Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

29
STRATEGI REVITALISASI MINDSET PENCARI KERJA (Job Seeker) KEPADA PENCIPTA KERJA (Job Creator) Ricky Ekaputra Foeh*) Abstrak Setiap tahunnya angka pengangguran terus bertambah. Memasuki 2011 pengangguran terbuka sekarang sebesar 9,25 juta jiwa, sedangkan data pengangguran terdidik menunjukkan kecenderungan semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Hasil penelitian dan riset Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa hanya sekira 6,12 persen lulusan sarjana yang berminat menjadi wirausahawan. Selebihnya 83,18 persen lebih berminat menjadi pegawai. Hal ini menjadi sebuah fenomena yang semakin mengkhawatirkan karena membuktikan bahwa pola pikir para sarjana umumnya berorientasi menjadi pegawai negeri atau karyawan swasta, padahal lapangan kerja baik di swasta dan negeri sangat terbatas dibanding angkatan kerja. Sistem Pendidikan di Indonesia justru melahirkan para pencari kerja baru, bukan pencipta lapangan kerja. Mindset (pola pikir) kaum intelek mesti di revitalisasi agar terpola menjadi job creator ketimbang menjadi job seeker. Target program nasional pada 2014 mendatang terpenuhi, minimal 2,5 persen dari jumlah penduduk di Indonesia adalah berwirausaha. Mindset mahasiswa harus diubah dari pencari menjadi pencipta kerja Kata Kunci: Mindset, Pencari Kerja, Pencipta Kerja, Kewirausahaan Pendahuluan Setiap manusia membutuhkan makanan, minuman, tempat tinggal, * ) Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 1

description

Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta KerjaSetiap tahunnya angka pengangguran terus bertambah. Memasuki 2011 pengangguran terbuka sekarang sebesar 9,25 juta jiwa, sedangkan data pengangguran terdidik menunjukkan kecenderungan semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Hasil penelitian dan riset Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa hanya sekira 6,12 persen lulusan sarjana yang berminat menjadi wirausahawan. Selebihnya 83,18 persen lebih berminat menjadi pegawai. Hal ini menjadi sebuah fenomena yang semakin mengkhawatirkan karena membuktikan bahwa pola pikir para sarjana umumnya berorientasi menjadi pegawai negeri atau karyawan swasta, padahal lapangan kerja baik di swasta dan negeri sangat terbatas dibanding angkatan kerja. Sistem Pendidikan di Indonesia justru melahirkan para pencari kerja baru, bukan pencipta lapangan kerja. Mindset (pola pikir) kaum intelek mesti di revitalisasi agar terpola menjadi job creator ketimbang menjadi job seeker. Target program nasional pada 2014 mendatang terpenuhi, minimal 2,5 persen dari jumlah penduduk di Indonesia adalah berwirausaha. Mindset mahasiswa harus diubah dari pencari menjadi pencipta kerja

Transcript of Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

Page 1: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

STRATEGI REVITALISASI MINDSET PENCARI KERJA (Job Seeker)

KEPADA PENCIPTA KERJA (Job Creator)

Ricky Ekaputra Foeh*)

Abstrak

Setiap tahunnya angka pengangguran terus bertambah. Memasuki 2011 pengangguran terbuka sekarang

sebesar 9,25 juta jiwa, sedangkan data pengangguran terdidik menunjukkan kecenderungan semakin

meningkat dari tahun ke tahunnya. Hasil penelitian dan riset Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha,

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

hanya sekira 6,12 persen lulusan sarjana yang berminat menjadi wirausahawan. Selebihnya 83,18 persen

lebih berminat menjadi pegawai. Hal ini menjadi sebuah fenomena yang semakin mengkhawatirkan karena

membuktikan bahwa pola pikir para sarjana umumnya berorientasi menjadi pegawai negeri atau karyawan

swasta, padahal lapangan kerja baik di swasta dan negeri sangat terbatas dibanding angkatan kerja. Sistem

Pendidikan di Indonesia justru melahirkan para pencari kerja baru, bukan pencipta lapangan kerja. Mindset

(pola pikir) kaum intelek mesti di revitalisasi agar terpola menjadi job creator ketimbang menjadi job

seeker. Target program nasional pada 2014 mendatang terpenuhi, minimal 2,5 persen dari jumlah penduduk

di Indonesia adalah berwirausaha. Mindset mahasiswa harus diubah dari pencari menjadi pencipta kerja

Kata Kunci: Mindset, Pencari Kerja, Pencipta Kerja, Kewirausahaan

Pendahuluan

Setiap manusia membutuhkan

makanan, minuman, tempat tinggal,

kepuasan dan kebutuhan fisik lainnya

selain dari kebutuhan akan rasa aman dan

perlindungan dari gangguan fisik dan

emosional yang merugikan. Untuk

memenuhi akan semua kebutuhan tersebut

seseorang harus bekerja. Lewat pekerjaan

ada upah yang diterima. Pekerjaan yang

dilakukan dapat melalui sektor formal

yang mana adalah kegiatan usaha yang

berlangsung secara formal kelembagaan

seperti pada kantor kantor pemerintahan,

perusahaan, dan badan usaha, sedangkan

sector informal di identikan dengan usaha

mikro, kecil dan menengah.

Hasil Survei Sosial Ekonomi

Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) menyebutkan bahwa

jumlah penduduk Indonesia pada akhir

2011 sekitar 118,6 juta orang atau 69%

dari penduduk  usia kerja diproyeksikan

akan memasuki pasar kerja, suatu jumlah

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 1

Page 2: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

yang sangat mengkhawatirkan melihat

kemampuan ekonomi Indonesia saat ini. 

Angkatan kerja yang menganggur

diperkirakan mencapai sekitar 7,5 juta

orang atau 6,4% dari angkatan kerja. 

Bahkan mereka yang lulus perguruan

tinggi semakin sulit mendapatkan

pekerjaan, karena tidak banyak terjadi

ekspansi kegiatan usaha. Dalam keadaan

seperti ini maka masalah pengangguran

termasuk yang berpendidikan tinggi akan

berdampak negatif terhadap stabilitas

sosial dan kemasyarakatan.

Fenomena yang muncul adalah

banyaknya lulusan perguruan tinggi yang

lebih memilih menjadi pegawai

negeri/karyawan swasta (employee)

ketimbang membuka lapangan kerja.

Sikap mandiri dengan tidak

menggantungkan harapan untuk bekerja

kantoran, atau menjadi Pegawai/karyawan

(employee), tampaknya belum akrab

dalam benak sebagian besar para calon

sarjana. Mereka berasumsi bahwa ketika

lulus kuliah, kemudian mendapat

pekerjaan kantoran, atau menjadi

Pegawai/karyawan (employee), akan

menjamin masa depan mereka kelak.

Padahal kesempatan kerja pada organisasi

pemerintahan hanya dibuka setiap tahun,

bagi mereka yang berminat menjadi PNS

dengan tujuan untuk mengisi lowongan

mereka yang telah pensiun, meninggal

dunia atau keluar dari pekerjaannya.

Jumlah lowongan yang tersedia sangat

sedikit jika dibandingkan dengan jumlah

yang melamar. Hal ini mendorong adanya

persaingan yang sangat ketat diantara para

peserta tes. Semuanya berlomba menjadi

yang terbaik agar direkrut. Bagi mereka

yang tidak lulus tes akan menambah

deretan jumlah angkatan kerja yang

semakin bertambah dan bertambah.

Kenyataan bahwa sebagian besar

lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih

sebagai pencari kerja (job seeker) daripada

pencipta lapangan pekerjaan (job creator)

merupakan salah satu penyebab tingginya

angka pengangguran berpendidikan tinggi.

Hal ini dimungkinkan karena sistem

pembelajaran yang diterapkan di

perguruan tinggi saat ini lebih terfokus

pada bagaimana menyiapkan para

mahasiswa yang cepat lulus dan

mendapatkan pekerjaan, bukan sebagai

lulusan yang siap bekerja dengan

menciptakan pekerjaan. Selain itu secara

umum aktivitas kewirausahaan

(Entrepreneurial Activity) mahasiswa

relatif masih rendah. Entrepreneurial

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 2

Page 3: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

Activity diterjemahkan sebagai individu

aktif dalam memulai bisnis baru dan

dinyatakan dalam persen total penduduk

aktif bekerja. Semakin tinggi indek

Entrepreneurial Activity, maka semakin

tinggi level entrepreneurship suatu negara

(Boulton dan Turner, 2005). 

Kementerian Koperasi dan UKM

menyatakan, bahwa populasi wirausaha di

Indonesia ternyata masih terbilang rendah.

Dari jumlah penduduk yang mencapai 200

juta lebih, jumlah wirausaha baru di

Indonesia baru mencapai 400 ribu orang

atau sekitar 0,2%.  Idealnya, jumlah

wirausaha mencapai 2% atau 4,8 juta

orang.

Pilihan yang diambil tidaklah

keliru, tetapi juga tidak sepenuhnya benar.

Coba kita tanya kepada para mahasiswa,

para calon sarjana tentang rencana mereka

setelah lulus kuliah nanti. Akan muncul

berbagai jawaban praktis-pragmatis yaitu

“mencari kerja”., jika kita cermati lebih

jauh hal ini menyiratkan sebuah

ketidakpastian. Apakah kita lantas

membiarkan mereka terus berusaha

mencari pekerjaan, karena, mencari adalah

sama dengan belum menemukan sesuatu.

Proses mencari tentu memakan waktu

yang tidak menentu.

Fakta menunjukkan pilihan yang

diambil oleh sebagian besar lulusan kita

saat ini lebih banyak menciptakan

pengangguran dibandingkan

meningkatkan jumlah lapangan kerja.

Sebagai akibat dari belum pulihnya iklim

investasi, terbatas peluang kerja, dan

bertambahnya angkatan kerja baru dari

pendidikan diploma dan sarjana sebesar

1,5 juta jiwa hingga 2 juta jiwa per

tahunnya maka tidak mengherankan

jumlah pengangguran terus bertambah

setiap tahunnya.

Sudah saatnya, kita perlu

merevitalisasi mindset (pola pikir) para

lulusan perguruan tinggi dari mereka yang

berpikir sebagai pencari kerja menjadi

seorang yang berpikir untuk menjadi

pencipta kerja. Semangat kewirausahaan

harus ditanamkan dalam diri generasi

bangsa kita sejak dini. Sikap keragu-

raguan, untuk berpindah dari kuadran

“employee” ke kuadran

“pengusaha/pemilik usaha” harus

dihilangkan. Kendati untuk memulai

suatu usaha membutuhkan setidaknya

keberanian untuk mengexplorasi ide bisnis

dan menjadikannya bernilai.

Pola pikir yang kita anut selama ini

harus diperbaiki secara tepat antara lain:

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 3

Page 4: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

1) Tidak mempunyai keyakinan,

gantikan dengan sebuah

keyakinan yang kokoh untuk

menjadi yang terbaik

2) Tidak mempunyai tujuan hidup

yang jelas, gantikan dengan

menetapkan tujuan hidup yang

jelas dan mantap

3) Tidak mempunyai strategi yang

ampuh mengatasi kesulitan

hidup, gantikan dengan belajar

dari orang lain dan berpikirlah

secara komprehensif untuk

mengatasi setiap persoalan

yang dihadapi

4) Tidak mempunyai rencana

yang realistic, gantikan dengan

tetapkan rencana yang masuk

akal untuk dapat dicapai dalam

kurun waktu tertentu dengan

cara yang elegan.

Untuk menumbuhkembangkan

jiwa kewirausahaan dan meningkatkan

aktivitas kewirausahaan agar para lulusan

perguruan tinggi lebih menjadi pencipta

lapangan kerja dari pada pencari kerja,

maka diperlukan suatu usaha nyata.

Berbagai kebijakan dan program untuk

mendukung terciptanya lulusan perguruan

tinggi yang lebih siap bekerja dan

menciptakan pekerjaan. Program Magang

Kewirausahaan (MKU), Kuliah Kerja

Usaha (KKU), Kuliah Kewirausahaan

(KWU), Program Kreativitas Mahasiswa

(PKM), telah banyak menghasilkan alumni

yang terbukti lebih kompetitif di dunia

kerja, dan hasil-hasil karya invosi

mahasiswa melalui PKM potensial untuk

ditindaklanjuti secara komersial menjadi

sebuah embrio bisnis berbasis Ilmu

Pengetahuan, Teknologi dan Seni (Ipteks).

Wirausaha dan Kewirausahaan

Banyaknya jumlah pengangguran

ini tak lepas dari paradigma berpikir

(mindset) generasi muda yang rata-rata

ingin menjadi pegawai, sementara

ketersediaan lapangan kerja di sektor

formal sangat terbatas. Hal ini sangat

disayangkan, mengingat kemampuan dan

kreativitas generasi muda saat ini sangat

tinggi dan memiliki potensi untuk

dikembangkan.

Menurut David McClelland,

untuk menjadi negara maju dan makmur,

minimal jumlah wirausaha yang

dibutuhkan adalah 2% dari total jumlah

penduduk. Amerika Serikat, tahun 2007

memiliki 11,5% entrepreneur, Singapura

pada tahun 2005 memiliki 7,2 %

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 4

Page 5: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

entrepreneur, sedangkan Indonesia hanya

memiliki 0,18% entrepreneur.

Untuk menjadi sebuah negara

maju, Indonesia perlu menambah lagi

jumlah pengusaha minimal dua persen dari

total penduduk. Peran sektor swasta ikut

menentukan kemajuan bangsa. Jumlah

usahawan di Indonesia saat ini masih 0,18

persen dan ini harus ditingkatkan minimal

dua persen dari total penduduknya guna

menuju negara maju.

Dalam pandangan penulis,

wirausaha adalah seseorang yang

mengkombinasikan sumber daya, tenaga

kerja, material dan aset-aset lain sehingga

nilainya menjadi lebih tinggi dari

sebelumnya.

Berwirausaha berarti menciptakan

sesuatu yang tidak ada menjadi ada dan

bermakna bagi manusia melalui tindakan

kreatif dan inovatif. Wirausahawan

cenderung menggunakan energinya untuk

melakukan dan membangun suatu

kegiatan. Seorang wirausahawan yang

tahu bagaimana menemukan sesuatu,

merangkai, dan mengendalikan sumber-

sumber (yang kadang-kadang dimiliki oleh

orang lain) untuk mewujudkan tujuannya.

Pandangan penulis ini di pertegas

dengan pandangan Richard Cantillon

(1775) tentang Kewirausahaan yang

didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-

employment). Seorang wirausahawan

membeli barang saat ini pada harga

tertentu dan menjualnya pada masa yang

akan datang dengan harga tidak menentu.

Frank Knight (1921)

mendefinisikan wirausahawan mencoba

untuk memprediksi dan menyikapi

perubahan pasar. Definisi ini menekankan

pada peranan wirausahawan dalam

menghadapi ketidakpastian pada dinamika

pasar. Seorang wirausahawan disyaratkan

untuk melaksanakan fungsi-fungsi

manajerial mendasar seperti pengarahan

dan pengawasan.

Joseph Schumpeter (1934),

memberikan arti Wirausahawan adalah

seorang inovator yang

mengimplementasikan perubahan

perubahan di dalam pasar melalui

kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi

baru tersebut bisa dalam bentuk (1)

memperkenalkan produk baru atau dengan

kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda

produksi baru, (3) membuka pasar yang

baru (new market), (4) Memperoleh

sumber pasokan baru dari bahan atau

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 5

Page 6: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

komponen baru, atau (5) menjalankan

organisasi baru pada suatu industri.

Schumpeter mengkaitkan wirausaha

dengan konsep inovasi yang diterapkan

dalam konteks bisnis serta

mengkaitkannya dengan kombinasi

sumber daya.

Penrose (1963), berujar bahwa

Kegiatan kewirausahaan mencakup

indentifikasi peluang-peluang di dalam

system ekonomi. Kapasitas atau

kemampuan manajerial berbeda dengan

kapasitas kewirausahaan.

Harvey Leibenstein (1968),

Kewirausahaan mencakup kegiatan-

kegiatann yang dibutuhkan untuk

menciptakan atau melaksanakan

perusahaan pada saat semua pasar belum

terbentuk atau belum teridentifikasi

dengan jelas, atau komponen fungsi

produksinya belum diketahui sepenuhnya.

Peter F. Drucker, berpendapat

bahwa Kewirausahaan merupakan

kemampuan dalam menciptakan sesuatu

yang baru dan berbeda. Pengertian ini

mengandung maksud bahwa seorang

wirausahan adalah orang yang memiliki

kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang baru, berbeda dari yang lain. Atau

mampu menciptakan sesuatu yang berbeda

dengan yang sudah ada sebelumnya.

Zimmerer dan Scarborough,

berpendapat kewirausahaan sebagai suatu

proses penerapan kreativitas dan inovasi

dalam memecahkan persoalan dan

menemukan peluang untuk memperbaiki

kehidupan (usaha).

Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik

dari berbagai pengertian tersebut adalah

bahwa

1. Seorang wirausahawan selalu

diharuskan menghadapi resiko atau

peluang yang muncul, serta sering

dikaitkan dengan tindakan yang

kreatif dan innovatif.

Wirausahawan adalah orang yang

merubah nilai sumber daya, tenaga

kerja, bahan dan faktor produksi

lainnya menjadi lebih besar

daripada sebelumnya dan juga

orang yang melakukan perubahan,

inovasi dan cara-cara baru. Selain

itu, seorang wirausahawan

menjalankan peranan manajerial

dalam kegiatannya, tetapi

manajemen rutin pada operasi yang

sedang berjalan tidak digolongkan

sebagai kewirausahaan. Seorang

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 6

Page 7: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

individu mungkin menunjukkan

fungsi.

2. Kewirausahaan dipandang sebagai

fungsi yang mencakup eksploitasi

peluangpeluang yang muncul di

pasar. Eksploitasi tersebut sebagian

besar berhubungan dengan

pengarahan dan atau kombinasi

input yang produktif.

kewirausahaan ketika membentuk

sebuah organisasi, tetapi

selanjutnya menjalankan fungsi

manajerial tanpa menjalankan

fungsi kewirausahaannya. Jadi

kewirausahaan bias bersifat

sementara atau kondisional.

Kewirausahaan adalah proses

penciptaan sesuatu yang berbeda

nilainya dengan menggunakan

usaha dan waktu yang diperlukan,

memikul resiko finansial, psikologi

dan sosial yang menyertainya, serta

menerima balas jasa moneter dan

kepuasan pribadi.

Ciri-ciri dan Sifat Kewirausahaan

Untuk dapat mencapai tujuan yang

diharapkan, maka setiap orang

memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki

sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri

seorang wirausaha adalah:

Memiliki Rasa Percaya diri

Selalu Berorientasikan tugas dan

hasil

Seorang Pengambil risiko

Memiliki sikap Kepemimpinan

Keorisinilan dalam usaha

Selalu Berorientasi ke masa depan

Memiliki kejujuran dan ketekunan

Sifat-sifat seorang wirausaha adalah:

Memiliki sifat keyakinan,

kemandirian, individualitas,

optimisme.

Selalu berusaha untuk berprestasi,

berorientasi pada laba, memiliki

ketekunan dan ketabahan, memiliki

tekad yang kuat, suka bekerja

keras, energik ddan memiliki

inisiatif.

Memiliki kemampuan mengambil

risiko dan suka pada tantangan.

Bertingkah laku sebagai pemimpin,

dapat bergaul dengan orang lain

dan suka terhadap saran dan kritik

yang membangun.

Memiliki inovasi dan kreativitas

tinggi, fleksibel, serba bisa dan

memiliki jaringan bisnis yang luas.

Memiliki persepsi dan cara

pandang yang berorientasi pada

masa depan.

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 7

Page 8: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

Memiliki keyakinan bahwa hidup

itu sama dengan kerja keras.

Tahap-tahap kewirausahaan

Secara umum ada beberapa tahap-

tahap dalam melakukan wirausaha:

Tahap memulai; Tahap di mana

seseorang yang berniat untuk melakukan

usaha mempersiapkan segala sesuatu yang

diperlukan, diawali dengan melihat

peluang usaha baru yang mungkin apakah

membuka usaha baru, melakukan akuisisi,

atau melakukan ‘’franchising’’. Tahap ini

juga memilih jenis usaha yang akan

dilakukan apakah di bidang pertanian,

industri, atau jasa.

Tahap melaksanakan usaha;

Dalam tahap ini seorang wirausahawan

mengelola berbagai aspek yang terkait

dengan usahanya, mencakup aspek-aspek:

pembiayaan, SDM, kepemilikan,

organisasi, kepemimpinan yang meliputi

bagaimana mengambil risiko dan

mengambil keputusan, pemasaran, dan

melakukan evaluasi.

Tahap mempertahankan usaha;

Tahap di mana wirausahawan berdasarkan

hasil yang telah dicapai melakukan

analisis perkembangan yang dicapai untuk

ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang

dihadapi.

Tahap mengembangkan usaha;

Tahap di mana jika hasil yang diperoleh

tergolong positif atau mengalami

perkembangan atau dapat bertahan maka

perluasan usaha menjadi salah satu pilihan

yang mungkin diambil.

Sikap wirausaha

Dari daftar ciri dan sifat watak seorang

wirausahawan di atas, dapat kita

identifikasi sikap seorang wirausahawan

yang dapat diangkat dari kegiatannya

sehari-hari, sebagai berikut:

Disiplin; dalam melaksanakan

kegiatannya, seorang

wirausahawan harus memiliki

kedisiplinan yang tinggi. Arti dari

kata disiplin itu sendiri adalah

ketepatan komitmen wirausahawan

terhadap tugas dan pekerjaannya.

Ketepatan yang dimaksud bersifat

menyeluruh, yaitu ketepatan

terhadap waktu, kualitas pekerjaan,

sistem kerja dan sebagainya.

Ketepatan terhadap waktu, dapat

dibina dalam diri seseorang dengan

berusaha menyelesaikan pekerjaan

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 8

Page 9: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

sesuai dengan waktu yang

direncanakan. Sifat sering

menunda pekerjaan dengan

berbagai macam alasan, adalah

kendala yang dapat menghambat

seorang wirausahawan meraih

keberhasilan. Kedisiplinan

terhadap komitmen akan kualitas

pekerjaan dapat dibina dengan

ketaatan wirausahawan akan

komitmen tersebut. Wirausahawan

harus taat azas. Hal tersebut akan

dapat tercapai jika wirausahawan

memiliki kedisiplinan yang tinggi

terhadap sistem kerja yang telah

ditetapkan. Ketaatan wirausahawan

akan kesepakatan-kesepakatan

yang dibuatnya adalah contoh dari

kedisiplinan akan kualitas

pekerjaan dan sistem kerja.

Komitmen Tinggi; Komitmen

adalah kesepakatan mengenai

sesuatu hal yang dibuat oleh

seseorang, baik terhadap dirinya

sendiri maupun orang lain. Dalam

melaksanakan kegiatannya,

seorang wirausahawan harus

memiliki komitmen yang jelas,

terarah dan bersifat progresif

(berorientasi pada kemajuan.

Komitmen terhadap dirinya sendiri

dapat dibuat dengan identifikasi

cita-cita, harapan dan target-target

yang direncanakan dalam

hidupnya. Sedangkan contoh

komitmen wirausahawan terhadap

orang lain terutama konsumennya

adalah pelayanan prima yang

berorientasi pada kepuasan

konsumen, kualitas produk yang

sesuai dengan harga produk yang

ditawarkan, penyelesaian bagi

masalah konsumen, dan

sebagainya.Seorang wirausahawan

yang teguh menjaga komitmennya

terhadapkonsumen, akan memiliki

nama baik di mata konsumen yang

akhirnya wirausahawan tersebut

akan mendapatkan kepercayaan

dari konsumen, dengan dampak

pembelian terus meningkat

sehingga pada akhirnya tercapai

target perusahaan yaitu

memperoleh laba yang diharapkan.

Jujur; Kejujuran merupakan

landasan moral yang kadang-

kadang dilupakan oleh seorang

wirausahawan. Kejujuran dalam

berperilaku bersifat kompleks.

Kejujuran mengenai karakteristik

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 9

Page 10: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

produk (barang dan jasa) yang

ditawarkan, kejujuran mengenai

promosi yang dilakukan, kejujuran

mengenai pelayanan purnajual

yang dijanjikan dan kejujuran

mengenai segala kegiatan yang

terkait dengan penjualan produk

yang dilakukan olehwirausahawan.

Kreatif dan Inovatif; Untuk

memenangkan persaingan, maka

seorang wirausahawan harus

memiliki daya kreativitas yang

tinggi. Daya kreativitas tersebut

sebaiknya dilandasi oleh cara

berpikir yang maju, penuh dengan

gagasan-gagasan baru yang

berbeda dengan produk-produk

yang telah ada selama ini di pasar.

Gagasan-gagasan yang kreatif

umumnya tidak dapat dibatasi oleh

ruang, bentuk ataupun waktu.

Justru seringkali ide-ide jenius

yangmemberikan terobosan-

terobosan baru dalam dunia usaha

awalnya adalah dilandasi oleh

gagasan-gagasan kreatif yang

kelihatannya mustahil.

Mandiri; Seseorang dikatakan

“mandiri” apabila orang tersebut

dapat melakukan keinginan dengan

baik tanpa adanya ketergantungan

pihak lain dalammengambil

keputusan atau bertindak, termasuk

mencukupi kebutuhan hidupnya,

tanpa adanya ketergantungan

dengan pihak lain. Kemandirian

merupakan sifat mutlak yang harus

dimiliki oleh seorang

wirausahawan. Pada prinsipnya

seorang wirausahawan harus

memiliki sikap mandiri dalam

memenuhi kegiatan usahanya.

Realistis; Seseorang dikatakan

realistis bila orang tersebut mampu

menggunakan fakta/realita sebagai

landasan berpikir yang rasional

dalam setiap pengambilan

keputusan maupun tindakan/

perbuatannya. Banyak seorang

calon wirausahawan yang

berpotensi tinggi, namun pada

akhirnya mengalami kegagalan

hanya karena wirausahawan

tersebut tidak realistis, obyektif

dan rasional dalam pengambilan

keputusan bisnisnya. Karena itu

dibutuhkan kecerdasan dalam

melakukan seleksi terhadap

masukan-masukan/ sumbang saran

yang ada keterkaitan erat dengan

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 10

Page 11: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

tingkat keberhasilan usaha yang

sedang dirintis.

Faktor Kegagalan Dalam Wirausaha

Menurut Zimmerer dan Scarborough

(2008) ada beberapa faktor yang

menyebabkan wirausaha gagal dalam

menjalankan usaha barunya:

Tidak kompeten dalam manajerial.

Tidak kompeten atau tidak

memiliki kemampuan dan

pengetahuan mengelola usaha

merupakan faktor penyebab utama

yang membuat perusahaan kurang

berhasil.

Kurang berpengalaman baik dalam

kemampuan mengkoordinasikan,

keterampilan mengelola sumber

daya manusia, maupun

kemampuan mengintegrasikan

operasi perusahaan.

Kurang dapat mengendalikan

keuangan. Agar perusahaan dapat

berhasil dengan baik, faktor yang

paling utama dalam keuangan

adalah memelihara aliran kas.

Mengatur pengeluaran dan

penerimaan secara cermat.

Kekeliruan memelihara aliran kas

menyebabkan operasional

perusahan dan mengakibatkan

perusahaan tidak lancar.

Gagal dalam perencanaan.

Perencanaan merupakan titik awal

dari suatu kegiatan, sekali gagal

dalam perencanaan maka akan

mengalami kesulitan dalam

pelaksanaan.

Lokasi yang kurang memadai.

Lokasi usaha yang strategis

merupakan faktor yang

menentukan keberhasilan usaha.

Lokasi yang tidak strategis dapat

mengakibatkan perusahaan sukar

beroperasi karena kurang efisien.

Kurangnya pengawasan peralatan.

Pengawasan erat berhubungan

dengan efisiensi dan efektivitas.

Kurang pengawasan

mengakibatkan penggunaan alat

tidak efisien dan tidak efektif.

Sikap yang kurang sungguh-

sungguh dalam berusaha. Sikap

yang setengah-setengah terhadap

usaha akan mengakibatkan usaha

yang dilakukan menjadi labil dan

gagal. Dengan sikap setengah hati,

kemungkinan gagal menjadi besar.

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 11

Page 12: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

Ketidakmampuan dalam

melakukan peralihan/transisi

kewirausahaan. Wirausaha yang

kurang siap menghadapi dan

melakukan perubahan, tidak akan

menjadi wirausaha yang berhasil.

Keberhasilan dalam berwirausaha

hanya bisa diperoleh apabila berani

mengadakan perubahan dan

mampu membuat peralihan setiap

waktu.

Lulusan Perguruan Tinggi dan

Kewirausahaan

Secara etimologi, kewirausahaan

merupakan nilai yang diperlukan untuk

memulai suatu usaha (startupphase) atau

suatu proses dalam mengerjakan suatu yang

baru (creative) dan sesuatu yang berbeda

(innovate). Oleh karena itu diharapkan

setiap lulusan perguruan tinggi mempunyai

sikap, semangat, sikap, perilaku dan/atau

yang mengarah pada upaya mencari,

menciptakan, dan menerapkan cara kerja,

teknologi dan produk baru untuk

meningkatkan efisiensi dalam rangka

memberikan pelayanan yang lebih baik

dan/atau memperoleh keuntungan yang

lebih besar. Dengan kata lain,

kewirausahaan juga merupakan

pengetahuan tentang nilai, jiwa, sikap dan

tindakan yang dilandasi oleh semangat

added value, sehingga tercermin dalam

berpikir, bersikap dan bertindak yang

mengutamakan inovasi, kreativitas dan

kemandirian.

Mengapa di Perguruan Tinggi

perlu melakukan pengembangan jiwa

kewirausahaan kepada para mahasiswa?

Hal itu terkait dengan Keengganan lulusan

perguruan tinggi memilih menjadi

wirausahawan. Salah satu factor

penyebabnya adalah karena terjebak dalam

mitos yang terbentuk dan berkembang

dalam masyarakat kita bahwa diperlukan

modal yang besar untuk memulai suatu

usaha, padahal tidak demikian adanya.

Memang benar bahwa semua usaha

membutuhkan modal untuk bisa berjalan;

juga benar bahwa banyak bisnis jatuh

karena tidak didukung keuangan yang

memadai. Namun ketidakmampuan

manajemen, lemahnya pemahaman

terhadap persoalan keuangan; investasi

yang buruk dan perencanaan yang jelek

adalah sejumlah variabel yang

menentukan jatuh bangunnya sebuah

usaha. Banyak wirausahawan sukses

berhasil mengatasi persoalan kekurangan

uang dalam menjalankan usahanya dengan

cara yang elegan. Bahkan ada

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 12

Page 13: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

wirausahawan yang sanggup memulai

usaha dengan kemungkinan berhasil 98%

(Tung Desem Waringin, 2005).

Pengembangan jiwa kewirausahaan

bagi mahasiswa Perguruan Tinggi

dimaksudkan untuk memberikan bekal

kepada mahasiswa agar mahasiswa/alumni

memiliki pola pikir, pola sikap dan pola

tindak yang mengutamakan inovasi,

kreativitas dan kemandirian.

Tujuan pembelajaran kewirausahaan

di perguruan tinggi adalah bagaimana

mentransformasikan jiwa, sikap dan perilaku

wirausaha dari kelompok business

entrepreneur yang dapat menjadi bahan

dasar guna merambah lingkungan

entrepreneur lainnya, yakni academic,

govenrment dan social entrepreneur.

Desain pembelajaran yang

diberikan adalah pembelajaran yang

berorientasi atau diarahkan untuk

menghasilkan business entrepreneur

terutama yang menjadi owner entrepreneur

atau calon wirausaha mandiri yang mampu

mendirikan, memiliki dan mengelola

perusahaan serta dapat memasuki dunia

bisnis dan dunia industri secara profesional.

Karenanya pola dasar pembelajaran harus

sistemik, yang di dalamnya memuat aspek-

aspek teori, praktek dan implementasi. Di

samping itu dalam pelaksanaan

pembelajaran hendaknya disertai

operasionalisasi pendidikan yang relatif utuh

menyeluruh seperti pelatihan, bimbingan,

pembinaan, konsultasi dan sebagainya.

Catatan penting yang perlu diingat

adalah bahwa pendidikan kewirausahaan

tidak cukup hanya diadakan dalam kelas

berbentuk perkuliahan saja, melainkan harus

memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk merasakan langsung bagaimana

sulitnya memulai suatu usaha,

menjalankannya, dan juga memperoleh

kesempatan untuk mengamati seorang role

model, yaitu wirausaha yang menjalankan

usahanya dalam bentuk pemagangan.

Strategi Perubahan Mindset Lulusan

Perguruan Tinggi dari Job Seeker

menjadi Job creator

Setiap Perguruan tinggi harus bisa

melahirkan mahasiswa yang kreatif. 

Pentingnya menciptalan Fleksibilitas

dalam belajar di perguruan tinggi akan

ikut mendorong lahirnya kreativitas dan

inovasi bagi setiap lulusannya.

Pendidikan kewirausahaan di

perguruan tinggi bertujuan untuk

membentuk manusia secara utuh (holistik),

sebagai insan yang memiliki karakter,

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 13

Page 14: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

pemahaman dan ketrampilan sebagai

wirausaha. Pendidikan kewirausahaan

dapat diimplementasikan secara terpadu

dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang

dilakukan oleh dosen dan mahasiswa

secara bersama-sama dalam komunitas

pendidikan sehingga diharapkan akan

menciptakan mindset sebagai seorang

pencipta kerja (job creator). Berikut ini

adalah strategi mengubah Mindset Lulusan

Perguruan Tinggi dari Job Seeker menjadi

Job creator;

1. Keluarga Membangun Kultur

berwirausaha

Kultur (budaya) berwirausaha

suatu keluarga atau suku atau

golongan bahkan bangsa sangat

berpengaruh terhadap kemunculan

wirausaha-wirausaha baru yang

tangguh. Kultur berwirausaha tidak

dapat ditanamkan dalam sekejap.

Memerlukan waktu cukup banyak

untuk membangun kultur

kewirausahaan  Setiap keluarga

harus menanamkan jiwa wirausaha

sejak dini dalam diri anak-anak

mereka. 

Kultur beberapa suku di Indonesia

memang mengagungkan profesi

wirausaha sehingga banyak

wirausaha tangguh yang berasal

dari suku tersebut.  Namun secara

umum kultur masyarakat Indonesia

masih mengagungkan profesi yang

relatif “tanpa resiko” misalnya

menjadi pegawai negeri, bekerja di

perusahaan besar. Pilihan lebih

banyak berada para kuadran kanan

(Employee. Lihat. Robert

Kiyosaki).

2. Penciptaan Iklim Usaha

Era krisis moneter yang melanda

Indonesia awal tahun 1997

menyebabkan banyak industri

besar tumbang, usaha skala kecil

sulit tumbuh.  Hal ini membuat

pemerintah Indonesia kebingungan

mengatasinya dikarenakan

berkaitan dengan timpangnya

struktur usaha (industri) yang

terlalu memihak pada industri

besar. 

Peran pemerintah ini juga bukan

pada pemberian modal, tetapi lebih

pada membina kemampuan

industri kecil dan membuat suatu

kondisi yang mendorong

kemampuan industri kecil dalam

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 14

Page 15: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

mengakses modal, (Pardede,

2000).  Atau dengan kata lain,

pemerintah harus membina

kemampuan industri kecil dalam

menghitung modal optimum yang

diperlukan, kemampuan menyusun

suatu proposal pendanaan ke

lembaga-lembaga pemberi modal,

serta mengeluarkan kebijakan atau

peraturan yang lebih memihak

industri kecil dalam pemberian

kredit.

3. Pembenahan Dunia Pendidikan

Pola pikir para sarjana yang

umumnya masih berorientasi untuk

menjadi karyawan harus diubah.

Oleh Karena itu peran lembaga

pendidikan sebagai pusat inkubasi

pembentukan manusia Indonesia

seutuhnya, perlu di tata kembali.

Struktur kurikulum kita yang

cenderung menghasil lulusan yang

‘siap pakai’ bukan lulusan yang

‘siap menghasilkan’.

4. Optimalisasi Balai Pelatihan

Kewirusahaan

Mengoptimalkan balai latihan kerja

(BLK). Dengan pengoptimalan

BLK maka, kekurangan daya serap

perguruan tinggi bisa diantisipasi.

Disebutkannya, saat ini BLK

belum begitu termanfaatkan untuk

mengatasi pengangguran. Begitu

pula dengan BLK-BLK, banyak

yang belum berkembang dengan

baik terutama dalam penyerapan

para lulusan untuk masuk ke dunia

kerja. "Saat ini, yang saya lihat

belum ada perhatian pemerintah

untuk pembenahan kearah itu,

5. Peningkatan akses modal

Pemerintah melalui lembaga

perbankan dan keuangan diminta

membuka akses modal bagi calon

wirausaha, karena selama ini

mereka masih kesulitan

mendapatkannya untuk

meningkatkan taraf hidup.

6. Pendampingan calon wirausaha

Satu hal yang tidak kalah

pentingnya adalah pendampingan

yang dilakukan oleh lembaga

swadaya masyarakat, perbankan,

konsultan, dan stakeholder lainnya

sehingga memberikan kemudahan

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 15

Page 16: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

serta pencerahan bagi para calon

wirausaha. Seringkali lemahnya

pendampingan mengakibatkan

modal usaha yang telah dibagikan

kepada calon wirausaha, tidak

terpakai dengan baik. Para calon

wirausaha lebih sering melakukan

konsumsi terhadap modal yang

diberikan. Akibatnya, modal

mereka terpakai habis sedangkan

usaha belum dapat berjalan dengan

baik.

Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa ditarik adalah

bahwa kewirausahaan dipandang sebagai

fungsi yang mencakup eksploitasi peluang

peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi

tersebut sebagian besar berhubungan dengan

pengarahan dan atau kombinasi input yang

produktif. Seorang wirausahawan selalu

diharuskan menghadapi resiko atau peluang

yang muncul, serta sering dikaitkan dengan

tindakan yang kreatif dan innovatif.

Seperti yang telah kita ketahui

Indonesia masih sangat minim akan orang-

orang yang hendak mencari pendapatan

atau menggeluti bidang kewirausahaan

atau bisnis. Padahal bidang ini sangat

menjanjikan keuntungan besar apabila kita

mendalami dengan sungguh-sungguh.

Kewirausahaan sangat membantu

pemerintah dalam mengatasi masalah

pengangguran serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. membangun

semangat kewirausahaan yang tangguh

ditengah tengah masyarakat kita yang

masih mengantungkan harapan yang tinggi

pada pilihan menjadi karyawan seringkali

mengalami benturan. Jika kita

menginginkan system perekonomian yang

kuat maka mau tidak mau kita harus

berubah, dengan mengambil pilihan

sebagai seorang wirausaha. Integrasi

pendidikan kewirausahaan di perguruan

tinggi harus dapat dilaksanakan mulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi pembelajaran pada semua mata

kuliah. Pada tahap perencanaan, silabus

dan RPP dirancang agar muatan maupun

kegiatan pembelajarannya memfasilitasi

untuk mengintegrasikan nilai-nilai

kewirausahaan. Dengan proses yang

terintegrasi secara melekat mendorong

terjadinya perubahan mindset dikalangan

lulusan penguruan tinggi yang lebih

berorientasi pada penciptaan lapangan

kerja ketimbang mencari kerja setelah

lulus kuliah.

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 16

Page 17: Revitalisasi Mindset Lulusan Perguruan Tinggi dari Pencari Ke Pencipta Kerja

Daftar Rujukan

Aqila S (2010) Tips dan Trik mendapatkan

modal usaha & mengelolanya.

Penerbit Mitra Pelajar.Yogyakarta.

Edward. Dj (2009) Rahasia Sukses 25

Pengusaha UKM. Penerbit Gagas

Bisnis. Jakarta.

Kasmir (2009). Kewirausahaan. Penerbit

PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta

Kiyosaki Robert T. 2000. Rich Dad's

Cashflow Quadrant: Rich Dad's

Guide to Financial Freedom,

Bagian 2. Warner Books, USA

Nitisusastro M (2010). Kewirausahaan

dan Manajemen Usaha Kecil.

Penerbit Alfabeta, Bandung.

Pardede, F.R. 2000.  Analisis Kebijakan

Pengembangan Industri Kecil di

Indonesia.  Tesis Magister

Program Studi Teknik dan

Manajemen Industri.  Institut

Teknologi Bandung.

Prasetyo A.H (2010). Sukses Mengelola

Keuangan Usaha Mikro Kecil

Menengah. Penerbit Kompas

Gramedia, Jakarta.

Sumarsono S (2010). Kewirausahaan.

Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Syamsuddin MA & Susanta G (2009).

Cara Mudah Mendirikan dan

Mengelola UMKM. Penerbit Raih

Asia Sukses, Jakarta.

Tung Desem Waringin (2005). Financial

Revolution. Penerbit Gramedia

Pustaka, Jakarta.

Zimmerer T.W & Scarborough N.M

(2002). Pengantar Kewirausahaan

dan Manajemen Bisnis Kecil.

Pearson Education Asia Pte.Ltd,

Jakarta

*)Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undana Kupang NTT Page 17