RETORIKA SIMBOL ISLAM PADA AKUN INSTAGRAM RIDWAN …
Transcript of RETORIKA SIMBOL ISLAM PADA AKUN INSTAGRAM RIDWAN …
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
12
RETORIKA SIMBOL ISLAM PADA AKUN INSTAGRAM RIDWAN KAMIL
Fathayatul Husna
Magister Interdisciplinary Islamic Studies, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Email: [email protected]
Abstrak Ridwan Kamil sebagai walikota Bandung dikenal sebagai pemimpin yang sukses membangun wilayahnya. Beberapa program yang ia jalankan dipublikasi melalui akun Instagramnya @ridwankamil. Selain itu, postingan gambar pada akun instragamnya kerap berisi simbol agama Islam. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis praktek retorika melalui simbol-simbol Islam pada akun Instagram @ridwankamil. Penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif berdasarkan teori rhetorical discourse dari Aristoteles. Teori ini digunakan untuk mengulas tiga foto yang berisikan simbol Islam pada akun Instagram Ridwan Kamil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap unggahan foto yang berisikan simbol Islam menunjukkan dirinya sebagai sosok yang Islami. Kesimpulan penelitian ini adalah media sosial tidak hanya berperan penting mempererat interaksi sosial, tetapi juga memperlancar strategi politik. Kata Kunci: Ridwan Kamil, Retorika, Simbol Islam, Instagram
Abstract Ridwan Kamil as a mayor of Bandung is known as a successful leader to build his region. Most of his government programs were published through his Instagram account @ridwankamil. Besides, his Instagram images mostly contain Islamic symbols. This study aims to analyze the practice of rhetoric through the symbols of Islam on Instagram account @ridwankamil. This research used a qualitative content analysis based on rhetorical discourse theory from Aristotle. This theory is used to analyze three photos containing Islamic symbols on Instagram account of Ridwan Kamil. The results of this study indicated that each photo containing Islamic symbols showed him as an Islamic figure. This study concludes that social media not only plays an important role to strengthen social interaction but also advance political strategy. Keywords: Ridwan Kamil, Rhetoric, Islamic Symbols, Instagram
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
13
Pendahuluan
Media sosial semakin berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi.
Istilah new media semakin sering dikaji dalam dunia akademik. Istilah ini menguatkan
kehadiran media sosial, seperti Facebook, Instagram, YouTube, Twitter, dan sejumlah
media sosial lainnya. Namun, jenis media sosial Facebook dan Instagram menduduki
posisi lebih unggul dibandingkan dengan media sosial lainnya. The Next Web
menyampaikan bahwa dengan jumlah pengguna Facebook di Indonesia sebesar 140
juta, Indonesia menduduki posisi ketiga setelah India dan Amerika Serikat, sedangkan
jumlah pengguna Instagram di Indonesia adalah 56 juta pengguna dan menduduki posisi
keempat setelah Amerika Serikat, Brazil dan India (Kurnia, 2018). Carolyn Everson
selaku Vice President Global Marketing Solutions Facebook menjelaskan bahwa
pengguna aktif Instagram saat ini sudah mencapai kisaran 800 juta pengguna (Yusuf,
2017). Meskipun menduduki posisi kedua terbanyak setelah Facebook, pengguna
Instagram semakin bertambah setiap harinya (Pratiwi, 2016).
Pengguna aktif media sosial terutama Instagram bersifat majemuk. Artinya,
siapapun secara bebas dapat mengakses media sosial Instagram. Salah satu contohnya
adalah pemimpin yang berasal dari Jawa Barat, Ridwan Kamil. Ia dikenal sebagai sosok
wali kota Bandung dengan beragam inovasi, salah satunya lewat penghargaan yang ia
terima yaitu “Urban Leadership Award”. Penghargaan ini ditujukan untuk
mengapresiasi kinerjanya dalam memberikan solusi dan perbaikan ke arah positif.
Selain itu, Ridwan Kamil sering mengunggah foto terkait beberapa program yang
tengah dikerjakan pada akun Instagram miliknya yaitu @ridwankamil.
Akun Instagram Ridwan Kamil telah diikuti oleh 7,6 juta pengikut (followers).
Hal ini mencerminkan bahwa Ridwan Kamil telah dikenal luas pada lingkup publik dan
warga maya (netizen), khususnya pengguna Instagram, yang mengidolakan sosok
Ridwan Kamil. Pada akun Instagramnya terlihat bahwa ia melabel dirinya dengan
sebutan Tokoh Publik (public figure). Istilah ini diberikan kepada orang yang memiliki
label “berpengaruh” yang tertanam pada dirinya dan memiliki “wajah” di berbagai
tingkatan kehidupan manusia, baik dalam ranah nasional maupun internasioal dan
memiliki ketertarikan yang dominan pada dirinya (mampu menjual).
Salah satu hal menarik dari hasil pantauan peneliti pada akun Instagram Ridwan
Kamil adalah adanya unggahan foto yang berkenaan dengan simbol Islam. Sebagai
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
14
sosok yang tak lepas dari istilah “caretaker of lovely Bandung” dan “broadcasting daily
happiness to you”, Ridwan Kamil juga turut menyuarakan seruan mengarah pada ajaran
Islam.
Gambar 1. Ajakan Shalat Subuh Berjamaah di Masjid
(Sumber: Akun Instagram @ridwankamil)
Berdasarkan gambar 1 diketahui bahwa seruan yang ditujukan sangat sederhana
yaitu mengajak untuk melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Bentuk ajakan ini sekilas
sangat sederhana, akan tetapi bernilai jauh dari sebatas sederhana. Apabila dicermati
secara kritis, lewat gambar tersebut seperti bermaksud untuk menampilkan dan
merepresentasikan dirinya.
Setiap orang memiliki caranya tersendiri dalam memaknai tanda, isyarat dan
petunjuk, sehingga membentuk citra mental sesuai dengan objek-objek yang diamati
(Nimmo, 2011). Tanda, isyarat dan petunjuk merupakan bagian dari komunikasi
nonverbal sehingga masing-masing akan memaknainya lewat sudut pandang yang
berbeda. Menurut Sumarjo, pemaknaan simbol di era modern ini berlandas pada tiga
komponen penting, yaitu makna, konsep, dan pengalaman (Wardani, 2010). Simbol
sama halnya seperti gambar, keduanya masuk dalam ranah komunikasi nonverbal yang
tidak jauh dari konsep pemaknaan.
Dalam ranah komunikasi politik dan wilayah perpolitikan di Indonesia politik
kerap dikaitkan dengan simbol agama. Kekuatan simbol sangat mempengaruhi setiap
individu untuk mencerna dan berfikir (Mulyana, 2013). Simbol agama Islam erat
kaitannya dengan perilaku warga Indonesia yang didominasi oleh masyarakat beragama
Islam. Dengan demikian simbol agama dalam perpolitikan seakan mewabah dan
diusung sebagai pendekatan politik. Bentuk penyebaran simbol-simbol Islam dalam
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
15
dunia politik tidak hanya masif „meledak‟ melalui surat kabar atau media massa
mainstream lainnya, tapi juga ikut terjun pada ranah new media. Seakan tak ingin kalah
dalam persaingannya untuk memenangkan kursi, para politisi kerap menggunakan
beberapa jenis media sosial sebagai seni mengkonstruksi argumentasi dan seni
berbicara. Proses konstruksi ini bertujuan untuk menyesuaikan ide dengan pihak lainnya
melalui sejumlah pesan yang dibentuk (Wardhany & Morrisan, 2009).
Dalam komunikasi politik, Ridwan Kamil disebut sebagai komunikator politik.
Komunikator politik adalah seseorang yang melakukan aktivitas/kegiatan komunikasi
dalam ranah politik dan bertugas menyampaikan pesan-pesan politik, baik kepada
individu, kelompok atau massa (Tabroni, 2014). Berdasarkan definisi ini sudah
seharusnya komunikator politik bergerak tidak terlepas dari tugas yang diembannya
dalam hal penyampaian pesan-pesan berkaitan dengan kepentingan politiknya. Dalam
hal ini, Ridwan Kamil terlihat lewat otoritas yang dimilikinya menggunakan simbol-
simbol agama Islam pada akun Instagram sebagai wujud kepeduliannya pada isu agama
Islam. Di samping itu, peneliti berargumen pembentukan identitas dirinya menimbulkan
makna ganda, yaitu dirinya sebagai aktor politik atau tokoh agama. Peneliti juga
berargumen bahwa penggunaan simbol-simbol agama Islam pada beberapa gambar atau
foto dalam akun Instagram @ridwankamil merupakan cara Ridwan Kamil untuk
memperoleh massa untuk melancarkan program politik yang ia rancang. Ridwan Kamil
mengunggah foto dirinya bersama Uu Ruzhanul Ulum melalui akun intagram
@ridwankamil sebagai berikut:
Gambar 2. Pencalonan sebagai Gubernur Jawa Barat
(Sumber: Akun Instagram @ridwankamil)
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
16
Berdasarkan foto pada gambar 2 terlihat bahwa Ridwan Kamil terikat dengan
kepentingan politik yang bukan hanya merepresentasikan dirinya sebagai Walikota
Bandung, akan tetapi menunjukkan dirinya siap maju menjadi calon gubernur Jawa
Barat. Terlebih lagi, melalui isi teks/caption pendukung foto pada gambar 2, Ridwan
Kamil menyebutkan “alhamdulillah, bismillah”. Kedua kata ini merupakan istilah kata
yang digunakan dalam Islam untuk mensyukuri sesuatu dan mengawali setiap
perbuatan.
Berdasarkan paparan mengenai simbol-simbol pada akun Instagram Ridwan
Kamil, peneliti beragumen bahwa hal ini merupakan bagian dari retorika. Secara umum,
retorika didefiniskan sebagai bentuk seni berbicara. Namun, makna ini ternyata tidak
hanya terbatas pada seni berbicara. Menurut Sudiana (Jamaluddin, Suandi, & Putrajaya,
2013), retorika tidak selalu berkaitan dengan seni lisan, tapi juga berkaitan erat dengan
tuturan tulisan. Tidak berhenti di situ, retorika juga hadir dalam bentuk visual atau
gambar (Hill & Helmers, 2004). Untuk menggambarkan bentuk retorika ini Hill dan
Helmers (2004) menyebutnya dengan istilah retorika visual. Dengan demikian, peneliti
berargumen bahwa istilah retorika visual relevan untuk menggambarkan sejumlah
postingan foto dan video pada akun Instagram Ridwan Kamil.
Beberapa studi sebelumnya juga menaruh perhatian pada wacana mengenai
komunikator politik dan kekuatan simbol di media. Syahri (2017) dalam studinya
menyampaikan bahwa simbol sangat berperan penting sebagai strategi politik. Ia
menaruh perhatian pada fenomena kemenangan Drs Rijal Sirait saat pencalonan diri
sebagai DPD RI. Menurutnya, tampilan lobe putih (sejenis peci) dan baju koko putih
yang dikenakan oleh Drs. Rijal Sirait berperan sebagai simbol politik. Ia juga
berpendapat bahwa simbol ini yang membawanya pada gerbang keberhasilan
komunikasi politik. Senada dengan kajian tersebut, Yusuf (2011) menjelaskan bahwa
antara aktor politik dan media memiliki kedekatan interaksi secara personal.
Menurutnya, kedekatan ini akan berpengaruh pada dinamika perpolitikan di setiap
daerah.
Berkaitan dengan media politik, Saleh dan Pramoto (2014) dalam studinya
membahas kegunaan media sosial dalam perpolitikan. Menurut keduanya, media sosial
merupakan bentuk inovasi teknologi komunikasi untuk memudahkan interaksi sosial
(Saleh & Pratomo, 2014). Media sosial juga dinilai berkontribusi penuh untuk
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
17
melancarkan kepentingan politik (Saleh & Pratomo, 2014). Tidak berhenti di situ,
Rahmiati (2012) dalam studinya juga menjelaskan bahwa perkembangan teknologi
berperan besar dalam dunia perpolitikan, seperti hadirnya new media. Ia menjelaskan
bahwa kegunaan new media tidak hanya membantu keberlangsungan strategi politik,
tetapi juga mewadahi setiap pengguna new media untuk membentuk opini publik.
Menurut Goffman (Rahmiati, 2012), kondisi sosial dan penampilan (pakaian yang
dikenakan, ucapan, dan gaya tubuh) dengan mudah memunculkan kesan dan persepsi
bagi masyarakat. Sehingga, dengan mudah pula opini publik terbentuk. Gambaran
mengenai hal ini senada dengan hasil studi lainnya yang menjelaskan bahwa simbol
yang dimunculkan di berbagai media menjadi sumber kekuatan strategi politik (Bulut &
Keskin, 2016). Sehingga, hal ini sederhananya mencerminkan praktek retorika politik.
Studi mengenai retorika politik melalui media sosial telah dikaji oleh sejumlah
peneliti. Wahid (2016) dalam kajiannya menjelaskan bahwa retorika memiliki pengaruh
yang sangat besar untuk menjangkau publik dan menyesuaikan ide antara aktor politik
dengan masyarakat. Hal ini senada dengan hasil kajian Luhukay (2007) yang
menjelaskan bahwa pengemasan pesan yang tepat merupakan strategi terbaik untuk
mencitrakan diri seseorang. Di samping itu, ia juga menambahkan bahwa gaya dan
tampilan seseorang di media, khususnya tokoh politik, menarik perhatian masyarakat.
Sehingga, sangat wajar jika timbul persepsi yang berbeda di masyarakat. Selain itu,
Hasan (2009) dalam penelitiannya ikut menjelaskan bahwa retorika politik diibaratkan
sebagai daya hipnotis. Artinya, retorika politik disusun sedemikian rupa untuk menarik
perhatian masyarakat, baik dari segi tata bahasa ataupun visual.
Di samping itu, untuk memudahkan peneliti membahas penelitian, peneliti
menggunakan teori retorika menurut Aristotels, yaitu Rhetorical Discourse. Aristoteles
mengungkapkan bahwa dalam praktek mempersuasi orang atau pihak lain perlu adanya
pemahaman pada prinsip-prinsip tertentu seperti: ethos, pathos, dan logos (Berger,
2000). Ethos berkaitan dengan karakteristik atau kredibilitas seseorang; pathos bentuk
ajakan kepada orang lain sesuai kerangka “state of mind”; logos merupakan wujud bukti
yang disampaikan kepada pihak tertentu. Pada awalnya retorika tidak berfungsi sangat
luas, hanya berupa teks yang dapat diaplikasikan analisis retorika. Akan tetapi setelah
zaman kian berkembang, analisis retorika mampu masuk dan menguasai media massa
dengan mempelajari teks yang terdapat di radio, televisi dan film (Berger, 2000).
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
18
Bentuk seni penyampaian pesan, retorika ikut terlibat menjadi salah satu pendorong
dakwah Islam dalam setiap perkembangan zaman (Riski, 2012). Teori ini peneliti
gunakan untuk mengulas bagaimana makna simbol yang dibangun di media sosial.
Oleh karena itu, berdasarkan pada fenomena di atas serta dibantu dengan
sejumlah literatur dan teori, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana representasi
identitas Ridwan Kamil dan praktek retorika melalui simbol-simbol Islam pada akun
Instagram @ridwankamil. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
retorika pada foto dan isi teks/caption yang diunggah oleh Ridwan Kamil melalui akun
Instagram pribadinya (@ridwankamil).
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti merujuk pada jenis penelitian kualitatif dengan
menjabarkan hasil temuan lewat pembahasan yang rinci. Di samping itu, peneliti
menggunakan metode analisis isi untuk menganalisis unggahan foto yang mencirikan
simbol Islam pada akun Instagram Ridwan Kamil. Analisis isi bukan hanya
menganalisis isi teks/wacana, akan tetapi dapat menganalisis foto, surat kabar dan acara
televisi (Nimmo, 2010). Dengan demikian, analisis isi dapat digunakan untuk
membantu menganalisis topik penelitian ini.
Fokus peneliti dalam penelitian ini adalah foto atau gambar yang
mendeskripsikan isu/simbol agama Islam yang diunggah oleh Ridwan Kamil melalui
akun Instagram @ridwankamil. Peneliti hanya fokus pada proses unggahan periode
bulan Desember 2017. Hal ini peneliti lakukan karena mengingat pada bulan Desember
2017 ada beberapa hari yang menyangkut tentang isu Islam, seperti memperingati
maulid (hari kelahiran) Nabi Muhammad SAW., reuni aksi bela Islam 212, dan aksi
membela Palestina.
Pada akun Instagram Ridwan Kamil, @ridwankamil, ditemukan beberapa foto
yang mengatasnamakan simbol Islam berdasarkan periode unggahan foto pada bulan
Desember 2017, seperti foto Ridwan Kamil bersama wanita yang menggunakan
penutup kepala (kerudung), bersama pengurus dan murid-murid pesantren, unggahan
gambar memperingati maulid Nabi Muhammad SAW., gerakan shalat Subuh
berjamaah, solidaritas aksi bela Palestina, pesan singkat terkait menyembah Allah
khususnya bagi muslim dan bentuk muhasabah akhir tahun. Masing-masing cerminan
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
19
simbol Islam pada akun @ridwankamil telah peneliti kumpulkan sesuai dengan pola
yang sama setelah ditemukan adanya 32 unggahan foto pada periode Desember 2017.
Tabel 1. Jumlah Foto pada Akun Instagram Ridwal Kamil Periode Desember 2017
No. Postingan Foto Berisikan Simbol Islam Jumlah
1 Memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. 1
2 Mengunjungi Pesantren 1
3 Foto bersama wanita berkerudung 20
4 Shalat Subuh berjamaah 5
5 Solidaritas aksi bela Palestina 2
6 Pesan singkat Islam 3
Total 32
Berdasarkan tabel di atas, peneliti memilih tiga foto yang paling sering diunggah
oleh Ridwan Kamil pada akun Instagramnya, seperti foto bersama wanita berkerudung,
shalat Subuh berjamaah dan pesan singkat Islam. Ketiga kategori foto ini peneliti
tentukan dengan alasan mewakili jumlah postingan terbanyak di antara keenam kategori
pada tabel 1. Hal ini untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisis.
Hasil dan Pembahasan
Peneliti menganalisis foto serta isi teks/caption dengan menggunakan teori
retorika Aristoteles foto bersama wanita berkerudung, shalat Subuh berjamaah dan
pesan singkat Islam.
Foto bersama Wanita Berkerudung
Gambar 3. Foto saat Ridwan Kamil bersama komunitas Bunga Wijayakusumah
(Sumber: Akun Instagram @ridwankamil)
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
20
Gambar 3 adalah postingan pada akun Instagram Ridwan Kamil diikuti dengan
penjelasan isi teks/caption sebagai berikut:
“Terima kasih untuk komunitas Bunga Wijayakusumah, yang menyumbang dan
membantu merawat bunga-bunga untuk lampu jalan di Kota Bandung, terima kasih,
anda semua warga teladan. Our city our responsibility. Hatur nuhun.”
Ethos berkaitan dengan karakteristik atau kredibilitas seseorang, Ridwan Kamil
melalui salah satu fotonya bersama komunitas Bunga Wijayakusumah yang didominasi
oleh wanita yang dipublikasikan pada akun Instagram @ridwankamil menunjukkan
bahwa ia bukan hanya sebagai aktor politik, akan tetapi juga mencerminkan bahwa
dirinya peduli pada komunitas yang berkembang di Bandung, seperti komunitas Bunga
Wijayakusumah yang fokus untuk merawat bunga di lampu jalan di Bandung.
Komunitas tersebut terdapat beberapa wanita yang menggunakan kerudung (penutup
kepala) dan yang tidak memakainya. Secara simbolik kerudung digunakan oleh wanita
Muslim untuk menutup aurat. Hal ini tidak menjadi patokan bahwa wanita lain yang
tidak berkerudung bukan pemeluk Islam. Akan tetapi, secara mutlak yang berkerudung
sudah pasti wanita Muslim. Ridwan Kamil tampak tidak mempermasalahkan
keterlibatan beragam agama, sehingga secara sederhana ia sebagai aktor politik dan
pemeluk agama Islam sudah menunjukkan untuk bersikap toleransi dengan siapa pun.
Pathos bentuk ajakan kepada orang lain sesuai kerangka “state of mind”,
Ridwan Kamil melalui kutipan caption pada gambar 4 “terima kasih, anda semua warga
teladan. Our city our responsibility. Hatur nuhun.” Menujukkan bahwa seni yang ia
lakukan dalam bentuk memberikan apresiasi kepada komunitas Bunga Wijayakusumah
yang telah ikut membantu merawat bunga di lampu jalan di kota Bandung. Kata “terima
kasih” yang diucapkan menjadi keharusan bagi masyarakat Indonesia untuk
mengapresiasi kebaikan seseorang. Dalam Islam juga memiliki aturan yang sama.
Dalam bahasa Arab kata “terima kasih” diartikan dengan “syukran” dan jika
“terimakasih banyak” diartikan dengan “syukran katsiran” atau “syukran jazilan”. Di
samping itu, Ridwan Kamil juga menyebutkan “our city our responsibility” memiliki
makna “kota kita adalah tanggung jawab kita”. Hal ini merujuk pada ajakannya kepada
warga Bandung untuk memelihara dan merawat keindahan kota Bandung. Sebagai
pemeluk agama Islam dan aktor politik, hal ini disampaikan sebagai bentuk representasi
dari pepatah Arab yang berbunyi “kebersihan sebagian dari iman”. Hal ini memiliki
kaitan dengan kutipan caption “our city our responsibility”.
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
21
Logos merupakan wujud bukti yang disampaikan kepada pihak tertentu, Ridwan
Kamil menujukkan bukti bahwa ia sangat mengapresiasi siapapun yang menjaga dan
merawat kebersihan alam khususnya warga Bandung yang ikut terlibat menjaga kota
Bandung. Salah satunya seperti apresiasi yang ia tunjukkan melalui foto di Instagram
menampilkan foto dirinya dengan anggota komunitas Bunga Wijayakusumah. Sebagai
orang yang terlibat dalam dunia politik, hal ini ia lakukan untuk menunjukkan bahwa
dirinya sangat peduli dengan kerja sama yang dibangun warga Bandung untuk
meningkat hal-hal positif di kotanya.
Shalat Subuh berjamaah
Gambar 4. Gambar untuk Mendukung Shalat Subuh Berjamaah
(Sumber: Akun Instagram @ridwankamil)
Postingan gambar 4 pada akun Instagram Ridwan Kamil diikuti dengan
penjelasan isi teks/caption sebagai berikut.
“Subuh berjamaah #WeeklyReminder. Anak-anak muda Bandung tersayang khususnya
Kec. Antafunky, jangan lupa setelah semingguan rutinitas ratusan jam mencari dunia,
besok Minggu subuh, kita subuh berjamaah di Masjid terdekat. Setiap hari berjamaah
lebih afdhal. Sambil kita doakan Palestina dan Yerusalem. Saya insya Allah hadir di
Masjid Nurul Falah, Jln. Cinambo RW 05, Kel. Pakemintan, Kec. Cinambo (dekat
kantor Camat Cinambo). Untuk umat kristiani juga jangan lupa dan jangan bolos untuk
kebaktian di Hari Minggu esok. Agar kita kuat dan kokoh dalam fisik dan spiritual.
Semangat ya. Hatur Nuhun”.
Ethos berkaitan dengan karakteristik atau kredibilitas seseorang, Ridwan Kamil
melalui postingannya ingin menunjukkan bahwa dirinya sebagai aktor politik dan
pemeluk agama Islam patuh dan taat pada aturan ajaran Islam. Melalui caption pada
gambar 4 Ridwan Kamil menyebutkan bahwa ia ikut hadir di masjid untuk mengikuti
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
22
shalat Subuh berjamaah. Hak ini ia tunjukkan sebagai bukti bahwa umat Islam
khususnya di Indonesia harus lebih menghormati aturan yang telah Allah buat, bukan
untuk sekedar meramaikan akan tetapi sebagai wujud patuh dan taat pada agama Islam.
Pathos adalah bentuk ajakan kepada orang lain sesuai kerangka “state of mind”.
Ridwan Kamil sangat aktif untuk menggerakkan shalat Subuh berjamaah di masjid yang
dilakukan rutin bersama warga setiap hari Minggu. Bukan hanya pesan yang disebarkan
melalui foto atau gambar berisikan ajakan shalat Subuh berjamaah, Ridwan Kamil juga
menyampaikan ajakan shalat Subuh berjamaah melalui caption untuk menjelaskan
maksud dari gambar mengenai shalat Subuh berjamaah. Dalam caption tersebut Ridwan
Kamil menyebutkan Weekly Reminder yang diikuti dengan tanda pagar
#WeeklyReminder sebagai wujud untuk mengingatkan warga Bandung untuk
melaksanakan shalat Subuh berjamaah pada lokasi masjid yang telah dijadwalkan
sebelumnya. Ia juga secara khusus mengajak anak muda untuk melaksanakan shalat
Subuh Berjamaah lewat kutipan caption “Anak-anak muda Bandung tersayang
khususnya Kec. Antafunky, jangan lupa setelah semgguan rutinitas ratusan jam mencari
dunia, besok Minggu subuh, kita subuh berjamaah di masjid terdekat”. Lewat caption
ini Ridwan Kamil menghimbau agar anak muda peduli pada kebutuhan akhirat dengan
menunaikan ibadah shalat Subuh berjamaah. Hal ini sangat sederhana, akan tetapi
Ridwan Kamil sebagai walikota Bandung yang pastinya telah menjadi aktor politik
melakukan hal sederhana ini untuk mengajak massa hadir menunaikan shalat Subuh
berjamaah.
Selain itu, bentuk toleransi juga disampaikan oleh Ridwan Kamil melalui
caption gambar 4 yaitu “Untuk umat kristiani juga jangan lupa dan jangan bolos untuk
kebaktian di Hari Minggu esok. Agar kita kuat dan kokoh dalam fisik dan spiritual.
Semangat ya. Hatur Nuhun”. Lewat kutipan tersebut ia memberikan ruang kepada selain
umat Muslim untuk tetap beribadah sesuai dengan keyakinan yang dianut. Dalam Al-
Quran, hal yang telah dilakukan oleh Ridwan Kamil termaktub pada QS. Al-Kafirun
ayat 6 yang berbunyi “Lakum diinukum wa liyadiin” yang artinya “bagimu agamamu
dan bagiku agamaku”. Bentuk toleransi ini tidak ada unsur kekerasan di dalamnya dan
hal ini yang dilakukan oleh Ridwan Kamil lewat praktek toleransi yang sebenarnya.
Logos merupakan wujud bukti yang disampaikan kepada pihak tertentu. Ridwan
Kamil memberikan bukti bahwa ia hadir di tengah-tengah masyarakat tepat di masjid
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
23
yang telah dijadwalkan sebagai masjid ia kunjungi. Kunjungannya ke masjid yang
berbeda pada setiap hari Minggu sebagai bentuk kepeduliannya pada warga Bandung
untuk menggerakkan shalat Subuh berjamaah di masjid. Seruan ini juga ia sampaikan
kepada seluruh warga Bandung untuk melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid
yang dekat dengan tempat tinggal warga.
Pesan singkat Islam
Gambar 5. Gambar Mengenai Pesan Singkat Islam
(Sumber: Akun Instagram @ridwankamil)
Gambar 5 adalah postingan pada akun Instagram Ridwan Kamil diikuti dengan
penjelasan isi teks/caption sebagai berikut.
“Reminder. Bukan Kultum. #JumatKutil (Kuliah Tilu Menit)”
Ethos berkaitan dengan karakteristik atau kredibilitas seseorang. “Bukan karena
kita hebat, tapi itu karena Allah yang memudahkan urusan kita” begitu kira-kira isi
postingan gambar di akun Instagram @ridwankamil. Hal yang pertama kali tampak dari
tulisan pada gambar tersebut adalah Ridwan Kamil sebagai aktor politik yang sangat
manusiawi, ia sebagai tokoh publik yang sangat religius. Bila kredibilitas seorang aktor
politik dikenal lewat kehebatan politiknya, Ridwan Kamil tidak hanya pandai dalam
kancah perpolitikan, tapi juga mampu untuk menempatkan diri sebagai sosok manusia
biasa yang mengingatkan untuk melibatkan Allah dalam segala urusan.
Pathos bentuk ajakan kepada orang lain sesuai kerangka “state of mind”,
Ridwan Kamil dianggap sangat mampu untuk menarik perhatian publik bukan hanya
dari kecerdasannya mengelola wilayah, akan tetapi mampu menampilkan sedikit
siraman rohani bagi pengguna Instagram. Salah satu bentuknya adalah seperti pada
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
24
gambar 5. Gambar tersebut didukung oleh caption “Reminder. Bukan Kultum.
#JumatKutil (Kuliah Tilu Menit)”. Lewat caption tersebut Ridwan Kamil ingin
menunjukkan bahwa untuk saling mengingatkan dalam beragama khususnya sesama
pemeluk agama Islam, tidak perlu menghabiskan waktu seperti Kuliah Tujuh Menit
(Kultum) yang biasanya menampilkan isi ceramah Islam pada Ramadhan atau sehabis
shalat berjamaah di masjid, akan tetapi Ridwan Kamil ingin menunjukkan bahwa
Instagram merupakan salah satu wadah untuk berdakwah dan saling mengingatkan antar
sesama pengguna Instagram lewat Kuliah Tilu Menit (Kutil) yang artinya kuliah tiga
menit. Maksudnya adalah untuk saling mengingatkan terkait segala hal terkhusus dalam
hal agama Islam hanya butuh waktu tiga menit untuk membaca dan memahami.
Logos merupakan wujud bukti yang disampaikan kepada pihak tertentu. Bukti
yang dilakukan Ridwan Kamil terkait saling mengingatkan antar sesama pengguna
Instagram khususnya pemeluk agama Islam adalah ada beberapa postingan di Instagram
@ridwankamil yang menunjukkan bentuk kepeduliannya untuk mengingatkan dan
mengajak pengguna Instagram patuh dan taat pada ajaran Allah, seperti mengajak shalat
Subuh berjamaah, memperingati maulid Nabi Muhammad SAW., mengadakan ceramah
akhir tahun, mempublikasikan siraman rohani lainnya melalui akun Instagram.
Kepedulian pada tegaknya ajaran Islam terkadang agak sulit diaplikasikan oleh aktor
politik lainnya, akan tetapi Ridwan Kamil dengan gagahnya tidak memisahkan diri dari
praktek ajaran Islam.
Penutup
Dalam beberapa postingan gambar dan foto pada periode Desember 2017,
Ridwan Kamil tidak hanya aktif menggunakan media sosial Instagram hanya sebatas
kepemilikan akun pribadi, ia juga menggunakan Instagram sebagai bentuk dakwah
terutama dalam menyasar publik berstatus Muslim. Beberapa unggahannya di akun
Instagram mengangkat tema tentang isu/simbol Islam, seperti mengajak shalat Subuh
berjamaah, aksi solidaritas bela Palestina (bela Al-Aqsha), mengunjungi pesantren,
bentuk toleransi dengan agama lain selain Islam dan postingan lainnya yang bermakna
Islam. Hal ini bila dilihat secara terpisah, tidak seharusnya Ridwan Kamil sebagai aktor
politik menyampaikan isu-isu soal agama terlebih agama yang ia yakini saja, Islam.
Seharusnya Ridwan Kamil hanya fokus pada isu politik dan pengabdiannya pada negara
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
25
melalui jabatannya sebagai walikota Bandung, tidak perlu mengangkat isu agama dalam
perpolitikan.
Selain itu, berdasarkan hasil temuan peneliti dapat disimpulkan bahwa isu
politik tidak hanya membicarakan soal negara, jabatan dan kekuasaan, akan tetapi mulai
mengangkat isu agama. Isu agama digunakan sebagai salah satu strategi calon
pemimpin politik. Untuk melancarkan strategi ini, new media seperti media sosial
menjadi sasaran untuk mengelola pesan, termasuk mengelola pesan politik. Tidak hanya
mengatur pesan, media sosial berperan penting untuk menumbuhkan persepsi masing-
masing individu terkait suatu isu. Para pengguna media sosial dengan bebas
memberikan komentar dan memunculkan opininya di dunia maya.
Daftar Pustaka
Berger, A. (2000). Media and Communication Research Methods: An Introduction to
Qualitative and Quantitative Approaches. Thousand Oaks: CA: Sage Publications.
Bulut, I. Z., & Keskin, F. (2016). Media as the Incentive or Mediator of Populism: A Research
on the Media Populism Strategies and Factors of Political Power in Turkey. 24th World
Congress of Political Science. Poznan: International Political Science praAssociation.
Hasan, K. (2009). Komunikasi Politk dan Pencitraan (Analisis Teoritis Pencitraan Politik di
Indonesia), 2(4), 22-43.
Hill, C. A., & Helmers, M. (2004). Defining Visual Rhetorics. London: Lawrence Erlbaum
Associates.
Jamaluddin, M. Y., Suandi, I. N., & Putrajaya, I. B. (2013). Tuturan Guru Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas XI SMA Negeri 1 Selong ditinjau dari Retorika. Jurnal
Pendidikan Bahasa,2.
Kurnia, T. (2018, April 24). 5 Negara dengan Jumlah Pengguna Media Sosial Terbanyak,
Indonesia Berapa? Retrieved from https://m.liputan6.com/tekno/read/3481323/5-negara-
dengan-jumlah-pengguna-media-sosial-terbanyak-indonesia-berapa
Luhukay, M. S. (2007). Presiden SBY dan Politik Pencitraan: Analisis Teks Pidato Presiden
SBY dengan Pendekatan Retorika Aristoteles. Jurnal Ilmiah Scriptura, 1(2), 51-70.
Mulyana, D. (2013). Komunikasi Politik, Politik Komunikasi: Membedah Visi dan Gaya
Komunikasi Praktisi Politik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nimmo, D. (2010). Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nimmo, D. (2011). Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Pratiwi, E. D. (2016). Faktor yang Mempengaruhi Niat Menggunakan Instagram dengan The
Theory of Reasoned Action Menggunakan Amos 21. Jurnal Teknik Komputer AMIK BSI,
2(1), 68-77.
Rahmiati, D. (2012). Indonesian Political Satire in New Media. International Conference on
Communication, Media, Technology and Design. Istanbul: Online Journal of Art and
Design (OJAD).
Riski, J. W. S. (2012). Da‟wah dalam Masyarakat Dunia Maya (Cyber Community): Peluang
dan Tantangannya. Jurnal Hikmah, 6(1), 88-85.
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, Nomor 1, 2018
26
Saleh, A. M., & Pratomo, D. A. (2014). Political Digital Marketing: Political Message
Construction on Indonesia President Election 2014 in Social Media. International Journal
of Technical Research and Application.
Syahri, A. (2017). Konstruksi Retorika Politik Anggota DPD Provinsi Sumatera Utara Drs. Rijal
Sirait Pada Pemilu DPD Tahun 2014. Jurnal Interaksi, 1(1), 72-92.
Tabroni, R. (2014). Komunikasi Politik Pada Era Multimedia. Bandung: Sambiosa Rekatama
Media.
Wahid, U. (2016). Personal Branding dan Retorika Komunikator Politik Pada Pemilukada DKI
Jakarta 2017 (Analisis Retorika Atas Teks Pidato sebagai Kandidat Gubernur dan Wakil
Gubernur Pada Penentuan Nomor Urut Peserta Pemilu). Seminar Nasional Komunikasi
Publik dan Dinamika Masyarakat Lokal. Lampung: Universitas Lampung.
Wardani, L. K. (2010). Fungsi, Makna dan Simbol (Sebuah Kajian Teoritik). Seminar Jelajah
Arsitektur Nusantara. Surabaya: Institut Teknologi Semarang.
Wardhany, A. C., & Morrisan. (2009). Teori Komunikasi Massa. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Yusuf, I. A. (2011). Media Lokal dalam Konstelasi Komunikasi Politik di Daerah. Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, 14(3), 297-316.
Yusuf, O. (2017, September 29). Naik 100 Juta, Berapa Jumlah Pengguna Instagram
Sekarang? Retrieved from https://tekno.kompas.com/read/2017/09/29/06304447/naik-100-
juta-berapa-jumlah-pengguna-Instagram-sekarang