Revitalisasi Daerah Dengan Gerakan Sosial Di Dalam Pendidikan Terbuka

download Revitalisasi Daerah Dengan Gerakan Sosial Di Dalam Pendidikan Terbuka

of 14

description

Karya Tulis ini menjelaskan tentang gerakan inisiatif di mana setiap orang dapat bertemu di dalam ruang terbuka, untuk berbagi pengetahuan dengan pertemuan yang digagas secara lokal. Konsep ini dikembangkan untuk mendukung kegiatan revitalisasi masyarakat di daerah.

Transcript of Revitalisasi Daerah Dengan Gerakan Sosial Di Dalam Pendidikan Terbuka

REVITALISASI DAERAH DENGAN GERAKAN SOSIAL DI DALAM PENDIDIKAN TERBUKA

Studi kasus dalam memberikan solusi dan rekomendasi untuk daerah-daerah tertinggal di Indonesia.

Agnan ZakariyaFakultas Teknik Industri,Universitas Gunadarma, Depok, [email protected]

Abstrak

Wajah urbanisasi telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan perkotaan di Indonesia. Perkembangan kawasan Kota besar yang dipengaruhi oleh urbanisasi skala mega telah memberikan dampak positif dan negatif terhadap perkotaan disekitarnya. Inilah adalah salah satu dampak yang mengakibatkan bagaimana akhirnya laju pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, sosial, pendidikan dan teknologi telah terjadi kesenjangan, membuat gradasi antara masyarakat daerah dengan masyarakat kota, sehingga pergerakan masyarakat daerah mulai sentris menuju perkotaan dan mulai lupa terhadap potensi daerahnya. Namun Kita kembali kepada pernyataan Benneh dan Dickson (A new geography of Ghana, 1988) bahwa tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa dalam pernyataannya tersebut menunjukan adanya dinamika sikap positif terhadap masyarakat bahwasannya perubahan apapun dapat terjadi, karena masyarakat adalah bagian yang membentuk suatu komunitas sosial itu sendiri, dimana mereka sendiri yang akan membentuk equilibrium dalam lingkungan hidupnya., melakukan interaksi satu sama lain, membentuk pola sosial tersendiri sehingga setiap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terjadi karena perubahan pola pengaruh masyarakatnya dalam beraktifitas, berpersektif, dan bersosial.

Kata kunci: Urbanisasi, sentris, revitalisasi, komunitas sosial____________________________A. Latar BelakangDalam dimensi keutuhan fundamental tatanan sosial masyarakat, selalu terjadi pengkelasan subjektif yang sebenarnya dapat merusak rasa persamaan dalam bermasyarakat itu sendiri. Seperti dalam distraksi pandangan yang sangat biasa terjadi adalah adanya pandangan bahwa umumnya masyarakat daerah jauh lebih tertinggal dalam berbagai aspek daripada masyarakat yang ada di kota. Sebenarnya ini merupakan awal pandangan yang salah, karena aspek pandangan tersebut terjadi karena tidak secara rinci mengetahui bagaimana susunan dan kehidupan masyarakat di daerah tersebut tumbuh, artinya tidak ada bentuk yang berkesinambungan dari masyarakat luar untuk melihat potensi daerah itu untuk dapat di kembangkan. Sehingga timbul argumen bahwa masyarakat tersebut dianggap statis, tidak maju, dan tidak bisa mengikuti perubahan. Lalu terjadilah urbanisasi yang mengakibatkan pergerakan sentris masyarakat menuju perkotaan, dengan berbagai alasan dan tujuan.

B. Identifikasi masalahSaat ini Dunia menghadapi masalah demografi di negara-negara berkembang yang semakin lama semakin rentan. Diperkirakan bahwa penduduk dunia hampir mencapai angka 7 miliar dan ini akan terus meningkat sampai mencapai 9 miliar. Diperkirakan bahwa 70% dari penduduk dunia akan bermukim di perkotaan. Menurut presumsi PBB negara-negara yang akan menghadapi pemindahan penduduk kearah perkotaan yang terbanyak adalah: India, China, Nigeria, Amerika Serikat dan Indonesia. Indonesia termasuk sebagai salah satu negara yang akan menghadapi masalah urbanisasi. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Yap Kioe Sheng[footnoteRef:1] dalam suatu forum diskusi di ESCAP di Bangkok, urbanisasi di Asia Tenggara di tahun 2010 mencapai indeks 41.8%. Yang berarti sekitar 41.8% yang sudah tinggal di wilayah perkotaan. Di Singapura sudah tercapai indeks 100% karena kota tersebut sudah merupakan negara perkotaan. Di Malaysia 72.2%, Filipina 48.9% dan Indonesia 44.3%. [1: Direktur bagian Ekonomi dan Sosial PBB untuk pemberantasan kemiskinan, sekaligus sebagai Peneliti independen dan konsultan di UNCHS, Nairobi serta Asian Institute of Technology (AIT) di Bangkok, Thailand.]

Tabel 1. Tingkat urbanisasi di Asia Pasifik; Sumber: UNDP, 2010

CountryUrban as % of total populationCountryUrban as % of total population

Singapore100.0 Myanmar33.6

Brunei75.7 Lao PDR33.2

Malaysia72.2 Vietnam30.4

Filipina48.9 Timor Leste28.1

Indonesia44.3 Kamboja20.1

Thailand34.0 Asia Pasifik41.8

Sumber: UNDP, 2010

Kota-kota di Asia Tenggara menghadapi permasalahan terhadap keberadaan daerah-daerah kumuh yang sudah cukup besar. Dengan penduduk kumuh (slum population) sebesar 72 juta. Menurut data dari UN-HABITAT, 2010 negara-negara Asia Tenggara yang memiliki slum population yang terbesar (tahun 2005) ialah Indonesia 28 juta dan Filipina 22 juta; dibandingkan dengan Vietnam 9 juta; Myanmar 7 juta dan Thailand 2 juta.Jika perkiraan-perkiraan diatas mendekati realitasnya, maka Indonesia dapat di prediksi akan menghadapi masalah urbanisasi dalam skala besar dan akan bersifat semakin kritis, jika tidak ditangani secara efektif dalam periode tahun yang meliputi 2013 2025. Sentrisme Perkembangan perkotaan sudah menunjukan adanya pemindahan penduduk ke kota-kota yang semakin deras; ditambah lagi dengan adanya masalah penanganan dan pengelolaan kota-kota yang semakin berat.

Seiring dengan perkembangan ekonomi, perkembangan kota-kota di Indonesia menimbulkan jejaring antara kota-kota besar dengan kota-kota kecil di sekitarnya. Demikian juga dengan berkembangnya jaringan jalan, baik jalan darat, laut maupun udara memperluas urbanisasi menjadi mega urbanisasi. Urbanisasi tidak lagi dari desa ke kota saja, melainkan juga dari kota-kota kecil di sekitarnya ke kota besar (in-urbanization), atau sebaliknya dari kota besar ke kota-kota kecil di sekitarnya (ex-urbanization) dan bahkan terjadi antar pulau (Todaro 2000: 365). Selanjutnya dalam teori expected income, Todaro mengatakan bahwa In-urbanization terjadi karena adanya ketertarikan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di kota (mendapatkan pendapatan yang lebih besar). In-urbanization juga terjadi karena adanya tekanan keterpaksaan meninggalkan daerah asal karena kurangnya lapangan kerja. Urbanisasi yang disebabkan oleh dua hal baik ketertarikan maupun keterpaksaan ini sesuai dengan Teori Push and Pull Factor dari Lee Everetts (1991: 9). Sementara itu ex-urbanization terjadi bila pertumbuhan ekonomi lebih cepat dan lebih maju daripada perkembangan luas kota. Untuk mendapatkan lahan serta bahan baku yang lebih murah, investasi baru akan memilih kota-kota yang lebih kecil yang memiliki jaringan dengan kota-kota besar, hal yang demikian ini menimbulkan ex- urbanization (Silas, 2004).

C. Perumusan MasalahPermasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah:1. Bagaimana membawa masyarakat untuk mulai merevitalisasi daerah dengan melakukan optimalisasi melalui gerakan sosial2. Bagaimana menumbuhkan tingkat kesadaran untuk memajukan potensi daerah3. Bagaimana mengurangi urbanisasi yang sentris ke desentralisasi penyebaran penduduk melalui tanggung jawab masyarakat bersamaD. Batasan MasalahAdapun batasan masalah pada penelitian ini adalah :1. Membahas tentang bagaimana masyarakat dapat menjadi komunitas sosial yang menciptakan equilibrium di lingkungannya untuk mengentaskan gradasi infrastruktur E. Tujuan PenulisanAdapun tujuan perancangan aplikasi ini adalah:1. Double impact untuk membangun dan merevitalisasi masyarakat daerah2. Membuat suatu gerakan inisiatif yang dapat di aplikasikan masyarakat melalui pendidikan terbukaF. Studi PustakaSebagai makhluk sosial manusia memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara bersama sama. Oleh karena itu dimensi sosial menyatu kepada kepentingan sebagai makhluk sosial, yang didasari pada pemahaman bahwa manusia hidup bermasyarakat. Dalam pernyataan MacIver dan page (Society: An Introductory Analysis, 1949) Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dan wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan manusia. Ini telah mengetengahkan kembali bahwa masyarakat adalah aspek yang sangat penting dalam membangun infrastuktur sosialnya. Sehingga pemberdayaan masyarakat adalah jalan tengah untuk menstimulan kembali pembangunan ekonomi suatu bangsa. Berikut adalah penalaran konsep yang di sampaikan dalam penulisan penelitian ini:1. Membawa komunitas ke komunitas dengan pendidikan terbukaGejala urbanisasi akan selalu terjadi dimanapun sebagai salah satu aspek dalam dinamika kemasyarakatan karena ini berhubungan dengan pembangunan ekonomi nasional, Namun akan terjadi suatu ketidak harmonisan apabila tidak terjadi keseimbangan dalam memainkan peranan daerah dalam pembangunan. Menurut Turner (1972: 154) bahwa campur tangan pemerintah untuk membantu golongan masyarakat bawah sangat perlu di laksanakan untuk menolong lingkungannya sendiri dengan memberdayakan diri sendiri (self-empowerment). Ini merupakan praktik political will yang di perankan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan untuk mengatur segala ketentuan dan kebijakan. Namun Dalam menghadapi masalah urbanisasi diperlukan gerak reformasi yang komprehensif dan efektif. Tidak dapat ditangani secara parsial dan spontan saja. Pendekatan masalah urbanisasi memerlukan perhatian dan partisipasi dari semua pihak (semua stakeholders); tidak hanya dari pihak pemerintahan, tetapi juga dari masyarakat termasuk sektor swasta. Hal tersebut menstimulan kembali pernyataan Benneh dan Dickson (A new geography of Ghana, 1988) bahwa tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa

Gambar 1.1 Model Gradasi Infrastruktur menurut pembagian daerah.

Dalam dinamika kemasyarakatan sendiri, masyarakat adalah hal penting dalam membentuk suatu komunitas sosialnya, karena mereka sendiri yang akan membentuk equilibrium dalam lingkunganya sendiri, sehingga terjadinya interaksi-interaksi untuk berhadapan dengan adanya urbanisasi yang akan banyak merubah diferensiasi sosial kemasyarakatan yang lebih luas lagi. Masyarakat akan mulai menyesuaikan interaksi-interaksi sosialnya ketika adanya sentrisme menuju perkotaan. Lihat Gambar 1.1, terjadinya gradasi antara masyarakat kota dan masyarakat daerah merupakan suatu proses dinamisme kemasyarakatan. Dengan tingginya pengaruh tingkat eksponensial kepada masyarakat kota mengakibatkan penerimaan informasi terjadi secara cepat dengan infrastruktur yang memadai. Sangat bertolak belakang dengan keadaan di daerah. Namun Ini merupakan potensi yang dapat di reassembly[footnoteRef:2] oleh [2: Istilah yang dikemukakan oleh Georges Livingston untuk pemberdayaan suatu komunitas sosial dalam heterogenitas masyarakat (The dynamics of community assembly under sudden mixing in experimental microcosms, 2013)]

masyarakat dengan menjalin hubungan antara masyarakat kota dengan masyarakat daerah dalam penyebaran informasi, saling berkolaborasi dalam berbagai aspek untuk menutupi kekurangan infrastruktur dengan gerakan sosial, untuk membawa komunitas ke komunitas. Ini merupakan sebuah gerakan inisiatif yang dapat berpotensi untuk merevitalisasi daerah.

Gambar 1.2 Revitalisasi daerah: Membawa komunitas (daerah yang lebih maju) ke komunitas (daerah yang tertinggal)

Masyarakat merevitalisasi lingkungannya dengan gerakan inisiatif untuk menginisiasi Open platform[footnoteRef:3] dimana setiap orang dapat bertemu, membagi pengetahuannya dengan menggagas pertemuan secara lokal. Konsep ini dikembangkan untuk mendukung keaktifan individu dalam menjalin proses pembelajaran yang aktif dimana setiap orang dapat berkontribusi didalamnya. Dengan gerakan inisiatif ini, gradasi infrastruktur dapat sedikit di atasi sehingga keharmonisan dengan menjaga keseimbangan untuk memainkan peranan daerah dalam pembangunan nasional dengan lebih signifikan dapat tercapai. Hal ini bertujuan untuk merevitalisasi masyarakat lokal dan membantu para individu untuk mengorganisir diri. Karena setiap orang mempunyai potensi dengan mengorganisir diri menjadi kelompok kelompok yang cukup kuat untuk membuat suatu perubahan di lingkungannya. [3: Ruang terbuka (baik indoor atau outdoor) yang akan digunakan sebagai tempat pedagogi, dikemukakan dan di jelaskan dalam paper Soewardi, A. Z. Widiyanto, Sigit. (Widespread Impact of Exponential Growth Digital Media Technology in the Structure of society 21st Century, Southeast Asia, Indonesia, 2013)]

2. Re-klaim sarana pedagogi untuk eksistensi pendidikan terbuka

Tanpa keberdayaan pun kita masih tetap harus memantapkan apa arti pentingnya pendidikan untuk kesetaraan

Ini merupakan sebuah ideologi yang tercetus dari buah pemikiran kenapa kebebasan berpikir itu harus ada, karena pendidikan itu perlu bagi setiap orang untuk mendapatkannya. Sudah seharusnya setiap orang itu mendapatkan pendidikan yang sejatinya memang harus diterimanya, siapapun, dalam kondisi apapun, dan dalam keadaan apapun. Dapat dikatakan ilmu itu sangat unlimited untuk di akses, dimana pun ilmu akan selalu ada untuk di pelajari.Memang pada dasar yang sangat luas setiap orang wajib untuk menimba ilmu, namun bukan tanpa hambatan di dalamnya sekalipun ketika setiap orang ingin belajar lebih keras selaras dengan apa yang menjadi keinginan untuk di capainya.Pendidikan adalah aset awal kemajuan bangsa, merupakan sebuah intisari bagaimana karakter bangsa nantinya akan di bangun untuk meneruskan eksistensinya. Jika pendidikan tidak tersebar secara merata dengan sebagaimana mestinya maka akan ada kondisi kekosongan yang dapat menimbulkan laju pertumbuhan arah pembangunan bangsa menjadi terhambat. Bukan tanpa sebab kenapa bangsa Indonesia mengalami penurunan dalam pendidikan karakter dewasa ini, padahal di dalam sejarah perjuangannya Indonesia mampu mencetak pemimpin-pemimpin bangsa luar biasa yang lahir dari keadaan serba minim dan sederhana, sangat berbeda dengan saat ini dimana kemajuan zaman sudah sangat pesat dengan akses menembus batas ke seluruh penjuru dunia karena dengan hadirnya teknologi media digital telah membuat suatu perubahan yang sangat signifikan terhadap equilibrium masyarakat secara masal. Membuat perubahan bagaimana cara kita berperspektif, membuka pikiran dan wawasan menjadi lebih mudah dan kaya akan hal yang baru. Namun,dalam hal ini walaupun dunia modern media digital semakin lama semakin maju dengan peradaban dan teknologinya, bukan berarti tidak ada sikap pesimistis, karena seolah lingkungan lebih maju daripada sebelumnya dan teknologi mempunyai pengaruh terhadap perkembangan zaman, pada faktanya hal itu terdistraksi dengan kenyataan. Banyak hal yang menjadi tolak ukur ketika teknologi yang semakin maju tidak berjalan ekivalen sebagaimana mestinya. Hal ini dapat di kategorikan sebagaisuspectyang mengakibatkan perubahan pada karakter bangsa pada umumnya di zaman digital ini.

Secara umum perubahan teknologi digital yang terjadi di masyarakat kita masih menghasilkan praksis psikologi normatif bagi para penggunanya, yaitu daya konsumsi untuk menikmati suatu produk masih sangat tinggi ketimbang bagaimana mengimplementasi ulang suatu konsep dan mempelajarinya menjadi sebuah konsep yang baru untuk di terapkan. Sehingga kebiasaan seperti ini hanya dimanfaatkan sebagai target pemasaran semata oleh produsen, masyarakat yang loyal terhadap perubahan teknologi namun tidak bisa menciptakan perubahannya sendiri. Ditambah dengan dorongan eksistensi narsis membuat suatu padanan terhadap kebiasaan membuka data privasi menjadi hal yang wajar untuk dilakukan, karena sudah terbiasa. Jika secara kuantiti penetrasi keaktifannya bisa dikatakan baik, namun penggunaan dari segi kualitas masih minim dan tidak optimal. Adanya korelasi pengaruh media digital dengan pola pikir masyarakat penggunanya adalah dampak lain dari sebuah perubahan, menurutSubrahmanyam & Greenfield (2008) mengamati bahwa garis antara dunia virtual dan nyata semakin kabur untuk masyarakat muda saat ini: .Untuk masyarakat muda hari ini, Teknologi media merupakan variabel sosial yang penting, antara fisik dan dunia maya secara psikologis terhubung akibatnya, dunia maya berfungsi sebagai groundbermain untuk isu-isu perkembangan dari dunia fisik. (hal. 124). Bisa dilihat dalam pernyataannya tersebut bahwa memang pengaruh media digital sangat berpengaruh terhadap efek sosial secara kognitif dalam penggunaannya, menciptakan relevansi antara pengguna, kebiasaan penggunanya dan pembentukan karakter pada penggunanya. Gejalamainstreampengaruh media digital yang terjadi di Indonesia pada umumnya adalah timbul disposisi masalah sosial dimasyarakatnya, sehingga menimbulkan bias, tidak terkonsentrasi dan mudah di urai, mulai membentuk pola pemikiran individualis yang tinggi dan menciptakan gejala Gap di masyarakat mulai susah di rapatkan karena cenderung makin meluas. Ini dapat di lihat pada karakteristik bangsa Indonesia yang sebagian besar terbentukdaritrendsetter negara bermasyarakat informasi(Ratna A,Dwi. A,Vienda. S,Florencius.S,Santi., 2004).

Dengan adanya faktor-faktor yang tidak terakumulasi secara optimal tadi, maka masyarakat harus mulai merevitalisasi pandangan dan kembali lagi kepada inheritance budaya yang telah membentuknya.Terinspirasi oleh perspektif pemikiran Schopenhauer, filsuf abad ke-19.Dia mengembangkan filosofi untuk mengenali pandangan terhadap naluri untuk menitik beratkannya pada sebuah sikap asketis, menekankan bahwa dalam menghadapi dunia yang penuh dengan konflik tak berujung, dengan meminimalkan keinginan untuk mencapai kerangka pikiran yanglebih tenang dan disposisi terhadap kebaikan universal. Pernyataanya sering dianggap sebagai sikap pesimitif, namun memang ada benarnya, sesuatu itu harus dinilai dari sisi pesimistisnya untuk melihat bagian kekurangan yang akan/telah terjadi sebagai tolok ukur untuk menciptakan konsepsi baru. Terhitung dari tahun 2000 sebagai titik diferensiasi teknologi pada satu dekade terakhir yang berpengaruh sangat signifikan terhadapsociety impact, menghasilkanequilibriumbaru melahirkan istilahThe Millenials Learning(Howe & Strauss, 2000). Dalam pernyataan mereka manusia di abad ke-21 telah membuat suatu pencapaian yang luar biasa, sebagai generasi X, lahir dan tumbuh dengan pengaruh pertumbuhan medium digital, dan memang terbukti pada tahun selanjutnya penetrasi pada internet yang sangat tinggi dan jejaring sosial telah menciptakan tendensi peran pada perubahan interaksiHuman Experiencemelalui peran digital.

Pada era teknologi digital yang syarat dengan komunikasi secara maya ini, yang sangat di butuhkan masyarakat adalah mengklaim sarana pedagogi untuk menjaga eksistensi kebebasan berpikir,agar dapat berperan aktif di lingkungan sekitarnya dengan bertemu dan berbagi pendapat dalam sebuah komunitas lokal. Jika mencari bagaimana sebuah karakter bangsa di bentuk, dikaitkan dengan sejarah bangsa untuk mencari tahu bagaimana model pembelajaran yang efektif terhadap budaya Indonesia pada umumnya ada kesinambungan dimana pembelajaran efektif adalah bertemu di suatu ruangan, berpendapat lalu mengeksplorasi opini sebagaimana yang sering di lakukan oleh H.O.S Tjkroaminoto pada waktu itu terhadap muridnya. Ini menjadi komparasi besar untuk membandingkan orang terdahulu dan sekarang, kenapa mereka bisa sedangkan kita di zaman yang canggih seperti ini tergerus terus oleh degradasi karakter. Maka dari itu, memperkenalkan konsepsi platform ruang terbuka untuk sarana pedagogi, akan menjadi sebuah bagian tempat yang akan menjembatani kebutuhan dialog dan kerjasama multidisiplin. untuk menghubungkan individu, komunitas dan organisasi dengan serangkaian aktifitas, interaksi dan kolaborasi untuk berbagi pengalaman dan saling bertukar pengetahuan.Hal ini untuk merevitalisasi masyarakat lokal, membantu para individu untuk mengorganisir diri menjadi kelompok kelompok yang cukup kuat untuk membuat suatu perubahan di lingkungannya.

Oleh sebab itu, konsepsi Open platform disediakan sebagai tempat untuk berinteraksi bagi setiap individu untuk melakukan hubungan-hubungan sosial yang dinamis akan menciptakan setiap individu untuk saling terhubung, berbagi, dan menjangkau para individu lainnya dengan terintegrasi kembali ke platform terbuka. Karena kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial komunikasi untuk penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran atau reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Sebab,Keterlibatan sosial adalah bagian penting dari konsepsi ini.Dengan model proyeksi interaksi sosial seperti ini diharapkan para individu dapat ikut andil dalam terlaksananya bagaimana ilmu itu di kembangkan, tidak hanya terstigmakan bahwa mencari ilmu itu adalah mencari nilai yang baik, akan tetapi mencari ilmu itu adalah bagaimana mengeksplorasi diri dan membuka pikiran untuk saling berinteraksi satu sama lain sehingga pengembangan ilmu pun terjadi.

G. Metode PelaksanaanDengan menjalin kembali potensi akibat dari gradasi infrastuktur antara perkotaan dan daerah yang sangat jauh berbeda, maka fokus utama aplikasi penelitian ini adalah merevitalsasi masyarakat daerah dengan gerakan sosial melalui pendidikan terbuka. Dengan membentuk kelompok dalam masyarakat yang berkomunitas untuk membentuk gerakan inisiatif yang bisa saling berkolaborasi dengan komunitas lain, baik itu yang sudah ada maupun yang akan dibentuk untuk sama-sama memecahkan permasalahan sosial di masyarakat dengan grassroot method. Ini merupakan solusi praktis yang dapat diterapkan cepat di berbagai daerah tertinggal di Indonesia dengan menganalisis terlebih dahulu jarak perkotaan yang memiliki cukup infrastuktur yang memadai untuk menerapkan segala aktivitas gerakan inisiatif ini. Gerakan inisiatif ini membuat suatu konsepsi ruang terbuka di daerah perkotaan (terdekat) yang cukup memadai infrastrukturnya dengan daerah yang tertinggal untuk menjadi basis komunitas sebagai sarana pedagogi, sehingga ini menjadi sebuah bagian dari tempat yang akan menjembatani kebutuhan dialog dan kerjasama multidisiplin. Kegiatan ini harus dibentuk dengan aktifitias dan kemasan yang menarik penuh kreativitas, untuk menarik atensi masyarakat menjadi volunteer yang nantinya membantu gerakan ini untuk di terapkan dimasyarakat.

Konsep ini menjelaskan tentang bagaimana cara masyarakat untuk saling menghubungkan individu, komunitas dan organisasi yang memiliki atensi pada permasalahan sosial di daerah terpencil. Sehingga dapat memobilisasi solusi dari para penggiat ide dan para volunteer untuk dapat fokus memecahkan permasalahan secara langsung di lapangan. Ide di kemukakan dalam gerakan inisiatif melalui forum pada Open platform, dikemas menjadi aksi nyata yang terencana dan mempersiapkan para volunteer untuk terjun kemasyarakat. Gerakan inisiatif ini menjelaskan bagaimana proses masyarakat teredukasi untuk mengedukasi.

Gambar 1.3 Implementasi aksi: Inisiasi dan Aplikasi di lapangan

H. Analogi AplikasiLihat lampiran 1I. Hal yang diperlukan dalam Implementasi Hal-hal yang diperlukan untuk menerapkan aplikasi ini adalah:1. Perlunya sumber daya yang teredukasi, untuk siap mengedukasi masyarakat di daerah terpencil2. Perlunya apresiasi dari berbagai pihak untuk tetap membantu kelangsungan gerakan inisatif, membangun aspirasi bersama sebagai bentuk kesadaran dalam pendidikan terbuka3. Perlunya sumber daya yang mengerti jelas tentang manfaat sosial media, optimalisasi penggunaan teknologi digital dan memanfaatkan layanan teknologi online yang tepat gunaJ. KesimpulanMasyarakat didefinisikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama termasuk segala jalinan hubungan yang timbal balik kepentingan bersama, adat, kebiasaan. Pola pola teknik teknik, sistem hidup, undang undang, institusi dan segala segi dan fenomena yang di rangkum oleh masyarakat dalam pengertian luas dan baru. Dalam menghadapi masalah urbanisasi yang semakin massive harus mendapatkan perhatian besar terutama dalam kurun waktu tahun 2013-2025. Pada faktanya pola penghidupan dunia sudah sangat berobah; kearah pola-hidup perkotaan; suatu pola yang tidak dapat dicegah, termasuk bagi Indonesia. Sehingga dalam menghadapi masalah urbanisasi diperlukan gerak reformasi yang komprehensif dan efektif. Tidak dapat ditangani secara parsial dan secara penanganan sewaktu-waktu saja; Karena pendekatan masalah urbanisasi memerlukan perhatian dan partisipasi dari semua pihak (semua stakeholders); tidak hanya dari pihak pemerintahan, tetapi juga dari masyarakat termasuk sektor swasta.

Masalah urbanisasi merupakan tantangan yang cukup berat bagi Indonesia. Tetapi faktor urbanisasi dapat merupakan motor penggerak dalam menciptakan Indonesia yang lebih maju dan modern.

K. Referensi1. Jenkins H., Purushotma R., Weigel M., Clinton K., Robinson A., (2010).Culture partecipative ecompetenze digitali: media education per il XXI secolo, Guerini, Milano.2. Pedr, F. (2006).The new millenium learners: Challenging our Views on ICT and Learning,OECD Org.3. Malthus, T.R. (1798).An essay on the principle of population. Oxford Worlds Classics reprint4. Schopenhauer, A. (1974).On the Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason, trans. E.F.J. Payne, LaSalle Illinois: Open Court5. Jain,M.R. (2012).Impact of Social Networking sites in theChanging mindset of Youth on social issue, A study of Delhi-NCR youth, Journal:Researchers World6. Schopenhauer, A. (1969).The World as Will & Representation, trans. E.F.J. Payne,New York: Dover[Volumes 1 & 2] [Volume 1 contains the essence of Schopenhauers argument. Volume 2 is a series of supplements to the 4 books of Volume 1.]7. Ratna A,Dwi. A,Vienda. S,Florencius.S,Santi.(2004). Peranan Teknologi Komunikasi dalamMenciptakan Masyarakat Informasi di Indonesia,Jurnal: UAJY [Volume 1, Nomor 1, Juni 2004: 73-86]8. Soewardi, A. Z. Widiyanto, Sigit. (2013). Widespread Impact of Exponential Growth Digital Media Technology in the Structure of society 21st Century, Southeast Asia, Indonesia. Gunadarma University.

1Revitalisasi Daerah Dengan Gerakan Sosial Di Dalam Pendidikan Terbuka Agnan Zakariya Soewardi