Resume Data Seksi Kependudukan BPS Provinsi Papua Barat

6
Penduduk dan Ketenagakerjaan Papua Barat Proyeksi Penduduk Papua Barat 2005-2009 Kabupaten/Kota 2005 2006 2007 2008 Mid Mid Mid Mid (1) (2) (3) (4) (5) Fakfak 63,097 64,367 65,645 66,925 Kaimana 39,742 40,541 41,346 42,152 Teluk Wondama 21,849 22,289 22,731 23,174 Menurut hasil proyeksi SP2000 dan SUPAS 2005 diperoleh penduduk Papua Barat mencapai jumlah 743.860 jiwa pada tahun 2009. Dengan asumsi fertilitas dan mortalitas terus mengalami penurunan secara teratur dan migrasi berpola tetap. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, pada tahun 2010 jumlah penduduk Papua Barat hasil SP2010 melebihi angka Proyeksi. Pola mobilitas penduduk berubah terkait dengan otonomi khusus yang terjadi di Papua barat berdampak pada derasnya mobilitas penduduk yang masuk ke Papua Barat. Perbedaan ini yang mengakibatkan hasil SP2010 melenceng lebih tinggi dibandingkan angka proyeksi. Jumlah dan Distribusi Penduduk Papua Barat Hasil Sensus Penduduk 2010

description

a

Transcript of Resume Data Seksi Kependudukan BPS Provinsi Papua Barat

Page 1: Resume Data Seksi Kependudukan BPS Provinsi Papua Barat

Penduduk dan Ketenagakerjaan Papua Barat

Proyeksi Penduduk Papua Barat 2005-2009

Kabupaten/Kota 2005 2006 2007 2008 2009Mid Mid Mid Mid Mid

(1) (2) (3) (4) (5) (6)Fakfak 63,097 64,367 65,645 66,925 68,116 Kaimana 39,742 40,541 41,346 42,152 42,810 Teluk Wondama 21,849 22,289 22,731 23,174 23,569

Menurut hasil proyeksi SP2000 dan SUPAS 2005 diperoleh penduduk Papua Barat mencapai jumlah 743.860 jiwa pada tahun 2009. Dengan asumsi fertilitas dan mortalitas terus mengalami penurunan secara teratur dan migrasi berpola tetap. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, pada tahun 2010 jumlah penduduk Papua Barat hasil SP2010 melebihi angka Proyeksi. Pola mobilitas penduduk berubah terkait dengan otonomi khusus yang terjadi di Papua barat berdampak pada derasnya mobilitas penduduk yang masuk ke Papua Barat. Perbedaan ini yang mengakibatkan hasil SP2010 melenceng lebih tinggi dibandingkan angka proyeksi.

Jumlah dan Distribusi Penduduk Papua BaratHasil Sensus Penduduk 2010

Page 2: Resume Data Seksi Kependudukan BPS Provinsi Papua Barat

Kabupaten/Kota Jumlah

Penduduk Distribusi Penduduk

[1] [2] [3]

Kabupaten Fakfak 67.153 8,83

Kaimana 46.243 6,08 Teluk Wondama 26.311 3,46 Teluk Bintuni 52.403 6,89 Manokwari 187.591 24,66 Sorong Selatan 37.579 4,94 Sorong 70.635 9,28 Raja Ampat 42.471 5,58 Tambraw 6.393 0,84 Maybrat 33.735 4,43 Kota

Sorong 190.341 25,02 Papua Barat 760.855 100,00

Tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk Papua Barat terkonsentrasi di Kota Sorong dan Kabupaten Manokwari. Teori gravitasi mengungkapkan bahwa penduduk akan menuju ke daerah dengan tingkat perkonomian yang lebih baik, daerah pusat bisnis, daerah dengan fasilitas publik lebih banyak. Jadi tidak salah jika Kota Sorong dan Manokwari menjadi daerah pemusatan penduduk.

0-45-9

10-1415-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-6465-6970-74

75+

50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000

Piramida Penduduk Papua Barat 2009

Laki-laki Perempuan

Page 3: Resume Data Seksi Kependudukan BPS Provinsi Papua Barat

Apabila dilihat dari struktur umur penduduk, tampak dari piramida di atas bahwa Papua Barat adalah daerah dengan tipe penduduk muda. Penduduk menumpuk di kelompok umur muda. Pola fertilitas masih menyumbang bilangan cukup besar pada kelompok muda.

Besaran proporsi penduduk usia muda akan membebani penduduk usia produktif, karena penduduk yang berada pada usia di bawah 15 tahun secara ekonomi tidak menghasilkan dan biaya hidup mereka justru yang paling tinggi. Sehingga ketika dibandingkan dengan penduduk usia produktif maka mereka akan menjadi suatu beban/ketergantungan. Ukuran yang digunakan untuk melihat tingkat ketergantungan adalah Dependency Ratio (DR=Rasio Ketergantungan=RK) yaitu perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (15 tahun ke bawah(Youth) dan 65 tahun ke atas(Old)) terhadap total penduduk usia produktif (15-64 tahun).

Dependency Ratio Papua Barat 2005-2009

Sumber: Proyeksi Penduduk 2005-2025, BPS

Tabel di atas menunjukkan secara ekonomi kondisi ketergantungan semakin menguntungkan. Terlihat bahwa DR semakin menurun hingga mencapai 48,39 persen yang artinya setiap 1 orang penduduk tidak produktif ditanggung oleh 2 orang yang produktif. Ketergantungan penduduk muda (youth DR) lambat laun menurun yang artinya pengeluaran tinggi untuk menghidupi penduduk usia muda semakin berkurang. Apabila semua penduduk produktif pada tahun 2009 terserap dalam lapangan pekerjaan maka ini akan menjadi kondisi yang sangat baik bagi perekonomian di Papua Barat.

Namun pada kenyataannya pada tahun 2009 tidak semua penduduk usia produktif terlibat dalam pasar kerja. Berdasar skema ketenagakerjaan Papua Barat tahun 2009, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Papua Barat hanya mencapai 68,52 persen. Artinya bahwa dari seratus penduduk usia 15 tahun ke atas, hanya 61 orang yang masuk dalam angkatan kerja. Itu pun tidak semua terserap dalam lapangan pekerjaan. Masih ada 7,56 persen yang menganggur.

Skema Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat 2009

Page 4: Resume Data Seksi Kependudukan BPS Provinsi Papua Barat

Sumber: Diolah dari Sakernas Agustus 2009, BPS

Meski demikian, Papua Barat cukup berbangga karena Tingkat Pengangguran Terbuka terus mengalami penurunan dari tahun 2006 hingga 2009. Pada tahun 2006 bernilai 10,17 persen turun menjadi 7,56 persen pada tahun 2009.

Sumber: Diolah dari Sakernas Agustus 2006 – 2009, BPS

Penduduk usia 15 thn ke atas

Angkatan Kerja

68,52 %

Bekerja92,44 %

Menganggur7,56 %

Bukan Angkatan Kerja

31,48 %

Sekolah34,26 %

Mengurus Rumahtangga

55,24 %

Lainnya10,50 %

Page 5: Resume Data Seksi Kependudukan BPS Provinsi Papua Barat

Struktur perekonomian Papua Barat dapat dilihat dari grafik di atas. Penduduk Papua Barat yang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor Pertanian mencapai 57 persen, diikuti oleh sektor Jasa kemasyarakatan (16 persen), dan Perdagangan (10 %). Dilihat dari produktifitasnya jelas pertanian secara ekonomi sumbangannya tidak semaksimal sektor lain. Sehingga jika dihitung secara ekonomi, persediaan penduduk usia produktif yang bekerja dan terserap dalam lapangan pekerjaan pertanian belum mampu memberi nilai ekonomi tinggi di Papua Barat. Kondisi ini belum bisa memberikan keuntungan optimum bagi perekonomian di Papua Barat.