Revitalisasi dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa...

8

Transcript of Revitalisasi dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa...

Page 1: Revitalisasi dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa ...unj.ac.id/bauk/wp-content/uploads/2015/09/Prosiding-Aktualisasi... · PKn Multikultural Berbasis Kearifan Lokal ... soal,
Page 2: Revitalisasi dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa ...unj.ac.id/bauk/wp-content/uploads/2015/09/Prosiding-Aktualisasi... · PKn Multikultural Berbasis Kearifan Lokal ... soal,

Revitalisasi dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa melalui PKn Multikultural Berbasis Kearifan Lokal ......................................... 307 Dra. Nurul Tluriah, M.Si

7 - !I-! :

Menempang Karakter Bangsa untnk Membangun hdonesiaku Ryus Qrdiman, M.Pd, Dra. w - . . 323

Peran Partai Politik Dalam Pembangunan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Politik ................................................................................... 329 Moh. Muchtarom, S.Ag.,M.Si

Page 3: Revitalisasi dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa ...unj.ac.id/bauk/wp-content/uploads/2015/09/Prosiding-Aktualisasi... · PKn Multikultural Berbasis Kearifan Lokal ... soal,

MENERoPoNG KARAKTER BANGsA r UNTUK MEMBANGUN INDONESIAKU

Yuyus Kardiman, M.Pd I

. When wealth is lost, nothing in lost Whep~ health $F kost, mmethng is last

When character is lost, everything is lost

(bila kekaym hilang9 b e l w a& s m w h yang hilang. Bila kcwhatan kil-

Bila k-r h i b g bwtl sqp

L 4 1 Jr*

Page 4: Revitalisasi dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa ...unj.ac.id/bauk/wp-content/uploads/2015/09/Prosiding-Aktualisasi... · PKn Multikultural Berbasis Kearifan Lokal ... soal,

dalam pelaksanaan kita sering di henyakkan dengan berbagai kasus mu1 soal, soal yang sudah ada jawabannya, jawaban melalui SMS berantai, kepala Sekol yang memberikan uang tip kepada pengawas Independen, ada tim suksesi UN di persekolahan, sampai-sampai seorang Kepala Dinas Daerah X yang terang-terang ata terselubung menghimbau kepada semua kepala sekolah untuk membantu siswa-siswany supaya lulus UN dengan a l w n supaya daerbqya t=-banyak yang tidak lulus, itu memalukan daerah terutama pejabat Daerah, 'sehinggiuF4 seolah hanya formalitas belaka tidak menjadi substansi peningkatan kualitas manusia pembodohan manusia.

Di tempat dan waktu yang lain, ketika musim penerimaan pegawai negeri datang para calo yang mengatakan dirinya dapatlbisa menjadikan seseorang lulus tes pegawa negeri sipil (PNS) baik dengan tes maupun tanpa tes sekalipun, dengan dal sangat kenal dekat bahkan orang kepercayaan seorang pejabat tertentu di begitu menjamur, asal siapa saja yang mau diurus oleh dirinya maa hams menyetork sejumlah dana yang tidak sedikit jumlahnya. tidak sedikit masyar meskipun banyak juga yang sukses artinya kejacjian itu memang benar- Bahkan penulis mendengar langsung bagaimana sebagian masyarakat baik di daer maupun di desa selalu memberikan komentar bahwa "memang sekarang j sogokan, kalau tidak begitu ya tidak bisa jadi PNS".

Tentunya fenomena pak Tani, abang Becak, kasus penyelewenga UN dan Kolus di penerimaan PNS seolah sudah menjadi tradisi bagi bangsa hi, yang mengkhawatirkan ha1 itu diyakini oleh sebagian masyarakat sudah menjadi budaya, yang tentunya ada konsep yang sama dari dua fenomena tersebut yaitu konsep ketidak jujuran. Sarna dmgm fenomena korupsi yang saat ini masih merajalela dan menjadi penyakit bangsa hi. Secara kasat mata dari beberapa fenomena di atas tentunya kita dapat melihat beberapa karakter yang muncul seperti karakter pasrah, tidak jujur, lemah, kurang sabar sehingga mengabil I jalan pintas. Hal sesuai dengan pendapat Muhtar Lubis (1986) bahwa ciri-ciri manusia , Indonesia adalah hipokrisis atau munafik, segan dan enggan bertanggung jawab atas I

perbuatannya, keputusannya, kelakukannya, dan p i k h y a , feodal, takhayul, artistik, lemiah, ' boros, kurang sabar cepat cemburu atau dengki, manusia sok, dan tukang tiru. Meskipton Muhtar Lubis juga melihat ada beberapa kelebihan manusia Indonesia yaitu manusia yang , memiliki kelebu& hati dan suka berdamai, serta manusia yang cepat belajar.

Soemarno Soedarsono (2010: 3-4) menyatakan bahwa terlebih pada saat ini, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita, telah lahir fmomena low m t y society dan kecenderungan perilaku self-destruction. Jika tidak segera dihentikan, fenomenrt dan perilaku seperti itu tentu dapat menggerogoti sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, bisa melumpafikan semua protensi bangsa sehingga akhirya sulit bergerak ke arah m'ewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia, yakni Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalarn kekokohan bangunan NKRI.

Definisi Karakter Sebelum lebih jauh kita membicarakan bagaimana membangun karakter bangsa ini, tentunya kita harus memahami terlebih dahulu secara mendasar apa itu karakter &XI

bagaimana karakter terbentuk serta untuk apa karakter bagi kehidupan.

Yuyus Kardiman & Hj. Etin Solihatin W 1

Page 5: Revitalisasi dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa ...unj.ac.id/bauk/wp-content/uploads/2015/09/Prosiding-Aktualisasi... · PKn Multikultural Berbasis Kearifan Lokal ... soal,

Karakter sering disebut juga "tabiat", atau "ciri khas", atau "watak" adalah merupakan konsep yang tidak jauh berbeda, semuanya menggambarkan konsep "perilaku" seseorang atau masyarakat yang memperlihatkan perbedaannya dengan orang lain, disertai rn penilaian dan pemberian label terhadap perilaku tersebut. Karakter yang baik menurut Maxwell (2001) lebih dari sekedar perkataan, melainkan sebuah pilihan yang membawa kesuksesan. l a bukan anugerah, malainkan dibangun sedikit demi sedikit, dengan pikiran, perkataan, perbuatan, kebiasaan, keberanian usaha kerja keras, dan bahkan dibentuk dari kesulitan hidup. Yb

Karakter (cnuractir smeorang berawa~ aari keb~asaan @bits), yaitu pengulangan bentuk perilaku yang sama oleh seseorang. Sebagai contoh, seseorang yang terbiasa berperilaku "bohong", maka akan disebut sebagai seorang "pembohong", begitu pula orang yang terbiasa berperilaku berderma, akan disebut "dermawan". Namun tentunya kebiasaan tersebut tidak akan muncul apabila tidak dimulainyadari suatu tindakan perilaku ' .' t#'i.\_ (action). Tindakan perilaku ini mengawali sebuah kebiasaan perilaku, dan apabila tindakan L < ini menimbulkan kenyamanan dalam hidupnya atau tidak menimbulkan dampak buruk bagi dirinya;meskipun kenyamanan dan dampak tersebut hanya bersifat sementara, maka . tindakan tersebut akan dilakukannya lagi dalam ruang dan waktu yang berbeda, sehingga akhirya menirn bulkan kebiasaan. 9

Perilaku {action) seseorang yang dilakukannya akan tentukan oleh cara berpikirnya i i . CI

(mindset), sehingga apabila cam beripikirnya positif, maka akan menghaislkan tindakan positif, apabila tindakan tersebut diulang malaka akan menjadikan kebiasaan positif, dan e ~rkhirnya menjadi karakter positif, begitu pula sebaliknya.

Namun ternyata konsep cara berpikir (mindset) seseorang tidak hanya selesai tampai pada tingkat karakter seseorang, tetapi sesungguhnya karakter itu ternyata akan J -

henentukan nasib atau masa depan fiture) seseorang. - q

Sehinggaapabila kita lihat tentang bangsa ini, sungguh ironi karena titik kulminasi a

dari hampir semua persoalan bangsa ini adalah "demoralisasi". Seperti Azzumardi Azra h- (2006) menyatakan bahwa "sejak awal reformasi bergulir bangsa Indonesia mengalami 4

a - krisis moneter, ekonomi, dan politik yang mengakibatkan te rjadinya krisis sosial-kultur di dalam kehidupan bangsa dan Negara", maka akarnya adalah cara berpikir (mindset) yang belum sebaik bangsa-bangsa yang lebih maju. Mengapa pak tani tidak berubah karena

e

pola pikirnya tidak berubah menjadi lebih baik, sehingga tidak menjadi juragan tani, atau ti pengusaha atau yang lainnya yang lebih baik, seorang abang becak dia memiliki pola 0 .

pikir hanya menjadi seorang tukang becak ,tidak berubah menjadi pengusaha becak, atau rl

juragan becak atau yang lainnya. Seseorang siswa mencontek karena pola pikirnya dapat 0

dengan mudah untuk mendap$tkan nilai dan itu sudah biasa, tidak berubah pola pikir t i . . . 0 5:

bahwa kejujuran adalah nilardalam kehidupan yang paling tinggi, seorang menyogok .-4 D

untuk menjadi seorang PNS berpikir bahwa sogok menyogok inilah jamannya, kalo gak -- nyogok gak akan dernah jadi PNS, dan berpikir PNS adalah sebuah pekerjaan yang paling

3.

terhormat dalam kehidupan, dan sebagainya ... semua berawal dari pola berpikir sehingga b

akhirnya menjadi suatu tindakan dan tindakan yang terbiasa (habit) itulah karakter. -- - - - a - - -. 7 1 1-

d . .-a

t i b i ' ' ~ ~ t j ~ SSE*F"$ Bagaimana Karakter di Bangun ? 'Moralitas suatu masyarakat sangat erat hubungannya dengan karakter dari masyarakat itu * ,endiri. Karena moralitas seseorang memperlihatkan karakter dari orang tersebut. I

Meneropong Karakter Bangsa untuk Membangun Indonesiaku

Page 6: Revitalisasi dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa ...unj.ac.id/bauk/wp-content/uploads/2015/09/Prosiding-Aktualisasi... · PKn Multikultural Berbasis Kearifan Lokal ... soal,

Karena akar dari masalah karakter adalah mindset / pola pikir maka satu-satunya konsep bisa menjadi pemecah persoalan dasar itu adalah dengan pendidikan, tentunya dalam ha1 ini pendidikan karakter yang saat ini sedang di bicarakan. Penulis melihat bahwa sangat tepat umat Islam untuk mencoba melakukan analisis kritismengapa dan apa hikmahnya surat pertama yang diturunkan Allah SWT ke muka bumi melalui malaikat Jibril adalah "A1 Alaq". Dimana di ayat pertama memerintahkan kepada manusia khususnya umat muslim untuk "bacalah dengan namaTuhanMu! (iqra bissmirabbikaladzi hooluq)". Tentunya konsep membaca sebagai perintah-Nya, tidak sesederhana hanya membaca buku, koran, qur'an untuk umat Muslim atau novel saja, tetapi selain pandai membaca surat-surat yang tertulis juga pandai membaca surat-surat atau fenomena-fenomena yang tidak tertulis, dan setelah itu bisa memaharni dan merenungkannya, sampai menjadi sebuah nilai-nilai baru untuk hidup menjadi lebih baik. Disinilah perintah kepadamanusia untuk selalu belajar dalam kehidupannya sampai akhir khayatnya menjadi penting. Sehingga pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya terpaku didunia persekolahan saja tetapi disemua lingkungan, semua usia selalu melakukan pembelajaran.

Pendidikan karakter yang hams pertama kali di bangun bangsa ini bgaimana bangsa ini di ajak untuk dapat belajar dari dengan sgbenar-benarnya belajar, tidak terjebak pada konsep pengajaran yang hanya menyentuh aspek kognitif saja, tetapi menjadi konsep pembelajaran yang hams menyentuh aspek afektif dan psikomotor baik di dalam lingkungan persekolahan maupun diluar persekolahan dalam kehidupannya. Pendidikan karakter tidak hanya transfer knowledge tetapi bisa dirasakan dan dipraktekkan bersama sehingga menjadi suatu kebiasaan (habituation).

Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang ha1 yang baik menjadi faham (domain kognitg, tentang mana yang benar dan yang salah, mampu merasakan (domain afektzx, nilai yang baik dan yang buruk, dan mau melakukannya (domain psikomotor). Seperti dikatkan oleh Aristoteles, karakter erat kaitannya dengan "habit" atu kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan dan dilakukan.

Berkowitz (1998) menyatakan bahwa kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar (cognition) menghargai pentingnya nilai karakter (valuing;). Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya saja seseorang berbuat jujur ha1 itu dilakukannya karena ia takut dinilai tidak baik oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domain affection atau emosi). Lickona (1 992) mengartikan karakteeerisikan "operative values" atau nilai-nilai yang dipraktekkan. Karakter'memiliki tiga unsur yakni "moral knowing, moral feeling, and moral behavior" atau pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral yang satu sama lain saling memiliki keterkaitan. Karena itu yang dimaksud dengan karakter yang baik terdiri atas unsur "knowing the good, desiring the good, and doing the good" atau tahu kebaikan, menghendaki kebaikan dan melakukan kebaikan atau dikatakan juga "habits of mind, habits of the heart, and habit of action" atau kebiasaan pikiran, hati dan tindakan. Ketiga unsur itu mengarah pada kehidupan moral yang pada akhirnya membentuk suatu kematangan moral.

Yuyus Kardiman & Hj. Etin Solihatin .

Page 7: Revitalisasi dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa ...unj.ac.id/bauk/wp-content/uploads/2015/09/Prosiding-Aktualisasi... · PKn Multikultural Berbasis Kearifan Lokal ... soal,

Untuk itulah upaya membangun M t e r melalui pendidikan karakter menjadi ha1 yang tidak bisa di tunggu-tunggu la@, dan semua elemen bangsa memiliki tanggung jawab untuk mewujudkannya. Seluruh komponen bangsa baik melalui situs-situs kewarganegaraan ('site ofcitizemhip) maupun warga negara secara individual haws memiliki komitrnen bersama untuk tnembangun karakter bangsa ke arah yang lebih baik. Istilah situs kewarganegaraan (site of citizenship) menurut Educational Democratic of Citizenship yaitu suatu label dari studi tentang "educational for Democratic Citizenship", yang memusatkan perhatian pada "the Management of Democratic life" atau pengelolaan kehidupan yang demokratis, yang dilakukan pada berbagai arah kehidupan antara lain " ..... school, communities, workplace, neihourhood, cities, rigion where the participants give everyday meanings to modem democratic citizenship. (Udin S. Winataputera, 2001 : 2 19). Dijelaskan lebih lanjwt bahwa situs kewarga negaraan merupakan modus lain dari pendidikan kewargmegarm yang mendcup berbagai kegiatan yang amat bervariasi dalam tujuan dan formatnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa beapa telah begitu banyaknya kegiatan inovatif Balm upaya pengembangan kualitas kewarganegaraan umumnya perididikan katkter yang dilandasi dengan nilai-nilai demokratis (Udin S. Winaaputra, 2007: 15 1).

Sehingga upaya membangun kamkter bangsa hams dilaksanakan dengan sebuah "Gerakan Membangun Karakbr Bangsam. Gerakan merubah cara berpikir (midet) dari yang negative menjdi positif, Gerakan merubah findakan (action) dari yang negative menjadi positif, gerakan melakukan perubahan kebiasaan &bits) yang bersifat negative menjadi kebiasaan positif, sehingga gerakan merub& karakter negative menjadi karakter positif, dan masa depan bangsa pasti menjadi lebih baik,

Tentunya upaya membangun karakter bangsa tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan, hal ini perlu upaya yang terarah, berkesinambungan dm terpadu. Terarah vow), bahwa gerakan membangun karakter bangsa haruslah ditujukan kepada objek yang tepat yang apabila objek ini disentuh maka akan memacu berkembangnya karakter bangsa yang diharapkan. Berkesinambungan (continuitas), gerakan membangun karakter bangsa tidak mungkin berhasil apabila hanya dilakukan secara insidental, tetapi mesti dilakukan terus-menerus berkesinambungan. Terpadu (halistic), bahwa gerakan membangun karkter bangsa bukanlah milik sebagian kelompok orang saja, tetapi merupkan tanggung jawab dari seluruh elemem bangsa.

Daftolr Pustaka Azzumardi Azra. 2006, Restorasi Panmila: Mendmaikan politik Identitas danModernitasp

Depok, Fisip. UniversiWIndonesia. Doni Kusuma. 2007, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman.Globa1,

Jakarta. Grasindo. Muchtar Lubis. 1986. Budaya Masyarakat dan Manusia Indonesia, Jakarta, Yay- Ob-sr

Indonesia. Thomas Lickona. 1992, Educating for Character: How Our Schools Can Tab

and Responsibility, New York, Bantam Books. Udin S. W i m . 2001, Jktidiri Pendidikan Kewaqpne- sebagai W ' Sistem&

Pendidika Demokrasi: Studi Kajian Konseptual dalam Konteks P e n d i d h IPS, Bandung, Sekolah Pasca Saraja Universitas Pendidikan Indonesia.

Meneropong Karakter Bangsa untuk Membangun lndonesiaku .. 327

Page 8: Revitalisasi dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa ...unj.ac.id/bauk/wp-content/uploads/2015/09/Prosiding-Aktualisasi... · PKn Multikultural Berbasis Kearifan Lokal ... soal,

Udin S. Winataputra dan Dasim Budimansyah. 2007, Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas, Bandung, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Yuyus Kardiman. 2008, Membangun Kembali Karakter Bangsa melalui Situs-Situs Kewarganegaraan, Tesis, SPS Universitas Pendidikan Iindonesia.

yus Kardima Hj. Etin Solihatin