Resume Skenario 2 Blok 7 Fakultas Kedokteran

download Resume Skenario 2 Blok 7 Fakultas Kedokteran

of 56

description

materi materi kedokteran blok 7 Sistem Respirasi, membahas tentang anatomi histologi fisiologi Hidung beserta penyakit akibat kelainan pada Hidung

Transcript of Resume Skenario 2 Blok 7 Fakultas Kedokteran

RESUME SKENARIO 2BLOK 7HIDUNG TERSUMBATOleh:Kelompok D1. 132010101008 Wydi Ulfa Pradini2. 122010101015 Wahyu Satria Wiwaha3. 122010101017 Okta Eka Suryani4. 122010101018Widya Ayu Putri Maharani5. 122010101034 Laras Prasasti6. 122010101035Khikma Rizky Nurhidayah7. 122010101050Zakiyah Novayani8. 122010101057 Yosalfa Adhista Kurniawan9. 122010101063Anisa Hanif Rizki Ainia10. 122010101070 Sarah Kinan Andalusia11. 122010101077Mudzakkir Taufiqur R12. 122010101078 Boby Gunawan13. 122010101079 Kurnia Elka Vidyarni14. 122010101088 Farihah Yuliana S

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER2014Skenario 2 : HIDUNG TERSUMBATReno, usia 4 tahun dibawa oleh ibunya kepoliklinik dengan keluhan hidung kanannya tersumbat dan berbau sejak 4 hari yang lalu. Dari heteroanamnesis diketahui anaknya juga mengalami batuk, suaranya serak serta tidak mau makan karena mengeluh nyeri telan. Anamnesis lebih lanjut diketahui bahwa pasien tinggal dekat dengan peternakan ayam. Seminggu sebelumnya tetangga pasien meninggal dirumah sakit diduga karena Ebola.Hasilpemeriksaan fisik didapatkan denyut nadi 116 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, suhu 39 C. pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan furunkel pada lubang hidung terlihat benda asing, edema conca, dan secret purulen. Pemeriksaan tenggorok didapatkan faring hiperemi dan pembesaran tonsil. Didapatkan juga nyeri tekan dibagian muka, retraksi intercostal space dan rhonkhi dikedua hemithoraks. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang, didapatkan leukositosis dan pada foto rontgen thoraks PA tampak gambara konsolidasi serta peningkatan corak bronkhovaskuler. Dokter segera memberikan pengobatan untuk mencegah komplikasi dari infeksinya.

Klarifikasi Istilah : Furunkel : bisul, nodul yang terasa nyeri pada kulit akibat peradangan yang terbatas didemis dan jaringan subkutis setelah masuknya stafilokokus, jamur, benda asing kealam kulit melalui folikel rambut disertai rasa nyeri dan panas. Rinoskopi : pemeriksaan hidung menggunakan lampu kepala dan speculum, baik melalui nares anterior atau nasofaring (posterior) untuk melihat apakah ada deviasi septum atau tidak. Purulen : suppuration, bernanah. Secret purulen berarti secret yang mengandung nanah. Retraksi : tindakan menarik kembali, atau tertarik kembali. Penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas dan penggunaan otot tambahan yang terlihat bersamaan dengan peningkatan frekuensi nafas. Ronkhi : bunyi kontinu seperti mengorok pada tenggorokan atau tabung bronchial, terjadi karena obstruksi parsial. Suara napas tambahan bernada rendah sehingga bersifat sonor, terdengar tidak mengenakkan (raspy), terjadi pada saluran napas besar seperti trakea bagian bwah dan bronkus utama. Disebabkan karena udara melewati penyempitan, dapat terjadi pada inspirasi maupun ekspirasi. Ronkhi dibagi menjadi ronkhi basah dan ronkhi kering. Leukositosis : peningkatan sementara jumlah leukosit dalam darah, akibat berbagai penyebab. Jika yang patologis karena keadaan sakit, seperti infeksi / traua, sedangkan yang fisiologis kaena non patologis seperti latihan berlebih. Konsolidasi : pengkerasan/pemadatan, proses menjadi keras/padat seperti pada paru yang menjadi keraskarena ruang udara terisi eksudat pada pneumonia Hiperemia : pembengkaan, ekses darah pada bagian tubuh tertentu. Peningkatan aliran darah. Ebola : penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus Filouridae. Dapat ditularkan dengan cairan tubuh, batuk, bersin, jarum suntik bekas penderita. Belum ditemukan vaksinnya.

Rumusan Masalah : Hubungan tempat tinggal dengan kondisi pasien Bagaimana pemeriksaan rinoskopi anterior Diagnosa untuk pasien tersebut Pengobatan untuk pasien tersebut

Learning Objective : Furunkel hidung Sinusitis akut (Frontal, maksila) Influenza Rhinitis akut Faringitis Tonsillitis Abses peritonsil Hipertrofi adenoid Laryngitis Epiglottis Trakheitis Bronchitis akut Bronkhiolitis Bronchopneumonia Pneumonia SARS Avian influenza Difteri Pertusis Ebola ARDS Flu burung

Infeksi Akut pada Sistem Respirasi1. Furunkel HidungFurunkel adalah nyeri terbentuk pada mukosa oleh akibat inflamasi disebabkan bakteri staphylococcus melalui folikel rambut.a. Patofisiologi FurunkelInfeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut pada kulit (folikulitis) atau mukosa hidung yang menyebar pada jaringan sekitarnya. Radang nanah yang dekat sekali dengan kulit disebut pustule. Kulit diatasnya sangat tipis, sehingga nanah di dalamnya dapat dengna mudah mengalir keluar. Sedangkan bisulnya sendiri berada pada daerah kulit yang lebih dalam. Kadang-kadang nanah yang berada dalam bisul diserap sendiri oleh tubuh tetapi lebih sering mengalir sendiri melalui lubang pada kulit Pada vestibulum nasi dapat menginfeksi vena facialis dan vena oftalmika lalu menuju sinus kavernosus.b. EtiologiPermukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh karena iritasi, tekanan, gesekan, hiperhidrosis, dermatitis, dermatofitosis, dan beberapa faktor yang lain, sehingga kerusakan dari kulit tersebut dipakai sebagai jalan masuknyaStaphylococcus aureusmaupun bakteri penyebab lainnya. Penularannya dapat melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita. Furunkulosis dapat menjadi kelainan sistemik karena faktor predisposisi antara lain, alcohol, malnutrisi, diskrasia darah, iatrogenic atau keadaan imunosupresi termasuk AIDS dan diabetes mellitus. Jadi, furunkel dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :1.Iritasi pada kulit atau mukosa2.Kebersihan hidung yang kurang terjaga3.Daya tahan tubuh yang rendah4.Infeksi olehStaphylococcus aureusc. GejalaGejala yang sering ditemui pada furunkel adalah :1.Nyeri pada daerah ruam2.Ruam pada derah kulit yang berbentuk kerucut dan memiliki pustule3.Pustule dapat melunak dan mengalami nekrosis4.Setelah seminggu kebanyakan akan pecah sendiri dan sebagian dapat menghilang dengan sendirinyad. TerapiDapat melakukan insisi dengan dan operasi.

2. Sinusitis Akuta. DefinisiSinusitis adalah inflamasi mukosa sinus paranasal yang umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering terkena ialah sinus ethmoidalis dan maxillaris, sedangkan sinus frontalis jarang terkena, dan sinus sphenoidalis lebih jarang lagi.Sinus maxillaris disebut juga antrum Highmore, karena letaknya yang dekat dengan akar gigi rahang atas. Hal itu menyebabkan infeksi gigi mudah menyebar ke sinus maxillaris, yang disebut dengan Sinusitis Dentogen. Sinusitis dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan komplikasi ke orbita dan intracranial, serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati.b. EtiologiBeberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik.Pada anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok.c. PatofisiologiKesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini diperlukan tindakan operasi.d. Gejala Hidung tersumbat disertai nyeri pada muka dan ingus purulen yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip) Nyeri pada daerah sinus yang terkena (ciri khas sinusitis akut) Referred pain, misalnya: Nyeri pipi sinus maksila Nyeri di antara/di belakang kedua bola mata sinus edhmoid Nyeri di dahi sinus frontal Gejala lain: sakit kepala, hiposmia/anosmia, batuk.e. Diagnosis Rinoskopi anterior Mukosa merah, udim Mukopus di meatus nasi medius (tidak selalu) Adanya nyeri tekan pada sisi yang sakit Transiluminasi : kesuraman pada sisi yang sakit CT Scan gold standard diagnosis sinusitis mahal Foto posisi waters, PA, dan lateral umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus yang besar-besar Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi untuk mengambil sekret dari meatus media untuk mendapatkan antibiotik tepat guna Sinoskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila, melalui meatus inferiorf. Tata Laksana Terapi medikamentosa berupa antibiotic selama 10-14 hari, namun diperpanjang sampai gejala hilang. Jika dalam 48-72 jam tidak ada perubahan klinis, diganti dengan antibiotik untuk kuman yang menghasilkan beta laktamase, yaitu amoksisilin atau ampisilin yang dikombinasi dengan asam klavunat Pemberian dekongestan untuk memperlancar drainase sinus. Dapat diberikan sistemik maupun topical. Pemberian secara topical harus dibatasi yaitu selama 5 hari untuk menghindari terjadinya rhinitis medikamentosag. Pemeriksaan Laboratorium Tes sedimentasi, leukosit, dan C-reaktif protein dapat membantu diagnosis sinusitis akut Kultur merupakan pemeriksaan yang tidak rutin pada sinusitis akut, tapi harus dilakukan pada pasien immunocompromise dengan perawatan intensif dan pada anak-anak yang tidak respon dengan pengobatan yang tidak adekuat, dan pasien dengan komplikasi yang disebabkan sinusitis. Imaging Rontgen sinus, dapat menunjukan suatu penebalan mukosa, air-fluid level, dan perselubungan.Pada sinusitis maksilaris, dilakukan pemeriksaan rontgen gigi untuk mengetahui adanya abses gigi. CT-Scan, memiliki spesifisitas yang jelek untuk diagnosis sinusitis akut, menunjukan suatu air-fluid level pada 87% pasien yang mengalami infeksi pernafasan atas dan 40% pada pasien yang asimtomatik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk luas dan beratnya sinusitis. MRI sangat bagus untuk mengevaluasi kelainan pada jaringan lunak yang menyertai sinusitis, tapi memiliki nilai yang kecil untuk mendiagnosis sinusitis akut.h. Komplikasi Kelainan orbita Kelainan intrakranial Osteomielitis dan abses superiostal Kelainan parui. PrognosisPrognosis pada sinusitis akut baik apabila tidak terjadi infeksi sekunder. Apabila hanya mencapai infeksi primer, maka sinusitis dapat sembuh dengan sendirinya.3. Influenza Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari familiOrthomyxoviridae(virus influenza), yang menyerang unggas ataupun manusia. Dalam klasifikasi virus, virus influenza termasuk virus RNA yang merupakan tiga dari lima genera dalam famili Oethomyxoviridae: Virus influenza A Virus influenza B Virus influenza CVirus-virus tersebut memiliki kekerabatan yang jauh dengan virus parainfluenza manusia, yang merupakan virus RNA yang merupakan bagian dari famili paramyxovirusyang merupakan penyebab umum dari infeksi pernapasan pada anak, seperti croup (laryngotracheobronchitis), namun dapat juga menimbulkan penyakit yang serupa dengan influenza pada orang dewasa.0. Gejala dan Tanda Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar) Batuk Hidung tersumbat Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorok Kelelahan Nyeri kepala Iritasi mata, mata berair Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut, tenggorok, dan hidung Pada anak, gejala gastrointestinal seperti diare dan nyeri abdomen, (dapat menjadi parah pada anak dengan influenza B).0. PengobatanOrang yang menderita flu disarankan untuk banyak beristirahat, meminum banyak cairan, menghindari penggunaan alkohol dan rokok, dan apabila diperlukan, mengonsumsi obat seperti asetaminofen (parasetamol) untuk meredakan gejala demam dan nyeri otot yang berhubungan dengan flu. Anak-anak dan remaja dengan gejala flu (terutama demam) sebaiknya menghindari penggunaan aspirin pada saat infeksi influenza (terutama influenza tipe B), karena hal tersebut dapat menimbulkan Sindrom Reye, suatu penyakit hati yang langka namun memiliki potensi menimbulkan kematian.Karena influenza disebabkan oleh virus, antibiotik tidak memiliki pengaruh terhadap infeksi; kecuali diberikan untuk infeksi sekunder seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat efektif, namun sebagian galur influenza dapat menunjukkan resistensi terhadap obat-obat antivirus standar.4. Rhinitis akut0. DefinisiRhinitis adalah radang akut kavum nasi yag ditandai rinore, obstruksi nasi, bersin- bersin disertai gejala demam, dan malaise.0. EtiologiVirus yang merusak pertahanan mukosa dan bakteri. PenularanDroplet infection.

Faktor Yang mempengaruhi Faktor Lingkungan Pengaruh udara / atmosfer : angin, suhu udara, kelembapan dsb. Ventilasi ruangan Debu Faktor Dalam Daya tahan tubuh menurun misalnya Kelelahan, kekurangan gizi, defisiensi vitamin, penyakit kronis Daya tahan lokal kavum nasi mis. alergi hidung, obstruksi nasi.

0. Manifestasi Klinis Stad. Prodromal: hari 1Keluhan: Rasa panas dan kering pada kavum nasi (pengar) Bersin- bersin Hidung buntu Pilek encer Pemeriksaan Rinoskopi anterior ditemukan kavum nasi udim hiperemi sekret serious. Stad. Akut: hari 2-4Keluhan: Bersin- bersin menurun Hidung buntu semakin berat Pilek kuning kental Badan sumer Pada pemeriksaan Kavum nasi udim bertambah parah, hiperemi. Stad. Penyembuhan: hari 5-7Gejala : menurun0. Terapi Tetes hidung Antihistamin mis. CTM, cetirizine, loratadine Hindari tubuh kedinginan Analgetik, antipiretic : asetosal, parasetamol

0. Pencegahan Hindari kontak Meningkatkan daya tahan tubuh Hindari dingin

0. Klasifikasi Rinitis Alergi Definisi : Rinitis alergi adalah suatu rinitis yang terjadi karena adanya reaksi hipersensitif yang bersifat khas dan timbul bila terjadi kontak dengan alergen. Klasifikasi Musiman (seasonal)Terdapat pada negara dengan empat musim. Sepanjang tahun (perenial)Biasanya terdapat pada negara tropis. Etiologi Alergen Inhalan Debu rumah, tungau,bulu binatang, dll Ingestan Susu, coklat, telur, dll Gejala Bersin 3-5 X Rinore Terjadi sumbatan hidung tapi bisa juga tidak Batuk kronis Pemeriksaan Fisik Rinoskopi Anterior : mukosa pucat kebiruan Mata kemerahan, gatal Pada anak allergic skinners, allergic salut, nasal craese/linea nasalis Faring : kasar, lateral band menebal, post nasal drip Pemeriksaan penunjang In Vivo Prick test (Uji cukit kulit) In Vitro Ig E serum spesifik Ig E serum total Eosinofil darah dan sekret hidung Terapi Hindari penyebabLantai tidak boleh disapu, perabot rumah polos, cukup sinar matahari, kasur bantal busa, tidak memakai karpet dan bahan berbulu. Kebugaran jasmani Medika mentosa Anti Histamin : Generasi I : bersifat sedatif, short actingMisal: Chlorpheniramine, diphenhydramine,dll Generasi Baru: non sedatif, long actingMisal: loratadine, ceterizine, fexofenadine Kortikosteroid topikalMisal: triamcinolon, budesonide, mometasone Dekongestan oral / topikal Imuno terapi Memberikan alergen yang sesuai dengan hasil tes kulit Dosis bertahap, diberikan bila ada hub klinis-hasil tes kulit yg jelas Untuk rinitis alergi sedang sampai berat Edukasi Melakukan komunikasi aktif dua arah antara dokter dengan pasien.

Rinitis Hiperemika (R. medikamentosa) EtiologiRebound effect ( pemakaian tetes hidung yang lama ) Gejala : Buntu hidung Pemeriksaan Fisik : Mukosa tmpk. Udim, hiperemi , Konka nasi hipertrofi Terapi Hentikan pemakaian obat Kortiko-steroid Dekongestan oral

Rinitis Vasomotor EtiologiTidak spesifik, diduga akibat gangguan keseimbangan fungsi vaso-motor dimana fungsi parasimpatis bertambah. Faktor yang mempengaruhi Kelembaban udara yang tinggi Suhu udara dingin Perubahan emosi Latihan Jasmani Faktor iritasi : asap rokok, bau yang merangsang Faktor endokrin : kehamilan, pubertas, pil kontrasepsi PatofisiologiBelum diketahui dengan pasti Gejala Berdasarkan gejala yang menonjol dibedakan menjadi tiga golongan yaitu golongan obstruksi (blokers), rhinore (runners) dan sneezers. Pemeriksaan fisik :edema, mukosa berwarna merah gelap Terapi Hindari faktor pencetus Simptomatis: dekongestan, diatermi, kaustik, kortiko-steroid topikal. Operasi Konkotomi, elektro-kauter

5. Faringitis0. DefinisiAdalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke jaringan sekitarnya, biasanya timbul bersama dengan tonsillitis, rhinitis, dan laryngitis.Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil yang disebabkan oleh beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi saluran napas atas atau infeksi lokal didaerah faring

0. Etiologi Bakteri streptococcus pyogenes (streptococcus group A hemoliticus) Streptokokus group C Corynebacteria diphteriae Neisseria gonorrhoe Non bakteri misalnya adenovirus, influenza virus, parainfluenza, rhinovirus, RSV, echovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus, EBV,dll. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV (40-60%). Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korine bakterium, arkano bakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumonia (5-40%). Bisa juga karena alergi, toksin, dan trauma.0. PatofisiologiPenularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula - mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak.0. Gejala Demam tiba-tiba Faring, palatum, tonsil berwarna merah dan bengkak Nyeri tenggorokan Terdapat eksudat purulen Nyeri telan Leukositosis dan dominasi neutrofil Adenopati servikal Malaise MualKhusus untuk Faringitis oleh streptokokus : Demam tiba2 Sakit kepala Anoreksia Nyeri tenggorokan Nyeri abdomen Rash/urtikaria Tonsillitis eksudatif Muntah Adenopati servical anterior MalaiseGejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.NoFARINGITIS VIRUSFARINGITIS BAKTERI

1.

2.3.

4. 5.

6.Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokanDemam ringan atau tanpa demamJumlah sel darah putih normal atau agak meningkatKelenjar getah bening normal atau sedikit membesarTes apus tenggorokan memberikan hasil negativePada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteriSering ditemukan nanah di tenggorokanDemam ringan sampai sedangJumlah sel darah putih normal sedangPembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah beningTes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throatPada biakan di laboratorium tumbuh bakteri

0. PemeriksaanManifestasi klinis berbeda-beda tergantung apakah streptokokus atau virus yang menyebabkan penyakit tersebut. Bagaimanapun, terdapat banyak tumpang tindih dalam tanda-tanda serta gejala penyakit tersebut dan secara klinis seringkali sukar untuk membedakan satu bentuk faringitis dari bentuk lainnya.Faringitis oleh virus biasanya merupakan penyakit dengan awitan yang relatif lambat, umumnya terdapat demam, malaise, penurunan nafsu makan disertai rasa nyeri sedang pada tenggorokan sebagai tanda dini. Rasa nyeri pada tenggorokan dapat muncul pada awal penyakit tetapi biasanya baru mulai terasa satu atau dua hari setelah awitan gejala-gejala dan mencapai puncaknya pada hari ke-2-3. Suara serak, batuk, rinitis juga sering ditemukan. Walau pada puncaknya sekalipun, peradangan faring mungkin berlangsung ringan tetapi kadang-kadang dapat terjadi begitu hebat serta ulkus-ulkus kecil mungkin terbentuk pada langit-langit lunak dan dinding belakang faring. Eksudat-eksudat dapat terlihat pada folikel-folikel kelenjar limfoid langit-langit dan tonsil serta sukar dibedakan dari eksudat-eksudat yang ditemukan pada penyakit yang disebabkan oleh streptokokus. Biasanya nodus-nodus kelenjar limfe servikal akan membesar, berbentuk keras dan dapat mengalami nyeri tekan atau tidak. Keterlibatan laring sering ditemukan pada penyakit ini tetapi trakea, bronkus-bronkus dan paru-paru jarang terkena. Jumlah leukosit berkisar 6000 hingga lebih dari 30.000, suatu jumlah yang meningkat (16.000-18.000) dengan sel-sel polimorfonuklear menonjol merupakan hal yang sering ditemukan pada fase dini penyakit tersebut. Karena itu jumlah leukosit hanya kecil artinya dalam melakukan pembedaan penyakit yang disebabkan oleh virus dengan bakteri. Seluruh masa sakit dapat berlangsung kurang dari 24 jam dan biasanya tidaka kan bertahan lebih lamna dari 5 hari. Penyulit-penyulit lainnya jarang ditemukan.Faringitis streptokokus pada seorang anak berumur lebih dari 2 tahun, seringkali dimulai dengan keluhan-keluhan sakit kepala, nyeri abdomen dan muntah-muntah. Gajala-gajala tersebut mungkin berkaitan dengan terjadinya demam yang dapat mencapai suhu 40OC (104O F); kadang-kadang kenaikan suhu tersebut tidak ditemukan selama 12 jam. Berjam-jam setelah keluhan-keluhan awal maka tenggorokan penderita mulai terasa sakit dan pada sekitar sepertiga penderita mengalami pembesaran kelenjar-kelenjar tonsil, eksudasi serta eritem faring. Derajat rasa nyeri faring tidak tetap dan dapat bervariasi dari yang sedikit hingga rasa nyeri demikian hebat sehingga membuat para penderita sukar menelan. Dua per tiga dari para penderita mungkin hanya mengalami eritema tanpa pembesaran khusus kelenjar tonsil serta tidak terdapat eksudasi. Limfadenopati servikal anterior biasanya terjadi secara dini dan nodus-nodus kelenjar mengalami nyeri tekan. Demam mungkin berlangsung hingga 1-4 hari; pada kasus-kasus sangat berat penderita tetap dapat sakit hingga 2 minggu. Temuan-temuan fisik yang paling mungkin ditemukan berhubungan dengan penyakit yang disebabkan oleh streptokokus adalah kemerahan pada kelenjar-kelenjar tonsil beserta tiang-tiang lunak, terlepas dari ada atau tidaknya limfadenitis dan eksudasi-eksudasi. Gambaran-gambaran ini walaupun sering ditemukan pada faringitis yang disebabkan oleh streptokokus, tidak bersifat diagnostik dan dengan frekuensi tertentu dapat pula dijumpai pada faringitis yang disebabkan oleh virus4.Konjungtivitis, rinitis, batuk, dan suara serak jarang terjadi pada faringitis yang disebabkan streptokokus dan telah dibuktikan, adanya 2 atau lebih banyak lagi tanda-tanda atau gejala-gejala ini memberikan petunjuk pada diagnosis infeksi virus.Bahan biakan tenggorokan merupakan satu-satunya metode yang dapat dipercaya untuk membedakan faringitis oleh virus dengan streptokokus2,4. Menurut Simon, diagnosa standar streptokokus beta hemolitikus kelompok A adalah kultur tenggorok karena mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi tergantung dari teknik, sample dan media. Bakteri yang lain seperti gonokokus dapat diskrening dengan media Thayer-Martin hangat. Virus dapat dikultur dengan media yang khusus seperti pada Epstein-Bar virus menggunakan monospot. Secara keseluruhan dari pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis.1. Anamnesa Tenggorok terasa kering dan panas, kemudian timbul nyeri menelan di bagian tengah tenggorok. Demam, sakit kepala, malaise.1. PemeriksaanTampak folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih lateral menjadi radang dan membengkak.Tampak hiperemi, serta sekresi mucus meningkat.

0. Tata laksana0. Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik). 0. Obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat. 0. Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye. 0. Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi (misalnya demam rematik).0. Jika penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penicillin. Jika penderita memiliki alergi terhadap penicillin bisa diganti dengan erythromycin atau antibiotik lainnya. 0. Anti panas bila penderita panas0. Makanan lembek, panas & pedas dilarang0. Komplikasi0. Sinusitis0. Otitis media0. Mastoidis0. Abses Peritonsilar0. Demam rematik0. Glomerulonefritis0. Komplikasi terpenting yaitu Deman Rematik (DR). Merupakan penyakit peradangan akut yang menindak lanjuti faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A. Penyakit ini cenderung berulang dan dipandang sebagai penyebab penyakit jantung didapat pada anak dan dewasa muda.

6. Tonsilitis13. DefinisiTonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )1. EtiologiPenyebab tonsilitis bermacam - macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu : Streptokokus Beta Hemolitikus Streptokokus Viridans Streptokokus Piogenes Virus InfluenzaInfeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections )

1. Proses PatologiBakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgiaPathways

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi

hipertermiTonsilitis akut

Tonsil & adenoid membesarEdema tonsil

Obstruksi pada tuba eustakiiNyeri telan

Infeksi sekunderKurangnya pendengaranSulit makan & minum

kelemahan

Otitis mediaResiko perubahanstatus nutrisi < dari kebutuhan tubuh

Intoleransi aktifitasGangguan persepsi sensori : pendengaran

1. Manifestasi KlinisTanda dan gejala tonsilitis akut adalah : nyeri tenggorok nyeri telan sulit menelan demam mual anoreksia kelenjar limfa leher membengkak faring hiperemis edema faring pembesaran tonsil tonsil hiperemia mulut berbau otalgia ( sakit di telinga ) malaise1. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi : Leukosit : terjadi peningkatan Hemoglobin : terjadi penurunan Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

1. KomplikasiKomplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah : tonsilitis kronis otitis media1. PenatalaksanaanPenanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah : antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen. Analgesik

7. Abses Peritonsil0. Etiologi Komplikasi tonsillitis akut, infeksi kelenjar mucus weber.0. Gejala Odinofaga (nyeri menelan) hebat Otalgia (nyeri telinga) Muntah Mulut berbau Hipersalivasi Suara gumam Sukar membuka mulut Pembengkaan kelenjar submandibula Nyeri tekan didaerah wajah0. Pemeriksaan Palatum molle tampak bengkak dan menonjol kedepan Fluktuasi uvula bengkak dan uvula terdorong kesisi kontra lateral Tonsil bengkak dan hiperemi0. Terapi Antibiotic golongan penicillin atau klindamisin Obat simptomatik Kumur cairan hangat Kompres dingin dileher Pungsi daerah abses untuk mengeluarkan nanah, tempat insisi daerah yang paling menonjol dan lunak atau pada garis pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir pada sisi yang sakit.

8. Hipertrofi Adenoid0. Definisi adenoid adalah masa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terletak pada dinding posterior nasofaring, termasuk dalam rangkaian cincin waldeyer. Secara fisiologi adenoid membesar pada anak usisa 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang pada usia 14 tahun.Bila sering terinfeksi di saluran napas atas maka dapat terjadi hipertrofi adenoid. Akibat dari hipertrofi ini akan menimbulkan sumbatan koana dan sumbatan tuba eusthachius.0. Gejala Akibat sumbatan koana pasien bernapas dengan mulut. Sehingga terjadi: Fasies adenoid yaitu hidung kecil, gigi insisivus kedepan (prominem), arkus faring faring tinggi wajah tampak bodoh Faringitis, bronchitis Gangguan ventilasi dan drainase sinus paranasalis sehingga menimbulkan sinusitis kronikAkibat sumbatan tuba eusthachius Terjadi otitis media akut berulang kronik otitis media supuratif kronisAkibat hipertrofi adenoid Gangguan tidur Tidur mengorok Retrardasi mental Pertumbuhan fisik berkurang0. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Rinoskopi anterior Pemeriksaan digital untuk meraba adenoid Radiologi Foto lateral kepala0. Terapi Bedah adenotomi dengan cara kuretase memakai adenotomi.Indikasi adenoidektomi : Sumbatan Bernapas menggunakan mulutSleep apneaGangguan menelan dan berbicaraKelainan bentuk wajah dan gigi Infeksi Adenoidititis berulangOtitis media efusiOtitis media akut

9. Laryngitis Laringitis adalah inflamasi laring yang dapat disebabkan oleh proses infeksi ataupun noninfeksi.a. EtiologiLaringitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur. Virus merupakan etiologi laringitis yang paling sering, yaitu rhinovirus, virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, coxsackievirus, coronavirus, dan respiratory synsitial virus (RSV). Sedangkan, beberapa bakteri yang menyebabkan laringitis yaitu : Streptokokus grup A Diphtheriae Moraxella Catarrhalis Mycobacterium tuberculosis; laringitis akibat bakteri ini biasanya sulit dibedakan dengan kanker laring karena tidak terdapat tanda, gejala, dan hasil pemeriksaan radiologis yang spesifikJamur juga dapat menyebabkan laringitis, yaitu : Histoplasma Blastomyces; biasanya menyebabkan laringitis sebagai komplikasi dari inflamasi sistemik Candida; biasanya menyebabkan laringitis dan esofagitis pada pasien imunosupresi Coccidioides CryptococcusLaringitis juga merupakan akibat dari penggunaan suara yang berlebihan, pajanan terhadap polutan eksogen, atau infeksi pada pita suara. Refluks gastroesofageal, bronkitis, dan pneumonia juga dapat menyebabkan laringitis. Selain itu, laringitis berkaitan dengan rinitis alergi. Onset dari laringitis berhubungan dengan perubahan suhu yang tiba-tiba, malnutrisi, atau keadaan menurunnya sistem imun.b. PatofisiologiLaringitis diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu laringitis akut dan laringitis kronik.Laringitis akut terjadi akibat infeksi bakteri atau virus, penggunaan suara yang berlebih, inhalasi polutan lingkungan. Laringitis akut ditandai dengan afonia atau hilang suara dan batuk menahun. Gejala ini semakin diperparah dengan keadaan lingkungan yang dingin dan kering. Sedangkan, laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi hari, biasanya tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu yang lebih hangat. Nyeri tenggorokan dan batuk memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat juga dipicu oleh udara dingin atau minuman dingin. Pada pasien yang memiliki alergi, uvula akan terlihat kemerahan.Laringitis kronik dapat terjadi setelah laringitis akut yang berulang, dan juga dapat diakibatkan oleh penyakit traktus urinarisu atas kronik, merokok, pajanan terhadap iritan yang bersifat konstan, dan konsumsi alkohol berlebih. Tanda dari laringitis kronik ini yaitu nyeri tenggorokan yang tidak signifikan, suara serak, dan terdapat edema pada laring.Laringitis pada anak sering diderita oleh anak usia 3 bulan hingga 3 tahun, dan biasanya disertai inflamasi pada trakea dan bronkus dan disebut sebagai penyakit croup. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh virus, yaitu virus parainfluenza, adenovirus, virus influenza A dan B, RSV, dan virus campak. Selain itu, M. Pneumoniae juga dapat menyebabkan croup.Infeksi oleh bakteri dan virus menyebabkan inflamasi dan edema pada laring, trakea, dan bronkus, sehingga menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan gejala, yaitu berupa afonia, suara stridor, dan batuk. Produksi mukus dapat terjadi dan menyebabkan obstruksi jalan napas semakin parah. Tidak terdapat gangguan menelan. Gejala ini biasanya muncul saat malam hari dan dapat membaik di pagi hari. Penyakit croup dapat sembuh sendiri dalam waktu 3 5 hari.c. Tanda dan Gejala Afonia, yaitu suara serak atau hilang suara Nyeri tenggorokan Batuk karena teriritasi Stridor, biasanya ditemukan pada anak-anak Iritasi pada tenggorokan yang menggelitik sehingga memicu keinginan untuk batuk, demam, dan nyeri tenggorokan Rhinorrhea Kongesti nasal Pada pemeriksaan dengan laringoskopi, ditemukan tanda laringitis yaitu eritem laring difus, edema, dan pembengkakan vaskular pada pita suara.Pada laringitis kronik, dapat ditemukan nodul dan ulkus pada mukosa.d. DiagnosaDiagnosis laringitis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hasil anamnesis yang berkaitan dengan laringitis ini yaitu adanya batuk yang timbul sering di malam hari dan terdengar kasar. Pemeriksaan fisik ini mencakup pemeriksaan telinga, hidung, tenggorokan, dan leher. Pemeriksaan tenggorokan ini dapat menggunakan scope yang kecil. Scope ini dimasukkan melalui hidung hingga terlihat laringnya. Pemeriksaan ini dapat memperoleh informasi mengenai keadaan saraf laringeal yang mengatur pergerakan pita suara. Selain itu, suhu tubuh dapat normal atau naik sedikit. Auskultasi perlu dilakukan untuk menilai suara napas di kedua paru.Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu : Laringoskop, yang menunjukkan adanya pita suara yang membengkak dan kemerahan Kultur eksudat pada kasus laringitis yang lebih berat Biopsi, yang biasanya dilakukan pada pasien laringitis kronik dengan riwayat merokok atau ketergantungan alkohol pemeriksaan laboratorium CBC (complete blood cell count) pemeriksaan foto toraks pada tanda dan gejala yang berate. Penatalaksanaan Istirahat yang cukup, terutama pada laringitis akibat virus. Istirahat ini juga meliputi pengistirahatan pita suara Pemberian antibiotik; antibiotik tidak disarankan kecuali bila penyebab berupa streptokokus grup A dapat ditemukan melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang dapat digunakan yaitu penicillin menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk menghindari udara kering konsumsi cairan yang banyak konsumsi asetaminofen atau ibuprofen untuk mengurangi nyeri berhenti merokok dan konsumsi alkohol trakeostomi, jika terjadi edema laring konsumsi antasida atau bloker histamin-2 pada laringitis dengan penyebab GERD9Sedangkan, penatalaksanaan laringitis kronik bergantung pada mikroorganisme penyebabnya, yang biasanya ditemukan melalui biopsi dan kultur.f. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi yaitu laringitis kronik. Selain itu, dapat terjadi perubahan suara jika gejala suara serak tersebut terjadi selama 2 3 minggu. Perubahan suara ini dapat diakibatkan oleh refluks asam lambung atau pajanan terhadap bahan iritan. Hal tersebut berisiko untuk menimbulkan keganasan pada pita suara.Pada pasien yang berusia lebih tua, laringitis bisa lebih parah dan dapat menimbulkan pneumonia.Penyakit croup jarang menimbulkan komplikasi, namun beberapa komplikasi yang terjadi berkaitan dengan obstruksi jalan napas, yaitu respiratory distress, hipoksia, atau superinfeksi bakteri. Kortikostreoid dapat digunakan untuk mengurangi inflamasi. Pemberian epinefrin aerosol menimbulkan efek konstriksi pada mukosa dan dapat mengurangi edema.Prognosis dari laringitis ini biasanya baik. Langkah pencegahan laringitis yang dapat dilakukan yaitu :- Menghindari pasien laringitis- Mencuci tangan secara teratur- Menghindari keramaian8- Pemberian vaksin H. Influenzae pada anak-anak Tidak menggunakan suara secara berlebihan

10. Epiglotitis a. DefinisiEpiglotitis akut adalah infeksi pada mukosa epiglottis yang menyebabkan oedem berat pada epiglottis sehingga menutup auditus laring.Peradangan ini sering terjadi pada anak-anak kecil, biasanya terjadi pada usia 2-5 tahun dan proses ini berjalan sangat cepat tanpa member gejala yang spesifik sehingga bisa menimbulkan sumbatan jalan nafas yuang mendadakb. EtiologiDisebabkan oleh infeksi virus Haemophilus influenza type Bc. Gejala Panas disertai pusing Epiglotitis bengkak kemerahan, oedem Dispnea Nyeri tenggorok menyebabkan sakit saat menelan sehingga biasanya tidak mau makan atau minum. Bisa menyebabkan dehridasi bahkan anoreksia Ada timbunan air liur yang tidak tertelan, akibatnya air liur keluar (ngiler)d. PatogenesaPada anak-anak yang kondisi anatomi dan mekanisme pertahanan tubuhnya belum berkembang dengan baik menyebabkan epiglotitis akut lebih mudah menyerang anak-anak dari pada orang dewasa. Kondisi anatomi yang dimaksud adalah : Pada anak-anak mukosa epiglottis lebih banyak jaringan longgar dan rima glottis lebih sempit. Mukosa laring pada anak-anak lebih sensitive dan lebih mudah membengkak dari pada orang dewasaPembengkakan yang merata pada daerah epiglottis akan mendesak esophagus sehingga terjadi disfagia.Mukosa epiglottis yang oedem apabila menjadi lebih progressif akan menyebabkan sumbatan jalan nafas mendadak sehingga terjadi kegagalan pernafasan dan menyebabkan kematian.e. PengobatanDengan diberikan Antibiotika, anti sakit ataupun anti bengkak. Sebelumnya bisa dilakukan tindakan perbaikan keadaan penderita, misalnya jika si penderita tidak bisa makan dan minum bisa diinfus dulu.f. KomplikasiKomplikasi yang sering adalah Pneumonia. Apabila infeksi virus Haemofilus influenza type B ini disertai dengan infeksi virus jenis lain bisa menyebabkan meningitis, perikarditis, otitis media.

11. Trakheitis Suatu infeksi akut saluran pernafasan atas, tidak melibatkan epiglottis, tetapi seperti epiglotitis dan croup dan mampu menyebabkan obstruksi jalan nafas yang mengancam jiwa. Walaupun trakeitis seperti croup namun pengobatan yang biasanya digunakan untuk croup (kabut, cairan intravena, epinefrin rasemik aerosolisasi) tidak efektif untuk trakeitis. Kebanyakan para penderita berumur kurang dari 3 tahun. Trakeitis bakteri biasanya terjadi pada pascainfeksi virus pernafasan yang jelas (terutama laringotrakeitis). Trakeitis merupakan komplikasi bakteri penyakit virus, bukan penyakit bakteri primer.a. Etiologi Staphylococcus aureus S. pyogenes, Streptococcus pneumoniae, dan alpha hemolytic streptococcal species lainnya Moraxella catarrhalis Haemophilus influenzae type B (Hib) Spesies Klebsiella Spesies Pseudomonas Bakteri anaerob Mycoplasma pneumoniab. Manifestasi Klinis Batuk keras dan kasar Demam tinggi Stridor inspirasi yang perlahan bertambah buruk Fase inspirasi memanjang, suara nafas tambahan biasanya tidak terdengar Pembengkakan mukosa pada setinggi kartilago krikoid Sekresi purulenc. TerapiTerapi antimikroba yang tepat, yang biasanya meliputi agen antistafilokokus diberikan pada penderita dengan croup yang perjalanannya memberi kesan trakeitis bakteri sekunder. Bila didiagnosis trakeitis bakteri dengan laringoskopi langsung atau sangat dicurigai atas dasar klinis, jalan nafas buatan biasanya terindikasi.

12. Bronchitis AkutInfeksi dan inflamasi akut saluran napas besar0. EtiologiVirus (minimal 40%):Influenza A dan B, Adenovirus, Rhinovirus, Coronavirus, Parainfluenza virus, Respiratory synsitial virus, Herpes simplex.Bakteri :M. pneumoniae, M. catarrhalis, Chlamydia, S. Pneumoniab. Gejala KlinisKeluhan1. Batuk dengan atau tanpa dahak1. Demam ringan / sumer-sumer1. Rasa tidak enak substernal1. Sesak napas1. Batuk darahPemeriksaan fisik : auskultasi dijumpai ronki basah, krepitasi, dan wheezing.c. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : sputum cat gram, leukosit PMN dan kemungkinan bakteri pathogend. DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dengan foto toraks tidak dijumpai infiltrat.e. Diagnosis Banding Pneumoni Asma bronchialf. PenyulitBronkospasme pasca infeksi yang ditandai dengan batuk tanpa dahak dan wheezing sampai 4-6 minggu setelah infeksi reda. Pneumoni.g. Penatalaksanaan1. SimtomatisAntitusif : DMP 15 mg sehari 2 kali, codein 10 mg sehari 3 kali, doveri 100 mg sehari 3 kali Antipiretika : paracetamol 500 mg sehari 3 kaliTidak perlu antibiotik1. Terapi terhadap penyulit : bronkodilator, antibiotik.

13. Bronkhiolitis 1. DefinisiMerupakan penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang sering ditemukan pada bayi-bayi, terjadi akibat obstruksi pada bronkiolus. Penyakit ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dengan puncak kejadian pada usia kira-kira 6 bulan dan di berbagai daerah penyakit ini merupakan penyebab perawatan bayi di rumah sakit. 1. Etiologi RSV/ Respiratory syncytial virus (95% kasus) Parainfluenza virus Adenovirus Rhinovirus Virus Influenza Mycoplasma pneumoni 1. Patofisiologi1. Virus melekat pd sel epitel kolumner bersilia pembelahan virus, sitonekrosis, odem dan radang penyempitan lumen bronkiolus tekanan intratorak negatif selama inspirasi udara masuk, terperangkap dalam ruang alveolus hiperinflasi, ventilasi dan oksigenisasi terganggu1. Obstruksi partial Emfisema 1. Obstruksi total Atelektasis1. GejalaManifestasi Klinis1. Biasanya didahului infeksi saluran nafas atas dengan batuk, pilek, tanpa demam atau subfebris1. Sesak napas makin hebat, disertai napas cepat dan dangkal. Terdapat dispneu dengan expiratory effort, retraksi otot bantu napas, napas cepat dangkal disertai napas cuping hidung,1. sianosis sekitar hidung dan mulut1. gelisah1. ekspirium memanjang atau mengi1. Jika obstruksi hebat suara napas nyaris tak terdengar, ronki basah halus nyaring kadang terdengar pada akhir atau awal ekspirasi, suara perkusi paru hipersonor.(2)Gejalanya berupa:1. Batuk1. Wheezing1. Sianosis1. Takipneu (pernapasan cepat)1. Retraksi Intercostal Pemeriksaan Fisik : Inspeksi : Suhu subfebris, retraksi ICSPerkusi : HipersonorAuskultasi : Ekspirasi Panjang, wheezing sound, ronkhiPalpasi : Hepar lien teraba akibat hiper inflasi paru1. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan foto dada anteropasterior dan lateral dapat terlihat gambaran hiperinflasi paru (emfisema) dengan diameter anteroposterior membesar pada foto lateral serta dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar. Analisis gas darah menunjukkan hiperkarbia sebagai tanda air trapping asidosis respiratorik/metabolik.1. Diagnosa1. Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis yang khas pemeriksaan fisik.1. Foto Rontgen toraks menunjukkan paru-paru dalam keadaan hipererasi dan diameter antero-posterior membesar pada foto lateral. Pada sepertiga dari penderita ditemukan bercak-bercak konsolidasi tersebar disebabkan atelektasis atau radang.1. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gambaran darah tepi dalam batas normal, kimia darah menunjukkan gambaran asidosis respiratorik maupun metabolik.1. Usapan nasofaring menunjukkan flora bakteri normal.1. Diagnosa Banding0. Asma bronchial Keadaan ini harus dibedakan dengan asma yang kadang-kadang juga timbul pada usia muda. Anak dengan asma akan memberikan respons terhadap pengobatan dengan bronkodilator, sedangkan anak dengan bronkiolitis tidak.1. Aspirasi benda asing1. Bronkopneumonia1. Bronkiolitis juga harus dibedakan dengan bronkopneumonia yang disertai emfisema obstruktif dan gagal jantung.1. Gagal jantung1. Miokarditis1. Fibrosis kistik1. Penatalaksanaan Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan asetosal atau parasetamol; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan parasetamol. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan, serta menghentikan kebiasaan merokok. Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan Kotrimoksazol. Tetrasiklin 250 500 mg 4 x sehari. Eritromisin 250 500 mg 4 x sehari diberikan selama 7 10 hari. Dosis untuk anak : eritromisin 40 50 mg/kgBB/hari. Walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Bila ada tanda obstruksi pada pasien segera rujuk. Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi, sebaiknya dengan uap dingin ('mist-tenf). Keadaan ini dapat mencairkan sekret bronkus yang liat. Untuk tujuan ini dapat juga diberikan pengobatan inhalasi. Oksigen perlu diberikan walaupun anak belum dalam keadaan sianosis. Cairan intravena dengan elektrolit yang diperlukan diberikan untuk mengoreksi asidosis respiratorik dan metabolik yang mungkin timbul dan juga untuk mengoreksi kemungkinan dehidrasi1. Komplikasi0. Dehidrasi0. Infeksi sekunder oleh bakteri0. Pneumothorak0. Emfisema paru0. Gagal napas 0. Otitis media akut0. Pneumonia bakterial 0. Gagal jantung jarang dijumpai.

1. Prognosis Tergantung berat-ringannya penyakit, cepatnya pengananan dan peny. penyerta (peny. jantung) Masa kritis 48-72 jam sesudah dispneu dimulai Angka,kematian < 1% Anak biasanya meninggal karena jatuh dalam keadaan apnu yang lama, asidosis respiratorik yang tidak terkoreksi atau karena dehidrasi yang disebabkan oleh takipnea dan kurang makan-minum.

Perbedaan bronchitis akut dengan bronkhiolitis akutBronchitis akutBronchiolitis akut

Pada anak (penderita morbili, pertusis) dan orang tua (dengan penyakit paru menahun, asma)Lebih sering menyerang anak (usia 2 bulan-2tahun), juga bias menyerang orang dewasa (namun gejala kliniknya tidak tampak)

Radang/infeksi pada bronkusRadang/infeksi pada bronkiolus

Perbedaan Asma dengan BronchiolotisDIAGNOSISTanda

Asma-Riwayat mengi berulang, beberapa diantaranya tidak berkaitan dengan serangan batuk dan pilek-Hiperinflasi dada-Ekspirasi memanjang-Pengurangan pemasukan udara (jika berat terjadi obstruksi udara)-Respon baik terhadap bronkhodilator

Bronkhiolitis -episode pertama mengi pada anak umur < 2 tahun-Hiperinflasi dada-Ekspirasi memanjang-Pengurangan pemasukan udara (jika berat terjadi obstruksi udara)-Kurang / tidak respon terhadap bronkhodilator

14. Bronkopneumonia Bronkopneumoniae merupakan salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smelzer & Suzanne C, 2002:57).a. Etiologi1. Bakteri: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenza, Klebsiella2. Virus: Legionella pneumonia3. Jamur: Aspergillus spesies, Candida albicans4. Aspirasi makana, sekresi orofaringealb. PatofisiologiBronkopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas. Dari saluran pernafasan bagian atas, bakteri bisa menjalar ke saluran nafas bagian bawah dan juga bisa masuk ke pembuluh darah.Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.Ekspansi kuman melalui pembuluh darah bisa sampai ke pencernaan dan menginfeksi sehingga terjadi peningkatan flora normal di usus. Hal itu menyebabkan peningkatan gerakan peristaltik sehingga terjadi diare. Diare ini akan menyebabkan keseimbangan cairan tubuh akan terganggu.c. Gejala Demam Batuk berdahak Sesak nafas Nyeri dada Sakit kepala Nyeri otot Fatigue (kelelahan) Delirium (kebingungan)d. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darahPada penderita bronkopneumoni pada pemeriksaan darah akan ditemukan leukositosis. Pemeriksaan sputumBerguna untuk pemeriksaan mikroskopis dan kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksi. Analisa gas garahUntuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia, Sampel darah, sputum, dan urine untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba.e. Pemeriksaan Radiologi Rontgen ThoraxJika pada foto toraks terdapat konsolidasi lobar maka terjadi infeksi oleh pneumokokus atau klebsiella. Jika terdapat gambaran infiltrate multiple makan terjadi infeksi oleh sstafilokokus dan haemofilus. Laringoskopi atau BronkoskopiUntuk menentukan apakan jalan nafas tersumbat oleh benda padat atau tidak.f. Penatalaksanaan Oksigen 1-2 liter / menit Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk transpor muskusilier. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit.g. Komplikasi Atelektasis Empyema Abses paru Endokarditis Meningitis

15. Pneumonia a. DefinisiPneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah akut yang mengenai parenkim paru dan distal dari bronkiolus terminalis (bronkiolus respiratori dan alveolus) yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan gas setempat.Terutama menyerang bayi dan anak kecil. Kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya umur.b. Etiologi Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan oleh Streotococcus Pneumoniae, sedangkan infeksipada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan Enterobacter. Pada masa kini terjadi perubahan pola mikroorganisme penyebab ISNBA akibat adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan, penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat.JENISMIKROORGANISME

Bakteri Pneumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Hemophilus influenzae, Pseudomonas aeruginosa

Virus atau kemungkinan virusRespiratory syncitial virus, adenovirus, Sitomegalovirus, Virus Influenza

JamurAspergilus, Koksidiomikosis, Histoplasma, dll

AspirasiCairan amnion, makanan, cairan lambung, benda asing

USIABAKTERI PATOGEN

NeonatusStreptococcus group B, Escheria coli, Klebsiella sp, Enterobactericeae

1-3 bulanClamydia trachomatis

Usia prasekolahStreptococcus pneumonia, Hemophilus influenzae type B, Staphylococcus aureus,Jarang : Streptococcus group A, Moraxella catarhallis, Pseudomonas Aeruginosa

Usia SekolahMycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae

Ada tahapan-tahapan dalam infeksi pneumonia:1. Kongesti (4 sampai 12 jam pertama)Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)Paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli.3. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari berikutnya)Paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.c. PatofisiologiKetika manusia sakit, daya tahan tubuh menurun, sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit.Mekanisme mikroorganisme mencapai saluran pernapasan antara lain:1. Inokulasi langsung2. Penyebaran melalui pembuluh darah3. Inhalasi4. Kolonisasi di permukaan mukosaCara menginfeksinya:Mikroorganisme dan sekret bronkus masuk ke dalam alveoli yang nantinya menimbulkan radang (oedem). Lalu datanglah sel PMN dan diapedesis sel eritrosit menginfiltrasi sekret tersebut sebagai permulaan fagositosis sebelum terbentuk antibody. Kemudian sel PMN dengan bantuan leukosit mengelilingi lalu memfagosit bakteri.Ketika itu, ada 4 zona: Zona luar: alveolus terisi cairan oedem dan mikroorganisme Zona permulaan konsolidasi: ketika terjadi infiltrasi PMN dan eksudasi eritrosit Zona konsolidasi: ketika terjadi fagositosis, dan jumlah PMN sangat banyak Zona resolusi: tempat terjadi resolusi dengan banyak mikroorganisme mati, leukosit, makrofag alveolar

Beberapa orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia adalah: Peminum alkohol Perokok Penderita diabetes Penderita gagal jantung Penderita penyakit paru obstruktif menahun Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker, penerima organ cangkokan) Gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS). Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama pembedahan perut) atau cedera (terutama cedera dada), sebagai akibat dari dangkalnya pernafasan, gangguan terhadap kemampuan batuk dan lendir yang tertahan.Yang sering menjadi penyebabnya adalah Staphylococcus aureus, pneumokokus, Hemophilus influenzae atau kombinasi ketiganya.d. Gejala Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah: Batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah) Nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk) Menggigil Demam Mudah merasa lelah Sesak nafas e. Diagnosis AnamnesisDiajukan untuk mengetahaui kemungkinan kuman penyebab yang berhubungan dengan faktor infeksi Pemeriksaan fisikMemperhatikan gejala klinis yang mengarah pada tipe kuman penyebab/patogenesis kuman dan tingkat berat penyakit X-foto torax: infiltrat tersebar sampai bercak konsolidasi merata Laboratorium: leukositosis 15.000-40.000/mm, predominan PMN, hitung jenis bergeser ke kiri, LED meningkat. Jika leukositosis 50.000-100.000/mm atau kurang dari 5000/mmprognosis buruk Pemeriksaan mikrobiologi atau serologi: untuk diagnosa etiologif. Diagnosa Banding Bronkiolitis Gagal jantung Aspirasi benda asing Ateletaksis Abses paru Tuberkulosisg. Penatalaksanaan Antibiotika awal (24-72 jam pertama) Umur 1-2bln: ampicilin + aminoglikosida (gentamicin) respons baik dilanjutkan 10-14 hari Umur >2bln: penicilin/ampicilin + kloramfenikoljika respons baik dilanjutkan sd. 3 hari (biasanya cukup 5-7 hari) Antibiotika selanjutnya ditentukan atas dasar pemantauan ketat terhadap respons klinis dalam 24-72 jam pengobatan awal Antibiotik pengganti tergantung pada kuman penyebab (gol. Sefalosporin) Simptomatik & Suportif Oksigen Cairan, kalori dan nutrisi yang memadai Fisioterapi Koreksi elektrolit-metabolik Pemberian terapi inhalasi dengan nebulizer bukan merupakan tat laksana rutin yang harus diberikan. Inhalasi dengan B2 agonis dapat dilakukan bila terdapat lendir yang berlebihan. Evaluasi hasil pengobatan Perbaikan klinis+radiologis Bila kelainan radiologis tidak membaik selam 4-6minggu perlu dipikirkan adanya TB, CA dll.

h. PengobatanPengobatan terdiri atas antibiotic dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotic pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaan, akan tetapi akan tetapi karena beberapa alasan, yaitu : Pneumonia yang berat dapat mengancam jiwa. Kuman pathogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia. Hasil pembiakan kuman memerlukan waktu maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris.i. Komplikasi Efusi pleura dan empiema: terjadi sekitar 45% kasus Komplikasi sistemik: meningitis, endokarditis, perikarditis, dapat terjadi bersamaan dengan abses paru, sepsis.

16. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)1. DefinisiPenyakit yang disebabkan oleh Virus (Corona Virus) yang menyerang saluran pernapasan. Penularannya melalui tetesan air ludah yang keluar dari batuk atau bersin si penderita.1. EtiologiPenyebab yang sudah berhasil diketahui adalah infeksi virus yang tergolong ke dalam genus coronavirus yang bersifat tidak stabil bila berada di lingkungan. Virus ini mampu bertahan selama berhari-hari di suhu kamar dan mampu mempertahankan viabilitasnya dengan baik bila masih berada di dalam feses.Genus coronavirus berasal dari ordo nidovirales yaitu golongan virus yang mempunyai selubung kapsul dengan genom RNA rantai tunggal. 1. Epidemiologi Kasus SARS ditemukan di Belgia, Australia, Brazil, Cina, Hongkong, Taiwan, Perancis, Jerman, Italia, Irlandia, Rumania, Spanyol, Switzerland, UK, USA< Thailand, Singapura, Malaysia, Vietnam. Dari 2671 penderita, 103 orang meninggal. CFR = 3,9 %. Dan 30% dari seluruh penderita adalah petugas kesehatan.

1. PatofisiologiSARS dapat menular melalui droplet, misal saat penderita batuk/bersin, virus akan terbawa dalam droplet yang akan menempel di kulit sebelum masuk ke saluran pernapasan. Pada jaringan kulit, virus dalam droplet dapat bertahan hingga 6 jam, dan bila droplet kering, virus akan bertahan selama 3 jam. Virus akan masuk ke saluran pernapasan dan menginfeksi saluran napas, bereplikasi di epitel nasal sebelum memasuki traktus respiratorius 1. PemeriksaanSARS dicurigai hanya jika orang yang sudah terpapar dengan orang yang tertular mengalami demam disertai batuk atau kesulitan bernafas. Orang bisa terkana jika dalam 10 hari ke belakang mereka melakukan perjalanan ke daerah dimana SARS akhir2 ini dilaporkan atau telah berhubungan tatap muka dengan orang yang menderita SARS .Jika seseorang dokter mencurigai SARS, sinar X pada dada biasanya dilakukan. Dokter mengambil ludah dari hidung serta tenggorokan orang tersebut untuk berusaha mengenali virus tersebut. Contoh dahak bisa jadi diteliti. Darah dites untuk infeksi SARS ketika infeksi pertama kali dikenali dan dilakukan lagi setelah tiga minggu kemudian. Jika orang tersebut mengalami kesulitan bernafas, tes darah lainnya kemungkinan diperlukan. Karena SARS adalah penyakit menular yang baru dikenali, departemen kesehatan diberitahu kemungkinan adanya kasus.1. PenatalaksanaanI.Suspek SARS1. Observasi 2x 24 jam,perhatikan : a) keadaan umum, b) Kesadaran, dan c) Tanda vital (tekanan darah,nadi,frekuensi nafas,suhu)1. Terapi suportif 1. Antibiotik : amoksisilin amoksilin ditambah anti laktamase oral ditambah makrolid generasi baru oral (roksitromisin,klaritromisin,azitromisin)II. Probable SARS1. Ringan / sedang Terapi suportif Antibiotik Golongan betalaktam + anti betalaktamase (intravena) ditambah makrolid generasi baru secara oral atau Sefalosporin generasi ke -2 atau ke -3(intravena), ditambah makrolid generasi baru atau Fluorokuinilon respirasi (intravena) : Moxifloxacin,Levofloxacin,Gatifloxacin1. Berat Terapi suportif AntibiotikTidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas :1. Sefalosporin generasi ke -3 (intravena) non pseudomonas ditambah makrolid generasi baru atau1. Fluoro kuinolon respirasiAda faktor risiko pseudomonas :1. Sefalosporin anti pseudomonas (seftazidim, sefoperazon, sefipim)/ kabapenem (intravena) ditambah fluorokuinolon anti pseudomonas (siprofloksasin)/aminoglikosida ditambah makrolid generasi baru1. Kortikosteroid.Hidrokortison (intravena) 4mg/kg BB tiap 8 jam,tapering atau metilprednisolon (intarvena) 240 320 mg tiap hariRibavirin 1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mg/kg BB intravena tiap 8 jam1. KomplikasiKomplikasi meliputi : Abses paru Efusi pleural Empisema Gagal nafas Perikarditis Meningitis Atelektasis Hipotensi Delirium Asidosis metabolic Dehidrasi Penyakit multi lobular Septikemi Superinfeksi dapat terjadi sebagai komplikasi pengobatan farmakologis.1. PrognosisSetelah terjadinya perubahan di paru, maka perkembangan penderita SARS dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu: (i) mayoritas penderita (80-90%) menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada hari ke-6 atau 7, (ii) pada sebagian kecil penderita, penyakitnya berkembang menjadi lebih gawat dan penderita menunjukkan tanda-tanda sindrom gangguan paru akut yang berat sehingga membutuhkan bantuan pernapasan mekanis. Walaupun angka kematian pada kelompok kedua ini tinggi, tetapi ada sejumlah penderita yang dapat bertahan dengan ventilator mekanis untuk beberapa waktu yang lama. Kematian pada kelompok ini seringkali berhubungan dengan adanya penyakit-penyakit lain yang diderita penderita tersebut (faktor ko-morbid). Umumnya, pada penderita-penderita yang berusia di atas 40 tahun dengan penyakit lain, SARS lebih sering berkembang menjadi penyakit yang berat.1. PencegahanPasien harus diisolasi dengan menggunakan perlindungan umum yang menggunakan perlindungan umum yang menyeluruh (universal precaution) dengan baju pelindung yang menutup sempurna, sarung tangan, kaca mata dan masker. Namun ini menjadi tidak praktis pada situasi epidemik terutama di negara-negara yang miskin sumber daya.

17. Avian Influenza a. DefinisiPenyakit infeksi akibat virus influenza tipe A yang biasa menyerang unggas.b. EtiologiVirus influenza termuk dalam famili orthomyxovirue yang terdiri dari 3 tipe yaitu A, B, C.Semua virus influenza A dapat menginfeksi burung unggas,sehingga disebut avian influenza (AI).Dipihak lain tidak semua subtipe virus influenza tipe A menyerang manusia. Subtype yang lazim dijumpai pada manusia dari kelompok H1,H2,H3 serta N1 dan N2 yang disebut human influenza. Penyebab dari avian influenza adalah virus tipe A dengan subtipe H5N1. Masa inkubasi avian influenza asngat pendek yaitu 2-4 hari. Manifestasi klinis AI adalah batuk, pilek dan demam. Demam biaanya cukup tinggi yaitu >38C. Gejala lain berupa nyeri tenggorokans,sefalgia,mialgia,dan malaise.Sifat Virus : Dalam air sampai 4 hari pada suhu 220C, 35 hari pada suhu 4 0C dan > 30 hari pada suhu O0 C Dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas sakit dapat hidup lama Virus mati pada pemanasan 600C selama 30 menit atau 560C selama 3 jam atau 800C selama 1 menit. Pada telur ayam mati pada suhu 640C selama 4,5 menit Virus mati dengan diterjen, disinfektan (formalin, cairan yg mengandung iodin atau alkohol )c. Patogenesis:Penyebaran virus AI terjadi melalui udara (droplet infection) dimana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran nafas atau langsung memasuki membrane alveoli (tergantung ukuran droplet) Virus yang tertanam pada membrane mukosa akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies darimana virus berasal. Virus AI manusia (Human influenza viruses) dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloglikosakarida yang berasal dari membrane sel dimana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa yang melalui ikatan 2,6 linkage. Virus AI dapat berikatan dengan membrane sel mukosa melalui ikatan yang berbeda yaitu ikatan 2,3 linkage. Adanya mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat mengadakn replikasi secara efisien pada manusia. Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga perlekatan virus dengan sel epitel saluran nafas dapat dicegah. Tetapi virus yang mengandung protein neurominidase pada permukaannya dapat memecah ikatan tresebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran nafas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat virus dapat menyebar ke sel-sel di dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel columnar bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi.d. Manifestasia. Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) yang sakit/mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya dan produk mentahnya dalam 7 ahri terakhir dalam 7 hari terakhir sebelum timbulnya gejala di atas.b. Pernah tinggal di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak biasa dalam 14hari terakhir sebelum timbul gejala di atas.c. Pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atasd. Pernah kontak dengan specimen AI H5N1 dalam 7 hari sebelum timbul gejala di atas (bekerja di laboratorium untuk AI)e. Ditemukan lekopeni 3000/lf. Ditemukan adanya titer antibody terhadap h5 dengan pemeriksaan HI test menggunakan eritrosit kuda atau tes Elisa unruk influensa A tanpa subtypeAtauKematian akibat Acute Rspiratory Distress Syndrome (ARDS)dengan satu atau lebih gejala di bawah ini:a. Lekopeni dengan atau tanpa trombositopeni (trombosit