Review Cmd II

28
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5 BAB II KAJIAN PUSTAKA Part 1 Foundations for Classroom Practice 1. Getting Started Ada beberapa kegiatan yang wajib dilakukan oleh seorang guru sebelum masuk pada mata pelajaran inti atau pembahasan materi. a. Salam Ini adalah rutinitas wajib ketika seorang guru baru masuk dan menginjakkan kakiknya di pintu masuk ruang kelas. b. Do’a Setelah salam seorang guru harus mengajak para muridnya untuk memanjakat Doa dengan harapan dimudahkan memahami pelajaran yang akan disampaikan nantinya. c. Presensi Ini adalah langkah ketiga yang harus dilakukan sebelum masuk pada mata pelajaran. Mengecek kehadiran siswa dapat mencegah sikap malas pada siswa, mencegah keinginan untuk membolos, menambah semangat dalam belajar. d. Apersepsi Apersepsi adalah sebuah kegiatan yang bertujuan memancing siswa dalam memahami pelajaran yang akan di dapatkan hari itu dengan kehidupan nyata yang mereka alami. Tujuannya adalah untuk membuat siswa berpikiran luas, mengajarkan siswa berpikir menyeluruh, memberikan peta konsep yang jelas dan teratur dalam sebuah sub materi, memberikan stimulus atau rangsangan dalam memompa semangat siswa dalam mengerti dan memahami materi ajar. e. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran Ini adalah langkah yang terakhir yang dilakukan oleh seorang guru sebelum masuk pada materi ajar. 2. A “Methodical” History of Language Teaching a. Metode Terjemahan Tata Bahasa (Grammar Translation Method) Metode terjemahan tatabahasa merupakan metode yang diwarisi dari pola-pola pengajaran bahasa latin. Metode ini menekankan pada bagaimana membuat siswa menguasai aturan-aturan tata bahasa dan kosa kata dengan memberikan daftar kosa kata dan artinya kepada siswa untuk digunakan didalam membaca teks tertulis dalam pelajaran.

description

Review 5 Chapter dari buku Teaching by Principles karya Brown H. Douglas II 2nd edition.

Transcript of Review Cmd II

Page 1: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Part 1 Foundations for Classroom Practice

1. Getting Started

Ada beberapa kegiatan yang wajib dilakukan oleh seorang guru sebelum masuk pada

mata pelajaran inti atau pembahasan materi.

a. Salam

Ini adalah rutinitas wajib ketika seorang guru baru masuk dan menginjakkan kakiknya di

pintu masuk ruang kelas.

b. Do’a

Setelah salam seorang guru harus mengajak para muridnya untuk memanjakat Doa

dengan harapan dimudahkan memahami pelajaran yang akan disampaikan nantinya.

c. Presensi

Ini adalah langkah ketiga yang harus dilakukan sebelum masuk pada mata pelajaran.

Mengecek kehadiran siswa dapat mencegah sikap malas pada siswa, mencegah keinginan

untuk membolos, menambah semangat dalam belajar.

d. Apersepsi

Apersepsi adalah sebuah kegiatan yang bertujuan memancing siswa dalam memahami

pelajaran yang akan di dapatkan hari itu dengan kehidupan nyata yang mereka alami.

Tujuannya adalah untuk membuat siswa berpikiran luas, mengajarkan siswa berpikir

menyeluruh, memberikan peta konsep yang jelas dan teratur dalam sebuah sub materi,

memberikan stimulus atau rangsangan dalam memompa semangat siswa dalam mengerti dan

memahami materi ajar.

e. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

Ini adalah langkah yang terakhir yang dilakukan oleh seorang guru sebelum masuk pada

materi ajar.

2. A “Methodical” History of Language Teaching

a. Metode Terjemahan Tata Bahasa (Grammar Translation Method)

Metode terjemahan tatabahasa merupakan metode yang diwarisi dari pola-pola

pengajaran bahasa latin. Metode ini menekankan pada bagaimana membuat siswa menguasai

aturan-aturan tata bahasa dan kosa kata dengan memberikan daftar kosa kata dan artinya

kepada siswa untuk digunakan didalam membaca teks tertulis dalam pelajaran.

Page 2: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

b. Metode Langsung (Direct Method)

Pada hakekatnya metodologi ini didasarkan pada cara anak-anak mempelajari bahasa

ibu mereka: bahasa dipelajari melalui asosiasi “langsung” kata-kata atau frasa-frasa dan objek-

objek dan tindakan-tindakan, tanpa penggunaan bahasa ibu sebagai variable penghalang

(Tarigan, 1986:231).

c. Metode Audio Lingual

Metode audio-lingual (MAL) menekankan pada pentingnya pola bahasa dalam

pengajaran serta memandang bahasa lisan sebagai bentuk komunikasi yang paling utama.

d. Pendekatan kognitif

Pendekatan kognitif dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa anak

mengemukakan bahwa dalam semua bahasa, belajar semantik itu bergantung pada

perkembangan kognitif sang anak.

e. Pendekatan Ganda

Konteks penyajian bahasa dalam metode Ganda ini umumnya berdasarkan kultur dan

berorientasi pada kosakata sehari-hari dan situasi-situasi kehidupan nyata. Metode ini agak

berpusat pada guru, sehingga memncing para siswa untuk bertindak defensif dalam beberapa

hal, kecuali guru mampu menciptakan situasi yang nyaman dalam proses belajar siswa.

f. Responsi Fisik Total

Pendekatan ini didasarkan pada keyakinan bahwa pemahaman menyimak haruslah

dikembangkan secara penuh, seperti halnya dengan anak-anak belajar bahasa ibu mereka,

sebelum ada partisipasi lisan aktif dari para siswa yang dapat diharapkan. (Tarigan,

1986:247).

g. Pendekatan alamiah

Pendekatan alami lebih menekankan pada pemahaman sebagai keterampilan dasar

yang bisa menunjang akuisisi bahasa sehingga pendekatan alami ini menganggap bahwa

pemahaman harus sudah ada sebelum siswa mulai memproduksi bahasa. Kemampuan

berbicara tumbuh secara bertahap, dari yang pada awalnya berupa reaksi terhadap perintah

sampai pada akhirnya bisa menghasilkan wacana yang koheren (Ghazali, 2010:97).

h. Belajar Bahasa Masyarakat

Guru perlu memerhatikan kebutuhan individual dari para siswa serta apa ketakutan-

ketakutan atau masalah-masalah siswa dalam pembelajaran. Dengan membangkitkan

perasaan diterima oleh lingkungan (sense of community) dalam diri siswa maka guru bisa

Page 3: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

mengarahkan energi positif siswa pada pembelajaran bahasa. Keunggulan metode ini adalah

bahwa bahasa dipakai dalam konteks bagi interaksi personal (personal interaction). Sementara

kelemahan metode ini adalah bahwa metode ini hanya dapat dipakai untuk kelompok kecil

saja, dibutuhkan guru yang terampil dalam bidang linguistik, percakapan kerapkali terasa

dipaksakan atau terasa kaku, atau sebaliknya terasa muluk-muluk dan tidak wajar.

i. Cara Diam

Dalam metode ini siswa tidak diminta untuk merespon stimulus-stimulus dalam

lingkungan seperti pada orientasi audio-lingual tetapi didasarkan pandangan bahwa pembelajar

dapat mengembangkan kriteria yang mereka buat sendiri untuk belajar bahasa tanpa perlu

diberi materi bahasa secara langsung atau secara "silent", hening, tanpa suara.

j. Sugestopedia

Metode Sugestopedia adalah metode pengajaran yang menggunakan teknik-teknik

relaksasi dan konsentrasi untuk merangsang pembelajar agar menggunakan daya pikir bawah

sadarnya untuk menambah kemampuannya mengingat lebih banyak kosakata dan struktur

(Lazanov dikutip Ghazali, 2010:100).

3. The Present: An Informed Approach

a. An Englightened, Eclectic Approach

Seorang guru memilih metode yang tepat sesuai kondisi dan situasi serta aspek

pertimbangan lainnya, yaitu bagaimana siswa dibawa dalam pembelajaran kontekstual.

Pendekatan yang kita pilih adalah inspirasi dari interkoneksi antara pemahaman, observasi,

diskusi dan pengajaran kita sendiri. Pada kenyataannya, semua itu akan membuat

pembelajaran berubah dan terus berkembang yang semakin lama membuat kita terbiasa.

b. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut konsep CTL, “Belajar akan lebih bermakna jika anak didik „mengalami‟ apa yang

dipelajarinya, bukan sekedar „mengetahui‟ apa yang dipelajarinya”. CTL merupakan konsep

belajar yang membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat.

c. Learner-Centered Instruction/ Student-Centered Learning(SCL)

Learner-Centered adalah instruksi dan perencanaan kelas yang menekankan

pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif.

Page 4: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

d. Cooperative and Collaborative Learning

Matthews, et.al. (1995) menjelaskan perbedaan dan persamaan dari kedua konsep

pembelajaran ini dalam tabel berikut:

Perbedaan

Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kolaboratif

Dalam kelompok kecil, para siswa

menerima latihan ketrampilan social

Untuk mencapai tujuan pembelajaran,

ketrampilan sosial diyakini telah dimiliki oleh

para siswa

Guru merancang aktivitas-aktivitas

terstruktur dan setiap siswa memiliki peran

khusus

Siswa mengatur dan menegosiasikan

usahanya sendiri.

Jika diperlukan, guru mengamati,

mendengarkan dan melakukan intervensi

dalam kelompok

Guru tidak memonitor aktivitas siswa ketika

ada pertanyaan yang ditujukan kepada guru,

siswa dibimbing untuk menemukan

informasi yang diperlukannya.

Pada akhir pelajaran, tugas-tugas yang

diserahkan para siswa perlu dievaluasi

Siswa menyimpan draft untuk dilengkapi

pada pekerjaan selanjutnya.

Kinerja siswa secara individu maupun

kelompok di asesmen oleh guru

Siswa melakukan asesmen kinerja secara

individual maupun kelompok kecil, kelas

(pleno), maupun pertimbangan masyarakat

keilmuan pada umumnya

Kedua konsep pembelajaran ini juga memiliki persamaan yakni:

Menekankan pentingnya pembelajaran aktif

Peran guru sebagai fasilitator

Pembelajaran adalah pengalaman bersama antara siswa dan guru

Meningkatkan ketrampilan kognitif tingkat tinggi

Lebih banyak menekankan tanggungjawab siswa dalam proses belajarnya

Melibatkan situasi yang memungkinkan siswa dapat mengemukaan idenya dalam

kelompok kecil

Membantu siswa dalam mengembangkan ketrampilan sosial dan membangun ilmu

Page 5: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

e. Interactive Learning

Model pembelajaran Interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang

digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeran utama dalam

menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa

dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar.

f. Whole Language Education

Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan

pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990;

Goodman,1986; Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan

tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam

pembelajaran.

g. Content-Based instruction (instruksi berbasis konten)

CBI adalah pendekatan yang signifikan dalam pendidikan bahasa (Brinton, Salju, &

Wesche, 1989). CB dirancang untuk memberikan pelajar bahasa kedua instruksi dalam isi dan

bahasa.

4. Teaching by Principles

Menurut Brown (2001) ada dua belas prinsip pengajaran bahasa dan keduabelas prinsip

tersebut dipetakan menjadi tiga bagian, yaitu: Kognitif, Afektif, dan Linguistik.

a. Prinsip Prinsip Kognitif

Dikatakan prinsip kognitif karena pada umumnya berkaitan dengan fungsi mental dan

intelektual. Belajar dimulai dari input yang datang dari lingkungan diterima oleh panca indera,

kemudian diproses dan disimpan di dalam memori dan output dari pembelajaran adalah

berbagai kemampuan atau competencies. (Jamaris: 2010).

b. Prinsip-prinsip Afektif

Belajar merupakan upaya sadar untuk mencapai perubahan perilaku secara

keseluruhan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek afektif memegang

peranan yang penting dalam menentukan tingkat kesuksesan dalam belajar, bekerja, ataupun

kegiatan yang lainnya. Afeksi mengacu kepada emosi atau perasaan. Ranah afektif adalah sisi

emosional dalam perilaku manusia, dan dapat disandingkan dengan sisi kognitif.

c. Prinsip-prinsip Linguistik

Kategori ini berpusat pada bahasa itu sendiri dan bagaimana peserta didik memahami

sistem linguistik yang kompleks. Berdasarkan teori-teori kebahasaan, dirumuskan prinsip-

Page 6: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

prinsip mengenai pengajaran bahasa, antara lain kemampuan berbahasa adalah sebuah

proses kreatif, maka siswa harus diberi kesempatan yang luas untuk mengkreasi ujaran-ujaran

dalam situasi komunikatif yang sebenarnya, bukan sekedar menirukan dan menghafalkan,

pemilihan materi pelajaran pada kebutuhan komunikasi dan penguasaan fungsi-fungsi bahasa,

dan kaidah-kaidah dapat diberikan sepanjang hal itu diperlukan oleh siswa sebagai landasan

untuk dapat mengkreasi ujaran-ujaran sesuai dengan kebutuhan komunikasi.

5. Intrinsic Motivation in the Classroom

Pembelajaran efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan. (M. Sobry Sutikno)

a. Pengertian Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move).

Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap

melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan

perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah,

dan bertahan lama (Santrock, 2007).

b. Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock

(2007), yaitu:

Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang

lain (cara untuk mencapai tujuan).

Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu

itu sendiri (tujuan itu sendiri).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar

siwa, yaitu:

Harapan guru

Instruksi langsung

Umpanbalik (feedback) yang tepat

Penguatan dan hadiah

Hukuman

Page 7: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Part 2 Context of Teaching

1. Variable Pelajar I (Mengajar antar tingkatan usia)

Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa tingkatan usia dalam proses belajar. Mulai dari

usia anak-anak, remaja kemudian usia dewasa. Pada dasarnya setiap tingkatan usia pelajar

akan memperngaruhi pola pemikiran dan perilaku (kognitif dan afektif), sehingga kita sebagai

tenaga pengajar perlu perngarahan maupun estimasi terntentu sebelum melakukan proses

pembelajaran.

a. Mengajar pada Usia Muda (5 sampai 7 tahun)

Umumnya usia muda yakni antara 5 sampai dengan 7 tahun tergolong pada usia pelajar

tingkat sekolah dasar. Dalam perkembangannya, siswa pada usia dini akan sulit menangkap

makna yang tidak bersifak konkret atau abstrak. Jika dibandingkan dengan siswa yang berusia

dewasa, pada umumnya tingkat perhatian anak-anak cenderung lebih singkat. Dalam proses

pembelajaran untuk bisa memahami materi yang disampaikan oleh pengajar, siswa pada usia

muda perlu membuka semua wawasannya dalam artian kita memberikan stimulan untuk

merangsang sensor motorik mereka (penglihatan, pendengaran, pengucapan, penulisan serta

keterampilan anak).

Siswa pada usia dini lebih sensitif jika dibandingkan dengan usia pelajar dewasa,

dikarenakan siswa pada usia muda masih dalam tahap pembentukan karakter, dan dalam

proses pembentukan karakter inilah yang mudah dipengaruhi oleh lingkungan belajarnya.

Maka akan diperlukan seseorang yang memiliki keterampilan khusus dan teknik tertentu

untuk mengajar siswa pada usia muda. Namun melalui pengalaman dan arahan yang signifikan

maka seorang pengajar dapat menemukan kenyamanan dalam proses pembelajaran di kelas.

b. Mengajar pada Usia Dewasa (18 tahun ke atas)

Pada usia dewasa pemahaman yang bersifat abstrak akan lebih mudah untuk

diterapkan, karena pola pikir orang dewasa yang sudah matang. Pelajar usia dewasa juga

memiliki tingkat konsentrasi yang lebih lama jika dibandingkan dengan pelajar pada usia muda.

Sensor motorik pada usia dewasa pun lebih berkembang jika dibandingkan dengan pelajar usia

muda.

Sebagai pengajar kita tetap harus memberikan mengemas materi dan kegiatan belajar

secara singkat namun tersampaikan maknanya.

c. Mengajar pada Usia Remaja (8 sampai 17 tahun)

Usia remaja merupakan tahap dimana pelajar bersikap labil atau tidak menentu terhadap

segala seseatu yang dibebankan kepada mereka. Pada usia remaja tingkat kefokusannya

Page 8: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

dalam belajar sudah meningkat seiring dengan bertambahnya usia mereka namun faktor-faktor

pengalih yang bisa memperngaruhi proses pembelajaran mereka masih bisa terjadi seperti

halnya pada kelompok pelajar usia muda.

Ketika mengajar pada usia remaja sebisa mungkin pengajar harus bisa mengurangi

persaingan antar pelajar karena dapat berdampak negatif terhadap pola kembang anak yang

berajak dewasa.

2. Variable Pelajar II (Menentukan Level Keterampilan)

Proses pembelajaran pada anak dibagi menjadi 3 tahap , yaitu : Tingkat Pemula ,

Tingkat Menengah , Tingkat Lanjutan.

a. Tingkatan Mengajar Pemula

Peserta didik tingkatan pemula perlu bimbingan khusus dalam proses pembelajaran,

dimana perlu keterampilan dari seorang guru untuk mengarahkan peserta didik agar bisa

mudah dimengerti oleh pemula, seperti yang kita ketahui bahwa pada tingkatan pemula mereka

cenderung belum mempunyai pemahaman dasar terhadap konteks yang kita berikan kepada

pesrta didik, dimana mereka lebih senang memerhatikan dan lebih senang melihat dari apa

yang kita sampaikan dengan begitu menarik.

b. Tingkatan Mengajar Menengah

Tingkatan menengah adalah di mana murid berkembang melampaui tahap pemula

seperti dalam kemampuan dalam berkomunikasi, memiliki kelancaran dalam beberapa hal,

mampu menghadapi situasi yang tidak diperkirakan, mampu mengoreksi diri dalam beberapa

situasi, mampu menggunakan beberapa startegi, dan secara umum dapat menyesuaikan

dengan bahasa selain sekedar bertahan.

c. Tingkatan Mengajar Lanjutan

Sebagai siswa yang berkembang menuju tingkatan yang lebih tinggi, semakin mendekati

tujuannya, mengembangkan kemampuan bersama dengan tingkat ketelitian. Mampu

menangani hampir semua situasi di mana bahasa target dituntut, mereka merupakan siswa

lanjutan. Level lanjutan merupakan tingkatan yang paling unggul.

3. Sociopolitical and Institutional Contexts

a. Sociopolitical Contexts

Beberapa isu terkait dengan aspek social dan politik terhadap kebahasaan :

Kebenaran dan appropriateness

Register dan gaya

Page 9: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Varietas pidato diterima dalam sebuah komunitas

Standars Daerah dan bangsa bahasa

Kebijakan bahasa nasional

Varietas Internasional Inggris

Dari beberapa isu diatas, ada 3 faktor yang dapat mengcover isu itu semua. Diantaranya

: ESL dan EFL Contexts; English as an International Language (EIL); and Language Policy

Issues.

b. Second and Foreign Language Context

English Second Language (ESL) mempunyai perbedaan yang signifikan dengan English

Foreign Language (EFL ) yakni dalam hal subjek atau peserta didiknya.

ESL merupakan pembelajaran yang digunakan di kelas yang sudah siap dalam segala

hal mengenai kebahasaan itu sendiri. Sebagai contoh pembelajaran Bahasa Inggris di Amerika

dan Australia. Hal ini tergambar dengan jelas, bahwa target language sudah mempunyai dasar

yang sudah siap untuk menangkap pembelajaran bahasa.

Berbeda dengan EFL, konteks pembelajaran ini digunakan dalam kelas, atau peserta

didik yang belum siap dalam konteks kebahasaan, bahkan dalam konteks komunikasi dalam

kelas. Pada konteks EFL peserta didik harus melakukan usaha terlebih dahulu untuk

menciptakan sebuah kesempatan terlebih dahulu.

c. Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (EIL) adalah disiplin tepat waktu dan

inovatif yang menawarkan perspektif baru tentang penggunaan bahasa Inggris di dunia global

dan internasionalisasi.

Page 10: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Part 3 Designing and Implementing Classroom Lessons

1. Techiques, Textbooks and Technology (teknik, materi dan teknologi)

Ada beberapa dasar penting untuk merancang dan mengimplementasikan teknik-teknik

di dalam kelas yang digabungkan menjadi dua kategori utama, yaitu:

Prinsip Belajar: Yaitu, menetapkan prinsip-prinsip yang ada dari kerangka

pendekatan secara keseluruhan untuk belajar dan mengajar bahasa, serta

pengertian yang luas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru

memberikan fasilitas terbaik dalam proses belajar mengajar tersebut.

Konteks Pembelajaran: Merupakan bagian dari pendekatan berprinsip dalam

kegiatan belajar mengajar yang melibatkan pemahaman tentang siapa peserta didik

kita? Berapa umur mereka? Seberapa mahir mereka? apa tujuan mereka dalam

pembelajaran bahasa? Dan lain sebagainya.

Karena dua faktor utama tersebut merupakan panduan atau pencerahan tentang apa

yang akan kita lakukan di dalam kelas saat proses belajar mengajar berlangsung. Pilihan-

pilihan juga tercerahkan oleh beberapa faktor lainnya: rencana kurikuler keseluruhan, tujuan

dari pelajaran tertentu, dan variabel pengelolaan kelas.

a. Techiques Redefined (Definisi Ulang Tekik-Teknik)

Tugas : Biasanya mengacu pada bentuk khusus dari teknik atau serangkaian

teknik.

Aktifitas : Kegiatan dapat merujuk ke hampir apa saja yang peserta didik benar-

benar dilakukan di dalam kelas.

Prosedur : Cara-cara/langkah-langkah khusus yang denganya beberapa

perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.

Praktek, Latihan, dan Strategi : Praktek dikelas merupakan upaya untuk memberi

kesempatan pengalaman langsung. Ide dasar belajar berdasarkan pengalaman

adalah mendorong peserta didik untuk merefleksikan atau melihat kembali

pengalaman-pengalaman mereka sehingga mereka dapat memperbaiki cara

mengajarnya. Dan strategi merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan

untuk mencapai sasaran khusus dalam proses belajar mengajar.

Teknik : Dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam

mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.

b. Categorizing Techniques: A Bit of History (Kategori Teknik: Sejarah Singkat)

From Manipulation to Communication (Dari Manipulasi Kepada Komunikasi)

Pada sisi manipulatif, sebuah teknik akan sepenuhnya dikendalikan oleh guru dan

memerlukan sebuah respon yang terprediksi dari siswa. Sedangkan, pada sisi

Page 11: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

komunikatif, siswa merespon dengan tidak terduga, seperti dengan story-telling, role-

playing, dan permainan tertentu. Guru juga memberikan kebebasan pada siswanya

untuk menjadi kreatif.

Mechanical, Meaningful, and Communicative Drills (Mekanisme, Berarti, dan

Latihan Komunikatif)

Latihan ini mungkin bisa ditentukan sebagai teknik yang focus pada beberapa

bentuk bahasa (grammatical atau phological structure). Latihan umumnya dilakukan

serempak oleh semua siswa didalam kelas ataupun dilakukan secara individu.

c. A Taxonomy of Techniques (Taksonomi Teknik)

Pemahaman taksonomi merupakan teknik yang biasa digunakan untuk pembelajaran

bahasa, yang diadaptasi dari Crookes dan Chaudron (1991).

d. Supporting Materials (Materi-Materi Pendukung)

Teknik terdiri dari sesuatu yang mendukung anda di dalam kelas. Akan tetapi di

dalamnya ada beberapa teknik yang tidak dilakukan dalam beberapa cara, meliputi

penggunaan-penggunaan bahan-bahan untuk mendukungnya.

Textbooks (Buku Pelajaran/Modul)

Other Written Texts (Teks Tulis Lain)

Audio-Visual Aids: Commercially Produced (Bantuan Audio-Visual: Produk

Komersial)

Audio-Visual Aids: Creating Your Own (Bantuan Audio Visual: Hasil Buatan

Sendiri)

Realia

Computer Assisted Language Learning (CALL)

2. How to Plan a Lesson (Bagaimana Merencanakan Pembelajaran)

Istilah “Pelajaran” dianggap populer mengatur kegiatan terpadu yang mencakup periode

waktu kelas, biasanya berkisar dari 40 sampe 90 menit. Unit waktu kelas ini secara administratif

signifikan untuk guru karena mereka mewakili “langkah” panjang sebuah kurikulum sebelum

dan sesudah yang mana anda telah absen ( dari satu hari atau lebih ) di mana untuk

mengevaluasi dan persiapan pelajaran selanjutnya. Contoh rencana pelajaran:

a. Susunan Rencanan Pembelajaran

Tujuan

Anda harus dapat mengidentifikasi tujuan keseluruhan atau tujuan yang akan anda

coba untuk mencapai pada akhir periode kelas.

Page 12: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Hasil Tujuan

Untuk menyatakan secara eksplisit apa yang anda inginkan siswa untuk

memperoleh keuntungan dari pelajaran.

Bahan dan Perlengkapan

Itu tampaknya sebuah masalah sepele untuk daftar bahan yang dibutuhkan, tapi

taktik perencanaan yang baik selalu menunjukkan pentingnya mengetahui apa yang

anda butuhkan untuk mengambil dengan anda atau untuk mengatur untuk ada di kelas

Anda. Seringkali, seorang guru terburu-buru, untuk membawa tape recorder atau poster

atau beberapa handout yang tertinggal di mejanya.

Tata cara

Pada titik ini, pelajaran jelas memiliki variasi yang luar biasa. namun, sebagai awal,

dan sebagai satu set pedoman yang sangat umum untuk perencanaan.

Evaluasi

Anda harus memahami bahwa setiap pelajaran tidak perlu berakhir dengan sebuah

kuis kecil. evaluasi juga tidak harus menjadi elemen yang terpisah dari pelajaran Anda.

evaluasi dapat terjadi dalam perjalanan dari aktivitas yang "biasa" di kelas. beberapa

bentuk evaluasi mungkin harus menunggu satu atau dua hari sampai kemampuan

tertentu memiliki kesempatan untuk membangun. tapi penilaian adalah penilaian, formal

atau informal, yang Anda buat setelah siswa memiliki kesempatan yang cukup untuk

belajar, dan tanpa komponen ini.

Tugas tambahan di luar kelas

Terkadang memberi tugas tambahan (PR) perlu direncanakan dengan hati-hati dan

dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa.

b. Pedoman Perencanaan Pembelajaran

Bagaimana untuk mulai perencanaan : Dalam keadaan normal, langkah pertama

yang dilakukan seorang guru untuk memulai perencanaan adalah: memilih apa yang

akan diajarkan.

Ragam, peruntunan, melangkah dan waktu : Ketika sedang menyusun langkah

demi langkah prosedur, atau sesudahnya, perlu dilihat bagaimana pelajaran secara

keseluruhan.

Mengukur kesulitan : Mencari tahu terlebih dahulu bagaimana mengajar

tertentu mudah atau sulit adalah sesuatu yang biasanya harus dipelajari dengan

pengalaman.

Perbedaan individu : Untuk sebagian besar rencana pelajaran akan bertujuan

mayoritas siswa di kelas yang terdiri dari "rata-rata" jangkauan kemampuan

Page 13: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Pembicaraan Siswa dan pembicaraan guru : Berikan pertimbangan cermat

dalam rencana pelajaran dengan keseimbangan antara siswa berbicara dan guru

bicara.

Beradaptasi dengan kurikulum yang didirikan : Ketika guru merencanakan

pembelajaran, perhatian pertama guru adalah bahwa jam ini, kelas harus

berkontribusi pada tujuan kurikulum yang dirancang untuk mengejar target.

Catatan pembelajaran di kelas : Sebuah pertimbangan akhir dalam proses

perencanaan guru adalah satu pelajaran yang sangat praktis

3. Interactive Language Teaching I: Initiating Interaction (Pengajaran Bahasa

Interaktif I: Interaksi Initiating)

Menurut Syah (1998) proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas,

artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan, salah

satunya sambil menulis). Dalam proses mengajar seorang guru harus mengajak siswa untuk

mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan

mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukan

proses belajar mengajar yang interaktif.

Ada empat alasan mengapa siswa harus dikembangkan kemampuan berpikir.

Pertama, kehidupan kita dewasa ini ditandai dengan abad informasi yang menuntut

setiap orang untuk memiliki kemampuan dalam mencari, menyaring guna menentukan pilihan

dan memanfaatkan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kehidupannya,

Kedua, setiap orang senantiasa dihadapkan pada berbagai masalah dan ragam pilihan

sehingga untuk itu dituntut memiliki kemampuan berfikir krisis dan kreatif, karena masalah

dapat terpecahkan dengan pemikiran seperti itu.

Ketiga kemampuan memandang sesuatu hal dengan cara baru atau tidak konvensional

merupakan keterampilan penting dalam memecahkan masalah.

Dan alasan keempat, kreatifitas merupakan aspek penting dalam memecahkan

masalah, mulai dari apa masalahnya, mengapa muncul masalah dan bagaimana cara

pemecahannya.

Peran guru mempunyai hubungan erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar,

terutama dalam proses pengembangan keterampilan. Menurut Balen (1993), pengembangan

keterampilan tersebut yang harus dimiliki siswa adalah ketrampilan berpikir, keterampilan social

dan keterampilan praktis. Ketiga keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam situasi

belajar mengajar yang intraktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

Page 14: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

4. Interactive Language Teaching II: Pembelajaran dengan metode Kerja Kelompok

Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas dibagi

dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar.

Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Kerja

kelompok memberikan siswa peluang lebih besar untuk berbicara.

Guru berperan menciptakan kelompok yang akan mendukung interaksi positif bagi

siswa. Proses berbentuk kegiatan belajar berkelompok yang mengutamakan kerjasama dan

interaksi siswa.

Melalui kerja kelompok, siswa dirangsang untuk mampu berkomunikasi, dengan kata

lain mampu menyebarluaskan gagasan, ide, karya sebagai sebuah produk inovasi. Kaitannya

dengan pengajaran bahasa adalah siswa dirangsang untuk mengasah kemampuan berbahasa,

dan mampu menciptakan iklim kreatifitas bagi dirinya sendiri.

5. Classroom Management (Pengelolaan Kelas)

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara

kondisi pembelajaran yang kondusif dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam

proses pembelajaran tersebut.

Pengelolaan kelas merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses pembelajaran

yang efektif dengan cara menciptakan situasi yang kondusif. Suatu kondisi belajar yang

kondusif dapat tercapai jika guru mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta

mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran,

serta hubungan interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan

peserta didik.

6. Strategi

Chamot (2005, h.112) mendefinisikan strategi adalah sebagai “prosedur-prosedur yang

memudahkan sebuah tugas pembelajaran , strategi seringkali bersifat sadar dan di gerakan

oleh tujuan”.

Ada dua jenis strategi pemerolehan bahasa kedua, pertama strategi pembelajaran yan

g terkait dengan masukan – dengan pemrosesan, penyimpanan, dan penerimaan, yaitu

memasukan pesan dari orang lain. Kedua strategi komunikasi yang berhubungan dengan

keluaran artinya bagaimana kita cara produktif mengungkapkan makna, dan bagaimana kita

menyampaikan pesan kepada yang lain.

Page 15: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Part 4 Teaching Language Skills

1. Integrating the “Four Skills” (Menggabungkan Empat Keterampilan Berbahasa)

Selama lebih dari enam decade hingga sekarang, penelitian dan praktik dalam

pengajaran bahasa Inggris telah mengidentifikasi "empat keterampilan", yaitu mendengarkan

(listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Kurikulum ESL dan

buku di seluruh dunia cenderung fokus pada hanya satu dari empat keterampilan, terkadang

mengesampingkan keterampilan yang lainnya.

a. Why Integration? (Mengapa Harus Diintegrasi?)

Integrasi tersebut, tentu saja, masih menggunakan pendekatan, yang kuat dan

berprinsip dengan karakteristik dari keterampilan masing-masing. Namun terkadang, tidak

semua program dapat diintegrasikan.

b. Content-Based Teaching (Pengajaran Berbasis Isi)

CBI adalah pendekatan yang signifikan dalam pendidikan bahasa (Brinton, Salju, &

Wesche, 1989). CB dirancang untuk memberikan pelajar bahasa kedua instruksi dalam isi

dan bahasa. Secara historis, isi kata telah berubah maknanya dalam pengajaran bahasa.

Konten yang digunakan untuk merujuk pada metode tata bahasa-terjemahan, metodologi

audio bahasa dan kosakata atau pola suara dalam bentuk dialog.

c. Theme-Based Teaching (Pengajaran Berbasis Tema)

Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa. Pembelajaran

tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu.

Oleh karena itu, guru harus merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi

kebermaknaan belajar siswa.

d. Experiental Learning (Pembelajaran Berbasis Pengalaman)

Pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) adalah proses belajar

mengajar yang menekankan pada pengalaman siswa, baik pengalaman individual,

emosional, sosial maupun fisik-motorik. Atherton (2002), mengemukakan bahwa dalam

konteks belajar, pembelajaran berbasis pengalaman dapat dideskripsikan sebagai proses

dalam mana pengalaman siswa direfleksikan secara mendalam dan dari sini muncul

pemahaman baru atau proses belajar.

e. The Episode Hypothesis (Hipotesis Peristiwa)

Lebih dari seratus tahun yang lalu, Francois Gouin, mendesain sebuah metode

pembelajaran bahasa yang disebut Rangkaian Metode. Salah satu kuncinya bergantung

pada bahasa presentasi yang sangat mudah mengikuti alur cerita. Dalam pembelajaran

lain, Gouin mengajarkan sejumlah kata kerja, formasi kata kerja, dan kosa kata lainnya

Page 16: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

dalam cerita singkat tentang gadis pemotong kayu. Dalam penglihatan yang sedehrana,

para siswa di tuntun kepada cara memotong dan mengumpulkan kayu, itu semua adalah

level bahasa yang sangat dasar.

Gouin memanfaatkan alat kejiwaan, seratus tahun kemudian, John Oller menyebutnya

hipotesis peristiwa. Menurut Oller (1983:12), “kalimat akan bisa lebih mudah di produksi,

dimengerti, dan ditarik kembali, sejauh bahwa itu adalah episodik terstruktur.”

f. Task-Based Teaching (Pengajaran Berbasis Tugas)

Dalam pembelajaran berbasis tugas siswa diberikan tugas atau proyek yang kompleks,

cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian di­be­rikan bantuan secukupnya agar

mereka dapat menyelesaikan tugas. Di sam­ping itu, penerapan strategi pembel­ajaran

berbasis proyek/­tugas ini mendo­rong tumbuhnya kompetensi nurturant seperti kreativitas,

ke­mandirian, tanggung jawab, keper­cayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.

2. Teaching Listening Comprehension

a. Listening Comprehension in Pedagogical Research

Mendengarkan merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa.

Dalam kelas, siswa cenderung melakukan kegiatan “mendengarkan” daripada berbicara.

Kompetensi mendengarkan bersifat universal dan lebih besar daripada kompetensi berbicara.

Sehingga dalam pengajaran bahasa menempatkan penekanan terpadu pada kompetensi

pemahaman mendengarkan.

b. An Interactive Model of Listening Comprehension

Mendengarkan tidak hanya sebuah proses penerimaan suatu signal dari apa yang kita

dengar. Langkah dari pemahaman mendengarkan adalah proses psikomotor dalam menerima

gelombang suara melalui telinga dan transmisi impuls saraf ke otak. Itu merupakan awal dari

proses interaktif sebagai tindakan otak pada impuls yang membawa sejumlah mekanisme

kognitif dan afektif yang berbeda.

c. Types of Spoken Language

Sebagian besar energi pengajaran bahasa dikhususkan untuk instruksi dalam

percakapan menguasai bahasa inggris. Namun bentuk bahasa lisan juga penting untuk

dimasukkan ke dalam lembaga kursus bahasa terutama dalam pebelajaran pemahaman

mendengarkan. Ada 2 jenis bahasa langsung/oral, yaitu:

1. Monolog, terbagi dua bagian:

Monolog terencana: pidato dan bahan pra-ditulis lainnya, redundansinya kecil dan

biasanya terwujud dan relatif sulit untuk dipahami.

Page 17: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Monolog tidak terencana: kuliah improptu dan cerita panjang dalam percakapan

menunjukkan redundansi lebih, yang membuat forease dalam pemahaman,

namun keberadaan kinerja variabel yang lebih dan hestitation lain baik dapat

membantu atau menghalangi pemahaman

2. Dialog

Adalah percakapan yang melibatkan dua atau lebih pembicara yang dapat dibagi

lagi kedalam dua pertukaran percakapan yang;

Menjelaskan tentang hubungan sosial (interpersonal) dan

Bertujuan untuk menyampaikan informasi secara nyata (transaksional)

d. What makes listening difficult?

Pembelajar bahasa kedua perlu memperhatikan beberapa faktor-faktor karena mereka

mempengaruhi proses pembicaraan yang sulit dan cepat sehingga dapat menghalangi

pemahaman. Dengan kata lain, mereka dapat membuat proses mendengarkan telihat sulit.

Berdasarkan Dunkel, 1991; Richards, 1983; Ur, 1984, ada delapan karakteristik dari bahasa

langsung.

1. Clustering (Pengelompokan)

Dalam bahasa tulisan, kita dikondisikan untuk mengikuti kalimat berdasarkan satu

kesatuan. Dalam bahasa lisan, karena keterbatasan memori dan kecenderungan kita

untuk “memotong” atau mengelompokan, kita mengelompokkan pidato menjadi bagian

kecil.

2. Redundancy (Kelebihan)

Bahasa lisan, tidak seperti kebanyakan bahasa tulisan, yang memiliki banyak

redundansi (kelebihan kata.)

3. Reduce Forms (Pengurangan bentuk)

Selain bahasa lisan memang mengandung banyak redundansi, bahasa lisan juga

banyak bentuk pengurangannya.pengurangan dapat berkenaan dengan fonologi

(“Djeetyet?” for “Did you eat yet?”), Morfologi (kontraksi seperti "I‟ll), sintaksis (bentuk

elips seperti“When will you back?” “Tomorrow, maybe.”), Atau pragmatis (phone rings in a

house, child answers and yells to another room in the house, “Mom! Phone!”). bentuk

pengurangan ini menimbulkan kesulitan yang signifikan terutama untuk pelajar kelas yang

dapat semula terkena bentuk penuh dari bahasa Inggris.

4. Performance Variable (Penampilan variable)

Dalam bahasa lisan, kecuali untuk wacana yang direncanakan (pidato, ceramah, dll),

keraguan, awal yang salah, jeda, dan koreksi yang umum. Pendengar asli dikondisikan

dari usia yang sangat muda untuk menyingkirkan factor penampilan yang tidak tetap,

Page 18: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

sedangkan mereka dengan mudah dapat mengganggu pemahaman dalam pembelajaran

bahasa kedua.

5. Colloquial Language (Bahasa percakapan)

Peserta didik yang telah diarahkan kepada standar tertulis bahasa Inggris dan/atau

“buku teks” bahasa kadang-kadang merasa heran dan sulit untuk berurusan dengan

bahasa sehari-hari. Idiom/langgam suara, logat, bentuk pengurangan, dan berbagi

pengetahuan budaya semua terwujud di beberapa titik dalam percakapan. Bahasa sehari-

hari muncul dalam monolog dan dialog.

6. Rate of Delivery (Angka kelahiran)

Hampir setiap pelajaran bahasa awalnya berpikir bahwa penutur asli berbicara terlalu

cepat! Sebenarnya, sebagaimana Jack Richard (1983) menunjukkan, jumlah dan panjang

jeda digunakan oleh pembicara lebih penting untuk pemahaman daripada kecepatan

belaka.

7. Stress, Rhythm and Intonation (Penekanan, irama dam intonasi)

Segi prosodic bahasa Inggris penting untuk pemahaman. Karena bahasa Inggris

adalah mengatur waktu tekanan pada bahasa, kemampuan berbicara bahasa Inggris bisa

menjadi rasa takut untuk beberapa pelajar sebagaimana sesuap suku kata yang datang

tumpah keluar antara titik tekanan.

8. Interaction (Interaksi)

Interaksi memainkan peran besar dalam pemahaman pendengaran. Percakapan

sangat pokok pada semua aturan interaksi: negosiasi, penjelasan, tanda menghadiri,

bergiliran, dan topic pencalonan, pemeliharaan, dan penghentian. Jadi, belajar untuk

mendengar juga untuk belajar merespon dan untuk melanjutkan rangkaian mendengarkan

dan merespon.

e. Microskills in listening comprehension.

Jack Richard (1983) dalam artikelnya pada pengajaran keterampilan mendengarkan,

memberikan sebuah taksonomi yang komprehensif dan keterampilan aural yang terlibat dalam

wacana percakapan. Daftar tersebut sangat berguna dalam membantu kita untuk mengetahui

apa yang peserta didik kita butuhkan untuk melakukan seperti mereka memperoleh strategi

yang efektif dalam mendengarkan secara interaktif.

f. Types of Classroom Listening Performance

Reaktif

Menurut bahasa reaktif berarti [lebih reaktif; yang paling reaktif]: dilakukan dalam

menanggapi masalah atau situasi: bereaksi terhadap masalah ketika itu terjadi bukannya

melakukan sesuatu untuk mencegah mereka.

Page 19: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Intensif

Menurut bahasa, intensif berarti gentur, intens, mendalam, serius, sungguh-

sungguh, atau juga berarti secara sungguh-sungguh dan terus menerus dl mengerjakan

sesuatu hingga memperoleh hasil yg optimal: meng·in·ten·sif·kan v membuat atau menjadikan

intensif; mempergiat; memperhebat; peng·in·ten·sif·an n proses, cara, perbuatan

mengintensif-kan.

Responsif

Proporsi yang signifikan dari aktivitas ruang kelas listening terdiri dari membentang

pendek guru bahasa yang dirancang untuk memperoleh respon segera

Selektif

Selektif listening sangat berbeda dengan intensive listening yang biasanya memiliki

materi yang banyak. Selektif listening menugaskan siswa memahami apa yang mereka dengar

dengan seksama, bukan men-scanning apa yang mereka dengar untuk kemudian mereka ambil

intinya.

Ekstensif

Pengajaran ini, tidak seperti kelas intensif listening yang telah dijelaskan di atas, yang

bertujuan untuk mengembangkan top-down, pemahaman global bahasa lisan.

Interaktif

Interaktif listening ini mencakup lima cara mengajar listening di atas, yang

mengharuskan pengajar untuk berperan aktif dalam diskusi, debat, percakapan, kerja

kelompok, dan berpasangan. Kemampuan Listening mereka harus disertai dengan kemampuan

(speaking dan lainnya) yang memadai.

3. Teaching Speaking

a. Keterampilan Komunikasi Lisan dalam Penelitian Pedagogis

Pedagogis merupakan ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk

pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar

mengajar. Keterampilan komunikasi lisan merupakan salah satu elemen penting didalamnya.

b. Jenis-Jenis Bahasa Percakapan

Berikut adalah beberapa karakteristik dalam bahasa percakapan yang dapat

mempermudah komunikasi lisan.

1. Clustering

Page 20: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Clustering merupakan pengelompokkan kata. Berbicara fasih adalah secara phrasal,

bukan kata per kata. Para pelajar atau siswa dapat mengatur percakapan mereka baik

secara kognitif maupun fisik melalui pengelompokkan tersebut.

2. Redundansi

Redundansi merupakan istilah yang sering diartikan sebagai berlebih-lebihan.

pembicara memiliki kesempatan untuk membuat arti yang lebih jelas melalui redundansi

bahasa. pelajar dapat memanfaatkan fitur bahasa lisan.

3. Pengurangan bentuk

Kontraksi/penyusutan, elision, pengurangan vocal dan sebagainya, merupakan

masalah-masalah yang ada dalam berbicara bahasa inggris. Siswa yang tidak

mempelajari tentang bahasa lisan maupun tulisan sehari-hari dalam versi singkat

terkadang dapat mengembangkan sebuah acuan, kulaitas mereka dalam berbicara.

4. Kinerja yang bervariasi

Salah satu manfaat dari bahasa percakapan adalah proses berfikir ketika kita

berbicara memungkinkan kita untuk meminimalisir sejumlah keraguan penampilan, jeda,

pengulangan kata, dan koreksi. Misalnya dalam “waktu berfikir” tidak diam, tapi kita

dapat mengisinya dengan filler-filler tertentu seperti: uh, um, well, you know, I mean,

like, dan sebagainya. Salah satu hal yang paling menonjol antara native dan non native

speaker bahasa terletak pada fenomena keraguan mereka.

5. Bahasa ucapan sehari-hari

Pastikan para siswa cukup akrab dan mengenal idiom dan frase bahasa sehari-hari

dan mereka berlatih untuk mengucapkan bentuk-bentuk percakapan tersebut.

6. Tingkat Penyampaian

Karakteristik lain yang menonjol adalah tingkat kelancaran penyampaian. Salah satu

tugas dalam mengajar bahasa inggris yang telah diucapkan adalah untuk membantu

peserta didik mencapai kecepatan yang dapat diterima bersama dengan atribut lainnya

dalam kelancaran.

7. Tekanan, ritme, dan intonasi

Ini adalah karakteristik yang paling penting dari pengucapan bahasa Inggris,

penenkanan ritme dari bahasa inggris lisan dan pola intonasi dapat menyampaikan

pesan-pesan penting.

8. Interaksi

Belajar untuk menghasilkan gelombang bahasa dalam ruang hampa-tanpa lawan

bicara-akan meningkatkan keterampilan berbicara dari komponen: kreativitas negosiasi

percakapan.

Page 21: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

4. Teaching Reading

Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dan vital dalam kehidupan umat

manusia. Membaca merupakan proses pemahaman atau penikmatan terhadap teks bacaan

dengan memanfaatkan kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, sesuai dengan

tujuannya yang dilakukan secara nyaring atau dalam hati.

a. Penelitian tentang Membaca Bahasa Kedua

Mempelajari bahasa kedua terjadi diseluruh dunia karena berbagai sebab seperti

imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa lain

mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia setelah menguasai bahasa ibu.

Fenomena yang berkaitan dengan mempelajari bahasa kedua memerlukan pendekatan multi

disiplin tergantung dari pada penguasaan pengetahuan dan metodologi riset dari beberapa area

seperti linguistik, antropologi, psikologi, sosiologi, edukasi.

b. Jenis Bahasa Tertulis

Dalam masyarakat kita yang sangat terpelajar, ada ratusan jenis teks tertulis, lebih

banyak daripada yang ditemukan berbagai dalam teks-teks lisan.

c. Karakteristik Bahasa Tertulis

Dalam pembagian ragam bahasa dikenal adanya ragam bahasa lisan dan ragam

bahasa tulis. Ragam bahasa lisan digunakan dalam komunikasi lisan, sedangkan ragam

bahasa tulis digunakan dalam komunikasi tulis.

d. Keterampilan untuk Pemahaman Membaca

Sebagai adaptasi dari model keterampilan mikro yang ditawarkan dalam dua bab

sebelumnya berikut pada halaman berikutnya, kali ini rincian dari apa yang siswa ESL perlu

lakukan untuk menjadi pembaca yang efisien.

5. Teaching Writing

Writing adalah salah satu four skills yang harus diajarkan dalam mengajar Bahasa

Inggris. Writing skills memiliki aspek yang sama pentingnya dengan semua 4 skill dalam

Bahasa inggris, khususnya speaking dan listening. Dalam beberapa decade, para peneliti yang

meneliti pengajaran writing untuk second learner, sejumlah masalah muncul. Ada sekitar enam

masalah yang muncul dalam penelitian mengenai pengajaran writing.

a. Composing vs writing

Pandangan sederhana dalam skill writing akan memberikan asumsi bahwa Bahasa

tertulis itu menyederhanakan bentuk Bahasa yang diucapkan, dan menulis itu sama saja seperti

berkicara. Perbedaannya terletak pada siapa penerimanya.

Page 22: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

b. Process vs product

Pegenalan kealamian penyusuan tulisan telah merubah „wajah‟ pelajaran menulis.

Sekitar setengah abad yang lalu, pengajar writing dikhawatirkan dengan hasil akhir dari tulisan

tersebut: essay, laporan, cerita, dan hasil yang „terlihat‟ seperti seharusnya.

c. Contrastive rhetoric

Robert Kaplan dalam artikelnya tahun 1966 telah menulis banyak sekali diskusi dan

tentang perdebatan. Thesisnya mengenai Bahasa yang berebeda punya pola yang berebeda

pula dalam menulis. Tulisan dalam Bahasa inggris, menurut Kaplan, telah digambarkan secara

skematis sebagai garis lurus yang terus, penulisan semitik dalam bentuk zigzag, penulisan

oriental dalam spiral, dan lain lain.

d. Authenticity

Masalah lain dalam pengajaran menulis adalah mengenai bagaimana kelas menulis

tersebut „benar-benar‟ menulis. Itulah bagaimana seorang pengajar harus membuat kelas

menjadi sesuai dengan subjeknya.

e. The role of teacher

Dari hal tadi, peran seorang guru haruslah penting. Guru sebagai fasilitator atau pelatih,

dan bukanlah pengatur secara otoritif. Guru sebagai fasilitator menawarkan bantuan kepada

siswa dalam mendapatkan proses berfikir dalam menyusun tulisan. Mereka menyediakan ilmu

dan contoh bacaan kepada siswa dalam mengembangkan kerangka berfikir siswa. Ketika

kerangka berfikir sudah dikembangkan maka siswa bisa menyusun dan menggambarkan

tulisan mereka secara baik. Sehingga tercapailah peran pengajar dalam pengajaran writing

tersebut.

6. Form-Focused Instruction

Pengajaran grammar dan kosa kata selalu saja dijadikan sebagai sebuah aspek penting

dalam pengajaran bahasa kedua. Faktanya, di sebagian negara hanya di kelas-kelas bahasa

yang ada pengajaran grammar dan kosa kata. Hal itu sering terjadi menjelang abad ke-20an. Di

abad ke-21 ini, Pengajar Bahasa harus bisa menjawab sekawanan masalah tentang bagian

grammar dan kosa kata tersebut dalam kelas bahasa yang komunikatif. Seperti, Dapatkah kita

mengajarkan Grammar di ruang lingkup Pengajaran Bahasa Komunikatif? Atau haruskah

pengajaran Grammar itu ditangkap tanpa pengajaran langsung? Bagaimana kita mengajarkan

kosa kata itu?. Semua pertanyaan di atas merupakan sebagian kecil dari banyaknya

pertanyaan yang harus dijawab dalam proses pembelajaran Grammar dan Kosa kata.

a. Bagian dari Grammar

Page 23: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Menurut buku H. Douglas Brown, grammar diartikan sebagai sebuah sistem kaedah-

kaedah yang mengatur susunan dan hubungan yang biasa dari kata-kata dalam sebuah

kalimat. Kita harus ingat bahwa dalam sebuah kata itu terdiri bisa terdiri dari beberapa

komponen kata seperti, prefixes, suffixes, roots, verb, noun dan lain sebagainya. Semua itu

adalah bagian dari grammar.

b. Mengajar Grammar Itu Harus atau Tidak Harus

Menurut Ilmu sastra, grammar itu sudah menjadi pusat kajian bahasa.

c. Teknik-Teknik Pembelajaran Grammar

Ada enam klasifikasi yang digunakan Sandra McKay‟s dalam teknik pengajaran

grammar, diantaranya:

Menggunakan grafik

Menggunakan objek

Menggunakan peta dan gambar lainnya

Menggunakan percakapan

Menggunakan teks tulis

d. Rangkaian Grammar dalam Buku Pelajaran dan Kurikulum

Kategori-kategori gramatikal adalah salah satu dari beberapa perhatian dalam

rangkaian pelajaran.

Ada sebuah rangkaian logik dari struktur dasar gramatikal yang mesti diperhatikan

untuk didikuti (contohnya, mengenalkan tense past perfect setelah past tense, realtive

clause setelah question formation) dan banyak lagi faktor faktor frekuensi dan

kegunaan dari beberapa konsep abstrak kesulitan linguistik.

Disamping stuktur-stuktur dasar ini, sedikit perubahan di sini dan akan ada sedikit

perbedaan dalam kesuksesan pelajar pada akhirnya., selama bahasa diajarkan dalam

konteks sebuah kurikulum yang komunikatif (content-based, task-based, interactive).

e. Suatu “kata” tentang pengajaran Grammar

1. Alokasikan waktu kelas yang khusus untuk pelajaran kosa kata.

2. Bantulah peserta didik untuk mempelajari kosa kata dalam suatu konteks.

3. Mainkan sebuah peran dari kamus dua bahasa

Doronglah peserta didik agar mengembangkan strategi-strategi dalam menentukan arti

dari sebuah kata.

Page 24: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Part 5 Assessing Language Skills

1. Language Assessment I : Basic Concepts in Test Development

a. Apa Itu Tes?

Menurut Riduwan ( 2006: 37) tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah

serangkaian pertanyaan / latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu / kelompok.

b. Practicality (Keprakstisan)

Arikunto (2010) mengartikan kepraktisan dalam evaluasi pendidikan merupakan

kemudahan-kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan,

menggunakan, menginterpretasi/ memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpanya.

c. Reliability (Reliabilitas / Kehandalan)

Reabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu

tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun

diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Sedangkan Sukadji (2000) mengatakan bahwa

reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran

yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien

tinggi berarti reliabilitas tinggi.

d. Validity (Validitas)

Validitas adalah derajat kesesuaian, ketepatan dan keshahihan tes dengan tujuan

pembelajaran dan sejauh mana kemampuan tes mampu mengukur apa yang seharusnya

diukur.

e. Jenis – Jenis Tes

Proficiency Test

Tes yang digunakan untuk melihat kemampuan orang dalam sesuatu yang didapatkan

dari latihan-latihan yang mereka lakukan.

Toefl merupakan proficiency test, maksudnya tes yang baru digunakan untuk mengukur

kemampuan bahasa inggris seseorang tanpa dikaitkan secara langsung dengan proses belajar

mengajar. Toefl sendiri berbedadengan achievement test, yaitu tes yang lingkup ujinya terbatas

pada bahan yang telah dipelajari siswa dalam satu kelas bahasa inggris.

f. Historical Developments in Language Testing

Menurut sejarah, jurusan dan praktek tes bahasa mengikuti perubahan dan pergantian

dalam methodology yang sudah dijelaskan dibagian sebelumnya. Sebagai contoh di era 50an

yang dikenal sebagai era perilaku dan memberikan perhatian khusus terhadap perbedaan

analisis, tes khusus untuk element bahsa tertenu seperti phonology, grammar, dan lexical yang

membandingkan antara dua bahasa. Di era 70an dan 80an, teori komunikatif membawa tes

Page 25: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

dalam bentuk integrative yang mana ahli test mengklaim bahwa “segala hal yang berhubungan

dengan komunikatif telah meluas daripada jumlah elemen dalam bahasa” (Clark 1983:432).

g. Large-Scale Language Profeciency Testing

Menurut Lyle Bachman (1991), tes komunikatif harus memenuhi beberapa criteria yang

agak ketat. Hal ini untuk menguji grammar, wacana, sosiolinguistik, dan kompetensi ilokusi

serta kompetensi strategis. Dan ini harus dilihat dari sisi pragmatis, yang mana siswa

mengunakan bahasa alami untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan pikiran dan

perasaan, singkatnya unuk menempatkan bahasa otentik untuk digunakan dalam konteks.

h. Oral Proficiency Testing

Pengujian, menurut Bachman (1990), didefinisikan sebagai prosedur yang dirancang

untuk memperoleh perilaku tertentu dari yang satu dapat membuat kesimpulan tentang

karakteristik individu. Dengan demikian, apa yang diuji atau diamati dalam uji coba adalah

contoh perilaku. Dari kinerja tersebut sampel, pemeriksa menarik kesimpulan dari kemampuan

sasaran pengujian dan kemudian menginterpretasikan kinerja ke kriteria skor. Dalam tes

berbicara, kinerja seseorang dari tugas berbicara 10-15 menit sering digunakan untuk menilai

kemampuan berbicara secara keseluruhan sasaran pengujian ini.

i. CRITICAL LANGUAGE TESTING: ETHICAL ISSUES

Salah satu produk sampingan dari industri pengujian berkembang pesat adalah bahaya

penyalahgunaan kekuasaan. "Tes merupakan teknologi sosial tertanam dalam pendidikan,

pemerintah, dan bisnis; dengan demikian mereka menyediakan mekanisme untuk menguatkan

kekuatan dan control. Tes itu menjadi lebih kuat sebagaimana indikator tunggal menentukan

masa depan individu "(Shohamy 1997: 2). Desainer Test, dan infrastruktur sosial politik

perusahaan yang mereka wakili, memiliki kewajiban untuk mempertahankan standar tertentu

sebagaimana ditentukan oleh lembaga pendidikan klien mereka. Standar-standar ini membawa

dengan mereka masalah etika tertentu seputar "gerbang penjagaan" sifat tes standar.

2. Language Assessment II : Practical Classroom Applications

a. Assessing, Testing, And Teaching

Definisi Asesmen

Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi tentang siswa dan kelas untuk

maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional (Richard I. Arends, 2008: 217).

Asesmen berarti proses pengumpulan informasi. Untuk guru, asesmen dilakukan

sebagai tujuan memutuskan keterampilan mengajar (James A. Poteet, 1987, 6).

Page 26: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Definisi Tes

Alat atau instrumen untuk asesmen tersebut yang dinamakan sebagai tes. Tes yang

digunakan adalah untuk alat ukur dan informasi mengenai objek. Berikut ini adalah beberapa

definisi ahli mengenai istilah tes tersebut.

Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang

secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan

(Djemari Mardapi, 2008: 67).

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur

sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Suharsimi

Arikunto, 2011, 53).

Definisi Pengajaran

Menurut Jones A. Majid, (2005:16), Pengajaran adalah suatu cara bagaimana

mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. Dengan kata lain pengajaran adalah

suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan

peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.

Pengajaran adalah tardif (1987) memberi arti instruction secara lebih rinci yaitu a

preplanned, goal directed educational proces designed tofacilitate learning. artinya adalah

sebuah proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai

tujuan sertadirancang untuk mempermudah belajar.

b. Recent Development In Classroom Teaching

New views on intelligence

Intelijen adalah salah satu pengembangan yang memandang dengan keras

kemampuan untuk melakukan (a) linguistic dan (b) pemecahan masalah matematika

logis. "IQ" konsep kecerdasan yang meresap dunia barat dan cara pengujian selama

hampir satu abad.

Performance-based testing

Dalam lingkungan pendidikan di seluruh dunia, pembuat tes sekarang menangani

agenda baru dan lebih bertanggung jawab.

Interactive language tests

Versi bahasa pengujian berbasis kinerja datang dalam bentuk berbagai tes bahasa

interaktif.

Traditional and “alternative” assessment

Page 27: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Tersirat dalam beberapa uraian di atas inovasi dalam pengujian bahasa kelas adalah

tren jauh dari sangat decontextualized (tapi praktis) desain uji dan menuju alternatif yang

lebih otentik di elisitasi dalam komunikasi yang berarti.

c. Principles For Designing Effective Classroom Tests

Strategies for test-takers

Prinsip pertama adalah untuk menawarkan peserta didik, strategi yang berguna yang

tepat untuk mengambil tes. Dengan beberapa persiapan dalam strategi uji-mengambil, peserta

didik dapat meredakan beberapa kekhawatiran mereka dan menaruh makanan terbaik mereka

ke depan selama tes. Melalui strategi-basis tugas-taking, mereka dapat menghindari miscues

karena format tes saja. Mereka juga harus mampu menunjukkan kompetensi mereka melalui

tingkat optimal kinerja, atau apa yang Swain (1984) disebut sebagai "bias untuk terbaik".

Face validity

Kadang-kadang siswa tidak tahu apa yang sedang diuji ketika mereka mengatasi tes.

Kadang-kadang mereka merasa, untuk berbagai alasan yang mungkin, bahwa tes tidak menguji

apa yang "seharusnya" untuk menguji. Face validity, seperti yang kita lihat dalam bab 21,

berarti bahwa dalam persepsi siswa, tes tersebut valid.

Authenticity

Pastikan bahwa bahasa dalam tes anda alami dan otentik mungkin. Juga, cobalah untuk

memberikan beberapa konteks bahasa sehingga barang tidak hanya serangkaian sampel

bahasa yang tidak terkait. Organisasi Tematik item dapat membantu dalam hal ini. Atau

mempertimbangkan alur cerita yang mungkin dijalankan melalui item Anda.

Washback

Washback, disebutkan di bab sebelumnya adalah manfaat yang menawarkan tes untuk

belajar. Ketika siswa mengikuti tes, mereka harus mampu, dalam waktu yang cukup singkat,

untuk memanfaatkan informasi tentang kompetensi mereka yang menawarkan umpan balik

teks. Uji Formal karena itu harus perangkat di mana siswa dapat menerima diagnosis area

kekuatan dan kelemahan belajar. Tanggapan yang salah bisa menjadi wawasan tentang

pekerjaan lebih lanjut. Oleh karena itu anjuran anda dari tes tertulis dengan tanggapan anda

sangat penting untuk motivasi intrinsik.

d. Pilihan Alternatif Assessment

Perataan Assesment.

Berikut adalah beberapa cara di mana diri dan peer assessment dapat diterapkan di

dalam kelas bahasa.

Page 28: Review Cmd II

CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5

Listening Comprehension: mendengarkan TV atau siaran radio dan memeriksa

pemahaman dengan pasangan, pada pasangan atau kelompok kerja, bertanya ketika

Anda tidak memahami sesuatu; mendengarkan ceramah akademik dan memeriksa diri

Anda pada kuis konten sebuah; menetapkan tujuan untuk meningkatkan peluang untuk

mendengarkan.

Writing : merevisi karya tulis Anda sendiri; merevisi karya tulis dengan rekan (peer-

editing); proofreading; menetapkan tujuan untuk meningkatkan peluang untuk menulis

Reading: membaca bagian buku diikuti oleh self-cek pertanyaan pemahaman;

membaca dan memeriksa pemahaman dengan pasangan, kuis kosakata; penilaian diri

dari kebiasaan membaca; menetapkan tujuan.

e. Assessment And Teaching: Partners In The Learning Process

Hal ini sangat jelas sekarang saya berharap, bahwa penilaian B merupakan bagian

integral dari siklus belajar-mengajar. Dalam interaktif, kurikulum komunikatif, penilaian hampir

konstan. Tes, sebagai bagian dari semua proses penilaian, tidak perlu melanggar prinsip-

prinsip keaslian, motivasi intrinsik, dan siswa-keterpusatan. Seiring dengan beberapa yang

lebih baru, metode alternatif penilaian, tes menjadi komponen tak terpisahkan dari kurikulum.