RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

19
RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DAN AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL MENURUT PERATURAN OJK (POJK) NOMOR 42/ POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM JURNAL Oleh: TAHI BERDIKARI SITORUS 120200088 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

Transcript of RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

Page 1: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DAN AKIBAT HUKUM

YANG TIMBUL MENURUT PERATURAN OJK (POJK) NOMOR 42/

POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN

PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN

BANK BAGI BANK UMUM

JURNAL

Oleh:

TAHI BERDIKARI SITORUS

120200088

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

Page 2: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...
Page 3: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

ABSTRAK

RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DAN AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL MENURUT PERATURAN

OJK (POJK) NOMOR 42/ POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK

UMUM

Tahi Berdikari Sitorus*)

Prof. Dr. Sunarmi,SH.,M.Hum**)

Tri Murti Lubis,SH.,MH***)

Pemberian kredit terhadap rakyat merupakan salah satu indikator pemeliharaan kepercayaan pemberi kredit dengan nasabah kredit. Salah satu lembaga pemberi kredit adalah bank. Bank adalah lembaga penghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dalam menjalankan kegiatannya, bank sering kali dihadapkan pada kredit bermasalah dalam pengembalian dana kredit. Maka untuk menyelamatkan kredit, dilakukan upaya restrukturisasi kredit. Restrukturisasi kredit dilakukan dengan cara menata ulang isi perjanjian pokok. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif atau doktriner yaitu ditekankan pada penggunaan data sekunder. Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa Studi Kepustakaan atau Studi Dokumen (Documentary Study) dan wawancara (Interview). Lokasi penelitian berada di Bank Sumut Balige, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara.

Restrukturisasi kredit diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, Peraturan OJK Nomor 11/POJK.03/2015 tentang Ketentuan Kehati- hatian dalam Rangka Stimulus Perekonomian Nasional Bagi Bank umum, pada Peraturan OJK Nomor 42/POJK.03/2017 tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Atau Pembiayaan Bank Bagi Bank Umum dirujuk pada Pasal 3 tentang penyelesaian kredit bermasalah dan Pasal 4 yang mencakup tentang kewajiban bank mematuhi ketentuan pedoman pengelolaan kredit. Dalam restrukturisasi kredit didukung oleh penanganan kredit secara profesional. Hambatan restrukturisasi antara lain debitur yang tidak kooperatif dan tidak transparan, bank tidak didukung data usaha debitur, dan bank kesulitan mengawasi usaha debitur. Bank Sumut Cabang Balige dalam menyelesaikan kredit bermasalah lebih mengutamakan upaya restrukturisasi. Hal ini dilihat dari 13 kasus, 6 kasus diupayakan melalui restrukturisasi kredit. Hal ini disebabkan restrukturisasi kredit dianggap lebih efisien dalam mengatasi kredit bermasalah karena tidak membutuhkan waktu yang lama dan merupakan langkah win- win solution, artinya tidak ada pihak yang dirugikan jika dijalankan sesuai dengan ketentuan.

Kata kunci: Restrukturisasi Kredit, Penyelamatan Kredit

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **) Dosen Pembimbing I ***) Dosen Pembimbing II

Page 4: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

ABSTRACT RESTRUCTURED CREDIT PROBLEM AS A RESOLUTION OF CREDIT CREDIT

PROBLEM AND THE LOSS OF OBLIGATIONS BY OJK REGULATION NUMBER 42 / POJK.03 / 2017 CONCERNING THE LIABILITY FOR PREPARATION AND IMPLEMENTATION OF RURAL POLICY OR FINANCING OF BANKS FOR

COMMERCIAL BANKS

Tahi Berdikari Sitorus*)

Prof. Dr. Sunarmi,SH.,M.Hum**)

Tri Murti Lubis,SH.,MH***)

Provision of credit to the people is one of the indicators of maintaining the trust of lenders with credit customers. One of the lending institutions is the bank. The Bank is the institution of collecting public funds and channeling funds back to the community in the form of credit. In carrying out its activities, banks are often confronted with problem loans in credit refunds. So to save the credit, credit restructuring efforts. Credit restructuring is done by rearranging the content of the principal agreement. The research conducted is normative or doctrinal legal research that is emphasized on the use of secondary data. Researchers use data collection tools in the form of Library Studies or Documentary Study (Documentary Study) and interview (Interview). The research location is located in Bank Sumut Balige, Tobasa Regency, North Sumatera Credit restructuring is stipulated in Bank Indonesia Regulation Number 14/15 / PBI / 2012 concerning Asset Quality Rating for Commercial Banks, OJK Regulation Number 11 / POJK.03 / 2015 concerning Prudential Provisions in the Framework of National Economic Stimulus for Commercial Banks in OJK Regulation Number 42 / POJK.03 / 2017 concerning Obligation of Bank Indonesia Credit or Financing Credit Policy and Procedure for Commercial Banks referred to in Article 3 concerning the settlement of non-performing loans and Article 4 covering the obligation of banks to comply with the provisions of credit management guidelines. In credit restructuring supported by professional credit handling. Barriers to restructuring include uncooperative and non-transparent debtors, banks are not supported by debtor business data, and banks have difficulty overseeing the debtor's business. Bank Sumut Balige Branch in finishing problem loans prioritize restructuring efforts. This is seen from 13 cases, 6 cases attempted through credit restructuring. This is because credit restructuring is considered more efficient in overcoming problem loans because it does not take a long time and is a win-win solution, meaning that no party is harmed if run in accordance with the provisions. Keywords: Credit Restructuring, Credit Rescue *) Student of Faculty of Law University of North Sumatera **) 1st Thesis Adviser of Law University of North Sumatera ***) 2nd Thesis Adviser of Law University of North Sumatera

Page 5: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menjalankan kegiatannya di bidang usaha penyaluran kredit, bank

dihadapkan pada permasalahan risiko yaitu risiko pengembalian kredit sehubungan dengan

adanya jangka waktu antara pencairan kredit dengan pembayaran kembali. Kemungkinan

bagi nasabah debitur untuk melakukan wanprestasi masih terbuka. Bentuk wanprestasi

tersebut seperti kondisi dimana kredit yang telah disalurkan bank kepada nasabah debitur

ternyata tidak dapat dibayarkan kembali kepada pihak bank oleh nasabah debitur tepat pada

waktu yang telah diperjanjikan meliputi pinjaman pokok beserta bunga yang telah disepakati

oleh kedua belah pihak. Wanprestasi yang mungkin dilakukan oleh nasabah debitur yang

melakukan perjanjian dengan bank ada empat macam yaitu:1

1. Tidak melakukan apa- apa yang disanggupi akan dilakukannya.

2. Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Kredit dengan kolektibilitas lancar adalah masuk dalam kriteria Perporming Loan,

sedangkan kredit dengan kolektibilitas dalam perhatian khusus kurang lancar diragukan,

kredit macet masuk dalam kriteria kredit bermasalah (non- performing loan). Meskipun

memenuhi kriteria lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, dan diragkan, namun

apabila menurut penilaian keadaan usaha peminjam diperkirakan tidak mampu untuk

mengembailkan sebagian atau seluruh kewajibannya, maka kredit tersebut harus

digolongkan pada kualitas yang lebih rendah.2

Melihat hal tersebut, penulis tertarik untuk menggali dan mengulas lebih dalam lagi

tentang pelaksanaan restrukturisasi kredit bermasalah sebagai upaya penyelamatan kredit

bermasalah. Masalah tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul:

“Restrukturisasi Kredit Bermasalah Sebagai Upaya Penyelamatan Kredit Bermasalah dan

Akibat Hukum yang Timbul Menurut Peraturan OJK (POJK) Nomor 42/POJK.03/2017

Tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Atau Pembiayaan

Bank Bagi Bank Umum”.

1 R. Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: PT. Intermasa. 1979), hal. 45

2 Hermansyah, SH.M.Hum, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Fajar Interpratama

Mandiri), hal. 66

Page 6: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kriteria Yang Menjadi Syarat Agar Dapat Dilakukan Restrukturisasi

1. Restrukturisasi dan Objek Restrukturisasi

Restrukturisasi merupakan langkah strategis yang universal. Tindakan ini menjadi

jalan keluar yang berlaku dalam lingkup sebuah sistem organisasi, dimanapun dan

kapanpun setiap kali unit- unit usaha (termasuk perbankan dan lain- lain) menghadapi

permasalahan- permasalahan financial. Berdasarkan etimologis kata, restrukturisasi berasal

dari kata re yang dalam bahasa Inggris artinya adalah mengulang. Sedangkan struktur

adalah susunan. Maka secara umum, restrukturisasi dapat diartikan sebagai upaya untuk

menata kembali. Hal ini sesuai dengan pengertian restrukturisasi dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Adapun yang menjadi objek dari restrukturisasi adalah struktur itu

sendiri. Struktur yang dimaksud dalam hal ini mencakup perubahan struktur organisasi,

manajemen, operasional, sistem dan prosedur, keuangan, aset, utang, pemegang saham,

legal dan sebagainya.3

Restrukturisasi kredit sangat memungkinkan usaha debitur terus berjalan. Solusi ini

dianggap terbaik saat ini sebab disamping menyelamatkan dana perbankan dan

menyelamatkan usaha debitur juga memberikan manfaat bagi masyarakat pada umunya.

Karena penyelamatan kredit dapat ikut mendukung recovery ekonomi nasional. Dengan

melakukan restrukturisasi kredit, akan memberikan manfaat sebagai berikut : 4

1. Terhindar dari kebangkrutan. Penghindaran ini penting sebab publisitas yang

berkaitan dengan kebangkrutan sangat merugikan bagi usaha yang ada.

2. Dengan demikian akan mengurangai ketidakpastian bagi debitur.

3. Pilihan restrukturisasi kredit adalah fleksibel dan dapat dimodifikasi setelah

pembicaraan dilakukan antara pihak manajemen debitur dengan kreditur.

4. Pembayaran bunga segera dapat diterima oleh debitur dan kemungkinan juga pokok

pinjaman.

5. Kreditur memiliki fleksibelitas, mereka tetap mempunyai hak untuk melikuidasi

perusahaan bila pyoksi-proyeksi tidak terpenuhi.

3 Masyhud Ali, Restrukturisasi Perbankan & Dunia Usaha (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,

2002) hal. 191 4 Antonius Ketut, Restrukturisasi KreditManfaat dan Kendala yang Dihadapi Bagi dan Oleh

Perbankan, Worpress. http://antoniusketut.wordpress.com/manfaat-restrukturisasi-kredit diakses pada 9 April

2018

Page 7: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

2. Jenis- Jenis Restrkturisasi

Berikut beberapa jenis restruturisasi yang sering dilakukan dalam dunia usaha: 5

1. Restrukturisasi bisnis, merupakan penataan kembali rantai bisnis dengan tujuan

untuk meningkatkan daya saing. Beberapa bentuk restrukturisasi bisnis dapat

dijalankan dengan cara seperti:

a. Melakukan joint operation, yaitu melibatkan rekanan baik dalam atau luar negri untuk

bekerjasama dalam mengerjakan proyek yang sama;

b. Mengimplementasikan strategic alliances yang menjadi upaya kerjasama untuk

meningkatkan efisiensi dalam hal jaringan pemasaran, seperti yang dilakukan

beberapa operator penerbangan, yaitu melakukan kerjasama dalam pelayanan jasa

di industri aviasi;

c. Menerapkan sistem strategic business unit yang bertujuan melakukan pemecahan

bisnis ke dalam unit-unit bisnis kecil;

d. Melaksanakan tindakan regrouping, yaitu upaya penyehatan dengan

mengelompokan bisnis yang terkait menjadi satu;

e. Melakukan divestasi pada salah satu SBU yang ada dibawahnya, dimana divestasi

dalam konteks ini adalah melepas atau menghentikan operasi unit bisnis yang tidak

menjanjikan;

f. Alternatif terakhir dalam restrukturisasi bisnis yaitu melakukan likuidasi, yaitu

tindakan menutup unit bisnis atau perusahaan bersangkutan.

2. Restrukturisasi keuangan adalah penataan kembali struktur keuangan untuk

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan

diantaranya:

a. Rescheduling atau penjadwalan kembali pembayaran bunga dan pokok

pinjaman;

b. Mengubah statsu utang menjadi modal sendiri (a debt composition change);

c. Melakukan management buyout (MBO) untuk memberi hak kepada karyawan

dan manajemen, agar dapat membeli dan menjual saham perusahaan ke publik.

3. Restrukturisasi manajemen dan organisasi adalah penataan kembali manajemen

dan struktur organisasi perusahaan, seperti penataan struktur organisasi agar

menjadi lebih ramping. Hal ini dilakukan dengan mengurangi jumlah unit-unit bisnis

yang tidak penting tetapi tetap mempertahankan bisnis inti (downscoping), atau juga

dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah karyawan secara langsung (downsizing).

Restruturisasi organisasi juga dapat diterapkan dengan mengubah struktur

5 Cita Yustisia, Merger, Konsolidasi, Akuisisi & Pemisahan Perusahaan (Jakarta: Visimedia, 2011)

hal. 42

Page 8: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

manajemen (reorganisasi), termasuk merombak jumlah dan susunan dewan

komisaris, atau melakukan perubahan pada status perusahaan itu sendiri. 6

Di dalam dunia perbankan sendiri terdapat empat jenis atau model restrukturisasi

terhadap kredit bermasalah, yaitu:7

1. Reschedulling

Reschedulling adalah upaya untuk memperpanjang jangka waktu dalam

pengembalian hutang atau penjadwalan kembali terhadap hutang debitur pada

pihak kreditur. Dan ini biasanya dengan cara memberikan tambahan waktu lagi

kepada debitur di dalam melakukan pelunasan hutangnya.

2. Debt To Asset Swap

Debt To Asset Swap merupakan pengalihan harta yang dimiliki oleh pihak debitur

dimana pihak debitur sudah tidak sanggup lagi untuk melunasi kewajibannya lagi

kepada pihak-pihak yang memberi pinjaman kepadanya. Dan pengalihan harta atau

aset yang dimiliki oleh debitur ini ditujukan untuk dikuasai oleh kreditur, pihak bank,

atau BPPN. Penguasaan atas aset ini bersifat sementara waktu saja, yaitu sampai

nanti betul-betul terjual dan dapat dipakai untuk melunasi hutang debitur.

3. Debt To Equity Swap

Debt To Equity Swap merupakan suatu langkah yang diambil oleh pihak kreditur

karena kreditur tersebut melihat dan mengamati bahwa perusahaan dari debitur

yang mengalami masalah keuangan tersebut mempunyai nilai ekonomi yang

sangat bagus di masa yang akan datang, dan ini merupakan cara yang bagus bagi

kreditur untuk menambah laba, yaitu dengan cara reklasifikasi tagihan debitur

menjadi penyertaan.

4. Hair Cut

Hair Cut merupakan potongan atau pengurangan atas pembayaran bunga dan

hutang yang dilakukan oleh pihak debitur. Pihak kreditur menyetujui restrukturisasi

hutang debitur dengan metode hair cut karena untuk mengantisipasi kerugian yang

lebih besar jika pihak debitur tidak dapat membayar hutangnya yang terlampau

besar tersebut, misalnya hutang debitur tersebut tidak dapat lagi terbayar

6 Dr. Sulaeman Rahman Nidar, Manajemen Keuangan Perusahaan Modern (Jakarta: Widya

Advertesing, 2015) hal. 52 7 Prof Dr Kamaludin, SE., MM, Restrukturisasi, Merger & Akuisisi (Bengkulu: Cv. Mandar Maju,

2015) hal. 57

Page 9: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

semuanya, jika hal ini sampai terjadi maka pihak kreditur akan mengalami kerugian

yang cukup membawa pengaruh dalam dunia usahanya. Sedangkan jika dilihat dari

pihak debitur, debitur sangat senang karena kewajibannya dapat berkurang

sehingga beban yang harus dikeluarkan perusahaan pun dapat ditekan.

3. Alasan Dilakukan Restrukturisasi Pada Kredit Bermasalah

Restrukturisasi hanya dapat dilakukan terhadap apabila terhadap debitur terdapat

alasan- alasan sebagai berikut: 8

1. Debitur merupakan aset nasional atau terlalu banyak kepentingan publik di

dalamnya sehingga harus dipertahankan.

2. Kelangsungan usaha debitur masih bisa menjanjikan pengembalian utang di masa

yang mendatang.

3. Tingkat pengembalian dengan usaha restrukturisasi masih lebih baik dibandingkan

dengan eksekusi jaminan atau proses kepailitan.

4. Dalam hal terdapat banyak kreditur dengan berbagai macam fasilitas pinjaman,

terdapat kesepakatan mayoritas kreditur untuk menyamakan persepsi dalam

merestrukturisasi utang debitur.

5. Kreditur ikut berkontribusi dalam masalah- masalah yang dihadapi oleh debitur atau

turut serta menjadikannya tidak mampu untuk mengembalikan utang.

6. Dokumentasi transaksi pembiayaan mengandung banyak kelemahan sehingga sulit

untuk menjamin tingkat pengembalian yang wajar.

7. Dukungan pemerintah Indonesia

8. Litigasi atau penyelesaian sengketa tidak menjamin tingkat pengembalian yang

tinggi dan waktu yang cepat.

4. Keunggulan dan Kelemahan Restrukturisasi

Beberapa keunggulan restrukturisasi kredit adalah sebagai berikut: 9

1. Waktu yang lebih efisien. Berbeda dengan proses penyelesaian kredit, restrukturisasi

kredit lebih singkat jangka waktunya. Sedangkan jika menempuh langkah penyelesaian

kredit, maka akan memakan waktu yang lama karena dilakukan melalui berbagai proses

pengadilan.

8 Lindia Halim, Restrukturisasi Utang Untuk Mencegah Kepailitan, Tesis (Medan: Program Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2008) hal. 83 9

Dr. Ahmad Subagyo, SE, MM, Teknik Penyelesaian Kredit Bermasalah (Jakarta: Mitra

Wacanamedia, 2015) hal. 92

Page 10: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

2. Solusi bagi debitur yang beritikad baik. Banyak debitur yang pada dasarnya ingin

melunasi kreditnya. Namun mengalami kesulitan dalam menjalankan usahanya yang

berdampak pada kreditnya menjadi macet. Maka pihak bank memberikan solusi kepada

debitur yang beritikad baik melalui langkah restrukturisasi.

3. Merupakan langkah win- win solution yang artinya memberikan keuntungan bagi kedua

pihak. Dengan restrukturisasi kredit, kredit akan tetap berlanjut dan tidak akan ada

pihak yang mengalami kerugian melalui langkah restrukturisasi kredit ini.

4. Pilihan restrukturisasi yang fleksibel, sehingga debitur dapat membicarakan kondisi

keuangannya pada pihak debitur untuk memodifikasi struktur perkreditannya.

Selain keunggulan, ternyata tindakan restrukturisasi kredit ternyata juga mempunyai

kelemahan dalam pelakasanaannya. Diantaranya sebagai berikut:10

1. Pihak debitur melakukan restrukturisasi hanya sebagai cara untuk menghindari

penjualan jaminan kredit melalui lelang. Setelah restrukturisasi diterima oleh pihak bank,

namun masih saja kredit yang seharusnya dibayarkan oleh debitur tetap mengalami

kemacetan.

2. Kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan restrukturisasi, sehingga celah ini

dimanfaatkan beberapa pihak untuk berbuat curang. Perbuatan curang ini dilakukan

antara debitur dengan petugas bank yang menangani restrukturisasi. Caranya adalah

debitur memberikan keuntungan pribadi kepada petugas bank untuk dapat menerima

pengajuan restrukturisasinya sementara keadaan yang sebenarnya tidak mungkin

dilakukan restrukturisasi terhadap kredit debitur yang bermasalah.

3. Inkonsistensi pengaturan restrukturisasi, pada tahun 2015, OJK mengeluarkan aturan

Nomor 11/POJK.03/2015 tentang Ketentuan Kehati- hatian dalam Rangka Stimulus

Perenomian Nasional Bagi Bank Umum. Di dalam aturan tersebut dijelaskan bahwa

dalam melaksanakan restrukturisasi kredit hanya diperlukan satu pilar saja yang

sebelumnya menggunakan tiga pilar. Namun aturan ini hanya berlaku dua tahun, yang

mana pada tanggal 1 Agustus 2017 aturan ini dicabut dan pelaksanaan restrukturisasi

kredit kembali menggunakan tiga pilar.

5. Kriteria yang Harus Dipenuhi Debitur Agar Dapat Dilakukan Restrukturisasi Kredit

Pelaksanaan restrukturisasi kredit tidak diperuntukkan untuk semua debitur yang

kreditnya bermasalah. Restrukturisasi kredit diperuntukkan untuk kasus- kasus tertentu,

misalnya sebagai berikut: 11

10

Ibid. hal. 95

Page 11: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

1. Terjadi penurunan sumber pendapatan yang tidak terlalu drastis, sehingga hanya

dengan memperpanjang waktu pinjaman, angsuran baru yang sesuai dengan

kemampuan barunya dapat terpenuhi.

2. Sama dengan nomor 1, namun pilihannya bunga yang diturunkan, dan pilihan ini

sangat jarang diberikan pihak Bank.

3. Terjadi penurunan sumber pendapatan secara drastis, sehingga angsuran yang

sesuai dengan kemampuan barunya sangatlah turun jauh sehingga dilakukan

perpanjangan waktu sekaligus menurunkan bunga pinjamannya.

4. Hal ini diberikan kepada debitur yang mengalami kebakaran atau bencana alam,

namun hanya sedikit modal usahanya terbakar atau rusak akibat bencana alam,

biasanya maksimal hanya 6 bulan.

5. Sama dengan nomor empat, hanya saja hampir seluruh modal usahanya terbakar

atau rusak akibat bencana alam, biasanya maksimal hanya 3 bulan.

B. Akibat Hukum yang Timbul Setelah Restrukturisasi

1. Restrukturisasi Sebagai Salah Satu Upaya Penyelamatan Kredit Bermasalah

Restrukturisasi kredit bermasalah adalah suatu upaya penyelamatan kredit

perbankan dan juga upaya menyehatkan kembali keuangan nasabah kredit termasuk

penyehatan aset bank sehingga dengan lancarnya kembali pembayaran kredit oleh debitur

maka akan menciptakan suatu penyelamatan dan penyehatan di kedua sisi yaitu bank

sebagai pihak kreditur dari segi penyelamatan kredit dan penyehatan aset bank dan dari sisi

nasabah kredit penyehatan kembali kelangsungan usahanya sehingga dapat berjalan

sebagaimana mestinya. 12

Dalam praktiknya, penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan para pihak bank

dilakukan dengan dua cara, yaitu negosiasi dan litigasi. Namun, tetap diakui bahwa kedua

alternatif tersebut terlepas dari adanya bank- bank yang melakukan penagihan kredit

bermasalah dengan menggunakan jasa debt collector yang merupakan bukan pihak yang

berwenang untuk melakukan tindakan tersebut. 13

Penyelesaian dengan cara negosiasi ini dilakukan terhadap debitut yang usahanya

masih berjalan meskipun tersendat- sendat, mampu membayar bunga kredit meskipun

11

http://infokreditbank.blogspot.co.id/2016/02/restrukturisasi-kredit.html diakses pada 5 April 2018 12 Johannes Ibrahim, Aneka Jenis Perjanjian Kredit Perbankan, (Surabaya: Mitra Ilmu, 2010) hal. 69 13 Hasanuddin Rahman, Aspek- aspek Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 1998) hal. 128

Page 12: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

kemampuannya telah melemah dan tidak mampu membayar angsurannya. Bahkan tehadap

debitur yang usahanya sudah tidak berjalanpun dapat dilakukan negosiasi. 14

2. Akibat Hukum yang Timbul dari Restrukturisasi Kredit

Dengan terjadinya restrukturisasi kredit bermasalah maka akibat hukumnya adalah

akan terjadi perubahan kesepakatan antara pihak bank yang dalam hal ini disebut kreditur

dan nasabah kredit disebut sebagai debitur. Perubahan tersebut dibuat pihak kreditur dan

debitur dalam bentuk kesepakatan- kesepakatan baru dalam restrukturisasi kredit

bermasalah. Ketentuan yang dimaksud yaitu tata cara pembayaran kredit, jadwal

pembayaran, besarnya jumlah angsuran kredit yang harus dibayarkan debitur kepada pihak

kreditur dan juga hak dan kewajiban lainnya dari kreditur dan debitur yang atas kesepakatan

bersama akan dituangkan ke dalam suatau akta perjanjian kredit yang baru dalam upaya

pelaksanaan penyelesaian kredit bermasalah tersebut. 15

Pelaksanaan restrukturisasi kredit bermasalah oleh bank selaku kreditur terhadap

nasabah peminjam selaku debitur mengakibatkan terjadinya perubahan klausul tentang hak

dan kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Hal ini berarti

terjadi pembaharuan perjanjian kredit telah terlebih dahulu dilakukan negosiasi diantara

kreditur dan debitur untuk menyepakati tata cara, syarat dan ketentuan yang harus dipatuhi

dan dilaksanakan oleh pihak bank selaku kreditur maupun nasabah peminjam selaku

debitur. 16

3. Alternatif Lain Penyelamatan Kredit Bermasalah Apabila Restrukturisasi

Dinyatakan Gagal

Upaya restrukturisasi dapat diajukan debitur sebanyak dua kali. Namun jika tetap

gagal maka alternatif lain yang dapat dilakukan misalnya sebagai berikut ini: 17

1. Penjualan aset jaminan ataupun non jaminan di bawah tangan. Penjualan aset

jaminan ataupun non jaminan di bawah tangan dilakukan sukarela oleh debitur,

upaya ini dilakukan dengan cara dilelang namun tidak melibatkan pihak

pengadilan.

14 Ibid. 15

Iswi Haryani, SH.MH, Hapus Bunga & Hapus Tagih (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2009) hal. 112 16

Hasanuddin Rahman, Aspek- aspek Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 1998) hal. 97 17

Mangatur Nainggolan, Strategi Pengelamatan Kredit Macet, Wordpress.

https://wordpress.com//mangaturnainggolan.co.id/2016 diakses pada 14 April 2018

Page 13: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

2. Face Out. Penyelamatan kredit dengan mengalihkan/ menjual hak tagih terhadap

debitur kepada kreditur lain yang dalam hal ini umumnya adalah bank atau

perusahaan finansial lain yang kegiatan usahanya adalah mengelola kredit.

3. Penyertaan Sementara Bank (PSB). Penyertaan Sementara Bank (PSB) adalah

penyertaan modal oleh bank pada perusahaan debitur untuk mengatasi

kegagalan kredit termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi

wajib dengan opsi saham atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank

memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan tertentu.

4. Perjanjian Penyelesaian Hutang (PPH). Perjanjian yang dibuat antara debitur

dengan bank yang menyatakan hutang debitur akan diselesaikan dengan

melakukan sejumlah pembayaran/ penyerahan aset yang telah disepakati antara

debitur dan bank.

C. IMPLEMENTASI RESTRUKTURISASI KREDIT BERMASALAH MENURUT

PERATURAN OJK NOMOR 42/POJK.03/2017 DAN PERATURAN LAIN YANG

TERKAIT

1. Pengaturan Pelaksanaan Kredit Bermasalah

Pada tahun 2012 Bank Indonesia mengeluarkan petunjuk dan pedoman tentang tata

cara penyelamatan kredit melalui restrukturisasi kredit yaitu dengan berpedoman kepada

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset

Bank Umum. Beberapa kebijakan dalam penyelamatan kredit macet berdasarkan

peraturan tersebut pada Pasal 52 dan 53, yaitu sebagai berikut:

Pasal 52

Bank hanya dapat melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitur yang memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. Mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/ atau bunga kredit;

b. Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah

kredit dirsetrukturisasi.

Pasal 53

Bank dilarang melakukan restrukturisasi kredit dengan tujuan hanya untuk:

b. Memperbaiki kualitas kredit;

c. Menghindari peningkatan pembentukan PPA tanpa memperhatikan kriteria debitur

sebagaimana dimaksud Pasal 52.

Dalam Peraturan OJK Nomor 42/ POJK. 03/2017 tidak menyebutkan secara

langsung tentang pelaksanaan restrukturisasi kredit. Tapi dirujuk pada Pasal 3 bahwa

Page 14: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

kebijakan perkreditan bank paling sedikit memuat dan mengatur hal pokok sebagaimana

ditetapkan dalam Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan atau Pembiayaan Bank

sebagai berikut:

1. Prinsip kehati- hatian dalam perkreditan, hal ini sejalan dengan analisa terhebih

dahulu terhadap debitur sebelum melakukan restrukturisasi.

2. Organisasi dan manajemen perkreditan, pedoman ini menjadi hal yang distruktur

ulang ketika melaksanakan restrukturisasi kredit bermasalah.

3. Kebijakan persetujuan kredit atau pembiayaan.

4. Dokumentasi dan administrasi kredit. Telah dijelaskan pada Bab III bahwa salah satu

alasan melakukan restrukturisasi kredit adalah untuk dokumentasi kredit.

5. Pengawasan kredit, ini dilakukan untuk mengantisipasi kredit bermasalah melalui

perilaku debitur.

6. Penyelesaian kredit, merupakan langkah untuk menuntaskan permasalahan kredit.

Hal ini dilakukan dengan dua cara, yaitu penyelematan kredit dan pengakhiran kredit.

Terkait dengan sanksi pidana yang diberikan apabila penanganan restrukturisasi

kredit ini dilakukan tidak sesuai prosedur tercantum dalam Pasal 49 ayat 1 Undang- undang

Nomor 10 Tahun 1998:

“Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja:

a. Membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau

proses laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan

transaksi atau rekening suatu bank;

b. Menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak dilakukannya

pencatatan dalam pembukuan atau laporan, maupun dalam dokumen atau

laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;

c. Mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan

adanya suatau pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun

dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening

suatu bank, atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan, menghilangkan,

menyembunyikan atau merusak catatan pembukuan tersebut diancam dengan

pidana penjara sekurang- kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima

belas) tahun serta denda sekurang- kurangnya Rp 10.000.000.000 (sepuluh

miliar rupiah) dan paling banyak Rp200.000.000.000 (dua tarus miliar rupiah).”

2. Tata Cara Pelaksanaan Restrukurisasi Kredit

Untuk dapat melakukan restrukturisasi kredit, ada syarat- syarat yang harus

dipenuhi, syarat- syarat tersebut antara lain:

Page 15: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

1. Debitur mengalami kesulitan dalam hal melakukan pembayaran pokok dan/atau

bunga, namun mempunyai kemauan yang kuat untuk membayar.

2. Telah dilakukan analisa ulang terhadap kondisi usaha atau keuangan debitur

oleh Analis Kredit dan telah disetujui oleh Loan Committee.

3. Semua administrasi yang menyangkut kredit atas nama Debitur harus lengkap

dan benar serta telah diperiksa oleh Legal Officer.

4. Debitur telah menandatangani perjanjian atau akad Restrukturisasi Kredit.

Setelah syarat- syarat di atas telah dipenuhi, debitur menyerahkan surat permohonan

restrukturisasi kredit kepada pihak yang berwenang melakukan restrukturisasi di bank

tersebut. Yang berwenang untuk melakukan restrukturisasi kredit adalah Direksi

berdasarkan Memo Intern yang diajukan oleh Manager Bisnis. Direksi berwenang

memberikan kebijaksanaan terhadap jumlah Kredit yang harus dibayar oleh Debitur

termasuk jangka waktu, suku bunga dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Restrukturisasi

Kredit tersebut. Perkembangan penanganan kredit yang direstrukturisasi harus dilaporkan

oleh Manager Bisnis kepada Direksi dan/atau Dewan Komisaris secara berkala. Hak dan

kewajiban debitur serta persyaratan lainnya dalam rangka restrukturisasi harus dituangkan

dalam perubahan (addendum) perjanjian kredit secara tertulis.

3. Faktor- faktor Pendukung dan Penghambat dalam Upaya Penyelamatan Melalui

Restrukturisasi

Dalam pelaksanaan restrukturisasi ada beberapa faktor yang menjadi faktor

pendukung. Faktor pendukung dari internal bank yaitu para pegawai kredit bank yang

profesional siap membantu debitur dalam melakukan restrukturisasi dan siap memberikan

alternatif serta masukan yang lebih baik terhadap masalah yang dihadapi debitur sehingga

debitur memiliki opsi dalam mengatasi permasalahan yang ada.

Namun restrukturisasi kredit ini bukanlah tanpa hambatan. Faktor- faktor

penghambat restrukturisasi kredit antara lain: 18

1. Debitur sulit untuk diajak bekerjasama. Contohnya seperti pada saat

melakukan pemanggilan dan kemudian dilakukan peringatan sebanyak 3 (tiga)

kali oleh bank yang bertujuan untuk memberitahukan kepada debitur bahwa

kondisi kreditnya dalam kolektibilitas macet, akan tetapi debitur tidak

menghiraukannya artinya dalam hal ini debitur tidak beritikad baik.

2. Tidak adanya keterbukaan debitur pada saat dilakukan negosiasi oleh bank.

Dalam hal ini, debitur ingin memperoleh keringanan yang maksimal sedangkan

18

Rizal Mahmudin, Kendala Restrukturisasi, Ekonomi Akurat. https://ekonomi.akurat.co.id/-read-

empat-kendala-kreditkumkm diakses pada 10 Paril 2018

Page 16: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

bank mencoba untuk mencapai kesepakatan yang paling baik dari negosiasi agar

tidak merugikan pihak bank maupun debitur.

3. Bank mengalami kesulitan dalam melakukan pendekatan terhadap debitur

karena sikap debitur yang tidak kooperatif. Dapat dilihat bahwa debitur

tidak mau diajak bernegosiasi untuk melakukan restrukturisasi kredit.

4. Isi putusan restrukturisasi yang telah disepakati bersama antara kreditur

dengan debitur tidak dijalankan sesuai dengan kesepakatan. Contohnya seperti

kewajiban untuk membayar angsuran tidak dibayarkan sesuai dengan apa yang

telah disepakati. Hal ini menunjukkan tidak adanya itikad baik debitur,

padahal sebenarnya isi putusan tersebut membantu debitur untuk

menyelamatkan kreditnya.

5. Restrukturisasi kredit tidak didukung dengan informasi mengenai dokumen

yang lengkap tentang usaha debitur. Seharusnya data- data yang diperlukan

dalam proses restrukturisasi harus sesuai dengan kenyataan yang telah dipaparkan

sebelumnya oleh debitur pada saat dokumentasi restrukturisasi.

6. Bank mengalami kesulitan untuk melakukan pengawasan terhadap usaha

debitur maupun kondisi keuangan debitur secara langsung. Karena bank tidak

dapat meninjau dan mengawasi perkembangan usaha debitur secara terus

menerus.

4. Analisis Pelaksanaan Restrukturisasi Pada Bank Daerah Sumatera Utara (Bank

Sumut) Cabang Balige Tobasa

Dari informasi yang penulis dapatkan dari staf Administrasi Kredit Bank Sumut

Cabang Balige, dikatakan bahwa pada saat penulis melakukan penelitian ini telah

berlangsung 13 kasus kredit bermasalah. Dapat penulis identifikasi mengenai sebab- sebab

terjadinya kredit bermasalah dari golongan debitur di Bank Sumut Cabang Balige Tobasa

adalah sebagai berikut: 19

1. Sebab karena pemutusan hubungan kerja.

2. Sebab pensiun dini,

3. Macetnya piutang dagang,

4. Mismanajemen dalam pengelolaan usaha,

Upaya- upaya penyelesaian yang dilakukan oleh pihak Bank Sumut Cabang Balige

dalam hal kredit bermasalah diselesaikan sesuai dengan ketentuan Pedoman Pelaksanaan

Kredit Ritel Bank Sumut, yaitu pertama- tama dengan melakukan penyelamatan kredit

melalui restrukturisasi, baru kemudian jika dengan restrukturisasi dianggap tidak berhasil

19 Hasil wawancara dan penelitian penulis dengan Bapak Pener Panjaitan, Staf Administrasi Kredit

Bank Sumut Balige

Page 17: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

akan dilakukan penyelesaian kredit secara damai dengan menjual agunan secara di bawah

tangan, dan yang terakhir adalah melakukan penyelesaian kredit dengan melalui saluran

hukum yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang.

Dalam menyelesaikan kredit bermasalah tersebut seluruh pejabat kredit Bank Sumut

Cabang Balige harus mempunyai persepsi yang sama yaitu dilakukan dengan melalui

pendekatan sebagai berikut:

1. Tidak membiarkan atau bahkan menutup- nutupi adanya kredit bermasalah.

2. Mendeteksi secara dini adanya kredit bermasalah atau diduga menjadi kredit

bermasalah.

3. Menangani kredit bermasalah atau diduga akan menjadi kredit bermasalah

dilakukan sesegera mungkin.

4. Tidak melakukan pengecualian dalam penyelesaian kredit bermasalah, evaluasi

penyelesaian kredit bermasalah, ataupun pencantuman dalam daftar kredit

bermasalah khusus kepada pihak- pihak terkait dengan inernal bank ataupun

debitur- debitur besar tertentu.

Penanganan kredit bermasalah di Bank Sumut Cabang Balige bersifat antisipasif,

proaktif dan berdisiplin yang menuntut dilakukannya pengenalan dini atas tanda akan

adanya kredit bermasalah dan segera mengambil tindakan tepat. Berdasarkan hasil

penelitian kredit bermasalah yang terjadi di Bank Sumut Cabang Balige dapat diselesaikan

dengan cara penyelamatan melalui restrukturisasi kredit dan cara penyelesaian tergantung

dari hasil laporan kunjungan nasabah dan laporan kolektibilitas yang dilakukan oleh Pejabat

Kredit Bank Sumut.

Page 18: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

II. PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kriteria debitur yang menjadi syarat agar dapat dilakukan restrukturisasi kredit yaitu

debitur yang berinisiatif baik, Full disclosure, bersedia memikul kerugian, dan

mempunyai bisnis plan.

2. Dengan terjadinya restrukturisasi kredit bermasalah maka akibat hukumnya adalah

akab terjadi perubahan kesepakatan antara pihak bank yang dalam hal ini disebut

kreditur dan nasabah kredit disebut sebagai debitur. Perubahan tersebut dibuat

para pihak kreditur dan debitur dalam bentuk kesepakatan- kesepakatan baru

dalam restrukturisasi kredit bermaslaah.

3. Pada praktik di lapangan, ternyata pada umumnya bank lebih mendahulukan upaya

restrukturisasi kredit dalam penyelesaian kredit bermasalah. Dalam Pasal 3

Peraturan OJK Nomor 42/POJK.03/2017 disebutkan bahwa bank harus menganut

prinsip pada Pedoman Perbankan dalam pengelolaan dan penyelesaian kredit.

Pada riset yang penulis lakukan di Bank Sumut Cabang Balige, ternyata pihak Bank

Sumut juga lebih mendahulukan proses restrukturisasi kredit dalam penyelamatan

kredit karena dianggap lebih efisien.

B. Saran

1. Pemerintah hendaknya memberikan pengawasan lebih ketat terhadap bank yang

akan melakukan restrukturisasi kredit karena ada indikasi restrukturisasi dilakukan

hanya untuk menghindari PPAP.

Page 19: RESTRUKTRURISASI KREDIT BERMASALAH SEBAGAI UPAYA ...

2. Pihak bank harus lebih berhati- hati dalam memberikan pinjaman kredit kepada

masyarakat karena pada keadaan lapangan banyak debitur yang ingkar janji dan

menyebabkan kredit macet. Selain itu ada juga debitur yang membandel dan tidak

kooperatif dalam penyelesaian kredit bermasalah.

3. Pemerintah harus lebih konsisten dalam mengatur pelaksanaan restrukturisasi

kredit, hal ini disebabkan seringnya terjadi perubahan terhadap pengaturan

restrukturisasi kredit ini.