Review Jurnal
-
Upload
dendra-ravelia -
Category
Documents
-
view
248 -
download
1
Transcript of Review Jurnal
Pembuatan Kelongsong Peluru Menggunakan CuZn 65%-35% Melalui Metode Metalurgi Serbuk Dengan Variasi Temperatur Sintering dan
Waktu Tahan Sintering Terhadap Modulus Elastisitas Sebagai Metode Alternatif Dari Proses Deep Drawing
Herryan Syahputra, Dr. Widyastuti, S.Si, M.Si, Ir. S a d i n o, MT
A. AbstrakCu65Zn35 merupakan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kelongsong
peluru. Material ini memiliki sifat mekanik yang baik, diantaranya kemampuan bentuk
(machinability), kemampuan tahan korosi dan memiliki kekuatan tarik yang baik.
Metode metalurgi serbuk sedang dikembangkan karena metode ini memiliki banyak
kelebihan diantaranya, efisiensi pemakaian bahan yang baik, porositas dapat dikontrol,
besar butir mudah di kontrol dan digunakan untuk pembuatan produk yang memiliki
desain yang rumit. Kontrol yang dilakukan yaitu 700, 800, 900oC temperatur sintering
dan 30, 60, 90 menit waktu tahan sintering. Dengan variabel yang ada dapat diketahui
pengaruh temperatur sintering dan waktu tahan sintering terhadap modulus elastisitas.
Melalui pengujian Densitas, XRD, SEM/EDX, dan uji modulus elastisitas. Data yang
diperoleh menunjukkan, variasi temperatur dan waktu tahan sintering yang menghasilkan
nilai modulus elastisitas tertinggi yaitu temperatur 700oC dan 30 menit waktu tahan
sintering, dimana nilai modulus elastisitas yang dihasilkan sebesar 56504.99 MPa.
Sehingga komposit Cu65Zn35 dengan metode metalurgi dapat membuat kelongsong
peluru.
B. Pendahuluan
Cu65Zn35 merupakan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kelongsong
peluru. Material ini memiliki sifat mekanik yang baik, diantaranya kemampuan bentuk
(machinability), kemampuan tahan korosi dan memiliki kekuatan tarik yang baik.
Metode metalurgi serbuk sedang dikembangkan karena metode ini memiliki banyak
kelebihan diantaranya, efisiensi pemakaian bahan yang baik, porositas dapat dikontrol,
besar butir mudah di kontrol dan digunakan untuk pembuatan produk yang memiliki
desain yang rumit. Kontrol yang dilakukan yaitu 700, 800, 900oC temperatur sintering
dan 30, 60, 90 menit waktu tahan sintering. Dengan variabel yang ada dapat diketahui
Nama : Dendra Ravelia
NRP : 2713100148
pengaruh temperatur sintering dan waktu tahan sintering terhadap modulus elastisitas.
Melalui pengujian Densitas, XRD, SEM/EDX, dan uji modulus elastisitas. Data yang
diperoleh menunjukkan, variasi temperatur dan waktu tahan sintering yang menghasilkan
nilai modulus elastisitas tertinggi yaitu temperatur 700oC dan 30 menit waktu tahan
sintering, dimana nilai modulus elastisitas yang dihasilkan sebesar 56504.99 MPa.
Sehingga komposit Cu65Zn35 dengan metode metalurgi dapat membuat kelongsong
peluru.
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan kelongsong peluru berbahan baku Cu-
Zn (kuningan) dengan komposisi tertentu, yang menggunakan proses metalurgi serbuk
sebagai metode alternatif dalam pembuatan kelongsong. Temperatur dan waktu tahan
sintering menjadi variabel karena merupakan hal penting dalam proses produk yang
menggunakan metode metalurgi serbuk. Temperatur dan waktu tahan sintering dapat
mempengaruhi struktur mikro dan struktur mikro ini mempengaruhi sifat mekanis suatu
material.(Randall M.German, 1996) Kelongsong diharapkan dapat memiliki sifat
mekanis yang lebih baik dibandingkan dengan pembuatan kelongsong peluru yang
menggunakan proses deep drawing. Dan dapat memiliki modulus elastisitas yang lebih
besar dari 380 MPa yang merupakan syarat minimum modulus elastisitas untuk bahan
kelongsong peluru.
C. Diagram Fasa CuZn
Kuningan berasal dari zaman Romawi. Dalam system ini terdapat 6 fasa yaitu
α,β,ε,η dan χ, dari semua fasa ini yang penting secara industri adalah : dua yaitu α dan
β. Fasa α mempunyai struktur FCC dan β mempunyai struktur BCC. Ada juga fasa β’
dengan kisi super. Untuk kuningan 70-30%, fasa α merupakan fasa yang lunak dan
mudah dikerjakan oleh mesin, sedangkan kuningan 60-40% adalah fasa α+β yang
mempunyai kekuatan tinggi dan banyak paduan dari ini yang mempunyai kekuatan tarik
tinggi. Paduan dengan kira-kira 45% Zn mempunyai kekuatan paling tinggi akan tetapi
tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Jadi hanya digunakan untuk aduan coran.
D. Metodologi
Material dasar yang digunakan untuk pembuatan kelongsong peluru pada
penelitian ini adalah CuZn 65% 35% dengan kualifikasi Pro Analisis (PA). Serbuk ini
ditimbang sebesar 6.9 gr untuk setiap sampel, setelah ditimbang dilanjutkan dengan
proses kompaksi dengan tekanan 600MPa dalam lingkungan atmosfer (cold compaction)
dan dies berdiameter 14 mm dengan tinggi 14 mm dan ditahan selama 10 menit. Untuk
mengurangi gesekan antara serbuk dengan cetakan pada saat kompaksi maka diberi
pelumas zinc stearat. Setelah proses kompaksi dilanjutkan dengan proses sintering dalam
keadaan vakum, dengan temperatur 700, 800, dan 900 oC dan dengan variasi waktu
tahan selama 30, 60, dan 90 menit. Setelah itu dilakukan pengujian densitas (Sinter),
mikrostruktur (SEM/EDX), analisa fasa dengan X-Ray diffraction (XRD), dan pengujian
modulus elastisitas (Spriggs).
E. Karakterisasi Serbuk CuZn
Pada penelitian ini dilakukan pengujian komposisi, pengamatan fasa, bentuk serta ukuran
serbuk CuZn yang digunakan. Dari hasil uji XRF didapatkan bahwa komposisi CuZn yang
digunakan sebesar 61.45% Cu dan 36.6% dan terdapat paduan lain seperti Ni, Fe, dll yang
presentasenya sangat kecil.
Pada gambar 5 terlihat bahwa serbuk CuZn memiliki bentuk dendritik dan memiliki ukuran rata-rata 2 μm.
F. Hasil Uji SEM
Kemudian semakin bertambahnya waktu tahan sintering maka nilai porositas
semakin bertambah, dan yang memiliki nilai porositas terendah adalah pada variabel
temperatur 700oC dan waktu tahan sintering 30 menit. Dalam pengamatan struktur mikro
terlihat bahwa terdapat banyak porositasdan waktu tahan 90 menit dan temperatur
900oC. Hal ini berbeda dengan hasil pengamatan struktur mikro pada temperatur 700oC
dan waktu tahan sintering 30 menit.
Terlihat pada Gambar terjadi banyak porositas pada Paduan Cu65Zn35 dengan
perlakuan waktu tahan 90 menit dan temperatur sintering 900oC yaitu sebesar 24%. Pada
perlakuan temperatur sintering 700oC dan waktu tahan 30 menit memiliki nilai porositas
yang lebih sedikit yaitu sebesar 15,5 %. Porositas ini terjadi karena adanya fasa ZnO dan
CuO yang mengakibatkan ikatan antar matriks tidak baik karena adanya lapisan oksida
yang menyelimuti partikel tersebut. Karena pada proses sintering kemungkinan
terjadinya ikatan antar partikel dan terbentuknya fasa baru.
Dari Gambar diatas, terlihat bahwa. ketika temperatur sintering 900oC dan pada
waktu tahan sintering 60, 90 menit muncul fasa baru yaitu CuO, hal ini dikarenakan
adanya termal yang berlebih sehingga menyebabkan CuZn semakin terokidasi dan juga
dikarenakan saat proses sintering gas yang dialirkan ke dalam furnace bukan gas murni
sehingga masih ada kemungkinan terjadinya oksidasi.
Terlihat pada Gambar menunjukkan hasil SEM yang memperlihatkan semakin
lama waktu tahan sintering semakin teroksidasi atau fasa ZnO nya semakin banyak. Pada
dasarnya semakin lama waktu tahan sintering akan menyebabkan pertumbuhan butir
sehingga akan menyebabkan berkurangnya nilai porositas. Akan tetapa pada penelitian ini
berkebalikan terhadap dasar teori yang ada, hal itu bisa disebabkan pada ukuran partikel,
yang menyebabkan semakin kecilnya ukuran partikel maka waktu tahan sintering semakin
cepat. Maka dari itu pada penelitian ini didapatkan waktu tahan sintering yang sesuai
adalah selama 30 menit.
G. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dianalis didapatkan kesimpulan penelitian yaitu:
1. Semakin naiknya temperatur sintering maka nilai modulus elastisitas semakin
turun, dimana pada temperatur sintering 700oC dan waktu tahan sintering 30 menit
menghasilkan nilai modulus elastisitas tertinggi yaitu 56504.99 MPa.
2. Semakin lamanya waktu tahan sintering maka nilai modulus elastisitas semakin
turun, dimana pada waktu tahan sintering 30 menit dan temperatur sintering 700oC
menghasilkan nilai modulus elastisitas tertinggi yaitu 56504.99 MPa.
3. Paduan Cu65Zn35 dapat menjadi bahan kelongsong peluru karena nilai modulus
elastisitasnya melewati batas minimum nilai modulus elastisitas peluru yaitu sebesar
380 MPa.