Responsi Kejang Demam

31
BAB I TINJAUAN PUSTAKA I.1 DEFINISI Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. 1 Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intracranial atau penyebab tertentu. 2 I.2 EPIDEMIOLOGI Pada penelitian yang dilakukan di Eropa dan Amerika dilaporkan insiden kejang demam sebesar 2-5 %. Insiden di negara-negara lain sangat bervariasi. Di India sebesar 5-10 %, di Jepang sebesar 8,8 % dan di Guam sebesar 14 %. Data dari negara berkembang sangat terbatas, mungkin karena sulitnya membedakan kejang demam sederhana dengan kejang infektif akut terutama yang disebabkan oleh infeksi malaria falciparum. Sekitar 9%-35% dari semua kejang demam yang terjadi pertama kali merupakan kejang demam kompleks, variasi yang luas pada proporsi tersebut mungkin disebabkan karena sulitnya membedakan kejang demam sederhana dan 1

Transcript of Responsi Kejang Demam

Page 1: Responsi Kejang Demam

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I.1 DEFINISI

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu

rektal lebih dari 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1 Menurut

Consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi

dan anak biasanya antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi

tidak terbukti adanya infeksi intracranial atau penyebab tertentu.2

I.2 EPIDEMIOLOGI

Pada penelitian yang dilakukan di Eropa dan Amerika dilaporkan insiden kejang demam

sebesar 2-5 %. Insiden di negara-negara lain sangat bervariasi. Di India sebesar 5-10 %,

di Jepang sebesar 8,8 % dan di Guam sebesar 14 %. Data dari negara berkembang sangat

terbatas, mungkin karena sulitnya membedakan kejang demam sederhana dengan kejang

infektif akut terutama yang disebabkan oleh infeksi malaria falciparum. Sekitar 9%-35%

dari semua kejang demam yang terjadi pertama kali merupakan kejang demam kompleks,

variasi yang luas pada proporsi tersebut mungkin disebabkan karena sulitnya

membedakan kejang demam sederhana dan kompleks, dan juga membedakan kejang

demam dan kejang tanpa demam. 3

I.3 FAKTOR RESIKO

Penyebab kejang demam masih terus diteliti. Diduga adanya faktor genetik yang berperan

utama dalam timbulnya kejang demam yang diturunkan melalui autosom dominan.

Beberapa penulis menyatakan penyebab kejang demam bersifat multifaktorial4. Gen pada

kejang demam berbeda dengan gen pada kejang tanpa demam. Pada kebanyakan

penderita, suhu yang tinggi menjadi pencetus utama timbulnya kejang demam. 5

Dua puluh empat persen anak-anak dengan kejang demam memiliki keluarga

yang juga pernah mengalami kejang demam, hanya 20 % yang tidak memiliki riwayat

1

Page 2: Responsi Kejang Demam

kejang demam dalam keluarganya. Dan hanya 4 % yang memiliki keluarga dengan

riwayat kejang tanpa demam.

Genetik pada kejang demam

Literatur yang menjelaskan tentang factor genetic pada kejang demam semakin

berkembang dan semakin rumit. Hal ini menunjukkan baahwa kejang demam merupakan

suatu penyakit yang kompleks. Resiko kejang demam lebih tinggi pada keluarga tertentu.

25-30 % penderita kejang demam memiliki riwayat kejang demam dalam keluarganya.

Resiko semakin meningkat bila kedua orang tua memiliki riwayat kejang demam. Juga

terdapat resiko yang lebih besar pada kembar monozigot daripada dizigot

Pada beberapa penelitian menunjukkan adaanyta hubungan dengan beberapa

kromoson (2q, 5q, 5, 8q, 19p, and 19q) dan yang paling kuat berhubungan dengan

kromosom 2q dan terutama pada gen yang bertanggung jawab untuk reseptor saluran

natrium. Dimana terjadi mutasi pada subunit alfa gen pertama saluran natrium saraf

(SCNIA). Kromosom 2q dan 19q dihubungkan dengan fenotip pada kejang demam,

epilepsy general (tonic-clonic, absence, and myoclonic) dan kejang demam

berkelanjutan.6

Faktor resiko terjadinya kejang demam

Adanya riwayat kejang demam dalam keluarga

Suhu tinggi

Delayed development

Anak yang pernah mengalami sakit dan mendapat perawatan di rumah sakit saat

usia perinatal

Daycare attendance

Ibu yang minum alcohol dan merokok saat hamil meningkatkan resiko 2 kali lebih

besar untuk terjadinya kejang demam pada anaknya

Bila terdapat 2 dari factor resiko tersebut di atas meningkatkan 30% resiko terjadinya

kejang demam pertama. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa cepatnya peningkatan

suhu dapat menyebabkan kejang demam. 7

Beberapa penyebab demam

2

Page 3: Responsi Kejang Demam

Infeksi virus ( misalnya infeksi saluran napas atas, roseola, chicken pox,

eksantema, dll }

Otitis media

Tonsilitis

Infeksi saluran kencing

Gastroenteritis

Infeksi saluran napas bawah

Meningitis

Post imunisasiCause for fever

Infeksi virus, otitis media, dan tonsillitis merupakan penyebab tersering sekitar 85-90 %

sedangkan yang lainnya hanya sekitar 10-15%.7

Faktor resiko kejang demam berulang

Sepertiga dari anak-anak yang mengalami kejang demam pertama kali akan mengalami

kejang berulang. Faktor resiko terjadinya kejang berulang antara lain :

Riwayat kejang demam dalam keluarga

Usia kurang dari 12 bulan saat terjadinya kejang demam pwertama kali

Temperatur yang rendah saat kejang

Cepatnya kejang setelah demam

Pasien yang memiliki keempat faktor resiko tersebut memiliki resiko 70 % lebih untuk

mengalami kejang berulang. Sedangkan pasien yang tidak memiliki faktor resiko tersebut

memiliki resiko kurang dari 20 % untuk terjadinya kejang berulang. 7

I.4 PATOFISIOLOGI

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yang

didapat dari metabolisme. Bahan baku yang digunakan berupa glukosa yang akan dipecah

menjadi CO2 dan air. Dalam keadaan normal membran neuron dapat dilalui dengan

mudah oleh ion Kalium (K+) dan sulit oleh ion Natrium (Na+) kecuali Clorida (Cl-).

Akibatnya K+ tinggi dalam sel dan Na+ rendah, sedangkan di luar sel sebaliknya.

3

Page 4: Responsi Kejang Demam

Perbedaan ini yang membentuk potensial membran sel neuron.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh:

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.

2.Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis

3. Perubahan patofisiologi membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1’C akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada kenaikan

suhu tubuh tertentu akan terjadi perubahan keseimbangan dari membran potensial neuron

dan dalam waktu singkat akan terjadi difusi dari K+ dan Na+ melalui membran tadi

dengan akibat lepasnya muatan listrik yang sedemikian besarnya dapat meluas ke seluruh

sel neurotransmitter pada tubuh dan terjadilah kejang.

Pada penelitian yang dilakukan pada hewan didapatkan adanya peran pyrogen

endogen seperti interleukin 1 dalam terjadinya kejang demam. Interleukin 1 ini

meningkatkan eksitabilitas neuron yang mungkin berhubungan dengan demam dan

kejang. Tetapi teori ini belum dapat dibuktikan sepenuhnya. Selain itu adanya membran

neuron yang imatur juga menjadi penyebab terjadinya kejang dimana membran yang

imatur lebih sensitif terhadap perubahan suhu.

Setiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang

kejang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38’C sedangkan pada anak dengan ambang

kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40’C. Bangkitan kejang tergantung pada

ambang kejang tersebut yaitu lebih banyak pada anak dengan ambang kejang rendah.

I.5 GEJALA KLINIS

Bangkitan kejang dapat terjadi dalam waktu yang bersamaan dengan kenaikan suhu

tubuh yang tinggi atau sesaat setelah itu.8 Dikatakan pada 44% kasus kejang terjadi

kurang dari 1 jam setelah mulai demam dan hanya 13% kasus kejang terjadi lebih dari 24

jam setelah demam 1

Serangan kejang berlangsung singkat dengan sifat bangkitan berbentuk: tonik-

klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri.8 Setelah

kejang berhentianak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak,tetapi setelah

4

Page 5: Responsi Kejang Demam

beberapa detik atau menit anak terbangun dan tersadar kembali tanpa defisit neurologis.

Kejang dapat diikuti oleh hemiparwesis sementara (hemiparesis Todd) yang berlangsusng

beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapt diikuti oleh

hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi

pada demam kejang yang terjadi pertama kali. 2

I.6 KLASIFIKASI

Untuk meramalkan prognosis, Livingston membagi kejang demam atas dua golongan:

1.Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)

2.Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever)

Menurut J Gordon Millichap dan Jerry A Colliver kejang demam dibagi menjadi

1. Kejang Demam Sederhana dengan gejala :

Lama kejang kurang dari 15 menit dan umumnya berhenti sendiri

Kejangnya bersifat umum, tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal

Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam

Terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun

Tidak ada kelainan neurologis yang permanen atau sebelumnya tak pernah

kejang tanpa panas

2. Kejang Demam Kompleks dengan gejala :

Lama kejang lebih dari 15 menit

Kejangnya bersifat kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang bumum

yang didahului kejang parsial

Dalam 24 jam kejang terjadi lebih dari 1 kali (berulang)

Terjadi pada anak usia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun

Terdapat kelainan neurologis yang permanen

Ada riwayat epilepsi dalam keluarga

Sub. Bagian Pediatric RSCM membagi lagi kriteria tersebut dengan (untuk pedoman

diagnostik kejang demam sederhana) :

- Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.

5

Page 6: Responsi Kejang Demam

- Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.

- Kejang bersifat umum

- Kejang timbul dalam 16 jam pertama, setelah timbulnya demam.

- Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang: normal.

- Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak

menunjukkan kelainan.

- Frekwensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh criteria di atas

digolongkan pada: epilepsy yang diprovokasi oleh demam.

I.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium :

Pemeriksaan laboratorium pada kejang demam tidak rutin dilakukan kecuali

untuk mencari sumber infeksi atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dengan

dehidrasi diserttai demam

Pemeriksaan elektrolit tidak banyak membanrtu dalam mengevaluasi kejang

demam

Penderita kejang demam memiliki insiden bakteremia yang sam dengan penderita

yang mengalami demam tanpa kejang

Pemeriksaan imaging dan electroencephalogram

Pemeriksaan CT scan dan X-ray atau MRI tidak diperlukan pada kejang demam

sederhana yang terjadi pertama kali. Tetapi pada penelitian terbaru menunjukkan

pada kejang demam tidak adanya gangguan intrakranial yang membutuhkan

pengobatan atau pembedahan.

Indikasi dilakukan pemeriksaan CT scan, X ray dan MRI bila ditemukan adanya:

1. Kelainan neurologik fokal yang menetap ( hemiparesis)

2. Paresis nervus VI

6

Page 7: Responsi Kejang Demam

3. Papiledema

Pemeriksaan electroencephalogram (EEG) tidak rutin dilakukan pada anak yang

mengalami kejang demam sederhana pertama kali. 8 Pemeriksaan ini tidak dapat

memprediksi berulangnya kejang, atau memperkiraklan kemungkinan kejadian

epilepsi pada pasian kejang demam.4

Lumbal punksi

Pemeriksaan lumbal punksi masih kontroversi pada kejang demam sederhana.

Dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko

terjadinya meningitis bakterial adalah 0,6 %-0,7 %. Pada bayi kecil seringkali sulit

untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi

klinisnya tidak jelas3

Pada tahun 1996 American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan

lumbal punksi :

Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan

Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

Bayi > 18 bulan tidak rutin

I.8 DIAGNOSIS BANDING

Infeksi pada SSP seperti: meningitis, ensefalitis, abses otak dll.

I.9 PENATALAKSANAAN

Prinsip dasar pengobatan kejang demam adalah :

Atasi kejang dengan cepat

Perawatan ABC ( airway, breathing, dan circulation )

Pengobatan simptomais

Mencari penyebab dan memberikan pengobatan

Pengobatan suportif

Pencegahan kejang berulang

7

Page 8: Responsi Kejang Demam

1. Penggunaan antikonvulsan

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang

sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk

menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis

diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2

mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.

Obat yang peraktis dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalahiazepam

rektal0.5 – 0.75 mg/kg atau diazepam rektal 5mg untuk anak dengan berat badan

kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam

rektal 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau 7.5 mg untuk anak diatas 3 tahun.

Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti dapat diulang lagi

dengan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian

diazepam rectal masih kejang dianjurkan ke rumah sakit. Dirumah sakit dapat

diberikan diazepam intavena 0.3-0.5mg / kg. Bila kejang belum berhenti diberikan

fenitoin intravena dosis awal 10-20mg/kg/kali dengan kecepatan 1mg /kg/menit atau

kurang dari 50kg /menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8mg/kg/hari

dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka

pasien harus dirawat diruang rawat intensif.

2. Perawatan ABC

a. Jalan Napas

Posisi miring ke kanan

Kepala lebih rendah 20 derajat dari badan

Bebaskan jalan napas

Pakaian dilonggarkan

Hindari gigitan lidah

b. Pernapasan

Bila terjadi gagal napas berikan ksigen, napas buatan, intubasi endotrake

atau menggunakan respirator

c. Kardiovaskuler

Bila terjadi gagal kardiovaskular lakukan pemasangan intravena line

8

Page 9: Responsi Kejang Demam

3. Pengobatan simptomatis

Menurunkan panas dengan :

a. Obat-obatan : parasetamol,asetosal

b. Istirahat, kompres hangat

4. Pengobatan kausal

Mencari penyebab demam, dan diobati sesuai dengan penyakit yang dialami

5. Pengobatan suportif

Pemasangan iv line untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan untuk

memudahkan pemberian obat

Propilaksis

Indikasi propilaksis berdasarkan Consensus Statement on Febrile Seizure tahun 1980 :

1. Kelainan Pertumbuhan Saraf misalnya cerebral palsy syndromes, mental

retardation, microcephaly

2. Bila kejang demam terjadi lebih dari 15 menit, kejang bersifat fokal, dan disertai

kelainan neurologis

3. Adanya kejang tanpa panas yang diturunkandalam keluarga

4. Dokter dapat mempertimbangkan pada kasus dengan kejang demam multiple atau

kejang timbul usia kurang dari 1 tahun 7

I.10 KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI

Ada beberapa hal yang harus dijelaskan kepada orang tua yang anaknya mengalami

kejang demam :

1. Walaupun kejang demam tampak menakutkan, tetapi sebenarnya tidak berbahaya

dan tidak menyebabkan kerusakan otak apalagi sampai menyebabkan kematian.

2. Anak akan tertidur lebih dari satu jam setelah kejang

3. Kejang demam tidak sama dengan epilepsy

4. Epilepsi mungkin terjadi kemudian tetapi sangat jarang, kemungkinan 1 dari 100

kasus

9

Page 10: Responsi Kejang Demam

5. Kejang demam dapat berulang, sekitar 1 dari 3 anak yang mengalami kejang

demam akan mengalami kejang demam berulang

6. Pemberian obat untuk pencegahan jarang dibutuhkan, karena adanya efek

samping obat

7. Jika seorang anak mempunyai resiko tinggi untuk menglami kejang ( misalnya

memiliki gannguan neurologis, atau mempunyai riwayat epilepsi dalam keluarga)

maka disarankan untuk berobat ke spesialis.

8. Nasehati orang tua untuk mengontrol suhu

- Tujuannya untuk mrngurangi gejala, bukan untuk mencegah kejang demam

- Mengurangi panas dengan pemberian paracetamol dan ibuprofen, dan

melepaskan pakaian

- Mengipas-ngipas dan kompres hangat hanya membuat anak tidak nyaman an

kurang menberikan manfaatvyang bermakna

9. Mengajarkan orang tua menangani kejang berulang. Mereka harus :

- Letakkan anak pada tempat yang lembut, dengan posisi semi-prone dengan

wajah ke samping. Hal ini untuk menjaga jalan napas dan mencegah aspirasi

bila anak muntah

- Jangan memberikan makanan atau minuman

- Perhatikan berapa lama anak kejang, bila lebih dari 5 menit segera dibawa ke

rumah sakit.

- Berikan anti kejang

I. 11 KOMPLIKASI

Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya dan tidak

menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang lama (> 15 menit) biasanya dapat

disertai apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet

sehingga dapat terjadi juga hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan

metabolisme anaerob, hipotensi dan denyut jantung yang tidak teratur, meningkatnya

suhu tubuh juga dapat terjadi.

Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah gangguan peredaran darah yang

10

Page 11: Responsi Kejang Demam

mengakibatkan hipoksia sehingga timbul edema otak yang mengakibatkan rusaknya sel

neuron otak. Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan

anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.

I. 12 PROGNOSIS

Dengan penanggulangan cepat dan tepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan

kematian. Kemungkinan bangktan kejang: sekitar 25-50% yang umumnya terjadi pada 6

bulan pertama. Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada anak

perempuan 50%, laki2 33%. Pada anak beumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan

riwayat keluarga adanya kejang, kemungkinan bangkitan 50% sedang tanpa riwayat

keluargakejang25%

Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam

tergantungdarifaktor:

Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga

Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita

kejang demam

Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal

Kemungkinan komplikasi hemiparesis dapat terjadi pada penderita yang mengalami

kejang lama yaitu yang berlangsung lebih dari setengah jam, baik yang bersifat umum

atau fokal. Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam,

retardasi mental dapat terjadi dengan kemungkinan 5 kali lebih besar.4

11

Page 12: Responsi Kejang Demam

Table 1 Prognosis kejang demam8

Resiko Persentase

Resiko mengalami kejang demam 2.7 to 3.1

Resiko megalami kejang demam berulang 27 to 32

Resiko mengalami epilepsy setelah kejang demam sederhana 1.5 to 2.4

Resiko mengalami epilepsy setelah kejang demam kompleks 4.1 to 6.3

BAB II

LAPORAN KASUS

12

Page 13: Responsi Kejang Demam

II.1 IDENTITAS

Nama : Rama

Umur : 1 tahun 5 bulan

Jenis Kelamin : laki-laki

Alamat : Jl.Pratama Gang I Gundul 13

MRS : 20 April 2007

II.2 HETEROANAMNESIS

KU: Kejang

- Penderita datang dengan keluhan kejang sebanyak 4 kali

1. Kejang yang pertama terjadi tanggal 19 april 2007 pukul 15.00, kejang

terjadi pada seluruh tubuh selama 15 menit, tubuh kaku dan mata

mendelik. Kejang berhenti setelah mendapat obat dari dokter di klinik.

2. Kejang yang kedua terjadi tanggal 20 april 2007 pukul 03.00 dini hari,

sifat kejang sama dengan kejang yang terjadi pertama kali, lama kejang 15

menit, kemudian kejang berhenti sendiri. Setelah kejang penderita

menangis, menggigil dan tampak kebiruan pada bibir dan jari-jari tangan

dan kaki penderita..

3. Kejang yang ketiga terjadi satu jam kemudian sekitar pukul 04.00 dini hari

dengan sifat kejang yang juga sama dengan kejang yang pertama, l lama

kejang 15 menit, kejang juga berhenti sendiri dsan setelah kejang

penderita menangis dan tampak kebiruan.

4. Kejang yang keempat terjadi satu jam kemudian sekitar pukul 05.00 sifat

kejang juga sama dengan kejang yang pertama, lama kejang 15 menit,

kejang berhenti sendiri dan setelah kejang penderta menggigil dan tampak

kebiruan

13

Page 14: Responsi Kejang Demam

- Penderita juga dikeluhkan panas badan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

Panas dikatakan timbul perlahan-lahan kemudian menjadi tinggi. Keluhan erkeringat

tidak ada, menggigil tidak ada

- Penderita juga dikeluhkan batuk sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk

terjadi sepanjang hari dan semakin parah pada malam hari. Batuk juga disertai

pengeluaran dahak, tetapi sulit dikeluarkan oleh penderita. Keluhan nyeri menelan

tidak ada.

- Penderita juga dikeluhkan pilek sejak 2 hari sebelum masuk rumah disertai ingus

yang bening.

- Buang air besar dan buang air kecil seperti biasa

- Nafsu makan berkurang sejak sakit.

Riwayat pengobatan:

- Saat mulai batuk dan pilek penderita tidak diberi obat

- Saat kejang yang pertama kali penderita di bawa ke klinik kemudian diberi obat

dan keluhan kejang berhenti. Penderita juga diberi obat penurun panas dan obat

untuk batuk dan pileknya. mulai batuk dan pilek penderita tidak diberi obat Hari

sabtu diberikan sanmol untuk menurunkan panas tapi tidak turun

- Karena keluhan kejang berulang akhirnya penderita dibawa ke rumah sakit

sanglah.

Riwayat penyakit dahulu:

Penderita belum pernah mengalami kejang sebelumnya

Riwayat keluarga:

Kakak penderita juga pernah mengalami kejang demam

Riwayat epilepsi dalam keluarga tidak ada

Riwayat kelahiran:

- lahir di Bidan pada tanggal

14

Page 15: Responsi Kejang Demam

- lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis, air ketuban jernih.

- BBL 3800 gram dan PBL lupa

- Anak II dari pasangan suami istri Sujek dan Rutmini.

Riwayat Imunisasi:

- BCG : 1 kali tanggal lupa

- Hep. B : 3 kali tanggal lupa tgl

- DPT : 3 kali tamggal lupa

- Polio : 3 kali tanggal lupa

- Campak : 1 kali tanggal lupa

Riwayat nutrisi:

- ASI eksklusif : 0 bulan –sekarang

- Bubur susu: 4 bulan – sekarang

- Susu Formula : tidak diberikan

- Makanan dewasa : 8 bulan

Riwayat Tumbuh kembang:

- Mengangkat kepala : 3 bulan

- Duduk : 7 bulan

- Berjalan : 15 bulan

- Bicara ”ma” dan ”pa” : 1 tahun (belum lancar)

II. 3 PEMERIKSAAN FISIK:

Status present

KU: Sedang

Kes: irritable

HR: 160 x/menit reguler, isi cukup

RR: 48 x/menit reguler

T’ax: 38,6 °C

15

Page 16: Responsi Kejang Demam

BB: 10,1 kg

BBI menurut nelson: 11 kg

Status gizi : 90 % gizi baik

PB: 70 cm

Lingkar Kepala: 47 cm

L.Lengan Atas: 17 cm

Status general:

Kepala

- Inspeksi : N cephali

- Palpasi :Ubun-ubun besar menutup

Mata : anemia -/-, Ikterus -/- ,Refleks pupil +/+ isokor

THT

- Telinga Inspeksi: dalam batas normal

- Hidung Inspeksi: napas cuping hidung (+), sianosis ( - )

- Tenggorokan Inspeksi: Faring hyperemia(+), tonsil T1/T1 hyperemia (+)

Leher

Inspeksi : benjolan (-), bendungan vena jugularis (-)

Palpasi : pembesaran kelenjar (-)

Kaku kuduk : (-)

Thoraks

Jantung

Inspeksi : iktus kordis normal

Palpasi : thrill (-)

Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur ( - )

Paru

Inspeksi : gerakan dada simetris, retraksi subcostal (-)

Palpasi : gerakan dada simetris

Perkusi : perkusi paru sonor, batas jantung paru dalam batas

normal

Auskultasi : vesiculer +/+ , Ronchi +/+, Wheezing -/-

16

Page 17: Responsi Kejang Demam

Abdomen

Inspeksi : Distensi ( - )

Auskultasi : Bising Usus (+) normal

Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba

Turgor : normal

Genital : tidak ada kelainan

Ekstremitas

Inspeksi : Normal

Palpasi : Akral hangat (+)

Tenaga : Positif

Tonus : Positif

Refleks fisiolologis : (+)

Refles patologis : (-)

Kernig sign : (-)

Brudzinski I : (-)

Brudzinski II : (-)

II. 4 PEMERIKSAAN PENUNJANG:

Pemeriksaan laboratorium

Darah Lengkap (DL):

- WBC = 8,13 103 /µl (N= 4,0-9,0)

- HGB = 8,39 g/dl (N= 12,0-18,0)

- PLT = 433 (N= 120-380)

- RBC = 5,05

- HCT = 30,4

- Glukosa = 185

- Na = 131,4

- K = 4,41

- Cl = 102

17

Page 18: Responsi Kejang Demam

ASS: Kejang Demam kompleks e.c Faringitis Akut

THERAPI:

- O2 2 liter

- IVFD D5 ½ NS 10 tetes/menit

- Ampicillin 4 X 250 mg

- Dexametason bolus 5 mg, selanjutnya 3 X1,5 mg

- Luminal oral I dan II 8 mg/kgBB/hari --- 2X40 mg

Selanjutnya 5 mg/kgBB/hari = 2X 25 mg

- Paracetamol 4 X cth I

- Diazepam 5 mg bila kejang

II.5 FOLLOW UP

Tanggal S.O.A. Planning

20 April

2007

S. Panas (+)

Batuk (+)

Kejang (-)

Status present

KU: Sedang

Kes: irritable

HR: 94 x/menit

RR: 30 x/menit

T’ax: 37,8 °C

Status general:

Kepala

- Inspeksi : N cephali

- Palpasi :Ubun-ubun besar menutup

Mata : anemia -/-, Ikterus -/- ,Refleks pupil

+/+ isokor

- O2 2 liter

- IVFD D5 ½ NS 10

tetes/menit

- Ampicillin 4 X 250

mg

- Dexametason

bolus 5 mg,

selanjutnya 3 X1,5

mg

- Luminal oral I dan

II 8 mg/kgBB/hari

--- 2X40 mg

Selanjutnya 5

mg/kgBB/hari =

2X 25 mg

18

Page 19: Responsi Kejang Demam

THT

- Telinga Inspeksi: dalam batas

normal

- Hidung Inspeksi: napas cuping

hidung (+), sianosis ( - )

- Tenggorokan Inspeksi: Faring

hyperemia(+), tonsil hyperemia (+)

Leher

Palpasi : pembesaran kelenjar (-)

Kaku kuduk (-)

Thoraks

Jantung

Inspeksi : iktus kordis normal

Palpasi : thrill (-)

Auskultasi :S1S2 tunggal regular,

murmur ( - )

Paru

Inspeksi : gerakan dada simetris,

retraksi subcostal (-)

Palpasi : gerakan dada simetris

Perkusi : Perkusi paru sonor, batas

jantung paru db normal

Auskultasi : vesiculer +/+ , Ronchi -/-,

Wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Distensi ( - )

Auskultasi : Bising Usus (+) normal

Palpasi : Hepar tidak teraba, lien

tidak teraba

Turgor : normal

Genital : tidak ada kelainan

- Paracetamol 4 X

cth I

- Diazepam 5 mg

bila kejang

19

Page 20: Responsi Kejang Demam

Ekstremitas

Inspeksi : Normal

Palpasi : Akral hangat (+)

Tenaga : Positif

Tonus : Positif

21 April

2007

S. Panas (+)

Batuk (+)

Kejang (-)

Status present

KU: Sedang

Kes: irritable

HR: 94 x/menit

RR: 30 x/menit

T’ax: 37,4 °C

Status general:

Kepala

- N cephali

- Ubun-ubun besar menutup

Mata : anemia -/-, Ikterus -/- ,Refleks pupil

+/+ isokor

THT

- napas cuping hidung (-), sianosis (-)

- Faring hyperemia(+), tonsil

hyperemia (+

Thoraks

Jantung : S1S2 T regular, murmur ( - )

Paru : vesiculer +/+ , Ronchi -/-,

Wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Distensi ( - )

- IVFD D5 ½ NS 10

tetes/menit

- Ampicillin 4 X 250

mg

- Dexametason

bolus 5 mg,

selanjutnya 3 X1,5

mg

- Luminal oral I dan

II 8 mg/kgBB/hari

--- 2X40 mg

Selanjutnya 5

mg/kgBB/hari =

2X 25 mg

- Paracetamol 4 X

cth I

- Diazepam 5 mg

bila kejang

20

Page 21: Responsi Kejang Demam

Auskultasi : Bising Usus (+) normal

Palpasi : Hepar tidak teraba, lien

tidak teraba

Turgor : normal

Genital : tidak ada kelainan

Ekstremitas

Inspeksi : Normal

Palpasi : Akral hangat (+)

Tenaga : Positif

Tonus : Positif

22 April

2007

S. Panas (+)

Batuk (+)

Kejang (-)

Status present

KU: Sedang

Kes: irritable

HR: 94 x/menit

RR: 30 x/menit

T’ax: 37,4 °C

Status general:

Kepala

- N cephali

- Ubun-ubun besar menutup

Mata : anemia -/-, Ikterus -/- ,Refleks pupil

+/+ isokor

THT

- napas cuping hidung (-), sianosis (-)

- Faring hyperemia(+), tonsil

- IVFD D5 ½ NS 10

tetes/menit

- Ampicillin 4 X 250

mg

- Dexametason

bolus 5 mg,

selanjutnya 3 X1,5

mg

- Luminal oral I dan

II 8 mg/kgBB/hari

--- 2X40 mg

Selanjutnya 5

mg/kgBB/hari =

2X 25 mg

- Paracetamol 4 X

cth I

- Diazepam 5 mg

bila kejang

21

Page 22: Responsi Kejang Demam

hyperemia (+)

Thoraks

Jantung : S1S2 T regular, murmur ( - )

Paru : vesiculer +/+ , Ronchi +/+,

Wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Distensi ( - )

Auskultasi : Bising Usus (+) normal

Palpasi : Hepar tidak teraba, lien

tidak teraba

Turgor : normal

Genital : tidak ada kelainan

Ekstremitas: Akral hangat (+), cyanosis (-)

PP

22