Review "Gadis Kretek" (Ratih Kumala) di Majalah Detik No. 21 (23 April 2012)

download Review "Gadis Kretek" (Ratih Kumala) di Majalah Detik No. 21 (23 April 2012)

of 4

description

Review novel "Gadis Kretek" karya Ratih Kumala, di Majalah Detik edisi 21, 23 April 2012.

Transcript of Review "Gadis Kretek" (Ratih Kumala) di Majalah Detik No. 21 (23 April 2012)

seni & hiburan

buku

IntrIk darI SelIntIng kretekDi akhiR maSa hiDupnya, juRaGan kRetek itu membuka tabiR maSa lalu keluaRGanya. aDa peRSainGan DaGanG Dan kaSih tak Sampai yanG beRujunG paDa Satu nama peRempuan.Reporter: Silvia Galikanodetikfoto

Judul Genre Penulis Penerbit Tebal

: Gadis Kretek : Novel : Ratih Kumala : PT Gramedia Pustaka Utama : 274 HalamanMajalah detik 23 - 29 APRIL 2012 APRiL

seni & hiburan

buku

r

Buruh rokokAntARA

omo Raja tengah sekarat akibat stroke. Dalam igauan, muncul nama Jeng Yah keluar dari bibir romo. Ibu, yang 37 tahun mendampingi romo, tak urung cemburu karenanya. Mulut ibu pletatpletot menggerutu, mangkel. Siapa Jeng Yah? Selama ini tidak pernah terdengar namanya kok ujug-ujug keluar dari bibir romo? Dan bertanya siapa Jeng Yah pada ibu artinya sama saja dengan menyakiti ibu dua kali lipat. Karenanya harus dicari cara lain untuk memecahkan teka-teki ini. Tiga putra romo, Tegar, Karim, dan Lebas tergelitik untuk mencari tahu siapa Jeng Yah. Perempuan ini pasti sangat berarti bagi ayah mereka. Ketiganya menduga Jeng Yah hadir dalam kehidupan romo jauh sebelum anak-anak romo lahir, bahkan sebelum romo dan ibu menikah. Tapi menduga-duga saja tak menghasilkan apa-apa, harus ada yang berani menanyakannya pada romo atau pada siapapun yang tahu. Ternyata tak sesulit yang ditakutkan. Keesokannya, dalam suatu percakapan bisik-bisik antara Lebas dan romo, romo sampaikan ingin bertemu Jeng Yah. jangan bilang-bilang ibumu, ya. Ibumu pasti marah. Berbekal restu romo dan tanpa sepengetahuan ibu; Tegar, Karim, dan Lebas bertolak dari Jakarta ke Kudus, karena di kota inilah dulu sekali romo terakhir kali bertemu Jeng Yah. Dan tak ayal, mencari siapa Jeng Yah membuat mereka menelusuri masa lalu keluarga. Ketika kretek Djagad Raja, yang berpabrik di Kudus dan sekarang dipimpin romo, belum lagi lahir. Pencarian bahkan hingga ke Kota M, kota asal kakek mereka, Mbah Djagad. Lewat Gadis Kretek, Ratih Kumala, yang notabene buMajalah detik 23 - 29 APRIL 2012

seni & hiburan

buku

kan perokok, mengajak pembaca mengenal rokok yang entah bagaimana caranya, jadi demikian eksotik. Sangat Indonesia. Aroma tembakau, wangi cengkih, buruh linting yang tiap akhir hari telapak tangannya tebal berlapis sari kretek, gudang tembakau milik orang Tionghoa, dan persaingan usaha antarpabrik rokok gurem, semuanya sangat Indonesia. Dari kelobot sederhana yang awalnya digembar-gemborkan dapat mengobati asma, hingga rokok kretek yang disemprot saus rahasia dan dilinting papier. Dari istilah bahwa rokok itu diminum hingga kemudian berganti jadi diisap. Masa ketika rokok tidak diidentikkan dengan apa pun, misalnya citra jantan, dan belum dibenturkan dengan isu kesehatan. Ngeses, istilah masyarakat Kudus untuk merokok. Mbako untuk menyebut tembakau. Woor untuk cengkih. Dan tingwe (linting dhewe), untuk rokok buatan sendiri, bukan rokok hasil pabrikan. Dan entah apa lagi bumbu rahasia yang diselipkan Ratih Kumala sehingga membaca Gadis Kretek terasa seperti membaca ruh negeri ini. Baiklah, kembali ke Jeng Yah. Nama sebenarnya adalah Dasiyah. Perempuan cerdas putri pemilik pabrik rokok kretek Merdeka!, Idroes Moeria. Pesaing utama Merdeka! adalah rokok kretek Proklamasi milik Soedjagad yang tak lain teman masa kecil Idroes Moeria. Persaingan Idroes Moeria dan Soedjagad sebetulnya sudah lama, sejak mereka samasama bujangan dan sama-sama memulai usaha kelobot. Apa pun terobosan yang dilakukan Idroes Moeria selalu diikuti Soedjagad. Dari rasa kelobot, kemasan, merek, hingga pemasaran. Sebetulnya lagi, dua laki-laki itu juga jatuh cinta pada satu perempuan yang sama: Roemaisa, tetapi Idroes Moeria yang beruntung bisa menyunting putri Juru Tulis ini. Keduanya beroleh dua anakMajalah detik 23 - 29 APRIL 2012

seni & hiburan

buku

Rokok kretekAntARA

perempuan, Dasiyah dan Rukayah. Dasiyah pandai sekali membuat tingwe. Tingwe bikinannya jadi favorit Idroes Moeria dan teman wajib minum teh poci di sore hari. Tingwe itu jadi inspirasi Idroes Moeria untuk membuat satu merek rokok kretek lagi yang lebih enak. Dari sekian percobaan meramu saus, akhirnya saus buatan Dasiyah yang akan digunakan karena rasanya paling enak. Merek dagang sudah dipilih, yakni Kretek Gadis, dengan tagline Sekali isep, gadis yang Toean impikan muncul di hadepan Toean. Soedjagad tak pernah jauh ternyata. Dia juga mengeluarkan merek rokok baru: Kretek Garwo Koelo: Kreteknya lelaki yang cinta istrinya. Kretek Soedjagad ini jeblok di pasaran. Betapa tidak, jika mengisap Kretek Gadis, orangorang diajak berfantasi tentang perempuan muda nan cantik, Kretek Garwo Koelo (istri saya) mengingatkan pada istri di rumah yang mungkin jarang dandan, pakaiannya nglombrot, dan cerewet. Jebloknya Kretek Garwo Koelo bukan berarti selesainya Soedjagad menyaingi Idroes Moeria. Satu pintu tertutup berarti ada lima jendela terbuka, mungkin itu yang dia anut. Persaingan dagang jalan terus, bahkan dilanjutkan oleh generasi berikutnya, generasi Jeng Yah. Terasa sekali Ratih Kumala membuat riset yang tidak main-main untuk karyanya yang ke-5 ini. Data dia sulamkan rapi di banyak tempat, tetapi tidak membuat pembaca sesak dengan jejalan informasi. Yang mengganjal adalah cara penceritaan, yakni menjadikan Lebas sebagai aku. Mungkin karena Ratih perempuan, dan Lebas laki-laki, jadi ada yang tidak pas di situ. Kalimat-kalimat yang dilontarkan tiga bersaudara yang semuanya laki-laki itu terasa terlalu cerewet. (SIL/YOG)

Majalah detik 23 - 29 APRIL 2012