Reward and Punishment dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ...
REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI BENTUK...
Transcript of REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI BENTUK...
REWARD DAN PUNISHMENT SEBAGAI BENTUKKEDISIPLINAN DI PONDOK PESANTREN AGRO
NUUR EL FALAH PULUTAN SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh GelarSarjana Pendidikan Islam
Oleh:MUHAMMAD ALFI WIBOWO
NIM: 11111212
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“NIAT ADALAH UKURAN DALAM MENILAI BENARNYA SUATU
PERBUATAN, OLEH KARENANYA, JIKA NIATNYA BENAR TENTU
PERBUATAN ITU BENAR, DAN JIKA NIATNYA BURUK MAKA PERBUATAN
ITU BURUK.”
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku, bapak Su’udi dan ibu Muromah tercinta yang dengan
do`a dan seluruh pengorbanannya telah mengukir segala asa, cita dan
harapan membimbing dan mendidik dengan penuh kesabaran.
2. Kakak-kakakku mbak Fu’ah, mbak Wati, mas Dani, mas Agung dan mas
Lutfi yang selalu memberi semangat juga motivasi untuk selalu optimis.
3. Keluarga Besar Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi.
4. Ustadz Sholeh, ustadz Muhib, ustadz Fatkhur, ustadz Yakin, dan ustadz
Sukron yang memberikan inspirasi serta motivasi dalam penyelesaian
skripsi.
5. Teman-teman PAI-F dan teman-teman IAIN Salatiga yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih untuk persahabatan dan pertemanan
yang luar biasa.
6. Almamaterku IAIN Salatiga
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi dengan judul “Reward dan Punishment sebagai Bentuk
Kedisiplinan di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah Pulutan Salatiga”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar
kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang
telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di Pondok Pesantren
Agro Nuur El Falah.
2. Bapak Su’udi dan Ibu Muromah tercinta yang telah mencurahkan
pengorbanan dan do’a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
3. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M. Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, memberikan nasihat, arahan serta masukan-masukan yang
sangat membantu dalam penyelesaian skripsi.
ix
5. Ibu Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Salatiga.
6. Bapak Mufiq, M. Phil selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan banyak nasehat dan arahan di awal semester selama menempuh
pendidikan di IAIN Salatiga.
7. Seluruh dosen dan petugas Administrasi Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian
berlangsung.
8. Keluarga besar Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.
Amin Ya Robbal ’Alamin
Salatiga, 03 Maret 2016
Penulis
x
ABSTRAK
Wibowo, Muhammad Alfi. 2016. Reward dan Punishment Sebagai BentukKedisiplinan di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah PulutanSalatiga. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. JurusanPendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.Pembimbing Drs. Abdul Syukur, M. Si.,
Kata kunci: Reward dan Punishment, Pendidikan Kedisiplinan
Penelitian ini membahas tentang penerapan reward dan punishmentuntuk mewujudkan kedisiplinan dalam segala kegiatan di Pondok PesantrenAgro Nuur El Falah Desa Pulutan Kecamatan Sidorejo Salatiga. Fokuspenelitian ini meliputi: 1) Bagaimanakah penerapan reward dan punishmentdalam pendidikan di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah. 2) Bagaimanakahefektifitas penerapan reward dan punishment di Pondok Pesantren Agro NuurEl Falah. 3) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapanreward dan punishment di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah. 4)Bagaimanakah konsep pendidikan kedisiplinan di Pondok Pesantren AgroNuur El Falah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, makakehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsungsebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yangmendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-katadiperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen.Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukanreduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan tahap akhir darianalisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunanpengamatan triangulasi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa: 1) Penerapanreward bukan hanya dengan materi saja, bisa juga dengan ucapan, sedangkanpenerapan punishment selain mengikuti peraturan di pondok juga denganmenghafal surat-surat pendek, menambah jam belajar malam dan jugahukuman fisik yang mendidik, seperti push up, lari mengelilingi halaman. 2)Keduanya sangat efektif dalam implementasi kedisiplinan, walaupun yanglebih dominan adalah keefektifan punishment karena sering terjadinyapelanggaran. 3) Fator pendukung: pengurus mempunyai komitmen yang kuat,adanya oraganisasi dari santri, adanya pengabdian dari alumni, tata tertib yangsudah disepakati oleh pengurus dan pengasuh, dan lingkungan yang kondusif.Faktor penghambat: lemahnya pengawasan, penerapan reward dan punishmentyang kurang konsisten, kesadaran santri kurang, pengaruh dari tempattinggalnya maupun pergaulan, dan kurangnya bimbingan bagi santri yangmelanggar. 4) Konsep pendidikan kedisiplinan yang diterapkan di PondokPesantren Agro Nuur El Falah hampir sama dengan asrama TNI yaknimelaksanakan kegiatan pesantren dengan disiplin sesuai waktunya.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Fokus Penelitian ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Kegunaan penelitian ................................................................ 6
E. Penegasan Istilah ..................................................................... 7
F. Metode Penelitian .................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................. 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Reward ..................................................................................... 20
B. Punishment .............................................................................. 30
C. Pendidikan Kedisiplinan .......................................................... 44
D. Reward dan Punishment sebagai Bentuk Kedisiplinan ........... 55
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
Desa Pulutan Kecamatan Sidorejo Salatiga ............................. 58
B. Hasil Temuan ........................................................................... 73
xii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Penerapan Reward dan Punishment dalam Pendidikan di
Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah ................................... 81
B. Efektifitas Reward dan Punishment ........................................ 83
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ............................. 84
D. Konsep Pendidikan Kedisiplinan di Pondok Pesantren Agro
Nuur El Falah .......................................................................... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 88
B. Saran ........................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pembentukan diri manusia secara
menyeluruh, bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan tetapi
mengupayakan bagaimana agar menjadi manusia yang bermoral baik,
mandiri, tanggung jawab serta mampu menghadapi kehidupan dengan tetap
bijaksana. Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi manusia,
karena dengan pendidikan mampu mengembangkan potensi yang ada di
dalam diri manusia.
Bagi suatu bangsa, pendidikan merupakan salah satu faktor yang
sangat penting demi kesejahteraan masyarakat, serta mampu mengantisipasi
sutau hal yang akan menimpa. Di Indonesia terdapat sebuah lembaga
pendidikan tertua yakni pondok pesantren.
Pondok pesantren merupakan salah satu contoh pendidikan nonformal
yang eksistensinya masih diakui masyarakat sampai saat ini. Meskipun pada
awalnya, nama pondok pesantren hanya dikenal di sebagian wilayah
Indonesia, tetapi pondok pesantren diidentifikasikan oleh para ahli dengan
nama yang diberikan untuk lembaga pendidikan islam tradisional di
Indonesia.
Keberadaan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam
tradisional dalam proses berdirinya tidak terlepas dari peran kyai dengan ilmu
yang dimilikinya serta dengan keikhlasan dalam beramal, perilakunya sesuai
1
2
dengan apa yang disampaikan kepada masyarakat sebagai suri tauladan bagi
para santri khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dengan keadaan
seperti itu, maka berdirilah sebuah lembaga kehidupan masyarakat yang
mandiri dan ditunjang oleh sarana dan prasarana sebagai media kegiatan
belajar mengajar.
Setiap peraturan yang diterapkan di pondok pesantren dimaksudkan
untuk menanamkan kedisiplinan. Dalam menegakkan kedisiplinan ini
diperlukan keteladanan dari kyai dan pengurus pondok pesantren. Peraturan
serta pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren merupakan upaya
untuk menanamkan rasa tanggung jawab serta disiplin dalam diri para santri,
sehingga pondok pesantren sanggup tampil dalam sebuah lembaga
pendidikan yang ideal. Maka, pemberian hukuman di dunia pendidikan
merupakan bagian dari proses mendidik yang bertujuan mendorong anak
didik agar memiliki kedisiplinan untuk belajar.
Al-Quran sebagai dasar utama pendidikan Islam, hal ini menggariskan
metode mengasuh, memelihara dan mendidik anak secara sempurna mulai
metode keteladanan, perintah, nasehat cerita, ganjaran bahkan metode metode
larangan atau hukuman dan yang lainnya, semua metode tersebut ditujukan
pada manusia, jika dasar-dasar metode yang diterapkan searah dan sejalan
terhadap apa yang digariskan Allah SWT, maka keselamatan perjalanan
manusia akan terjamin serta terwujudkan peran, tujuan manusia sebagai
khalifah Allah dimuka bumi ini.
3
Prinsip hukuman merupakan salah satu prinsip pendidikan yang
fundamental, yang diletakkan agama islam dalam posisi penting. Meskipun
tidak ada prinsip ini, tentu tidak ada bedanya antara orang yang berbuat
kebaikan dan orang yang berbuat kejahatan (buruk) (Budaiwi, 2002: 1)
Kendatipun ganjaran itu adalah kebalikan dan imbangan logis dari
hukuman, akan tetapi peranannya dalam penerapan kedisiplinan tidak
begitu besar. Ganjaran diterapkan sebagai sarana mendorong mutu
kecerdasan, bukan mutu jiwa dan karakter. Ganjaran lebih banyak
berkaitan dengan keberhasilan.
Kemampuan pesantren dalam menerapkan reward dan punishment
kadang tidak seimbang. Hal ini dikarenakan bahwa yang lebih dominan
dalam pendidikan kedisiplinan adalah hukuman. Walaupun disisi lain
ganjaran begitu diperlukan dalam pendidikan sebagai motivasi pembelajaran.
Dalam kontek ini, pendidikan pesantren pada dasarnya merupakan
pendidikan syarat dengan nuansa transformasi sosial. Pesantren berikhtiar
meletakkan visi dan kiprahnya dalam kerangka pengabdian sosial yang pada
mulanya ditekankan kepada pembentukan moral keagamaan yang
diimplikasikan dalam penerapan reward dan punishment sehingga
menumbuhkan kedisiplinan dalam jiwa santri, baik disiplin dalam belajar,
disiplin waktu, maupun disiplin peraturan yang ada dan kemudian
dikembangkan kepada rintisan-rintisan pengembangan yang lebih sistematis
dan terpadu. Pondok pesantren juga menjadikan para santri sebagai manusia
yang dapat berguna bagi orang lain. Selain itu juga menjadikan manusia yang
4
benar serta pintar. Benar dalam hal perilaku serta tindakan dan pintar dalam
melawan tantangan zaman.
Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah adalah sebuah pondok
pesantren yang mana hanya santri putra, dan tidak ada santri putrinya.
Pesantren ini memiliki perhatian khusus terhadap pendidikan di bidang
pertanian terutama dalam pengembangan agro bisnis dan agro indutri. Karena
sejak dini santri dididik untuk ikut terlibat dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat dengan dukungan sumber daya manusia yang mumpuni dan
fasilitas yang memadai. Sehingga diharapkan setelah lulus dari pesantren,
santri memiliki skill yang mumpuni dalam bidang pertanian, berakhlaqul
karimah, berjiwa mandiri, dan produktif sebagai bekal dalam berdakwah dan
berjuang di tengah-tengah masyarakat.
Pesantren ini mempunyai asumsi bahwa pesantren mampu
menumbuhkan nilai-nilai pokok yakni seluruh kehidupan ini diyakini sebagai
ibadah. Dari nilai pokok ini berkembang nilai-nilai luhur lainnya, seperti nilai
keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, dan kedisiplinan.
Dalam hal kedisiplinan, karena ada salah satu pengurus yang menjadi
Tentara Nasional Indonesia (TNI), maka konsep yang diterapkan dalam
menumbuhkan kedisiplinan dalam diri para santri ada sebagian yang hampir
mirip di asrama tentara. Oleh karena itu, setiap santri yang melanggar
peraturan akan ada hukuman tersendiri yang telah ditetapkan di pondok.
Disiplin yang diterapkan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
belajar santri dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) agar lebih baik dalam
5
perkembangannya. Adapun tujuannya adalah untuk perkembangan
pengendalian diri sendiri yaitu dalam hal mana santri dapat mengarahkan diri
sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar. Serta mampu mematuhi
serta taat pada peraturan yang diterapkan di pondok. Karena itu para pengurus
haruslah secara aktif dan terus menerus berusaha, untuk memainkan peranan
yang makin kecil dari pekerjaan pendisiplinan itu, dengan cara bertahap
mengembangkan pengendalian dan pengarahan diri sendiri itu pada santri.
Strategi untuk mencapai tujuan mengembangkan pesantren, antara lain
melalui keteladanan pengasuhnya, melalui nasehat-nasehat, bimbingan dan
hukuman (ta’zir) serta ganjaran, disamping sejarah (tarikh) dan
diterapkan dengan penuh disiplin. Sistem pendidikan tersebut, sikap dan
tingkah laku santri yang menunjukkan kepri badian yang baik, bersahaja,
sopan santun dan jarang sekali terjadi perkelahian, misalnya sesama santri
atau dengan orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkatnya
sebagai bahan untuk menyusun skripsi dengan judul “REWARD DAN
PUNISHMENT SEBAGAI BENTUK KEDISIPLINAN DI PONDOK
PESANTREN AGRO NUUR EL FALAH PULUTAN SALATIGA”.
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimanakah penerapan reward dan punishment dalam pendidikan di
Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah?
2. Bagaimanakah efektivitas reward dan punishment terhadap kedisiplinan
di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah?
6
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan reward dan
punishment di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah?
4. Bagaimanakah konsep pendidikan kedisiplinan di Pondok Pesantren Agro
Nuur El Falah?
C. Tujuan Penelitian
1. untuk mengetahui penerapan reward dan punishment dalam pendidikan
yang ada di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
2. untuk mengetahui efektivitas reward dan punishment terhadap pendidikan
kedisiplinan di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan
reward dan punishment yang ada di Pondok Pesantren Agro Nuur El
Falah.
4. Untuk mengetahui konsep pendidikan kedisiplinan di Pondok Pesantren
Agro Nuur El Falah.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan tentang penerapan dan efektivitas reward
(ganjaran) dan punishment (ta’zir) terhadap pendidikan kedisiplinan di
Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
2. Manfaat praktis
a. Bagi IAIN Salatiga, untuk menambah perbendaharaan perpustakaan di
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
7
b. Bagi santri, dapat meningkatkan kedisiplinan yang diterapkan di
Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
c. Bagi asatidz, sebagai informasi dan pengetahuan dalam menerapkan
reward dan punishment di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah.
d. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
reward dan punishment sebagai implementasi pendidikan kedisiplinan
yang diterapkan di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah persepsi dalam penggunaan kata pada judul
penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah pokok antara lain
adalah:
1. Reward (ganjaran)
Ganjaran adalah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya
anak dapat merasa senang. Umumnya, anak mengetahui bahwa
pekerjaan atau perbuatannya yang menyebabkan mendapat ganjaran itu
baik. Selain sebagai motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang
menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan
prestasi yang telah dicapai, atau lebih tepatnya lebih disiplin dalam
memanage waktu dan peraturan yang berlaku. (Purwanto, 2007: 182)
2. Punishment
Dalam istilah pondok pesantren, punishment sering diartikan
sebagai ta’zir. Pengertian ta’zir menurut bahasa ialah ta’dib atau
memberi pelajaran. Ta’zir juga diartikan Ar Rad wa Al Man’u, artinya
8
menolak dan mencegah akan tetapi menurut istilah, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Imam Al-Mawardi, pengertiannya adalah sebagai
berikut:
Ta’zir itu adalah hukuman pendidikan atas dosa (tindak pidana)
yang belum ditentukan hukumannya oleh syara’.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa hukuman ta’zir itu adalah
hukuman yang belum ditetapkan oleh syara’, melainkan diserahkan
kepada ulil amri, baik penentuannya atau pelaksanaanya. Dalam
menentukan hukuman tersebut, penguasa hanya menetapkan
hukuman secara global saja. artinya pembuat undang-undang
tidak menetapkan hukuman untuk masing-masing ta’zir,
melainkan hanya menetapkan sekumpulan hukuman, dari yang
seringan-ringanya sampai yang seberat-beratnya (Muslich, 2005: 18-19)
Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa hukuman
sebagai tindakan edukatif berupa perbuatan pendidik yang dilakukan
dengan sadar pada anak didiknya (santri) dengan memberi peringatan
dan pelajaran kepadanya atas pelanggaran yang diperbuatnya sesuai
prinsip-prinsip dan nilai-nilai keislaman. Sehingga santri sadar dan
menghindari segala macam pelanggaran dan kesalahan yang tidak
diinginkan atau berhati-hati dalam setiap melakukan sesuatu.
3. Pendidikan
Pendidikan diakatakan sebagai proses penyiapan peserta didik agar
memiliki kemampuan mengantisipasi persoalan hari ini dan esok juga
9
harus dilihat dari dimensi informasi dan transformasi. Dengan kata lain,
kemampuan tersebut akan dicapai hanya melalui intensitas mencari,
mengolah dan meninterpretasikan informasi (Zainuddin, 2008: 8)
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan
yang ada dalam masyarakat (Roqib, 2009: 15-16).
4. Kedisiplinan
Kata “disiplin” memiliki beberapa makna diantaranya,
menghukum, melatih, dan mengembangkan kontrol diri sang anak.
Marylin E. Gootman, Ed. D., seorang ahli pendidikan dari University Of
Georgia di Athens, Amerika, berpendapat bahwa disiplin akan membantu
anak untuk mengembangkan kontrol dirinya, dan membantu anak
mengenali perilaku yang salah lalu mengoreksinya (Nizar, 2009: 22).
5. Pondok pesantren
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam berbeda
dengan pendidikan lainnya baik dari aspek sistem pendidikan maupun
unsur pendidikan yang dimilikinya. Perbedaan dari segi sistem
pendidikannya, terlihat dari proses belajar mengajarnya yang cenderung
sederhana dan tradisional, sekalipun juga terdapat pesantren yang bersifat
memadukannya dengan sistem pendidikan modern (Ghazali, 2003: 17)
Pondok pesantren yang dimaksudkan adalah Pondok Pesantren
Agro Nuur El Falah yang berada di wilayah Pulutan Kota Salatiga.
10
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud
reward dan punishment sebagai perwujudan pendidikan kedisiplinan di
Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah adalah ganjaran dan hukuman
yang bersifat edukasi atau mendidik serta motivasi yang diterapkan dan
dilaksanakan oleh para pengurus terhadap santri yang tertib dan patuh
terhadap peraturan dan santri yang melanggar peraturan di pondok
pesantren agro nuur el falah. Sehingga santri mampu mengenali
kesalahannya dan juga mengoreksinya.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode pendekatan penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif ini dilakukan secara intensif,
peneliti ikut berpartisipasi di lapangan, mencatat secara hati-hati apa
yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen
yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara
mendetail (Sugiyono, 2011: 14). Oleh karena itu penulis akan mengambil
penelitian lapangan yakni dengan cara memperoleh data melalui
penyelidikan berdasarkan obyek lapangan, daerah atau lokasi guna
memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan,
11
analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2011: 9).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang
objektif, faktual, akurat dan sistematis, mengenai masalah-masalah yang
ada di penelitian ini. Sesuai dengan focus penelitian, maka masalah yang
dihadapi dalam penelitian ini adalah konsep reward dan punishment
yang diterapkan sebagai perwujudan pendidikan kedisiplinan di Pondok
Pesantren Agro Nuur El Falah Pulutan Salatiga.
Oleh karena itu, penelitian ini dapat disebut penelitian deskriptif
kualitatif karena dalam penelitian ini data primernya menggunakan data
yang bersifat data verbal yaitu berupa deskripsi yang diperoleh dari
pengamatan kegiatan pola interaksi antara pengurus dengan santri.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti sangatlah penting yakni peneliti menjadi
instrumen kunci dalam mengumpulkan data yang ada. Hal ini sesuai
dengan pendekatan kualitatif yang akan digunakan.
3. Lokasi Penelitian
Peneliti akan memilih lokasi di Pondok Pesantren Agro Nuur El
Falah Pulutan Salatiga, karena peneliti ingin mengetahui konsep serta
efektivitas reward dan punishment terhadap pendidikan kedisiplinan
yang diterapkan di pondok pesantren tersebut.
12
4. Sumber Data
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah kata tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Dalam hal ini jenis datanya berupa kata-kata dan
tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik (Moleong, 2008: 157)
a. Kata-kata dan tindakan
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama yang dicatat melalui
catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes,
pengambilan foto atau film. Dengan kata lain, data-data yang akan
dikumpulkan berasal dari informan-informan yang ada di Pondok
Pesantren Agro Nuur El Falah diantaranya pengasuh dan pengurus
pondok.
b. Sumber tertulis (dokumen)
Data tertulis ini sebagai tambahan yang diambil dari dokumen
pondok pesantren atau dokumen lainya yang ada kaitannya dengan
penelitian.
c. Foto
Foto digunakan untuk keperluan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, yakni foto yang berkaitan dengan reward dan
punishment sebagai implementasi pendidikan kedisiplinan di Pondok
Pesantren Agro Nuur El Falah.
13
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa adanya prosedur pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang diinginkan. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan data yang valid maka peneliti akan menggunakan
metode sebagai berikut:
a. Metode observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
orang, tetapi juga obyek-obyek alam lainnya (Sugiyono, 2011: 145)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang situasi
dan kondisi Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah serta hal-hal yang
ada hubungannya dengan data yang penulis butuhkan, karena itu
penulis itu kemukakan bahwa pelaksanan dari metode ini juga
didukung oleh metode lain.
b. Metode interview
Interview digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang
mana peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang akan diteliti, atau bahkan juga untuk mengetahui
hal-hal yang lebih mendalam mengenai penerapan dan efektivitas
14
reward dan punishment sebagai bentuk kedisiplinan di Pondok
Pesantren Agro Nuur El Falah atau juga faktor-faktor keberhasilan
dalam menerapkan reward dan punishment.
c. Metode dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental (Sugiyono, 2011: 240)
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai
sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data
yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan meramalkan
(Moleong, 2008: 217).
Dokumen-dokumen di sini bisa di peroleh melalui peninggalan
tertulis seperti: arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian tersebut.
Selain itu juga dapat berupa dokumen-dokumen yang dimiliki oleh
objek penelitan
6. Analisis data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
15
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(Sugiyono, 2011: 244).
Menurut Moleong (2008: 248) analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukandengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
Menurut pemahaman analisis data diatas dapat dikemukakan
tahapan analisis data antara lain:
a. Mempelajari data dengan merumuskan masalah yang akan diteliti
b. Menyusun temuan-temuan data kata kunci berdasarkan data yang
telah terkumpul
c. Menuliskan model perencanaan selanjutnya berdasarkan temuan-
temuan data sebelumnya
d. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan analitik guna mengumpulkan
data selanjutnya
e. Perencanaan pengumpulan data berikutnya
Setelah semua data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap
menganalisis data. Agar mudah ditarik kesimpulan maka diolah dalam
bentuk analisis deskriptif yaitu suatu upaya menggambarkan atau
melukiskan keadaan atau obyek penelitian dengan mengemukakan
gejala-gejala secara lengkap didalam aspek yang diselidiki, agar jelas
16
keadaan atau kondisinya pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya ( Nawawi, 1995: 63)
7. Pengecekan keabsahan data
Keabsahan data yang akan peneliti lakukan yaitu dengan
menggunakan kriteria kredibilitas. Hal ini dimaksudkan bahwa data yang
dikumpulkan sesuai dengan apa yang ada dalam latar belakang. Menurut
Lexy J. Moleong (2008: 327-334) bahwa dalam menerapkan teknik
pemeriksaan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Perpanjangan keikutsertaan
Jadi peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan
pengumpulan data tercapai. Karena menurut yang sudah
dikemukakan, bahwa instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif
adalah penelti itu sendiri. Maka keikutsertaan peneliti sangat
menentukan dalam pengumpulan data, waktunya pun tidak singkat,
akan tetapi ada perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.
b. Ketekunan/keajegan pengamatan
Dalam hal ini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Dalam teknik ini menuntut peneliti agar mampu
menguraikan secara rinci bagaimana dapat melakukan pengamatan
secara detail dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.
17
c. Trianggulasi
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Trianggulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif.
Dengan teknik ini, peneliti dapat me-recheck temuannya
dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode,
atau teori dengan cara:
1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
2) Mengeceknya dengan berbagai sumber data
3) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan
data dapat dilakukan
d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan
sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa
yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-
review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.
8. Tahap-tahap penelitian
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang akan peneliti
lakukan adalah sebagai berikut:
a. Sebelum pelaksanaan penelitian
1) Mengajukan judul penelitian
18
2) Menyusun proposal penelitian
3) Konsultasi kepada pembimbing
b. Tahap pelaksanaan penelitian
1) Melaksanakan penelitian di tempat yang telah ditentukan
2) Mengumpulkan data yang sesuai dengan fokus penelitian
3) Pencatatan data yang sudah terkumpul
4) Mengembangkan data yang terkumpul
c. Tahap menganalisis
1) Mencoding data
2) Menganalisis dengan analisis diskriptif
3) Penemuan hal-hal penting dalam penelitian
4) Mengecek keabsahan data
d. Tahap penulisan laporan
1) Melaporkan hasil penelitian
2) Konsultasi kepada pembimbing
G. Sistematikan Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti akan membagi dalam beberapa
bab. Dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi ini dapat tersusun
dengan baik dan dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah.
Adapun sistematika pembagian bab adalah sebagai berikut:
Bab I : Dalam bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, fokus
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian dan sistematika penelitian.
19
Bab II : Menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan dan sesuai
dengan penelitian yang akan dilakukan. Dengan teori ini
ini pembaca dapat mengetahui pengertian yang berkaitan
dengan pendidikan kedisiplinan, pengertian reward dan
punishment (ta’zir), dan efektivitas reward dan punishment
(ta’zir).
Bab III : Pembahasan tentang reward dan punishment (ta’zir) sebagai
bentuk kedisiplinan di Pondok Pesantren Agro Nuur El
Falah.
Bab IV : Merupakan analisis data tentang pembahasan reward dan
punsihment (ta’zir) sebagai bentuk kedisiplinan di Pondok
Pesantren Agro Nuur El Falah.
Bab V : Merupakan kesimpulan dari beberapa bab terdahulu. Selain
itu peneliti akan mengemukakan saran.
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Reward
1. Pengertian Reward (ganjaran/hadiah)
Reward adalah sesuatu yang menyenangkan. Jika guru (pendidik)
berkomentar baik terhadap anak didiknya maka dapat dikatakan sebagai
reward. Karena anak didik menganggap komentar guru menyenangkan
baginya, sehingga perkataan baik itu dianggap sebagai hadiah (Sriyanti,
2009: 42)
Maslow mengatakan bahwa penghargaan adalah salah satu dari
kebtuhan pokok yang mendorong seseorang untuk mengaktualisasikan
dirinya. Penghargaan adalah unsur disiplin yang sangat penting dalam
pengembangan diri dan tingkah laku anak. Seseorang akan terus berupaya
meningkatkan dan mempertahankan disiplin apabila pelaksanaan disiplin
itu menghasilkan prestasi dan produktivitas yang kemudian mendapatkan
penghargaan (Wantah, 2005: 164).
Sedangkan dalam bahasa Arab, “ganjaran/hadiah” diistilahkan
dengan “tsawab”. kata tsawab ini bisa berarti dengan pahala, upah,
balasan (Attabik Ali dan Ahmad Zuhdi Mudlor, 2002: 638). Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa istilah “ganjaran/hadiah” dalam bahasa
Arab dipakai untuk sebuah imbalan yang sifatnya positif atau baik.
Dalam pembahasan yang lebih luas, reward dapat dilihat sebagai
alat pendidikan yang bersifat preventif dan represif yang menyenangkan
20
21
dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar siswa. Reward
berfungsi sebagai alat yang bersifat preventif bermaksud untuk mencegah
masuknya pengaruh-pengaruh buruk dari luar ke dalam diri anak didik.
Adapun yang bersifat represif dimaksudkan untuk penindakan yang
sifatnya menindas, yakni menindas tindakan-tindakan atau perilaku negatif
siswa agar anak tetap berada dalam koridor yang benar (Abu Ahmadi &
Nur Uhbiyati, 2001: 143)
Penggunaan reward dalam pembelajaran anak usia dini
dimaksudkan untuk membuat anak lebih giat lagi dalam melakukan
sesuatu guna memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dapat
dicapainya. Dengan kata lain, siswa menjadi lebih keras kemauannya
untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik lagi (Purwanto, 2007: 170).
Jadi, maksud reward yang terpenting bukanlah hasil yang dicapai seorang
siswa, melainkan dengan hasil yang telah dicapai siswa itu, pendidik
bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih keras pada siswa
tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih baik lagi.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penghargaan
adalah suatu hal positif yang diperoleh anak karena anak telah
menunjukkan suatu perbuatan yang baik. Pemberian penghargaan kepada
anak akan meningkatkan perilaku yang sesuai dengan aturan yang berlaku,
serta membuat anak untuk menghindari diri dari perbuatan yang tidak
sesuai dengan aturan. Dengan pemberian penghargaan anak akan berusaha
berperilaku disiplin.
22
Dalam dunia pendidikan, reward digunakan sebagai bentuk
motivasi atau sebuah penghargaan untuk hasil atau prestasi yang baik,
dapat berupa kata-kata pujian, pandangan senyuman, pemberian
tepukan tangan serta sesuatu yang menyenangkan anak didik,
misalnya pemberian beasiswa bagi yangtelah mendapat nilai bagus.
Penerapan reward di bangku pendidikan dasar adalah bentuk motivasi
yang berorientasi pada keberhasilan belajar atau prestasi anak. Menurut
Dalam dunia pendidikan, reward diarahkan pada sebuah penghargaan
terhadap anak yang dapat meraih prestasi sehingga reward tersebut bisa
memberikan motivasi untuk lebih baik lagi. Hadiah di dalam al-Qur‟an
biasanya disebutkan dalam berbagai bentuk uslub, di antaranya ada
yang mempergunakan lafadz ajr (أجر) dan tsawab (ثواب) seperti dalam
Al-Qur’an:
- Surat Al-Baqarah : 62,
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi,
orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja
diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari
kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala
dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan
23
tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 62)
(Shihab, 2013: 10)
- Surat Al-„Ankabut : 58
Artinya: “dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
yang saleh, Sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada
tempat-tempat yang Tinggi di dalam syurga, yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah
Sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal.” (Qs.
Al-Ankabut: 58) (Shihab, 2013: 403)
Al-Qur’an menjelaskan bahwa penghargaan atau ganjaran/hadiah
menunjukkan balasan terhadap apa yang diperbuat oleh seseorang dalam
kehidupan ini atau di akherat kelak karena amal perbuatan yang baik.
Dalam Al-Qur’an disebutkan :
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka (pahalanya)
untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan
jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali
tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (Q.S.
Fushilat : 46) (Shihab, 2013: 481)
24
Dari ayat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian
reward merupakan suatu bentuk penghargaan atas prestasi yang telah
diraih seseorang atau bentuk motivasi terhadap apa yang telah
diperbuatnya. Dalam proses belajar mengajar, pemberian hadiah
merupakan salah satu bentuk alat pendidikan dalam proses pembelajaran
yang dilakukan guru untuk anak didik sebagai satu pendorong,
penyemangat dan motivasi agar anak didik lebih meningkatkan prestasi
hasil belajar sesuai yang diharapkan. Dan diharapkan dari pemberian
hadiah tersebut muncul keinginan dari di anak untuk lebih
membangkitkan minat belajar yang tumbuh dari dalam diri anak didik itu
sendiri.
Ada beberapa pendapat yang berbeda-beda dari para ahli
pendidikan tentang reward sebagai alat pendidikan. Sebagian
menyetujui dan menganggap reward dipakai sebagai alat untuk
membentuk kata hati siswa. Sebaliknya ada pula para ahli pendidikan yang
tidak suka sama sekali. Mereka berpendapat bahwa reward itu dapat
menimbulkan persaingan yang tidak sehat pada siswa. Menurut pendapat
mereka, seorang guru hendaklah mendidik siswa supaya mengerjakan dan
berbuat yang baik dengan tidak mengharapkan imbalan atau pujian,
tetapi semata-mata karena pekerjaan atau perbuatan itu memang
kewajibannya.
25
2. Macam dan Fungsi Reward
Untuk menentukan ganjaran macam apakah yang baik diberikan
kepada anak merupakan suatu hal yang sulit. Ganjaran sebagai pendidikan
banyak sekali macamnya.
Beberapa macam perbuatan atau sikap pendidik yang dapat
merupakan ganjaran bagi anak didiknya, yaitu:
a. Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu
jawaban yang diberikan oleh seorang anak.
b. Guru memberi kata-kata yang menggembirakan (pujian) seperti,
“Rupanya sudah baik pula tulisanmu, Min. Kalau kamu terus berlatih,
tentu akan lebih baik lagi.”
c. Pekerjaan juga dapat menjadi suatu ganjaran. Contoh, Engkau akan
segera saya beri soal yang lebih sukar sedikit, Ali, karena yang nomor 3
ini rupanya agak terlalu baik engkau kerjakan.”
d. Ganjaran yang ditujukan kepada seluruh kelas sering sangat perlu.
Mislanya, “karena saya lihat kalian telah bekerja dengan baik,dan lekas
selesai, sekarang saya (guru) akan mengisahkan sebuah cerita yang
bagus sekali.” Ganjaran untuk seluruh kelas dapat juga bernyanyi atau
berdarmawisata.
e. Ganjaran juga dapat berupa benda-benda yang menyenangkan dan
berguna bagi anak-anak. Misalnya, pensil, buku tulis, makanan atau
benda lain. Tetapi, dalam hal ini guru juga harus berhati-hati dan
bijaksana sebab dengan benda-benda itu, mudah benar ganjaran
26
berubah menjadi “upah” bagi murid-murid. (Purwanto, 2007: 183)
Menurut Edy Siswanto ada 2 macam reward (hadiah) yaitu:
a. Berupa ucapan
Guru dalam menyampaikan ilmunya tidak luput dari kesalahan,
demikian juga siswa di kelas. Perlunya guru meminta maaf disetiap
akhir pelajaran tentunya membuat murid juga akan merasakan
pentingnya ucapan tersebut. Lebih penting lagi untuk diperhatikan
adalah penghargaan terhadap setiap tindakan/aktivitas anak.
Contohnya: baik, pekerjaanmu bagus, perlu ditingkatkan, seratus untuk
anda, coba mari kita kerjakan bersama, hal ini perlu sekali dilakukan
baik berupa pujian maupun harapan dan saran.
b. Berupa tindakan
1) Pemberian poin atau nilai.
2) Menepuk punggung siswa dengan berkata bagus-bagus.
3) Membubuhkan tanda tangan.
4) Memberikan secarik tulisan berupa saran dan kritik yang
membangun serta harapan.
5) Memberikan pengumuman bagi pemenang disertai tepuk
tangan temannya.
6) Memberikan hadiah berupa buku/pensil atau uang dsb
(http://kholifatulmusfiroh.blogspot.ae//2013/04).
27
3. Syarat-syarat Reward
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan
reward agar bisa menjadi alat pendidikan yang efektif, yakni sebagai
berikut:
a. Untuk memberikan ganjaran/hadiah yang pedagogis perlu sekali guru
mengenal betul-betul murid-muridnya dan tahu menghargai dengan
tepat. Ganjaran/hadiah dan penghargaan yang salah dan tidak tepat
dapat membawa akibat yang tidak diinginkan.
b. Ganjaran/hadiah yang diberikan kepada seorang anak hendaknya
jangan menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak yang lain
yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapatkan
ganjaran/hadiah.
c. Memberikan ganjaran/hadiah hendaknya hemat. Terlalu kerap atau
terus- terusan memberikan ganjaran/hadiah dan penghargaan akan
menjadi hilang arti ganjaran/hadiah itu sebagai alat pendidikan.
d. Janganlah memberi ganjaran/hadiah dengan menjanjikan lebih dahulu
sebelum anak-anak menunjukkan prestasi kerjanya apalagi
ganjaran/hadiah yang diberikan kepada seluruh kelas.
Ganjaran/hadiah yang telah diberikan lebih dahulu hanyalah akan
membuat anak-anak berburu-buru dalam bekerja dan akan membawa
kesukaran- kesukaran bagi beberapa orang anak yang kurang pandai.
e. Pendidik harus berhati-hati dalam memberikan ganjaran/hadiah,
jangan sampai ganjaran/hadiah yang diberikan kepada anak-anak
28
diterimanya sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukannya
(Purwanto, 2007: 184).
4. Efektifitas Reward (ganjaran/hadiah)
Teknik reward (hadiah/ganjaran) merupakan teknik yang
dianggap berhasil menumbuhkembangkan kedisiplinan dalam diri anak.
Pemberian penghargaan dapat membangkitkan sikap disiplin anak untuk
mempelajari atau mengerjakan sesuatu serta mentaati peraturan yang
deiterapkan. Di mana tujuan pemberian penghargaan adalah
membangkitkan atau mengembangkan sikap disiplin terhadap pertauran.
Jadi, penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja.
Penghargaan adalah alat bukan tujuan, hendaknya diperhatikan jangan
sampai penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian pengharagaan
dalam belajar adalah bahwa setelah seorang menerima pengharagaan
karena telah melakukan kegiatan belajar serta berlaku disiplin dengan
baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas.
Sebaliknya bila seorang belajar untuk mencari penghargan berupa
hadiah dan sebagainya, ia didorong oleh motivasi ekstrinsik, oleh sebab
tujuan-tujuan itu terletak di luar perbuatan itu, yakni tidak terkandung di
dalam perbuatan itu sendiri. Tujuan itu bukan sesuatu yang wajar dalam
kegiatan. Anak-anak didorong oleh motivasi intrinsik, bila mereka belajar
agar lebih sanggup mengatasi kesulitan-kesulitan hidup, agar memperoleh
pengertian, pengetahuan, sikap baik, penguasaan kecakapan. Hasil-
hasil itu sendiri telah merupakan hadiah atau ganjaran bagi sesuatu
29
yang dilakukan dengan baik telah melakukannya. Membangkitkan
motivasi tidak mudah. Untuk itu perlu mengenal murid dan
mempunyai kesanggupan kreatif untuk menghubungkan pelajaran dengan
kebutuhan dan minat anak.
Selain itu, guru dalam hal ini adalah ustadz juga harus
memperhatikan dalam pemberian reward (ganjaran/hadiah). Karena bisa
jadi anak (santri) yang mendapatkan reward menjadi sombong atas apa
yang diraihnya, baik itu dalam hal kegiatan yang wajib maupun kegiatan
ekstra.
Oleh karena itu, pemberian reward sangat efektif untuk
menanamkan sikap kedisiplinan dalam diri anak. Akan tetapi juga harus
diperhatikan dalam pemberian reward, agar anak dapat mengambil hikmah
serta dapat menerapkan kedisiplinanya dengan baik serta menghindarkan
anak dari sifat membanggakan diri dan sombong.
Selain itu, reward merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi
siswa, maka akibat yang ditimbulkan dari adanya pemberian reward
adalah sikap positif siswa terhadap pembelajaran. Selain itu, reward juga
memiliki akibat, baik yang positif maupun yang negatif, yakni sebagai
berikut:
a. Reward bisa menjadi penguat (reinforcement) bagi siswa untuk selalu
melakukan kegiatan-kegiatan positif dalam pembelajaran.
b. Pemberian reward dapat menimbulkan rasa percaya diri pada siswa
yang mendapatkannya,
30
c. Reward bisa menarik minat siswa secara keseluruhan pada
pembelajaran,
d. Reward bisa membuat siswa yang tidak mendapat reward untuk
belajar lebih keras lagi dengan harapan akan memperoleh reward pada
kesempatan yang lain, Reward bisa membuat siswa menjadi “kurang
ikhlas” dalam berusaha, sebab usahanya didasari oleh adanya
keinginan mendapat reward, bukan untuk mencapai prestasi yang
tinggi, sehingga jika siswa tahu ia tidak akan mendapat reward, maka
siswa cenderung akan mengurangi usahanya dalam belajar. Inilah efek
negatif pemberian reward (http://www.pendidikandasar.net)
B. Punishment (Ta’zir/Hukuman)
1. Pengertian Punishment (Ta’zir/Hukuman)
Ta’zir itu adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara’,
melainkan diserahkan kepada ulil amri, baik penentuannya atau
pelaksanaanya. Dalam menentukan hukuman tersebut, penguasa hanya
menetapkan hukuman secara global saja. artinya pembuat undang-
undang tidak menetapkan hukuman untuk masing-masing ta’zir,
melainkan hanya menetapkan sekumpulan hukuman, dari yang seringan-
ringanya sampai yang seberat-beratnya (Muslich, 2005: 19)
Menurut prof. Gunning, Kohnstamm, dan Scheler bahwa hukuman
itu adalah tiada lain daripada pengasahan kata hati, atau membangkitkan
kata hati. Hukuman yang baik menampar diri orang yang dihukum
31
terutama mengenai moralnya, dan dapat dirasakannya sebagai duka cita
karena ia berbuat demikian kemudian ia menyesal (Purwanto, 2007: 193)
Di dalam Al Qur’an hukuman biasanya disebutkan dalam berbagai
bentuk uslub. Diantaranya ada yang menggunakan lafadz ‘iqab ,(عقاب)
‘adzab ,(عذاب) rijz ataupun keterangan ,(رجز) lainnya.
Hukuman pada dasarnya merupakan akibat dari suatu perbuatan
manusia sendiri, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah At-
Taubah ayat 74 yang berbunyi:
...
Artinya: “...dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab
mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan
mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak
(pula) penolong di muka bumi. (QS. At taubah: 74) (Shihab,
2013: 199)
Terkait dengan hukuman baginda Rasulullah SAW dalam beberapa
hadistnya beliau menjelaskan sekaligus memberikan suri teladan
bagaimana menerapkan hukuman, diantaranya yaitu hadist yang
diriwiyatkan oleh ulama terkenal, yaitu Imam Abu Daud ra, sebagai
berikut:
32
و سلم مروا علیھعن عبد هللا بن عمرو بن العاص قال قال رسول هللا صلى هللا
اوالدكم بالصالة وھم ابناء سبع سنین واضربوھم علیھا وھم ابناء عشر و فرقوا
بینھم في المضاجع
Artinya: “Artinya; dari abdullah bin amr bin ash ra, beliau berkata,
rasulullah saw bersabda, perintahkanlah kepada anak-anakmu
shalat, sedang merka berumur tujuh tahun, dan pukullah
mereka kalau meninggalkannya, sedang mereka berumur
sepuluh tahun. Dan pisahkanlah di antara mereka itu dari
tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud) (Al Albani, 2012; 198)
Berdasarkan ayat dan hadist di atas, dijelaskan barang siapa
mengerjakan perbuatan dosa atau melakukan kesalahan, maka akan
mendapatkan hukuman sesuai dengan tingkat kesalahan yang
diperbuatnya.
Secara rasional, ibadah (seperti shalat, shaum (puasa) dan ibadah
lainnya) berperan mendidik pribadi manusia yang keadaran dan
pikirannya terus- menerus berfungsi dalam pekerjaannya. Hadist di atas
memberikan pengertian bahwa anak harus diperintahkan mengerjakan
shalat ketika berusia tujuh tahun, dan diberi hukuman pukul ini supaya
anak menyadari kesalahan.
Makna dari kata (و اضربھ) dalam hadist tersebut adalah
memberikan pukulan secara fisik, karena anak meninggalkan shalat.
Disamping itu, pukulan yang diberikan harus mengenai badannya dan
tidak boleh mengenai wajahnya. Sebab, pukulan tersebut harus diberikan
33
kepada anak ketika sudah berumur 10 tahun, karena pada usia 10 tahun ke
atas anak sudah dianggap mempunyai tanggung jawab (baligh).
Hukuman d e n g a n memukul merupakan hal yang diterapkan oleh
Islam sebagaimana hadist Nabi di atas. Pukulan dilakukan pada tahap
terakhir, setelah memberikan nasehat dan cara lain tidak bisa. Tata cara
yang tertib ini menunjukkan bahwa pendidik tidak boleh menggunakan
yang lebih keras jika yang lebih ringan sudah bermanfaat, sebab pukulan
adalah hukuman yang paling berat dan tidak boleh menggunakannya
kecuali jika dengan jalan lain tidak bisa.
Hukuman di dalam istilah psikologi adalah cara yang digunakan
pada waktu keadaan yang merugikan atau pengalaman yang tidak
menyenangkan yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja. Perilaku
yang dirasa tidak menyenangkan disebut sebagai punishment (Sriyanti,
2009: 42)
Hukuman ialah “hukuman yang tidak ditentukan oleh Allah untuk
setiap perbuatan maksiat yang tidak ada had atau kafarat”. Sehingga
dapat dibedakan antara hukuman yang diputuskan oleh Negara oleh
hukuman yang diterapkan oleh kedua orang tua dalam keluarga dan para
pendidik di sekolah. Sebab, hudud atau hukuman atau ta’zir bedanya
adalah sama-sama bertujuan untuk memberi pelajaran baik bagi si
pelaku atau pun orang lain, semua itu adalah sebagai cara yang tegas dan
cepat untuk memperbaikinya (Ulwan, 1999: 311)
34
Berdasarkan pengertian di atas, bahwa yang dimaksud dengan
hukuman adalah memberikan sesuatu yang tidak menyenangkan atau
pembalasan dengan sengaja pada anak didik dengan maksud supaya anak
didik merasa jera. Perlu dijelaskan bahwa pembalasan bukan berarti balas
dendam, sehingga anak benar-benar insyaf dan sadar, kemudian berusaha
memperbaiki perbuatan yang buruk.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hukuman
memiliki tujuan perbaikan, bukan menjatuhkan hukuman pada anak didik
dengan alasan balas dendam. Dari itulah seorang pendidik dan orang tua
dalam menjatuhkan hukuman haruslah secara seksama dan bijaksana,
artinya ketika menjatuhkan hukuman tidak sekedar menyakiti atau
membuat jera anak.
Maka dari itu maka hukuman haruslah mengandung unsur-unsur
pendidikan, baik diputuskan oleh hakim maupun yang dilakukan orang tua
dan para pendidik terhadap anaknya.
Dari beberapa uraian tentang pengertian hukuman tersebut, dapat
penulis simpulkan bahwa hukuman sebagai tindakan edukatif berupa
perbuatan orang dewasa atau pendidik yang dilakukan dengan sadar pada
anak didiknya dengan memberi peringatan dan pelajaran kepadanya atas
pelanggaran yang diperbuatnya sesuai prinsip-prinsip dan nilai-nilai
keislaman. Sehingga anak didik menjadi sadar dan menghindari segala
macam pelanggaran dan kesalahan yang tidak diinginkan atau berhati-
hati dalam setiap melakukan sesuatu.
35
2. Macam dan Fungsi Hukuman
Menghukum merupakan sesuatu yang tidak disukai, namun
perlu diakui bersama bahwa hukuman itu memang diperlukan dalam
pendidikan karena berfungsi menekan, menghambat aau mengurangi
bahkan menghilangkan perbuatan yang menyimpang (Khalifah, 2004:
119)
Ada pendapat yang membedakan hukuman itu menjadi dua
macam, yaitu:
a. Hukuman preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud
agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Hukuman ini bermaksud
untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran sehingga hal itu
dilakukannya sebelum pelanggaran itu dilakukan. Misalnya,
seseorang dimasukkan atau ditahan di penjara, (selama menantikan
keputusan hakim) karena perkara tersebut ia ditahan preventif dalam
penjara.
b. Hukum represif, yaitu hukuman yang dilakukan oleh karena adanya
pelanggaran, oleh adanya dosa yang diperbuat. Jadi hukuman ini
dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan ((Ngalim
Purwanto, 2007: 189)
William Sterm membedakan tiga macam hukuman yang
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak-anak yang menerima
hukuman itu.
36
a. Hukuman asosiatif
Seorang anak pada umumnya mengasosiasikan antara hukuman
dan kejahatan atau pelanggaran, antara penderitaan yang diakibatkan
oleh hukuman dengan perbuatan pelanggaran yang dilakukan. Untuk
menyingkirkan perasaan tidak enak (hukum) itu, biasanya anak
menjauhi perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang. Hukuman jenis
ini bisa diterapkan untuk anak usia dini yang hanya mampu merasakan
dan mengasosiasikan sesuatu.
b. Hukuman Logis
Hukuman ini dipergunakan terhadap anak-anak yang telah agak
besar. Dengan hukum ini, anak mengerti bahwa hukuman itu adalah akibat
yang logis dari pekerjaan atau perbuatannya yang tidak baik. Anak
mengerti bahwa ia mendapat hukuman itu adalah akibat dari kesalahan
yang diperbuatnya. Misalnya seorang anak disuruh menghapus papan tulis
bersih-bersih karena ia telah mencoret-coret dan mengotorinya.
c. Hukuman Normatif
Hukuman normatif adalah hukuman yang bermaksud memperbaiki
moral anak-anak. Hukuman ini dilakukan terhadap pelanggaran-
pelanggaran mengenai norma-norma etika, seperti berdusta, menipu, dan
mencuri maupun kedisiplinan. Jadi, hukuman normatif sangat erat
hubungannya dengan pembentukan watak dan kepribadian anak-anak.
Dengan hukuman ini, pendidik berusaha mempengaruhi kata hati anak,
menginsafkan anak terhadap perbuatannya yang salah, dan memperkuat
37
kemauannya untuk selalu berbuat baik dan menghindari kejahatan
(Purwanto, 2007: 190).
Hukuman normatif ini penting diterapkan, sebab moral merupakan
inti dari pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Secara jelas M. Atiyah
Al-Abrasyi mengungkapkan tentang pendidikan moral sebagai berikut:
روح التربیة االسال میة إن التربیة الخلقیة ھي
Menurut pendapat M.Athiyah al-Abrasyi tersebut di atas, jelaslah
bahwa pendidikan moral atau akhlak merupakan ruh (jiwa) pendidikan
Islam, sehingga kedudukannya sangat penting dalam pelaksanaan
pendidikan Islam (http://www.pendidikandasar.net)
Selain pendapat di atas, hukuman itu juga dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Hukuman alam
Yang menganjurkan hukuman ini adalah J. J. Rousseau. Menurut
pendapatnya, anak-anak ketika dilahirkan adalah suci, bersih dari segala
noda dan kejahatan. Yang menyebabkan rusaknya anak itu adalah
masyarakat manusia itu sendiri. Maka dari itu, menurut pendapatnya
supaya anak-anak dididik menurut alamnya. Maksudnya adalah biarlah
alam yang menghukum anak itu. Seperti: seorang anak bermain air
kotor, kemudian akibatnya adalah demam atau gatal-gatal. Itu adalah
hukuman alam. Rousseau menambahkan lagi bahwa biarkan anak itu
merasakan sendiri akibat sewajarnya dari perbuatannya sendiri, nanti
anak itu akan insaf dengan sendiri.
38
Tetapi, teori Rousseau ini ditinjau secara pedagogis tidak
mendidik. Karena dengan hukuman alam, anak tidak dapat mengetahui
norma-norma tentang mana yang baik dan mana yang buruk, mana
yang boleh dan harus diperbuat dan mana yang tidak boleh. Anak tidak
dapat berkembang sendiri ke arah yang sesuai dengan cita-cita dan
tujuan pendidikan yang sebenarnya.
b. Hukuman yang disengaja
Hukuman ini lawan dari hukuman alam. Hukuman ini dilakukan
dengan sengaja dan bertujuan. Sebagai contoh hukuman yang dilakukan
pendidik terhadap anak didiknya. (Purwanto, 2007: 190-191)
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa hukuman alam itu
memang benar adanya, karena suatu saat apa yang diperbuat maka akan
mendapat balasannya, perbuatan baik mendapat balasan perbuatan baik
begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini seperti yang termaktub dalam firman
Allah dalam Surat Al Zalzalah ayat 7-8 yang berbunyi:
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya pula. (QS. Al Zalzalah: 7-8) (Shihab,
2013: 599)
Akan tetapi, dalam tinjauan pedagogis hukuman alam kurang
efektif, karena anak tidak dapat mengetahui norma-norma etika mana yang
39
harus dan boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Selain itu
anak juga tidak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya
yang sesuai dan dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan pendidikan yang
akan diterimanya.
Oleh karena itu, hukuman dijatuhkan sesaat setelah kesalahan
tersebut dilakukan itu bukan menundanya itu lebih baik dari pada
menunggu hukuman (hukuman alam) dari apa yang dia lakukan dengan
sendirinya. Sebab menunnda memberikan hukuman hingga waktu lama
atau sebentar dapat menghilangkan arti penting yang terkandung di balik
sanksi dan hukuman yang dijatuhkan tersebut.
Hukuman perlu diberikan kepada anak, mengapa demikian? di
bawah ini akan diuraikan mengapa hukuman menjadi penting untuk
dilakukan:
a. Agar tidak mengulang kejadian yang sama
Pada dasarnya anak memiliki rutinitas yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dengan adanya rutinitas yang
dilakukan anak, maka kemudian akan menjadikan anak lalai. Faktor
lalai ini yang menyebabkan seorang anak menjadi lalai (El-Ghani,
2009: 52). Andaikata anak melakukan kesalahan satu ataupun dua kali
mungkin bisa dimaklumi, namun jika anak melakukan berulang kali,
maka hukuman menjadi pilihan dan harus dilakukan agar anak jera
(kapok) untuk melakukan kesalahan yang sama (El-Ghani, 2009: 53).
40
b. Bisa mengambil pelajaran dan hikmah
Kesalahan bagaimanpun juga akan menjadikan anak bisa
mengambil tentang peristiwa yang dihadapinya (El-Ghani, 2009: 54).
Dengan pemberian hukuman kepada anak ada harapan bahwa anak
akan menjadi hati-hati dan sebagai pelajaran yang akan datang agar
tidak mengulang peristiwa yang pernah dialaminya.
c. Konsistensi sebuah perjanjian
Hukuman yang baik pada dasarnya adalah sebuah konsekuensi
dari perjajian dari seorang guru terhadap murid, jika anak berbuat salah
maka seorang anak akan mendapatkan hukuman baiknya lagi anak yang
melakukan kesalahan mau mengakui dan menyediakan diri untuk
di hukum tanpa seorang guru yang mendesak untuk melakukan
hukuman (El- Ghani, 2009: 56).
Uraian diatas tentang macam hukuman kiranya dapat disimpulkan
bahwasanya hukuman itu dapat diterapkan dalam pendidikan, terutama
hukuman yang bersifat pedagogis. Menghukum bilamana perlu dan jangan
terus menerus serta hindarilah hukuman jasmani atau badan jikalau benar-
benar tidak terpaksa. Adapun yang termasuk hukuman psikis antara
lain; terlalu banyak perintah, larangan, teguran, dan tidak mengindahkan
keinginan anak, sehingga banyak menyebabkan gangguan terhadap
ketegangan anak. Sedangkan dalam pross belajar itu perlu adanya motivasi
untuk berbuat sesuatu, sedang bila kita untuk berbuat dengan cara tertentu,
41
timbul kecenderungan yang kuat untuk memastikan tentang kebenaran dari
keinginan kita tersebut.
Selagi anak masih bisa di didik dengan lembut dan kasih sayang,
maka jangan sekali-kali orang tua melayangkan tangannya. Kita tahu
bahwa hukuman dalam pendidikan anak merupakan metode terburuk yang
sedapat mungkin kita hindari, akan tetapi dalam kondisi itu harus
dipergunakan.
3. Syarat Penerapan Hukuman
Dalam hukuman harus dimulai dari yang paling ringan dulu,
hukuman fisik baru boleh dilakukan sebagai alternatif terakhir.
Dianjurkan bagi para pendidik, guru maupun orang tua yang percaya
akan cara ini harus mengetahui tentang hakekat yang berhubungan
dengan hukuman. Salah satu sarana untuk menghindarkan anak dari sifat
jahat adalah dengan pendekatan psikologis, bersikap seperti anak dan
mengajak bicara dengan bahasa yang mudah dipahami olehnya.
Dalam hal ini, Arief (2002: 131) menyatakan bahwa hukuman
yang bersifat pendidikan (pedagogik), harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta, kasih dan sayang.
b. Harus didasarkan pada alasan “keharusan”.
c. Penyesalan Harus menimbulkan kesan dihati anak.
d. Harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada anak didik.
e. Diikuti dengan pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan
42
Menurut Purwanto (2007:191-192) syarat-syarat hukuman yang
pedagogis itu antara lain sebagai berikut:
a. Tiap-tiap hukuman hendaklah dapat dipertanggungjawabkan. Hukuman
tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenang.dalam hal ini, seorang
guru atau orang tua agak bebas dalam menetapkan hukuman mana yang
akan diberikan kepada anak didiknya.
b. Hukuman itu sedapat-dapatnya bersifat memperbaiki. Yang berarti
bahwa ia harus mempunyai nilai mendidik (normatif) bagi si terhukum:
memperbaiki perilaku dan moral anak.
c. Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau balas dendam yang bersifat
perseorangan. Hukuman tersebut tidak memungkinkan adanya
hubungan baik antara pendidik dengan peserta didik.
d. Jangan menghukum pada waktu marah. Sebab, jika demikian,
kemungkinan besar hukuman itu tidak adil atau terlalu berat.
e. Tiap-tiap hukuman harus diberikan dengan sadar dan sudah
diperhitungkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu.
f. Bagi anak, hukuman itu hendaklah dapat dirasakannya sendiri sebagai
kedukaan atau penderitaan yang sebenarnya. Karena hukuman itu, anak
merasa menyesal dan merasa bahwa untuk sementara waktu dia
kehilangan kasih sayang pendidiknya.
g. Jangan melakukan hukuman badan, sebab pada hakikatnya hukuman
badan itu dilarang oleh negara, tidak sesuai dengan perikemanusiaandan
merupakan penganiayaan terhadap sesama makhluk. Lagi pula,
43
hukuman badan tidak meyakinkan adanya perbaikan pada si terhukum,
akan tetapi sebaliknya hanya menimbulkan dendam atau sikap suka
melawan.
h. Hukuman tidak boleh merusak hubungan baik antara pendidik dengan
anak didiknya. Untuk itu, hukuman yang diberikan dapat dimengerti
dan dipahami oleh anak. Anak dalam hatinya menerima hukuman itu
dan merasakan keadilan hukuman itu. Anak hendaknya memahami
bahwa hukuman yang diterimanya adalah akibat yang sewajarnya dari
pelanggaran yang telahdiperbuatnya sendiri.
i. Adanya kesanggupan memberi maaf dari pendidik sesudah memberikan
hukuman dan setelah anak mengakui kesalahannya. Dengan kata lain,
agar hubungan baik antara pendidik dan anak didik dapat terjalin baik.
Dengan demikian dapat terhindar dari perasaan atau sakit hati yang
mungkin timbul pada anak.
Adapun hukuman fisik, Athiyyah al-Abrasyi memberikan
kriteria, yaitu:
a. Pemukulan tidak boleh dilakukan pada anak didik di bawah umur 10
tahun.
b. Alat pemukulnya bukan benda-benda yang membahayakan, misalnya
lidi, tongkat kecil, dan lain sebagainya.
c. Pukulan tidak boleh lebih dari tiga kali, dan
d. Hendaknya diberikan kesempatan untuk tobat dari apa yang ia lakukan
dan memperbaiki kesalahan yang pernah mereka kerjakan
44
(http://www.pendidikandasar.net)
4. Efektivitas Hukuman (Ta’zir)
Sepintas ditelusuri, hukuman yang dikenal dalam dunia pendidikan
menurut Muhammad Athiyah al-Abrasyi dalam karyanya al-Tarbiyah
al- Islamiyah dimaksudkan bahwa, hukuman atau punishment (al-uqubah)
lebih sebagai usaha edukatif untuk memperbaiki dan mengarahkan siswa
ke arah yang benar (al-irsyad wa al-ishlah) bukan semata-mata praktek
hukuman dan siksaan yang memasung kreativitas (al-zajr wa al-intiqam),
melainkan sebagai usaha mengembalikan siswa ke arah yang baik dan
memotivasinya menjadi pribadi yang imajinatif, kreatif dan produktif.
Oleh sebab itu hukuman merupakan salah satu instrumen
pengukuran pendidikan bagi kualitas fungsional edukatif siswa yang
bermasalah maupun berprestasi, dalam hal ini hukuman adalah vaksinasi
dini dalam konteks mendidik yang layak diberikan kepada mereka yang
bermasalah. Karenanya, merupakan tugas dan tanggungjawab semua
pihak, khususnya kalangan akademis maupun praktisi pendidikan untuk
memantau lebih dekat bagaimana pengelolaan pendidikan yang selama ini
berjalan, berkaitan dengan penerapan hukuman dalam kegiatan akademik
di berbagai lembaga pendidikan.
C. Pendidikan Kedisiplinan
Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa definisi “disiplin” menurut
para ahli diantaranya yaitu:
45
1. Kata “disiplin” memiliki beberapa makna diantaranya, menghukum,
melatih, dan mengembangkan kontrol diri sang anak. Marylin E.
Gootman, Ed. D., seorang ahli pendidikan dari University Of Georgia di
Athens, Amerika, berpendapat bahwa disiplin akan membantu anak untuk
mengembangkan kontrol dirinya, dan membantu anak mengenali perilaku
yang salah lalu mengoreksinya (Nizar, 2009: 22).
2. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang
dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung
jawabnya (http://didefinisipengertian.blogspot.sg/2015/06/definisi-
disiplin-pengertian-menurut-ahli.html)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap
mental yang dengan penuh kesadaran dan keinsyafan untuk memenuhi tertib
baik yang tertulis maupun tidak, yang didapati dari latihan atau pembiasaan.
Dari pengertian ini, ada 3 unsur penting dalam kedisiplinan yaitu:
1. Adanya rasa kepatuhan, yaitu segala perbuatannya harus sesuai dengan
tata tertib yang berlaku baik waktu, tempat maupun keadaan.
2. Adanya rasa kesadaran, yaitu bukan didasarkan atas paksaan ari
luar, melainkan atas kesadaran dari diri sendiri dengan mengetahui arti
pentingnya peraturan tersebut.
3. Adanya rasa tanggung jawab, yaitu sikap menerima sanksi bila
telah melakukan pelanggaran.
Disiplin bukanlah syarat dari pendidikan, tetapi pengalaman hakiki
yang pertama. Disiplin berkembang dalam pergaulan sosial melalui contoh-
46
contoh yang baik dan konsisten dari lingkungannya. Disiplin tumbuh dalam
pengalaman-pengalaman kehidupan yang tertur.
Maka dari itu, disiplin sebagai pedoman dan pemberian kepastian
berperilaku terikat pada masyarakat tempat dia berpijak. Dari sinilah
timbulnya berbagai bentuk disiplin, salah satunya adalah disiplin sekolah
serta disiplin kelompok masing-masing dengan dasar-dasar dan peraturan-
peraturan yang diterapkan berlainan.
Dari paparan diatas, sebenarnya lebih ditekankan kepada
pengertian bahwa kedisiplinan disini lebih mengarah pada ketaatan dan
kepatuhan santri dalam mengikuti seluruh proses pembelajaran. Kedisiplinan
ini lebih tergolong dalam sebuah kewajiban mematuhi seluruh aturan-
aturan yang ada di pesantren.
Ketaatan dan ketundukan santri kepada kyainya juga tidak lepas dari
kitab Ta’limul Muta’alim karya Az-Zarnuji yang dijadikan sebagai pedoman
etika dan pembelajaran di pesantren dalam menuntut ilmu, yang dalam kitab
tersebut diajarkan ketaatan dan kepatuhan kepada kyai atau guru yang dirasa
sangat berlebihan, seperti dinyatakan bahawa menghormati hewan piaran
seorang kyai sama halnya menghormati kyai tersebut (Misrawi, 2004: 144-
145)
Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali. Karena selain
sebagai pemilik pondok pesantren juga sebagai penggerak dalam mengemban
dan mengembangkan pesantren sesuai dengan pola yang dikehendaki. Hal ini
terlihat dari fenomena di pesantren, yakni sikap santri yang merasa takut bila
47
berhadapan dengan kyainya, jangan duduk dalam forum, berpapasan dengan
kyainya saja sudah kabur dan menghindar. Santri juga sungkan bila
menatap wajah kyai. Dalam pandangan santri, menatap wajah kyai bisa
diartikan menentang, dan itu sama halnya dengan tidak tawadhu’, tidak taat,
dan bisa kualat (Murod, 1999: 28)
Menurut Masyhud (2003: 14-15) bahwa pesantren lekat dengan figur
kyai. Hal ini erat kaitannya dengan dua faktor berikut. Pertama,
kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang bersandar pada
kharisma. Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual (atau keluarga),
bukan komunal. Otoritas individu kyai sebagai pendiri sekaligus pengasuh
pesantren sangat besar dan tidak bisa diganggu gugat. Faktor nasab
(keturunan) juga kuat sehingga kyai bisa mewariskan kepemimpinan
pesantren pada anaknya yang dipercaya tanpa ada komponen pesantren yang
berani memprotes.
Dengan demikian, bagaimanapun juga kyai adalah tokoh sentral
pesantren yang berperan dalam mengawal para santri kepada gerbang
kesuksesan belajar, karena tidak bisa dipungkiri bahwa pesantrenlah yang
mempunyai metode paling lengkap serta menerapkannya dalam pembelajaran
sehari-hari seperti ta’lim (pemberian petunjuk secara teknis ajaran
keislaman), ta’dib (pemberdayaan sikap-sikap yang berbudaya), tadris
(petunjuk langsung melalui pengalaman) serta tarbiyah (pemekaran serta
penguatan segi-segi kerohanian).
48
Di pesantren juga terdapat pengawasan yang ketat, yakni menyangkut
tata norma dan nilai, semisal tentang prilaku peribadatan khusus dan norma-
norma muammalat tertentu. Ini adalah faktor lain yang mempengaruhi
kedisiplinan santri. Kemudian dalama preaksisnya pengurus pesantren-lah
yang berperan aktif dalam mengontrol kegiatan dalam sehari-hari yang
berlangsung di pesantren tersebut. Yang tentunya, hal ini juga terkait dengan
manajemen pesantren sendiri dalam menentukan kedisiplinan para santri.
Tetapi walaupun demikian masih banyak ditemukan beberapa santri yang
tidak disiplin atau istilah lain “kebal peraturan”, artinya walaupun peraturan
telah dibuat sedemikian ketat tapi itu semua tidak menutup kemungkinan
masih ditemukannya pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan oleh santri.
Namun dari sekian faktor yang ada, yang paling dominan adalah
niatan awal seorang santri dalam usahanya menuntut ilmu di pesantren, yang
kemudian termotivasi oleh lingkungan pesantren yang syarat denga
kehidupan yang agamis. Dan bentuk kedisiplinan dalam pendidikan di sini
adalah kepatuhan pada peraturan- peraturan pesantren dalam rangka untuk
menuntut ilmu, yang dalam tataran aplikatifnya adalah aktif dalam kegiatan
pembelajaran (ngaji), aktif menjalankan akivitas ritual pesantren.
Pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren berawal dari niat
ikhlas dakwah untuk menegakkan kalimat-Nya, didukung dengan sarana
prasarana sederhana dan terbatas. Akan tetapi banyak juga terdapat pesantren
yang mempunyai sarana prasarana mewah, namun kyai dan santrinya tetap
mencerminkan perilaku-perilaku kesederhanaan. Walaupun dengan
49
keterbatasan sarana dan prasarana, tetapi tidak menyurutkan kyai dan santri
untuk melaksanakan program program pesantren yang telah dicanangkan.
Mereka seakan sepakat bahwa pesantren adalah tempat untuk melatih diri
(riyadloh) dengan penuh keprihatinan.
Relevan dengan jiwa kesederhanaan di atas, maka pendidikan
pesantren bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan kepribadian
muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,
berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat, sebagai pelayan masyarakat,
mandiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau
menegakkan agama Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah
masyarakat, dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian
Indonesia (Masyhud, 2003: 92-93)
Merujuk dari uraian di atas, maka akan menumbuhkan perilaku-
perilaku sebagai berikut:
1. Kepatuhan santri kepada kyai. Para santri menganggap bahwa menentang
kyai, selain tidak sopan juga dilarang agama, bahkan tidak memperoleh
berkah karena durhaka kepadanya sebagai guru
2. Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam lingkungan
pesantren.
3. Kemandirian sangat terasa di pesantren.
4. Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan (ukhuwwah islamiyyah)
mewarnai pergaulan di pesantren.
5. Disiplin yang sangat dianjurkan.
50
6. Keprihatihan untuk mencapai tujuan mulia. Hal ini sebagai akibat
kebiasaan puasa sunnah, dzikir, i’tikaf, shalat tahajjud dan bentuk-bentuk
riyadloh lainnya atau menauladani kyainya yang menonjolkan sikap zuhd
(Masyhud, 2003: 93-94)
7. Kehidupan agama yang baik dapat diperolehsantri di pondok pesantren itu,
karena memang pondok pesantren adalah tempat pendidikan dan pengjaran
agama (Ghazali, 2003: 25)
Dalam hal ini, pendidikan kedisiplinan yang diterapkan di pondok
pesantren dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Disiplin dalam mematuhi tata tertib yang ditetapkan di pondok pesantren.
Tata tertib adalah sederetan peraturan-peraturan yang harus ditaati
dalam suatu situasi atau dalam suatu tata kehidupan tertentu. Dengan
adanya tata tertib, kegiatan santri lebih terkontrol. Karena bagi santri yang
melanggar tata tertib akan dikenakan hukuman sesuai dengan pelanggaran
yang telah dilakukan. Oleh karena itu, santri dapat belajar dari
kesalahannya dan mampu merperbaikinya serta tidak mengulanginya.
2. Disiplin dalam kegiatan pembelajaran (ngaji)
Dalam hal ini anak dikatakan disiplin terhadap tata tertib manakala
ia senantiasa aktif dalam mengikuti setiap pelajaran di pondok
pesantren, dalam artian tidak pernah absen serta aktif dalam
mengikuti pembelajaran baik itu di kelas, di masjid ataupun di asrama.
Banyak fenomena yang terjadi bahwa santri kurang aktif dalam
mengikuti kegiatan. Supaya anak tersebut tidak ketinggalan materi
51
pelajaran yang disampaikan guru atau ustadz, maka keaktifan santri adalah
menjadi keharusan dan sebagai wujud kongkrit dari disiplin pada tata
tertib pondok pesantren.
Kegiatan-kegiatan yang biasa dilaksanakan di pondok pesantren
guna mengembangkan kedisiplinan para santri diantaranya adalah:
a. Sorogan
Sorogan adalah suatu suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan
jalan santri membaca kitab dihadapan kyai (Ghazali, 2003: 29)
Metode ini merupakan kegiatan pembelajaran yang menitik
beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan di bawah
bimbingan ustadz atau kyai (Maksum, 2003: 74)
Dengan adanya kegiatan sorogan para santri mampu
mengembangkan kedisiplinan dalam pembelajaran karena santri
dituntut untuk bisa membaca kitab dihadapan ustadz atau kyai.
b. Wetonan
Wetonan adalah kegiatan yang mana kyai atau ustadz membaca
suatu kitab dalam waktu tertentu dan santri membawa kitab yang sama
mendengarkan dan menyimak apa yang kyai atau ustad baca (Ghazali,
2003: 29)
Dalam penterjemahannya kyai atau ustadz dapat menggunakan
berbagai bahasa yang menjadi bahasa utama para santrinya, misalnya:
memakai bahasa jawa, bahasa sunda, ataupun bahasa Indonesia, agar
mudah dimengerti dan dipahami oleh para santri (Maksum, 2003: 87)
52
c. Muhadloroh
Kegiatan ini dilakukan setiap bulan. Di dalam kegiatan
muhadloroh terdapat acara pembacaan dziba’iyyah wal khitobiyyah
dan duror (bersholawat diiringi dengan alat musik rebana).
Muhadloroh melatih santri untuk bisa tampil di depan umum
tanpa rasa canggung. Dengan menyampaikan khitobiyyah-nya (pidato)
dengan berbagai bahasa. Selin khitobiyyah, santri juga membaca
dziba’iyyah (kitab maulid al barzanjiy).
d. Bahtsul masail
Bahtsul masail juga dinamakan dengan diskusi untuk
membahas suatu permasalahan yang ada dan sudah ditentukan.
Bahtsul masail dilakukan setiap minggu, ada juga yang dilakukan satu
bulan sekali.
Konsep kegiatan ini yaitu para santri membentuk beberapa
halaqoh (kumpulan beberapa santri), tetapi biasanya dibagi tiap kamar
atau bahkan tiap asarama yang mana sudah dipilih sesuai dengan
kemampuannya. Setelah itu, permasalahan yang ada dibahas secara
terperinci yang mana disertai dengan dalil (bukti) yang kuat. Setelah
selesai membahas permasalahan, kemudian kyai, ustadz, atau santri
(yang mumpuni ilmunya) menyimpulkan jalan keluar dari
permasalahan yang sudah dibahas tadi.
Menurut Maksum (2003: 92) metode bahtsul masail
merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan diskusi atau
53
seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk
halaqah yang dipimpin langsung oleh seorang kyai atau ustadz atau
mungkin santri senior, untuk membahasa atau mengkaji suatu
persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya
santri bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan ataupun pendapat-
pendapatnya. Dengan demikian, metode ini lebih menitik beratkan
pada kemampuan perseorangan didalam menganalisis dan
memecahkan suatu persoalan dengan argumen logika yang mengacu
pada kitab-kitab tertentu.
e. Tazayyun
Tazayyun dikalangan umum lebih dikenal dengan
membersihkan lingkungan. Kegiatan ini dilakukan setiap hari oleh
santri guna menjaga kebersihan lingkungan serta menjaga kesehatan.
f. Takror
Takror adalah kegiatan belajar bersama di kelas masing-
masing. Dengan takror, santri dapat mempersiapkan pelajaran di hari
berikutnya.
g. Nastamir
Nastamir adalah kegiatan membaca Al-Qur’an secara tartil,
yang dilaksanakan di masjid. Kegiatan ini dilaksanakan menjelang
maghrib.
h. Syawwir
Kegiatan ini hampir sama dengan bahtsul masail, akan tetapi
54
kegiatan ini dilaksanakan di asrama yang mana pelaksanaanya di bagi
menurut jenjang pendidikannya. Untuk yang se tingkat MTs sendiri
dan yang se tingkat MA sendiri.
3. Disiplin terhadap kebijakan dan kebijaksanaan pesantren
Dalam kehidupan manusia yang semakin lama semakin kompleks,
selalu diatur dengan peraturan baik itu tertulis maupun tidak tertulis.
Peraturan yang tertulis adalah tata tertib dan undang-undang,
sedangkan yang tidak tertulis adalah adat istiadat dan norma masyarakat.
Kebijakan dan kebijaksanaan pondok pesantren. Semua lembaga
pendidikan baik formal atau non formal, negeri atau swasta pasti
menetapkan kebijakan dan kebijaksanaan, kebijakan dan kebijaksanaan
sekolah mengatur kehidupan anak yang bersifat kurikuler atau
ekstrakulikuler. Kebijakan dan kebijaksanaan lembaga bukanlah tujuan
akhir dari pendidikan, melainkan termasuk alat pendidikan yang bersifat
mencegah pada hal-hal yang mengganggu atau menghambat kelancaran
program lembaga.
Dengan demikian, santri dituntut dan dilatih untuk
mentaati kebijakan dan kebijaksanaan tersebut sehingga tertib dan teratur.
Dengan latihan dan kebiasaan ini anak terlatih untuk berpegang teguh
pada norma yang ada dan dapat memperlancar belajarnya tanpa banyak
hambatan, sehingga bila sudah tertanam hal demikian maka akan
mempermudah tercapainya tujuan pendidikan yang telah ada.
55
Menurut Gunarsa (2002: 137), disiplin perlu dalam mendidik
anak supaya anak mudah :
a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain
mengenai hak milik orang lain.
b. Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankan kewajiban secara
langsung mengerti larangan-larangan.
c. Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk.
d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa
merasa terancam oleh hukuman.
e. Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain.
D. Reward dan Punishment sebagai Bentuk Kedisiplinan
Pengembangan nilai-nilai kedisiplinan dapat dilakukan melalui
belajar operan. Belajar operan diartikan sebagai belajar dengan
menggunakan konsekuensi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan
dalam mengubah tingkah laku. Sehingga jelas bahwa reinforcement
(penguatan) sebagai unsur yang paling penting dalam proses belajar.
Konsekuen yang menyenangkan dapat diartikan sebagai reward
(pengahargaan), sedangkan konsekuen yang tidak menyenangkan dapat
diartikan sebagai punishment (hukuman).
Pemberian reward diberikan bagi santri yang rajin dan memiliki
prestasi akademik maupun non-akademik, artinya pemberian penghargaan
tidak hanya berupa barang, tetapi pesantren memberikan pujian.
Kalaupun memberikan berupa barang bisa dengan memberikan kitab atau
56
piagam yang diberikan setiap bulan atau diberikan pada waktu akhirus
sannah. . Pemberian hadiah dapat memotivasi santri untuk menguasai
prilaku yang baik yang dapat diterima oleh lingkungannya. Dengan
demikian santri akan lebih mampu menyesuaikan diri. Oleh karena itu,
fungsi pemberian hadiah salah satunya sebagai nilai mendidik, karena
pemberian penghargaan menujukkan bahwa tingka laku santri adalah
yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungannya.
Selain memberikan reward sebuah lembaga pendidikan juga
memberikan penguatan negatif berupa hukuman (punishment). Pemberian
hukuman dalam dunia pendidikan tidak ada yang sifatnya fisik maupun
psikis, tetapi hukuman yang bersifat edukatif (mendidik) yakni dengan cara
tidak menyakiti badan, sehingga santri lebih tertib dan menyadari
kesalahannya. Sedangkan cara penyampaian yang dilakukan oleh pengurus
tidak berupa kekerasan, namun dengan melakukan pendekatan secara intern
sehingga mengena pada diri santri. Dengan demikian santri akan memiliki
rasa tanggung jawab terhadap setiap perbuatan yang dilakukannya.
Pemberian hukuman bagi santri yang melanggar tata tertib misalnya:
membaca Al-Qur’an 1 juz atau lebih, menghafalkan surat-surat pendek atau
surat-surat pilihan dalam al-Qur’an, menghafalkan nadhoman (shorof
ataupun tajwid), memakai pakaian yang berbeda atau memakai tanda
hukuman, mencukur rambut kepala atau dengan nilai poin dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam pembentukan sikap karakter santri yang
disiplin melalui pembinaan akan diberikan konsekuensi yang
57
menyenangkan. Dalam pengembangan nilai-nilai karakter didukung dengan
adanya pemberian penghargaan (reward) dan punishment (hukuman) pada
pelaksanaannya. Pemberian penghargaan diberikan bagi santri yang rajin dan
memiliki prestasi disekolah, artinya pemberian penghargaan tidak hanya
berupa barang, tetapi guru bisa berupa pujian. Misalnya, santri yang
tidak pernah terlambat dan selalu berpakaian rapi yakni saat melaksanakan
kegiatan di pesantren, guru/pengajar akan memberikan apresiasi dengan
menjabat tangan dan berkata “Bagus sekali, kamu termasuk contoh santri
teladan”. Sedangkan pemberian hukuman diberikan pada santri agar tetap
menegakkan kedisiplinan dengan mematuhi tata tertib pesantren. Hukuman
yang diberikan pada santri bersifat mendidik tidak sholat berjamaah sanksi
yang diberikan misalnya menghafal ayat-ayat Al Quran. Pemberian hukuman
bertujuan untuk memberikan efek jera terhadap santri yang melanggar tata
tertib agar tidak mengulangi perbuatannya.
Memberikan hukuman terhadap santri yang melakukan pelanggaran
atau kesalahan, perlu dilaksanakan dengan pendekatan yang bermuatan
pendidikan agar dapat mendorong santri untuk menyadari kesalahannya dan
memiliki komitmen untuk memperbaiki diri sehingga pelanggaran atau
kesalahan itu tidak terulang lagi. Penggunaan tindakan tegas yang mendidik
terhadap santri akan tetap menyuburkan kasih sayang, dapat
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan santri, dan mampu
membentuk budi pekerti yang baik pada santri, serta tetap menghargai dan
menghormati pengajar pesantren, sehingga kewibawaan pengajar tetap
58
terpelihara. Pemberian punishment (hukuman) diberikan pada santri yang
melanggar aturan. Apabila terdapat santri yang melanggar tata tertib
yang berlaku di pesantren maka akan dikenai sanksi atau hukuman sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan di pesantran tersebut.
59
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah Desa Pulutan
Kecamatan Sidorejo Salatiga
1. Letak geografis
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah berada di Jln.
Dipomanggolo RT/RW 04/05, Kelurahan Pulutan, Kecamatan sidorejo,
Kota Salatiga, Jawa Tengah. Dengan Luas Tanah 40000 M² dan Luas
Bangunan 15000 M².
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah didirikan bersamaan
dengan berdirinya Yayasan Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari yaitu pada
tanggal 20 Mei 2002 bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional
dengan Akta Notaries Muhammad Fauzan, SH. No. 43 Tahun 2002.
Kemudian pada tanggal 24 Februari 2003 Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Dharma Lestari beroperasional dengan berdasarkan Surat
Keputusan Walikota Salatiga Nomor : 420/66/2003. Selanjutnya
pengembangan pendidikan mendirikan sekolah lanjutan tingkat kejuruan
yakni Sekolah Menengah Kejuruan-Sekolah Pertanian Pembangunan
(SMK-SPP) Dharma Lestari yang beroperasional berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian Nomor : 86/kpts/SM.110/K/05 pada tanggal 28 Juli 2005
tentang pendirian dan pembukaan program studi tanaman pangan dan
59
60
hortikultura pada Sekolah Menengah Kejuruan-Sekolah Pertanian
Pembangunan Dharma Lestari.
2. Sejarah
Menyadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang masih
sangat tertinggal dalam bidang pendidikan dibandingkan dengan Negara-
negara lain. Keterpurukan bidang pendidikan ini ditambah lagi dengan
keterpurukan dalam sektor perekonomian ummat, Sehingga umat tidak
dapat mengakses pendidikan secara maksimal. Kondisi inilah yang
memberikan dorongan kuat bagi berbagai kalangan untuk dapat secara
serius memberikan jalan keluar bagi anak-anak yang tidak mampu agar
dapat mengakses pendidikan secara optimal, yang di antaranya adalah
Yayasan Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari.
Yayasan Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari lebih memfokuskan
pada dunia pendidikan, karena pendidikan adalah merupakan kunci
keberhasilan dalam setiap kehidupan individu, masyarakat bahkan suatu
bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa sangat tergantung pada
keberhasilanya dalam pendidikan. Nabi Muhammad saw bersabda :
من ارد الدنیا فعلیھ بالعلم و من ارد األخرة فعلیھ بالعلم و من اردھما فعلیھ
بالعلم
“Barang siapa menginginkan dunia, maka haruslah dengan ilmu, barangsiapa menginginkan akhirat, maka haruslah dengan ilmu dan barangsiapa menginginkan keduanya maka haruslah dengan ilmu”. (H. R.Thabrani)
61
Hal inilah yang mendorong Bapak Haji Dharmo Supono yang
berasal dari Boyolali sebagai pendiri tunggal untuk mendirikan Yayasan
Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari yang menaungi Pondok Pesantren
Agro Nuur El-Falah. SMP Dharma Lestari dan SMK-SPP Dharma Lesari
sebagai wahana untuk membangun ummat sekaligus sebagai ungkapan
syukur yang mendalam kepada Allah SWT atas limpahan taufiq, hidayah
dan karunia kepada beliau dalam meniti usaha-usaha beliau sampai saat
ini.
Yayasan ini menggunakan sistem subsidi silang dengan cara infaq
sodaqoh bagi keluarga yang mampu dan gratis tanpa biaya bagi keluarga
yang tidak mampu dengan membawa keterangan dari kelurahan sebagai
bukti. Dengan fasilitas belajar secara menyeluruh dan cuma-cuma (gratis)
dari kebutuhan tempat (asrama), pakaian, makan serta kebutuhan lain
membuat para santri semangat dalam menjalankan aktifitas yang
direncanakan oleh yayasan dan pondok pesantren.
Pada awalnya (Juli 2002) hanya menampung anak-anak dari
daerah korban konflik seperti Aceh, Poso, Nusa Tenggara Timur
sebanyak 53 anak. Selanjutnya dipertimbangkan dan dikembangkan
menerima santri dari lingkungan dan daerah lainya, sehingga sampai
dengan saat ini berjumlah kurang lebih 200 anak dan pada periode
sekarang ini beberapa santri dari lingkungan sekitar banyak yang
mendaftarkan putranya di pondok pesantren.
62
Pondok pesantren ini dinamakan Pondok Pesantren Agro Nuur
El-Falah yang berarti “Nuur” (cahaya) dan “El-Falah” (kemenangan)
dengan harapan para santri yang juga siswa SMP dan SMK-SPP Dharma
lestari kelak menjadi seorang dai, pemimpin umat dan bangsa yang
mandiri serta menguasai bidang agrobisnis yang memiliki jiwa
keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa berdikari, jiwa ukhuwah islamiyah
dan jiwa bebas.
Sedangkan Yayasan ini dinamakan “Dharma Lestari” yang sama
dengan penamaan SMP dan SMK-SPP Dharma Lestari mengandung
arti yang sangat luhur. “Dharma” dimabil dari nama bapak beliau
“Dharma Tahir”. Dharma berarti hibah/pemberian/amal, sedang “Lestari”
diambil dari nama ibu beliau “Sri Lestari” yang berarti senantiasa, selalu
dan selamanya. Jadi Dharma Lestari mengandung arti do’a semoga apa
yang beliau hibahkan di jalan Allah SWT dicatat sebagai amal jariyah
yang tidak terputus.
إذا مات ابن آدم انقطع عملھ إالمن ثالث قال رسول هللا صلى هللا علیھ وسلم :
صدقة جاریة اوعلم ینتفع بھ او ولد صالح یدعوالھ (رواه الترمیذى)
Artinya : Rosulullah SAW bersabda : apabila manusia mati maka
putuslah segala amalnya kecuali tiga hal : amal jariyah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendiakan kepada
kedua orang tua (HR. Tirmidzi)
Pondok Pesantren Agro nuur El Falah hanya khusus santri putra,
dan tidak ada santri putrinya. Pesantren ini memiliki perhatian khusus
63
terhadap pendidikan di bidang pertanian terutama dalam pengembangan
agro bisnis dan agro indutri. Karena sejak dini santri dididik untuk ikut
terlibat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan dukungan
sumber daya manusia yang mumpuni dan fasilitas yang memadai.
Sehingga diharapkan setelah lulus dari pesantren, santri memiliki skill
yang mumpuni dalam bidang pertanian, berakhlaqul karimah, berjiwa
mandiri, dan produktif sebagai bekal dalam berdakwah dan berjuang di
tengah-tengah masyarakat.
3. Visi, misi dan tujuan
Visi : Menjadikan Santri Agro Nuur El-Falah Insan yang Disiplin,
Berilmu, Bertaqwa, dan Bermoral serta Berprestasi
Misi : Menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal yang
tertib administrasi, dengan mengutamakan kedisiplinan,
kejujuran, dan kebersihan serta akhlaqul karimah yang
berasaskan Islam
Tujuan : a. Mengajak umat untuk hidup Islami dengan mengamalkan
Al Qur’an dan As-Sunnah
b. Menghidupkan pola fikir ilmiah berdasarkan Al Qur’an
dan As Sunnah
c. Menerapkan nilai-nilai universal, humanisme dan
sosialisme Islam dalam pendidikan (buku profil Pondok
Pesantren Agro Nuur El Falah)
64
4. Tata tertib
Pada tulisan ini, penulis akan menguraikan dan menjelaskan tata
tertib yang ditetapkan di Pondok Pesantren Agro nuur El Falah:
a. Kewajiban Santri
a) Wajib beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
b) Wajib menjaga nama baik Pengasuh dan Pondok Pesantren.
c) Wajib berakhlaq karimah dalam berhubungan dengan Pengasuh,
Asatidz/ah, Pengurus, sesama Santri, dan Masyarakat.
d) Wajib mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan oleh
Pondok Pesantren.
e) Wajib mngikuti Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah dan
Madrasah Diniyah
f) Wajib shalat berjamaah Lima Waktu
g) Wajib ijin kepada Pengasuh atau Pengurus bila ingin
meninggalkan/keluar dari lingkungan Pondok Pesantren sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. (keluar dan masuk harus lewat
gerbang depan satpam serta membawa kartu perijinan dan
mencatat di buku perijinan)
h) Diperbolehkan ijin pulang setiap bulan 1(satu) hari, boleh diambil
3 (tiga) bulan sekali 3 (tiga) hari dan harus dijemput oleh orang tua
atau wali atau seseorang yang diberi surat keterangan untuk
menjemput dengan menunjukkan surat keterangan dari orang tua
santri.
65
i) Diperbolehkan ijin pulang selain ketentuan di atas apabila ada
keperluan yang mendesak atau darurat yang tidak bisa ditinggalkan
dan tetap harus dijemput orang tua atau wali.
j) Wajib menjaga ketertiban, keamanan, dan kebersihan diri,
lingkungan, dan fasilitas Pondok Pesantren.
k) Wajib berpakaian muslim, sopan, dan rapi sesuai syariat ketika
waktu pembelajaran Madrasah Diniyyah dan ketika
meninggalkan/keluar dari Pondok Pesantren.
l) Wajib berpakaian seragam sekolah yang telah ditentukan ketika
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Sekolah.
m) Wajib menghormati tamu sesuai tata krama dan ketentuan yang
berlaku. Santri diijinkan menerima tamu dan kunjungan orang tua
setiap Hari Jum’at.
n) Wajib mematuhi tata tertib yang berlaku di Pondok Pesantren.
o) Wajib memotong rambut dengan ukuran 0, 1, 2 cm
p) Mengikuti ro’an umum sebagaimana yang telah ditentukan oleh
seksi kebersihan.
q) Mengikuti minimal 3 kegiatan ekstrakurikuler yang ada di pondok
pesantren
r) Wajib menjadi anggota koperasi
b. Larangan
a) Memakai atau mengambil hak orang lain tanpa seijin pemiliknya.
66
b) Mengadakan dan atau mengikuti kegiatan yang mengganggu
aktivitas di Pondok Pesantren.
c) Melakukan kegiatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban
Pondok Pesantren.
d) Dilarang membawa alat elektronik berupa Handphone (HP),
Laptop, Ipod ataupun alat elektronik lainya kecuali musik box.
e) Music box diperbolehkan di waktu selain waktu belajar (setelah
takror).
f) Bagi yang ketahuan membawa HP maka HP disita dan tidak
dikembalikan (menjadi hak Majelis Ma’arif)
g) Setiap santri dilarang merusak fasilitas yang ada di Pondok
Pesantren.
h) Setiap santri dilarang memetik buah-buahan yang ada di Pondok
Pesantren tanpa seijin pengurus.
c. Anjuran
a) Bagi santri yang dijenguk keluarga dianjurkan sowan ke pengasuh
b) Memperbanyak membaca Alqur’an dan ibadah-ibadah sunnah
lainnya.
c) Memanfaatkan waktu senggang untuk belajar dan musyawaroh.
d) Mengembangkan bakat, minat dan kreatifitas.
d. Sanksi
a) Santri yang melanggar tata tertib ini dikenakan peringatan dan atau
sanksi sesuai dengan pelanggarannya.
67
b) Santri yang telah mendapat peringatan tiga kali dan masih
melakukan pelanggaran, maka atas kebijakan Pengurus dengan ijin
Pengasuh akan diserahkan kembali kepada walinya.
c) Jika santri melakukan pelanggaran yang dianggap berat, maka
langsung diserahkan kepada walinya dengan ijin pengasuh.
e. Aturan Tambahan
Aturan tambahan yang telah ada dan tidak tertulis dalam tata
tertib dianggap tetap berlaku.
f. Perubahan Operasional
a) Tata tertib ini dapat dirubah oleh Pengasuh atau Pengurus Pondok
Pesantren.
b) Ketentuan-ketentuan di atas akan diatur dan dilaksanakan sesuai
dengan struktur kepengurusan Pondok Pesantren.
c) Tata tertib ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya (file dokumen
Sekretaris Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah)
5. Kegiatan Santri
Kegiatan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Agro nuur El
Falah dibagi menjadi dua:
a. Kegiatan wajib
Kegiatan wajib adalah kegiatan yang harus diikuti dan
dilaksanakan oleh para santri. Sehingga kalau ada santri yang
meninggalkan kegiatan wajib maka akan mendapatkan balasan yang
sesuai dengan kegiatan apa yang ditinggalkanya. Kegiatan wajib yang
68
dilaksankan di Pondok Pesantren Agro nuur El Falah adalah sebagai
berikut:
1) Sholat berjamaah di masjid
Sholat merupakan sebuah aktifitas ritual yang hukumnya
wajib bagi setiap yang mengaku beragama islam dan merupakan
wahana latihan bagi umat islam untuk mencari jatidiri di hadapan
sang kholik lalu diapresiasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
Penekanan sholat pada santri bertitik tolak pada :
a) Aplikasi sholat dimensi megical/rohani (ketenangan jiwa)
b) Aplikasi sholat dimensi epistimologis (kecerdasan berfikir)
c) Aplikasi sholat dimensi sosial (kecerdasan sosial)
Ketiga dimensi ini akan terbentuk dengan pemahaman
bahasa sholat, baik bahasa lisan (oral language) atau bahasa tubuh
(body language). Sholat pada santri mempunyai stressing yang kuat
untuk dilakukan secara berjamaah. Dalam berjamaah pemahaman
yang dilakukan pada santri adalah tentang :
a) Leadership/kepemimpinan (sanggup dipimpin dan siap
memimpin)
b) Ketaatan pada pimpinan
c) Kemufakatan dalam jamaah
d) Persamaan derajat
e) Disiplin
69
2) Apel pengecekan
Dalam apel ini dilakukan setiap pagi, siang, dan malam pada
saat akan melakukan makan. Fungsi dari apel ini adalah untuk
melakukan pengecekan anggota kamar yang mana setiap regu yang
menyiapkan mempersiapkan semua anggotanya. Ada kemungkinan
santri yang tidak hadir itu sakit, pulang, ataupun juga tanpa
keterangan yang akan disanksi bagi yang melanggarnya.
3) Sorogan pagi dan malam
Sorogan merupakan cara penyampaian bahan pelajaran
dimana kyai atau ustazd mengajar santri seorang demi seorang
secara bergilir dan bergantian, santri membawa kitab sendiri-
sendiri. Mula-mula kyai mebacakan kitab yang diajarkan kemudian
menterjemahkan kata demi kata serta menerangkan maksudnya,
setelah itu santri disuruh membaca dan mengulangi seperti apa
yang tela dilakukan kyai, sehingga setiap santri menguasainya
4) SMP dan SMK-SPP Dharma Lestari
SMP dan SMK-SPP Dharma Lestari merupakan bentuk
pendidikan formal guna mempermudah proses transformasi
keilmuan dan pemantauan moralitas dan integritas santri.
5) Madrasah Diniyyah
Sekolah pendidikan agama yang merupakan pendidikan di
pondok pesantren guna memperdalam ilmu agama. Karena sangat
penting bagi para santri dalam menimba ilmu agama tidak hanya di
70
formalnya saja. Keseriusan dalam tholabul ilmi menjadikan santri
mampu meresapi ilmu yang telah diajarkan.
6) Nastamir
Kegiatan membaca Al-Qur’an secara murottal yang
dilakukan dengan bersama-sama di masjid. Kegiatan ini bertujuan
sebagai penggerak santri agar rajin dalam membaca Al-Qur’an
serta memahami apa yang terkandung di dalamnya.
7) Kajian kitab ekstra
Seperti lazim berjalan di beberapa pesantren, di Pondok
Pesantren Agro Nuur El-Falah juga menerapkan metode dan kajian
kitab yang serupa yang mengambil waktu ba’da maghrib dan ba’da
isya.
Kitab-kitab tersebut meliputi berbagai disiplin ilmu menurut
tingkat kemampuan santri. Diantranya Tafsir, Hadist, Fikih, Akhlak
dan Tasawuf. Kitab-kitab tersebut diajarkan dengan maksud :
a) Melatih santri membaca dan memahami dengan
mengaplikasikan kaidah-kaidah Nahwu dan Sorof
b) Mengenalkan para santri istilah-istilah dan metode-metode
pembahasan kitab-kitab klasik
c) Melatih para santri menghargai karya para ulama pendahulu dan
memahami situasi, kondisi waktu kodifikasi kitab tersebut
d) Mendorong para santri untuk selalu berkarya sebagaimana
karangan para ulama-ulama dahulu.
71
8) Takror
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam
perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau
latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon. Dimaksudkan
sebagai sarana untuk mengulas ulang/mentelaah terhadap materi-
materi yang telah disampaikan dengan metodologi musyawarah
serta untuk mempersiapkan materi-materi yang akan disajikan
besok harinya.
b. Kegiatan ekstra
Kegiatan ekstra adalah kegiatan tambahan sebagai penunjang
aktifitas para santri dalam berkreasi dan berorganisasi yang
pelaksanaanya ada yang ditentukan dan ada juga sesuai dengan
kondisi dan keadaan yang berada di Pondok Pesantren Agro Nuur El-
Falah di antara kegiatan tersebut adalah :
1) Pelatihan qiro’ah
2) Pelatihan rebana
3) Pelatihan gamelan
4) Kepramukaan
5) Muhadloroh
6) Pidato
7) Topeng ireng
8) Kaligrafi
72
6. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Agro nuur El Falah
a. Pendiri
b. Pengurus pondok pesantren
Pengasuh
Majlis ma’arif
Sekretaris
Bendahara
Bag. Pendidikan
Bag. Kamtib
Bag. Kebersihan
Bag. Pemeliharaan
Bag. Logistik
Kepala sekolah SMP
Kepala sekolah SMK-SPP
Kepala madrasah
Kepala asrama
Pengawas asrama
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
H. Darmo Supono
KH. Usman Mansur, BA
Nur Soleh, S. Pd. I
Mustofa Lutfi, S. Sy
Najmu tsakib
Muhammad syukron S. Pd.I
Agus Supriyadi
Muhdi
H. Supardi
Kamilin A. Md
Khafidul Mu’in, S. Pd. I
Durrotur Rosyidah, S. Ag
Zaenal anwar
M. Muhibbur Rohman, S. Pd. I
Akiyas Juhad Mahya
Ayatullah Asbanu
Latif
Muhammad Khilmi
Muhammad Mahmud
Muhammad Muslih
Safi’i
73
Sugiyatno
Samroni
Taufik Akbar Wahab
Zaenal Muttaqin
Zubaidi
7. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren Agro nuur El
Falah diantaranya:
Nama Barang Keterangan
a. Gedung asrama
b. Gedung madrasah
c. Masjid
d. Rumah tinggal ustadz
e. Rumah tinggal pengasuh
f. Perpustakaan
g. Ruang komputer
h. Kantor sekretariat
i. Kamar mandi
j. Kolam renang
k. Mobil
l. Kopontren
m. Gedung OPPN
1
2
1
4
2
1
1
3
20
1
1
1
1
74
n. Salon potong rambut
o. Gerobak sampah
p. Pendopo
q. Lahan pertanian
r. Dapur
1
2
1
3 ha
1
Adapun sarana prasarana yang lainnya di Pondok Pesantren Agro
nuur El Falah juga terdapat 4 halaman yang luas, dimana setiap setiap hari
sekali digunakan untuk bermain sepak bola, sepak takraw dan volly.
Selain itu di Madrasah juga terdapat alat-alat kebersihan, seperti: Sapu
lidi, sapu lantai, sulak, alat pel dan tempat sampah.
Di pondok ini juga mempunyai beberapa bidang tanah yang
digunakan oleh para santri untuk bercocok tanam. Karena Pondok
Pesantren Agro nuur El Falah adalah pondok yang bergerak di bidang
bisnis terutama dibidang pertanian. Oleh karena itu ada beberapa alat
pertanian, seperti traktor, artko (angkong), cangkul, sabit dan alat
pertanian lainnya. Selain itu, juga terdapat alat-alat musik tradisional dan
alat musik rebana. (Buku Profil Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah)
B. Hasil Temuan
1. Penerapan Reward dan Punishment
Menurut ustadz NS sebagai Majlis Ma’arif, yang ditemui pada 10
November 2015 pukul 17.10 WIB.
Beliau mengatakan: “Dipondok kita menerapkan reward danpunishment mengarah agar anak mempunyai suatu kedisiplinandan suatu tanggung jawab terhadap apa yang sudah diterapkandipondok ini. Namun karena ini, kebetulan juga saya sebagai
75
anggota TNI yang di minta untuk membantu dalam pendidikandipondok ini memang reward dan punidhment yang diterapkanbertujuan untuk mendidik. Dalam penerapannya sebagaipengembangan pendidikan kedisiplinan kami membuat konsephampir sama dengan pendidikan tentara. Seperti halnya; padapagi hari sebelum mereka berangkat sekolah sebagai pengecekankita mengadakan apel pagi, dari situ juga ada reward danpunishmentnya, bagi mereka yang bisa tertib apel pagi akan adareward tersendiri, begitupun juga bagi mereka yang terlambat atautidak ikut apel pagi akan ada tindakan tersendiri. Yang jelaspunishmentnya sebagai pendidikan.”
Menurut Ustadz MR sebagai penasehat asrama, yang ditemui pada
12 November 2015 pukul 19.30 WIB.
“Beliau mengatakan: “berhubung dipondok kita ini mengacu padapondok salafiyyah, maka saya sebagai penasehat asramamenerapkan reward dan punishment mengikuti dari apa yangsudah ditentukan di sini. Baik itu reward atau punishment kan bisadilakukan oleh tiap-tiap ustadz yang mengajar, maksudnyaterserah dari ustadznya sendiri, selain yang sudah ditetapkan dipondok ini lho. Seumpama, santri yang telat atau yang tidak masukdi jam pelajaran saya, mungkin saya kasih hukuman dia menghafalnadhoman atau saya suruh setoran surat-surat pendek. Kalaumengikuti peraturan yang sudah ditetapkan, sudah jelas santriyang tidak masuk akan ada tindakan sendiri.”
Menurut Ustadz MS sebagai bagian pendidikan, yang ditemui pada
tanggal 16 November 2015, pukul 14.00 WIB.
Beliau mengatakan: “tetap ada reward dan punishment yang kamiterapkan disini, akan tetapi yang lebih dominan mungkin dalammenerapkan punishment. Walaupun sebenarnya, para ustadz yangmengampu tidak sadar bahwa apa yang mereka ucapkan di kelasitu bisa saja berupa reward seperti yang sampean tadi ungkapkanbahwa reward bisa jadi berupa ucapan, pemberian hadiah atauyang lainnya kan? Nah, mungkin juga ustadz pengampu tidaksadar jika dia sudah memberikan reward kepada santri.”
76
Menurut ustadz FR sebagai salah satu pengurus Madrasah
Diniyyah, yang ditemui pada tanggal 16 november 2015, pukul 17.00 WIB
Beliau mengatakan: “dalam menerapkan reward, reward itu tidakidentik dengan materi, sebagai contoh dengan memberikan pujianitu bisa dijadikan reward. Untuk punishment, memang sementaraini mau diakui atau tidak lebih identik dengan fisik tentu kedepanhukuman ini lebih spesifik yang berkaitan dengan pendidikantersebut. Maksudnya adalah, bagaimana hukum itu benar-benarmemberi kontribusi yang positif bagi perkembangan para santri.Seperti, menghafalkan, membaca Al-Qur’an, membersihkanhalaman ataupun WC dan sebagainya.”
2. Efektifitas reward dan punishment
Menurut Ustad NS sebagai Majlis Ma’arif, yang ditemui pada 10
November 2015 pukul 17.10 WIB.
Beliau mengatakan: “Untuk efektivitasnya, sebagai evaluasi setiaphari selasa kita mengadakan apel mulai dari ustadz penasehatkamar, ustadz pengampu. Dengan diadakannya reward danpunishment ini ada peningkatan dalam masalah kedisiplinan.Seperti yang dulu sering terlambat atau pun yang tidak apeldengan adanya punishment dapat mengingatkan santri yang lainapabila tidak melakukan apel dapat hukum itu, disamping itu jugadapat mengingatkan diri sendiri untuk tidak mengulangiperbuatannya. Dan kami menerapkan ini sudah berjalan hampirdua tahun dan ternyata ada peningkatan dalam hal kedisiplinan.Namun pada kenyataanya kalau tidak ada punishment yangmenurut undang-undang dilarang memakai kekerasan, maka kitacari solusi tentang punishmen yang sifatnya mendidik. Tetapi kitajuga agak keras, contoh; seperti santri yang sudah diberipunishment tetapi terus mengulang, mengulang, maka kita keras,tetapi kerasnya itu juga dalam rangka mendidik, karena saya jugasebagai tentara, maka ya hukuman fisik, seperti; “ya sudahsekarang kamu lakukan entah itu push up, lari-lari atau yanglainnya, yang penting keluar keringat. Setelah merekamengeluarkan keringat kemudian mereka laporan kepada saya.”
77
Menurut Ustadz MR sebagai penasehat asrama, yang ditemui pada
12 November 2015 pukul 19.30 WIB.
Beliau mengatakan: “keduanya punya efektifitas masing-masing.Contoh kecil setelah kami menerapkan reward yang kebetulanmungkin tidak sengaja, bisa menjadikan santri senakin berperilakubaik, tetapi juga ada yang merasa sombong. Dan setelah kitapelajari terutama punsihment, dalam konsep pendidikan sekarangkan hukuman itu tidak boleh yang memakai kekerasan, ya kan?Maka kita cari solusi untuk menerapkan hukuman atau ta’ziranyang mendidik, seperti lari keliling halaman depan asrama, atauyang lainnya. Tetapi juga ada dari santri itu ndablek, sering dita’zir tetapi belum jera. Maklum, karena disini tidak sedikit yangdari luar jawa.
Menurut Ustadz MS sebagai bagian pendidikan, yang ditemui pada
tanggal 16 November 2015, pukul 14.00 WIB.
Beliau mengatakan: “masalah efektifitas, mungkin yang lebihdominan di sini adalah punishmentnya, karena menurut saya ya,yang efektif ya hukuman itu. Tapi juga tidak menutup kemungkinankalau ternyata yang lebih efektif itu rewardnya dalam halpendidikan kedisiplinan. Mengapa saya kok bilang lebih dominanhukumannya? Karena bagi santri yang melanggar akan dikenaihukuman yang sudah ditetapkan. Dengan adanya itu maka santritersebut akan berfikir ulang untuk melakukan pelanggaran yangselanjutnya. Tetapi jangan dikira santri itu manut (patuh) semua,ada juga santri yang di ta’zir atau dihukum, besok mengulangi lagiperbuatannya.”
Menurut ustadz FR sebagai salah satu pengurus Madrasah Diniyah,
yang ditemui pada tanggal 16 november 2015, pukul 17.00 WIB
Beliau mengatakan: “dalam dunia pendidikan, reward ataupunpunishment itu adalah sesuatu hal yang signifikan adanya. Denganadanya reward, seorang santri termotivasi untuk fastabiqul khoirot(berlomba-lomba dalam kebaikan). Ada konsekuensi logis ketikaseorang santri tidak bisa melaksanakan apa yang menjadi target(apa yang diperintah oleh guru) sehingga diapun mendapathukuman itu dengan penuh kesadaran. Karena ketika sadar diaakan belajar dari kesalahannya, dan setelah dia merasa salahtentu dia akan lebih berhati-hati dalam berbuat dan bertindak.
78
Reward itu adalah sebuah penghargaan bagi santri yang tentunyaitu akan memicu memotivasi santri lain yang belum memenuhitarget. Kesimpulannya adalah dengan adanya reward danpunishment itu sangat efektif untuk menunjang keberhasilanpeserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut”
3. Faktor yang mendukung dan yang menghambat
Menurut Ustadz NS sebagai Majlis Ma’arif, yang ditemui pada 10
November 2015 pukul 17.10 WIB
Beliau mengatkan: “Dari faktor yang mendukung itu seperti darisistem yang kita bangun dulu, kemudian dari team, team dariustadz maksudnya didalam mempunyai komitmen dalammenegakkan aturan mengenai permasalahn reward danpunishment yang mereka terapkan.Terus, yang menjadi kendala kita, masih adanya dari team kita inidari para ustadz kurang peduli. Jadi dari sistem yang kita bangunharusnya anak yang melanggar bisa dicatat dibuku point,kebetulan juga dipondok ini juga ada sistem point lewatkomputerisasi yang ada di situ, disekretariat. Seperti pada waktudiniyah tidak mau mengecek santri yang tidak hadir, tidakmengabsennya, tidak memanggil dan juga tidak memasukkanya kepoint. Kemudian kita juga menerapkan guru piket, karena kitapondok pesantren, 24 jam,itu kadang-kadangan untukmemanggilnya itulah yang tidak dilaksanakan sehingga itu menjadipenghambat, sehingga banyak santri yang menyepelekandikarenakan selain adanya guru piket juga ada piket santri yangmana, anggapan para santri bahwa yang piket itu adalah temandia. Selain itu guru yang piket itu ada yang paham tentang sistemitu tetapi tidak melaksanakanya. Mungkin karena repot dengankegiatan yang lain. Jadi dalam penerapan reward dan punishmentkurang konsisten, kadang berjalan kadang enggak.”
Menurut ustadz MR sebagai penasehat asrama, yang ditemui pada
12 November 2015 pukul 19.30 WIB.
Beliau mengatakan: “untuk faktor yang mendukung dalampenerapan reward dan punishment itu karena salah satu pengurus,pak sholeh, merupakan anggota TNI. Jadi dalam hal penerapanyasudah terbantu dan alhamdulillah meningkat dari tahunsebelumnya. Selain itu, kami mengangkat beberapa alumni lulusantahun kemarin untuk mengabdi di sini. Untuk faktor yang
79
menghambat, menurut saya sistem yang berjalan belumsepenuhnya terrealisasikan, karena ada beberapa dari ustadz yangmengajar kan tidak menetap disini, sedangkan yang ada disinisudah ada job tersendiri. Tambahan sedikit, santri yang tidak jerasetelah di ta’zir.
Menurut ustadz MS sebagai bagian pendidikan, yang ditemui pada
tanggal 16 November 2015, pukul 14.00 WIB.
Beliau mengatakan: “faktor pendukungnya seperti sistem yangberjalan sudah bagus, ada pengabdian dari alumni, yang nantibisa mengkoordinir piket ustadz maupun piket dari santri.Sedangakan faktor yang menghambatnya seperti kurangnyakesadaran pada diri santri, pengaruh dari lingkungan tempattinggal dan pergaulan, kurangnya pengawasan dan pembiasaandisiplin dari orang tua, minimnya pengetahuan santri terhadaptata tertib pesantren, dan kurangnya hubungan interpersonalantara santri dengan pengurus pondok terutama santri yangbermasalah terhadap tata tertib.”
Menurut ustadz FR sebagai salah satu pengurus Madrasah Diniyah,
yang ditemui pada tanggal 16 november 2015, pukul 17.00 WIB
Beliau mengatakan: “dari faktor pendukung, yang pertama; daripengasuh yang dituangkan dalam kesepakatan atau tata tertib.Kedua, tentang penegakan dari tata tertib tersebut yaitu adanyaOPPN yang mana salah satu tugasnya yaitu menegakkankedisiplinan. Ketiga, faktor lingkungan pondok yang kondusif yangtidak memungkinkan bagi santri keluar tanpa ijin. Dari faktorpenghambatnya, pertama, masih ada sebagian santri yang belummenyadari pentingnya kedisiplinan. Kedua, belum menyadarimanfaat kedisiplinan yang akan diterapkan dalam hidupnya nanti.Ketiga, pengawasan yang masih lemah dari OPPN maupun daripengurus. Maksudnya mekanisme penanganan belum terlalu bakuuntuk diberlakukan. Keempat, sering terjadi overlaping atauterjadi kesalahpahaman siapa yang berhak untuk menangani ataumenghukum.”
4. Konsep pendidikan kedisiplinan
Menurut Ustadz NS sebagai Majlis Ma’arif, yang ditemui pada 10
November 2015 pukul 17.10 WIB
80
Beliau mengatakan: “Konsep dalam kedisiplinan menurut sayasendiri adalah salah satu kesadaran yang keluar dari diri sendiri,didalam melaksanakan baik itu kegiatan dan taat pada peraturantanpa adanya paksaan. Kepingin kita anak itu tidak takut namunmereka sudah terbiasa dengan kegiatan yang ada dengan ikhlas,atau yang bisa kita katakan melaksanakan kegiatan, taat aturan itudengan kesadaran diri sendiri. Kemudian sistem yang kita bangunkita mempunyai aturan dalam ADART dan dalam buku point itusebenarnya sudah ada. Kalau njenengan mau lihat nanti bisa kesekretariat. Jadi anak melanggar dapat point 25, anak kita panggilkemudian membuat surat pernyataan, point 50 anak dipanggil,orang tua juga membuat surat pernyataan , point 100 orang tuadipanggil lagi untuk meminta pertimbangan, point 150 seharusnyaanak sudah dikeluarkan, namun dari kita ada suatu toleran untukhal itu, anak kita masukkan ada dari kita menamaknnya rumahperubahan. Rumah perubahan itu kita beri kebebasan seluas-luasnya, kita sudah tidak mau menasehati, tidak mau ngomongilagi, disini Cuma aturan dirumah perubahan adalah dalam rangkamendukung disiplin tadi sudah ada aturan dia tidak bolehterlambat sekolah, dia tidak boleh keluar asrama, dia belajarharus tepat waktu itu sudah ada sistem yang kita bangun yangmengarah kepada disiplin itu. Kemudian dari sistem yang kitabangun harapan kita semuanya adalah kita ini mempunyaikepedulian. Kendalanya itu ya berasal dari team, yangmerencanakan saya sendiri kemudian guru-guru yang mendukunginilah yang kita solidkan. Karena sehubungan ini pengasuh sedangsakit, maka saya sementara yang menjalankan kepengurusan.Tetapi juga tidak lepas dari pengawasan beliau. Setiap minggukami melaporkan kegiatan-kegiatan yang sudah berlangsung.Selain itu kalau ada rapat hasilnya saya laporkan kepada beliau.Maka dari itu, rencana ke depan insya Allah karena saya memangbaru dua tahun disini sekarang sistemnya sudah mulai terbangundan saya sudah melibatkan santri senior di dalam menegakkankedisiplinan nanti.”
Menurut ustadz MR sebagai penasehat asrama, yang ditemui pada
12 November 2015 pukul 19.30 WIB.
Beliau berkata: “konsep kedisiplinan yang diterapkan di pondokini intinya melatih serta mendidik santri untuk patuh dan taatterhadap peraturan yang berlaku. Menurut saya, tidak hanyadalam konteks disiplin dalam pendidikan (belajar), tetapi jugadalam hal ibadah. Dalam penegakan kedisiplinan ini, butuhketeladan ustadz atau dari para pengurus.”
81
Menurut ustadz MS sebagai bagian pendidikan, yang ditemui pada
tanggal 16 November 2015, pukul 14.00 WIB.
Beliau berkata: “pendidikan kedisiplinan tidak akan berjalantanpa adanya pengawasan dari para pengurus dan kesadaran darisantri itu sendiri. Oleh karena itu, para santri harus senantiasamenumbuhkan sikap disiplin mulai dari dirinya, dan jugamengembangkannya serta menjadi contoh bagi adik-adiknya(santri baru).”
Menurut ustadz FR sebagai salah satu pengurus Madrasah Diniyah,
yang ditemui pada tanggal 16 november 2015, pukul 17.00 WIB.
Disiplin dalam arti kata melaksanakan sesuatu sesuai waktu yangtelah ditentukan oleh pengurus pondok. Konsep dasarnya itu tidaklepas dari sosok figur seorang pak Nur Sholeh yang punya latarbelakang TNI. Dalam prakteknya memang ada berbagai kendala,tapi karena adanya OPPN sehingga salah satu tugas merekadalam menegakkan aturan-aturan yang ada, dari itu pengalamanitu diterapkan dengan harapan santri agro nuur el falah inimenjadi lebih disiplin, baik disiplin waktu, belajar maupunkegiatan-kegiatan di pondok. Dalam penegakan kedisiplinan inibutuh keteladanan seorang ustadz ataupun pengurus itu sendiri.”
82
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Penerapan Reward dan Punishment dalam Pendidikan di Pondok Pesantren
Agro Nuur El Falah.
Penerapan reward dan punishment di Pondok Pesantren Agro Nuur El
Falah diberikan kepada santri sesuai dengan perbuatannya. Penerapan reward
dan punishment dilaksanakan dengan tujuan agar para santri mempunyai
sikap kedisiplinan dan juga mempunyai rasa tanggung jawab dalam
menerapkan dan mentaati peraturan ditetapkan di pondok. Jika para santri
sudah mempunyai sikap demikian, maka akan berdampak positif bagi
kehidupan dan perilaku santri di pondok. Dan dapat menghindarkan santri
dari hal-hal yang negatif yang dapat merugikannya. Penerapannya seperti
melaksanakan apel, baik apel pagi, siang maupun malam. Dengan tujuan
untuk mengontrol kesiapan santri untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pondok.
Dalam hal ini, penerapam reward dan punishment bisa dilaksanakan
oleh ustadz pengampu selain yang telah ditetapkan dalam peraturan pondok.
Karena pemberian reward ataupun punishment merupakan respon seseorang
terhadap orang lain karena perbuatannya. Bedanya, kalau reward merupakan
respon yang positif. Sedangkan punishment merupakan respon yang negatif.
Adapun respons positif bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik akan lebih
bertambah frekuensinya sehingga akan lebih baik lagi di masa mendatang. Sedang
respons negatif (hukuman) bertujuan agar seseorang yang memiliki tingkah laku
82
83
yang tidak baik itu dapat berubah dan lambat laun akan mengurangi perilakui
negatifnya.
Dalam realita yang ada, penerapan punishment lebih dominan,
dikarenakan seringnya terjadi pelanggaran. Akan tetapi secara langsung
asatidz pada waktu berlangsungnya pembelajaran, sebenarnya sudah
menerapkan reward yang berupa pujian. Jadi tidak menutup kemungkinan
kalau reward lebih dominan dalam memotivasi para santri.
Penerapan reward bukan berupa materi saja. Akan tetapi berupa
pujian. Sedangkan dalam penerapan punishment masih identik dengan fisik.
Walaupun demikian tidak sampai memberi rasa sakit terhadap santri. Selain
itu juga dalam menghukum sekiranya memberikan kontribusi positif yang
mana dapat menumbuhkan motivasi dalam diri para santri. Misalnya dalam
menerapkan reward di kelas, bagi santri yang aktif dalam kelas serta disiplin,
diberi pujian oleh ustadz pengampu, terkadang juga diberi hadiah berupa
kitab. Sedangkan dalam penerapan punishment, bagi santri yang melanggar
tata tertib pondok dikenakan sangsi berupa catatan point atau berupa
peringatan dari pengurus pondok. selain itu, ustadz pada waktu mengajar juga
menerapkan reward atau punishment, seperti santri yang tidak masuk
madrasah maka hukumannya selain diberi point pelanggaran, juga diberi
ta’zir dengan menambah jam belajar sendiri setelah jam belajar di kelas
berakhir, yakni pukul 22.00-23.00 didampingi oleh pengurus
Reward yang diterapkan di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
berupa:
84
a. Pujian
b. Penilaian santri terbaik tiap 1 bulan sekali
c. Penilaian kamar terbaik tiap akhir tahun
Punishment yang diterapkan berupa:
a. Bagi santri yang terlambat atau tidak mengikuti apel mengelilingi barisan
sambil berteriak “saya terlambat atau saya tidak mengikuti apel”
b. Adanya sistem point
c. Membaca Al-Qur’an 1 juz jika tidak mengikuti satu kegiatan
d. Menghafalkan surat-surat pendek (tergantung dari ustadz pengampu)
e. Menambah jam belajar bagi para santri yang tidak berangkat diniyyah
f. Mengembalikan santri kepada walinya jika melakukan perbuatan yang
sudah melampaui batas.
Dengan demikian penerapan reward dan punishment di Pondok
Pesantren Agro Nuur El Falah yang dilakukan seperti memberikan pujian
pada saat pembelajaran berlangsung, menghukum bagi santri yang kurang
disiplin dalam mengikuti kegiatan. Semua itu diberlakukan dengan tujuan
untuk menumbuhkembangkan sikap kedisiplinan dalam diri santri serta
memupuk rasa tanggung jawab dalam menerapkan dan mentaati peraturan
yang berlaku di pondok.
B. Efektifitas Reward dan Punishment
1. Efektifitas reward
a. Mengembangkan motivasi yang ada dalam diri santri,
b. Menumbuhkan sikap tawadhu’
85
c. Menumbuhkan perilaku fastabiqul khoirot
2. Efektifitas punishment
a. Menumbuhkan sikap kesadaran terhadap apa yang pernah dilakukan
a. Menumbuhkan sikap kedisiplinan
b. Menumbuhkan kehati-hatian terhadap perilaku yang akan dilakukan
c. Sebagai penunjang untuk mencapai tujuan pendidikan
Dengan demikian reward dan punishment efektifitas yang saling
melengkapi. Reward efektif dalam memotivasi santri untuk selalu berbuat
baik, sedangkan punishment efektif dalam memotivasi santri untuk memiliki
kesadaran terhadap apa yang sudah dilakukannya, serta memiliki
tanggungjawab dan konsekuen terhadap hukuman yang akan dijalaninya..
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Penerapan reward dan punishment tidak akan berjalan dengan
sendirinya, melainkan perlu kesadaran pada diri santri , latihan, kebiasaan,
dan juga adanya kepedulian dari pengurus. Karena tujuan dari penerapan
reward dan punishment itu adalah sebagai motivasi serta menumbuhkan
kesadaran dan kedisiplinan dalam diri santri. Dengan adanya reward sebagai
penghargaan atas apa yang telah dicapai oleh santri. Serta ada konsekuensi
logis jika santri tidak bisa melaksanakan apa yang sudah menjadi wewenang
dalam kegiatan di pondok sehingga santri mendapat hukuman dengan penuh
kesadaran. Setelah sadar, mereka akan belajar dari kesalahannya, dan ketika
mereka tahu itu salah, maka mereka akan senantiasa berhati-hati dalam
bertindak.
86
Dari pernyataan di atas dalam penerapan reward dan punishment di
Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah terdapat 2 faktor, yaitu:
1. Faktor pendukung
a. pengurus pondok mempunyai komitmen yang kuat untuk menegakkan
aturan mengenai permasalahan reward dan punishment yang
dilaksanakan
b. adanya pengabdian dari alumni yang baru lulus, sehingga dapat
membantu kinerja ustadz dan santri yang piket.
c. Amanat dari pengasuh yang dituangkan dalam kesepakatan atau tata
tertib.
d. Adanya OPPN atau Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Agro Nuur El-
Falah yang membantu dalam penegakan kedisiplinan.
e. Faktor lingkungan pondok yang kondusif yang tidak memungkinkan
bagi santri keluar tanpa ijin.
2. Faktor penghambatnya adalah sebagai berikut:
a. Pengawasan yang masih lemah dari OPPN maupun dari pengurus.
b. Kurang konsisten dalam penerapan reward dan punishment.
c. Kurangnya kesadaran pada diri santri
d. Pengaruh lingkungan tempat tinggal ataupun pergaulannya
e. Minimnya pengetahuan santri terhadap tata tertib pesantren
f. Kurangnya hubungan interpersonal antara santri dengan pengurus
pondok terutama santri yang bermasalah terhadap tata tertib
87
g. Belum menyadari manfaat kedisiplinan yang akan diterapkan dalam
hidupnya nanti
D. Konsep Pendidikan Kedisiplinan di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
Konsep kedisiplinan yang diterapkan di Pondok Pesantren Agro Nuur
El Falah adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri santri dalam hal
mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan taat serta patuh terhadap
peraturan yang berlaku tanpa adanya paksaan. Karena dalam suatu lembaga
kalau tidak ada tata tertib yang diterapkan maka proses kegiatan-kegiatan
serta pembelajaran yang akan berlangsung tidak akan berjalan dengan lancar
sesuai yang diharapkan oleh para pengurus. Dalam penegakan kedisiplinan
dibantu oleh organisasi yang ditunjuk dari beberapa santri dengan dibantu
oleh ustadz serta alumni yang dipilih untuk mengabdi.
Penegakan kedisiplinan tidak lepas dari keteladanan dari asatidz. Agar
para santri menerapkan apa yang sudah menjadi tanggungjawabnya. Selain
itu juga santri senior bisa menjadi teladan yang baik bagi juniornya.
Dalam mengembangkan kedisiplinan di Pondok Pesantren Agro Nuur
El Falah, diterapkan reward dan punishment. Walaupun sebenarnya dalam
prakteknya masih banyak kendala. Akan tetapi sedikit demi sedikit
membangun serta mencari formula untuk menetralisir kendala yang ada.
Dengan adanya reward dan punishment para santri tidak ada anggapan
mematuhi tata tertib akan tetapi terpaksa serta takut karena ada hukuman.
Dengan pengertian itulah agar menjadikan santri ikhlas dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan kepesantrenan serta dapat mematuhi dan mentaati peraturan
88
yang diterapkan di pondok dan juga ikhlas dalam menjalani hukuman yang
diterimanya.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dan data-data yang penulis sajikan dalam laporan skripsi
ini, maka penulis akan memberi kesimpulan, yaitu:
1. Penerapan reward dan punishment di Pondok Pesantren Agro Nuur El
Falah dapat dilaksanakan oleh pengurus maupun ustadz pengampu. Karena
penerapan reward dan punishment merupakan respon para pengurus
terhadap santri yang melanggar tata tertib. Penerapan reward bukan berupa
materi saja, akan tetapi bisa dengan pujian. Sedangkan punishment yang
diterapkan masih identik dengan fisik, tetapi tidak sampai memberikan
rasa sakit pada santri, seperti halnya: berlari mengelilingi barisan santri
bagi yang terlambat melaksanakan apel. Penerapan reward dan
punishment mempunyai tujuan agar para santri mempunyai sikap
kedisiplinan dan juga mempunyai rasa tanggung jawab dalam menerapkan
dan mentaati peraturan ditetapkan di pondok dengan penuh ikhlas, serta
dalam menjalaninya tanpa ada paksaan.
2. Efektifitas reward dan punishment dapat menunjang bagi tercapainya
pendidikan di pesantren. Dengan adanya reward dan punishment santri
dapat termotivasi, serta mampu memperbaiki kesalahan yang telah
dilakukannya dan juga lebih berhati-hati dalam bertindak.
3. Adanya faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan reward dan
punishment. Adapun faktor-faktornya adalah sebagai berikut
89
90
a. Fator pendukung: pengurus mempunyai komitmen yang kuat, adanya
oraganisasi dari santri, adanya pengabdian dari alumni, tata tertib yang
sudah disepakati oleh pengurus dan pengasuh, dan lingkungan yang
kondusif.
b. Faktor penghambat: lemahnya pengawasan, penerapan reward dan
punishment yang kurang konsisten, kesadaran santri kurang, pengaruh
dari tempat tinggalnya maupun pergaulan, dan kurangnya bimbingan
bagi santri yang melanggar.
4. Konsep pendidikan kedisiplinan yang diterapkan di Pondok Pesantren
Agro Nuur El Falah hampir sama dengan asrama TNI. Karena kebetulan
kepala pengurusnya adalah seorang anggota TNI. Walaupun dalam
prakteknya masih banyak kendala. Yang terpenting adalah dapat
menumbuhkan kesadaran dalam diri santri untuk taat dan patuh terhadap
tata tertib dengan penuh ikhlas tanpa adanya paksaan. Kedisiplinan yang
diterapkan tidak lepas dari keteladanan kyai dan pengurus.
B. Saran
1. Kepada pengurus Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
a. Konsisten dalam mengembangkan kedisiplinan dalam hal ini adalah
penerapan reward dan punishment.
b. Mempunyai komitmen dan pantang menyerah dalam mendidik dan
membimbing santri.
c. Adanya sikap pengurus dalam menberikan ta‟ziran atau ketika
menyidang akan lebih baik jika lebih kepada menasehati dan tidak
91
membentak-bentak agar santri juga lebih nyaman dan tidak merasa
takut sehingga hubungan antara pengurus dan santri bisa terjalin
dengan baik.
2. Kepada santri Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
a. Ikhlaslah terhadap hukuman yang diterapkan di pondok.
b. Patuhi dan jalankan tata tertib dan juga kegiatan kepesantrenan
c. Hormati para pengurus dan ustadz pengampu, agar kelak bisa mendapat
barokah dari ilmu yang didapatkan
d. Belajarlah dengan sungguh-sungguh dengan penuh semangat, agar bisa
mewujudkan cita-cita serta dapat bermanfaat bagi orang lain.
92
DAFTAR PUSTAKA
Al Albani, Muhammad Nashiruddin. 2012. Shahih Sunan Abu Daud. Jakarta;Pustaka Azzam
Ali, Zainudddin. 2006. Hukum Islam (Pengantar Hukum Islam di Indonesia).Jakarta: Sinar Grafika Offset
Arief, Arma’i. 2002. Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:Ciputat Pers.
Budaiwi, Ahmad Ali. 2002. Imbalan dan Hukuman Pengaruhnya bagiPendidikan Anak. Jakarta: Gema Insani.
El-Ghani, Arini. 2009. Saat Anak Harus Dihukum. Yogyakarta: Power Books(IHDINA)
Ghazali, Muhammad Bakri. 2003. Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta:Prasasti.
Khalifah, Izzat Iwadh. 2004. Kiat Mudah Mendidik Anak. Jakarta: PustakaQalami.
Maksum. 2003. Pola Pembelajaran di Pesantren. Direktorat JenderalKelembagaan Agama Islam Departemen Agama.
Masyhud, Muhammad Sulthon dkk. 2003. Manajemen Pondok Pesantren.Jakarta: Diva Pustaka.
Misrawi, Zuhairi. 2004. Menggugat Tradisi, Pergulatan Pemikiran Anak MudaNU. Jakarta: Kompas.
Moleong, lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.
Musfiroh, Kholifah. 2013. Reward dan Punishment, (Online).http://kholifatulmusfiroh.blogspot.ae//2013/04, Diakses pada tanggal 21januari 2016
Muslich, Ahmad Wardi. 2005. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta:Sinar Grafika Offset.
92
93
___________________. 2005. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar GrafikaOffset.
Nizar, Imam Ahmad Ibnu. 2009. Membentuk dan Meningkatkan Disiplin AnakSejak Dini. Jogjakarta: Diva Press.
Rachman, Budhy Munawar. 2006. Ensiklopedi Nurcholish Madjid: PemikiranIslam di Kanvas Peradaban. Jakarta:Mizan.
Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratifdi Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: Lkis.
Shihab, M. Quraisy. 2013. Al Qu’an dan Maknanya. Tangerang: Lentera Hati.
Sriyanti, Lilik, dkk. 2009. Teori-Teori Pembelajaran. Salatiga : STAIN,.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Zainuddin, M. 2008. Paradigma Pendidikan Terpadu, Menyiapkan GenerasiUlul Albab. Malang: UIN-Malang Press.
http://www.pendidikandasar.net/2014/11: Pengertian Reward dan Punishment, diakses pada tanggal 16 oktober 2015.
http://didefinisipengertian.blogspot.sg/2015/06/definisi-disiplin-pengertian-menurut-ahli.html: Definisi Disiplin Pengertian Menurut Ahli, diakses 19maret 2016.
LAMPIRAN
Santri yang mengikuti kegiatan ekstra Rebana
Lomba muhadloroh
Wawancara dengan ustadz MS
Wawancara dengan ustadz MH
Wawancara dengan ustadz FR
Santri yang tidak masuk madrasah
DAFTAR NILAI SKK
Nama
P A
:
:
MUHAMMAD ALFI WIBOWO
Mufiq, M. Phil.
NIM
Jurusan
:
:
111 11 212
PAI
No Jenis kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1
Orientasi Pengenalan Akademikdan Kemahasiswaan (OPAK)“Revitalisasi GerakanMahasiswa di Era ModernUntuk Kejayaan Indonesia”
20-22 Agustus2011
Peserta 3
2Seminar Entrepreneurship danKoperasi 25 Agustus 2011 Peserta 2
3User Education (PendidikanPemakai) 2011 20 September 2011 Peserta 2
4
Seminar NasionalEntrepreneurship 2012 “TrenBisnis Berbasis Multimediadan Teknologi Informatikasebagai Wujud Pasar Modern”
21 April 2012 Peserta 8
5
Seminar “Membangun SistemIntegritas di Sektor PendidikanSebagai Upaya PencegahanKorupsi di Indonesia”
22 Mei 2012 Peserta 2
6
Seminar Nasional“Mewaspadai Gerakan IslamGaris Keras di PerguruanTinggi”
23 Juni 2012 Peserta 8
7
Seminar Nasional “PeranLembaga Perbankan Syari’ahdengan Adanya Otoritas JasaKeuangan (UU no. 21 Tahun2011 tentang OJK)”
29 November 2012 Peserta 8
8
Seminar Nasional“Ahlussunnah Waljamaahdalam Perspektif IslamIndonesia”
26 Maret 2013 Peserta 8
9
Public Hearing “OptimalisasiKinerja Lembaga MelaluiKritik dan Saran Mahasiswa” 2 April 2013 Peserta 2
10
Seminar Nasional dan DialogPublik “Minimnya PasokanEnergi dalam Negeri;Pembatasan Subsidi BBM danPeran Masyarakat dalamPenghematan Energi”
20 April 2013 Peserta 8
11
Seminar “pencegahan bahayaNAPZA (Narkotika,Psikotropika, dan Zat Adiktif),HIV/AIDS MewaspadaiPergaulan Bebas UntukMembentuk Remaja yangTangguh & Launching PIKSAHAJASA (Pusat Informasi& Konseling Sahabat RemajaSalatiga) STAIN Salatiga”
29 April 2013 Peserta 2
12
Seminar Regional PendidikanHMJ Tarbiyah STAIN Salatiga“Menimbang Mutu danKualitas Pendidikan diIndonesia”
2 Mei 2013 Peserta 4
13
Seminar NasionalEntrepreneurship“Menumbuhkan JiwaEntrepreneur Generasi Muda”
27 Mei 2013 Peserta 8
14
Seminar Nasional “BahasaArab Inovasi PembelajaranBahasa: Upaya MenjagaEksistensi Dan Masa DepanPembelajaran Bahasa Arab”
9 Oktober 2013 Peserta 8
15Musabaqah Tilawatil Qur’an(MTQ) Mahasiswa V MTQ“Wahana Apresiasi Untuk
23 Oktober 2013 Peserta 2
Mencetak Insan Qur’ani”
16
Sosialisasi PenanggulanganHIV/AIDS Kota Salatiga“Pelajar Berkualitas tanpaHIV/ AIDS, Pelajar Berakhlaktanpa Diskriminasi PelakuHIV/ AIDS”
6 April 2014 Peserta 2
17
Public Hearing “STAINMenuju Iain dari Mahasiswaoleh Mahasiswa untukMahasiswa”
10 Juni 2014 Peserta 2
18
Talk Show “Ciptakan KarakterMahasiswa Religius danBerakhlaq Mulia” 19 September 2014 Panitia 2
19
Diklat MicroteachingHimpunan Mahasiswa ProgramStudi (HMPS) PendidikanAgama Islam Jurusan TarbiyahSTAIN Salatiga
8 november 2014 Panitia 2
20
Seminar NasionalEntrepreneurship oleh GerakanPramuka Racana KusumaDilaga – Woro SrikandiSTAIN Salatiga
16 November 2014 Peserta 8
21
PERBASIS (PerbandinganBahasa Arab Bahasa Inggris)/CEA (Comparison EnglishArabic)
27 November 2014 Peserta 2
22
Internasional Seminar “AseanEconimic Comunity 2015;Prospects and Challenges ForIslamic Higher Education”
28 Februari 2015 Peserta 8
23Training Kepribadian IAINSalatiga 19 Mei 2015 Peserta 2
LAMPIRAN AKTIFITAS SANTRI
PONDOK PESANTREN AGRO NUUR EL-FALAH
A. Aktifitas Harian
Hari WAKTU KEGIATAN
Sabtu - Rabu 04.00-04.3004.30-05.3005.30-06.00
06.00-06.2006.20-06.45
06.45-07.0007.00-09.4009.40-10.00
10.00-12.0012.15-12.3012.30-13.0013.00-14.30
14.30-15.3015.30-16.0016.00-16.4516.45-17.30
17.30-18.0018.00-18.3018.30-19.0019.00-19.3019.30-19.4519.45-20.0020.00-20.3020.30-21.3021.30-22.30
22.30-04.00
Bangun pagi dilanjutkan Shalat Subuh BerjamahMelaksanakan Pengajian Sorogan di MasjidMelaksanakan pembersihan umum sekitarponpesMelaksanakan pembersihan pribadiPersiapan apel makan pagi dengan berpakaianseragam rapiMasuk kelas masing-masingMengikuti pembelajaran di kelas masing-masingSholat DhuhaIstirahatMengikuti pembelajaran di kelas masing-masingSholat Dhuhur berjamaahApel di depan masjid dilanjutkan makan siang SMP istirahat siang Santri SMK melanjutkan pembelajaranSeluruh santri masuk Madrasah DiniyyahMelaksanakan Sholat Ashar berjamahMelanjutkan pelajaran diniyyahMelaksanakan giat cuoris (cuci, olah raga,istirahat)NastamirSholat Maghrib berjamaahSorogan malamSholat Isya berjamaahMakan malam diawali apel di depan masjidKembali ke kamar masing-masingKajian kitab ekstraMelaksanakan takrorSantri diberi kesempatan nonton tv di tempatyang disediakanMelaksanakan istirahat kecuali yang jaga malam
Kamis 04.00-04.3004.30-05.3005.30-06.00
06.00-06.2006.20-06.45
06.45-07.0007.00-09.4009.40-10.00
10.00-12.0012.15-12.3012.30-13.0013.00-15.3016.00-17.0017.00-18.0018.00-19.30
19.30-20.0020.00-22.00
22.00-23.0023.00-04.00
Bangun pagi dilanjutkan Shalat Subuh BerjamahMelaksanakan Pengajian Sorogan di MasjidMelaksanakan pembersihan umum sekitarponpesMelaksanakan pembersihan pribadiPersiapan apel makan pagi dengan berpakaianseragam rapiMasuk kelas masing-masingMengikuti pembelajaran di kelas masing-masingSholat DhuhaIstirahatMengikuti pembelajaran di kelas masing-masingSholat Dhuhur berjamaahApel di depan masjid dilanjutkan makan siangPramukaTazayyun (bersih-bersih)Ziarah Ke makamYasinan dilanjutkan Sholawatan dan Shalat IsyaberjamaahApel dilanjutkan makan malamMinggu I Muhadloroh kamarMinggu II IstighotsahMinggu III Lomba MuhadlorohMinggu IV IstoghotsahNonton bersamaIstirahat kecuali yang jaga malam
Jum’at 04.00-04.3004.30-05.3005.30-07.00
07.00-08.0008.00-09.3009.30-11.0011.00-11.3011.30-13.00
13.00-13.3013.30-15.30
Bangun pagi dilanjutkan Shalat Subuh BerjamahMahfudlotMelaksanakan pembersihan umum sekitarponpesOlahraga, apel pengecekan dan sarapanKegiatan di lahanNonton barengPersiapan Shalat Jum’atSemua Santri ke masjidShalat Jum’at berjamaahApel di depan masjid dilanjutkan makan siang Pelatihan Gamelan Olahraga Istirahat
15.30-16.0016.00-17.0017.00-18.0018.00-18.3018.30-19.0019.00-19.3019.30-19.4519.45-20.0020.00-20.3020.30-21.3021.30-22.30
22.30-04.00
Shalat Ashar berjamaahOlahragaLatihan qiroahSholat Maghrib berjamaahSorogan malamSholat Isya berjamaahMakan malam diawali apel di depan masjidKembali ke kamar masing-masingKajian kitab ekstraMelaksanakan takrorSantri diberi kesempatan nonton tv di tempatyang disediakanMelaksanakan istirahat kecuali yang jaga malam