RINDAAA

14
Terapi Somatik dan Terapi Alternatif Terapi somatik telah banyak dilakukan dalam tatanan psikiatri. Sejalan dengan terus dilakukannya penelitian tentang patofisiologi gangguan jiwa modalitas terapi somatic yang lebih maju dan makin cangih akan terus berkembang. Pada saat yang sama, modalitas terapi, seperti restreing, yang merupakan cara lama dalam memmberikan asuhan keperawatan pada pasien psikiatri masih tetap digunakan secara bijaksana. Restrein Fisik Restrein Fisik meliputi penggunaan restrain mekanis seperti manset untuk pergelangan tangan atau pergelangan kaki, dan kain terikat, serta seklusi, serta mengurung pasien dalam suatu ruangan sehingga ia tidak dapat keluar sesuai keinginannya. Pada zaman yang sentif terhadap kebebasan negara dan hak individu, restrein harus dilakukan dengan ketentuan khusus. Restrein mekanis Jenis restrein mekanis meliputi: 1. Kamisol (baju pengekang) 2. Restrein dengan manset pergelangan tangan 3. Restrein dengan manset pergelangan kaki 4. Tali pengikat. Kewaspadaan perawat

Transcript of RINDAAA

Page 1: RINDAAA

Terapi Somatik dan Terapi Alternatif

Terapi somatik telah banyak dilakukan dalam tatanan psikiatri. Sejalan dengan terus

dilakukannya penelitian tentang patofisiologi gangguan jiwa modalitas terapi somatic yang lebih

maju dan makin cangih akan terus berkembang. Pada saat yang sama, modalitas terapi, seperti

restreing, yang merupakan cara lama dalam memmberikan asuhan keperawatan pada pasien

psikiatri masih tetap digunakan secara bijaksana.

Restrein Fisik

Restrein Fisik meliputi penggunaan restrain mekanis seperti manset untuk pergelangan tangan

atau pergelangan kaki, dan kain terikat, serta seklusi, serta mengurung pasien dalam suatu

ruangan sehingga ia tidak dapat keluar sesuai keinginannya. Pada zaman yang sentif terhadap

kebebasan negara dan hak individu, restrein harus dilakukan dengan ketentuan khusus.

Restrein mekanis

Jenis restrein mekanis meliputi:

1. Kamisol (baju pengekang)

2. Restrein dengan manset pergelangan tangan

3. Restrein dengan manset pergelangan kaki

4. Tali pengikat.

Kewaspadaan perawat

Pencegahan perilaku yang memerlukan restrein merupakan tindakan keperawatan yang paling

penting. Restrein selalu merupakan intervensi terakhir.

Indikasi Restrein

Indikasi restrein adalah:

1. Perilaku kekerasan yang membahayakan pasien dan orang lain.

2. Perilaku agistasi yang tidak dapat di kendalikan dengan pengobatan.

3. Ancaman terhadap intergritas fisik. Berhubungan dengan penolakan pasien ntuk

beristirahat atau makan dan minum.

Page 2: RINDAAA

4. Permintaan pasien untuk pengendalian perilaku eksternal, yang dilakukan karena telah

dikaji dan berindikasi terapeutik.

Kewaspadaan perawat

Pasien dengan semua jenis restein fisik menjadi sangat rentan dan harus dilindungi.

Seklusi

Seklusi

Seklusi adalah mengurung pasien dalam satu ruangan sehingga pasien tidak dapat

meniggalkan ruangan tersebut sesuai keinginannya. Tingkat seklusi dapat berkisar dari

pengurungan dalam suatu ruang tertutup tetapi tidak terkunci sampai pengurungan dalam

ruang terkunci dengan kasur tanpa seprai dilantai, kesempatan berkomunikasi dibatasi,

dan pasien memakai pakaian rumah sakit atau kain terpal yang berat. Kondisi yang

terakhir merupakan kondisi yang kurang dapat diterima untuk seklusi dan hanya

dilakukan jika penting untuk melindungi pasien atau orang lain.

Indikasi seklusi adalah :

1. Pengendalian perilaku kekerasan yang dapat membahayakan pasien atau orang

lain dan tidak dapat dikendalikan oleh intervensi yang kurang restriktif lainnya

seperti kontak interpersonal atau pengobatan.

2. Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh pasien.

Kontraindikasi seklusi meliputi :

1. Kebutuhan untuk observasi masalah medis

2. Risiko tinggi bunuh diri

3. Potensial tidak dapat menoleransi deprivasi sensori

4. Hukuman.

Tabel 21- 1 menyajikan intervensi keperawatan untuk pasien yang diseklusi. Kotak 21- 1

menjelaskan prosedur penatalaksanaan kedaruratan psikiatri.

Tabel 21- 1 intervensi keperawatan untuk pasien yang dilakukan seklusi atau restrein mekanis

Page 3: RINDAAA

Prinsip rasional Intervensi keperawatan

Pasien berhak untuk

mendapatkan terapi yang

kurang restriktif.

Melindungi pasien dari

cedera fisik.

Memberikan lingkungan

yang aman.

Hak ini adalah hak

konstitusional semua pasien.

Induvidu yang tidak mampu

mengendalikan perilakunya

berisiko mengalami cedera

dan membutuhkan

pembahasan eksterna yang

diterapkan secara aman.

Individu yang tidak mampu

mengendalikan perilakunya

mungkin mengalami

gangguan penilaian serta

dapat membahayakan

dirinya secara sengaja atau

tidak sengaja.

Identifikasi peristiwa

pencetus. Observasi

perilaku agitasi pasien.

Upayakan intervensi

alternatif.

Catat perilaku pasien dan

inrevensi keperawatan.

Sediakan staf yang cukup

untuk mengendalikan

pasien.

Pastikan staf terlatih dalam

menangani perilaku

kekerasan.

Rencanakan pendekatan

pada pasien. Gunakan

teknik restrein fisik yang

aman.

Amati pasien secara

konstan atau sesering

mungkin, bergantung pada

kondisinya. Jauhkan

benda- benda yang

membahayakan dari

pasien.

Page 4: RINDAAA

Berikut ini adalah ringkasan prosedur ECT yang benar.

Berikan penyuluhan kepada pasien dan keluaga tentang prosedur

Dapatkan persetujuan tindakan

Pastikan status puasa pasien setelah tengah malam

Minta pasien untuk melepaskan perhiasan, jepit rambut, kacamata, dan alat bantu

pendengaran. Semua gigi palsu dilepaskan; tambahan gigi parsial dipertahankan.

5. Pakailah baju yang longgar dan nyaman

6. Kosongkan kandung kemih pasien

7. Berikan obat praterapi

8. Pastikan obat dan peralatan yang diperlukan tersedia dan siap pakai (kotak 21-2).

9. Bantu pelaksanaan ECT.

Tenangkan pasien

Dokter atau ahli anestesi memberikan oksigen untuk menyiapkan pasien bila terjadi

apnea karena relaksaan otot

Berikan obat

Pasang spatel lidah yang diberi bantalan untuk melindungi gigi pasien

Pasang elektroda. Kemudian berikan syok.

10. Pantau pasien selama masa pemulihan

Bantu pemberian oksigen dan pengisapan lender sesuai kebutuhan

Pantau tanda-tanda vital

Setelah pernapasan pulih kembali, atur posisi miring pada pasien sampai sadar.

Pertahankan jalan napas paten.

Jika pasien berespons, orientasikan pasien.

Ambulasikan pasien dengan bantuan, setelah memeriksa adanya hipotensi postural.

Izinkan pasien tidur sebentar jika diinginkannya

Berikan makanan ringan

Libatkan dalam aktivitas sehari0hari seperti biasa, orientasikan pasien sesuai

kebutuhan

Tawarkan analgesic untuk sakit kepala jika diperlukan

Tabel meringkas intervensi keperawatan untuk pasien yang mendapatkan ECT.

Page 5: RINDAAA

Peralatan untuk Terapi Elektrokonvulsif

Perlengkapan dan peralatan terapi, termasuk pasta dan gel elektroda, bantalan kasa,

alcohol, salin, elektroda elektroensefalogram (EEG), dan kertas grafik.

Peralatan untuk memantau, termasuk elektrokardiogram (EKG) dan elektroda EKG

Manset tekanan darah (2), stimulator saraf perifer, dan oksimeter denyut nadi

Stetoskop

Palu reflex

Peralatan intravena dan pungsi vena

Penahan gigitan dengan wadah individu

Pelbet dengan kasur yang keras dan bersisi pengaman serta dapat meninggikan bagian

kepala dan kaki

Peralatan pengisap lender

Peralatan ventilasi, termasuk slang, masker, Ambu bag, peralatan jalan napas oral, dan

peralatan intubasi dengan system pemberian oksigen yang dapat memberikan tekanan

oksigen positif.

Obat untuk untuk keadaan darurat dan obat lain sesuai rekomendasi staf anestesi.

Berbagai obat yang tidak boleh diberikan oleh staf anestesi untuk pelaksanaan medis selama

ECT, seperti labetol, esmolol, glikopirolat, kafein, kurare, midazolam, diazepam, natrium

thiopental (Pentothal Sodium), natrium, metoheksital (brevital Sodium), dan suksinikolin.

FOTOTERAPI

Fototerapi atau terapi cahaya merupakan terapi pemaparan cahaya terapeutik buatan

kepada pasien yang kekutannya 5-20 klai lebih terang dari pencahayaan dalam ruangan. Pasien

biasanya duduk dengan mata terbuka, dengan jarak sekitar 3 kaki dan pada tingkat sejajr mata,

dipajankan dengan lampu fluoresen spectrum luas yang dirancang untuk menghasilkan intesitas

dan komposisi warna cahaya luar ruangan. Waktu dan dosis terapi cahaya bervariasi pada tiap

pasien. Semakin terang cahaya, semakin efektif terapi per unit waktu.

KEFEKTIFAN

Page 6: RINDAAA

Terapi berlangsung cepat dan dapat efektif. Kebanyakan pasien merasakan sembuh

setelah 3-5 hari terapi dan kambuh bila gterapi dihentiakan. Pasien tidak tampak dapat

menoleransi fototerapi, tetapi keefektifan jangka panjangnya tidak sepenuhnya dievaluasi.

Intervensi keperawatan untuk pasien yang mendapatkan terapi elektrokonvulsif (ECT)

Prinsip Rasional Intervensi Keperawatan

Mendapatkan persetujuan

partisipasi dalam prosedur

Mempertahankan integitas

biologis

Pasien yang mengerti rencana

terapi akan lebih kooperatif

dan kurang mengalami stress

daripada pasien yang tidak

mengerti. Persetujuan

keluarga dapat memberikan

dukungan emosional kepada

pasien.

Anestesi umum dapat

pembakitan kejang dengan

listrik merupakan stressor

fisiologis dan memerlukan

asuhan keperawatan suportif

Ajarkan ECT, termasuk

prosedur dan efek yang

diharapkan. Ajrkan keluarga

tentang terapi. Dorong

ekspresi perasaan pasien dan

keluarga. Berikan penyuluhan

setelah setiap kali terapi.

Periksa peralatan kedaduratan

sebelum prosedur dilakukan.

Pertahankan pasien puasa

bebrapa jam sebelum terapi.

Lepaskan benda-benda yang

mungkin membahayakan (mis,

perhiasan, gigi palsu). Periksa

tanda-tanda vital. Pertahankan

kepatenan jalan napas. Atur

posisi miring pada pasien

sampai ada reaksi. Bantu

pasien untuk ambulasi.

Tawarkan anlgesik atau

antiemetic sesuai kebutuhan.

Page 7: RINDAAA

Mempertahankan martabat

dan harga diri pasien

Pasien biasanya merasa takut

sebelum pemberian terapi.

Amnesia dan kebingungan

dapat menimbulkan rasa takut

menjadi gila. Pasien akan

memerlukan bantuan untuk

melakukan fungsi secara tepat

dalam lingkungan.

Tetap bersama pasien dan

berikan dukungan sebelum

dan selama terapi.

Pertahankan privasi pasien

sebelum dan selama terapi.

Pertahankan privasi pasien

selama dan setelah terapi.

Reorientasikan pasien. Bantu

anggota keluarga dan pasien

lain untuk memahami perilaku

yang berhubungan dengan

amnesia dan kebingungan.

Indikasi

Fototerapi memiliki angka respon sebesar 50%-60% pada pasien depresi musim dingin

nonpsikotik yang tercatat dengan baik atau gangguan efektif musiman, terapi cahaya harus

diberikan oleh seorang professional yang berpengalaman dan terlatih.

Terapi Deprivasi Tidur

Telah dilaporkan bahwa sebanyak 60% pasien depresi membaik segera setelah dilakukan satu

malam deprivasi tidur total. Namun, beberapa penelitian klinis yang terkontrol dan acak telah

dilakukan untuk deprivasi tidur, sehingga laporan tersebut harus dipertimbangkan dengan hati-

hati. Sayangnnya, banyak pasien yang berespons terhadap terapi ii menjadi depresi kembali

ketika mereka hanya tidur selama kurang lebih 2 jam pada malam hari.

Stimulasi Magnetik Transkranial

Stimulasi magnetic transkranial (SMT) adalah prosedur nonivasif memasukkan bidang magnetic

yang berubah kedalam otak untuk memengaruhi aktivitas otak. Bidang magnetic timbul dengan

mengalirkan arus listrik yang besar melalui koil kabel stimulasi periode waktu yang singkat. Koil

yang terisolasi ditempatkan atau didekatkan ke area kepala pasien yang spesifik, yang

Page 8: RINDAAA

memungkinkan bidang magnetic mengalir melalui tengkorak dan masuk ke area target otak.

Indikasi SMT yang paling sering terjadi adalah terapi gangguan alam perasaan.

Stimulasi Saraf Vagus

Stimulasi saraf vagus (SSV) adalah terapi somatic terbaru yang saat ini masih dalam penelitian.

Penelitian multibidang terbaru yang menunjukkan penurunan gejala depresif sebesar 40%-50%

dengan menggunakan SSV membuktikan potensi SSV sebagai terapi somatic baru yang

menjajikan dalam bidang psikiatri. SSV mencakup penanaman suatu generator ke saraf vagus

pada sisi kiri leher pasien. Ujung elektroda dililitkan pada saraf. Setelah ditanam, generator

diprogramkan melalui computer untuk pemantauan frekuensi dan intensitas stimulus. Saat ini SV

hanya boleh digunakan secara klinis pada terapi epilepsy. Penggunaan SSV yang paling

menyakitkan dalam psikiatri adalah pada terapi gangguan efektif, terutama depresi.

,m.

Terapi Alternatif

Pengobatan komplementer dan alternative (complementary and alternative medicine, CAM)

adalah istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan rentang yang luas dari filosofi

penyembuhan, pendekatan, terapi yang berfokus pada keutuhan individu, termasuk pada aspek

biopsikososial dan spiritual. Terapi CAM sering digunakan sebagai terapi tunggal (alternative),

kombinasi dengan terapi CAM yang lain, atau kombinasi dengan terapi konvensional lainnya

(komplementer). Beberapa terapi sesuai dengan prinsip pengobatan Barat, sedangkan terapi

lainnya merupakan system penyembuhan dari asal yang berbeda. Walaupun beberapa terapi

berada diluar bidang praktik medis barat yang diterima, terapi yang lain telah dikembangkan

dalam alur utama pelayanan kesehatan. National center of complementary and alternative

medicine telah mengembangkan system klasifikasi tujuh kaagori, masing-masing penjelasannya,

dan contoh khusus terapi CAM yang termasuk dalam setiap klasifikasi.

Hanya ada sedikit penelitian CAM yang direncanakan dengan baik dalam kesehatan jiwa.

Selain itu, masalah etis tentang terapi CAM mencakup isu keamanan dan keefektifan serta

keahlian dan kualifikasi praktisi. Hal yang sama pentingnya adalah komunikasi anatara pemberi

CAM dengan pemberi pelayanan kesehatan tradisional.

Page 9: RINDAAA

Depresi

Depresi merupakan salah satu kondisi yang paling umum terjadi pada orang-orang yang

menggunakan terapi alternative. Kajian terapi CAM yang paling bermanfaat untuk depresi

menemukan bahwa ada bukti yang mendukung dilakukannya olahraga, terapi herba, akupuntur,

dan terapi masase.

Ansietas

Gangguan ansietas dikatakan sebagai salah satu utama penggunaan terapi CAM. Gangguan

ansietas yang telah diteliti dengan menggunakan terapi CAM meliputi gangguan ansietas umum,

fobia spesifik dan social, gangguan panic, gangguan obsesif-komplusif, dan gangguan stress

pascatrauma. Bukti menunjukkan bahwa relaksasi, sentuhan terapeutik, yoga, priduk herba, dan

desensitisasi gerakan mata serta pemrosesan kembali dapat mengurangi ansietas.