Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

87
TULISAN TENTANG MPR, DPR, DPD, DPRD DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPR ) A. Sejarah Masa awal kemerdekaan (1945-1949) Pada awal kemerdekaan, lembaga-lembaga negara yang diamanatkan UUD 1945 belum dibentuk. Dengan demikian, Sesuai dengan pasal 4 aturan peralihan dalam UUD 1945, dibentuklah Komite Nasional Pusat (KNIP). Komite ini merupakan cikal bakal badan legislatif di Indonesia. Anggota KNIP tersebut berjumlah 60 orang tetapi sumber yang lain menyatakan terdapat 103 anggota KNIP. KNIP sebagai MPR sempat bersidang sebanyak 6 kali, dalam melakukan kerja DPR dibentuk Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, Badan Pekerja tersebut berhasil menyetujui 133 RUU disamping pengajuan mosi, resolusi, usul dan lain-lain. Masa Republik Indonesia Serikat (1949-1950) Pada masa ini tidak diketahui secara pasti bagaimana keberadaan DPR karena sedang terjadi kekacauan politik, dimana fokus utama berada di pemerintah federal RIS. Masa Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (1950-1956)

description

Resume MPR

Transcript of Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Page 1: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

TULISAN TENTANG MPR, DPR, DPD, DPRD

DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPR )

A. Sejarah

Masa awal kemerdekaan (1945-1949)

Pada awal kemerdekaan, lembaga-lembaga negara yang diamanatkan UUD 1945

belum dibentuk. Dengan demikian, Sesuai dengan pasal 4 aturan peralihan dalam UUD

1945, dibentuklah Komite Nasional Pusat (KNIP). Komite ini merupakan cikal bakal

badan legislatif di Indonesia. Anggota KNIP tersebut berjumlah 60 orang tetapi sumber

yang lain menyatakan terdapat 103 anggota KNIP. KNIP sebagai MPR sempat bersidang

sebanyak 6 kali, dalam melakukan kerja DPR dibentuk Badan Pekerja Komite Nasional

Pusat, Badan Pekerja tersebut berhasil menyetujui 133 RUU disamping pengajuan mosi,

resolusi, usul dan lain-lain.

Masa Republik Indonesia Serikat (1949-1950)

Pada masa ini tidak diketahui secara pasti bagaimana keberadaan DPR karena

sedang terjadi kekacauan politik, dimana fokus utama berada di pemerintah federal RIS.

Masa Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (1950-1956)

Pada tanggal 14 Agustus 1950, DPR dan Senat RIS menyetujui Rancangan UUDS

NKRI (UU No. 7/1850, LN No. 56/1950). Pada tanggal 15 Agustus 1950, DPR dan Senat

RIS mengadakan rapat dimana dibacakan piagam pernyataan terbentuknya NKRI yang

bertujuan: 1. Pembubaran secara resmi negara RIS yang berbentuk federasi; 2.

Pembentukan NKRI yang meliputi seluruh daerah Indonesia dengan UUDS yang mulai

berlaku pada tanggal 17 Agustus 1950.Sesuai isi Pasal 77 UUDS, ditetapkan jumlah

anggota DPRS adalah 236 orang, yaitu 148 anggota dari DPR-RIS, 29 anggota dari Senat

Page 2: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

RIS, 46 anggota dari Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, dan 13 anggota dari DPA RI

Yogyakarta.

Masa DPR hasil pemilu 20 Maret 1956 (1956-1959)

DPR ini adalah hasil pemilu 1956 yang jumlah anggota yang dipilih sebanyak 272

orang. Pemilu 1956 juga memilih 542 orang anggota konstituante.Tugas dan wewenang

DPR hasil pemilu 1955 sama dengan posisi DPRS secara keseluruhan, karena landasan

hukum yang berlaku adalah UUDS. Banyaknya jumlah fraksi di DPR serta tidak adanya

satu dua partai yang kuat, telah memberi bayangan bahwa pemerintah merupakan hasil

koalisi. Dalam masa ini terdapat 3 kabinet yaitu kabinet Burhanuddin Harahap, kabinet

Ali Sastroamidjojo, dan kabinet Djuanda.

Masa DPR Hasil Dekrit Presiden 1959 berdasarkan UUD 1945 (1959-1965)

Jumlah anggota sebanyak 262 orang kembali aktif setelah mengangkat sumpah.

Dalam DPR terdapat 19 fraksi, didominasi PNI, Masjumi, NU, dan PKI.Dengan Penpres

No. 3 tahun 1960, Presiden membubarkan DPR karena DPR hanya menyetujui 36 milyar

rupiah APBN dari 44 milyar yang diajukan. Sehubungan dengan hal tersebut, presiden

mengeluarkan Penpres No. 4 tahun 1960 yang mengatur Susunan DPR-GR.DPR-GR

beranggotakan 283 orang yang semuanya diangkat oleh Presiden dengan Keppres No.

156 tahun 1960. Adapun salah satu kewajiban pimpinan DPR-GR adalah memberikan

laporan kepada Presiden pada waktu-waktu tertentu, yang mana menyimpang dari pasal

5, 20, 21 UUD 1945. Selama 1960-1965, DPR-GR menghasilkan 117 UU dan 26 usul

pernyataan pendapat.

Masa DPR Gotong Royong tanpa Partai Komunis Indonesia (1965-1966)

Setelah peristiwa G.30.S/PKI, DPR-GR membekukan sementara 62 orang

anggota DPR-GR eks PKI dan ormas-ormasnya. DPR-GR tanpa PKI dalam masa

kerjanya 1 tahun, telah mengalami 4 kali perubahan komposisi pimpinan, yaitu: a.

Periode 15 November 1965-26 Februari 1966. b. Periode 26 Februari 1966-2 Mei 1966.

c. Periode 2 Mei 1966-16 Mei 1966. d. Periode 17 Mei 1966-19 November 1966. Secara

Page 3: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

hukum, kedudukan pimpinan DPR-GR masih berstatus sebagai pembantu Presiden

sepanjang Peraturan Presiden No. 32 tahun 1964 belum dicabut.

Dalam rangka menanggapi situasi masa transisi, DPR-GR memutuskan untuk

membentuk 2 buah panitia: a. Panitia politik, berfungsi mengikuti perkembangan dalam

berbagai masalah bidang politik. b. Panitia ekonomi, keuangan dan pembangunan,

bertugas memonitor situasi ekonomi dan keuangan serta membuat konsepsi tentang

pokok-pokok pemikiran ke arah pemecahannya.

Masa Orde Baru (1966-1999)

Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian dikukuhkan

dalam UU No. 10/1966, maka DPR-GR Masa Orde Baru memulai kerjanya dengan

menyesuaikan diri dari Orde Lama ke Orde Baru. Kedudukan, tugas dan wewenang

DPR-GR 1966-1971 yang bertanggung jawab dan berwewenang untuk menjalankan

tugas-tugas utama sebagai berikut:

1. Bersama-sama dengan pemerintah menetapkan APBN sesuai dengan pasal 23 ayat 1

UUD 1945 beserta penjelasannya.

2. Bersama-sama dengan pemerintah membentuk UU sesuai dengan pasal 5 ayat 1, pasal

20, pasal 21 ayat 1 dan pasal 22 UUD 1945 beserta penjelasannya.

3. Melakukan pengawasan atas tindakan-tindakan pemerintah sesuai dengan UUD 1945 dan

penjelasannya, khususnya penjelasan bab 7.

Selama masa orde baru DPR dianggap sebagai Tukang Stempel kebijakan

pemerintah yang berkuasa karena DPR dikuasai oleh Golkar yang merupakan pendukung

pemerintah.

Masa reformasi (1999-sekarang)

Banyaknya skandal korupsi, penyuapan dan kasus pelecehan seksual merupakan

bentuk nyata bahwa DPR tidak lebih baik dibandingkan dengan yang sebelumnya. Mantan

ketua MPR-RI 1999 s.d 2004, Amien Rais, bahkan mengatakan DPR yang sekarang hanya

merupakan stempel dari pemerintah karena tidak bisa melakukan fungsi pengawasannya

Page 4: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

demi membela kepentingan rakyat. Hal itu tercermin dari ketidakmampuan DPR dalam

mengkritisi kebijakan pemerintah yang terbilang tidak pro rakyat seperti kenaikan BBM,

kasus lumpur Lapindo, dan banyak kasus lagi. Selain itu, DPR masih menyisakan

pekerjaan yakni belum terselesaikannya pembahasan beberapa undang-undang. Buruknya

kinerja DPR pada era reformasi membuat rakyat sangat tidak puas terhadap para anggota

legislatif. Ketidakpuasan rakyat tersebut dapat dilihat dari banyaknya aksi demonstrasi

yang menentang kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak dikritisi oleh DPR.

Banyaknya judicial review yang diajukan oleh masyarakat dalam menuntut keabsahan

undang-undang yang dibuat oleh DPR saat ini juga mencerminkan bahwa produk hukum

yang dihasilkan mereka tidak memuaskan rakyat.

DPR juga kerap dikritik oleh sebagian besar masyarakat Indonesia karena

dianggap malas dalam bekerja. Hal ini terbukti dari pemberian fasilitas mewah, seperti

gaji besar, kendaraan, dan perumahan, namun tidak sebanding dengan hasil yang

diberikan. Hal lain yang sudah menjadi rahasia umum adalah banyaknya anggota yang

"bolos" dalam sidang paripurna, atau sekedar "menitip absen", sehingga seolah-olah hadir,

namun kenyataannya tidak. Kalaupun hadir, sebagian oknum anggota ternyata tidur saat

sidang, main game, atau melakukan tindakan lain selain mengikuti proses rapat paripurna.

Kasus terbaru adalah putra Presiden, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), yang tertangkap

kamera sedang menitip absen saat rapat paripurna DPR membahas Undang-Undang

Pencegahan Pendanaan Terorisme.Dalam konsep Trias Politika, di mana DPR berperan

sebagai lembaga legislatif yang berfungsi untuk membuat undang-undang dan mengawasi

jalannya pelaksanaan undang-undang yang dilakukan oleh pemerintah sebagai lembaga

eksekutif. Fungsi pengawasan dapat dikatakan telah berjalan dengan baik apabila DPR

dapat melakukan tindakan kritis atas kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang

tidak sesuai dengan kepentingan rakyat. Sementara itu, fungsi legislasi dapat dikatakan

berjalan dengan baik apabila produk hukum yang dikeluarkan oleh DPR dapat memenuhi

aspirasi dan kepentingan seluruh rakyat.

Page 5: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

B. Fungsi

DPR mempunyai fungsi ; legislasi, anggaran, dan pengawasan yang dijalankan dalam

kerangka representasi rakyat.

1. Legislasi

Fungsi Legislasi dilaksanakan untuk membentuk undang-undang bersama

presiden.

2. Anggaran

Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau

tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN

yang diajukan oleh Presiden.

3. Pengawasan

Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-

undang dan APBN.

C. Hak

DPR mempunyai beberapa hak, yaitu; hak interpelasi, hak angket, hak imunitas, dan hak

menyatakan pendapat.

1. Hak interpelasi

Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah

mengenai kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas

pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Hak angket

Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaksanaan

suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal

penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

3. Hak imunitas

Hak imunitas adalah kekebalan hukum dimana setiap anggota DPR tidak dapat

dituntut di hadapan dan di luar pengadilan karena pernyataan, pertanyaan/pendapat

Page 6: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPR, sepanjang

tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik.

4. Hak menyatakan pendapat

Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:

a) Kebijakan Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di

tanah air atau di dunia internasional

b) Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket

c) Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran

hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,

tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden

dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden

dan/atau Wakil Presiden.

D. Anggota

Hak anggota

Anggota DPR mempunyai hak:

mengajukan usul rancangan undang-undang

mengajukan pertanyaan

menyampaikan usul dan pendapat

memilih dan dipilih

membela diri

imunitas

protokoler

keuangan dan administratif

Kewajiban anggota

Anggota DPR mempunyai kewajiban:

memegang teguh dan mengamalkan Pancasila

melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

menaati peraturan perundangundangan

Page 7: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia

mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan

memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat

menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara

menaati tata tertib dan kode etik

menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain

menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala

menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat

memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah

pemilihannya

Larangan

Anggota DPR tidak boleh merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, hakim pada

badan peradilan, pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri, pegawai pada BUMN/BUMD atau

badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD.Anggota DPR juga tidak boleh

melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan

publik, konsultan, advokat/pengacara, notaris, dokter praktek dan pekerjaan lain yang ada

hubungannya dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR.

Penyidikan

Jika anggota DPR diduga melakukan perbuatan pidana, pemanggilan, permintaan keterangan,

dan penyidikannya harus mendapat persetujuan tertulis dari Presiden. Ketentuan ini tidak berlaku

apabila anggota DPR melakukan tindak pidana korupsi dan terorisme serta tertangkap tangan.

E. Fraksi

Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPR, serta hak dan

kewajiban anggota DPR, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPR. Dalam

mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPR, serta hak dan kewajiban

anggota DPR, fraksi melakukan evaluasi terhadap kinerja anggota fraksinya dan melaporkan

kepada publik. Setiap anggota DPR harus menjadi anggota salah satu fraksi. Fraksi dapat

Page 8: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

dibentuk oleh partai politik yang memenuhi ambang batas perolehan suara dalam penentuan

perolehan kursi DPR. Fraksi mempunyai sekretariat. Sekretariat Jenderal DPR menyediakan

sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas fraksi.

FraksiJumlah Anggota

Ketua

Fraksi Partai Demokrat (F-PD) 148Mohammad Jafar Hafsah

Fraksi Partai Golongan Karya (F-PG) 107 Setya Novanto

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP)

94 Tjahjo Kumolo

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) 57 Hidayat Nurwahid

Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) 46 Asman Abnur

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) 37 Hasrul Azwar

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) 28 Marwan Ja'far

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (F-Gerindra) 26 Mujiyono Haryanto

Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat (F-Hanura) 17 Ahmad Fauzi

F. Alat kelengkapan

Alat kelengkapan DPR terdiri atas: Pimpinan, Badan Musyawarah, Komisi, Badan

Legislasi, Badan Anggaran, Badan Akuntabilitas Keuangan Negara, Badan Kehormatan, Badan

Kerjasama Antar-Parlemen, Badan Urusan Rumah Tangga, Panitia Khusus dan alat kelengkapan

lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna. Dalam menjalankan tugasnya, alat

kelengkapan dibantu oleh unit pendukung yang tugasnya diatur dalam peraturan DPR tentang

tata tertib.

Page 9: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Pimpinan

Pimpinan DPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang wakil ketua yang

berasal dari partai politik berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak di DPR. Ketua DPR

ialah anggota DPR yang berasal dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama di

DPR. Wakil Ketua DPR ialah anggota DPR yang berasal dari partai politik yang memperoleh

kursi terbanyak kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai

politik yang memperoleh kursi terbanyak sama, ketua dan wakil ketua ditentukan berdasarkan

urutan hasil perolehan suara terbanyak dalam pemilihan umum. Dalam hal terdapat lebih dari 1

(satu) partai politik yang memperoleh suara sama, ketua dan wakil ketua ditentukan berdasarkan

persebaran perolehan suara.

Dalam hal pimpinan DPR belum terbentuk, DPR dipimpin oleh pimpinan sementara

DPR. Pimpinan sementara DPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu) orang wakil ketua

yang berasal dari 2 (dua) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di

DPR. Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak

sama, ketua dan wakil ketua sementara DPR ditentukan secara musyawarah oleh wakil partai

politik bersangkutan yang ada di DPR. Ketua dan wakil ketua DPR diresmikan dengan

keputusan DPR. Pimpinan DPR sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji

yang teksnya dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.

Tugas

Pimpinan DPR bertugas:

memimpin sidang DPR dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan

menyusun rencana kerja pimpinan

melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan materi

kegiatan dari alat kelengkapan DPR

menjadi juru bicara DPR

melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPR

mewakili DPR dalam berhubungan dengan lembaga negara lainnya

Page 10: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

mengadakan konsultasi dengan Presiden dan pimpinan lembaga negara lainnya sesuai

dengan keputusan DPR

mewakili DPR di pengadilan

melaksanakan keputusan DPR berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi

anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

menyusun rencana anggaran DPR bersama Badan Urusan Rumah Tangga yang

pengesahannya dilakukan dalam rapat paripurna

menyampaikan laporan kinerja dalam rapat paripurna DPR yang khusus diadakan untuk

itu

Berhenti

Pimpinan DPR berhenti dari jabatannya karena:

meninggal dunia

mengundurkan diri

diberhentikan

Pimpinan DPR diberhentikan apabila :

tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai

anggota DPR selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa pun

melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPR berdasarkan keputusan rapat

paripurna setelah dilakukan pemeriksaan oleh Badan Kehormatan DPR

dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5

(lima) tahun atau lebih

diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

ditarik keanggotaannya sebagai anggota DPR oleh partai politiknya

melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini

diberhentikan sebagai anggota partai politik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Page 11: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Dalam hal salah seorang pimpinan DPR berhenti dari jabatannya, anggota pimpinan

lainnya menetapkan salah seorang di antara pimpinan untuk melaksanakan tugas pimpinan yang

berhenti sampai dengan ditetapkannya pimpinan yang definitif. Dalam hal salah seorang

pimpinan DPR berhenti, penggantinya berasal dari partai politik yang sama. Pimpinan DPR

diberhentikan sementara dari jabatannya apabila dinyatakan sebagai terdakwa karena melakukan

tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. Dalam hal

pimpinan DPR dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pimpinan DPR yang bersangkutan

melaksanakan kembali tugasnya sebagai pimpinan DPR.

Badan Musyawarah

Badan Musyawarah (disingkat Bamus) dibentuk oleh DPR dan merupakan alat

kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan

Musyawarah pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang. Anggota

Badan Musyawarah berjumlah paling banyak 1/10 (satu persepuluh) dari jumlah anggota DPR

berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi yang ditetapkan oleh rapat paripurna.

Pimpinan DPR karena jabatannya juga sebagai pimpinan Badan Musyawarah.

Tugas

Badan Musyawarah bertugas:

1. menetapkan agenda DPR untuk 1 (satu) tahun sidang, 1 (satu) masa persidangan, atau

sebagian dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, dan jangka

waktu penyelesaian rancangan undang-undang, dengan tidak mengurangi kewenangan

rapat paripurna untuk mengubahnya

2. memberikan pendapat kepada pimpinan DPR dalam menentukan garis kebijakan yang

menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPR;

3. meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPR yang lain

untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai pelaksanaan tugas masing-masing

Page 12: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

4. mengatur lebih lanjut penanganan suatu masalah dalam hal undang-undang

mengharuskan Pemerintah atau pihak lainnya melakukan konsultasi dan koordinasi

dengan DPR

5. menentukan penanganan suatu rancangan undangundang atau pelaksanaan tugas DPR

lainnya oleh alat kelengkapan DPR

6. mengusulkan kepada rapat paripurna mengenai jumlah komisi, ruang lingkup tugas

komisi, dan mitra kerja komisi yang telah dibahas dalam konsultasi pada awal masa

keanggotaan DPR

7. melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna kepada Badan

Musyawarah

Komisi

Komisi dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap.

DPR menetapkan jumlah komisi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun

sidang. Jumlah anggota komisi ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan

pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada

permulaan tahun sidang.

Pimpinan komisi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.

Pimpinan komisi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua,

yang dipilih dari dan oleh anggota komisi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan

proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah

anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan pimpinan komisi dalam rapat komisi yang dipimpin oleh

pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan komisi.

Tugas

Tugas komisi dalam pembentukan undang-undang adalah mengadakan persiapan, penyusunan,

pembahasan, dan penyempurnaan rancangan undang-undang.

Tugas komisi di bidang anggaran adalah:

Page 13: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

1. mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai penyusunan rancangan anggaran

pendapatan dan belanja negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama-

sama dengan Pemerintah;

2. mengadakan pembahasan dan mengajukan usul penyempurnaan rancangan anggaran

pendapatan dan belanja negara yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama-

sama dengan Pemerintah;

3. membahas dan menetapkan alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan

kementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja komisi;

4. mengadakan pembahasan laporan keuangan negara dan pelaksanaan APBN termasuk

hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya;

5. menyampaikan hasil pembicaraan pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

dan hasil pembahasan, kepada Badan Anggaran untuksinkronisasi;

6. menyempurnakan hasil sinkronisasi Badan Anggaran berdasarkan penyampaian usul

komisi; dan

7. menyerahkan kembali kepada Badan Anggaran hasil pembahasan komisi, untuk bahan

akhir penetapan APBN.

Tugas komisi di bidang pengawasan adalah:

1. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, termasuk APBN, serta

peraturan pelaksanaannya yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya;

2. membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang

lingkup tugasnya;

3. melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah; dan

4. membahas dan menindaklanjuti usulan DPD.

Komisi dalam melaksanakan, dapat mengadakan:

1. rapat kerja dengan Pemerintah yang diwakili oleh menteri/pimpinan lembaga;

2. konsultasi dengan DPD;

3. rapat dengar pendapat dengan pejabat Pemerintah yang mewakili instansinya;

Page 14: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

4. rapat dengar pendapat umum, baik atas permintaan komisi maupun atas permintaan pihak

lain;

5. rapat kerja dengan menteri atau rapat dengar pendapat dengan pejabat Pemerintah yang

mewakili instansinya yang tidak termasuk dalam ruang lingkup tugasnya apabila

diperlukan; dan/atau

6. kunjungan kerja.

Komisi menentukan tindak lanjut hasil pelaksanaan tugas komisi. Keputusan dan/atau

kesimpulan hasil rapat kerja komisi atau rapat kerja gabungan komisi bersifat mengikat antara

DPR dan Pemerintah. Komisi membuat laporan kinerja pada akhir masa keanggotaan DPR, baik

yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh komisi

pada masa keanggotaan berikutnya. Komisi menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan

tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah

Tangga.

Komisi adalah unit kerja utama di dalam DPR. Hampir seluruh aktivitas yang berkaitan

dengan fungsi-fungsi DPR, substansinya dikerjakan di dalam komisi. Setiap anggota DPR

(kecuali pimpinan) harus menjadi anggota salah satu komisi. Pada umumnya, pengisian

keanggotan komisi terkait erat dengan latar belakang keilmuan atau penguasaan anggota

terhadap masalah dan substansi pokok yang digeluti oleh komisi.

Pada periode 2009-2014, DPR mempunyai 11 komisi dengan ruang lingkup tugas, yaitu :

Komisi I, membidangi pertahanan, luar negeri, dan informasi.

Komisi II, membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan

agraria.

Komisi III, membidangi hukum dan perundang-undangan, hak asasi manusia, dan

keamanan.

Komisi IV, membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan

pangan.

Komisi V, membidangi perhubungan, telekomunikasi, pekerjaan umum, perumahan

rakyat, pembangunan pedesaan dan kawasan tertinggal.

Page 15: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Komisi VI, membidangi perdagangan, perindustrian, investasi, koperasi, usaha kecil dan

menengah), dan badan usaha milik negara.

Komisi VII, membidangi energi, sumber daya mineral, riset dan teknologi, dan

lingkungan.

Komisi VIII, membidangi agama, sosial dan pemberdayaan perempuan.

Komisi IX, membidangi kependudukan, kesehatan, tenaga kerja dan transmigrasi.

Komisi X, membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan

kebudayaan.

Komisi XI, membidangi keuangan, perencanaan pembangunan nasional, perbankan, dan

lembaga keuangan bukan bank.

Badan Legislasi

Badan Legislasi dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat

tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi pada permulaan masa

keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota Badan Legislasi ditetapkan

dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi

pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang.

Pimpinan Badan Legislasi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan

kolegial. Pimpinan Badan Legislasi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga)

orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Legislasi berdasarkan prinsip

musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan

menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan pimpinan Badan Legislasi

dilakukan dalam rapat Badan Legislasi yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan

susunan dan keanggotaan Badan Legislasi.

Tugas

Badan Legislasi bertugas:

1. menyusun rancangan program legislasi nasional yang memuat daftar urutan dan prioritas

rancangan undang-undang beserta alasannya untuk 1 (satu) masa keanggotaan dan untuk

Page 16: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

setiap tahun anggaran di lingkungan DPR dengan mempertimbangkan masukan dari

DPD;

2. mengoordinasi penyusunan program legislasi nasional antara DPR dan Pemerintah;

3. menyiapkan rancangan undang-undang usul DPR berdasarkan program prioritas yang

telah ditetapkan;

4. melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan

undang-undang yang diajukan anggota, komisi, gabungan komisi, atau DPD sebelum

rancangan undang-undang tersebut disampaikan kepada pimpinan DPR;

5. memberikan pertimbangan terhadap rancangan undang-undang yang diajukan oleh

anggota, komisi, gabungan komisi, atau DPD di luar prioritas rancangan undang-undang

tahun berjalan atau di luar rancangan undang-undang yang terdaftar dalam program

legislasi nasional;

6. melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan undang-

undang yang secara khusus ditugaskan oleh Badan Musyawarah;

7. mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan

rancangan undang-undang melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus;

8. memberikan masukan kepada pimpinan DPR atas rancangan undang-undang usul DPD

yang ditugaskan oleh Badan Musyawarah; dan

9. membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang perundang-undangan pada

akhir masa keanggotaan DPR untuk dapat digunakan oleh Badan Legislasi pada masa

keanggotaan berikutnya.

Badan Legislasi menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai

dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada Badan Urusan Rumah Tangga.

Badan Anggaran

Badan Anggaran dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat

tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran menurut perimbangan dan

pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada

permulaan tahun sidang. Susunan dan keanggotaan Badan Anggaran terdiri atas anggota dari

Page 17: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

tiap-tiap komisi yang dipilih oleh komisi dengan memperhatikan perimbangan jumlah anggota

dan usulan fraksi.

Pimpinan Badan Anggaran merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan

kolegial. Pimpinan Badan Anggaran terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga)

orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Anggaran berdasarkan prinsip

musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan mempertimbangkan keterwakilan

perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan pimpinan Badan

Anggaran dilakukan dalam rapat Badan Anggaran yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah

penetapan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran.

Tugas

Badan Anggaran bertugas:

1. membahas bersama Pemerintah yang diwakili oleh menteri untuk menentukan pokok-

pokok kebijakan fiskal secara umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi

setiap kementerian/lembaga dalam menyusun usulan anggaran;

2. menetapkan pendapatan negara bersama Pemerintah dengan mengacu pada usulan komisi

terkait;

3. membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang dapat

diwakili oleh menteri dengan mengacu pada keputusan rapat kerja komisi dan Pemerintah

mengenai alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan kementerian/lembaga;

4. melakukan sinkronisasi terhadap hasil pembahasan di komisi mengenai rencana kerja dan

anggaran kementerian/lembaga;

5. membahas laporan realisasi dan prognosis yang berkaitan dengan APBN; dan

6. membahas pokok-pokok penjelasan atas rancangan undang-undang tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Badan Anggaran hanya membahas alokasi anggaran yang sudah diputuskan oleh komisi.

Anggota komisi dalam Badan Anggaran harus mengupayakan alokasi anggaran yang diputuskan

komisi dan menyampaikan hasil pelaksanaan tugas.

Page 18: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Badan Akuntabilitas Keuangan Negara

Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (disingkat BAKN), dibentuk oleh DPR dan

merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan

keanggotaan BAKN pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.

Anggota BAKN berjumlah paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang

atas usul fraksi DPR yang ditetapkan dalam rapat paripurna pada permulaan masa keanggotaan

DPR dan permulaan tahun sidang.

Pimpinan BAKN merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.

Pimpinan BAKN terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu) orang wakil ketua yang dipilih dari

dan oleh anggota BAKN berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dengan memperhatikan

keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan

pimpinan BAKN dilakukan dalam rapat BAKN yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah

penetapan susunan dan keanggotaan BAKN.

Tugas

BAKN bertugas:

1. melakukan penelaahan terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan

kepada DPR;

2. menyampaikan hasil penelaahan kepada komisi;

3. menindaklanjuti hasil pembahasan komisi terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK atas

permintaan komisi; dan

4. memberikan masukan kepada BPK dalam hal rencana kerja pemeriksaan tahunan,

hambatan pemeriksaan, serta penyajian dan kualitas laporan.

Dalam melaksanakan tugas BAKN dapat meminta penjelasan dari BPK, Pemerintah, pemerintah

daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, badan usaha milik negara, badan layanan

umum, badan usaha milik daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.

BAKN dapat mengusulkan kepada komisi agar BPK melakukan pemeriksaan lanjutan. Hasil

kerja disampaikan kepada pimpinan DPR dalam rapat paripurna secara berkala.

Page 19: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Dalam melaksanakan tugas, BAKN dapat dibantu oleh akuntan, ahli, analis keuangan, dan/atau

peneliti.

Badan Kehormatan

Badan Kehormatan dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang

bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Kehormatan dengan

memperhatikan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan

masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang. Anggota Badan Kehormatan berjumlah 11

(sebelas) orang dan ditetapkan dalam rapat paripurna pada permulaan masa keanggotan DPR dan

pada permulaan tahun sidang.

Pimpinan Badan Kehormatan merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif

dan kolegial. Pimpinan Badan Kehormatan terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang

wakil ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Kehormatan berdasarkan prinsip

musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan

menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan pimpinan Badan Kehormatan

dilakukan dalam rapat Badan Kehormatan yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan

susunan dan keanggotaan Badan Kehormatan.

Tugas

Badan Kehormatan bertugas melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap

anggota karena:

1. tidak melaksanakan kewajiban;

2. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai

anggota DPR selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apa pun;

3. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPR yang menjadi

tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah;

4. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan

DPRD; dan/atau

5. melanggar ketentuan larangan.

Page 20: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Selain tugas tersebut diatas, Badan Kehormatan melakukan evaluasi dan penyempurnaan

peraturan DPR tentang kode etik DPR. Badan Kehormatan berwenang memanggil pihak terkait

dan melakukan kerja sama dengan lembaga lain. Badan Kehormatan membuat laporan kinerja

pada akhir masa keanggotaan.

Badan Kerja Sama Antar-Parlemen

Badan Kerja Sama Antar-Parlemen, yang selanjutnya disingkat BKSAP, dibentuk oleh

DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan

keanggotaan BKSAP pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.

Jumlah anggota BKSAP ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan pemerataan

jumlah anggota tiap-tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan

tahun sidang.

Pimpinan BKSAP merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan

kolegial.P impinan BKSAP terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang

wakil ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota BKSAP berdasarkan prinsip musyawarah untuk

mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut

perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan pimpinan BKSAP dilakukan dalam rapat

BKSAP yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan BKSAP.

Tugas

BKSAP bertugas:

1. membina, mengembangkan, dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja sama

antara DPR dan parlemen negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral, termasuk

organisasi internasional yang menghimpun parlemen dan/atau anggota parlemen negara

lain;

2. menerima kunjungan delegasi parlemen negara lain yang menjadi tamu DPR;

3. mengoordinasikan kunjungan kerja alat kelengkapan DPR ke luar negeri; dan

4. memberikan saran atau usul kepada pimpinan DPR tentang masalah kerja sama

antarparlemen.

Page 21: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

BKSAP membuat laporan kinerja pada akhir masa keanggotaan baik yang sudah maupun yang

belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh BKSAP pada masa keanggotaan

berikutnya.

Badan Urusan Rumah Tangga

Badan Urusan Rumah Tangga (disingkat BURT), dibentuk oleh DPR dan merupakan alat

kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan BURT pada

permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang. Jumlah anggota BURT

ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap

fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang.

Pimpinan BURT merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.

Pimpinan BURT terdiri atas 1 (satu) orang ketua yang dijabat oleh Ketua DPR dan paling

banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota BURT berdasarkan prinsip

musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan

menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pemilihan pimpinan BURT sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat BURT yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah

penetapan susunan dan keanggotaan BURT.

Tugas

BURT bertugas:

1. menetapkan kebijakan kerumahtanggaan DPR;

2. melakukan pengawasan terhadap Sekretariat Jenderal DPR dalam pelaksanaan kebijakan

kerumahtanggaan DPR sebagaimana dimaksud dalam huruf a, termasuk pelaksanaan dan

pengelolaan anggaran DPR;

3. melakukan koordinasi dengan alat kelengkapan DPD dan alat kelengkapan MPR yang

berhubungan dengan masalah kerumahtanggaan DPR, DPD, dan MPR yang ditugaskan

oleh pimpinan DPR berdasarkan hasil rapat Badan Musyawarah;

4. menyampaikan hasil keputusan dan kebijakan BURT kepada setiap anggota DPR; dan

5. menyampaikan laporan kinerja dalam rapat paripurna DPR yang khusus diadakan untuk

itu.

Page 22: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Panitia Khusus

Panitia khusus dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat

sementara. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan panitia khusus berdasarkan perimbangan

dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Jumlah anggota panitia khusus ditetapkan oleh

rapat paripurna paling banyak 30 (tiga puluh) orang.

Pimpinan panitia khusus merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan

kolegial. Pimpinan panitia khusus terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga)

orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota panitia khusus berdasarkan prinsip

musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan jumlah panitia khusus yang

ada serta keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi.

Pemilihan pimpinan panitia khusus sebagaimana dilakukan dalam rapat panitia khusus yang

dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan panitia khusus.Panitia

khusus bertugas melaksanakan tugas tertentu dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh

rapat paripurna. Panitia khusus bertanggung jawab kepada DPR. Panitia khusus dibubarkan oleh

DPR setelah jangka waktu penugasannya berakhir atau karena tugasnya dinyatakan selesai.

Rapat paripurna menetapkan tindak lanjut hasil kerja panitia khusus.

Sekretariat Jenderal

Sekretariat Jenderal DPR-RI merupakan unsur penunjang DPR, yang berkedududukan

sebagai Kesekretariatan Lembaga Negara yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal dan

dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Pimpinan DPR. Sekretaris Jenderal

diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan DPR. Sekretariat

Jenderal DPR RI personelnya terdiri atas Pegawai Negeri Sipil. Susunan organisasi dan tata kerja

Sekretaris Jenderal ditetapkan dengan keputusan Presiden. Sekretaris Jenderal dibantu oleh

seorang Wakil Sekretaris Jenderal dan beberapa Deputi Sekretaris Jenderal yang diangkat dan

diberhentikan oleh Presiden atas usul Pimpinan DPR..DPR dapat mengangkat sejumlah

pakar/ahli sesuai dengan kebutuhan, dan dalam melaksanakan tugasnya Sekretariat Jenderal

dapat membentuk Tim Asistensi. Sekretaris Jendral DPR-RI saat ini dijabat oleh Dra. Nining

Indra Shaleh, Msi

Page 23: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT ( MPR )

Sejak 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memulai sejarahnya sebagai sebuah bangsa

yang masih muda dalam menyusun pemerintahan, politik, dan administrasi negaranya. Landasan

berpijaknya adalah ideologi Pancasila yang diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri beberapa

minggu sebelumnya dari penggalian serta perkembangan budaya masyarakat Indonesia dan

sebuah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pra Amandemen yang

baru ditetapkan keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen)

tersebut mengatur berbagai macam lembaga negara dari Lembaga Tertinggi Negara hingga

Lembaga Tinggi Negara. Konsepsi penyelenggaraan negara yang demokratis oleh lembaga-

lembaga negara tersebut sebagai perwujudan dari sila keempat yang mengedepankan prinsip

demokrasi perwakilan dituangkan secara utuh didalamnya. Kehendak untuk mengejawantahkan

aspirasi rakyat dalam sistem perwakilan, untuk pertama kalinya dilontarkan oleh Bung Karno,

pada pidatonya tanggal 01 Juni 1945. Muhammad Yamin juga mengemukakan perlunya prinsip

kerakyatan dalam konsepsi penyelenggaraan negara. Begitu pula dengan Soepomo yang

mengutarakan idenya akan Indonesia merdeka dengan prinsip musyawarah dengan istilah Badan

Permusyawaratan. Ide ini didasari oleh prinsip kekeluargaan, dimana setiap anggota keluarga

dapat memberikan pendapatnya.

Dalam rapat Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, Soepomo menyampaikan bahwa

‘’Badan Permusyawaratan’’ berubah menjadi ‘’Majelis Permusyawaratan Rakyat’’ dengan

anggapan bahwa majelis ini merupakan penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, yang mana

anggotanya terdiri atas seluruh wakil rakyat, seluruh wakil daerah, dan seluruh wakil golongan.

Konsepsi Majelis Permusyawaratan Rakyat inilah yang akhirnya ditetapkan dalam Sidang PPKI

pada acara pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra

Amandemen).

Masa Orde Lama (1945-1965)

Pada awal masa Orde Lama, MPR belum dapat dibentuk secara utuh karena gentingnya situasi

saat itu. Hal ini telah diantispasi oleh para pendiri bangsa dengan Pasal IV Aturan Peralihan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen) menyebutkan,

Page 24: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Pertimbangan

Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh

Presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional.

Sejak diterbitkannya Maklumat Wakil Presiden Nomor X, terjadi perubahan-perubahan

yang mendasar atas kedudukan, tugas, dan wewenang KNIP. Sejak saat itu mulailah lembaran

baru dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, yakni KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut

menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara. Dengan demikian, pada awal berlakunya Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen) dimulailah lembaran

pertama sejarah MPR, yakni terbentuknya KNIP sebagai embrio MPR.

Pada masa berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat (1949-1950) dan Undang-

Undang Dasar Sementara (1950-1959), lembaga MPR tidak dikenal dalam konfigurasi

ketatanegaraan Republik Indonesia. Pada tanggal 15 Desember 1955 diselenggarakan pemilihan

umum untuk memilih anggota Konstituante yang diserahi tugas membuat Undang-Undang

Dasar.Namun, Konstituante yang semula diharapkan dapat menetapkan Undang-Undang Dasar

ternyata menemui jalan buntu. Di tengah perdebatan yang tak berujung pangkal, pada tanggal 22

April 1959 Pemerintah menganjurkan untuk kembali ke UUD 1945, tetapi anjuran ini pun tidak

mencapai kesepakatan di antara anggota Konstituante.

Dalam suasana yang tidak menguntungkan itu, tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno

mengeluarkan Dekrit Presiden yang berisikan :

Pembubaran Konstituante,

Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUD Sementara 1950,

Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan

Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).

Untuk melaksanakan Pembentukan MPRS sebagaimana diperintahkan oleh Dekrit Presiden 5

Juli 1959, Presiden mengeluarkan Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959 yang mengatur

Pembentukan MPRS sebagai berikut :

MPRS terdiri atas Anggota DPR Gotong Royong ditambah dengan utusan-utusan dari

daerah-daerah dan golongan-golongan.

Page 25: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Jumlah Anggota MPR ditetapkan oleh Presiden.

Yang dimaksud dengan daerah dan golongan-golongan ialah Daerah Swatantra Tingkat I

dan Golongan Karya.

Anggota tambahan MPRS diangkat oleh Presiden dan mengangkat sumpah menurut

agamanya di hadapan Presiden atau Ketua MPRS yang dikuasakan oleh Presiden.

MPRS mempunyai seorang Ketua dan beberapa Wakil Ketua yang diangkat oleh

Presiden.

Jumlah anggota MPRS pada waktu dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 199

Tahun 1960 berjumlah 616 orang yang terdiri dari 257 Anggota DPR-GR, 241 Utusan Golongan

Karya, dan 118 Utusan Daerah.Pada tanggal 30 September 1965 terjadi peristiwa pemberontakan

G-30-S/PKI. Sebagai akibat logis dari peristiwa pengkhianatan G-30-S/PKI, mutlak diperlukan

adanya koreksi total atas seluruh kebijaksanaan yang telah diambil sebelumnya dalam kehidupan

kenegaraan. MPRS yang pembentukannya didasarkan pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan

selanjutnya diatur dengan Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959, setelah terjadi

pemberontakan G-30-S/PKI, Penetapan Presiden tersebut dipandang tidak memadai lagi.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diadakan langkah pemurnian keanggotaan

MPRS dari unsur PKI, dan ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1966 bahwa

sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dipilih oleh rakyat, maka MPRS

menjalankan tugas dan wewenangnya sesuai dengan UUD 1945 sampai MPR hasil Pemilihan

Umum terbentuk.

Rakyat yang merasa telah dikhianati oleh peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI

mengharapkan kejelasan pertangungjawaban Presiden Soekarno mengenai pemberontakan G-30-

S/PKI berikut epilognya serta kemunduran ekonomi dan akhlak. Tetapi, pidato

pertanggungjawaban Presiden Soerkarno yang diberi judul ”Nawaksara” ternyata tidak

memuaskan MPRS sebagai pemberi mandat. Ketidakpuasan MPRS diwujudkan dalam

Keputusan MPRS Nomor 5 Tahun 1966 yang meminta Presiden Soekarno melengkapi pidato

pertanggungjawabannya. Walaupun kemudian Presiden Soekarno memenuhi permintaan MPRS

dalam suratnya tertangal 10 januari 1967 yang diberi nama “Pelengkap Nawaksara”, tetapi

ternyata tidak juga memenuhi harapan rakyat. Setalah membahas surat Presiden tersebut,

Pimpinan MPRS berkesimpulan bahwa Presiden Soekarno telah alpa dalam memenuhi

Page 26: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

kewajiban Konstitusional. Sementara itu DPR-GR dalam Resolusi dan Memorandumnya

tertanggal 9 Februari 1967 dalam menilai “Nawaksara” beserta pelengkapnya berpendapat

bahwa “Kepemimpinan Presiden Soekarno secara konstitusional, politis/ideologis

membahayakan keselamatan bangsa, negara, dan Pancasila”.Dalam kaitan itu, MPRS

mengadakan Sidang Istimewa untuk memberhentikan Presiden Soekarno dari jabatan

Presiden/Mandataris MPRS dan memilih/mengangkat Letnan Jenderal Soeharto sebagai Pejabat

Presiden/Mandataris sesuai Pasal 3 Ketetapan MPRS Nomor IX/MPRS/1966, serta

memerintahkan Badan Kehakiman yang berwenang untuk mengadakan pengamatan,

pemeriksaan, dan penuntutan secara hukum.

Masa Reformasi (1999-sekarang)

Bergulirnya reformasi yang menghasilkan perubahan konstitusi telah mendorong para

pengambil keputusan untuk tidak menempatkan MPR dalam posisi sebagai lembaga tertinggi.

Setelah reformasi, MPR menjadi lembaga negara yang sejajar kedudukannya dengan lembaga-

lembaga negara lainnya, bukan lagi penjelmaan seluruh rakyat Indonesia yang melaksanakan

kedaulatan rakyat. Perubahan Undang-Undang Dasar telah mendorong penataan ulang posisi

lembaga-lembaga negara terutama mengubah kedudukan, fungsi dan kewenangan MPR yang

dianggap tidak selaras dengan pelaksanaan prinsip demokrasi dan kedaulatan rakyat sehingga

sistem ketatanegaraan dapat berjalan optimal.

Pasal 1 ayat (2) yang semula berbunyi: “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan

sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.” , setelah perubahan Undang-Undang Dasar

diubah menjadi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

Dasar.” Dengan demikian pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak lagi dijalankan sepenuhnya oleh

sebuah lembaga negara, yaitu MPR, tetapi melalui cara-cara dan oleh berbagai lembaga negara

yang ditentukan oleh UUD 1945.

Tugas, dan wewenang MPR secara konstitusional diatur dalam Pasal 3 UUD 1945, yang sebelum

maupun setelah perubahan salah satunya mempunyai tugas mengubah dan menetapkan Undang-

Undang Dasar sebagai hukum dasar negara yang mengatur hal-hal penting dan mendasar. Oleh

Page 27: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

karena itu dalam perkembangan sejarahnya MPR dan konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar

mempunyai keterkaitan yang erat seiring dengan perkembangan ketatanegaraan Indonesia.

Tugas dan wewenang

Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar

MPR berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Dalam mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, anggota MPR tidak dapat mengusulkan pengubahan terhadap Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan bentuk Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 diajukan oleh sekurangkurangnya 1/3 (satu pertiga) dari jumlah anggota MPR. Setiap usul

pengubahan diajukan secara tertulis dengan menunjukkan secara jelas pasal yang diusulkan

diubah beserta alasannya. Usul pengubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 diajukan kepada pimpinan MPR. Setelah menerima usul pengubahan, pimpinan

MPR memeriksa kelengkapan persyaratannya, yaitu jumlah pengusul dan pasal yang diusulkan

diubah yang disertai alasan pengubahan yang paling lama dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari

sejak usul diterima pimpinan MPR. Dalam pemeriksaan, pimpinan MPR mengadakan rapat

dengan pimpinan fraksi dan pimpinan Kelompok Anggota MPR untuk membahas kelengkapan

persyaratan.

Jika usul pengubahan tidak memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan MPR

memberitahukan penolakan usul pengubahan secara tertulis kepada pihak pengusul beserta

alasannya. Namun, jika pengubahan dinyatakan oleh pimpinan MPR memenuhi kelengkapan

persyaratan, pimpinan MPR wajib menyelenggarakan sidang paripurna MPR paling lambat 60

(enam puluh) hari. Anggota MPR menerima salinan usul pengubahan yang telah memenuhi

kelengkapan persyaratan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum dilaksanakan sidang

paripurna MPR.

Sidang paripurna MPR dapat memutuskan pengubahan pasal Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50% (lima

puluh persen) dari jumlah anggota ditambah 1 (satu) anggota.

Page 28: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan umum

MPR melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan umum dalam sidang

paripurna MPR. Sebelum reformasi, MPR yang merupakan lembaga tertinggi negara memiliki

kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dengan suara terbanyak, namun sejak

reformasi bergulir, kewenangan itu dicabut sendiri oleh MPR. Perubahan kewenangan tersebut

diputuskan dalam Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-7

(lanjutan 2) tanggal 09 November 2001, yang memutuskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden

dipilih secara langsung oleh rakyat, Pasal 6A ayat (1).

Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam

masa jabatannya

MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya

menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemberhentian

Presiden dan/atau Wakil Presiden diusulkan oleh DPR. MPR wajib menyelenggarakan sidang

paripurna MPR untuk memutuskan usul DPR mengenai pemberhentian Presiden dan/atau Wakil

Presiden pada masa jabatannya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak MPR menerima usul.

Usul DPR harus dilengkapi dengan putusan Mahkamah Konstitusi bahwa Presiden dan/atau

Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap

negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela dan/atau

terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden

dan/atau Wakil Presiden.

Keputusan MPR terhadap usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden diambil dalam

sidang paripurna MPR yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah

anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota yang hadir.

Page 29: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden

Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam

masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai berakhir masa jabatannya.

Jika terjadi kekosongan jabatan Presiden, MPR segera menyelenggarakan sidang paripurna MPR

untuk melantik Wakil Presiden menjadi Presiden. Dalam hal MPR tidak dapat mengadakan

sidang, Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan

rapat paripurna DPR. Dalam hal DPR tidak dapat mengadakan rapat,Presiden bersumpah

menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan

disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung.

Memilih Wakil Presiden

Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, MPR menyelenggarakan sidang paripurna dalam

waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari untuk memilih Wakil Presiden dari 2 (dua) calon yang

diusulkan oleh Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa

jabatannya.

Memilih Presiden dan Wakil Presiden

Apabila Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat

melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, MPR menyelenggarakan

sidang paripurna paling lambat 30 (tiga puluh) hari untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden,

dari 2 (dua) pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara

terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa

jabatannya. Dalam hal Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak

dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas

kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan

secara bersama-sama.

Page 30: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Keanggotaan

MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum.

Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan Presiden. Sebelum reformasi, MPR terdiri atas

anggota DPR, utusan daerah, dan utusan golongan, menurut aturan yang ditetapkan undang-

undang. Jumlah anggota MPR periode 2009–2014 adalah 692 orang yang terdiri atas 560

Anggota DPR dan 132 anggota DPD. Masa jabatan anggota MPR adalah 5 tahun, dan berakhir

bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Anggota MPR

sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu

oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR. Anggota MPR yang berhalangan

mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama, mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh

pimpinan MPR.

Hak dan kewajiban anggota

Hak anggota

Mengajukan usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan.

Memilih dan dipilih.

Membela diri.

Imunitas.

Protokoler.

Keuangan dan administratif.

Kewajiban anggota

Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila.

Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

menaati peraturan perundang-undangan.

Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Page 31: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.

Melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.

Fraksi dan kelompok anggota

Fraksi

Fraksi adalah pengelompokan anggota MPR yang mencerminkan konfigurasi partai politik.

Fraksi dapat dibentuk oleh partai politik yang memenuhi ambang batas perolehan suara dalam

penentuan perolehan kursi DPR. Setiap anggota MPR yang berasal dari anggota DPR harus

menjadi anggota salah satu fraksi. Fraksi dibentuk untuk mengoptimalkan kinerja MPR dan

anggota dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat. Pengaturan internal fraksi

sepenuhnya menjadi urusan fraksi masing-masing.

Kelompok anggota

Kelompok Anggota adalah pengelompokan anggota MPR yang berasal dari seluruh anggota

DPD. Kelompok Anggota dibentuk untuk meningkatkan optimalisasi dan efektivitas kinerja

MPR dan anggota dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil daerah. Pengaturan internal

Kelompok Anggota sepenuhnya menjadi urusan Kelompok Anggota.

Alat kelengkapan

Alat kelengkapan MPR terdiri atas; Pimpinan dan Panitia Ad Hoc.

Pimpinan

Pimpinan MPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua yang berasal dari anggota DPR dan 4 (empat)

orang wakil ketua yang terdiri atas 2 (dua) orang wakil ketua berasal dari anggota DPR dan 2

(dua) orang wakil ketua berasal dari anggota DPD, yang ditetapkan dalam sidang paripurna

MPR.

Page 32: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Panitia Ad Hoc

Panitia ad hoc MPR terdiri atas pimpinan MPR dan paling sedikit 5% (lima persen) dari jumlah

anggota dan paling banyak 10% (sepuluh persen) dari jumlah anggota yang susunannya

mencerminkan unsur DPR dan unsur DPD secara proporsional dari setiap fraksi dan Kelompok

Anggota MPR.

Sidang

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.

Sidang MPR sah apabila dihadiri:

sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR untuk

memberhentikan Presiden/Wakil Presiden

sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan menetapkan

UUD

sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang lainnya

Putusan MPR sah apabila disetujui:

sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk memutus usul DPR

untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden

sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk memutus perkara

lainnya.

Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu diupayakan

pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai hasil yang mufakat.

6. RUANG LINGKUP DAN FUNGSI KOMISI DPR

KOMISI I

a. Ruang Lingkup

1. Pertahanan

Page 33: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

2. Luar Negeri

3. Informasi

b. Pasangan kerja

1. Kementerian Pertahanan

2. Kementerian Luar Negeri

3. Panglima TNI (Mabes TNI AD, AL dan AU)

4. Kementerian Komunikasi dan Informatika

5. Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas)

6. Badan Intelijen Negara (BIN)

7. Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG)

8. Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA

9. Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas)

10. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

11. Televisi Republik Indonesia (TVRI)

12. Radio Republik Indonesia (RRI)

13. Dewan Pers

14. Perum Antara

KOMISI II

a. Ruang lingkup

1. Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah

2. Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

3. Kepemiluan

4. Pertanahan dan Reforma Agraria

b. Pasangan kerja

1. Kementerian Dalam Negeri

2. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

3. Menteri Sekretaris Negara

4. Sekretaris Kabinet

5. Lembaga Administrasi Negara (LAN)

Page 34: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

6. Badan Kepegawaian Negara (BKN)

7. Badan Pertanahan Nasional (BPN)

8. Arsip Nasional RI (ANRI)

9. Komisi Pemilihan Umum (KPU)

10. Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU)

11. Ombudsman Republik Indonesia

12. Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan

(UKP4)

KOMISI III

a. Ruang lingkup

1. Hukum

2. HAM

3. Keamanan

b. Pasangan kerja

1. Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia

2. Kejaksaan Agung

3. Kepolisian Negara Republik Indonesia

4. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

5. Komisi Hukum Nasional

6. Komisi Nasional HAM (KOMNAS HAM)

7. Setjen Mahkamah Agung

8. Setjen Mahkamah Konstitusi

9. Setjen MPR

10. Setjen DPD

11. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)

12. Komisi Yudisial

13. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban

14. Badan Narkotika Nasional (BNN

15.

Page 35: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

KOMISI IV

a. Ruang lingkup

1. Pertanian

2. Perkebunan

3. Kehutanan

4. Kelautan

5. Perikanan

6. Pangan

b. Pasangan kerja

1. Departemen Pertanian

2. Departemen Kehutanan

3. Departemen Kelautan dan Perikanan

4. Badan Urusan Logistik

5. Dewan Maritim Nasional

KOMISI V

a. Ruang lingkup

1. Perhubungan

2. Pekerjaan Umum

3. Perumahan Rakyat

4. Pembangunan Pedesaan dan Kawasan Tertinggal

5. Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

b. Mitra kerja

1. Departemen Pekerjaan Umum

2. Departemen Perhubungan

3. Menteri Negara Perumahan Rakyat

4. Menteri Negara Pembangunan Daerah Teringgal

5. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

Page 36: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

6. Badan SAR Nasional

7. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoardjo (BPLS)

KOMISI VI

a. Ruang lingkup

1. Perdagangan

2. Perindustrian

3. Investasi

4. Koperasi, UKM dan BUMN

5. Standarisasi Nasional

a. Pasangan kerja

1. Departemen Perindustrian

2. Departemen Perdagangan

3. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

4. Menteri Negara BUMN

5. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

6. Badan Standarisasi Nasional (BSN)

7. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)

8. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

KOMISI VII

a. Ruang lingkup

1. Energi Sumber Daya Mineral

2. Riset dan Teknologi

3. Lingkungan Hidup

b. Pasangan kerja

1. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

Page 37: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

2. Menteri Negara Lingkungan Hidup

3. Menteri Negara Riset dan Teknologi

4. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

5. Dewan Riset Nasional

6. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

7. Badan Tenaga Nuklir (BATAN)

8. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETAN)

9. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL)

10. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

11. Badan Pengatur Kegiatan Hilir Migas

12. Badan Pelaksana Pengendalian Usaha Hulu Migas

13. PP IPTEK

14. Lembaga EIKJMEN

KOMISI VIII

a. Ruang lingkup

1. Agama

2. Sosial

3. Pemberdayaan Perempuan

Pasangan kerja

1. Kementerian Agama

2. Kementerian Sosia Ril

3. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

4. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

5. Badan Nasional Penanggulangan Bencana

6. Badan Amil Zakat Nasional

Page 38: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

KOMISI IX

a. Ruang lingkup

1. Tenaga Kerja dan Transmigrasi

2. Kependudukan

3. Kesehatan

b. Pasangan kerja

1. Departemen Kesehatan

2. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

3. badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

4. Badan Pengawas Obat dan Makanan

5. BNP2TKI

6. PT Askes ( Persero)

7. PT. Jamsostek( Persero)

KOMISI X

a. Ruang lingkup

1. Pendidikan

2. Pemuda

3. Olahraga

4. Pariwisata

5. Kesenian

6. Kebudayaan

b. Pasangan kerja

1. Departemen Pendidikan Nasional

2. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

3. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga

4. Perpustakaan Nasional

Page 39: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

KOMISI XI

a. Ruang lingkup

1. Keuangan

2. Perencanaan Pembangunan Nasional

3. Perbankan

4. Lembaga Keuangan Bukan Bank

b. Pasangan kerja

1. Departemen Keuangan

2. Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan/Kepala BAPPENAS

3. Bank Indonesia

4. Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank

5. Badan Peengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

6. Badan Pusat Statistik

7. Setjen BPK RI

8. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia

9. Lembaga Kebijakan dan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah

3. Perbedaan antara susila dan asusila

Susila berasal dari kata “su” dan “sila”. Su adalah awalan yang berarti amat

baik, atau sangat baik, mulia, dan indah. Sedangkan kata sila berarti tingkah laku atau

kelakuan. Jadi Susila berarti tingkah laku atau kelakuan yang baik atau mulia yang harus

menjadi pedoman hidup manusia. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk

sosial. Sebagai individu manusia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorong

ia berbuat baik dan bertindak. Berbuat yang baik (Susila) yang selaras dengan ajaran

agama atau dharma adalah cermin dari manusia yang Susila. Manusia Susila adalah

manusia yang memiliki budhi pekerti tinggi yang bisa diterima oleh lingkungan di mana

orang itu berada.Sedangkan

Page 40: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-

norma atau kaidah kesopanan yang saat ini cenderung banyak terjadi kalangan

masyarakat, teruatama remaja. Islam dengan Al Quran dan sunnah telah memasang

bingkai bagi kehidupan manusia agar menjadi kehidupan yang indah dan bersih dari

keruskaan moral. Menurut pandangan Islam, tinggi dan rendahnya spiritualitas (rohani)

pada sebuah masyarakat berkaitan erat dengan segala prilakunya, bukan saja tata prilaku

yang besifat ibadah mahdah (khusus) seperti shalat dan berpuasa, namun juga yang

bersifat prilaku ibadah ghairu mahdah (umum)seperti hal-hal yang berkaitan dengan

sosial kemasyarakatan.

DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD)

Bagian Pertama

Susunan dan Keanggotaan

Pasal 32

DPD terdiri atas wakil-wakil daerah provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum.

Pasal 33

Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak empat orang.

Jumlah seluruh Anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah Anggota DPR.

Keanggotaan DPD diresmikan dengan Keputusan Presiden.

Anggota DPD berdomisili di daerah pemilihannya dan selama bersidang bertempat tinggal

di ibukota negara Republik Indonesia.

Pasal 34

Masa jabatan Anggota DPD adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat Anggota DPD

yang baru mengucapkan sumpah/janji.

Pasal 35

Anggota DPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-

Page 41: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

sama yang dipandu oleh ketua Mahkamah Agung dalam Sidang Paripurna DPD.

Anggota DPD yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji bersama-sama sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pimpinan DPD.

Tata cara pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur

dalam Peraturan Tata Tertib DPD.

Pasal 36

Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 adalah sebagai berikut:

�Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji:

bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota/ketua/wakil ketua

Dewan Perwakilan Daerah dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya;

bahwa saya akan memegang teguh Pancasila dan menegakkan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta peraturan perundang-

undangan;

bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi serta berbakti kepada

bangsa dan negara;

bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi daerah yang saya wakili untuk

mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan negara kesatuan

Republik Indonesia.

Bagian Kedua

Pimpinan

Pasal 37

Pimpinan DPD terdiri atas seorang ketua dan sebanyak-banyaknya dua orang wakil ketua

yang dipilih dari dan oleh Anggota DPD dalam sidang paripurna DPD.

Selama pimpinan DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terbentuk, DPD

Page 42: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

dipimpin oleh Pimpinan Sementara DPD.

Pimpinan Sementara DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas seorang ketua

sementara dan seorang wakil ketua sementara yang diambilkan dari anggota tertua dan

anggota termuda usianya.

Dalam hal anggota tertua dan/atau anggota termuda usianya sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) berhalangan, sebagai penggantinya adalah anggota tertua dan/atau anggota termuda

berikutnya.

Ketua dan wakil ketua DPD diresmikan dengan Keputusan DPD.

Tata cara pemilihan pimpinan DPD diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPD.

Pasal 38

Tugas Pimpinan DPD adalah:

a. memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan;

b. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan wakil

ketua;

c. menjadi juru bicara DPD;

d. melaksanakan dan memasyarakatkan putusan DPD;

e. mengadakan konsultasi dengan Presiden dan pimpinan lembaga negara lainnya

sesuai dengan putusan DPD;

f. mewakili DPD dan/atau alat kelengkapan DPD di pengadilan;

g. melaksanakan putusan DPD berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi

anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

h. menetapkan arah, kebijakan umum dan strategi pengelolaan anggaran DPD; dan

i. mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam Sidang Paripurna DPD.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tata cara pelaksanaannya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPD.

Page 43: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Pasal 39

Pimpinan DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) berhenti atau diberhentikan

dari jabatannya karena:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;

c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai

pimpinan DPD;

d. melanggar kode etik DPD berdasarkan hasil pemeriksaan badan kehormatan DPD;

atau

e. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap, karena melakukan tindak pidana  dengan ancaman hukuman

serendah-rendahnya lima tahun penjara.

Dalam hal salah seorang pimpinan DPD diberhentikan dari jabatannya, para anggota

pimpinan lainnya mengadakan  musyawarah untuk menentukan pelaksana tugas sementara

sampai terpilihnya pengganti definitif.

Dalam hal pimpinan DPD dinyatakan bersalah karena melakukan tindak pidana dengan

ancaman hukuman pidana serendah-rendahnya lima tahun penjara berdasarkan putusan

pengadilan yang belum  mempunyai  kekuatan  hukum  tetap,   tidak  diperbolehkan

melaksanakan tugas memimpin sidang-sidang DPD dan menjadi juru bicara DPD

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) huruf a dan huruf c.

Dalam hal pimpinan DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan tidak bersalah

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dan

dinyatakan bebas dari segala tuntutan hukum, maka pimpinan DPD melaksanakan kembali

tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) huruf a dan huruf c.

Tata cara pemberhentian dan penggantian pimpinan DPD sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPD.

Bagian Ketiga

Page 44: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Kedudukan dan Fungsi

Pasal 40

DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara.

Pasal 41

DPD mempunyai fungsi :

a. pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan

dengan bidang legislasi tertentu;

b. pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.

Bagian Keempat

Tugas dan Wewenang

Pasal 42

DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan

otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, dan

penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya

serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

DPD mengusulkan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada

DPR dan DPR mengundang DPD untuk membahas sesuai tata tertib DPR.

(3) Pembahasan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

sebelum DPR membahas rancangan undang-undang dimaksud pada ayat (1) dengan

pemerintah.

Pasal 43

DPD ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah;

hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah;

pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan

dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah, yang diajukan baik oleh DPR maupun oleh

Page 45: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

pemerintah.

DPD diundang oleh DPR untuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersama dengan pemerintah pada awal Pembicaraan

Tingkat I sesuai Peraturan Tata Tertib DPR.

Pembicaraan Tingkat I sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan bersama antara DPR,

DPD, dan pemerintah dalam hal penyampaian pandangan dan pendapat DPD atas rancangan

undang-undang, serta tanggapan atas pandangan dan pendapat dari masing-masing lembaga.

Pandangan, pendapat, dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dijadikan sebagai

masukan untuk pembahasan lebih lanjut antara DPR dan pemerintah.

Pasal 44

DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN dan

rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.

Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk tertulis sebelum

memasuki tahapan pembahasan antara DPR dan pemerintah.

Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan bagi DPR dalam

melakukan pembahasan dengan pemerintah.

Pasal 45

DPD memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa

Keuangan.

Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis sebelum

pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 46

DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi

daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,

pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN,

Page 46: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

pajak, pendidikan, dan agama.

Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pengawasan atas pelaksanaan

undang-undang.

Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPR sebagai

bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.

Pasal 47

DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari Badan Pemeriksa Keuangan untuk

dijadikan bahan membuat pertimbangan bagi DPR tentang rancangan undang-undang yang

berkaitan dengan APBN.

Bagian Kelima

Hak dan Kewajiban

Pasal 48

DPD mempunyai hak:

a. mengajukan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1)

dan ayat (2) kepada DPR;

b. ikut membahas rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat

(1).

Pasal 49

Anggota DPD mempunyai hak:

a.   menyampaikan usul dan pendapat;

b.   memilih dan dipilih;

c.   membela diri;

d.   imunitas;

e.   protokoler; dan

f.    keuangan dan administratif.

Page 47: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Pasal 50

Anggota DPD mempunyai kewajiban:

a. mengamalkan Pancasila;

b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945  dan

menaati segala peraturan perundang-undangan;

c. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;

d. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara  kesatuan

Republik Indonesia;

e. memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat;

f. menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan

daerah;

g. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;

h. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah

pemilihannya;

i. menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPD; dan

j. menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya.

Pasal 51

Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44,

Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49 dan Pasal 50 diatur dalam Peraturan Tata Tertib

DPD.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI ( DPRD PROVINSI)

Bagian Pertama

Susunan dan Keanggotaan

Page 48: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Pasal 52

DPRD Provinsi terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih

berdasarkan hasil pemilihan umum.

Pasal 53

Anggota DPRD Provinsi berjumlah sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak-banyaknya

seratus orang.

Keanggotaan DPRD Provinsi diresmikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri atas

nama Presiden.

Anggota DPRD Provinsi berdomisili di ibukota provinsi yang bersangkutan.

Pasal 54

Masa jabatan Anggota DPRD Provinsi adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat

Anggota DPRD Provinsi yang baru mengucapkan sumpah/janji.

Pasal 55

Anggota DPRD Provinsi sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara

bersama-sama yang dipandu oleh ketua pengadilan tinggi dalam Sidang Paripurna DPRD

Provinsi.

Anggota DPRD Provinsi yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji bersama-sama

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh

Pimpinan DPRD Provinsi.

Tata cara pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur

dalam Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi.

Pasal 56

Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 adalah sebagai berikut:

Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji:

bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota (ketua/wakil ketua) Dewan

Perwakilan Rakyat Provinsi dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya;

Page 49: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

bahwa saya akan memegang teguh Pancasila dan menegakkan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 serta peraturan perundang-undangan;

bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi serta berbakti kepada bangsa dan negara;

bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan

nasional demi kepentingan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia.

Bagian Kedua

Pimpinan

Pasal 57

Pimpinan DPRD Provinsi terdiri atas seorang ketua dan sebanyak-banyaknya tiga orang

wakil ketua yang dipilih dari dan oleh Anggota DPRD Provinsi dalam sidang paripurna

DPRD Provinsi.

Selama Pimpinan DPRD Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terbentuk,

DPRD Provinsi dipimpin oleh Pimpinan Sementara DPRD Provinsi.

Pimpinan Sementara DPRD Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas

seorang ketua dan seorang wakil ketua yang berasal dari dua partai politik yang memperoleh

kursi terbanyak pertama dan kedua di DPRD Provinsi.

Dalam hal terdapat lebih dari satu partai politik yang memperoleh kursi terbanyak sama,

Ketua dan Wakil Ketua Sementara DPRD Provinsi ditentukan secara musyawarah oleh

wakil partai politik bersangkutan yang ada di DPRD Provinsi.

Pimpinan DPRD Provinsi sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 yang dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi.

Tata cara pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dalam Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi.

Pasal 58

Tugas Pimpinan DPRD Provinsi adalah:

Page 50: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

a. memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan;

b. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan wakil

Ketua;

c. menjadi juru bicara DPRD Provinsi;

d. melaksanakan dan memasyarakatkan putusan DPRD Provinsi;

e. mengadakan konsultasi dengan gubernur dan instansi  pemerintah lainnya sesuai

dengan putusan DPRD Provinsi;

f. mewakili DPRD Provinsi dan/atau alat kelengkapan DPRD Provinsi di pengadilan;

g. melaksanakan putusan DPRD Provinsi berkenaan dengan penetapan sanksi atau

rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

h. mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam Sidang Paripurna DPRD

Provinsi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tata cara pelaksanaannya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi.

Pasal 59

Pimpinan DPRD Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) berhenti atau

diberhentikan dari jabatannya karena:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;

c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai

Pimpinan DPRD Provinsi;

d. melanggar kode etik DPRD Provinsi berdasarkan hasil pemeriksaan badan

kehormatan DPRD Provinsi;

e. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap, karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman

serendah-rendahnya lima tahun penjara; dan

f. ditarik keanggotaannya sebagai Anggota DPRD Provinsi oleh partai politiknya.

Page 51: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Dalam hal salah seorang Pimpinan DPRD Provinsi diberhentikan dari jabatannya, para

anggota pimpinan lainnya mengadakan  musyawarah untuk menentukan pelaksana tugas

sementara sampai terpilihnya pengganti definitif.

Dalam hal Pimpinan DPRD Provinsi dinyatakan bersalah karena melakukan tindak pidana

dengan ancaman hukuman pidana serendah-rendahnya lima tahun penjara berdasarkan

putusan pengadilan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap, tidak diperbolehkan

melaksanakan tugas, memimpin sidang-sidang DPRD Provinsi, dan menjadi juru bicara

DPRD Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) huruf a dan huruf c.

Dalam hal Pimpinan DPRD Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinyatakan tidak

bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dan

dinyatakan bebas dari segala tuntutan hukum, maka Pimpinan DPRD Provinsi

melaksanakan kembali tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) huruf a dan

huruf c.

Tata cara pemberhentian dan penggantian Pimpinan DPRD Provinsi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD

Provinsi.

Bagian Ketiga

Kedudukan dan Fungsi

Pasal 60

DPRD Provinsi merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai

lembaga pemerintahan daerah provinsi.

Pasal 61

DPRD Provinsi mempunyai fungsi:

a.   legislasi;

b.   anggaran; dan

c.   pengawasan.

Page 52: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Bagian Keempat

Tugas dan Wewenang

Pasal 62

DPRD Provinsi mempunyai tugas dan wewenang:

a. membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan gubernur untuk mendapat

persetujuan bersama;

b. menetapkan APBD bersama dengan gubernur;

c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan

perundang-undangan lainnya, keputusan gubernur, APBD, kebijakan pemerintah

daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama

internasional  di daerah;

d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian gubernur/wakil gubernur kepada

Presiden melalui Menteri Dalam Negeri;

e. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah provinsi

terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah;

f. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban gubernur dalam pelaksanaan tugas

desentralisasi.

Selain tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) DPRD Provinsi

mempunyai tugas dan wewenang sebagaimana diatur dalam undang-undang lainnya.

Bagian Kelima

Hak dan Kewajiban

Pasal 63

DPRD Provinsi mempunyai hak:

a.    interpelasi;

b.   angket; dan

c.   menyatakan pendapat.

Page 53: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Pasal 64

Anggota DPRD Provinsi mempunyai hak:

a.   mengajukan rancangan peraturan daerah;

b.   mengajukan pertanyaan;

c.   menyampaikan usul dan pendapat;

d.   memilih dan dipilih;

e.   membela diri;

f.    imunitas;

g.   protokoler; dan

h.   keuangan dan administratif.

Pasal 65

Anggota DPRD Provinsi mempunyai kewajiban:

a. mengamalkan Pancasila;

b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

menaati segala peraturan perundang-undangan;

c. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;

d. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan negara kesatuan

Republik Indonesia dan daerah;

e. memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;

f. menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

g. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;

h. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah

pemilihannya;

Page 54: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

i. menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi; dan

j. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

Pasal 66

DPRD Provinsi dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya berhak meminta pejabat

negara tingkat provinsi, pejabat pemerintah provinsi, badan hukum, atau warga masyarakat

untuk memberikan keterangan tentang sesuatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan

daerah, bangsa dan negara.

Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah provinsi, badan hukum, atau warga masyarakat

wajib memenuhi permintaan DPRD Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah provinsi, badan hukum, atau warga masyarakat

yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan panggilan paksa

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal panggilan paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dipenuhi tanpa alasan

yang sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama lima belas hari sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Dalam hal pejabat yang disandera sebagaimana dimaksud pada ayat (4) habis masa

jabatannya atau berhenti dari jabatannya, yang bersangkutan dilepas dari penyanderaan demi

hukum.

Pasal 67

Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, Pasal 62, Pasal 63,

Pasal 64, Pasal 65, dan Pasal 66 diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi dengan

berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Page 55: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA ( DPRD

KOTA)

Bagian Pertama

Susunan dan Keanggotaan

Pasal 68

DPRD Kabupaten/Kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih

berdasarkan hasil pemilihan umum.

Pasal 69

Anggota DPRD Kabupaten/Kota berjumlah sekurang-kurangnya dua puluh orang dan

sebanyak-banyaknya empat puluh lima orang.

Keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota diresmikan dengan keputusan gubernur atas nama

Presiden.

Anggota DPRD Kabupaten/Kota berdomisili di kabupaten/kota yang bersangkutan.

Pasal 70

Masa jabatan Anggota DPRD Kabupaten/Kota adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada

saat Anggota DPRD Kabupaten/Kota yang baru mengucapkan sumpah/janji.

Pasal 71

Anggota DPRD Kabupaten/Kota sebelum memangku jabatannya mengucapkan

sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh ketua pengadilan negeri dalam Sidang

Paripurna DPRD Kabupaten/Kota.

Anggota DPRD Kabupaten/Kota yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji bersama-

sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh

Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota.

Tata cara pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur

dalam Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten/Kota.

Pasal 72

Page 56: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 adalah sebagai berikut:

�Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji:

bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota (ketua/wakil ketua) Dewan

Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya;

bahwa saya akan memegang teguh Pancasila dan menegakkan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 serta peraturan perundang-undangan;

bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi serta berbakti kepada bangsa dan negara;

bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan

nasional demi kepentingan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia.�

Bab Kedua

Pimpinan

Pasal 73

Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota terdiri atas seorang ketua dan dua orang wakil ketua yang

dipilih dari dan oleh Anggota DPRD Kabupaten/Kota dalam Sidang Paripurna DPRD

Kabupaten/Kota.

Selama Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum

terbentuk, DPRD Kabupaten/Kota dipimpin oleh Pimpinan Sementara DPRD

Kabupaten/Kota.

Pimpinan Sementara DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri

atas seorang ketua dan seorang wakil ketua yang berasal dari dua partai politik yang

memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di DPRD Kabupaten/Kota.

Dalam hal terdapat lebih dari satu partai politik yang memperoleh kursi terbanyak sama,

Ketua dan Wakil Ketua Sementara DPRD Kabupaten/Kota ditentukan secara musyawarah

oleh wakil partai politik bersangkutan yang ada di DPRD Kabupaten/Kota.

Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota sebelum memangku jabatannya, mengucapkan

sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72, dipandu oleh ketua pengadilan negeri.

Tata cara pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten/Kota.

Page 57: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Pasal 74

Tugas Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota adalah:

a. memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan;

b. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan wakil

ketua;

c. menjadi juru bicara DPRD Kabupaten/Kota;

d. melaksanakan dan memasyarakatkan putusan DPRD Kabupaten/Kota;

e. mengadakan konsultasi dengan bupati/walikota dan instansi  pemerintah lainnya

sesuai dengan putusan DPRD Kabupaten/Kota;

f. mewakili DPRD Kabupaten/Kota dan/atau alat kelengkapan DPRD Kabupaten/Kota

di pengadilan;

g. melaksanakan putusan DPRD Kabupaten/Kota berkenaan dengan penetapan sanksi

atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan

h. mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam Sidang Paripurna DPRD

Kabupaten/Kota.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tata cara pelaksanaannya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten/Kota.

Pasal 75

Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) berhenti

atau diberhentikan dari jabatannya karena:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;

c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai

Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota;

d. melanggar kode etik DPRD Kabupaten/Kota  berdasarkan hasil pemeriksaan badan

Page 58: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

kehormatan DPRD Kabupaten/Kota;

e. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap, karena melakukan tindak pidana  dengan ancaman hukuman

serendah-rendahnya lima tahun penjara;

f. ditarik keanggotaannya sebagai Anggota DPRD Kabupaten/Kota oleh partai

politiknya.

Dalam hal salah seorang Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota diberhentikan dari jabatannya,

para anggota pimpinan lainnya mengadakan musyawarah untuk menentukan pelaksana

tugas sementara sampai terpilihnya pengganti definitif.

Dalam hal Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota dinyatakan bersalah karena melakukan tindak

pidana dengan ancaman hukuman pidana serendah-rendahnya lima tahun penjara

berdasarkan putusan pengadilan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap, tidak

diperbolehkan melaksanakan tugas, memimpin sidang-sidang DPRD Kabupaten/Kota, dan

menjadi juru bicara DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1)

huruf a dan huruf c.

Dalam hal Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dinyatakan tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap, dan dinyatakan bebas dari segala tuntutan hukum, maka Pimpinan DPRD

Kabupaten/Kota melaksanakan kembali tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat

(1) huruf a dan huruf c.

Tata cara pemberhentian dan penggantian Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ayat (2),  ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Tata Tertib

DPRD Kabupaten/Kota.

Bagian Ketiga

Kedudukan dan Fungsi

Pasal 76

DPRD Kabupaten/Kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan

sebagai lembaga pemerintahan daerah kabupaten/kota.

Page 59: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Pasal 77

DPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi:

a.    legislasi;

b.    anggaran; dan

c.    pengawasan.

Bagian Keempat

Tugas dan Wewenang

Pasal 78

DPRD Kabupaten/Kota mempunyai tugas dan wewenang:

a. membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan bupati/walikota untuk mendapat

persetujuan bersama;

b. menetapkan APBD Kabupaten/Kota bersama-sama dengan bupati/walikota;

c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan

perundang-undangan lainnya, keputusan bupati/walikota, APBD, kebijakan

pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan

kerjasama internasional di daerah;

d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati atau

walikota/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur;

e. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota

terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah; dan

f. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam

pelaksanaan tugas desentralisasi.

Selain tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) DPRD Kabupaten/Kota

mempunyai tugas dan wewenang sebagaimana diatur dalam undang-undang lainnya.

Bagian Kelima

Hak dan Kewajiban

Page 60: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

Pasal 79

DPRD Kabupaten/Kota mempunyai hak:

a.    interpelasi;

b.    angket; dan

c.    menyatakan pendapat.

Pasal 80

Anggota DPRD Kabupaten/Kota mempunyai hak:

a.   mengajukan rancangan peraturan daerah;

b.   mengajukan pertanyaan;

c.   menyampaikan usul dan pendapat;

d.   memilih dan dipilih;

e.   membela diri;

f.   imunitas;

g.   protokoler; dan

h.   keuangan dan administratif.

Pasal 81

Anggota DPRD Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban:

a. mengamalkan Pancasila;

b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

menaati segala peraturan perundang-undangan;

c. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;

d. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara  kesatuan

Republik Indonesia dan daerah;

e. memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;

Page 61: Resume Tulisan Mpr, Dpr, Dpd, Dprd

f. menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

g. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;

h. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah

pemilihannya;

i. menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten/Kota; dan

j. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

Pasal 82

DPRD Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, berhak meminta

pejabat negara tingkat kabupaten/kota, pejabat pemerintah kabupaten/kota, badan hukum,

atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan tentang sesuatu hal yang perlu

ditangani demi kepentingan bangsa dan negara.

Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah kabupaten/kota, badan hukum, atau warga

masyarakat wajib memenuhi permintaan DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud

pada ayat (1).

Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah kabupaten/kota, badan hukum, atau warga

masyarakat yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan

panggilan paksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal panggilan paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dipenuhi tanpa alasan

yang sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama lima belas hari sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Dalam hal pejabat yang disandera sebagaimana dimaksud pada ayat (4) habis masa

jabatannya atau berhenti dari jabatannya, yang bersangkutan dilepas dari penyanderaan demi

hukum.

Pasal 83

Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77, Pasal 78, Pasal 79,

Pasal 80, Pasal 81, dan Pasal 82 diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten/Kota

dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.