Responsi Demam Tifoid

63
LAPORAN KASUS Demam Thyphoid Monica Wijaya 2010.04.0.0159 Pembimbing: dr. Retno Hernik MA, Sp.A SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSU HAJI SURABAYA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA 2016

description

anak

Transcript of Responsi Demam Tifoid

LAPORAN KASUS

Demam Thyphoid

Monica Wijaya2010.04.0.0159

Pembimbing:dr. Retno Hernik MA, Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSU HAJI SURABAYAFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA2016

• Nama : An. IIA• Jenis kelamin : Laki – Laki• Usia : 2 tahun 4 bulan 1 hari• BB : 13,5 kg• Alamat : Jojoran SBY • Ayah/Usia/Pekerjaan : Tn. W / 35 tahun / Pegawai

kantor• Ibu/Usia/Pekerjaan : Ny. M/30 tahun/ Pegawai kantor• Tanggal MRS : 26 Desember 2015• Tanggal pemeriksaan : 29 Desember 2015

Identitas Pasien

AnamnesisHeteroanamnesa: Ibu pasien

Keluhan Utama: DemamRiwayat Penyakit Sekarang:

Anak laki-laki usia 2 tahun dengan keluhan panas sejak 10 hari sebelum datang ke IGD. Pada awalnya hanya sumer-sumer kemudian demam makin hari semakin tinggi, oleh ibunya di ukur mencapai 38-39,5oC dan biasanya demam terutama pada malam hari. Pasien sempat di bawa ke dokter dan mendapat obat penurun panas dan obat batuk, demamnya sempat turun tetapi tidak pernah kurang dari 37,5 oC.

• Selain itu, pasien juga batuk sejak 10 hari lalu. Batuk berdahak, berwarna putih, tidak berdarah. Pasien juga muntah setiap kali makan berisi makanan dan air dan nafsu makannya menurun. Pilek (-), nyeri saat kencing (-), BAK normal, BAB tidak teratur. Tidak ada gangguan kesadaran.

• Pasien sdh berobat ke 2 dokter dan diberi obat panas, antibiotik dan obat batuk. Tapi suhunya tidak pernah normal. Pasien kemudian ke IGD dan setelah dirawat di RS selama 3 hari masih tetap ada demam, naik turun tetapi tidak sampai normal, demam sering naik pada malam hari dan belum BAB selama 3 hari.

• Pasien sering membeli jajanan yang ada di dekat rumahnya, seperti gorengan dan snack dimana kebersihannya tidak terjamin dan tidak terkemas dengan baik.

• Tidak ada riwayat berpergian ke luar pulau atau ke daerah endemis malaria.

Riwayat Penyakit Dahulu:•Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini

Riwayat Penyakit Keluarga:•Keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala yang sama.

Riwayat Sosial:•Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan adik laki-lakinya.•Keadaan rumah pasien cukup bersih•Pasien jarang melakukan cuci tangan sebelum makan•Sumber air untuk mandi dan mencuci menggunakan air PDAM dan minum serta memasak menggunakan air galon isi ulang.

Riwayat Kehamilan:•Ibu pasien rutin kontrol di puskesmas selama hamil.•Tidak pernah menderita sakit selama hamil.•Tidak pernah minum jamu selama hamil.

Riwayat Kelahiran:•Pasien lahir di rumah sakit, usia kehamilan 9 bulan, lahir normal, berat lahir 2800 gr, nafas spontan dan langsung menangis.

Riwayat Neonatal:•Lahir langsung menangis, warna kulit kemerahan, sianosis (-), anemis (-), ikterik (-).

Riwayat Imunisasi:•Ibu pasien tidak membawa KMS, dan menurut pengakuan ibu pasien imunisasi mengikuti jadwal KMS di puskesmas sampai usia 9 bulan dan belum mendapat booster

Riwayat Tumbuh Kembang:•Tumbuh kembang pasien normal sesuai usianya, saat ini tidak ada keterlambatan tumbuh kembang. Pasien sudah bisa berjalan dan berbicara beberapa kata membentuk kalimat

Riwayat Nutrisi:•Nafsu makan pasien sebelum sakit baik•1 hari makan 3x – 4x dengan porsi cukup dengan menu bervariasi•Jarang makan sayur, karena pasien tidak suka sayur•Jarang makan buah•Saat sakit nafsu makan pasien berkurang

Status Gizi•Umur 2 tahun 4 bulan 1 hari, BB = 13,5 kg, TB = 90cm•IMT = 13,5 : 0.9 =16,6•Jadi, status gizi masih tergolong Normal

Pemeriksaan Fisik29 Desember 2015• Keadaan umum Kesadaran / GCS : Compos Mentis / 4-5-6BB / TB : 13,5 kg / 90 cmStatus gizi : Baik• Vital signTekanan darah: 100/80 mmHgSuhu : 37.8 °CNadi : 126 x/menitRespiratory rate : 22 x/menit

Status GeneralisKepala

Normosefal, lesi (-), rambut hitam tidak mudah dicabut.A/I/C/D : -/-/-/-Ubun-ubun besar menutup

Mata Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), lensa keruh (-),

mata cowong (-)

MulutBibir tidak cyanosis, Tidak ada caries gigi, Mukosa tidak

pucat , tifoid tongue (-)

THT Bentuk normal, sekret hidung (-), sekret telinga (-),

tonsil dbN, faring dbN, hiperemis (-), lidah kotor (-).

Leher Pembesaran KGB (-), deviasi trakhea (-).

Thorak Normochest, simetris, retraksi (-).

Paru Gerak nafas simetris, retraksi (-), suara nafas vesikular,

ronkhi (-/-), wheezing (-/-).

Jantung S1,S2 tunggal, murmur (-), gallop (-).

Abdomen- Inspeksi: distensi (-), lesi (-).- Palpasi: supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri

tekan (-), turgor : normal- Perkusi: meteorismus, timpani pada seluruh lapang

abdomen.- Auskultasi: bisung usus (+) normal.

EkstremitasAkral hangat/kering/merah (+), edema (-)

sianosis (-), CRT < 2’’

Kulit Rose spot(-)

Pemeriksaan Penunjang

Hapusan DarahKesan: anemia normochrom normositer disertai leukositosis dengan shift to the left

Pemeriksaan laboratorium tanggal 29 Desember 2015 :•Urin Lengkap :•BJ : 1,000•pH : 7,0•Nitrit : Negatif•Protein : negatif•Glukosa : Normal•Keton : Negatif•Urobilin : Normal•Bilirubin : NegatifKimia Klinik :•Na : 124 mmol/l (136-145)•K : 2,6 mmol/l (3,1-5,1)•Cl : 84 mmol/l (96-111)

• Sedimen erythrosit : 0-1• Sedimen leukosit : 0-1• Sedimen cylinder : Negatif• Sedimen epitel : 0-1• Sedimen bakteri : Negatif• Sedimen kristal : Negatif• Lain –lain : Negatif

Resume• Anak laki-laki usia 2 tahun panas sejak 10 hari. Pada awalnya

hanya sumer-sumer kemudian demam makin hari semakin tinggi, oleh ibunya di ukur mencapai 38-39,5oC dan biasanya demam terutama pada malam hari. Pasien sempat di bawa ke dokter dan mendapat obat penurun panas dan obat batuk, demamnya sempat turun tetapi tidak pernah kurang dari 37,5

oC.• Batuk sejak 10 hari lalu. Batuk berdahak, berwarna putih. • Muntah setiap kali makan berisi makanan dan air dan nafsu

makannya menurun. • Belum BAB selama 3 hari.• Pasien sering membeli jajanan yang ada di dekat rumahnya,

seperti gorengan dan snack dimana kebersihannya tidak terjamin dan tidak terkemas dengan baik.

Resume

Daftar masalah:• Demam lebih dari 7 hari dengan pola demam step-ladder

• Muntah • Belum BAB 3 hari• Batuk berdahak• Leukositosis• Hiponatremi, hipokalemi, hipoclorida

Diagnosis:Suspect Demam Thyphoid

PlanningDiagnosis: Kultur feses, Ig M Anti SalmonellaTerapi:Non medikamentosa:• Tirah baring• Diet TKTP rendah seratMedikamentosa• Infus D5 ¼ NS 1150 cc/ 24jam• Drip KCl 7,4% 5cc/6jam• Inj. Chloramphenicol 4 x 300mg• Inj. Paracetamol 3x130mg prn >37,5• PO Domperidone 2 mg prn• R/ Ambroxol ¼ tab Dexamethasone ¼ tab m.f. pulv dtd No XV

3dd1

Monitoring:• Keluhan • Vital sign : Tensi, nadi, suhu, RR• Makan dan Minum pasien

Edukasi:• Menjelaskan tentang penyakit pasien• Menjelaskan tentang pemeriksaan yang akan

dilakukan• Menjelaskan tentang terapi yang diberikan serta

prognosis dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Prognosis• Pada kasus, keluhan pada pasien seperti demam dan

muntah sudah tidak ada• Nafsu makan pasien sudah mulai membaik, makan dan

minum sudah seperti biasanya• Tidak didapatkan komplikasi pada pasien• Apabila menjaga kebersihan, pola makan, istirahat cukup

sampai pemulihan maka prognosisnya akan lebih baik,

• oleh karena itu dapat disimpulkan prognosanya:

• Ad Vitam : dubia ad bonam• Ad Functionam : dubia ad bonam• Ad Sanationam : dubia ad bonam

Prognosis

Tanggal 30 Desember 2015

S : Demam (+), muntah (2x), Belum BAB 4 hari, nafsu makan sudah

membaik, batuka

O : Keadaan umum: Baik

Kesadaran : Compos Mentis / GCS 4-5-6

Vital sign : Tensi : 100 / 80 mmHg

Nadi : 110x / menit

Suhu : 38oC

RR : 22x / menit

Kepala : A/I/C/D: -/-/-/-

Lidah kotor (-)

Thorax

Umum : Normochest

Paru : Retraksi -. Suara nafas dasar vesikuler

Suara nafas tambahan: Ronkhi -/-. Wheezing -/-

Jantung : S1S2 tunggal, normal; murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Flat, simetris.

Bising usus (+) normal

Hepar, lien, ginjal Tidak Teraba

Nyeri tekan (-)

Extremitas : Akral HKM

Edema

A: S.Demam Thyphoid

P: Diagnosa : Kultur feses, Ig M anti salmonella

Terapi : Tirah baring

Diet TKTP rendah serat

A: S.Demam Thyphoid

P: Diagnosa : Kultur feses, Ig M anti salmonella

Terapi : Tirah baring

Diet TKTP rendah serat

Infus D5 ¼ NS 1150 cc/ 24jam

Inj. Chloramphenicol 4 x 300mg

Inj. Paracetamol 3x130mg prn

PO Domperidone 2 mg prn

R/ Ambroxol ¼ tab

Dexamethasone ¼ tab

m.f. pulv dtd No XV

3dd1

Monitoring : Keluhan, vital sign, nafsu makan

Tanggal 31 Desember 2015

S : Demam (+),muntah (1x), nafsu makan sudah membaik, belum BAB

5 hari, BAK dbn, batuk (+)

O : Keadaan umum: Baik

Kesadaran : Compos Mentis / GCS 4-5-6

Vital sign : Tensi : 100 / 60 mmHg

Nadi : 100x / menit

Suhu : 38,oC

RR : 22x / menit

Kepala : A/I/C/D: -/-/-/-

Lidah kotor (-)

Thorax

Umum : Normochest

Paru : Retraksi -. Suara nafas dasar vesikuler

Suara nafas tambahan: Ronkhi -/-. Wheezing -/-

Jantung : S1S2 tunggal, normal; murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Flat, simetris. meteorismus

Bising usus (+) normal

Hepar, lien, ginjal Tidak Teraba

Nyeri tekan (+) perut kanan dan tengah atas

Extremitas : Akral HKM

Edema

Pemeriksaan penunjang:

- Kimia Klinik : Na : 133 mmol/l (136-145) K : 2,8 mmol/l (3,1-5,1) Cl : 89 mmol/l (96-111)

A: Demam Thyphoid

P: Diagnosa : Kultur feses, Ig M anti salmonella

Terapi : Tirah baring

Diet TKTP rendah serat

Infus D5 ¼ NS 1150 cc/ 24jam

Inj. Ceftriaxon 2x500 mg

Inj. Paracetamol 3x130mg prn

PO Domperidone 2 mg prn

R/ Ambroxol ¼ tab

Dexamethasone ¼ tab

m.f. pulv dtd No XV

3dd1

Monitoring : Keluhan, vital sign, nafsu makan

Tanggal 3 Januari 2016

S : demam naik turun, BAB (+), mencret (-), muntah (-)

O : Keadaan umum: Baik

Kesadaran : Compos Mentis / GCS 4-5-6

Vital sign : Tensi : 110 / 70 mmHg

Nadi : 110x / menit

Suhu : 37,8oC

RR : 22x / menit

Kepala : A/I/C/D: -/-/-/-

Lidah kotor (-)

Thorax

Umum : Normochest

Paru : Retraksi -. Suara nafas dasar vesikuler

Suara nafas tambahan: Ronkhi -/-. Wheezing -/-

Jantung : S1S2 tunggal, normal; murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Flat, simetris.

Bising usus (+) normal

Hepar, lien, ginjal Tidak Teraba

Nyeri tekan (+) perut kanan dan tengah atas

Extremitas : Akral HKM

Edema

Pemeriksaan penunjang:

- Kimia Klinik : Na : 134 mmol/l (136-145) K : 4 mmol/l (3,1-5,1) Cl : 99 mmol/l (96-111)

A: Demam Thyphoid

P: Terapi : Tirah baring

Diet TKTP rendah serat

Infus D5 ¼ NS 1150 cc/ 24jam

Inj. Ceftriaxon 2x500 mg

Inj. Paracetamol 3x130mg prn

PO Domperidone 2 mg prn

R/ Ambroxol ¼ tab

Dexamethasone ¼ tab

m.f. pulv dtd No XV

3dd1

Monitoring : Keluhan, vital sign, nafsu makan

Tanggal 4 Januari 2016

S : malam sempat demam, Mual (-),muntah (-), nafsu makan sudah

membaik, BAB dbn, BAK dbn

O : Keadaan umum: Baik

Kesadaran : Compos Mentis / GCS 4-5-6

Vital sign : Tensi : 110 / 70 mmHg

Nadi : 98x / menit

Suhu : 37,2oC

RR : 22x / menit

Kepala : A/I/C/D: -/-/-/-

Lidah kotor (-)

Thorax

Umum : Normochest

Paru : Retraksi -. Suara nafas dasar vesikuler

Suara nafas tambahan: Ronkhi -/-. Wheezing -/-

Jantung : S1S2 tunggal, normal; murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Flat, simetris.

Bising usus (+) normal

Hepar, lien, ginjal Tidak Teraba

Nyeri tekan (+) perut kanan dan tengah atas

Extremitas : Akral HKM

Edema

A: Demam Thyphoid

P : Terapi : Tirah baring

Diet TKTP rendah serat

Infus D5 ¼ NS 1150 cc/ 24jam

Inj. Ceftriaxon 2x500 mg

Inj. Paracetamol 3x130mg prn

PO Domperidone 2 mg prn

Monitoring : Keluhan, vital sign, nafsu makan

Tanggal 5 Januari 2016

S : demam (-), Mual (-),muntah (-), Nyeri perut (-), nafsu makan sudah

membaik, BAB dbn, BAK dbn

O : Keadaan umum: Baik

Kesadaran : Compos Mentis / GCS 4-5-6

Vital sign : Tensi : 110 / 70 mmHg

Nadi : 96x / menit

Suhu : 36,4oC

RR : 22x / menit

Kepala : A/I/C/D: -/-/-/-

Lidah kotor (-)

Thorax

Umum : Normochest

Paru : Retraksi -. Suara nafas dasar vesikuler

Suara nafas tambahan: Ronkhi -/-. Wheezing -/-

Jantung : S1S2 tunggal, normal; murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Flat, simetris.

Bising usus (+) normal

Hepar, lien, ginjal Tidak Teraba

Nyeri tekan (-)

Extremitas : Akral HKM

Edema

A: Demam Thyphoid

P: Terapi : Tirah baring

Diet TKTP rendah serat

Infus D5 ¼ NS 1150 cc/ 24jam

Inj. Ceftriaxon 2x500 mg

Inj. Paracetamol 3x130mg prn

Monitoring : Keluhan, vital sign, nafsu makan

Tinjauan PustakaDefinisi•Penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran

Epidemiologi• World Health Organization (WHO) tahun 2003

memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.4

• Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar 600.000 dan 1,5 juta kasus per tahun.

• Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus

Etiologi• Disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.• Bakteri gram negatif, mempunyai flagela,

tidak berkapsul, tidak membentuk spora.• Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri

dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein, dan envelope antigen yang terdiri dari polisakarida.

Patogenesis

• Melibatkan 4 proses kompleks yang mengikuti lngesti organism, yaitu: – 1) penempelan dan invasi sel- sel pada Peyer Patch, – 2) bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam

makrofage Peyer Patch, nodus limfatikus mesenterica, dan organ-organ intestinal sistem retikuloendotelial

– 3) bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah – 4) Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar

cAMP di dalam kripta usus dan meningkatkan permeabilitas membrane usus sehingga menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal

• Masuknya kuman Salmonella typhi ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman.

• Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus maka kuman akan menembus sel- sel epitel dan selanjutnya ke lamina propria.

• Kuman berkembang biak dan difagosit oleh makrofag dan selanjutnya dibawa ke peyer patch di ileum distal dan kemudian kelenjar getah bening mesenterika

• Selanjutnya melalui ductus thoracicus, kuman yang terdapat dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (bakteremia pertama)

• menyebar ke seluruh organ Retikuloendotelial tubuh terutama hati dan Limpa. Di organ- organ RES ini kuman meninggalkan sel- sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya kembali masuk ke sirkulasi sistemik yang mengakibatkan bakteremia kedua dengan disertai tanda- tanda dan gejala infeksi sistemik.

• Kuman masuk ke dalam kandung empedu, diekskresikan secara “intermitten” ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan bersama feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus.

• Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka pada saat fagositosis kuman beberapa pelepasan mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, diare diselingi konstipasi, sampai gangguan mental dalam hal ini adalah delirium.

• Dalam Peyer Patch makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasi jaringan. Perdarahan saluran cema dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar peyer patch yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasi akibat akumulasi sel- sel mononuclear di dinding usus.

• Peran endotoksin dalam pathogenesis demam tifoid tidak jelas.

• Diduga endotoksin dari salmonella typhi ini menstimulasi makrofag di dalam hepar, lien, folikel usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat- zat lain yang dapat menimbulkan kelainan anatomis seperti nekrosis sel, deman, kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem imunologis.

Manifestasi klinik• Manifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan,

lebih bervariasi bila dibandingkan dengan penderita dewasa.• Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7 - 20 hari.• masa inkubasi mempunyai korelasi dengan jumlah kuman

yang ditelan, keadaan umum/status gizi serta status imunologis penderita.

• gejala-gejala yang timbul dapat dikelompokkan :- Demam satu minggu atau lebih.- Gangguan saluran pencernaam- Gangguan kesadaran

• Minggu pertama: demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi. Pada pemeriksaan fisik, hanya didapatkan suhu badan yang meningkat.

• Minggu kedua: lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung mungkin disertai ganguan kesadaran dari yang ringan sampai berat.

• Lidah tifoid biasanya terjadi beberapa hari setelah panas meningkat dengan tanda-tanda antara lain, lidah tampak kering, dilapisi selaput tebal, di bagian belakang tampak lcbih pucat, di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Bila penyakit makin progresif, akan terjadi deskuamasi epitel sehingga papila lebih prominen.

• .

• Rose spot, suatu ruam makulopapular yang berwama merah dengan ukuran 1-5 mm, sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung. Ruam ini muncul pada hari ke 7 - 10 dan bertahan sclama 2 -3 hari

Pemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan darah tepi•Pada demam tifoid sering disertai anemia dari yang ringan sampai sedang dengan peningkatan laju endap darah, gangguan eritrosit normokrom normositer. •Leukopenia disebabkan oleh destruksi leukosit oleh toksin dalam peredaran darah. Sering hitung leukosit dalam batas normal dan dapat pula leukositosis•Trombosit jumlahnya menurun, gambaran hitung jenis didapatkan limfositosis relatif aneosinofilia, dapat shit to the left ataupun shift to the right bergantung pada perjalanan penyakitnya. •SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali menjadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus.

2. Uji serologis•Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifod dengan mendateksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. Typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri. •Uji widal•Pada uji Widal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan antbodi yang disebut aglutinin. Menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu:•1. Aglutinin O (dari tubuh kuman)•2. Aglutinin H (flagel kuman)•3. Aglutinin Vi (simpai kuman).•Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titemya semakin besar kemungkinan tetinfeksi kuman ini.

• Banyak senter mengatur pendapat apabila titer O aglutinin sekali periksa 1/200 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4 kali maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan.

• Aglutinin H banyak dikaitkan dengan pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang Vi aglutinin dipakai pada deteksi pembawa kuman S. typhi (karier).

• b). Tes tubex• c) Metnde enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)• e) Pemeriksaan dipstik

3. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman•Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S.typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang atau cairan duodenum. •Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi

– (1) jumlah darah yang dlambil – (2) perbandingan volume darah dari media empedu; dan – (3) waktu pengambilan darah.

• Beberapa peneliti melaporkan biakan darah positif 40-80% dari penderita pada minggu pertama sakit

• Bakteri dalam feses ditemukan meningkat dari minggu pertama (10-15%) hingga minggu ketiga (75%) dan turun secara perlahan.

• Biakan urine positif minggu kedua. • Biakan sumsum tulang merupakan metode baku emas karena

mempunyai sensitivitas paling tinggi dengan hasil positif didapat pada 80-95% kasus dan sering tetap positif selama perjalanan penyakit dan menghilang pada fase penyembuhan.

• Kegagalan dalam isolasi/biakan dapat disebabkan oleh, adanya penggunaan antibiolika, jumlah bakteri yang sangat minimal dalam darah, volume spesimen yang tidak mencukupi, dan waktu pengambilan spesimen yang tidak tepat

4. Pemeriksaan kuman secara molekuler•polymerase chain reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi.

Diagnosis• Gejala klinis : (1) demam, (2) gangguan saluran pencernaan,

dan (3) gangguan kesadaran.• Rose spots (bercak makulopapular) ukuran 1-6 mm, dapat

timbul pada kulit dada dan abdomen, dan berlangsung singkat (2-3 hari).

• Gambaran klinis lidah tifoid pada anak tidak khas karena tanda dan gejala klinisnya ringan bahkan asimtomatik. Akibatnya sering terjadi kesulitan dalam menegakkan diagnosis bila hanya berdasarkan gejala klinis.

• Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid meliputi pemeriksaan darah tepi, serologis, dan bakteriologis

Diagnosis banding

• Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang-kadang secara klinis dapat menjadi diagnosis bandingnya yaitu influenza, gastroenteritis, dan malaria.

• Pada demam tifoid yang berat, sepsis, leukemia dapat sebagai dignosis banding

PenatalaksanaanNon Medika Mentosaa) Tirah baringb) Nutrisi

– Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) rendah serat

c) Cairan– Kebutuhan kalori anak pada infus setara dengan

kebutuhan cairan rumatannya

Medikamentosaa) Antipiretik. b) Antibiotik•Kloramfenikol (50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) selama 10-14 hari•Jika tidak dapaat diberikan kloramfenikol, dipakai amoksisilin 100mg/kgBB/hari selama 10 hari, atau kotrimoksazol 48mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari•Apabila respon terapinya jelek dalam 48 jam, maka pertimbangkan drug-resistant typhoid dan obati dengan lini kedua. Berikan IV ceftriaxone 80mg/kg per hari 1x atau 50mg/kgBB 2x sehari atau oral azitromycin 20 mg/kg per hari atau cephalosporin generasi ketiga lainnya selama 5-7 hari•Jika resistensi antibiotik dari salmonela diketahui, maka ikuti pedoman antibiotik lokal yang sensitive.9

KomplikasiKomplikasi pada usus halus•- Perdarahan usus•- Perforasi usus•- PeritonitisKomplikasi di luar usus halus•- Bronkitis dan bronkopneumoni•- Kolesistitis•- Thypoid ensefalopati•- Meningitis•- Miokarditis

Prognosis• Prognosis pasien demam tifoid tergantung

– ketepatan terapi– Usia– keadaan kesehatan sebelumnya dan – ada tidaknya komplikasi. Di negara maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat,

angka mortalitas <1%. Di negara berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan pengobatan.

TERIMA KASIH