RINDAAA
-
Upload
riinda-suicalioxta-iii -
Category
Documents
-
view
35 -
download
11
Transcript of RINDAAA
Terapi Somatik dan Terapi Alternatif
Terapi somatik telah banyak dilakukan dalam tatanan psikiatri. Sejalan dengan terus
dilakukannya penelitian tentang patofisiologi gangguan jiwa modalitas terapi somatic yang lebih
maju dan makin cangih akan terus berkembang. Pada saat yang sama, modalitas terapi, seperti
restreing, yang merupakan cara lama dalam memmberikan asuhan keperawatan pada pasien
psikiatri masih tetap digunakan secara bijaksana.
Restrein Fisik
Restrein Fisik meliputi penggunaan restrain mekanis seperti manset untuk pergelangan tangan
atau pergelangan kaki, dan kain terikat, serta seklusi, serta mengurung pasien dalam suatu
ruangan sehingga ia tidak dapat keluar sesuai keinginannya. Pada zaman yang sentif terhadap
kebebasan negara dan hak individu, restrein harus dilakukan dengan ketentuan khusus.
Restrein mekanis
Jenis restrein mekanis meliputi:
1. Kamisol (baju pengekang)
2. Restrein dengan manset pergelangan tangan
3. Restrein dengan manset pergelangan kaki
4. Tali pengikat.
Kewaspadaan perawat
Pencegahan perilaku yang memerlukan restrein merupakan tindakan keperawatan yang paling
penting. Restrein selalu merupakan intervensi terakhir.
Indikasi Restrein
Indikasi restrein adalah:
1. Perilaku kekerasan yang membahayakan pasien dan orang lain.
2. Perilaku agistasi yang tidak dapat di kendalikan dengan pengobatan.
3. Ancaman terhadap intergritas fisik. Berhubungan dengan penolakan pasien ntuk
beristirahat atau makan dan minum.
4. Permintaan pasien untuk pengendalian perilaku eksternal, yang dilakukan karena telah
dikaji dan berindikasi terapeutik.
Kewaspadaan perawat
Pasien dengan semua jenis restein fisik menjadi sangat rentan dan harus dilindungi.
Seklusi
Seklusi
Seklusi adalah mengurung pasien dalam satu ruangan sehingga pasien tidak dapat
meniggalkan ruangan tersebut sesuai keinginannya. Tingkat seklusi dapat berkisar dari
pengurungan dalam suatu ruang tertutup tetapi tidak terkunci sampai pengurungan dalam
ruang terkunci dengan kasur tanpa seprai dilantai, kesempatan berkomunikasi dibatasi,
dan pasien memakai pakaian rumah sakit atau kain terpal yang berat. Kondisi yang
terakhir merupakan kondisi yang kurang dapat diterima untuk seklusi dan hanya
dilakukan jika penting untuk melindungi pasien atau orang lain.
Indikasi seklusi adalah :
1. Pengendalian perilaku kekerasan yang dapat membahayakan pasien atau orang
lain dan tidak dapat dikendalikan oleh intervensi yang kurang restriktif lainnya
seperti kontak interpersonal atau pengobatan.
2. Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh pasien.
Kontraindikasi seklusi meliputi :
1. Kebutuhan untuk observasi masalah medis
2. Risiko tinggi bunuh diri
3. Potensial tidak dapat menoleransi deprivasi sensori
4. Hukuman.
Tabel 21- 1 menyajikan intervensi keperawatan untuk pasien yang diseklusi. Kotak 21- 1
menjelaskan prosedur penatalaksanaan kedaruratan psikiatri.
Tabel 21- 1 intervensi keperawatan untuk pasien yang dilakukan seklusi atau restrein mekanis
Prinsip rasional Intervensi keperawatan
Pasien berhak untuk
mendapatkan terapi yang
kurang restriktif.
Melindungi pasien dari
cedera fisik.
Memberikan lingkungan
yang aman.
Hak ini adalah hak
konstitusional semua pasien.
Induvidu yang tidak mampu
mengendalikan perilakunya
berisiko mengalami cedera
dan membutuhkan
pembahasan eksterna yang
diterapkan secara aman.
Individu yang tidak mampu
mengendalikan perilakunya
mungkin mengalami
gangguan penilaian serta
dapat membahayakan
dirinya secara sengaja atau
tidak sengaja.
Identifikasi peristiwa
pencetus. Observasi
perilaku agitasi pasien.
Upayakan intervensi
alternatif.
Catat perilaku pasien dan
inrevensi keperawatan.
Sediakan staf yang cukup
untuk mengendalikan
pasien.
Pastikan staf terlatih dalam
menangani perilaku
kekerasan.
Rencanakan pendekatan
pada pasien. Gunakan
teknik restrein fisik yang
aman.
Amati pasien secara
konstan atau sesering
mungkin, bergantung pada
kondisinya. Jauhkan
benda- benda yang
membahayakan dari
pasien.
Berikut ini adalah ringkasan prosedur ECT yang benar.
Berikan penyuluhan kepada pasien dan keluaga tentang prosedur
Dapatkan persetujuan tindakan
Pastikan status puasa pasien setelah tengah malam
Minta pasien untuk melepaskan perhiasan, jepit rambut, kacamata, dan alat bantu
pendengaran. Semua gigi palsu dilepaskan; tambahan gigi parsial dipertahankan.
5. Pakailah baju yang longgar dan nyaman
6. Kosongkan kandung kemih pasien
7. Berikan obat praterapi
8. Pastikan obat dan peralatan yang diperlukan tersedia dan siap pakai (kotak 21-2).
9. Bantu pelaksanaan ECT.
Tenangkan pasien
Dokter atau ahli anestesi memberikan oksigen untuk menyiapkan pasien bila terjadi
apnea karena relaksaan otot
Berikan obat
Pasang spatel lidah yang diberi bantalan untuk melindungi gigi pasien
Pasang elektroda. Kemudian berikan syok.
10. Pantau pasien selama masa pemulihan
Bantu pemberian oksigen dan pengisapan lender sesuai kebutuhan
Pantau tanda-tanda vital
Setelah pernapasan pulih kembali, atur posisi miring pada pasien sampai sadar.
Pertahankan jalan napas paten.
Jika pasien berespons, orientasikan pasien.
Ambulasikan pasien dengan bantuan, setelah memeriksa adanya hipotensi postural.
Izinkan pasien tidur sebentar jika diinginkannya
Berikan makanan ringan
Libatkan dalam aktivitas sehari0hari seperti biasa, orientasikan pasien sesuai
kebutuhan
Tawarkan analgesic untuk sakit kepala jika diperlukan
Tabel meringkas intervensi keperawatan untuk pasien yang mendapatkan ECT.
Peralatan untuk Terapi Elektrokonvulsif
Perlengkapan dan peralatan terapi, termasuk pasta dan gel elektroda, bantalan kasa,
alcohol, salin, elektroda elektroensefalogram (EEG), dan kertas grafik.
Peralatan untuk memantau, termasuk elektrokardiogram (EKG) dan elektroda EKG
Manset tekanan darah (2), stimulator saraf perifer, dan oksimeter denyut nadi
Stetoskop
Palu reflex
Peralatan intravena dan pungsi vena
Penahan gigitan dengan wadah individu
Pelbet dengan kasur yang keras dan bersisi pengaman serta dapat meninggikan bagian
kepala dan kaki
Peralatan pengisap lender
Peralatan ventilasi, termasuk slang, masker, Ambu bag, peralatan jalan napas oral, dan
peralatan intubasi dengan system pemberian oksigen yang dapat memberikan tekanan
oksigen positif.
Obat untuk untuk keadaan darurat dan obat lain sesuai rekomendasi staf anestesi.
Berbagai obat yang tidak boleh diberikan oleh staf anestesi untuk pelaksanaan medis selama
ECT, seperti labetol, esmolol, glikopirolat, kafein, kurare, midazolam, diazepam, natrium
thiopental (Pentothal Sodium), natrium, metoheksital (brevital Sodium), dan suksinikolin.
FOTOTERAPI
Fototerapi atau terapi cahaya merupakan terapi pemaparan cahaya terapeutik buatan
kepada pasien yang kekutannya 5-20 klai lebih terang dari pencahayaan dalam ruangan. Pasien
biasanya duduk dengan mata terbuka, dengan jarak sekitar 3 kaki dan pada tingkat sejajr mata,
dipajankan dengan lampu fluoresen spectrum luas yang dirancang untuk menghasilkan intesitas
dan komposisi warna cahaya luar ruangan. Waktu dan dosis terapi cahaya bervariasi pada tiap
pasien. Semakin terang cahaya, semakin efektif terapi per unit waktu.
KEFEKTIFAN
Terapi berlangsung cepat dan dapat efektif. Kebanyakan pasien merasakan sembuh
setelah 3-5 hari terapi dan kambuh bila gterapi dihentiakan. Pasien tidak tampak dapat
menoleransi fototerapi, tetapi keefektifan jangka panjangnya tidak sepenuhnya dievaluasi.
Intervensi keperawatan untuk pasien yang mendapatkan terapi elektrokonvulsif (ECT)
Prinsip Rasional Intervensi Keperawatan
Mendapatkan persetujuan
partisipasi dalam prosedur
Mempertahankan integitas
biologis
Pasien yang mengerti rencana
terapi akan lebih kooperatif
dan kurang mengalami stress
daripada pasien yang tidak
mengerti. Persetujuan
keluarga dapat memberikan
dukungan emosional kepada
pasien.
Anestesi umum dapat
pembakitan kejang dengan
listrik merupakan stressor
fisiologis dan memerlukan
asuhan keperawatan suportif
Ajarkan ECT, termasuk
prosedur dan efek yang
diharapkan. Ajrkan keluarga
tentang terapi. Dorong
ekspresi perasaan pasien dan
keluarga. Berikan penyuluhan
setelah setiap kali terapi.
Periksa peralatan kedaduratan
sebelum prosedur dilakukan.
Pertahankan pasien puasa
bebrapa jam sebelum terapi.
Lepaskan benda-benda yang
mungkin membahayakan (mis,
perhiasan, gigi palsu). Periksa
tanda-tanda vital. Pertahankan
kepatenan jalan napas. Atur
posisi miring pada pasien
sampai ada reaksi. Bantu
pasien untuk ambulasi.
Tawarkan anlgesik atau
antiemetic sesuai kebutuhan.
Mempertahankan martabat
dan harga diri pasien
Pasien biasanya merasa takut
sebelum pemberian terapi.
Amnesia dan kebingungan
dapat menimbulkan rasa takut
menjadi gila. Pasien akan
memerlukan bantuan untuk
melakukan fungsi secara tepat
dalam lingkungan.
Tetap bersama pasien dan
berikan dukungan sebelum
dan selama terapi.
Pertahankan privasi pasien
sebelum dan selama terapi.
Pertahankan privasi pasien
selama dan setelah terapi.
Reorientasikan pasien. Bantu
anggota keluarga dan pasien
lain untuk memahami perilaku
yang berhubungan dengan
amnesia dan kebingungan.
Indikasi
Fototerapi memiliki angka respon sebesar 50%-60% pada pasien depresi musim dingin
nonpsikotik yang tercatat dengan baik atau gangguan efektif musiman, terapi cahaya harus
diberikan oleh seorang professional yang berpengalaman dan terlatih.
Terapi Deprivasi Tidur
Telah dilaporkan bahwa sebanyak 60% pasien depresi membaik segera setelah dilakukan satu
malam deprivasi tidur total. Namun, beberapa penelitian klinis yang terkontrol dan acak telah
dilakukan untuk deprivasi tidur, sehingga laporan tersebut harus dipertimbangkan dengan hati-
hati. Sayangnnya, banyak pasien yang berespons terhadap terapi ii menjadi depresi kembali
ketika mereka hanya tidur selama kurang lebih 2 jam pada malam hari.
Stimulasi Magnetik Transkranial
Stimulasi magnetic transkranial (SMT) adalah prosedur nonivasif memasukkan bidang magnetic
yang berubah kedalam otak untuk memengaruhi aktivitas otak. Bidang magnetic timbul dengan
mengalirkan arus listrik yang besar melalui koil kabel stimulasi periode waktu yang singkat. Koil
yang terisolasi ditempatkan atau didekatkan ke area kepala pasien yang spesifik, yang
memungkinkan bidang magnetic mengalir melalui tengkorak dan masuk ke area target otak.
Indikasi SMT yang paling sering terjadi adalah terapi gangguan alam perasaan.
Stimulasi Saraf Vagus
Stimulasi saraf vagus (SSV) adalah terapi somatic terbaru yang saat ini masih dalam penelitian.
Penelitian multibidang terbaru yang menunjukkan penurunan gejala depresif sebesar 40%-50%
dengan menggunakan SSV membuktikan potensi SSV sebagai terapi somatic baru yang
menjajikan dalam bidang psikiatri. SSV mencakup penanaman suatu generator ke saraf vagus
pada sisi kiri leher pasien. Ujung elektroda dililitkan pada saraf. Setelah ditanam, generator
diprogramkan melalui computer untuk pemantauan frekuensi dan intensitas stimulus. Saat ini SV
hanya boleh digunakan secara klinis pada terapi epilepsy. Penggunaan SSV yang paling
menyakitkan dalam psikiatri adalah pada terapi gangguan efektif, terutama depresi.
,m.
Terapi Alternatif
Pengobatan komplementer dan alternative (complementary and alternative medicine, CAM)
adalah istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan rentang yang luas dari filosofi
penyembuhan, pendekatan, terapi yang berfokus pada keutuhan individu, termasuk pada aspek
biopsikososial dan spiritual. Terapi CAM sering digunakan sebagai terapi tunggal (alternative),
kombinasi dengan terapi CAM yang lain, atau kombinasi dengan terapi konvensional lainnya
(komplementer). Beberapa terapi sesuai dengan prinsip pengobatan Barat, sedangkan terapi
lainnya merupakan system penyembuhan dari asal yang berbeda. Walaupun beberapa terapi
berada diluar bidang praktik medis barat yang diterima, terapi yang lain telah dikembangkan
dalam alur utama pelayanan kesehatan. National center of complementary and alternative
medicine telah mengembangkan system klasifikasi tujuh kaagori, masing-masing penjelasannya,
dan contoh khusus terapi CAM yang termasuk dalam setiap klasifikasi.
Hanya ada sedikit penelitian CAM yang direncanakan dengan baik dalam kesehatan jiwa.
Selain itu, masalah etis tentang terapi CAM mencakup isu keamanan dan keefektifan serta
keahlian dan kualifikasi praktisi. Hal yang sama pentingnya adalah komunikasi anatara pemberi
CAM dengan pemberi pelayanan kesehatan tradisional.
Depresi
Depresi merupakan salah satu kondisi yang paling umum terjadi pada orang-orang yang
menggunakan terapi alternative. Kajian terapi CAM yang paling bermanfaat untuk depresi
menemukan bahwa ada bukti yang mendukung dilakukannya olahraga, terapi herba, akupuntur,
dan terapi masase.
Ansietas
Gangguan ansietas dikatakan sebagai salah satu utama penggunaan terapi CAM. Gangguan
ansietas yang telah diteliti dengan menggunakan terapi CAM meliputi gangguan ansietas umum,
fobia spesifik dan social, gangguan panic, gangguan obsesif-komplusif, dan gangguan stress
pascatrauma. Bukti menunjukkan bahwa relaksasi, sentuhan terapeutik, yoga, priduk herba, dan
desensitisasi gerakan mata serta pemrosesan kembali dapat mengurangi ansietas.