Review dan Analisis Tesis "Faktor - Faktor Penentu Pola Penyebaran dan Setting PKL Studi Kasus...
-
Upload
septian-widyanto -
Category
Documents
-
view
102 -
download
3
description
Transcript of Review dan Analisis Tesis "Faktor - Faktor Penentu Pola Penyebaran dan Setting PKL Studi Kasus...
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah serta karunia-Nya kepada kami kelompok 7 mata kuliah
Metode dan Teknik Analisis Kawasan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
PBR Metode dan Teknik Analisis kawasan dengan topik yang kami ambil adalah
“Faktor - Faktor Penentu Pola Penyebaran dan Setting PKL Studi Kasus Kawasan
di Sekitar Monumen 45 – Banjarasari Surakarta”.
Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu kami dalam rangka menyelesaikan tugas ini. Seperti Dosen kami
Bapak M. Sani Roychansyah, S.T., M.Eng., D.Eng. serta asistan dosen yang setia
memberikan bimbingan yaitu Irsyad Adhi Waskita, ST dan juga tak lupa kepada
Bayu Jatmiko selaku pembuat tesis.
Tugas ini adalah sebuah laporan yang berisikan rangkuman thesis dan
hubungan antara teoritis dan empiris terhadap penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yaitu Bayu Jatmiko. Serta berisikan hasil analisis kelompok kami dan
saran atau kritik terhadap tesis tersebut.
Kami menyadari bahwa laporan masih memiliki kekurangan sehingga
belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami
butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
Harapan kami dengan adanya tugas PBR dan pembuatan laporan ini
adalah semoga dapat menjadi masukan bagi kami dan teman-teman guna
menyusun tesis yang baik dan sempurna.
Sleman, 19 Desember 2012
Penyusun
Page 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………….1
Daftar Isi …………………………………………………………………….. 2
A. Latar Belakang …………………………………………………………...3
A.1 Kritik dan Saran ……………………………………………………… 3
B. Tinjauan Pustaka …………………………………………………………. 4
B.1 Teori ……………………………………………………………………… 4
B.2 Landasan Teori…………………………………………………………… 5
B.3 Kritik dan Saran …………………………………………………………. 6
C. Metode Penelitian………………………………………………………… 6
C.1 Wilayah Penelitian……………………………………………………….. 6
C.2 Batasan Penelitian……………………………………………………....... 7
C.3 Bahan dan Alat Penelitian………………………………………………... 9
C.4 Pembagian Daerah Amatan Penelitian…………………………………… 9
C.5 Kritik dan Saran………………………………………………………….. 12
D. Studi Kasus……………………………………………………………….. 12
D.1 Kritik dan Saran………………………………………………………….. 13
E. Analisis dan Pembahasan…………………………………………………. 13
E.1 Permasalahan …………………………………………………………….. 13
E.2 Analisis Terhadap Kios PKL Penggal di Kawasan Monumen 45……….. 14
E.3 Kesimpulan Analisis……………………………………………………….. 16
E.4 Kritik dan Saran……………………………………………………………. 19
F. Penutup……………………………………………………………………. 20
F.1 Kesimpulan……………………………………………………………….. 20
F.2 Saran……………………………………………………………………….. 22
F.3 Kritik dan Saran……………………………………………………………. 23
Page 2
A.Latar Belakang
Kondisi kota yang lebih maju dibandingkan dengan kondisi desa
memicu kegiatan urbanisasi. Akibat yang ditimbulkan dari urbanisasi antara
lain peningkatan jumlah penduduk kota.Meningkatnya laju pertumbuhan
penduduk tidak diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
Keadaan inilah yang menyebabkan lahirnya sektor informal akibat dari tidak
tersedianya lapangan pekerjaan di sektor formal. Sektor informal yang
bergerak di daerah perkotaan di Indonesia sering diidentikkan dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh Pedagang kaki lima (PKL).
Penulis mengambil studi kasus kawasan di sekitar Monumen 45
Banjarsari, Surakarta.Di kawasan ini sektor informal melakukan kegiatan
ekonominya. Padahal, kondisi kelas jalan di sekitar kawasan Monumen 45
berupa jalan kolektor sekunder dan jalan lokal, maka kecil kemungkinan PKL
tumbuh disekitar kawasan ini. Namun pada kenyataannya PKL hadir dan
menempati ruang-ruang di sepanjang jalan ini.Oleh karena itu penulis ingin
meneliti:
1. Faktor apa sajakah yang menjadi penentu penyebaran PKL dan setting
kios PKL di sekitar kawasan di sekitar Monumen 45.
2. Bagaimana arahan setting kios PKL yang sesuai dengan ketentuan dan
aktivitas kawasan di sekitar Monumen 45.
Page 3
A.1 Kritik dan Saran :
1. Menurut kami latar belakang penelitian kurang kuat. Penulis
terlalu banyak menuliskan penjelasan tentang permasalahan
PKL secara umum sementara penjelasan tentang PKL di
Kawasan sekitar Monumen 45 kurang dijelaskan secara
terperinci.
B.Tinjauan Pustaka
B.1. Teori
B.1.1. Teori sektor informal
Sektor informal merupakan usaha yang bersifat mandiri dan tidak
mendapat perlindungan hukum serta dukungan fasilitas dari pemerintah.
Oleh karena itu, pencari kerja dan pendatang baru sangat mudah memasuki
sektor ini.
Sektor informal identik dengan Pedagang Kaki Lima (PKL).
Pedagang kaki lima menurut keputusan mendagri no.23/MPP/kep/1/1998
tentang lembaga-lembaga usaha perdagangan, adalah perorangan yang
melakukan penjualan barang-barang dengan menggunakan bagian
jalan/trotoar dan tempat untuk kepentingan umum serta tempat lain yang
bukan miliknya.Dari jenis dagangannya, pedagang kaki lima
dikelompokkan menjadi 4 jenis perdagangan, yaitu:
a. Jasa
b. Makanan dan minuman
c. Non makanan
d. Buah-buahan
Tipe-tipe desain kaki lima dapat dikenali paling tidak lewat 4
kecenderungan, yakni mobilitas, kemenetapan, tingkat permodalan usaha,
dan komplektisitas desain.
B.1.2. Pola penyebaran, setting, dan kompleksitas bentukan fisik kios kaki
lima
A. Pola penyebaran kaki lima
Pola penyebaran kaki lima dipengaruhi oleh karakter pemilihan lokasi
PKL. Tipe susunan PKL menurut Poerbo (2004) dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Tipe konvensional:
PKL memilih lokasi dengan memanfaatkan jalur pedestrian yang
menghubungkan ke atau dari pusat kegiatan seperti pasar, kampus,
dan perkantoran.
Page 4
b. Tipe tradisional:
PKL yang berkumpul sehingga mampu menarik para pembeli dan
biasanya barang yang dijual homogen. Hal ini sering kita kenal
sebagai aglomerasi.
B.1.3 Teori Setting dan Kompleksitas Bentukan Fisik Kaki Lima
Setting dapat diartikan tata letak suatu interaksi antara interaksi
manusia dengan lingkungan. Sedangkan kompleksitas bentuk fisik kaki
lima diakibatkan adanya isu bagaimana PKL mengatasi keterbatasan
modal usaha bersamaan dengan tuntutan kebutuhan memodofikasi kios
menjadi lebih kompleks. Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan ruang
yang luas meningkat dan penurunan kualitas desain.
B.2. Landasan Teori
B.2.1 Kios PKL dalam Konteks Sektor Informal
Kaki lima adalah satu jenis sektor informal yang melakukan penjualan
barang-barang, biasanya memilih tempat yang banyak didatangi orang
dengan tanpa izin dari pemerintah.
B.2.2 Kios PKL dalam konteks ruang publik
Keberadaan kios PKL dalam konteks ruang publik terkait erat dengan
pengaruh penggunaan ruang. Kios kaki lima menempati lokasi-lokasi
di sepanjang jalan/pedestrian yang merupakan sarana accessibility.
B.2.3 Kios PKL dalam konteks activity support
Aktivitas di suatu kawasan dapat berpengaruh terhadap tumbuhnya
PKL dan atau sebaliknya keberadaan PKL dapat berpengaruh terhadap
aktivitas di suatu kawasan.
B.2.4 Kios PKL dalam konteks pola penyebaran, setting
Pola penyebaran PKL dipengaruhi adanya proses pemanfaatan ruang-
ruang publik yang dianggap strategis oleh para PKL. Setting (karakter
perletakkan) PKL dipengaruhi oleh aktivitas dan situasi terhadap
pedestrian, bangunan, dan jalan.
Page 5
C. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
rasionalistik kualitatif, yaitu dengan menemukan permasalahan di lapangan
kemudian membuat rangka penelitiannya dan mengolah data secara kuantitatif
untuk menentukan hasil yang kualitatif.
Untuk mempermudah penelitian, maka dilakukan studi kasus terhadap
sebuah kawasan sebagai batas area penelitian. Kesimpulan analisis ini selanjutnya
di gunakan sebagai acuan pembuatan guidelines.
C.1 Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian ini adalah kawasan di sekitar Monumen 45, Pasar Legi,
Kecamatan Banjarsari Surakarta dengan objek penelitian kios pedagang kaki
lima yang mempunyai kecenderungan menetap di lokasi tersebut dengan batas
wilayah :
Sebelah Utara : Jl. Wolter Monginsidi
Sebelah Selatan : Jl. Sutan Syahrir
Sebelah Barat : Jl. S. Parman, Kawasan Pasar Legi
Sebelah Timur : Jl. D.I. Panjaitan
Page 6
B.3 Kritik dan Saran :
1. Mengenai kajian pustaka sudah cukup baik. Penulis sudah menjelaskan
mengenai PKL dan setting penyebaran PKL, serta keterkaitan antara
PKL dengan konteks ruang yang lain. Namun, penulis terlalu banyak
memasukkan data yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan dalam
penelitian.
2. Data yang kurang dibutuhkan diletakkan di awal pembahasan. Hal ini
menyebabkan tesis terlihat terlalu bertele-tele. Padahal di bagian akhir
pembahasan justru terdapat data yang terkait dengan penelitian.
Gambar 3. 1. Blok Plan Kawasan Monumen 45 Banjarsari Surakarta
(Sumber : Dinas Tata Kota, 2005)
C.2. Batasan Penelitian
Wilayah studi kasus ini akan dibatasi oleh dua variabel, yaitu variabel
pengamatan berdasarkan pola penyebaran dan berdsarkan setting. Variabel
berdasarkan pola adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 1. Variabel penelitian berdasarkan Pola Penyebaran/ Distribusi
variabel parameter sub parameter objek amatan
Pola Penyebaran
FungsiBangunan dan
ruang pelingkup
Publik
komersial
dagang
komersial jasa
Hunian
lahan kosong
Jarak
Magnet
Bangunan
magnet lain
di antara magnet
Jalan
penghubung
jenis
penghubung
Jarak
PKL lain Kios
warung tenda
Page 7
Gerobak
Sirkulasi
Lalu lintasArah lalu lintas
Dimensi jalan
Parkir
Parkir onstreet
Parker offstreet
Sirkulasi
Tabel 3. 2. Variabel penelitian berdasarkan Setting
variabel Parameter sub parameter Objek amatan
Setting
Fisik
Bangunan
Fungi bangunan
Pagar
Pintu gerbang
Batas persil
Jalur pedestrian
Dimensi
Vegetasi dan
taman
Street furniture
Jalan
Dimensi
Lajur
Posisi
Lalu lintas
Aktivitas
PKL
Jenis dan waktu
Modul
Posisi dan
orientasi
Kendaraan
Parker onstreet
Parkir offstreet
Intenstas
Pejalan kakiIntensitas
Area konsentrasi
C.3. Bahan dan Alat Penelitian
Page 8
Bahan-bahan penelitian yang harus disiapkan untuk mendapatkan
informasi, antara lain : studi literature tetang kawasan, opini mengenai
fenomena PKL dengan cara wawancara. Adapun sumber yang dapat diambil
melalui metoda wawancara adalah : PKL itu sendiri, pengunjung, pengguna
jalan, paguyuban PKL, masyarakat sekitar, dan instansi terkait seperti : Dinas
tata kota, Bappeda, Dinas pasar dan kantor PKL, serta instansi pemerintahan
lainnva.
Alat-alat penelitian yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan :
1. Kamera, untuk merekam jenis kios, barang yang dijual, bentuk desain
kios keadaan akses, dan aktivitas di sekitar kawasan
2. Meteran, untuk mengukur dimensi jalan, dimensi kios.
3. Gmbar peta, block plan, untuk mendata fungsi bangunan, ragam setting
PKL terhadap jalur pedestrian dan bangunan , kondisi ruas jalan, jalur
pedestrian dan taman.
4. Alat tulis dan Komputer.
C.4. Pembagian Daerah Amatan Penelitian
Pembagian daerah amatan penelitian digunakan untuk memudahkan
pengamatan terhadap wilayah penelitan, area penelitian dapat di bagi
berdasarkan kategori yang ada, maka daerah amatan dibagi menjadi tiga
penggal wilayah. Sperti yang terlihat pada gambar berikut :
i. Penggal I : Kawasan di luar Kompleks Monumen 45
Gambar 3. 2. Penggal I Wilayah amatan penelitian
(Sumber : Survei, 2005)
ii. Penggal II : Kawasan di sekitar Kompleks Monumen 45
Page 9
Gambar 3. 3. Penggal II Wilayah Amatan Penelitian
(Sumber : Survei, 2005)
iii. Penggal III : Kawasan di dalam Kompleks Monumen 45
Page 10
Gambar 3. 4. Penggal III Wilayah Amatan Penelitian
(Sumber : Survei, 2005)
a. Pengumpulan Data dan Informasi Kios PKL
Pengumpulan data kios PKL yang ada di wilayah penelitian,
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tahap 1
i. Mendata deskripsi kategorisasi jenis dan macam kios PKL berdasar
jenis barang dagangannya, yaitu penjual barang dan jasa.
ii. Mendata deskripsi ragam setting kios PKL tersebut terhadap pedestrian,
trotoar, dan bangunan sekitarnya.
iii. Mendata tampilan visual kios PKL ditinjau dari berbagai sudut dan
aspek fisiknya.
iv. Data tersebut dipertegas dengan memberikan ulasan, informasi,dan
deskripsinya.
Tahap 2
i. Pemotretan terhadap fenomena kios PKL, yaitu: pemotretan terhadap
aspek visual, sirkulasi, dan beberapa hal terkait topik yang akan di
bahas.
ii. Foto-foto tersebut kemudian diolah sehingga memberikan informasi
yang jelas.Lalu data yang terhimpun dari data pertama dan kedua
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian dan sebagai penompang informasi
yang ada.
b. Proses analisis
Proses analisis dilakukan untuk menganalisis hasil amatan dengan
menggunaan metoda kuantitatif atau dominasi yang kemudian
Page 11
diasumsikan berdasarkan kebutuhan. Adapun proses analisis dalam proses
ini antara lain :
a. Menganalisis kecenderungan pemilihan lokasi PKL terhadap daya tarik
kawasan untuk mengetahui pola persebarannya
b. Menganalisis kecenderungan setting beberapa kios PKL terhadap
aktivitas pengguna kawasan dan akses bangunan di sekitar kawasan
sehingga dapat diketahui pola yang dipakai oleh PKL berdasarkan
fenomena lapangan.
c. Menganalisis tampilan visual PKL sehingga dapat diketahui ragam dan
macam kios PKL dan permasalahan yang ditimbulkan.
Page 12
D. Studi Kasus
Kawasan di sekitar Monumen 45 Banjarsari Surakarta dibagi menjadi
beberapa fungsi ruang kawasan, diantaranya : fungsi publik berupa fasilitas
pendidikan, perdagangan dan jasa, permukiman, ruang terbuka hijau kota.
Struktur ruang ini membagi beberapa ruas jalan yang menghubungkan antar
fungsi ruang sekitar kawasan, sehingga kawasan ini mempunyai fungsi
penting bagi struktur ruang kota surakarta. Kawasan tersebut didominasi oeh
fungsi permukiman dan RTH kota. Kawasan tersebut sekarang
keberadaannya cenderung mengalami penurunan fungsi kawasan, hal ini
terbukti dari kondisi fisik kawasan yang tidak tertata rapi, tidak terawat, dan
telah didominasi dengan kegiatan perdagangan (PKL) yang menyebar merata
di sekitar kawasan.
Page 13
C.5Kritik dan Saran :
1. Data yang digunakan sudah cukup lengkap. Namun bahasa yang digunakan terlalu berbelit-belit
dan tidak komunikatif, sehingga sulit dicerna orang awam. Bahkan dalam penyajian data tidak
disertai klasifikasi yang jelas antara jalan yang berbeda dan permasalahannya. Banyak pula
kesalahan dalam penulisan sesuai tata eja Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Analisa terhadap komposisi berupa penjelasan yang cukup jelas dan komunikatif. Namun sama
sekali tidak representatif karena tidak dijabarkan dalam bentuk gambar maupun grafik. Bahkan
proses pengumpulan data dan menganalisis tidak dijabarkan jadi diragukan keabsahan analisis
terhadap komposisi dalam penelitian ini.
Saran:
1. Sebaiknya cukup gambar dan sedikit keterangan deskripsi, karena penjelasan deskripsi berupa
tulisan justru sia-sia menyebabkan kesan membosankan dan membingungkan.
2. Pada rekayasa rencana vegetasi, foto dan gambar yang digunakan cukup representatif dan
menarik. Alangkah baiknya lagi jika peneliti menggunakan sketsa gambar tiga dimensi sebagai
dasar penelitian yang menjadikan responden bisa merasakan suasana dari simulasi .vegetasi
tersebut, hingga penilaian pun akan lebih detail dan spesifik.
Penelitian kali ini dilakukan pengamatan dengan membagi menjadi tiga
penggal ruang kawasan, yaitu : 1) penggal di luar kompleks (Jl. Abdul
Rahman Saleh, Jl. Samsul Rizal, dan Jl. Sugiyo Pusponoto), 2) penggal di
sekitar kompleks (Jl. Monumen), dan 3) penggal di dalm kompleks.
Ketiga penggal memiliki karakter yang sama, yaitu didominasi dengan
permukiman dan RTH kota tetapi keberadaan PKL dengan kios menetap,
mayoritas aktivitas terjadi pada siang hari.
Setiap jalan dibagi menjadi lima aspek pembahasan yaitu tinjauan umum
kawasan, kondisi ruang jalan, fungsi bangunan, sebaran kios PKL, dan
ragam setting kios PKL.
E. Analisis dan Pembahasan
E.1 Permasalahan
PKL dianggap sebagai aktivitas yang sangat riskan menimbulkan konflik
kepentingan. PKL dianggap sebagai aktivitas yang sangat riskan
menimbulkan permasalahan lingkungan karena sifat modal usahanya yang
sangat mudah untuk menarik aktivitas informal lainnya. Selain itu PKL
dianggap bermasalah karena keberadaannya yaitu membuka kios di lahan
publik pekotaan dan meninggalkan kiosnya setelah selesai berjualan.
Page 14
D.1 Kritik dan Saran:
1. Terlihat bahwa penulis sudah mengkonsep bab ini sedemikian rupa
karena sudah membagi tiap obyek peneliti (jalan) dengan lima
pembahasan yang sesuai dengan tema penelitian.
2. Gambar dan foto juga sudah mudah dipahami.
3. Jika dilihat pada bab selanjutnya (Analisis dan Pembahasan) tidak
terlihat secara jelas peran data-data yang telah dikumpulkan pada studi
kasus ini sehingga pembaca sulit memahami isi dan pembahasan
(bagian terpenting) yang terkandung dalam laporan penelitian ini.
Menurut penelitian Agus Nur Rochmad mengenai faktor-faktor penentu
pola sebaran dan setting PKL di Yogyakarta (2004), kota-kota di Indonesia
cenderung memilih lokasi kelas jalan arteri sekunder dengan fungsi kawasan
komersial jasa, namun pada kenyataannya PKL di Kawasan sekitar monumen
45 Banjarsari Surakarta menempati ruas jalan dengan kelas jalan kolektor
sekunder dan kelas jalan lokal, adapun fungsi kawasan didominasi oleh
kawasan pemukiman.
Kawasan pengamatan yaitu penggal di luar kompleks kawasan
monumen 45, penggal di sekitar kompleks monumen 45 dan penggal di
dalam kompleks monumen 45. Ketiga penggal ruang tersebut mempunyai
tingkat kelas jalan dan aktivitas kawasan yang berbeda.
E.2 Analisis Terhadap Kios PKL Penggal di Kawasan Monumen 45
Disebutkan sebelumnya bahwa wilayah studi kasus ini dibatasi oleh dua
variabel, yaitu variabel pengamatan berdasarkan pola penyebaran dan
berdasarkan setting. Variabel tersebut digunakan untuk memperoleh suatu
faktor-faktor kecenderungan kios PKL dalam memilih lokasi usahanya dan
karakter setting-nya sehingga akan menjadi acuan dalam membuat arahan
penataan kios PKL di wilayah studi kasus tersebut.
E.2.1 Analisis Pola Penyebaran PKL
Parameter yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
mengacu pada teori-teori tentang karakteristik aktivitas PKL yang antara
lain :
- PKL berembang di lahan-lahan yang tidak tersentuh oleh rancangan
arsitektur. Secara mikro merupakan daerah yang terlantar, tetapi secara
makro berada di daerah strategisyang dibangun oleh sektor informal.
- Memanfaatkan ruang-ruang terbuka kota yang sering dileati orang
tetapi relatif kurang pengawasan dari pihak yang berwenang.
Dari dua karakteristik aktivitas PKL di atas dapat diambil
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap sebaran kios PKL sebagai
parameter penentu, antara lain :
Page 15
1. Penyebaran PKL terhadap fungsi bangunan
Fungsi bangunan dapat menjadi suatu magnet-magnet aktivitas
masyarakat. Adanya daya tarik ini akan menarik kegiatan informal
untuk melakukan kegiatan ekonominya.
2. Penyebaran PKL terhadap jarak
Adanya magnet-magnet dan elemen penghubung kios PKL disekitar
kawasan dengan aktivitas masyarakat yang ada akan berpengaruh
terhadap penyebaran kios PKL di sekitar kawasan.
3. Penyebaran PKL terhadap sirkulasi (akses dan lalu-lintas
kawasan)
Krakteristik sektor informal PKL yang notabene menempati lokasi
yang strategis, di keramaian dan sering dilewati orang, sangat terkait
dengan kondisi kawasan sebagai lintasan jalur-jalur transportasi dan
akses kawasan sehingga hal ini akan sangat mempengaruhi aktivitas
PKL dalam mencari lokasi-lokasi untuk usahanya.
E.2.2 Analisis Setting Kios PKL
Setting (Karakter perletakkan) diperlukan untuk mengetahui tempat
dan dalam situasi apa mereka berhubunagn sebab situasi yang berbeda
mempunyai tata letak yang berbeda pula. Di dalamnya terkait dengan
aspek-aspek spesifik yang meliputi bangunan sebagai pembentuk
enclosure, ruang jalan dan kelengkapannya yang terbentuk oleh
enclosure.
Dengan menganalisis kecenderungan setting beberapa kios PKL
terhadap aktivitas pengguna kawasan dan akses bangunan di sekitar
kawasan dapat diketahui pola seperti apa yang dominan dipakai oleh kios
PKL berdasarkan fenomena yang ada di lapangan. Hasil dari analisis
tersebut diasumsikan untuk mengetahui kondisi yang sesuai dengan
kebutuhan pemakai kawasan terhadap lingkungannya.
Page 16
Adapun variabel pengamatan berdasarkan setting adalah setting fisik
dan setting aktivitas/pelaku.
1. Setting fisik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Setting terhadap jalur pedestrian (menyangkut besaran ruang dan
perlaku penguna).
b. Setting terhadap bangunan (menyangkut fungsi bangunan, pintu
masuk, pagar pembatas dan elemen fisik lain).
c. Setting terhadap jalan (menyangkut dimensi jalan, arah lalu-lintas,
kecepatan dan kepadatan).
2. Setting aktivitas/pelaku dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Setting terhadap pejalan kaki (meyangkut intensitas dan area
konsentrasi)
b. Setting terhadap PKL (menyangkut jenis, modul & dimensi dan
posisi & orientasi).
c. Setting terhadap kendaraan (menyangkut parkir onstreet, parkir
offstreet dan parkir sirkulasi).
E.3 Kesimpulan Analisis
E.3.1 Penggal di luar Kompleks Kawasan Monumen 45
1. Pola Penyebaran
a. Penyebaran PKL lebih banyak di depan bangunan rumah
tinggal dan lahan kosong hal ini dipengaruhi faktor kondisi
fisik dan fungsi bangunan serta kontrol terhadap lingkungan
sekitar.
b. PKL menyebar di antara magnet dan lebih banyak di dekat
magnet, yaitu lebih dekat dengan aktivitas masyarakat,
penyebaran ini secara mengelompok dengan jarak yang dekat
antar kios.
c. Penyebaran PKL dipengaruhi perlambatan, percepatan lalu
lintas dan arah pergerakan lalu lintas.Penyebaran PKL
dipengaruhi faktor kondisi fisik dan fungsi bangunan serta
Page 17
kontrol terhadap lingkungan sekitar, PKL menempati lahan
dengan ikut mempertimbangkan aktivitas pengguna lainnya
terlebih kepada sesama pedagang.
2. Setting
a. Setting PKl menutupi sebagian fasade bangunan, namun tidak
begitu mengganggu keluar masuk bangunan. Kondisi fisik
bangunan yang cenderung tertutup akan menarik PKL
mendirikan kios di depan bangunan.
b. Setting modul kios PKL dipengaruhi kapasitas dan dimensi
ruang kosong di sisi jalan dan keberadaan vegetasi serta dekat
dengan jalur lalu lintas pengguna jalan.
c. Setting kios PKL dipengaruhi jenis barang dagangan, aktivitas
PKL dipengaruhi fungsi dan kegiatan sekitar kawasan.
d. Setting PKL berhubungan langsung dengan pengunjung dan
mengganggu sirkulasi pejalan kaki.
e. Setting PKL berhubungan langsung dengan kendaraan dan tidak
dipengaruhi aktivitas parkir. Sementara itu setting PKL di
sepanjang ruang kosong sisi jalan mengganggu aktivitas.
E.3.2 Penggal di sekitar Kompleks Kawasan Monumen 45
1. Pola penyebaran
a. Penyebaran PKL dipengaruhi faktor kondisi fisik dan fungsi
bangunan serta kontrol terhadap lingkungan sekitar.
b. PKL menyebar di antara magnet dan lebih banyak di dekat magnet,
yaitu lebih dekat dengan aktivitas masyarakat, penyebaran ini
secara mengelompok dengan jarak yang dekat antar kios.
c. Pergerakan lalu lintas di sekitar kawasan dengan aktivitas tinggi
mendukung penyebaran PKL
2. Setting
a. Kios PKL di desain permanen menutupi open space Monumen 45
b. Setting PKL berhubungan langsung dengan kendaraan dan tidak
dipengaruhi aktivitas parkir. Sementara itu setting PKL di
Page 18
sepanjang ruang kosong sisi jalan mengganggu aktivitas kendaraan
di siang hari
E.3.3 Penggal di dalam Kompleks Monumen 45
1. Pola Penyebaran
a. Penyebaran PKL dipengaruhi faktor kondisi fisik dan fungsi
bangunan serta kontrol terhadap lingkungan sekitar.
b. Penyebaran dipengaruhi kondisi aktivitas dan arah pergerakan lalu
lintas.
2. Setting
a. PKL bebas memilih lahan karena tidak ada pengawasan dari
pemulik lahan, kondisi bangunan yang tidak terawat dan jauh dari
kontrol akan menarik PKL mendirikan kios di sekitarnya.
b. Setting di jalur pedestrian karena langsung berhubungan dengan
pengunjung, kapasitas dan dimensi ruang kosong di jalur pedestrian
berpengaruh terhadap setting modul kios, PKL penjual pakaian
membutuhkan tempat lebih luas, memilih ruang kosong sesuai jenis
barang dagangan dan sifat kemenetapannya.
Page 19
F. Penutup
Page 20
E.4 Kritik dan Saran:
1. Tidak lengkapnya penjelasan mengenai kepanjangan dari singkatan kata seperti BP yang
merupakan singkatan dari Barang Permanen dan BJP yaitu Barang Jasa Permanen, pada
tabel data.
2. Tidak adanya kesimpulan atau pembahasan pada setiap tabel analisis. Hal ini penting
karena dapat mempermudah pembaca untuk memahami isi tabel.
3. Tidak adanya penjelasan pada foto Penyebaran PKL terhadap Fungsi Bangunan dan tidak
ada dasar mengapa terdapat daerah yang potensial sebagai lahan PKL.
4. Tidak terdapat penjalasan pada foto-foto Penyebaran PKL terhadap Jarak dan Sirkulasi
Saran:
1. Akan lebih baik apabila di bagian bawah setiap tabel diberi keterangan yang menjelaskan
singkatan pada tabel.
2. Setiap foto juga sebaiknya diberi penjelasan agar mudah dipahami oleh pembaca.
F.1 Kesimpulan
PKL di kawasan sekitar kompleks Monumen 45 menempati lahan publik
yang dianggap strategis, seperti ruang terbuka kota, jalur pedestrian, maupun
pusat keramaian lainnya.Mereka memilih kawasan tersebut karena dekat dengan
keramaian serta pusat aktivitas masyarakat. PKL juga menempati lahan pedestrian
atau dekat dengan pusat perdagangan. Sehingga secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa PKL tertarik untuk membuka usahanya di tempat yang jauh
dari kontrol pengawasan dan jauh dari rancangan arsitektur.
Keberadaan PKL di kawasan sekitar kompleks Monumen 45 menjadi salah
satu media yang dapat menghubungkan dua atau lebih pusat-pusat kegiatan umum
di perkotaan. Namun, daya dukung lingkungan sudah tidak mampu untuk
mewadahinya, sehingga timbul suatu permasalahan lingkungan akibat
perkembangan kegiatan PKL yang cenderung tidak terkontrol. PKL di kawasan
sekitar kompleks Monumen 45, kemudian mengarahkan usahanya yang bersifat
permanaen, di mana mereka mendesain kiosnya dengan bangunan permanen dan
meninggalkan begitu saja setelah mereka selesai beraktivitas. Semakin lama hal
itu mengundang kegiatan informal lain untuk memperluas penyebaran usaha
tersebut. Perkembangan ini juga dipicu oleh tidak adanya kontrol maupun
pengawasan dari pihak terkait.Tentunya, hal yang kompleks tersebut dapat
menyebabkan konflik kepentingan antar pengguna kawasan.
Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan terhadap aktivitas PKL di
kawasan sekitar kompleks Monumen 45 Banjarsari Surakarta. Sistem pengelolaan
dan penataannnya mengacu pada prinsip-prinsip usaha yang dilakukan, sehingga
akan saling mendukung terhadap kegiatan kota. Prinsip yang menjadi pendoman
dalam langkah pengelolaan dan penataan tersebut adalah:
1. Kios PKL sebagai salah satu usaha pada sektor informal diperkenakan untuk
membuka usahanya dengan membatasi waktu (jam kerja).
2. Perlu dipikirkan solusi kios PKl yang dapat mewadahi kegiatannya dengan
pertimbangan jenis barang dagangan yang dijual
Melihat kecenderungan aktivitas dan daya dukung kawasan, baik dalam
pola sebaran maupun karakter settingnya. Maka diperlukan suatu ruang-ruang
tertentu yang dapat difungsikan untuk mewadahi kegiatannya.
Page 21
F.1.1Faktor-faktor penentu pola penyebaran dan setting PKL di kawasan sekitar
Monumen 45 Banjarsari Surakarta
A. Pola Penyebaran
Fungsi Bangunan
1. Penyebaran PKL di kawasan sekitar Monunen 45 Banjarsari Surakarta
menempati lahan kosong yang jauh dari rancangan arsitektur, karena tidak adanya
control dari pemilik lahan baik lahan kosong maupun rumah yang tidak dihuni.
2. Pada kawasan sekitar Monumen 45 Banjarsari Surakarta, tidak ada penyebaran
PKL di depan bangunan yang tertata dan terawat.
3. PKL dalam menempati lahan ikut mempertimbangkan aktivitas pengguna
lainnya, terutama kepada sesama pedagang.
Jarak
1. PKL pada kawasan monument 45 Banjarsari Surakarta terletak diantara magnet
dan di dekat magnet.
2. PKL cenderung dekat dengan aktivitas masyarakat.
3. PKL menyebar secara mengelompok dengan jarak yang dekat antar kios.
Sirkulasi
1. Dipengaruhi oleh perlambatan dan arah pergerakan lalu lintas serta pengunjung
2. Pergerakan lalu lintas dengan aktivitas yang tinggi mendukung penyebaran PKL
pada kawasan Monumen 45 Banjarsari Surakarta.
B. Setting
Setting Fisik
1. Bangunan
- PKL menyesuaikan kondisi fisik pagar dan karakter ruang kosong dan di
depan bangunan (open space)
- PKL mendesain permanen kiosnya di depan bangunan sehingga menutupi
sebagian fasade bangunan.
- Di sekeliling monument, kios PKL menutupi open space monument.
2. Ruang Jalan
- Kapasitas, ruang kosong, dan vegetasi pada trotoar berpengaruh terhadap
setting modul kios PKL.
- Setting modul kios PKL cenderung dekat dengan jalur lalu lintas pengguna
jalan.
Page 22
- Keberadaan pohon perindang tidak berpengaruh terhadap setting modul kios
PKL.
Setting Aktivitas
1. Aktivitas PKL
- Jenis barang dagangan berpengaruh pada setting desain kios PKL
- Aktivitas di sekitar bangunan berpengaruh terhadap setting kios PKL
- Setting kios permanen PKL menutupi fasade bangunan dan open space selama
24 jam.
2. Aktivitas Pengunjung
- Aktivitas kepadatan pengunjung di sekitar kawasan berpengaruh terhadap jam
operasional dan aktivitas PKL
- Setting kios PKL di sepanjang ruang kosong di sisi jalan mengganggu
aktivitas pejalan kaki di siang hari.
3. Aktivitas Kendaraan
- Aktivitas kendaraan di sekitar kawasan berpengaruh terhadap setting, waktu,
dan aktivitas PKL
- Setting kios PKL yang memanfaatkan ruang kosong di sisi jalan mengganggu
aktivitas kendaraan.
F.2 Saran
Perlu adanya kriteria-kriteria sebagai jalan tengah pemberian solusi
penyelesaian permasalahan yang terjadi di ruang publik sehingga tidak terjadi
konflik antar kepentingan publik. Kondisi kawasan yang cenderung tidak tertata
serta kurangnya kontrol atau pengawasan dari pihak terkait maupun masyarakat,
menyebabkan PKL berkembang dan mengalami pertumbuhan. Perlu diberikan
arahan untuk penataan dan pengembangan PKL, yaitu PKL tetap diperkenankan
untuk membuka usahanya namun ada pembatasan waktu operasional. Diperlukan
suatu ruang-ruang tertentu yang dapat mewadahi PKL dan kegiatannya.
Page 23
Page 24
F.3 Kritik dan Saran :
Secara garis besar, kesimpulan yang ditulis oleh peneliti sudah menjawab
rumusan masalah. Yaitu meneliti pola persebaran dan setting PKl di kawasan sekitar
Monumen 45 Banjarsari Surakarta. Peneliti juga menyertakan gambar serta informasi
yang detail mengenai data yang diperoleh. Namun, peneliti kurang jelas dalam
menentukan area penggal jalan. Misalnya, peneliti menyajikan data “Pola Persebaran
PKL di Luar Kompleks Monumen 45”, namun peneliti tidak mencantumkan berapa
meter radius penelitian yang dilakukan. Peneliti tidak mencantumkan pula berapa jumlah
sampel PKL yang digunakan. Jenis barang dagangan PKL hanya secara garis besar,
misal perdagangan dan jasa. Peneliti tidak menyebutkan beberapa contoh dagangan atau
ajsa yang ditawarkan oleh PKL.
Saran:
Sebaiknya peneliti mencantumkan data secara lebih detail. Misal dengan
menggunakan peta dan memberi titik-titik persebaran PKL di kawasan sekitar Monumen
45 Banjarsari Surakarta. Peneliti juga diharapkan menggunakan lampiran sampel data
perihal jenis dagangan dan jasa apa saja yang ditawarkan.