resume 01
-
Upload
hilman-muhammad-ramdhan -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of resume 01
KRISTAL DAN KRISTALOGRAFI
A. Kristal
Kristal yaitu suatu benda padat homogen dari unsur-unsur kimia yang
berbentuk secara teratur dibatasi oleh bidang permukaan yang menggambarkan
adanya bidang.
Dalam suatu Kristal memiliki 2 macam simetri yaitu simetri translasi dan
simetri rotasi.
1. Simetri translasi
Simetri translasi yaitu merupakan suatu simetri yang terjadi akibat
penggeseran tanpa rotasi yang tidak akan mengubah bentuk dari kristal tersebut.
untuk suatu benda, penggeseranya akan tetap menggambarkan yang simetris.
Jadi simetri translasi yaitu suatu sumbu simetri yang dapat diperoleh dengan
cara menggerakan atau memindah posisi suatu bahan tanpa rotasi pada satu
arah.
2. Simetri rotasi
Simetri rotasi merupakan simetri yang diakibatkan rotasi benda pada
sumbunya akan kembali menggambarkan bentuk-bentuk yang sama. Suatu
Kristal pasti memiliki berntuk yang berbeda-beda. Namun apa yang membuat
Kristal tersebut memiliki bentuk yang berbeda-beda? Perbedaan bentuk Kristal
dapat disebabkan oleh suatu kondisi pertumbuhan suatu kristal. Misalnya saja
dalam suatu pertumbahan yang berlangsung keluar dalam suatu peleburan yang
biasa juga disebut dengan melt dengan tanpa rintangan atau dibatasi oleh
adanya suatu padatan-padatan lainya.
Pada sistem kristal ada 7 sistem kristal yaitu diantaranya triklin, monoklin,
ortorombik, tetragonal, trigonal, hexagonal dan cubic.
1. Triklin
Sistem ini memiliki 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β
≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya
Gambar 1 Sistem Triklin
Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak
ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk
sudut 80˚ terhadap c+. Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas yaitu Pedial dan
Pinakoidal. Contoh mineral dengan sistem kristal triklin yaitu albite, anorthite,
labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase.
2. Monoklin
Monoklin yaitu merupakan sistem kristal yang hanya mempunyai satu
sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus
terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak
lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak
sama, yang umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , jadi
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain. Memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Maka sudut α dan β saling
tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus.
Gambar 2 Sistem Monoklin
Sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang.
Maka tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-
sumbunya. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ. Sistem Monoklin dibagi
menjadi 3 kelas diantaranya sfenoid, doma dan prisma. Contoh mineral dengan
sistem kristal Monoklin ini yaitu azurite, malachite, colemanite dan gypsum.
3. Ortorombik
Sistem Ortorombik ini disebut juga sistem Rhombis yang mempunyai 3
sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga
sumbu tersebut memiliki panjang yang berbeda. Kristal Ortorombik memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , sehingga panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang dan berbeda satu sama lain. Memiliki sudut kristalografi
α = β = γ = 90˚. Maka pada sistem ini ketiga sudutnya saling tegak lurus 90˚.
Gambar 3 Sistem Ortorombik
Sistem Ortorombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang.
Sehingga tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-
sumbunya. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Sistem ini dibagi menjadi
3 kelas yaitu bisfenoid, piramid dan bipiramid. Contoh mineral denga sistem
kristal Ortorombik ini diantaranya topaz dan peridot.
4. Tetragonal
Sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling
tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai panjang yang sama. Sedangkan sumbu
c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Sistem Tetragonal memiliki
axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , sehingga panjang sumbu a sama
dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Maka semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ )
tegak lurus satu sama lain 90˚.
Gambar 4 Sistem Tetragonal
Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 :
6. Berarti pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 untuk perbandingan dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Sehingga antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚
terhadap sumbu bˉ.Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas piramid, bipiramid,
bisfenoid, trapezohedral, ditetragonal Piramid, skalenohedral dan ditetragonal
Bipiramid. Contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal diantaranya zircon
dan rutile.
5. Trigonal
Sistem Trigonal mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu
beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal.
Demikian pula cara penggambarannya yang sama. Perbedaannya bila pada
sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam,
kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang
melewati satu titik sudutnya. Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama
dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga mempunyai sudut
kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Maka sudut α dan β saling tegak lurus dan
membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Gambar 5Sistem Trigonal
Sistem kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.
berarti pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 sebagai perbandingan.
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. sehingga a+ memiliki nilai
20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas yaitu trigonal piramid, trigonal trapezohedral,
ditrigonal piramid, ditrigonal skalenohedral dan rombohedral. Contoh mineral
dengan sistem kristal Trigonal diantaranya quartz dan corundum.
6. Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk
sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sumbu a, b, dan d memiliki panjang sama.
tetapi panjang c berbeda dapat lebih panjang atau lebih pendek.
Sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b
= d ≠ c , berarti panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi
α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Maka sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk
sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Gambar 6Sistem Hexagonal
Sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.
Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai sebagai perbandingan.
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. maka antara sumbu a+
memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚
terhadap sumbu b+. Sistem ini dibagi menjadi 7 yaituhexagonal piramid,
hexagonal bipramid, dihexagonal piramid, dihexagonal bipiramid, trigonal
bipiramid, ditrigonal bipiramid dan hexagonal trapezohedral. Contoh mineral
dengan sistem kristal Hexagonal diantaranya beryl dan apatite.
7. Cubic
Sistem ini disebut juga sistem kristal regular, isometrik atau dikenal pula
dengan sistem kristal kubus atau Cubic. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang
yang sama untuk tiap sumbunya. Sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu c. Juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ =
90˚. Berarti semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain 90˚.
Gambar 7Sistem Cubic
Sistem ini memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Dan sudut
antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. sehingga bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚
terhadap sumbu bˉ. Sistem isometrik dibagi menjadi 5 kelas yaitu tetaoidal,
gyroida, diploida, hextetrahedral dan hexoctahedral. Contoh mineral dengan
system kristal Cubic ini diantaranya gold, pyrite, galena, diamond dan fluorite.
B. Kristalografi
Kristalografi yaitu ilmu yang mengkaji atau sebuah kajian terhadap
Kristal-kristal yang meliputi suatu pertumbuhanya, bangun atau yang sering
disebut dengan struktur, sifat-sifat fisiknya, juga berbagai macam klasifikasi yang
dimuat berdasarkan struktur batuanya.
Kristal yaitu merupakan suatu padatan yang mempunyai atom, molekul,
atau ion penyusunya yang terkemas secara teratur dengan memiliki pola yang
teratur berulang-ulang secara tiga dimensi.
Struktur kristal akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada suatu
bahan kimia cairanya sendiri, kondisi ketika terjadi suatu pemadatan, dan
tekanan yang dimana suatu apa yang disebut juga dengan ambien. Dan setiap
prosesnya disebut juga dengan kristalisasi. Dalam suatu proses pendinginan
sering sekali dijumpai hasil bahan yang kristalin, dalam suatu keadaan tertentu
yang dimana cairannya bisa saja membeku dalam bentuk non-kristalin. Dan
kristalin dapat dikatakan sebagai suatu partikel yang tersusun secara teratur.
Namun suatu bentuk non-kristalin biasa disebut juga dengan sebutan amorf atau
seperti gelas. Tapi bentuk seperti ini dapat disebut sebagai suatu padatan amorf
yang meskipun ada perbedaan yang secara jelas yaitu kontras antara padatan
dan gelas.
Pada kristalografi akan ditemukan suatu bahasan mengenai kristal optik.
Kristal optik yaitu merupakan suatu cabang dari suatu ilmu kristalografi yang
memiliki suatu hubungan dengan sifat-sifat optik dari kristal. kristal telah dibatasi
oleh berbagai bidang banyak yang mengikuti hukum-hukum dalam matematika
terutama dalam suatu hukum simetri. serta keteraturan dalam suatu kristal dapat
tercermin dalam suatu permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan
rata yang juga mengikuti pola-pola sebuah pola tertentu. Dalam sebuah Kristal
dapat dilihat bagaimana bentuk kristal dari simetrinya, yaitu dengan cara melihat
bagaimana pola dari suatu keseimbangan dari struktur-struktur atom yang
tercermin pada bentuk luar kristal. Serta tiap jenis dapat memiliki aturan simetri
tersendiri.
Unsur Simetri Kristalografi diantaranya :
1. Zona dan Sumbu Zona
Zona dapat diartikan sebagai satu set bidang-bidang kristal yang terletak
sedemikian sehingga garis-garis potongnya saling sejajar satu sama lain.
Sedangkan sumbu zona yaitu suatu garis yang letaknya sejajar dengan garis
potong dari bidang-bidang yang terletak dalam suatu zona.
2. Inversi (i)
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat (i) jika garis yang ditarik dari
tiap titik pada permukaan kristal selalu melewati pusat kristal dan menghasilkan
titik-titik yang berlawanan arah dan jarak yang sama dari pusat kristal.
3. Bidang simetri/mirror (m)
Bidang simetri/cermin merupakan bidang imajiner yang memisahkan dua
bidang yang mempunyai bentuk muka yang sama dalam ukuran dan bentuknya
pada arah yang berlawanan serta terletak tepat diantara kedua bidangnya.
4. Sumbu simetri/sumbu lipat (n)
Sumbu simetri/sumbu lipat (n) merupakan garis imajiner, yang dimana
hablur dapat berotasi serta menunjukan berapa banyak hablur yang sama dan
sebangun serta benar-benar berimpit. Besar sudut sumbu lipat (n) = 3600/n,
dengan nilai n = 1, 2, 3, 4, dan 6
Suatu kristal memiliki bentuk yang dapat diproyeksikan untuk
mempermudah dalam pengamatan. Proyeksi kristalografi digunakan untuk
melihat atau mengamati secara seksama suatu objek tiga dimensi dari suatu
kristal dijadikan kedalam bentuk 2 dimensi. Pada prinsipnya dalam
memproyeksikan suatu gambar pada kristalografi merupakan suatu
penggambaran ulang terhadap setiap bidang kristal pda saatu sudut pandang
dengan menentukan posisi dan menarik garis secara tegak lurus dari pusat
kristal menuju muka kristal sehingga garis ini dapat memotong suatu bidang
pada suatu proyeksi yang terdapat pada bola.
Pada proyeksi kristal (stereografi) terdapat 4 jenis proyeksi yaitu:
1. Proyeksi Bola
Yang dimana garis normal di tarik dari pusat bola ke bidang hablur pada
bidang hablur dan di teruskan ke bidang hablur.
2. Proyeksi Stereografi
Yaitu proyeksi kristal dimana bidang equator bola atau bidang horizontal
yang melalui bidang equator tersebut.
3. Proyeksi Gnomonik
Proyeksi bola bidang proyeksinya merupakan bidang singgung bola yang
menyinggung bola dan memotong kutub utara bola. Kemudian garis normal
diteruskan menembus bidang singgung. Lalu proyeksikan letaknya yang hampir
tegak lurus terhadap bidang gnomonik yang letaknya akan sangat jauh bahkan
tak terhingga.
4. Orthografi
Yaitu bidang proyeksi dimana saja biasanya di utara atau selatan, seperti
pada bidang gnomonik, dengan cara penarikan suatu titik-titik proyeksi dengan
menarik garis secara tegak lurus dari kutub bola kebidang proyeksi orthografi.
Maka penggambaran-penggambaran pada proyeksi kristal (stereografi)
berguna untuk menunjukan bentuk-bentuk juga ukuran yang relatif dari muka
kristal, dimana dalam penggambaran hal tersebut dinyatakan dalam titik-titik
yang disebut kutub dan hubungan antara titik dengan menarik garis normal ke
pusat kristal sehingga dapat memotong bidang proyeksi yang apabila bidang
tersebut ditempatkan pada pusat bola.
KESIMPULAN
Kristal yaitu suatu benda padat homogen dari unsur-unsur kimia yang
berbentuk secara teratur dibatasi oleh bidang permukaan yang menggambarkan
adanya bidang sedangkan kristalografi yaitu ilmu yang mempelajari atau
mengkaji terhadap kristal-kristal yang meliputi suatu pertumbuhanya, bangun
atau yang sering disebut dengan struktur, sifat-sifat fisiknya, juga berbagai
macam klasifikasi yang dimuat berdasarkan struktur batuanya. Kristal memiliki 7
sistem kristal diantaranya yaitu triklin, monoklin, ortorombik, tetragonal, trigonal,
hexagonal dan cubic. Memiliki 2 macam simetri yaitu simetri translasi dan simetri
rotasi. Memiliki unsur simetri kristalografi yaitu zona dan sumbu zona, inversi (i),
bidang simetri/mirror (m), sumbu simetri/lipat (n). Memiliki proyeksi kristal
(stereografi) yaitu proyeksi bola, stereografi, gnomonik dan orthografi yang
berguna untuk menunjukan bentuk-bentuk juga ukuran yang relatif dari muka
kristal, yang dalam penggambaran hal tersebut dinyatakan dalam titik-titik yang
disebut kutub dan hubungan antara titik dengan menarik garis normal ke pusat
kristal sehingga dapat memotong bidang proyeksi yang apabila bidang tersebut
ditempatkan pada pusat bola.
DAFTAR PUSTAKA
Fajar, adil, 2012, “Kristalografi”,
http://ceritageologi.wordpress.com/2012/12/10/kristalografi.html. Diakses
tanggal 27 September 2013 (online)
Genetic, Rwui , 2011, “Proyeksi Kristal Stereografi”, http://berjuang-
di.blogspot.com/2011/12/proyeksi-kristal-stereografi.html. Diakses tanggal
27 September 2013 (online)
Setya, Handywhite, 2012, “Kristalografi dan Mineralogi”,
http://hmtpunmul.blogspot.com/2012/02/kristalografi-mineralogi.html.
Diakses tanggal 27 September 2013 (online)
Wijaya, Hadi, 2011, “Kristalografi Mineralogi”,
http://hadiwijayatambang.blogspot.com/2011/03/kristalografi-
mineralogi.html. Diakses tanggal 27 September 2013 (online)