Rilis Survei Nasional SMRC: Menjadi Lebih Presidensial di 2016
Rilis FIW Daerah surabaya edit -...
Click here to load reader
Transcript of Rilis FIW Daerah surabaya edit -...
SIARAN PERS
Badan Perlindungan Konsumen Nasional Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Telp/Fax. 021-34833819, 021-3458867
www.bpkn.go.id
Informasi Benar, Jelas, Jujur Pada Layanan BPJS: Pelayanan Kesehatan Sudah Wajarkah?
Surabaya, 29 Maret 2016 – Berdasarkan pantauan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)
terhadap masalah perlindungan konsumen pada layanan konsumen/pasien Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sejak launching-
nya per 1 januari 2014 lalu, ternyata masih banyak ragam reaksi atas permasalahan di lapangan yang
menjadi keluhan dominan. Menyikapi hal tersebut, sesuai fungsi yang diamanahkan Undang-undang
Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) untuk memberikan saran dan
pertimbangan kepada pemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di
Indonesia dan sejalan dengan salah satu tugasnya untuk menerima pengaduan tentang perlindungan
konsumen dari masyarakat, LPKSM dan pelaku usaha, BPKN menyelenggarakan kegiatan Forum
Komunikasi Penangangan Pengaduan yang mengangkat tema “Informasi Legal Pada Layanan
BPJS”, hari ini (29/03/2016) di Surabaya.
Peserta BPJS adalah konsumen yang memberikan iuran, artinya membayar kepesertaan seperti
halnya pada asuransi lainnya. Sesuai pasal 4 butir a & h UUPK, konsumen berhak atas kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa serta berhak untuk
mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima
tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Wakil Ketua BPKN Dr. Yusuf Shofie, SH., MH., dalam sambutannya menyampaikan bahwa bahwa
prinsip pemberdayaan konsumen oleh BPKN meliputi, 1) mengangkat harkat dan martabat
Konsumen; 2) kemudahan akses bagi Konsumen; 3) memperluas jaringan kerja penanganan
pengaduan dan 4) keterpaduan dan koordinasi dengan stakeholders.
Sesuai pasal 28H ayat 3 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 45) disebutkan bahwa setiap orang
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia
yang bermartabat. Lebih lanjut, disinggung pula soal kenaikan iuran premi per 1 April 2016
mendatang yang tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 19 Tahun 2016 tentang Jaminan
Kesehatan revisi kedua atas dari Peraturan Presiden nomor 12 tahun 2013 yang kiranya bisa menjadi
bahan untuk melakukan tindakan korektif guna memperbaiki penyelenggaraan program jaminan
sosial lebih transparan dan adil sehingga akan berdampak pada pelayanan yang semakin baik kepada
peserta, dengan tidak semata-mata sebagai badan hukum yang berada langsung di bawah naungan
Presiden RI untuk menyelenggarakan program jaminan sosial sesuai amanah Undang-Undang No. 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), BPJS memiliki kewajiban memberikan
informasi sejelas-jelasnya kepada masyarakat.
“Pemberian informasi secara benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau
jasa menjadi suatu bentuk upaya pemenuhan perlindungan konsumen, mengingat masyarakat
konsumen adalah pengguna jasa layanan yang patut untuk dilindungi. Apalagi informasi yang sampai
kepada konsumen bersifat asimetris”, ungkap Dr. Yusuf Shofie dalam keterangan persnya
Acara Forum Komunikasi Penanganan Penangangan Pengaduan ini terselenggara karena masih
adanya persoalan terkait pelayanan BPJS Kesehatan di lapangan, antara lain: Pertama, masih banyak
pasien peserta BPJS yang ditolak rumah sakit untuk mendapatkan kamar perawatan, Intensive Care
Unit (ICU), Pediatric Intensive Care Unit (Picu), atau Neonatal Intensive Care Unit (Nicu) dengan alasan
kamar penuh, sementara di beberapa rumah sakit lainnya memiliki banyak kamar kosong. Hal ini
menunjukkan kurangnya koordinasi dan informasi antar rumah sakit yang menerima pasien peserta
BPJS sehingga banyak pasien yang dalam keadaan sakit parah sekalipun harus mencari sendiri rumah
sakit yang masih memiliki kamar kosong; Kedua, masih banyak pasien yang harus membeli obat dan
darah sendiri, padahal seharusnya dicover/disediakan oleh BPJS; Ketiga, pasien diharuskan untuk
pulang sebelum sembuh karena paket INA CBGs nya sudah habis; Keempat, banyak pasien yang
harus masuk daftar tunggu cukup panjang untuk diambil tindakan operasi; Kelima, diskriminasi
antara pasien BPJS dengan pasien umum.
Tidak hanya persoalan dilapangan yang dihadapi pasien, skema Coordination of Benefit (CoB) atau
mekanisme koordinasi manfaat, pelaksanaannya sampai saat ini belum jelas. Banyaknya masalah
yang dialami peserta BPJS kesehatan di rumah sakit/faskes lainnya merupakan bukti bahwa tingkat
kesadaran masyarakat terhadap program JKN yang dikelola BPJS masih sangat rendah. Hal ini
disebabkan kurangnya informasi/edukasi kepada masyarakat tentang BPJS itu sendiri, karena tingkat
kesadaran berkorelasi kuat pada pengetahuan tentang hak dan kewajiban pasien BPJS. Hak dan
kewajiban pasien peserta BPJS Kesehatan harus dipahami agar tidak menimbulkan masalah di masa
mendatang.
Acara yang dikemas dalam bentuk Focussed Group Disscusion (FGD) ini dimoderatori oleh Dr.
Soemali, SH, Mhum., Anggota BPKN sekaligus Dosen Fakultas Hukum Universitas Narotama dan
menghadirkan beberapa orang narasumber yang berkompeten dibidangnya guna mendapatkan
masukan dari berbagai pihak tentang implementasi informasi legal pada layanan BPJS, prosedur
pelayanan BPJS, serta diskusi berbagai hal mendasar terkait dengan permasalahan yang dikeluhkan
konsumen/pasien tentang layanan BPJS untuk membangun kesamaan pemahaman dalam rangka
memberikan perlindungan konsumen.
Dr. Yusuf Shofie, SH., MH., sebagai salah satu pembicara dengan paparannya yang berjudul ‘Upaya
Perlindungan Konsumen di Indonesia untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan atas
informasi layanan kesehatan secara benar, jelas, dan jujur bagi setiap peserta dan anggota
keluarganya’ menyampaikan bahwa perlu adanya sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat,
mengingat kedudukan masyarakat sebagai konsumen pengguna BPJS berhak untuk mendapatkan
informasi yang benar, jelas, dan jujur sesuai dengan ketentuan Pasal 4 huruf c UUPK, antara lain
terkait (1) pemberian informasi yang jelas dan baku mulai proses pendaftaran peserta baru, tata cara
pembayaran iuran, alur pelayanan kesehatan berjenjang, prosedur perubahan data atau mutasi
peserta, manfaat apa saja yang dijamin, jumlah tagihan atau pelayanan administrasi lainnya; (2)
pemberian pelayanan sesuai standar prosedur yang berlaku kepada seluruh peserta jaminan agar
tidak terjadi kebingungan diantara penerima manfaat, baik ex peserta Askes, JPK Jamsostek,
Jamkesmas, maupun KJS; (3) kejelasan mekanisme koordinasi manfaat antara BPJS dan asuransi
kesehatan swasta, serta data asuransi swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan (4) kesiapan
sumber daya manusia/ tenaga medis, fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, serta (5)
kecukupan jumlah obat dan bahan medis di apotik agar konsumen mendapatkan jumlah dan
jenis yang sesuai
“Sumber pengaduan terhadap pelayanan kesehatan tidak hanya datang dari masyarakat umum dan
peserta BPJS, namun masih terdapat keluhan dari tenaga kesehatan (organisasi profesi), dan juga dari
penyedia fasilitas kesehatan itu sendiri (asosiasi fasyankes). Subyek aduan pun beragam antara lain
terkait fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, BPJS kesehatan, maupun regulator dalam hal
ini Kementerian Kesehatan”, jelas Dr. Yusuf Shofie, SH., MH.
Dalam kesempatan yang sama, Arif Sugiharto, Perwakilan BPJS Kesehatan Kota Surabaya dengan
paparannya yang berjudul ‘Tugas dan Tanggung Jawab Penyelenggara BPJS Dalam Memberikan
Informasi Legal Yang Utuh Kepada Konsumen/Masyarakat Untuk Menjamin Pelayanan Kesehatan
sesuai dengan SOP yang berlaku’ menjelaskan bahwa dalam Pasal 19 ayat 2 UU Nomor 40 Tahun
2004 disebutkan bahwa jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan agar peserta memperolah
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dasar.
Sumber: BPKN dan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta (2015) serta Yusuf
Dasa
Tenaga dokter, tenaga
medis, tenaga
administrasi,
KepuasHak – Kewajiban
Konsumen (Pasien) Hak – Kewajiban Pelaku Usaha (BPJS,
dokter, tenaga medis, sarana
Pemerintah melalui Menteri Kesehatan telah menetapkan beberapa peraturan yang mengatur
tentang pelaksanaan program BPJS kesehatan, baik itu tentang tarif maupun prosedur dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan. Salah satu upaya untuk memenuhi hak-hak peserta yaitu dengan
memberikan informasi secara langsung melalui seminar, penyuluha, diskusi; secara tidak langsung
melalui penyebaran leaflet, buku panduan, banner dan spanduk; serta dilakukan dengan cara
mensosialisasikan secara periodik melalui media elektronik seperti iklan TV dan Radio.
“Hal ini merupakan salah satu upaya agar masyarakat dapat dengan mudah menerima informasi dan
melakukan akses ke fasilitas kesehatan guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak,
memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat”, ungkap Arif
Sugiharto
Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr. PH. (Guru Besar Pusat Studi FKM Universitas
Indonesia dengan paparannya yang berjudul ‘Hak Peserta JKN:
Transparansi Keadilan Sosial’ menyampaikan bahwa prinsip dasar jaminan kesehatan adalah
menggotong biaya berobat bersama atau dikenal juga dengan istilah risk pooling karena dana yang
digunakan merupakan hasil pengumpulan (pooling)/kontribusi yang dipikul bersama oleh
masyarakat (gotong royong). Oleh karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak
memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar
terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Tetapi semua rakyat yang mampu, wajib menggotong / mengiur.
“Pelaksanaan layanan kesehatan BPJS perlu mendapatkan perhatian dari banyak pihak serta perlu
sosialisasi edukasi kepada masyarakat khususnya terkait informasi tentang hak dan kewajiban peserta
BPJS Kesehatan. Prinsip paling fundamental bahwa sebagai badan publik, BPJS harus membuat sistem
yang berlawanan dengan mekanisme pasar dengan pola jual-beli, melainkan meggunakan mekanisme
publik yang melayani, jelas Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr. PH dalam keterangan persnya.
Dapat disimpulkan bahwa Program JKN sebagai program Publik (negara) sudah berjalan, tetapi
belum mulus. Banyak ketimpangan; Transparansi penyelenggaraan, mulai dari pengaturan
pelaksanaan masih jauh dari harapan; Besaran bayaran belum mendukung keadilan sosial (ekuitas
egaliter); dan Hak peserta yang berkeadilan masih jauh dari harapan. Peserta sering tidak mendapat
haknya. Ketersediaan fasilitas kesehatan belum cukup merata, tambah . dr. Hasbullah Thabrany,
MPH., Dr. PH.
Melalui kegiatan ini, dharapkan BPJS bisa menjalankan tugasnya dan fungsinya sesuai dengan
Undang-undang No.24 tahun 2011 tentang BPJS untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup layak bagi setiap peserta dan/atau anggota
keluarganya, tersedianya sarana dan fasilitas yang bisa memudahkan konsumen/pasien mengakses
informasi apabila mendapatkan kesulitan (unit layanan pengaduan), serta terwujudnya perlindungan
konsumen yang berkeadilan yang mengedapankan pelayanan kepada konsumen sesuai layak yang
lebih tinggi.
Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan teknologi komunikasi, BPKN telah menyediakan sarana
komunikasi berupa Call Center 153, Email, Website, Media Sosial (Facebook & Twitter) yang setiap
saat dapat diakses oleh konsumen yang membutuhkan informasi, konsultasi dan pelayanan atas
berbagai masalah yang dihadapi. Tidak menutup kemungkinan konsumen/pasien rumah sakit yang
merasa dirugikan dalam pelayanan BPJS dapat menghungi BPKN di nomor 153 untuk wilayah
Jabodetabek dan (021) 153 untuk konsumen diluar Jabodetabek, ungkap Dr. Yusuf Shofie sekaligus
menutup acara konferensi pers.
--- selesai ---
Informasi lebih lanjut hubungi : Dr. David M.L. Tobing, SH., M.Kn. Koordinator Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional Telp/Fax: 021-34833819, 021-3458867, HP: 08129899989 Email: [email protected]