Review Jurnal

7
REVIEW JURNAL KONSEP DIRI PRIA BISEKSUAL A. Pendahuluan Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi seseorang dengan lingkungan serta orang-orang yang berada di sekitarnya. Apa yang dipersepsi orang lain tentang dirinya akan mempengaruhi penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri positif maupun negatif pada dasarnya terbentuk melalui proses belajar seseorang sejak kecil sampai dewasa. Ketika lingkungan memberi label negatif pada seseorang maka konsep diri yang muncul akan negatif pula. Sebaliknya jika lingkungan memberi label positif pada seseorang maka yang akan muncul konsep diri yang positif. Menjelang masa remaja, seseorang akan mengalami proses pencarian identitas, yaitu proses mengembangkan identitas personal yang unik dari setiap orang. Stereotipe sosial masyarakat juga mempunyai peranan penting tentang bagaimana seseorang membentuk identitas dirinya serta berperilaku sebagai perempuan atau laki-laki. Selain identitas diri, seseorang pada masa remaja juga mengalami perkembangan seksual, pubertas yakni mengalami kematangan terhadap fungsi-fungsi organ seksual. Perkembangan seksual ini diiringi adanya dorongan seksual dan rasa ketertarikan pada lawan jenis. Masyarakat menilai bahwa letak kenormalan seseorang ketika mempunyai dorongan seksual dan rasa ketertarikan dengan lawan jenis. Namun disisi lain, ada diantara individu yang mempunyai ketertarikan dengan sejenis maupun lawan jenisnya (biseksual). Dengan adanya kelainan ini, masyarakat mempunyai pandangan negatif terhadap biseksualitas. Hal ini yang menyebabkan individu dengan kecenderungan biseksual merasa 1 | Page

description

Jurnal psikologi komunitas

Transcript of Review Jurnal

Page 1: Review Jurnal

REVIEW JURNAL

KONSEP DIRI PRIA BISEKSUAL

A. Pendahuluan

Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi seseorang dengan lingkungan serta

orang-orang yang berada di sekitarnya. Apa yang dipersepsi orang lain tentang dirinya akan

mempengaruhi penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri positif maupun

negatif pada dasarnya terbentuk melalui proses belajar seseorang sejak kecil sampai dewasa.

Ketika lingkungan memberi label negatif pada seseorang maka konsep diri yang muncul akan

negatif pula. Sebaliknya jika lingkungan memberi label positif pada seseorang maka yang

akan muncul konsep diri yang positif.

Menjelang masa remaja, seseorang akan mengalami proses pencarian identitas, yaitu

proses mengembangkan identitas personal yang unik dari setiap orang. Stereotipe sosial

masyarakat juga mempunyai peranan penting tentang bagaimana seseorang membentuk

identitas dirinya serta berperilaku sebagai perempuan atau laki-laki. Selain identitas diri,

seseorang pada masa remaja juga mengalami perkembangan seksual, pubertas yakni

mengalami kematangan terhadap fungsi-fungsi organ seksual. Perkembangan seksual ini

diiringi adanya dorongan seksual dan rasa ketertarikan pada lawan jenis.

Masyarakat menilai bahwa letak kenormalan seseorang ketika mempunyai dorongan

seksual dan rasa ketertarikan dengan lawan jenis. Namun disisi lain, ada diantara individu

yang mempunyai ketertarikan dengan sejenis maupun lawan jenisnya (biseksual). Dengan

adanya kelainan ini, masyarakat mempunyai pandangan negatif terhadap biseksualitas. Hal

ini yang menyebabkan individu dengan kecenderungan biseksual merasa terasing dari

masyarakat dan dapat menumbuhkan perasaan atau penilaian negatif dari diri individu.

B. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada laki-

laki yang berusia 23 – 30 tahun, belum menikah dan memiliki orientasi seksual yaitu

biseksual, dimana laki-laki tersebut memiliki ketertarikan emosiaonal maupun seksual

terhadap sesama jenis maupun lawan jenis. Adapun subyek penelitian adalah 2 orang.

1 | P a g e

Page 2: Review Jurnal

C. Hasil Pembahasan

No. Pembahasan Subyek 1 Subyek 2

1. Pengetahuan tentang diri sendiri

Keadaan biseksual sebagai suatu kekurangan sehingga berusaha menutupi agar orang lain tidak mengetahui, terutama keluarga.

Pernah mendapat label homo/gay/biseksual dari lingkungan.

Keadaan biseksual sebagai suatu kekurangan sehingga berusaha menutupi agar orang lain tidak mengetahui, terutama keluarga.

Adanya kelebihan karena pada saat yang sama dapat menyukai lawan jenis dan sesama jenis.

Pernah marah karena panggilan yang kurang enak didengar, tetapi ada kalanya dihiraukan.

2. Harapan Menjadi laki-laki normal.

Menikah dengan seorang perempuan dan menjadi heteroseksual.

Menjadi laki-laki normal.

Menjalani hidup dengan lebih baik, membatasi pertemanan dengan gay, lesbi dan biseksual.

Menemukan perempuan yang mengerti dan menerima keadaan dirinya.

3. Evaluasi diri Bisa menghargai dirinya sendiri dengan menutupi keadaannya dari masyarakat.

Belum bisa menghargai dirinya sendiri, tidak terima dengan kondisinya sehingga menjadi serba salah dan membuatnya harus berbohong pada orang lain.

4. Diri etik moral

Sadar bahwa orientasi seksualnya bertentangan dengan ajaran agama.

Dengan menjadi Budhist atau Pendeta akan dekat dengan Tuhan dan meninggalkan kehidupan biseksual, dibanding bila menjadi Ulama karena pergaulan Ulama sangat luas.

Sadar bahwa orientasi seksualnya bertentangan dengan ajaran agama.

Mengalihkan perhatian dengan tidak memikirkan pertanggungjawaban pada Tuhan.

5. Image, penampilan fisik & kesan yang ditampilkan

Memperhatikan penampilan.

Mengikuti fitness agar terlihat lebih macho.

Penampilan sewajarnya, memakai celana jeans dan kaos.

Cukup nyaman dengan penampilannya, belum ada keinginan untuk merubah penampilan.

6. Karakteristik Percaya diri Tidak percaya diri, terutama saat

2 | P a g e

Page 3: Review Jurnal

khusus yang dimiliki Kemampuan kerja tidak pernah

diremehkan.

ingin berkenalan dengan perempuan.

Beberapa orang meremehkan kemampuan kerjanya.

7. Orang lain yang mengetahui

Orang tua tidak tahu.

Yang mengetahui adalah saudara sepupu dan beberapa orang teman kerja.

Orang tua tidak tahu.

Yang mengetahui adalah adik yang kelima dan keenam.

8. Interaksi dengan orang sekitar

Orang-orang terdekat tidak menghindar, melainkan memberi dukungan.

Orang-orang terdekat tidak menghindar, melainkan memberi dukungan.

9. Proses belajar

Tidak pernah merasa tertekan.

Yang membuat tetap kuat adalah dari dirinya sendiri.

Tidak pernah mendapat cemoohan dari orang lain.

Selalu merasa tertekan dengan keadaannya.

Kedua adiknya selalu memberi dukungan dan nasehat.

Banyak menerima cemoohan dan sindiran, bahkan dari kakaknya sendiri.

D. Kesimpulan Penelitian

Faktor eksternal yang meliputi pandangan, penerimaan dan sikap dari lingkungan

cukup mempengaruhi konsep diri dari individu biseksual. Namun faktor internal dari individu

dapat pula melemahkan atau bahkan memperkuat konsep diri yang didapatkan dari

lingkungan. Walaupun lingkungan memberikan pandangan dan sikap negatif, jika individu

mempunyai penerimaan diri yang positif maka akan berdampak pada konsep diri yang positif.

Pada kedua subyek sama-sama mendapatkan pandangan dan sikap negatif dari

lingkungan, namun pada subyek 1 mempunyai penerimaan diri yang positif terhadap kondisi

dirinya sehingga konsep dirinya menjadi positif. Sedangkan pada subyek 2, belum dapat

menerima kondisi dirinya sehingga menjadikan dirinya semakin tertekan dan konsep dirnya

negatif.

E. Ulasan Hasil Penelitian

3 | P a g e

Page 4: Review Jurnal

Dari hasil penelitian terhadap 2 orang subyek, diketahui bahwa subyek mengerti

tentang kondisi yang dialaminya. Mereka menganggap bahwa keadaan biseksual sebagai

kekurangan yang ada pada diri mereka dan mereka juga sadar bahwa orientasi seksual

mereka sangat bertentangan dengan ajaran agama. Namun mereka belum dapat menentang

keadaan yang mereka alami. Keinginan untuk menjadi laki-laki normal hanya dapat di

kamuflase dengan memberikan penampilan seperti layaknya lelaki normal agar lingkungan

dapat menerima mereka.

Perilaku abnormal seringkali mendapat sorotan tersendiri di masyarakat. Seperti

halnya perilaku seksual yang menyimpang, dalam hal ini adalah biseksual. Bagi mereka yang

mempunyai orientasi biseksual tidak bisa secara “bebas” mengakui tentang keadaannya,.

Mereka hanya dapat jujur mengatakan keadaannya hanya pada keluarga dekat, sahabat atau

orang-orang yang lebih mengerti tentang dirinya. Hal ini semata-mata untuk menghindari

pandangan negatif dari lingkungan/masyarakat. Pandangan negatif inilah yang dapat

mempengaruhi konsep diri seorang biseksual, sehingga mereka akan merasa buruk dan tidak

dibutuhkan di lingkungan.

Dalam pendekatan komunitas, dibahas bahwa penting halnya memahami seseorang

dengan kehidupannya dan untuk menjadikan seseorang tersebut dapat menerima keadaan

dirinya. Demikian juga dengan kaum biseksual, pada dasarnya mereka sama seperti orang

normal namun hanya perlu memahami mereka dengan dunianya maka masyarakat akan

mengerti tentang mereka. Oleh karena itu, biasanya kaum-kaum minoritas seperti biseksual

mempunyai kelompok-kelompok dimana mereka terdiri dari para biseksual ataupun orang

normal yang concern terhadap permasalahan biseksual. Dengan adanya kelompok-kelompok

tersebut diharapkan mereka dapat sejenak secara “bebas” menjadi diri mereka sendiri dan

diharapkan dapat memunculkan konsep diri yang positif.

F. Kelebihan & Kekurangan

Kelebihan

1. Pada penelitian ini cukup detail dalam mendeskripsikan faktor-faktor yang

mempengaruhi terbentuknya konsep diri seorang biseksual, baik dari faktor internal

maupun eksternal.

2. Data yang didapatkan dari 2 subyek penelitian ini cukup menggambarkan kondisi

yang terjadi dari pria biseksual.

Kekurangan

4 | P a g e

Page 5: Review Jurnal

1. Subyek dalam penelitian hanya menggunakan 2 orang pria biseksual yang

diperbandingkan antara satu sama lain tentang kondisi yang dapat mempengaruhi

konsep diri mereka. Sehingga belum dapat digeneralisir tentang konsep diri pria

biseksual.

2. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa subyek ke-2 mempunyai konsep diri yang

negatif, sedangkan subyek ke-1 konsep dirinya positif. Namun dari beberapa

pernyataan yang diungkapkan oleh subyek ke-2 menggambarkan bahwa dirinya

juga mempunyai konsep diri yang positif, seperti pembahasan bahwa subyek cukup

menilai bahwa biseksual adalah kelebihan karena pada saat yang sama dapat

menyukai lawan jenis maupun sesama jenis. Selain itu, subyek ke-2 juga

berpenampilan wajar seperti pria normal dan belum ada keinginan untuk

mengubah penampilannya. Sehingga kesimpulan dari penelitian ini masih belum

tepat, karena hasil penelitian masih belum dapat menyatakan konsep diri subyek.

Dalam penelitian ini lebih tepat jika disimpulkan tentang penerimaan diri pria

biseksual.

5 | P a g e