatan).

Penentuan/penggambaran DAS dapat dilakukan dengan menggunakan peta topografi ataupun geologi. Dimulai dengan menarik garis menghubungkan titik punggung (puncak bukit ataupun gunung) terluar dari sungai yang bersangkutan sehingga bertemu di titik kontrol dimana akan dilakukan analisis besarnya aliran permukaan.

Gambar 12. Daerah aliran sungai dan sub daerah aliran sungai

Polygon Thiessen

Gambar 13. Polygon thiessen stasiun yang ada

Curah Hujan Maksimum

Tabel 20. Curah Hujan Maksimum di Stasiun yang ada

Curah Hujan Rencana

Tabel 21. Curah Hujan Maksimal Rencana (mm)

G. Analisa Debit Rencana Hydrograf

Untuk memperkirakan debit banjir yang akan terjadi dapat dilakukan analisa hidrologi dengan menggunakan metoda rasional dan metode hidrograf hal itu tergantung dari data yang tersedia. Debit banjir ini digunakan dalam simulasi perilaku hidrolik untuk mengetahui tinggi muka air maksimum sungai atau saluran.Dalam Perhitungan debit banjir metode yang akan digunakan adalah metode hidrograf SCS (Soil Conservation Service).

Selanjutnya penyelesaian dari Hidrograf dicari dengan menggunakan program SMADA dengan parameter seperti di bawah ini, untuk periode ulang 50 tahunTabel 22. Parameter-parameter yang digunakan untuk menghitung debit banjir

Gambar 14. Hasil analisis hidrograf BKT bagian kiri.

Gambar 15. Hasil analisis hidrograf BKT Bagian Kanan.

Gambar 16. Hasil analisis hidrograf Kali Kedung Mundu.

Gambar 17. Hasil analisis hidrograf Kali Bajak

Gambar 18. Hasil analisis hidrograf Kali Candi

Gambar 19. Hasil analisis hidrograf BKT BabonH. Skenario Pembebanan Debit Sistem Sungai Dolok Penggaron Sistem Sungai Dolok - Penggaron

Untuk lebih jelasnya Sistem Sungai Dolok Penggaron dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 20. Sistem Sungai Dolok Penggaron. Proses Pendistribusian Debit dari Pucang Gading

Gambar 21. Proses pendistribusian debit dari Pucang Gading.

Gambar 22. Pendistribusian debit dari Pucang Gading ke Dombo Sayung dan Sungai Babon.

Gambar 23. Grafik hubungan antara elevasi muka air dan debit di Bendung Pucang Gading dan Bendung Gergaji.

Dua kondisi di atas tidak memberikan solusi yang baik. Untuk mencari beban debit pada masing-masing sungai dicari komposisi yang pas sesuai dengan grafik rating curve di Pucang Gading yang memberikan debit total 456m3/s yaitu debit rencana 580m3/s dikurangi kapasitas BKT 124 m3/s. Komposisi tersebut memberikan beban 148 m3/s ke Dombo Sayung dan 309.5 m3/s ke Kali Babon, digambarkan pada Gambar 18.

Gambar 24. Grafik hubungan antara elevasi muka air dan debit di Bendung Pucang Gading dan Bendung Gergaji setelah dicari komposisi.

Gambar 25. Pendistribusian debit dari Pucang Gading ke Dombo Sayung dan Sungai Babon setelah dicari komposisi dari grafik.

5. SIMULASI HIDROLIKAUntuk mempermudah dan mempercepat proses simulasi hidrolika sungai akan digunakan Program HEC2-RAS yang dikeluarkan oleh U.S. Army Corps of Engineers.

A. Pemodelan Hidrolikaa. Skenario Kondisi Eksisting BKT

Gambar 26. Domain pemodelan hidrolik di BKT

Gambar 27. Skema pemodelan.

Gambar 28. Kondisi batas yang dipakai di muara pada pemodelan hidrolik.

Gambar 29. Elevasi muka air maksimum hasil pemodelan untuk berbagai macam nilai debit inputan pada kondisi eksisting.

Gambar 30. Kapasitas penampang sungai di sepanjang sungai yang dimodelkan untuk kondisi eksisting.

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa kapasitas penampang di daerah muara sangatlah kecil hingga pada jarak 2 km dari muara. Setelah 2 km dari muara kapasitas penampang terlihat mulai membesar kecuali pada beberapa titik yang kapasitasnya kecil hingga hanya mencapai di bawah 30m3/s seperti di sekitar km 7.

b. Skenario Kondisi Normalisasi BKT

Pemodelan kondisi normalisai dilakukan dengan merubah penampang sungai menjadi penampang yang berbentuk seragam (trapezium) dan memiliki kemiringan aliran yang juga seragam. Kemiringan saluran dibuat mengikuti trend dari kondisi dasar saluran eksisting, dan penampang saluran dibuat semaksimal mungkin.

Gambar 31. Perbandingan profil dasar saluran normalisasi dengan dasar sungai eksisting.

Gambar 32. Elevasi muka air maksimum hasil pemodelan untuk berbagai macam nilai debit inputan pada kondisi normalisasi.

Gambar 33. Kapasitas penampang sungai di sepanjang sungai yang dimodelkan untuk kondisi normalisasi.

c. Skenario Kondisi Eksisting Kali Babon

Pemodelan kondisi eksisting Kali Babon dilakukan dengan cara yang sama dengan pemodelan BKT. Adapun besar debit yang disimulasi untuk Kali Babon adalah: 10m3/s, 20m3/s, 30m3/s, 50m3/s, 100m3/s, 150m3/s.

Hasil dari simulasi untuk kondisi ini dalam bentuk grafik muka air sepanjang sungai disajikan dalam Gambar 34. Sedangkan kapasitas penampang di sepanjang sungai Babon dapat disimak pada Gambar 35.

Gambar 34. Elevasi muka air Kali Babon hasil simulasi untuk kondisi eksisting.

Gambar 35. Kapasitas penampang di sepanjang Kali Babon.d. Skenario Kondisi Normalisasi Kali Babon (Memaksimalkan Kapasitas Kali Babon)

Gambar 36. Muka air hasil simulasi Kali Babon untuk kondisi setelah dinormaliasi.

Gambar 37. Kapasitas penampang sepanjang Kali Babon setelah dinormalisasi.

e. Skenario Kali Babon Rencana

Gambar 38. Debit yang menjadi input pada simulasi debit rencana Kali Babon.

Gambar 39. Muka air rencana di sepanjang Kali Babon hasin simulasi.

f. Skenario Sungai BKT Rencana

Debit-debit tersebut masuk pada sistem BKT pada model sesuai lokasi muara anak-anak sungai tersebut di BKT. Gambar 40 menampilkan grafik hidrograf yang menjadi beban BKT. Hasil simulasi untuk skenario ini disajikan dalam Gambar 41.

Gambar 40. Debit yang menjadi input pada simulasi debit rencana BKT.

Gambar 41. Muka air rencana di sepanjang BKT hasil simulasi.

6. DETAIL DESAIN PARAPET DAN TANGGULA. Hasil Analisa Stabilitas Lereng Keluaran program berupa:Tabel 23. Faktor Keamanan (Safety Faktor) Hasil Keluaran Program

Angka keamanan (safety factor) yang dihasilkan oleh keluaran program yang menunjukkan stabilitas tanah akibat adanya tanggul di BKT adalah 1.5932, artinya tanah tersebut dapat dikatakan aman karena 1.5932 > 1.25. Keruntuhan paling besar yang terjadi dengan beban yang ada dan karakteristik tanah di lapangan adalah sebesar 17.855 cm. Berikut disajikan gambar hasil keluaran program.

Gambar 42. Mesh yang berdeformasi.

Gambar 9. Mesh yang berdeformasi.Gambar 43. Kontur penurunan tanah.

Gambar 44. Kontur perpindahan tanah arah horizontal.

Gambar 45. Kontur perpindahan tanah vertikal (penurunan).B. Analisa Daya Dukung TanahPondasi yang digunakan pada pekerjaan ini adalah jenis pondasi dangkal (Shallow Foundation). Disebut pondasi dangkal karena kedalamannya tidak lebih dari lebar pondasi itu sendiri.

C. Analisa Kestabilan StrukturBerikut disajikan hasil perhitungan kestabilan struktur parapet.7. DESAIN TRAINING JETTYTraining Jetty adalah struktur yang dibangun tegak lurus atau hampir tegak lurus garis pantai. A. Tinggi Gelombang Rencana Di Laut DalamTabel 25. Hasil Perhitungan Gelombang Rencana Periode Ulang (Tahun)Parameter GelombangUnitArah (dari)

UTLBL

1Hsm1.030.741.68

Ts s4.974.236.31

5Hsm1.431.002.48

Ts s5.844.907.64

10Hsm1.671.162.98

Ts s6.305.278.35

25Hsm1.981.333.61

Ts s6.845.639.18

50Hsm2.211.434.07

Ts s7.225.849.73

100Hsm2.441.534.54

Ts s7.586.0310.26

B. Pemodelan Transformasi GelombangHasil analisa atau simulai refraksi difraksi ini ditampilkan pada Gambar 46 - Gambar 52.

Gambar 46. Daerah simulasi (domain).

Gambar 47. Distribusi gelombang dengan gelombang datang dari arah Utara.

Gambar 48. Fasa gelombang dengan gelombang datang dari arah Utara.

Gambar 49. Distribusi gelombang dengan gelombang datang dari arah Timur Laut.

Gambar 50. Fasa gelombang dengan gelombang datang dari arah Timur Laut.

Gambar 51. Distribusi gelombang dengan gelombang datang dari arah Barat Laut.

Gambar 52. Fasa gelombang dengan gelombang datang dari arah Barat LautC. Desain Dimensi Training JettyDimensi training jetty yang dihitung adalah:

1. Berat satuan armor

2. Berat unit batu pada under layer

3. Lebar puncak jetty4. Tebal lapisan jetty.Berat satuan armor

Berat unit batu pada under layerBerat minimum untuk batu pada under layer adalah 1/10 dari berat armor pada cover layer.

Lebar puncak jetty

(

Tebal lapisan jetty

(

8. PEMBAGIAN PAKET PEKERJAAN DAN BIAYA KONSTRUKSIA. Pembagian Paket PekerjaanPembagian paket pekerjaan terdiri atas 6 (enam) paket pekerjaan yang terletak di tiga lokasi pekerjaan, yaitu:

1. Kali Banjir Kanal Timur (BKT), terdapat 3 paket pekerjaan yaitu:

a. Paket AKonstruksi Training Jetty.

b. Paket B

Normalisasi Sungai dari Muara Sungai Kali Banjir Kanal Timur (BKT) s/d Jalan Soekarno Hatta.

c. Paket C

Normalisasi sungai dari Jalan Soekarno Hatta s/d Bendung Pucang Gading.

2. Kali Babon, terdapat 2 paket pekerjaan, yaitu:

a. Paket AKonstruksi Training Jetty.

b. Paket BNormalisasi Sungai di sepanjang Kali Babon.

3. Kali Penggaron, terdapat 1 paket pekerjaan, yaitu:

a. Paket ANormalisasi sungai di sepanjang Kali Penggaron.

B. Perkiraan Biaya KonstruksiRekapitulasi perkiraan biaya konstruksi pada pekerjaan DD Sungai Dolok-Penggaron (Banjir Kanal Timur-Dombo Sayung) disajikan pada tabel dibawa ini.

Tabel 27. Rekapitulasi Perkiraan Biaya Konstruksi Pada Pekerjaan DD Sungai Dolok-Penggaron (Banjir Kanal Timur-Dombo Sayung)

9. KESIMPULAN DAN SARAN

I. KesimpulanBerdasarkan uraian yang telah disajikan dalam bab-bab sebelumnya, diperoleh informasi:

1. Banjir yang terjadi di bagian Timur Semarang akibat terbatasnya kapasitas prasarana banjir yang ada., baik untuk Banjir Kanal Timur (BKT) maupun Sungai Babon, seperti disajikan pada Gambar 35 dan 36.

Gambar 53. Kapasitas penampang di sepanjang BKT yang dimodelkan untuk kondisi eksisting.

Gambar 54. Kapasitas penampang di sepanjang Sungai Babon yang dimodelkan untuk kondisi eksisting.

2. Kondisi pada butir (1) di atas diperparah lagi dengan pendangkalan yang terjadi di muara BKT dan Sungai babon.

3. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dokumen Buku Pedoman O & P Pekerjaan Studi dan Detail Desain Penyempurnaan Fungsi Bendung Pucang Gading, Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana Departemen Pekerjaan Umum, 2008, (selanjutnya disebut BBWS Pemali Juana 2008), besar beban rencana dengan periode ulang 50 tahun di Pucang Gading adalah sebesar 580 m3/detik. Debit ini disepakati untuk digunakan sebagai dasar dalam pekerjaan ini. Debit sebesar ini didistribusikan ke tiga sungai kanal yang ada di hilir Pucang Gading, yaitu Banjir Kanal Timur, Sungai Babon, dan Banjir Kanal Dombo Sayung.

4. Dari studi terdahulu (BBWS Pemali Juana 2008), ditetapkan bahwa debit yang akan dialirkan ke Banjir Kanal Dombo Sayung adalah sebesar 210 m3/detik. Penentuan debit dan kapasitas Banjir Kanal Dombo Sayung ini di luar lingkup pekerjaan ini.

5. Dengan alokasi debit ke Banjir Kanal Dombo Sayung sebesar 210 m3/detik, maka debit yang harus ditanggung oleh Banjir Kanal Timur dan Sungai Babon adalah sebesar 370 m3/detik.

6. Pengembangan kapasitas BKT dan Sungai Babon harus memperhitungkan debit-debit yang berada di hilir Pucang Gading, yaitu di BKT:

Kali Kedung Mundu 103 m3/detik,

Kali Bajak 95 m3/detik,

Kali Candi 59 m3/detik,

Internal Kota Semarang 42 m3/detik,

dan di Sungai Babon sebesar 104 m3/detik.

7. Memaksimalkan kapasitas Sungai Babon dengan memperhitungkan kondisi tanggul yang ada serta Bendung Karangroto. Dari hasil simulasi numerik, kapasitas Sungai Babon dapat dimaksimalkan hingga mampu melayani debit sebesar 350 m3/detik. (Setara dengan hasil dalam BBWS Pemali Juana 2008, sebesar 340 m3/detik). Dengan debit dari hilir Pucang Gading sebesar 104 m3/detik, maka debit maksimum yang boleh dialirkan dari Pucang Gading adalah sebesar 246 m3/detik (350 m3/detik dikurangi 104 m3/detik).

8. Dengan kemampuan Sungai Babon mengalirkan debit dari Pucang Gading sebesar 246 m3/detik, maka sisa debit yang harus dialirkan oleh dari Pucang Gading ke BKT adalah sebesar 210 m3/detik (580 m3/detik dikurangi 210 m3/detik ke Banjir Kanal Dombo Sayung dan 246 m3/detik ke Sungai Babon).

9. Berdasarkan angka-angka pada butir (6) dan butir (8) di atas, maka debit total yang harus dialirkan ke BKT adalah sebesar 423 m3/detik (Kali Kedung Mundu 103 m3/detik, Kali Bajak 95 m3/detik, Kali Candi 59 m3/detik, Internal Kota Semarang 42 m3/detik, dan dari Pucang Gading sebesar 124 m3/detik). Dengan debit sebesar 423 m3/detik ini, perlu dilakukan normalisasi, pembangunan tanggul dan parapet, serta peninggian beberapa jembatan yang ada di BKT.

10. Berdasarkan uraian di atas, pembagian debit 580 m3/detik di Pucang Gading adalah:

BKT 124 m3/detik.

Sungai Babon 246 m3/detik.

Banjir Kanal Dombo Sayung 210 m3/detik.

11. Pada saat ini, sistem pengatur banjir di Pucang Gading terdiri dari 3 (tiga) bangunan yaitu (1) Bendung Pucang Gading, (2) Bangunan Pintu Air BKT, dan (3) Sistem Pengatur Banjir (Bendung Gergaji) Dombo Sayung. Dari ketiga bangunan tersebut, hanya Bangunan Pintu BKT yang dilengkapi dengan pintu pengatur, sedangkan 2 bangunan lainnya berupa ambang bebas. Oleh karena itu, pengaturan debit banjir hanya dapat dilakukan dengan mengatur debit yang masuk ke BKT.

12. Dalam BBWS Pemali Juana 2008, diperoleh informasi perbandingan debit yang mengalir di atas pelimpah Bendung Pucang Gading (mengalirkan air ke Sungai Babon) dan Bendung Gergaji Dombo Sayung seperti disajikan pada Gambar 37 di bawah ini.

Gambar 55. Perbandingan besar debit di Bendung Pucang Gading dan Bendung Gergaji Dombo Sayung untuk berbagai elevasi muka air.

Dari grafik tersebut, diperoleh informasi bahwa dengan dua bangunan yang bersifat tetap (Bendung Pucang Gading dan Bendung Gergaji Dombo Sayung), tidak pernah bisa diperoleh kondisi debit di Bendung Pucang Gading sebesar 246 m3/detik ke Sungai Babon dan debit di Bendung Gergaji ke Banjir Kanal Dombo Sayung sebesar 210 m3/detik. Jika debit yang mengalir di salah satu bendung tersebut dimaksimalkan, akan diperoleh kondisi:

a. Debit di Bendung Gergaji Dombo Sayung dimaksimalkan sebesar 210 m3/detik, diperoleh debit di Bendung Pucang Ganding sekitar 410 m3/detik. Artinya terdapat kelebihan debit aliran sekitar 164 m3/detik (410 m3/detik dikurangi 246 m3/detik) dari kapasitas Sungai Babon sebesar 246 m3/detik (kapasitas total 350 m3/detik dikurangi debit dari hilir Pucang Gading sebesar 104 m3/detik). ATAU kondisi,

b. Debit di Bendung Pucang Ganding dimaksimalkan sebesar 246 m3/detik dan diperoleh debit di Bendung Gergaji Dombo Sayung sebesar 110 m3/detik. Artinya terdapat debit sebesar 100 m3/detik (kapasitas Banjir Kanal Dombo Sayung sebesar 210 m3/detik dikurangi 110 m3/detik) yang harus dicarikan solusi pengalirannya.

J. SaranBerdasarkan kesimpulan di atas, dapat disampaikan saran atau rekomendasi di bawah ini.

1. Agar sistem Pengendali Banjir Semarang Timur ini dapat mengalirkan debit banjir dengan periode ulang 50 tahun sebesar 580 m3/detik, perlu dilakukan peningkatan kapasitas sitem pengaliran di hilir Pucang Gading sebagai berikut:

a. Kapasitas total BKT sebesar 423 m3/detik untuk mengakomodasi debit dari Pucang Gading sebesar 124 m3/detik dan debit dari hilir Pucang Gading sebesar 299 m3/detik.

b. Kapasitas total Sungai Babon sebesar 350 m3/detik untuk mengakomodasi debit dari Pucang Gading sebesar 246 m3/detik dan debit dari hilir Pucang Gading sebesar 104 m3/detik.

c. Kapasitas Banjir Kanal Dombo Sayung agar mampu menampung debit dari Pucang Gading sebesar 210 m3/detik.

2. Penambahan kapasitas debit dilakukan dengan cara:

a. BKT: normalisasi, peninggian tepi BKT (pemasangan parapet), dan pembangunan training jetty di muara untuk menghindarkan pendangkalan muara.

b. Sungai Babon: normalisasi, peninggian tepi sungai (tanggul di beberapa lokasi di hulu dan hilir Bendung Karangroto dan parapet atau retaining wall di sekitar Bendung Karangroto), dan pembangunan training jetty di muara untuk menghindarkan pendangkalan muara. Perlu dilakukan peninggian dinding dan jembatan (dekzerk) Bendung Karangroto.

3. Terkait dengan kesimpulan butir (12), direkomendasikan agar kapasitas pengaliran Bendung Gergaji diperbesar sedemikian rupa sehingga pada saat debit di Bendung Pucang Gading sebesar 246 m3/detik, diperoleh debit di Bendung Gergaji sebesar 210 m3/detik. Salah satu alternatif yang mungkin dilaksanakan adalah membuat pintu air di Bendung Gergaji.

4. Peningkatan kapasitas prasarana pengendali banjir di hilir Pucang Gading, dilakukan dengan urutan:

a. Normalisasi dan peninggian tepi BKT serta pembangunan training jetty hingga diperoleh kapasitas maksimum 423 m3/detik.

b. Peningkatan kapasitas pengaliran Bendung gergaji Dombo Sayung hingga diperoleh kapasitas maksimum 210 m3/detik.

c. Normalisasi dan peninggian tepi Sungai Babon serta pembangunan training jetty hingga diperoleh kapasitas maksimum 350 m3/detik.

5. Dalam hal butir (4.b) dan (4.c) belum dilaksanakan dan daerah BKT di hilir Pucang Gading tidak memberikan debit sesuai dengan beban rencana, maka sebagian debit untuk Sungai Babon dan Banjir Kanal Dombo Sayung dapat dialirkan ke BKT (debit dari Pucang Gading ke BKT dapat melebihi 124 m3/detik). Untuk itu pada anak sungai BKT di hilir Pucang Gading perlu dipasang bangunan pengukur debit. Besar debit dari Pucang Gading dibatasi maksimum sebesar 200 m3/detik, sesuai dengan kapasitas maksimum ruas BKT dari Pucang gading hingga Kali Candi.

6. Dengan kapasitas BKT sebesar 423 m3/detik, direkomendasikan untuk meninggikan jembatan KA di BKT dan jembatan Kaligawe (satu jembatan yang paling rendah dari 3 jembatan yang ada di Kaligawe) setinggi 1 m dari elevasi saat ini.

7. Dengan kapasitas Sungai Babon sebesar 350 m3/detik, perlu dilakukan peninggian dinding dan jembatan (dekzerk) Bendung Karangroto dan jembatan Desa Kudu.

8. Mengingat kondisi area Kota Semarang yang lebih rendah dari tanggul BKT, perlu dilakukan pembangunan pompa-pompa di sekitar BKT untuk mengalirkan debit 42 m3/detik yang berasal dari kota ke BKT. Agar air dapat mengalir dengan baik ke lokasi pompa-pompa, perlu dilakukan perbaikan drainase internal kota, terutama yang menuju ke lokasi pompa. Demikian juga untuk area yang berada di sekitar Sungai Babon, terutama di hilir Bendung Karangroto.

9. Prosedur pengoperasian bangunan di Pucang Gading disusun untuk kondisi:

Saat ini, sudah tersedia.

Kondisi BKT sudah ditingkatkan kapasitasnya hingga 423 m3/detik, Sungai Babon dan Bendung Gergaji Dombo Sayung seperti kondisi sekarang.

Kondisi BKT sudah ditingkatkan kapasitasnya hingga 423 m3/detik, Sungai Babon atau Bendung Gergaji Dombo Sayung sudah ditingkatkan sesuai rencana dan Bendung Gergaji Dombo Sayung atau Sungai Babon seperti kondisi sekarang.

Kondisi BKT Sungai Babon Bendung gergaji Dombo Sayung sudah ditingkatkan kapasitasnya sesuai rencana.

Detail Desain Sistem

Sungai Dolok Penggaron

(Banjir Kanal Timur Dombo Sayung)

Pasang Surut

Lokasi Pekerjaan

Q (m3/s)

Tabel 15. Rekapitulasi Hasil Tes Laboratorium BKT

Tabel 16.Rekapitulasi Hasil Tes Laboratorium Babon

Tabel 26. Perhitungan Berat Unit Armor untuk Jenis Armor dari Kubus

Gambar 11. Grafik hubungan antara tinggi gelombang signifikan (Hs) dengan periodanya (Ts).

Gambar 9. Daerah pembentukan gelombang (fetch) di lokasi pekerjaan.

Tabel 24. Perhitungan Daya Dukug Tanah.

0.0

50.0

100.0

150.0

200.0

250.0

300.0

350.0

0

2000

4000

6000

8000

10000

Jarak dari muara (m)

Kapasitas penapang (m3/s)

Laporan Ringkasan DD Sungai Dolok-Penggaron (Banjir Kanal Timur-Dombo Sayung)1Bab 1-4

Laporan Ringkasan DD Sungai Dolok-Penggaron (Banjir Kanal Timur-Dombo Sayung)2

_1078836501.unknown

_1078836976.unknown

_1078837007.unknown

_1078836567.unknown

_1078835772.unknown