Rika

53
VOMITUS PADA ANAK Oleh : Rika Fitria 1407101030341 Supervisor : Dr. dr. Sulaiman Yusuf, Sp.A(K)

description

muntah pada anak

Transcript of Rika

Page 1: Rika

VOMITUS PADA ANAKOleh : Rika Fitria1407101030341

Supervisor : Dr. dr. Sulaiman Yusuf, Sp.A(K)

Page 2: Rika

BAB IPendahuluan

Page 3: Rika

• Muntah dapat sebagai awal penyakit saluran cerna atau diluar saluran cerna baik berupa infeksi, inflamasi atau kelainan anatomi.

• Muntah didefinisikan sebagai dikeluarkannya isi lambung melalui mulut secara ekspulsif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot-otot perut. Usaha untuk mengeluarkan isi lambung akan cerlihat sebagai kontraksi otot perut.

Page 4: Rika

• Muntah akut merupakan gejala yang sering terjadi pada kasus abdomen akut dan infeksi intra maupun ekstra gastrointestinal.

• muntah kronis/berulang sering merupakan faktor yang penting dari gambaran klinik suatu penyakit. Karena penyakit yang mendasari muntah kronik/berulang sering tidak jelas maka sering disebut unexplained chronic vomiting.

Page 5: Rika

BAB IILaporan Kasus

Page 6: Rika

Laporan Kasus• Nama : Hafizh Al Aziz• Tanggal Lahir : 28 April 2015• Umur : 3 Tahun 3 bulan• Jenis Kelamin : Laki-laki• Suku : Aceh• Agama : Islam• Alamat : Punge• No CM : 1-06-15-80• Tanggal Masuk : 18 Agustus 2015• Tanggal Pemeriksaan : 18 Agustus 2015• Tanggal Keluar : 23 Agustus 2015

Page 7: Rika

• Keluhan Utama : Muntah• Keluhan Tambahan : Pucat, demam.• Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dari rujukan Sp.A dengan observasi vomitus dan dehidrasi ringan sedang serta anemia. Dari aloanamnesis diketahui bahwa pasien muntah sejak 1 hari SMRS sebanyak 5 kali dan muntah setiap kali makan sebanyak kurang lebih 10 cc. Pasien juga terlihat pucat dan demam yang naik turun sejak 1 hari SMRS. Pasien terlihat rewel dan banyak minum. Pasien juga tidak BAB selama 2 hari SMRS.

Page 8: Rika

• Riwayat Penyakit DahuluPasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.

• Riwayat Pengggunaan ObatDari Alloanamnesis, ibu pasien menyatakan telah mengkonsumsi Ranivel Sirup dan Narfoz.

• Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

• Riwayat KehamilanIbu melakukan ANC secara teratur ke dokter spesialis.

• Riwayat PersalinanPasien merupakan anak pertama, lahir cukup bulan secara

pervaginam di klinik dengan BBL = 3400 gram.• Riwayat Imunisasi

Lengkap.• Riwayat Makanan

0 – 6 bulan : ASI6 bulan – 2 tahun : ASI + MPASI2 tahun-sekarang : Makanan keluarga

Page 9: Rika

• Status Present Keadaan Umum : Kesan sakit ringanKesadaran : compos mentisHeart Rate : 120x / menitRespiratory rate : 25x / menit

Temperatur : 36,3 ˚C

• AntropometriUsia kronologis : 3 tahun 4 bulanBerat badan : 16 kgPanjang Badan : 100 cmBBI : 15,5 kgHA : 3 tahun 6 bulanBerat badan/Umur : Z score +2 SD s/d -2 SDPanjang badan/Umur : Z score +2 SD s/d -2 SDBerat badan/Tinggi badan : Z score + 2 SD s/d -2 SDStatus gizi : gizi baikKebutuhan cairan : 1000 + (n x 50) cc/hari

Page 10: Rika

• 1000 + (6 x 50) = 1300 cc/hariKebutuhan kalori : REE berdasarkan HA x BBI

BBS= 75 x 15,5= 1162,5 kalori

Kebutuhan protein : RDA x BBI= 1,2 x 15,5= 18,6 gram

Page 11: Rika

Status Generalis• Kulit

Warna : NormalTurgor : kembali cepat (-)Parut/skar : tidak adaSianosis : tidak adaIkterus : tidak adaPucat : ada

• KepalaBentuk : normocephaliRambut: hitam, sukar dicabut, distribusi merata.Wajah : simetrisMata : edema palpebrae (-/-), konjungtiva pucat (+/+),

perdarahan konjungtiva (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (/), pupil bulat isokor 3 mm/3 mm.

Telinga : normotia, serumen(-/-).Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret(-/-).

Page 12: Rika

• MulutBibir : bibir kering (-), mukosa bibir lembab (), sianosis (-)Lidah : Beslag (-)Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)Faring : hiperemis (-)

• LeherTrakea : terletak ditengahKGB : pembesaran KGB (-)Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar.Kelenjar limfe : tidak teraba membesar.TVJ : tidak diperiksa

• ThoraksInspeksiStatis : simetris, bentuk normochestDinamis : pernafasan torako-abdominal, Kusmaul (-), retraksi suprasternal (-), retraksi intercostal (-)

Page 13: Rika

• ParuInspeksi : simetris saat statis dan dinamis.Palpasi : nyeri tekan (-), stem fremitus kanan = stem

fremitus kiri.Perkusi : sonor di kedua lapangan paru.

Auskultasi : suara napas dasar vesikular (/), suara napas tambahan rhonki (-/-) dan wheezing (-/-).

• JantungInspeksi : Ictus cordis tidak terlihatPalpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV linea aksilaris

anteriorPerkusi : Batas-batas jantungAtas : ICS III, linea midclavicularis sinistra.Kiri : ICS IV, linea midclavicularis sinistra.Kanan : ICS IV, linea parasternal dextra.Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler (), bising (-).

Page 14: Rika

• AbdomenInspeksi : simetris, distensi (-)Palpasi : soepel (+), nyeri tekan (-), H/L/R tidak terabaPerkusi : timpani (+), shifting dullness (-)Auskultasi : peristaltik 4x/menit, kesan normal

• GenitaliaTidak dilakukan pemeriksaan

• AnusTidak dilakukan pemeriksaan.

• Kelenjar limfeinguinalPembesaran KGB : tidak ada

• EkstremitasSuperior : ikterik (-/-), edema (-/-), pucat (+/+), akral hangat, CRT >2”.Inferior : ikterik (-/-), edema (-/-), pucat (+/+), bengkak

(-/-), akral dingin CRT >2”.

Page 15: Rika

• Diagnosa KerjaObservasi vomitus + anemia

• TerapiFarmakalogisGEH anakIVFD NaCL 0,9% 8 gtt/I makroInj. Ceftriaxone 500mg/12 jam/IVNarfoz 3x1 cthRanivel 2x1 cthZinkid 2x1 cthLacto B 2X1 sachetDiet : MIIHOM anakTransfusi PRC 80 cc

• PrognosisQuo ad vitam : dubia ad bonamQuo ad functionam : dubia ad bonamQuo ad sanactionam : dubia ad bonam

Page 16: Rika

Follow Up Harian

RawatanS/ Pucat (+)

Muntah 5 kali (sudah berkurang)

Mual (-) Sesak (-) Demam (-)

O/ HR: 100x/i

RR: 24 x/i

T : 37 °C

Kepala : Normocephali, karakteristik dan distribusi rambut baik, edema wajah (-)

Mata :

Konj.palp.inf.pucat (+/+), sclera ikterik (+/+), pupil bulat isokor, 3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+), edema palpebra (-/-)

Th/ IVFD NaCL 0,9% 8 gtt/I makroInj. Ceftriaxone 500mg/12 jam/IVNarfoz 3x1 cthRanivel 2x1 cth P/ Konsul HOM 

Page 17: Rika

Telinga :

Normotia, serumen (-)

Hidung :

Sekret (-), NCH (-)

Mulut :

Mukosa bibir lembab (+), sianosis (-), faring hiperemis (-), T1/T1,beslaq (-)

Leher:

pembesaran KGB (-)

Toraks :

I : simetris, retraksi (-)

P : SF kanan = SF Kiri

P : Sonor (+/+)

A: Ves (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)

Page 18: Rika

Jantung: BJ I >BJ II, reguler, bising(-)

Abdomen :

I : simetris, distensi (-) P : soepel,

nyeritekan(+) H/L/Rtidak teraba

P : timpani, undulasi (-),

shifting dullness (-)

A : peristaltik (+)

Extremitas :

Superior : pucat (+/+), edema (-/-),

ikterik (-/-)

Inferior : pucat (+/+), edema (-/-),

ikterik (-/-)

Akral dingin.

CRT >2’

Ass/ Observasi vomitus + Anemia

Page 19: Rika

BAB IIITinjauan Pustaka

Page 20: Rika

Etiologi

• Etiologi muntah sangat luas, seluruh kelainan yang menyangkut reseptor muntah baik dari traktus gastrointestinal, berbagai visera (hati, ginjal, pankreas, jantung, paru), canalis vestibularis, Chemoreceptive Trigger Zone (CTZ) maupun Supraneuron akan dapat menimbulkan muntah.

Page 21: Rika

Penyebab muntah pada anak :1. Saluran cerna: a.Obstruksi: atresia esofagus, stenosis pilorus, antral

web, morbus hirschsprung, malrotasi usus, volvulus, hiatal hernia, akalasia, ileus mekonium, intususepsi.

b.Non obstruksi: RGE, gastroenteritis, enterokolitis nefritikans, kalasia

2. Luar saluran cerna : tekanan intrakranial meninggi, infeksi (SSP,

saluran napas, saluran kemih, THT), hidrosefalus, kelainan metabolik3. Non organik :

teknik pemberian minum yang tidak benar, iritasi cairan amnion, obat, psikogenik, motion

sicknes.

Page 22: Rika

Patofisiologi

Page 23: Rika

Patogenesis• Muntah berada dibawah kendali sistem saraf pusat dan

2 daerah di medula oblongata, yaitu nukleus soliter dan formasi retikuler lateral yang dikenal sebagai pusat muntah. Pusat muntah diaktivasi oleh impuls yang berasal dari chemoreseptor trigger zone (CTZ), yaitutempat berkumpulnya berbagai impuls aferen yang dihantarkan melalui nervus vagus. Pada CTZ juga ditemukan berbagai neurotransmitter dan reseptor (salah satunya adalah reseptor dopamin). Proses muntah mempunyai 3 tahap, yaitu nausea, retching, dan emesis. Nausea merupakan sensasi psikis yang disebabkan oleh berbagai stimulus (organ visera, labirin, atau emosi).

Page 24: Rika

• Fase ini ditandai adanya rasa mual yang disertai gejala otonom seperti produksi air liur bertambah, berkeringat, pucat, takikardi, atau anoreksia. Gerakan peristaltik aktif berhenti, tekanan di fundus dan korpus menurun sedangkan tekanan di antrum sampai pars desendens duodenum meningkat. Pada fase retching terjadi inspirasi dalam dengan otot perut dan diafragma serta relaksasi sfingter esofagus. Bawah. Fase emesis ditandai dengan perubahan dengan tekanan intratoraks (dari negatif menjadi positif). Dan relaksasi sfingter esofagus sehingga isi lambung dikelurkan dikeluarkan dari mulut.

Page 25: Rika

Fase MuntahFase NauseaFase ini ditandai adanya rasa mual yang disertai gejala otonom seperti produksi air liur bertambah, berkeringat, pucat, takikardia, atau anoreksia. Selama periode nausea, terjadi penurunan tonus kurvatura mayor, korpus dan fundus. Antrum dan duodenum berkontraksi berulang-ulang, sedangkan bulbus duodeni relaksasi sehingga terjadi refluks cairan duedenum kedalam lambung. Pada fase nausea ini belum terjadi peristaltik aktif.

Page 26: Rika

• Fase Retching

Pada fase ini terjadi kekejangan dan terhentinya pernafasan yang berulang-ulang, sementara glotis tertutup. Otot pernafasan dan diafragma berkontraksi menyebabkan tekanan intratorakal menjadi negatif. Pada waktu yang bersamaan terjadi kontraksi otot abdomen dan lambung, fundus dilatasi sedangkan antrum dan pilorus berkontraksi. Sfingter esofagus bawah membuka, tetapi sfingter esofagus atas masih menutup menyebabkan chyme masuk ke dalam esofagus. Pada akhir fase ini terjadi relaksasi otot dinding perut dan lambung sehingga chyme yang tadinya sudah masuk kedalam esofagus kembali ke lambung.

Page 27: Rika

• Fase Emesis

Pada fase ini pilorus dan antrum berkontraksi sedangkan fundus dan esofagus relaksasi serta mulut terbuka. Pada fase ini juga terjadi perubahan tekanan intratorakal dan intraabdominal serta kontraksi dari diafragma. Pada episode ekspulsi tunggal terjadi tekanan negatif intratorakal dan tekanan positif intraabdominal, dan dalam waktu bersamaan terjadi kontraksi yang cepat dari diafragma yang menekan fundus sehingga terjadi refluks isi lambung ke dalam esofagus.

Page 28: Rika

Jenis-Jenis Bahan Muntahan

• Alimentary VomitingMerupakan muntahan yang berisi makanan yang belum dicerna atau baru sebagian dicerna, terkadang dalam jumlah yang berlebih. Muntahan ini paling sering disebabkan karena refluks esofagus, malformasi anatomi dari saluran cerna bagian atas, atau karena intoleransi makanan.

Page 29: Rika

• Acid Vomiting

Biasanya tampak sebagai sejumlah kecil cairan mukus berwarna keputihan dan mengandung material busa dengan pH<5, yang mungkin terjadi selama atau selesai makan dan terkadang terjadi pada waktu malam hari. Biasanya disertai dengan adanya gangguan berupa iritabilitas, kurang istirahat, bayi menangis, dan nyeri epigastrium atau rasa panas dalam perut pada anak-anak. Tipe ini lebih merupakan penyakit refluk esofagus dengan komplikasi berupa esofagitis dan striktur peptik (jarang terjadi)

Page 30: Rika

• Bilious vomiting

Karakteristik dari tipe muntahan ini adalah ekspulsi dari cairan berwarna hijau kekuningan yang tebal.

• Bloody vomiting

Muntah berwarna merah terang atau seperti kopi yang dapat diakibatkan oleh adanya perdarahan yang baru terjadi maupun sedang terjadi pada saluran cerna bagian atas (esofagus, lambung, atau duodenum). Muntah ini lebih banyak merupakan komplikasi dari pada manifestasi klinis awal. Intake nonsteroidal anti-inflamatory drugs (NSAIDs) dapat juga menyebabkan terjadinya muntah ini.

Page 31: Rika

Diagnosis• Mengingat bahwa muntah adalah gejala dari

berbagai macam penyakit, maka evaluasi diagnosis muntah tergantung pada diferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang lain. Setelah dilakukan anamnesis lengkap mengenai muntahnya, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik penderita, maka untuk membantu penegakan diagnosis dilakukan pemeriksaan penunjang. Jenis pemeriksaan penunjang dipilih sesuai dengan dugaan diagnosis berdasarkan data anamnesis dan manifestasi klinis1,4,5,7

Page 32: Rika

Anamnesis1,3,4,5

Rangkaian pertanyaan yang dapat membimbing kita pada diagnosis yang tepat, sebagai berikut:• Usia dan jenis kelamin• Tentukan lebih dulu, apakah yang dihadapi: spitting, regurgitasi

atau muntah• Kapan mulai muntah• Derajat/beratnya muntah, kekuatannya (projektil)• Bagaimana keadaan kesehatan anak: apakah ia menjadi kurus

atau penambahan berat badan normal• Adakah faktor predisposisi (yang lebih dikenal orang tua) yang

menyebabkan timbulnya muntah ini

Page 33: Rika

• Apakah ada penyakit lain yang menyerang anak, seperti hidrosefalus, intoleransi susu, riwayat operasi abdomen dll.

• Bagaimana bentuk/isi muntahan, apakah seperti susu/makanan asal (isi dari esofagus), telah merupakan susu yang telah menggumpal (isi lambung) atau mengandung empedu (isi duodenum) dan adakah darah

• Saat muntah berhubungan dengan saat makan/minum• Apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi kejadian

muntah• Diperlukan informasi tentang diet: kualitas, kuantitas, ddan

frekuensi makan, penting terutama pada anak kecil• Bagaimana teknik pemberian minum• Bagaimana pula kondisi psikososial di rumah: bagaimana sifat

ibu, ayah, apakah pencemas, apakah ada nenek yang sering ngomel.

Page 34: Rika

Pemeriksaan Fisik1,3,4,5,7

• Keadaan umum: kompos mentis, lethargi, kejang, gejala neurologi yang lain

• Ikterus, rhinitis, moniliasis• Status hidrasi/sirkulasi: nadi, tensi, berat badan, lingkaran

lengan, lingkaran kepala, KMS• Bila ada tanda infeksi, pikirkan muntah sebagai salah satu

gejala infeksi tersebut• Bercak putih dengan dasar merah pada rongga mulut perlu

dipikirkan suatu kandidiasis oral• Hipersalivasi pada bayi baru lahir, pikirkan adanya aresia

esofagus• Muntah yang didahului gambaran gerakan peristaltik lambung

setelah diberi minum, pikirkan stenosis pilorus hipertrofik.

Page 35: Rika

• Distensi perut dan pada pemeriksaan colok dubur ditemukan ampula kolaps, perlu dipikirkan kemungkinan adanya morbus hirschsprung.

• Obstruksi saluran cerna perlu dipikirkan bila ditemukan perut distensi dan bising usus meningkat pada daerah proksimal dan menurun pada daerah distal.

• Muntah pada bayi yang disertai gejala klinis lainnya seperti diare, kembung, eritema perianal, dan sering flatus, perlu dipikirkan adanya intoleransi laktosa.

• Muntah yang terjadi pada bayi ”sehat” dan tidak ditemukan gejala seperti yang disebut diatas, perlu dipikirkan adanya faktor organik, seperti teknik pemberian minum atau iritasi cairan amnion(bayi baru lahir).

Page 36: Rika

Pemeriksaan Penunjang1,3,4,5

• Pemeriksaan laboratorium• Pemeriksaan urin: urin lengkap, reduksi, kultur• Pemeriksaan darah: darah lengkap, BUN, serum kreatinin,

serum elektrolit, analisis gas darah, analisis asam amino, LFT, glukosa darah, amonia

• Pemeriksaan radiologis dan penunjang lainnya:• kecurigaan terhadap atresia esofagus dapat dilakukan

pemasangan pipa nasogastrik dan pemeriksaan foto Roentgen toraks

Page 37: Rika

• adanya gangguan gastric outlet dapat dibuktikan dengan pemeriksaan minum barium, sedangkan stenosis pilorus hipertrofi selain dengan minum barium dapat dibuktikan dengan pemeriksaan ultrasonografi

• kecurigaan terhadap Morbus Hirschprung dapat dilakukan pemeriksaan barium enema dan biopsi hisap rektum

• adanya ileus (paralitik atau obstruksi) dapat dibuktikan dengan pemeriksaan foto polos abdomen 2 atau 3 posisi untuk melihat distribusi udara

• adanya infeksi dapat dibuktikan dengan pemeriksaan darah perifer lengkap dan urin lengkap

• kecurigaan adanya refluks esofagus dapat dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan pemantauan pH esofagus 24 jam

• konsultasi ke psikolog bila dicurigai adanya faktor psikogenik• kecurigaan kelainan organ di luar saluran cerna dapat

dilakukan pemeriksaan sesuai SPM kelainan tersebut.

Page 38: Rika

Pendekatan Diagnosis

Beberapa gejala penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan diagnosis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut:

Page 39: Rika

Sifat Muntahan• Bentuk:

bentuk makanan yang masih dapat dikenali pada muntah yang terjadi lama setelah makan, menunjukkan adanya statis pada lambung

• Bau: bau asam seringkali menandakan statis pada lambung, bau

busuk/tinja menunjukkan adanya obstruksi rendah• Warna:

jika ditemukan muntahan yang berwarna empedu harus dipikirkan adanya gangguan di sebelah distal ampula Vateri. Suharyono

menganjurkan untuk melakukan penatalaksanaan obstruksi usus pada setiap kejadian muntah dengan muntahan yang berwarna hijau sampai terbukti tidak terdapat obstruksi usus• Darah:

pada muntahan neonatus kemungkinan terjadi akibat neonatus menelan darah ibu saat dilahirkan atau bayi mengisap darah dari puting yang pecah-pecah (fisura). Untuk membedakan perdarahan yang berasal dari bayi, misalnya pada erosi esofagus atau defek koagulasi, dapat dilakukan uji APT3,5.

Page 40: Rika

• Frekuensi MuntahMuntah yang sangat sering dan menetap menunjukkan faktor atau kelainan yang permanen.

•  Kekuatan MuntahMuntah yang amat kuat (proyektil) pada bayi dan anak sering terdapat pada stenosis pilorus dan peninggian tekanan intrakranial. Pada peninggian tekanan

intrakranial, muntah tidak disertai nausea.

• Hubungan dengan MakananPada bayi muntah yang terjadi selama atau sesudah

makan, hampir selalu disebabkan oleh distensi lambung yang berlebihan akibat cara pemberian makan yang salah (aerofragi).

Page 41: Rika

Gejala Lain

• Bila dijumpai ubun-ubun yang menonjol atau gejala neurologis lain, harus dipikirkan adanya proses intrakranial

• Sepsis dan infeksi lain seperti gastroenteritis, meningitis dan infeksi saluran air kemih merupakan penyebab muntah yang sering ditemukan pada neonatus

• Riwayat hidraamnion dapat berhubungan dengan atresia saluran pencernaan

• Mekoneum yang tidak keluar dalam 24 jam sering dijumpai pada penyakit Hirschprung atau ileus mekoneum

Page 42: Rika

Diagnosis Banding• Penyebab muntah pada anak sangat bervariasi dan

tergantung usia. Beberapa keadaan dapat sebagai pencetus terjadinya muntah seperti infeksi, iritasi makanan, trauma, alergi, gangguan pada pendengaran seperti dizziness dan motin sickes, kelainan pada saraf seperti trauma dan infeksi.Klasifikasi muntah biasanya didasarkan pada lokus anatomi, umur penderita, adanya gejala dan tanda asosiasi yang lain4,5. Muntah harus dibedakan dengan:

Page 43: Rika

• PossettingPengeluaran sedikit isi lambung sehabis makan, biasanya meleleh keluar dari mulut. Sering didahului oleh

bersendawa. Tidak berbahaya. Akan hilang dengan sendirinya1,3.

• Ruminasi (merycism)Suatu kebiasaan abnormal, mengeluarkan isi lambung, mengunyahnya, kemudian menelannya kembali. Kadang-kadang dirangsang secara sadar dengan mengorek faring dengan jari. Tidak berbahaya. Kebiasaan sadar yang sulit untuk dihilangkan. Membutuhkan bimbingan

psikologik/psikoterapi yang intensif1,3.

Page 44: Rika

• Regurgitasi (gumoh, spitting)Disebabkan inkompetensi spinkter kardioesofageal

dan/atau memanjangnya waktu pengosongan lambung. Dapat mengganggu pertumbuhan dan menimbulkan infeksi traktus respiratorius berulang akibat aspirasi. Malahan diperkirakan bisa merupakan salah satu penyebab sudden infant death syndrome. Tapi sebagian besar akan menghilang sendiri dengan bertambahnya umur bayi1,3.

• Refluks gastroesofageal (RGE)RGE adalah keluarnya isi lambung ke dalam esofagus. Keadaan ini mungkin normal atau dapat pula abnormal. Setiap refluks tidak selalu disertai regurgitasi atau

muntah, tetapi setiap regurgitasi pasti disertai refluks3

Page 45: Rika

Komplikasi

• Komplikasi FisikSalah satu konsekuensi akibat muntah yang berlangsung terus menerus adalah rupturnya dinding kapiler dan mengakibatkan perdarahan pada jaringan subkutan yang tampak pada wajah dan leher berbentuk seperti kepala peniti. Dapat juga terjadi Mallory-Weiss Syndrome diakibatkan karena terjadi herniasi fundus pada fase retching dan ekspulsi kadang-kadang dapat menimbulkan robekan-robekan longitudinal pada mukosa.

Page 46: Rika

• Komplikasi Metabolik

Dehidrasi/ gangguan elektrolit dan asam-basa dapat terjadi. Muntah-muntah yang hebat dan berulang-ulang akan menyebabkan hilangnya H + dan CI- yang manifest sebagai alkalosis metabolik, yang dapat menyebabkan terjadinya cardiac arrest.2,5

Page 47: Rika

• Komplikasi Psikologis

Komplikasi ini terjadi akibat pengalaman masa lalu yang berhubungan dengan mual muntah dan nyeri perut atau rasa terbakar pada epigastrium yang hebat yang cenderung menimbulkan kondisi aversi di kemudian hari, penempatan situasi serupa, atau sensitiasi berlebihan terhadap stimulus yang seringkali tidak sama. Ini dapat mencetuskan timbulnya perilaku anoreksia pada anak-anak, mereka memilih untuk tidak makan karena takut akan mengalami hal yang sama seperti yang pernah dialami sebelumnya.

Page 48: Rika

Penatalaksanaan1,3,4,5,7,8

• 1. Umuma. Efek Lokal

Robekan Mallory-Weiss biasanya hanya menimbulkan perdarahan kecil sehingga tidak diperlukan suatu

tindakan. Sebaliknya robekan esofagus (sindroma Burhave) memerlukan tindakan radikal.b. Efek Metabolik

Pada penderita muntah berulang dan berkepanjangan dapat terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang memerlukan cairan dan elektrolit pengganti (Ringer laktat), kemudian disusul dengan pemberian cairan dan elektrolit untuk rumatan

Page 49: Rika

• c. AspirasiAspirasi isi lambung yang masif memerlukan pemberian antibiotika dan kadang-kadang kortikosteroid. Pada

inhalasi isi lambung berupa susu dalam jumlah dikit demi sedikit dapat menimbulkan sensitisasi terhadap protein susu sapi sehingga menimbulkan bronkhitis alergik

• d. Efek NutrisiMenjelaskan kepada orang tua mengenai cara-cara

pembuatan minuman/ makanan, dan teknik pemberian makanan. Dan yang tak kalah pentingnya adalah menekankan hubungan yang harmonis antara bayi dengan ibu dan ayah. Bila muntah terus menerus dan diperkirakan akan menimbulkan terjadinya gangguan gizi atau penyembuhan muntah akan berlangsung lama, kadang- kadang diperlukan pemberian nutrisi parenteral

Page 50: Rika

• 2. SimptomatikObat Antiemetik

Walaupun tujuan utama penatalaksanaan muntah adalah menghilangkan kausa spesifiknya, namun penatalaksanaan simptomatik untuk mengurangi atau menghilangkan gejala muntah acapkali perlu dilakukan terlebih dahulu. Perlu diingat bahwa pada keadaan yang akut dan muntah yang hebat, obat anti muntah hanya bermanfaat jika obat tersebut dapat diserap dalam jumlah yang cukup. Menghentikan makan/minum untuk beberapa jam dapat membantu mengurangi hebatnya muntah sehingga memungkinkan pemberian obat-obat per oral.

Titik tangkap kerja obat anti muntahTitik tangkap kerja obat anti muntah dapat terletak di beberapa bagian tubuh, misalnya reseptor kimia terutama dipengaruhi oleh golongan fenotiasin, anti histamin dan antagonis dopamin.

Page 51: Rika

• Obat-obat yang mempengaruhi motilitas usus3

Mekanisme aksi Stimultan motilitas Obat prokinetik

Efek langsung

pada reseptor

muskarinik

Betanechol ---

Antagonis reseptor

Dopamin

--- Metoklopramid,

Domperidone

Meningkatkan

asetilkolin

--- Metoklopramid,

Cisaprid

Page 52: Rika

Pencegahan dan pendidikan• Anak diistirahatkan (sebaiknya di tempat tidur) sampai

merasa lebih enak• Minuman diberikan dengan menggunakan sendok,

sedikit demi sedikit yang dinaikkan secara bertahap setiap 15 menit

• Dapat diberikan minuman manis seperti jus (kecuali jeruk dan anggur karena terlalu asam), sirup, atau madu (umur di atas 1 tahun)

• Hindarkan makanan padat selama 6 jam• Berikan rasa nyaman (turunkan suhu tubuh)• Hindarkan aktivitas berlebihan setelah makan

Page 53: Rika

KESIMPULAN• Muntah merupakan pengeluaran isi lambung/esofagus dengan

paksa. Usaha mengeluarkan isi lambung akan terlihat sebagai kontraksi otot dinding perut. Muntah harus dibedakan dari posseting,ruminasi, regurgitasi dan refluks gastroesofageal.

• Muntah dapat dikatakan salah satu dari mekanisme pertahanan tubuh yang mengindentifikasi dan berupaya mengeluarkan agen yang merugikan yang telah tertelan. Meskipun muntah terkesan hal yang sederhana tetapi gejala ini dapat mengartikan begitu banyak kemungkinan penyebab yang mendasarinya mulai dari keadaan yang ringan dan masih dalam batas normal, tetapi juga mungkin merupakan keadaan yang serius.