Riirin Wahyu Priyanti, s.sos, m.pd - Implementasi Nilai-nilai Pancasila Dalam Interaksi Antar Suku...
-
Upload
e-soen-hakam-r -
Category
Documents
-
view
128 -
download
11
Transcript of Riirin Wahyu Priyanti, s.sos, m.pd - Implementasi Nilai-nilai Pancasila Dalam Interaksi Antar Suku...
1
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA
DALAM INTERAKSI ANTAR SUKU DI INDONESIA
ABSTRAK
Ririn Wahyu Priyanti
Pancasila sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian
dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai pancasila diambil dari
budaya sendiri, nilai-nilai ini diyakini kebenarannya dan diakui dapat
membawa manfaat besar bagi bangsa Indonesia jika dijadikan sebagai
sumber nilai dan norma dalam pengelolaan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tak hanya itu Pancasilsa juga sebagai pemersatu diantara
masyarakat majemuk yang tinggal di kepulauan nusantara kita. Dalam
sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara telah sering terjadi konflik
antar suku, agama dan budaya di Indonesia. Ada yang salah dan kurang
tepat dalam penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat bangsa kita. Sehingga sampai 67 tahun bangsa kita lepas
dari penjajahan pun, kita masih belum mampu berdiri sebagai bangsa
yang saling menghormati dan toleransi antarsuku, agama dan budaya.
Rasa primordialisme dan ethnosentrisme yang dimiliki oleh masing-
masing suku merupakan salah satu faktor yang menghambat proses
integrasi bangsa. Azas Bhineka Tunggal Ika pun tak lagi indah terdengar.
Perjuangan para founding father pun terasa sia-sia. Bagaimana pedoman
implementasi nilai-nilai Pancasila? Bagaimana strategi menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat majemuk? Apakah tujuan
dan sasaran penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara? Semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
dikupas dalam makalah ini.
Kata Kunci : implementasi, nilai, Pancasila, interaksi, suku
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia, lahir karena perjuangan
pergerakan kemerdekaan yang terjadi sekian lama, NKRI berdiri karena
pengintegrasian berbagai suku, agama, budaya dan bahasa yang beraneka
2
ragam sebagai karakteristik kemajemukan masyarakat Indonesia.
Kemajemukan yang tercipta akibat perbedaan latar belakang historis,
geografis, iklim dan cuaca tempat tinggalnya. Sebuah negara majemuk
yang berdiri karena tekad mengintegrasikan diri ke dalam sebuah negara
kesatuan yang bernama Republik Indonesia.
Namun perjuangan panjang Bangsa Indonesia sebagai suatu
bangsa yang majemuk, ternoda dengan berbagai peristiwa memilukan,
akibat konflik yang terjadi di daerah, misalnya konflik Ketapang,
Kupang, Situbondo, Banyuwangi, Poso, Ambon, Sambas, Pontianak.
Kalau kita mengingat, bahwa bangsa kita majemuk dan kita berdiri
diantara kemajemukan, bahwa negara kita lahir karena pengintegrasian
berbagai unsur yang berbeda, dan sekarang perbedaan-perbedaan yang
ada tersebut memunculkan benih-benih konflik, artinya ada sesuatu yang
salah dengan pemahaman kebangsaan kita. Jika konflik yang muncul
akibat kesenjangan ekonomi dan kemajuan iptek, artinya ada yang
berlaku tidak adil dalam menjalankan pemerintahan ini. Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia sudah dilupakan oleh segenap elemen
pemerintahan, yang akhirnya memicu prasangka dan kecemburuan yang
berujung pada pertikaian antar golongan, suku, agama dan budaya.
Konon nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan
nilai-nilai yang digali dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri, artinya
nilai-nilai tersebut sudah ada dan menjadi karakteristik kepribadian
bangsa Indonesia, kemudian dirumuskan oleh para pendiri bangsa kita.
Pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 adalah inspirasi utama untuk
menafsirkan Pancasila dalam posisi sangat mendasar tersebut. Nilai-nilai
yang dikandung Pancasila dianggap sebagai perangkat nilai yang mampu
menjadi perekat sosial sekaligus preferensi ideal yang seharusnya
dipelihara dan diperjuangkan. Pancasila dapat berfungsi secara efektif
sebagai perekat keberagaman masyarakat Indonesia. Sehingga ironis
sekali kenyataan sekarang, dimana beberapa kali terjadi konflik seperti
yang telah disebutkan pada paragrap sebelumnya.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pedoman implementasi nilai-nilai Pancasila?
2. Bagaimana strategi menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan masyarakat majemuk di negara kita?
3. Apakah tujuan dan sasaran penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pedoman implementasi nilai-nilai Pancasila
3
2. Mengetahui strategi penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan masyarakat majemuk di negara kita
3. Memahami tujuan dan sasaran penerapan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk menggugah rasa nasionalisme dan persaudaraan antar suku
di Indonesia
2. Menggugah semangat pentingnya penerapan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari
3. Memberikan wacana tentang pentingnya mempertahankan
Pancasila dan mengimplementasikannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat adil,
makmur, tenteram dan sejahtera
E. Implementasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti kata implementasi
adalah; menerapkan, melaksanakan, menjalankan, mengamalkan,
mempraktikkan, mengejawantahkan, menjabarkan.
F. Nilai Definisi “nilai’’ menurut Kluchkon adalah nilai selain mewakili
keunikan individu juga dapat mewakili suatu kelompok tertentu.
Robert M.Z Lawang mendefinisikan nilai sebagai gambaran apa
yang diinginkan, pantas dan berharga yang mempengaruhi perilaku
sosial.
G. Pancasila
Definisi pancasila menurut Ir.Soekarno adalah isi dan jiwa
bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya
terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikianm
Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi yaitu
falsafah bangsa Indonesia. Menurut Bung Yamin, Pancasila adalah
weltanschaung, falsafah negara RI, bukan satu agama baru. Sila
adalah atas atau dasar, diatas kelima dasar itulah kita mendirikan
negara Indonesia. Sedangkan menurut Prof. Notonegoro, definisi
Pancasila adalah pokok kaidah fundamental Negara
(Staatsfundamenalnorm) yang mempunyai kekuatan sebagai
grundnorm.
4
H. Interaksi Pengertian interaksi menurut Gillin dan Gillin (1954) adalah;
hubungan-hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan
antar orang per orang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun
antara orang perorang dengan kelompok manusia. Hubungan
antarmanusia atau relasi-relasi sosial, baik dalam bentuk individu
dengan kelompok-kelompok maupun antarkelompok manusia itu
sendiri, mewujudkan segi dinamikanya, yaitu perubahan dan
perkembangan masyarakat.
I. Suku Pengertian suku adalah sebuah golongan sosial yang askriptif
dan menjadi identitas yang paling mendasar dan umum, serta
terbentuk berdasarkan latarbelakang keluarganya, serta digunakan
sebagai acuan identitas suku bangsa atau kesukubangsaan (Barth,
1969: 13; Suparlan, 2004a:74). Suku adalah kelompok tertentu yang
memiliki kesamaan latarbelakang budaya, bahasa, kebiasaan, gaya
mengidentifikasikan diri antara satu dengan yang lain.
(www.anneahira.com/pengertian-suku-bangsa.htm)
J. Pembahasan Sesuai dengan penggagas awal, Ir. Soekarno, nilai-nilai
Pancasila digali dari bumi Indonesia sendiri dan dikristalisasikan
dari nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat
Indonesia yang majemuk. Nilai-nilai tersebut dapat diamati
diberbagai kelompok masyarakat yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke. Diakui bahwa dalam mempraktikkan nilai-nilai tersebut
terdapat perbedaan pada berbagai kelompok masyarakat yang
berbeda sekedar nilai praktiknya, namun nilai dasarnya tetap sama.
Dengan demikian maka Pancasila memang merupakan living reality
dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Sementara pada jaman sekarang ini, beberapa konflik yang
muncul akibat kesenjangan ekonomi, ketidakadilan,
kesalahpahaman, rasa primordialisme (perasaan mengutamakan hal-
hal yang dibawa sejak lahir, melingkupi blood, mind dan place) dan
ethnosentrisme (sikap atau cara pandang terhadap etnis dan budaya
lain dari sudut pandang etnis dan budaya kita) yang berlebihan,
untuk itu diperlukan beberapa pedoman yang hendaknya dijadikan
patokan bagi warga masyarakat yang bersifat majemuk.
Kebenaran dan ketangguhan Pancasila tidak perlu diragukan
lagi. Namun tanpa pemahaman oleh masyarakat luas secara
5
mendalam terhadap konsep, prinsip dan nilai yang terkandung di
dalamnya, disertai dengan sikap, kemauan dan kemampuan untuk
menerapkannya, maka Pancasila hanya sebagai simbol belaka.
Hubungan antar warga masyarakat yang majemuk tidak akan
menuju pada integritas bangsa namun setiap kelompok masyarakat
akan lebih memikirkan kepentingan kelompoknya, apalagi jika
ditambah dengan adanya kesenjangan sosial ekonomi dan
kesalahpahaman atau miscommunication, maka yang muncul adalah
konflik antar golongan, suku, agama dan budaya.
Beberapa pedoman pengimplementasian Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, diantaranya;
a. Mengembangkan pola pikir dan pola tindak berdasar pola
konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila
b. Mengembangkan sikap-sikap perilaku dalam mempertahankan
dan menjaga kelestarian pembukaan UUD 1945
c. Mengembangkan kemampuan mengoperasionalisasikan
demokrasi dan HAM berdasarkan Pancasila.
d. Mengembangkan kemampuan dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan yang sejalan dan tidak bertentangan
dengan Pancasila dan dasar negara.
e. Mengembangkan kemampuan mengoperasionalisasikan
perekonomian nasional berdasarkan Pancasila.
f. Mengembangkan pola pikir Bhineka Tunggal Ika yang terjadi
sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan bangsa
yang pluralistik.
g. Mengembangkan pemikiran baru dalam menghadapi
perkembangan zaman tentang Pancasila tanpa meninggalkan
jati dirinya.
Untuk mengantisipasi munculnya sikap primordialisme dan
ethnosentrisme, maka dalam menerapkan Pancasila diperlukan
strategi, yang dapat dilakukan dengan pendekatan:
a. Tahap artikulasi: pemberian penjelasan yang mantap tentang isi
kandungan, kebenaran rasional, struktur dan tujuan implementasi
Pancasila.
b. Tahap internalisasi: usaha memasukkan gagasan tersebut dalam
hati sanubari setiap warga negara sehingga benar-benar
memahami dan bersedia menerimanya sebagai suatu kebenaran.
c. Tahap aktualisasi: aplikasi gagasan tersebut dalam berbagai
bidang kehidupan secara nyata, baik dalam pemikiran maupun
perbuatan.
6
Ketiga tahap dapat dijalankan melalui; lembaga pendidikan yang
tersebar di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke,
melalui instansi-instansi pemerintahan dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM).
Selain tiga tahap tersebut, ada beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan, yaitu;
a. Menimbulkan atensi: sajian mengenai Pancasila diupayakan
menarik perhatian setiap orang sehingga khalayak sasaran (target
audience) tidak merasa terpaksa, tetapi dengan senang hati,
ikhlas, dan sukarela menerimanya.
b. Mengembangkan komprehensi upaya untuk memahami, substansi
konsep, prinsip dan nilai Pancasila, secara mendalam sehingga
paham akan makna, esensi, maksud, dan tujuan gagasan yang
apabila dilaksanakan bermanfaat dalam menjangkau masa depan
yang lebih baik.
c. Menimbulkan akseptasi, pengakuan secara jujur dan menerima
secara sadar kebenaran konsep, prinsip, dan nilai yang terkandung
dalam Pancasila.
d. Menimbulkan retensi, terbentuknya keyakinan akan kebenaran
dan ketangguhan gagasan tersebut sehingga dapat dijadikan
pegangan/pedoman dan panduan dalam menentukan pilihan
tindakan.
e. Mengadakan aksi menerapkan konsep, prinsip, dan nilai Pancasila
untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi
masyarakat dalam kegiatan berbangsa dan bernegara.
Dengan dasar seperti itu, sikap saling menghormati (mutual
respect), mengakui eksistensi masing-masing (mutual recognition),
berpikir dan besikap positip (positive thinking and attitude), serta
pengayaan iman (enrichment of faith) perlu terus-menerus
dikembangkan. Sikap lain yang juga perlu ditumbuhkan adalah
relatively absolute sekaligus absolutely relative, bahwa kebenaran
yang saya miliki tetap relative bila dikaitkan dengan yang lain.
Dengan demikian, demokrasi yang dikembangkan berdasarkan
Pancasila adalah demokrasi yang religius.
Sikap tersebut kemudian akan menumbuhkan toleransi.
Terciptanya toleransi dlam kehidupan beragama dan bersuku bangsa
akan meminimalkan terjadinya politisasi dan radikalisme agama.
Jika kemajemukan tidak memiliki nila-nilai toleransi , tentu akan
mengarah pada fanatisme berlebihan. Pada dasarnya nilai toleransi
itu telah melembaga dalam kehidupan masyarakat Indonesia selama
berabad-abad.
7
Tuhan telah menciptakan berbagai bangsa, suku, ras, bahasa,
dan lain-lain agar selalu berhubungan dan menjalani komunikasi
serta solidaritas. Dalam proses interaksi ini berlangsung proses
saling mengenal dan mengakui adanya perbedaan atau
kemajemukan. Proses selanjutnya adalah usaha untuk saling
berkomunikasi dan bekerjasama demi kepentingan yang lebih besar,
misalnya urusan public atau kemanusiaan. Dari situ lahir solidaritas
atau kesetiakawanan yang lebih luhur. Nilai-nilai kerjasama itu
disarikan dari ajaran agama dan nilai budaya bangsa Indonesia.
Demokrasi religius dalam kehidupan masyarakat majemuk harus
diikuti kerjasama dengan mempertimbangkan keseimbangan.
Sementara yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah
kerjasama lintas agama dan budaya untuk memberdayakan budaya
nasional dan budaya politik yang berangkat dari akar-akar sosial
budaya masyarakat Indonesia. Sejarah panjang bangsa ini yang
didukung oleh situasi kosmologis menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia akan sealau mencari jalan tengah. Pancasila itu sendiri
merupakan jalan tengah di antara agama dengan Negara.
Pemahaman tentang keberagaman agama dan saling
menghargai di antara umat berbeda agama agaknya belum cukup.
Pancasila mengisyaratkan untuk saling bekerjasama secara aktif
guna menciptakan keadilan bersama, disegala aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila dapat disebut sebagai “etika
global” yang dapat mempertemukan berbagai keberagaman bangsa
Indonesia.
Sudah saatnya penganut agma dan antar suku menghentikan
pertikaian dan beralih mengatasi persoalan bersama, seperti
kerusakan lingkungan, pengangguran, kriminalitas, ketidakadilan
dan lain-lain. Semua merupakan common problem, persoalan lintas
agama, karena berdampak pada kemanusiaan secara umum tanpa
memandang agama maupun suku. Debat, pertikaian dan stereotip
yang berdampak destruktif sudah saatnya ditinggalkan dan beralih
pada masalah etis bagaimana mengatasi pesoalan bersama.
Untuk itu ada sebuah agenda sangat penting, yaitu bagaimana
menumbuhkan semnagat multikulturalisme yang bertumpu pada
ketergantungan sebuah komunitas dengan komunitas lain; kesadaran
bahwa suatu komunitas tidak dapat hidup tanpa komunitas lainnya.
Interdependensi itu mutlak dikembangkan agar tidak muncul
superioritas kebudayaan satu terhadap kebudayaan lain. Dari sikap
itu dapat dilahirkan toleransi, kerukunan, dan saling menghargai
8
secara lebih genuine tanpa paksaan; sangat penting dan esensial
dalam menjaga integrasi bangsa.
Sedangkan tujuan implementasi Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara antaralain;
a. Masyarakat memahami secara mendalam konsep, prinsip, dan
nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Masyarakat memiliki keyakinan akan ketangguhan, ketepatan,
dan kebenaran pancasila sebagai ideologi nasional, pandangan,
nilai bangsa dan negara dalam NKRI.
c. Masyarakat memiliki pemahaman, kemauan, dan kemampuan
mengimplementasikan pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan.
Kemudian siapa saja yang menjadi sasaran implementasi
nilai-nilai Pancasila tersebut?, yaitu: a) elite politik, b) insan pers, c)
anggota legislatif, eksekutif, yudikatif pusat dan daerah, d) tokoh
agama, pendidikan, cendekiawan, pemuda, wanita, adat dan
masyarakat, e) pengusaha, f) masyarakat luas. Meskipun kita sebagai
bangsa pernah beberapakali “terluka” karena ada pertikaian antar
agama, suku, budaya dan bahasa, namun masih ada harapan di masa
mendatang untuk sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara yang
aman, tenteram, adil, makmur dan sejahtera.
K. Penutup Dari ulasan tersebut, dapat kita ambil beberapa kesimpulan
dalam penulisan makalah ini, yaitu;
1) Agar nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat
diaktualisasikan oleh segenap warga masyarakat yang majemuk
maka beberapa pedoman pengimplementasian nilai-nilai
Pancasila tersebut diatas, harusnya menjadi sebuah kesepakatan
mutlak yang harus ditaati oleh seluruh warga masyarakat yang
majemuk.
2) Strategi untuk menerapakan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan masyarakat majemuk, melalui; a) Tahap artikulasi:
pemberian penjelasan yang mantap tentang isi kandungan,
kebenaran rasional, struktur dan tujuan implementasi Pancasila,
b) Tahap internalisasi: usaha memasukkan gagasan tersebut
dalam hati sanubari setiap warga negara sehingga benar-benar
memahami dan bersedia menerimanya sebagai suatu kebenaran,
c) Tahap aktualisasi: aplikasi gagasan tersebut dalam berbagai
bidang kehidupan secara nyata, baik dalam pemikiran maupun
perbuatan.
9
3) Tujuan dari penerapan nilai-nilai Pancasila adalah; a) Masyarakat
memahami secara mendalam konsep, prinsip, dan nilai Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, b) Masyarakat
memiliki keyakinan akan ketangguhan, ketepatan, dan kebenaran
pancasila sebagai ideologi nasional, pandangan, nilai bangsa dan
negara dalam NKRI, c) Masyarakat memiliki pemahaman,
kemauan, dan kemampuan mengimplementasikan pancasila
dalam berbagai bidang kehidupan.
Sasaran implementasi nilai-nilai Pancasila: a) elite politik, b)
insan pers, c) anggota legislatif, eksekutif, yudikatif pusat dan
daerah, d) tokoh agama, pendidikan, cendekiawan, pemuda,
wanita, adat dan masyarakat, e) pengusaha, f) masyarakat luas.
Dari penulisan makalah ini penulis dapat berikan beberapa
saran yang sekiranya dapat diambil manfaatnya, yaitu;
1) Pemerintah hendaknya dengan segenap kemampuan
menginternalisasikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur
Pancasila, dalam setiap regulasi yang dibuatnya. Nilai-nilai
Pancasila yang sebenarnya sudah menjadi karakteristik asli
bangsa Indonesia, namun tergerus oleh kemajuan jaman dan
ketidakadilan, ketidakmerataan ekonomi dan hasil-hasil
pembangunan, sehingga muncullah konflik-konflik di daerah,
yang merupakan akumulasi dari adanya sikap dan perlakuan yang
diterima tersebut.
2) Lembaga swadaya masyarakat mempunyai peran cukup strategis
dalam mengaktualisasikan nilai-nilai luhur Pancasila, hendaknya
didukung dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
warga masyarakat dimanapun berada, baik di pulau-pulau besar
maupun di pulau-pulai perbatasan dan pedalaman
3) Memaksimalkan potensi kearifan lokal di setiap daerah untuk
menunjang potensi kekayaan nusantara, dan membuat rangkaian
strategi untuk lebih saling mengenal adat dan budaya suku lain,
meningkatkan solidaritas dan rasa saling menghormati antar
suku, agama, budaya dan bahasa
4) Para pendidik merupakan ujung tombak dalam memberikan
pemahaman, memberikan contoh secara nyata kepada peserta
didik, akan pentingnya sikap saling menghargai, menghormati
perbedaan antar suku, agama, budaya dan bahasa yang ada.
10
L. Daftar Pustaka
Didik Widiawan Sukmadi. (2010). Sosiologi 1A untuk SMA/MA
Kelas X Semester 1.Sukoharjo: CV.Willian.
lppkb.wordpess.com/.../pedoman-umum-implementasi-pancasila-
dalam-kehidupan-sehari-hari.
As’ad Said Ali. (2009). Negara Pancasila, Jalan Kemaslahatan
Berbangsa. Jakarta: LP3ES Indonesia.
______________(2012). www.anneahira.com/pengertian-suku-
bangsa.htm.