Review Jurnal WAIS.doc

14
Review Jurnal WAIS Direview Oleh: KELOMPOK 3 ARDIANA SAYANG (0907101130019) AYU PUSPITA SARI (0907101150003) JUZAMALIA (0907101130015) RENA IRMAYANI (0907101130005) REGINA FADILLA (0907101130029) UNIVERSITAS SYIAH KUALA FAKULTAS KEDOKTERAN

Transcript of Review Jurnal WAIS.doc

Page 1: Review Jurnal WAIS.doc

Review Jurnal WAIS

Direview Oleh:

KELOMPOK 3

ARDIANA SAYANG (0907101130019)

AYU PUSPITA SARI (0907101150003)

JUZAMALIA (0907101130015)

RENA IRMAYANI (0907101130005)

REGINA FADILLA (0907101130029)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PRODI PSIKOLOGI

2010

Page 2: Review Jurnal WAIS.doc

EFEK KOGNITIF, KEPRIBADIAN, DAN FAKTOR

LATAR BELAKANG DALAM SUBTEST

ARITMATIK WAIS-III Peter Karzmark

Pusat Medis Universitas Stanford, Stanford, California

A. REVIEWER

1. Ardiana Sayang (0907101130019)

2. Ayu Puspita Sari (0907101150003)

3. Juzamalia (0907101130015)

4. Rena Irmayani (0907101130005)

5. Regina Fadilla P (

B. JENIS JURNAL

Jenis jurnal : Applied Neuropsychology

C. PENELITI

Jurnal diteliti oleh : Peter Karzmark

D. TAHUN

Jurnal diteliti pada tahun 2009

E. VOLUME DAN HALAMAN

Volume 16, hal. 49-53

F. JUDUL

Efek Kognitif, Kepribadian, dan Faktor Latar Belakang Dalam Subtest Aritmatik

Wais-III.

1

Page 3: Review Jurnal WAIS.doc

G. PENERBIT

Jurnal diterbitkan oleh Psychology Press: Taylor and Francis Group.

H. AKSES

Jurnal diakses dari www.EBschohost.com pada tanggal 26 April 2011.

I. JENIS PENELITIAN

Penelitian pada jurnal ini menggunakan metode penilitian kuantitatif.

J. MASALAH

Dalam sistem tes Weschler, subtes Aritmatik telah digambarkan sebagai suatu

ukuran dalam menilai konsentrasi, kinerja memori, atau kebebasan dari gangguan.

Akan tetapi, banyak hal dari pengaruh lain dalam performansi aritmatik telah

dipertimbangkan. Studi terbaru bertujuan untuk menguji lebih lanjut karakteristik apa

yang diukur dalam subtes aritmatik ini. Penilitian ini dilakukan untuk melihat korelasi

antara Aritmatika pada tes WAIS–III dan sub-tes dalam WMI lainnya. Kontribusi

sederhana untuk performansi aritmatik telah dapat ditemukan dari banyak ukuran

kognitif. Kecemasan merupakan salah satu faktor yang menjadi kendala dalam belajar

Aritmatik dan fapat membuat skor Aritmatiknya menjadi rendah. Penelitian ini juga

melihat apakah konsentrasi akan mempengaruhi hasil Aritmatika pada individu atau

tidak. Hal ini termasuk kapasitas mental seperti pemahaman yang berhubungan

dengan pendengaran, pemikiran, ingatan, dan kemampuan berhitung, juga faktor-

faktor non-kognitif, seperti gender, tingkat pendidikan, prestasi akademik, jabatan,

emosional, dan “Phobia” matematika.

K. DASAR TEORI

Dalam sistem tes Wechsler, subtes aritmatik telah digambarkan sebagai suatu

ukuran yang menghubungkan konsep-konsep konsentrasi, kinerja memori, dan

kebebasan dari gangguan (Kaufman, 1990; Matarazzo, 1972; The Psychological

Corporation, 1997).

2

Page 4: Review Jurnal WAIS.doc

Banyak hal yang meliputi pengaruh seperti itu dari performansi yang telah

terpengaruhi. Ini termasuk kapasitas mental seperti pemahaman yang berhubungan

dengan pendengaran, konseptualisasi/pemikiran, ingatan, dan kemampuan berhitung,

juga faktor non-kognitif, seperti gender, tingkat pendidikan, prestasi akademik,

jabatan, emosional/bagian psikologi secara umum, dan “Phobia” matematika

(Golden, 1979; Kaufman, 1990; Lezak, Howieson, & Loring, 2004; Matarazzo, 1972;

McFie, 1975).

Banyak keterangan tentang peran pengaruh kognitif di performansi aritmatik

datang dari studi analisis dari skala Wechsler dalam pemisahan atau pada konteks

Halstead Reitan neuropsychological test Battery (HRB).

Keterangan dari penelitian skala Wechsler juga didukung oleh penempatan dari

aritmatik dalam WMI (Dickinson, Iannone, & Gold, 2002; van der Heijden &

Donders, 2003; Wechsler, 1997). Menurut HRB/penelitian analisis faktor Wecshler

secara konsisten mengindikasikan adanya hubungan Aritmatika dengan subtest verbal

Wecshler (Newby, 1983; Ernst 1988; Swiercinsky & Howard, 1982).

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan antara kemampuan

berhitung dengan variabel kognitif lainnya dengan menggunakan skala pengukuran

Wecshler dan Halstead Reitan. Sebuah hubungan yang signifikan telah ditemukan

antara kemampuan bahasa dasar dengan konseptualisasi (Lincoln, Crossen, Bauer,

Cooper, & Velozo, 1994; Weschler, 1997).

Aritmatika tidak menunjukkan hubungan yang kuat dengan pengukuran

konsentrasi ketika analisis faktor dilakukan di luar konteks Wecshler. Dalam sebuah

studi faktor analisis pengukuran konsentrasi, itu berjalan pada faktor peringkat

konsentrasi ketujuh dari sepuluh tindakan yang dipelajari (Schmidt, Sejati, &

Merwin, 1994).

Penelitian saat ini bertujuan untuk menjelaskan lebih dalam apa yang yang diukur

oleh subtest Aritmatika pada WAIS III. Untuk melakukan hal ini, akan diperiksa

hubungan Aritmatika dengan faktor kognitif dan non kognitif yang terlibat dalam

kinerja hal tersebut. Selain itu, kekuatan asosiasi antara Aritmatika dan lainnya

berupa langkah-langkah (subtest WMI dan kemampuan konsentrasi nonWAIS-III)

akan dibandingkan dengan kemampuan Aritmatika dan faktor non konsentrasi.

3

Page 5: Review Jurnal WAIS.doc

L. HIPOTESIS

Peneliti mengindikasikan sebuah asosiasi kuat antara WAIS-III Aritmatik dan

subtes dalam WMI (Working Memory Indeks) lainnya. Aritmatik juga menampilkan

asosiasi yang tinggi dengan kemampuan aritmatik dan memori verbal. Kontribusi

sederhana untuk performansi aritmatik telah dapat ditemukan dari banyak ukuran

kognitif lainnya. Kecemasan dan faktor-faktor dibelakangnya dapat dipersepsikan

sebagai suatu kendala dalam belajar aritmatik, dan dapat membuat skor aritmatiknya

menjadi rendah.

M. METODE

1. Subjek

Penelitian dilakukan pada 118 orang dewasa yang dianjurkan untuk dilakukan

penilaian neuropsikologi oleh pelayanan neuropsikologi sebuah pusat kesehatan

universitas. Umur rata-rata peserta adalah 47,2 tahun (SD=16,1) dan rata-rata level

tingkat pendidikan adalah 15,0 (SD2,9). Lima puluh persen dari mereka adalah laki-

laki. Sampel penelitian terdiri dari 107 orang berkulit putih, 9 orang Asia, dan 2 orang

peserta Afrika-Amerika (kulit hitam). Peserta yang memiliki diagnosis awal

neuropsikologi sebanyak 69%, juga termasuk gangguan psikotik sebanyak 21%, dan

yang tidak terdiagnosis apaun sebanyak 10%. Peserta dengan diagnosis

neuropsikologi meliputi: demensia (28%), cedera otak traumatis (22%), penyakit

cerebrovascular atau kecelakaan (19%), gangguan perkembangan (10%), anoxia

(8%), tumor (4%), dan lainnya (9%). Jumlah yang paling banyak dalam hal diagnosa

psikotik adalah gangguan mood.

2. Variabel

- Variabel terikat: Hasil pengukuran kemampuan aritmatik menggunakan subtes

aritmatik WAIS-III

- Variabel bebas: Efek kognitif, kepribadian dan latar belakang

4

Page 6: Review Jurnal WAIS.doc

N. JALANNYA PENELITIAN

1. Prosedur

Semua peserta diberikan subtest WAIS-III untuk menghitung WMI (Wecshler,

1997). Pemahaman pendengaran dan kemampuan menghitung diukur melalui

pemeriksaan dengan Complex Ideational Material dan Arithmetic subtests dari the

Boston Diagnostic Aphasia Examination (Goodglass & Kaplan, 1983). Penalaran

secara analisis dan pembentukan konsep baru yang dinilai dengan Tes Kategori

(Reitan & Wolfson, 1993). Konsentrasi diukur dengan digit tes kewaspadaan

(kesalahan), uji persepsi suara, tes ritme suara pantai dan Trail Making Test bagian B

(Lewis, 1995; Reitan & Wolfson, 1993). Tes mengingat cerita dan tokoh dan tes

pembendaharaan kata digunakan untuk memeriksa memori jangka pendek (Heaton,

Miller, Taylor & Grant, 2004; Delis, Kramer, Kaplan, & Ober, 1987).

Psikopatologi diperiksa dengan MMPI-2 dan depresi dengan Skala 2 (Butcher

Dahstrom, Graham, Tellegen, & Kaemmer, 1989). Kecemasan diperiksa dengan

beberapa cara. Kecemasan dengan skala dari MMPI-2 dan pengukuran kegelisahan

Beck diberikan (Butcher et al, 1989; Beck & Steer, 1993). Selain itu, kecemasan

diukur pada awal pengujian, setelah ia mengumumkan kemampuan Aritmatika (pada

WAIS-III) akan diuji dan pada tahap akhir pengujian Aritmatika ini. Pengukuran ini

dilakukan dengan analog skala 0 hingga 10.

Sejumlah faktor latar belakang diukur dalam format biner (ya-tidak). Ini

melibatkan laporan peserta dari beberapa kejadian yang terjadi pada Ds atau Fs di

sekolah, estimasi subjektif mereka adalah berupa apakah mereka mengalami kesulitan

belajar Aritmatika sebagai seorang anak, dan apakah peserta kesulitan menggunakan

aritmatika secara rutin dalam bekerja.

2. Instrumen

- Tes WAIS-III (Wecshler, 1997).

- Complex Ideational Material dan Arithmetic subtests dari the Boston Diagnostic

Aphasia Examination (Goodglass & Kaplan, 1983).

- Tes Kategori (Reitan & Wolfson, 1993).

- Tes kewaspadaan (kesalahan), uji persepsi suara, tes ritme suara pantai dan Trail

Making Test bagian B (Lewis, 1995; Reitan & Wolfson, 1993).

5

Page 7: Review Jurnal WAIS.doc

- Tes mengingat cerita dan tokoh dan tes pembendaharaan (Heaton, Miller, Taylor

& Grant, 2004; Delis, Kramer, Kaplan, & Ober, 1987).

- MMPI-2 Skala 2 (Butcher Dahstrom, Graham, Tellegen, & Kaemmer, 1989).

- Beck Anxiety Inventory (Butcher et al, 1989; Beck & Steer, 1993).

- Pengukuran faktor latar belakang dengan format biner (ya-tidak).

O. HASIL

Hasil dari penelitian ini adalah adanya asosiasi yang tinggi untuk subtest WMI

dalam mengukur memori, kemampuan berhitung dan symbol angka. Namun,

penelitian ini juga menghasilkan tentang asosiasi terendah dalam pengukuran

kecemasan. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa hanya terdapat sedikit sekali

asosiasi subtes WMI dalam pengukuran taraf kecemasan.

P. PEMBAHASAN

Hasil penelitian dapat dibuktikan berdasarkan ANOVA. Faktor latar belakang

menunjukkan kinerja jauh lebih buruk pada arimatika. Sub-tes untuk mereka yang

melaporkan nilai buruk disekolah, F (1, 116) ¼ 10.2, p <.01, kesulitan belajar

aritmatika, F ( 1, 116) ¼ 10,4, p <01, dan jarang menggunakan aritmatika dalam

kehidupan sehari-hari, F (1, 116) ¼ 9,2, p <.01. Eta-kuadrat nilai untuk tiga faktor

masing-masing adalah 08, 09, dan 08.

TABEL 1 

Korelasi antara Aritmatika dan Variabel Prediksi

TABEL

Prediksi Correlation Coefficient

Rentangan angka .51

Urutan nomor surat .61

Tes kewaspadaan angka, kesalahan .24

Tes berbicara pengamatan .36

Tes irama pantai .44

Tes membuat percobaan bagian B .43

Tes mengingat cerita, pembelajaran .48

6

Page 8: Review Jurnal WAIS.doc

Tes mengingat cerita, ingatan .41

CVLT, percobaan 1–5 .34

CVLT, lama penundaan .27

Tes mengingat gambar, pembelajaran .33

Tes mengingat gambar, ingatan .34

Kategori tes .41

BDAE subtes keadaan yang rumit .42

BDAE subtes aritmatik .56

MMPI-2 berpikir .33

MMPI-2 kadar skala kecemasan .22

Isyarat persediaan kecemasan .33

Awal kecemasan .22

Pra-aritmatika kecemasan .37

Post-aritmatika kecemasan .34

Tingkat pendidikan .40

Semua p <.05. Semua korelasinya Pearson Product Moment.

CVLT = California Verbal Learning Test.

BDAE= Boston  Diagnostik Afasia Examination.

Untuk mengetahui pengaruh WMI pada subjek, Aritamatika dibandingkan dengan

variabel lain yang mempengaruhi, melakukan analisis regresi berganda. Hal ini

menggunakan rentangan angka, urutan angka, BDAE, aritmatika, dan tes

pembelajaran memori sebagai prediksi dari aritamatika. Dua variabel terakhir dipilih

sebagai tes kognitif yang memiliki asosiasi yang kuat dengan aritmatika. Model yang

dihasilkan signifikan (R2 p ¼ 51, disesuaikan <0,0001). Semua prediksi signifikan

kecuali rentangan angka. Hasil tambahan disajikan di Tabel 2.

TABEL 2

Ringkasan Analisis Regresi Memprediksi Kinerja Aritmatika

Variabel Beta p

LNS 0.30 .001

BDAE Aritmatika 0.29 .0002

7

Page 9: Review Jurnal WAIS.doc

Tes mengingat cerita, ingatan 0.25 .0008

DSP 0.11 .22

LNS=WAIS-III subtes urutan nomor surat.

DSP=WAIS-III subtes rentangan angka.

Q. DISKUSI

1. Keterbatasan

Penelitin ini masih mengandung banyak keterbatasan, sehingga perlu

dilakukannya penelitian lanjutan. Adapun berbagai keterbatasan yang terdapat dalam

penelitian ini antara lain :

a) Subjek penelitian yang diambil rata-rata berumur 47,2 tahun, sehingga tidak dapat

digeneralisasikan untuk usia yang 18 kebawah atau usia antara 18- 25 tahun.

b) Hasil penelitian ini juga tidak dapat digeneralisasikan untuk orang yang

berpendidikan lebih rendah.

c) Hasil penelitian juga tidak dapat digeneralisasikan untuk orang yang memiliki

gangguan dalam membaca angka maupun huruf (seperti Disleksia).

d) Masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi daya konsentrasi seseorang

selain subtes WMI saja.

2. Saran

Penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan yang dapat melengkapi hasil

penelitiannya. Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya penelitian mengambil

subjek atau sampel penelitian dari berbagai kalangan usia, tidak hanya yang berumur

rata-rata 47,2 tahun saja, agar hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan lebih luas

lagi.

R. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah walaupun

kemampuan aritmatika dapat mewakili sebagai pengukuran konsentrasi maupun daya

ingatan, namun yang harus diingat adalah terdapat begitu banyak faktor lainnya yang

8

Page 10: Review Jurnal WAIS.doc

dapat mempengaruhi hal tersebut dan tentunya spesifikasi hanya sebatas pengukuran

konsentrasi memiliki berbagai keterbatasan.

9