PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
Respon Pertumbuhan Bibit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jack) Terhadap Perlakuan Lama...
-
Upload
warjianto-ajik -
Category
Documents
-
view
76 -
download
0
description
Transcript of Respon Pertumbuhan Bibit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jack) Terhadap Perlakuan Lama...
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KELAPA SAWIT
( Elaeis guineensis Jack) MAIN NURSERY TERHADAP PERLAKUAN
LAMA GENANGAN
OLEH
WARJIANTO
01011000110
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSI RAWAS
LUBUKLINGGAU
2014
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KELAPA SAWIT
( Elaeis guineensis Jack) MAIN NURSERY TERHADAP PERLAKUAN
LAMA GENANGAN
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KELAPA SAWIT
( Elaeis guineensis Jack) MAIN NURSERY TERHADAP PERLAKUAN
LAMA GENANGAN
Oleh
WARJIANTO
01011000110
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Pertanian
pada
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSI RAWAS
LUBUKLINGGAU
2014
Skripsi
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KELAPA SAWTI
(Elaeis guineensis Jack) MAIN NIJRSERY TERIIADAP PERLAKUAN
LAMA GENANGAN
Oleh
WARJIANTO
01011000110
Telah diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Pembimbing ILubuklinggau, Septemher 2014
Universitas Musi Rawas
Bakultas Pertanian
#I$:'*?.',,15
Dekan
i, sP.M.si
LEMBAR PENGESAIIAN
Skripsi berjudul Respon Pertumbuhan Bibit Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jack) Main Nursery Terhadap Perlakuan Lama Genangan.
Telah diuji dan dinilai di depan tim penguji komprehenshif program studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas.
Tim Penguji
1. Etfy Safriyani, SP.,M.Si
2. Sutejo, STP.,M.Si
3. Ir. HayatunNofrida, MP
NamaA.lPM
Program Studi
4. Merismon, SP.,M.Si
Fakultas Pertanian
: WARJIANTO / 01011000110
: Agroteknologi
Disahkan olehff
ffrl,tlI*5
Saya yang Manda tangan dibawah ini :
SURAT PERIIYATAAI\I
WARNANTO
01011t)00110
Mangunharjo / 09 Maret 1987
Agroteknologi
Pertanian
Nama
Npm
Tempat/tanggal lahir
Prograrn Studi'
Fakultas
2.
Menyafakan dengan bahrva:
l. Seluruh datq informasi, interpretasi, serta pernyataan dalampembahasan dan
kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan
sumbernya adalah merupakan hasil pengarnatan, penelitian, pengolahan serta
pemikiran saya dengan pengarahan pembimbing yang ditetapkan.
Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan betum pernah diajukan untuk
mendapat gelar akademi\ baik di Universitas }v1usi Rawas mauprm di
Perguruan' Tinggr lainnya.
Demil.lanlah pernyatalnn ini dib,uat dengan sebenm-bmaryya dan apabila
dikemudian hari ada bukti ketidak benarm dalam pernyataantersebut maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pembatatan gelar yang saya
pemlehmelalui pengajuan karya itrmiah id.
Lubuklinggau, September 2014
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
HALAMAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain “ (Q.S Al-Insyirah 6-7).
“ Lautan yang tidak berombak tidak akan menciptakan pelaut yang handal “
Ku persembahkan karya sederhana ini untuk :
Teristimewa Ayahandaku Tumirin dan Ibundaku Triyatmi Tercinta, Tersayang, Terkasih dan Terhormat terima kasih
atas pengorbanan, nasehat dan do’a yang tiada hentinya kalian berikan kepadaku selama ini.
Kakak ku Arif Riyanto serta istri Rini Dwi Susanti dan adik-adik ku Sispandi, Fitri Yunika Sari terima kasih telah
membuat diriku selalu tersenyum.
Keluaga besarku, terutama Paman ku Suwarno & Bibi ku Eny Suryani yang selalu mendukung dan memotivasi diriku.
Sahabat seperjuanganku yang hebat, terutama Jatmiko Sudrajat, Suadi, Imam Mahdi Pamungkas, Muhammad Eko
Meidiansyah dan Dimas Abdur Rachman kalian adalah orang-orang hebat yang pernah dan akan selalu aku kenal.
Almamaterku “ UNMURA “
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kelurahan O. Mangunharjo Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 09 Maret 1987
merupakan anak ke-2 dari empat bersaudara pasangan dari Bapak Tumirin dan Ibu
Triyatmi.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Mangunharjo
Kabupaten Musi Rawas pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di
SLTP Negeri 2 Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2002 dan Sekolah
Menengah Atas di Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) Negeri Musi Rawas
Program Studi Perkebunan pada tahun 2005.
Pada tahun 2010 penulis melanjutkan kuliah jenjang S1 pada Universitas Musi
Rawas Fakultas Pertanian dengan mengambil Program Studi Agroteknologi.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek Lapang (K2PL) di PT. PP London
Sumatra Indonesia, Tbk Riam Indah Estate di Desa Mandi Angin Kecamatan
Rawas Ilir Kabupaten Musi Rawas dari tanggal 8 Juli 2013 sampai tanggal 9
September 2013.
Pada tahun 2014 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “ Respon
Pertumbuhan Bibit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack) Main Nursery
Terhadap Perlakuan Lama Genangan ” Di Kelurahan O. Mangunharjo Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jack) MAIN NURSERY TERHADAP PERLAKUAN
LAMA GENANGAN
Oleh
WARJIANTO
01011000110
Dibimbing
Etty Safriyani, SP.,M.Si
Sutejo, STP.,M.Si
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) main nursery terhadap lama genangan.
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan O. Mangunharjo Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Musi Rawas dengan ketinggian tempat 95 meter diatas permukaan laut
(mdpl) yang dilaksanakan selama 3 bulan dimulai bulan April sampai Juni 2014.
Penelitian ini menggunakan Metode Eksperimental dengan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) non Faktorial, yaitu terdiri dari enam taraf perlakuan dan empat
ulangan. Taraf perlakuan yang dilaksanaakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : G0 : tanpa genangan, G1 : lama genangan 10 hari berturut-turut, G2 :
lama genangan 20 hari berturut-turut, G3 : lama genangan 30 hari berturut-turut,
G4 : lama genangan 40 hari berturut-turut dan G5 : lama genangan 50 hari
berturut-turut. Dalam penelitian ini parameter yang diamati yaitu : 1. Tinggi
tanaman (cm), 2. Jumlah pelepah daun (helai), 3. Morfologi akar, 4. Berat basah
berangkasan (g), 5. Persentase tanaman hidup (%) dan 6. Kadar klorofil (mg-1
).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Lama genangan memberikan
respon yang sangat nyata pada peubah jumlah klorofil dan respon nyata pada
peubah tinggi tanaman serta memberikan respon yang tidak nyata terhadap
peubah jumlah pelepah daun dan berat basah berangkasan. Bibit kelapa sawit
varietas D × P Tani Nusa 1 (TN-1) umur 6 bulan masih mampu bertahan hidup
dalam kondisi tergenang sampai titik tumbuh selama 50 hari.
Kata Kunci : Kelapa Sawit, Main Nursery, Genangan, Morfologi
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan
hidayahnya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respon
Pertumbuhan Bibit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJack) Main Nursery
terhadap Perlakuan Lama Genangan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
sebagian syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Etty Safriyani, SP.,M.Si selaku
pembimbing I dan Bapak Sutejo, STP.,M.Si selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu dosen serta
rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Musi Rawas Lubuklinggau yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian dan penyempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Lubuklinggau, September 2014
Penulis
iii
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.3. Hipotesis ............................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1. Sistematika dan Botani Tanaman Kelapa Sawit ................................. 5
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit ............................................. 7
2.3. Pengaruh Penggenangan ..................................................................... 7
III. PELAKSANAAN PENELITIAN ............................................................ 11
3.1. Tempat dan Waktu ............................................................................. 11
3.2. Bahan dan Alat ................................................................................... 11
3.3. Metode Penelitian ............................................................................... 11
3.4. Cara Kerja ........................................................................................... 14
3.5. Peubah yang Diamati .......................................................................... 17
iv
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 18
4.1. Hasil .................................................................................................... 19
4.2. Pembahasan ........................................................................................ 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 28
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 28
5.2. Saran ................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 29
LAMPIRAN ................................................................................................... 31
v
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perlakuan Lama Genangan ........................................................................ 12
2. Analisis Keragaman Rancangan Acak Kelompok non Faktorial .............. 13
3. Hasil Analisis Keragaman Respon Pertumbuhan Bibit Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack) Terhadap Perlakuan Lama
Genangan ................................................................................................... 19
4. Hasil Uji BNJ dan Data Tabulasi Perlakuan Lama Genangan terhadap
semua Peubah yang Diamati ..................................................................... 20
vi
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Denah Penelitian ........................................................................................ 31
2. Deskripsi Kelapa Sawit Varietas DxP Tani Nusa 1 (TN-1) ....................... 32
3. Hasil Pengamatan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) ............................. 33
4. Analisis Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) ....................... 33
5. Hasil Pengamatan Pertambahan Jumlah Pelepah Daun (helai) .................. 34
6. Analisis Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Pelepah Daun (helai) ............ 34
7. Hasil Pengamatan Berat Basah Berangkasan (g) ....................................... 35
8. Analisis Sidik Ragam Berat Basah Berangkasan (g) ................................. 35
9. Hasil Pengamatan Kandungan Klorofil (mg-1
) .......................................... 36
10. Analisis Sidik Ragam Kandungan Klorofil (mg-1
) ................................... 36
11. Data Rata-Rata Persentase Tanaman Hidup (%) ..................................... 37
vii
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Perbandingan morfologi akar perlakuan G0 dengan G1 ............................ 38
2. Perbandingan morfologi akar perlakuan G0 dengan G2 ............................ 38
3. Perbandingan morfologi akar perlakuan G0 dengan G3 ............................ 39
4. Perbandingan morfologi akar perlakuan G0 dengan G4 ............................ 39
5. Perbandingan morfologi akar perlakuan G0 dengan G5 ............................ 40
6. Kondisi perakaran adventif perlakuan G0 .................................................. 40
7. Kondisi perakaran adventif perlakuan G1 .................................................. 41
8. Kondisi perakaran adventif perlakuan G2 .................................................. 41
9. Kondisi perakaran adventif perlakuan G3 .................................................. 42
10. Kondisi perakaran adventif perlakuan G4 ................................................ 42
11. Kondisi perakaran adventif perlakuan G5 ................................................ 43
12. Kotak genangan sebelum pemasangan plastik terpal ............................... 43
13. Kotak genangan setelah pemasangan plastik terpal ................................. 44
14. Persiapan bibit kelapa sawit ..................................................................... 44
15. Penggenangan bibit kelapa sawit ............................................................. 45
16. Pengukuran tinggi genangan air ............................................................... 45
17. Kunjungan dosen pembimbing I .............................................................. 46
18. Kunjungan dosen pembimbing II ............................................................. 46
19. Uji kadar klorofil daun ............................................................................. 47
20. Pengukuran tinggi tanaman ...................................................................... 47
viii
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) berdasarkan sejarahnya berasal dari Afrika
Barat, walaupun demikian kelapa sawit cocok dikembangkan di luar daerah
asalnya termasuk di Indonesia. Kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk
perkebunan komersial dilebih dari tujuh Negara. Sampai saat ini produsen terbesar
sawit terdapat di Negara Malaysia, Negeria, Indonesia, Colombia, Thailand,
Papua Nugini, dan Pantai Gading (Departemen Pertanian, 2012).
Laju perkembangan luas tanaman kelapa sawit di Indonesia memperlihatkan
peningkatan yang sangat pesat. Pengembangan kelapa sawit masih menjanjikan
prospek yang baik ditinjau dari harga, ekspor dan pengembangan produk.
Disamping produk yang bersifat konvensional, minyak sawit merupakan salah
satu bahan yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan bakar dan energi yang
terbarukan untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi.
Berdasarkan data Departemen Pertanian (2012) luas kebun kelapa sawit Indonesia
tahun 2012 adalah 9.074.621 hektar dengan tingkat pertumbuhan mencapai 10
hingga 20% per tahun.
Berdasarkan data World Wild Fund (WWF) Indonesia bahwa pada tahun 2013
perkebunan sawit di Indonesia sudah mencapai 13,5 juta hektar angka ini melebihi
perkembangan sawit 5 tahun hingga per Desember 2012 yaitu 9,5 juta hektar.
1
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
2
Pengembangan kelapa sawit baik oleh perusahaan negara atau swasta dan juga per
orangan sangat membantu perekonomian masyarakat dan meningkatkan
kesejahteraan. Namun di sisi lain pengembangan kelapa sawit banyak
mengorbankan lahan-lahan produktif untuk tanaman pangan, palawija dan
hortikultura atau yang lebih ekstrem lagi adalah merubah lahan-lahan basah
berupa sawah menjadi lahan sawit. Sehingga akhirnya sebagian besar lahan
produktif tersebut telah berubah menjadi perkebunan. Kondisi demikian mulai
dirasakan oleh pemerintah dan petani kecil. Oleh karena itu pemerintah mulai
mengarahkan pengembangan sawit ke lahan-lahan sub optimal dan marjinal
dengan mengeluarkan peraturan yang membatasi pengembangan tanaman sawit
pada lahan-lahan produktif (Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Petanian
RI, 2012).
Sejak 10 tahun terakhir para investor dan petani sebagian telah merubah orientasi
kelapa sawit tidak mutlak di lahan produktif, tetapi sudah mulai menggunakan
lahan marjinal dan sub optimal menjadi daerah pengembangan sawit yaitu lahan-
lahan rawa baik pasang surut maupun lahan gambut. Indonesia mempunyai lahan
rawa lebak sekitar 14,7 juta hektar, tetapi sampai saat ini baru sedikit yang telah
diusahakan (Swamps II, 1993). Lahan rawa lebak antara lain berada di Sumatera
(3,4 juta hektar), Kalimantan (5,7 juta hektar) dan Irian Jaya (5,2 juta hektar).
Luas rawa lebak di Sumatera Selatan sekitar 1,1 juta hektar (11 % dari luas
provinsi) atau 4 % dari lahan sejenis yang ada di Indonesia (Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup Unsri, 1991; Sjarkowi, 1989). Saat ini lahan rawa lebak di
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
3
Sumatera Selatan juga telah menjadi kawasan pengembangan perkebunan kelapa
sawit. Dalam upaya pemanfaatan lahan rawa masih terdapat berbagai hambatan
berupa masalah fisik dan kimia tanah.
Kendala utama dari pengembangan rawa lebak adalah pengaturan tata air dan
ketersediaan hara yang terbatas, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman
yang terendam sulit untuk diperbaiki. Kendala lain yang sering dihadapi pada
lahan rawa yaitu kemasaman yang tinggi, kahat hara makro (N, P, K) dan kadar
Al, Mn, Fe yang tinggi. Sifat dan kendala lain yaitu adanya lapisan pirit yang
apabila teroksidasi dapat meracuni tanaman (Noor, 1996).
Lahan rawa lebak mempunyai keragaman yang besar terutama mengenai
kedalaman genangan air dan lamanya periode tergenang. Dimusim penghujan
seluruh areal menjadi banjir dan genangan air tersebut akan berlangsung lama,
akibatnya tanaman akan terendam air (Rahim, 1992). Perubahan air terlalu tinggi
dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu (Munandar dan Wijaya,
1997).
Kendala-kendala di atas menyebabkan perusahaan atau petani perorangan
menemui kesulitan dalam pengembangan kelapa sawit, terutama pada fase awal
penanaman. Bibit tanaman kelapa sawit umur 6 sampai 12 bulan yang terendam
air akibat luapan pasang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman selanjutnya. Hasil penelitian Dewi (2009) menunjukkan bahwa bibit
kelapa sawit main nursery mampu bertahan pada genangan selama 30 hari namun,
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
4
pertumbuhan terbaik pada perlakuan 20 hari penggenangan. Penggenangan di atas
20 hari menyebabkan cekaman yang berat bagi bibit kelapa sawit umur 12 bulan .
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang respon pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) main
nursery terhadap lama genangan.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jack) main nursery terhadap lama genangan.
1.3. Hipotesis
Pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) main nursery akan
memberikan respon yang berbeda terhadap perlakuan lama genangan.
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika dan Botani Tanaman Kelapa Sawit
Risza (1995) mengatakan bahwa taksonomi tanaman kelapa sawit adalah
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermeae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Elaeis
Species : Elaeis guineensis Jacq.
Menurut Sastrosayono (2006), perakaran kelapa sawit berbentuk serabut yang
tumbuh secara vertikal dan horizontal yang membentuk akar primer, akar skunder,
akar tersier dan akar kwarter. Perakaran kelapa sawit umumnya menyebar
dangkal, dengan daya jelajah akar cukup luas. Akar berfungsi sebagai penyanggah
bagian atas tanaman dan menyerap unsur hara dari dalam tanah.
Batang kelapa sawit tidak bercabang dan tidak berkambium. Batangnya berbentuk
silinder dengan diameter antara 20 sampai 75 cm. Namun demikian diameter
batangnya dapat berukuran lebih kecil atau lebih besar, hal ini tergantung dengan
kondisi lingkungan pendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
5
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
6
Tinggi batang kelapa sawit berkisar antara 10 m sampai 20 meter, tergantung
dengan kondisi lingkungan dan umur tanamannya (Setyawibawa, 1992). Susunan
daun tanaman kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa yaitu membentuk
susunan daun majemuk. Daun-daun tersebut membentuk suatu pelepah daun yang
panjangnya dapat mencapai lebih kurang 7,5 sampai 9 meter. Jumlah anak daun
berkisar antara 250 sampai 400 helai. Daun yang masih muda yang masih kuncup
berwarna kuning pucat. Pertumbuhan daun kelapa sawit dalam satu tahun
berkisar 20 sampai 24 helai. Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang disebut
phyllotaxis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun
yaitu dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8, artinya satu kali berputar
melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak 8 helai (Fauzi et al.
2004).
Menurut Risza (1995) tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur lebih
kurang dua tahun. Pembungaan kelapa sawit termasuk monoccious, artinya bunga
jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan
yang sama. Namun kadang-kadang dijumpai juga dalam satu tandan terdapat
bunga jantan dan betina yang disebut dengan bunga banci (Hermaprodit).
Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk secara silang dan juga menyerbuk
sendiri.
Proses pembentukan buah dari penyerbukan sampai buah matang membutuhkan
waktu lebih kurang 6 bulan. Tanaman kelapa sawit normal yang telah berbuah
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
7
dapat menghasilkan lebih kurang 12 sampai 22 tandan. Berat buah tanaman
kelapa sawit yang baru berbuah berkisar antara 3 sampai 6 kg per tandan dan pada
tanaman tua, berat buah dapat mencapai 25 sampai 35 kg per tandan. Dalam satu
tandan dewasa, jumlah buah dapat mencapai antara 1.600 sampai 2.000 buah
(Fauzi et al. 2004).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik didaerah antara 12 0 LU sampai 12
0 LS,
dengan curah hujan berkisar antara 2.000 mm sampai 2.500 mm per tahun, dengan
distribusi merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum
antara 5 sampai 7 jam perhari, dengan suhu antara 24 0
sampai 30 0 C. Ketinggian
tempat yang optimum antara 0 sampai 500 meter diatas permukaan laut, dengan
kelembaban antara 80 sampai 90 % ( Fauzi et al. 2004).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada berbagai macam jenis
tanah, antara lain tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), tanah lempung berpasir
sampai tanah yang berstruktur liat dan tanah-tanah gambut yang ketebalannya
tidak lebih dari 1 meter, dengan pH antara 4,0 sampai 6,5 (Risza, 1995).
2.3. Pengaruh Penggenangan
Dalam Buckman and Brady (1982) disebutkan bahwa keberadaan air berdasarkan
klasifikasi biologi air di dalam tanah ada tiga bentuk yaitu : air kelebihan, air
tersedia dan air tidak tersedia. Pada umumnya kelebihan air yang terikat pada
kapasitas lapangan tidak menguntungkan tanaman tingkat tinggi. Bila terlalu
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
8
banyak air, keadaannya merugikan pertumbuhan dan menjadi lebih buruk ketika
mencapai titik jenuh. Pengaruh buruk yang lain dari kelebihan air adalah
terlindinya unsur hara bersama gerakan air tersebut ke bawah. Pada tanah yang
bertekstur halus, hal ini mungkin hanya perpindahan unsur hara ke lapisan yang
lebih bawah dan tidak terlalu dalam sehingga masih dapat diserap oleh akar
tanaman.
Menurut Robianto (2012) akibat genangan pada tanaman adalah peningkatan
kandungan lengas tanah di atas kapasitas lapangan, menimbulkan dampak yang
buruk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, menurunkan pertukaran gas
antara tanah dan udara yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi
akar, menghambat pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme (mendorong udara
keluar dari pori tanah maupun menghambat laju difusi). Pada kondisi tergenang,
kandungan O2 yang tersisa di tanah lebih cepat habis bila ada tanaman, sehingga
terjadi hipoksia yaitu keadaan lingkungan kekurangan O2, dan juga dapat terjadi
anoksia yaitu keadaan lingkungan tanpa O2 (mengalami cekaman aerasi). Kondisi
anoksia tercapai pada jangka waktu 6 – 8 jam setelah genangan, karena O2
terdesak oleh air dan sisa O2 dimanfaatkan oleh mikroorganisme.
Pada kondisi genangan, < 10% volume pori yang berisi udara. Sebagian besar
tanaman pertumbuhan akarnya terhambat bila < 10% volume pori yang berisi
udara dan laju difusi O2 kurang dari 0.2 ug/cm2/menit. Laju difusi O2 di tanah
basah 20000 kali lebih lambat dibandingkan di udara. Laju penurunan O2
dipengaruhi oleh tekstur tanah. Pada tanah pasiran, kehabisan O2 terjadi pada 3
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
9
hari setelah tergenang sedangkan pada tanah lempungan terjadi < 1 hari, porositas
lempungan lebih rendah dari pada pasiran. Penurunan O2 dipercepat oleh
keberadaan tanaman di lahan, akar tanaman menyerap untuk respirasi. Genangan
selain menimbulkan penurunan difusi O2 masuk ke pori juga akan menghambat
difusi gas lainnya, misal keluarnya CO2 dari pori tanah. CO2 terakumulasi di pori,
pada tanah yang baru saja tergenang 50% gas terlarut adalah CO2, sebagian
tanaman tidak mampu menahan keadaan tersebut dampak kelebihan konsentrasi
CO2 mempunyai pengaruh lebih kecil dibandingkan defisiensi O2 (Buckman and
Brady, 1982).
Genangan mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Struktur tanah
rusak, daya rekat agregat lemah, penurunan potensial redoks, peningkatan pH
tanah masam, penurunan pH tanah basa, perubahan daya hantar dan kekuatan ion,
perubahan keseimbangan hara. Tanaman yang tergenang menunjukkan gejala
klorosis khas kahat N. Kekahatan N terjadi karena penurunan ketersediaan N
maupun penurunan penyerapannya. Pada kondisi tergenang ketersediaan N dalam
bentuk nitrat sangat rendah karena proses denitrifikasi, nitrat diubah menjadi N2,
NO, N2O, atau NO2 yang menguap ke udara. Pada proses denitrifikasi, nitrat
digunakan oleh bakteri aerob sebagai penerima elektron dalam proses respirasi.
Genangan berdampak negatif terhadap ketersediaan N, tetapi ada pula keuntungan
dari timbulnya genangan yaitu peningkatan ketersediaan P, K, Ca, Si, Fe, S, Mo,
Ni, Zn, Pb, Co. Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi
antara lain respirasi, permeabilitas akar, penyerapan air dan hara, penyematan N
(Tim Pengasuh MK Ekofisiologi Faperta UGM. 2008).
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
10
Fitter A.H and Hay R.K.M, (1991) menyatakan bahwa genangan menyebabkan
kematian akar di kedalaman tertentu dan hal ini akan memacu pembentukan akar
adventif pada bagian di dekat permukaan tanah pada tanaman yang tahan
genangan. Kematian akar menjadi penyebab kekahatan N dan cekaman
kekeringan fisiologis. Pengaruh genangan pada tajuk tanaman: penurunan
pertumbuhan, klorosis, pemacuan penuaan, epinasti, pengguguran daun,
pembentukan lentisel, penurunan akumulasi bahan kering, pembentukan aerenkim
di batang. Besarnya kerusakan tanaman sebagai dampak genangan tergantung
pada fase pertumbuhan tanaman. Fase yang peka genangan: fase perkecambahan,
fase pembungaan, dan pengisian. Genangan pada fase perkecambahan
menurunkan jumlah biji yang berkecambah (perkecambahan sangat memerlukan
O2). Genangan yang terjadi pada fase pembungaan dan pengisian menyebabkan
banyak bunga dan buah muda gugur.
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan O. Mangunharjo Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Musi Rawas dengan ketinggian tempat 95 meter di atas permukaan
laut (mdpl) yang dilaksanakan selama 3 bulan dimulai bulan April sampai Juni
2014.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1) Bibit tanaman
kelapa sawit umur 6 bulan varietas D × P Tani Nusa 1 (TN-1), 2), Air bersih,
3) Pupuk pelengkap cair, 4) Kayu, 5) Papan, 6) Plastik terpal, 7) Paku, 8) Paranet
kerapatan 50%, 9) Bambu, 10) Pupuk NPK 15-15-15, 11) Alkohol 95 % dan
12) Kertas saring. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Palu, 2) Gergaji, 3) Pisau, 4) Tali, 5) Meteran, 6) Timbangan, 7) Ember
8) Spektrofotometer, 9) Hand sprayer, 10) Selang air, 11) Neraca analitik,
12) Penggerus, 13) Lumpang porselin, 14) Tabung ukur, 15) Mikropipet dan 16)
Alat tulis.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Metode Eksperimental dengan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) non faktorial, terdiri dari enam taraf perlakuan dan empat
ulangan. Perlakuan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
11
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
12
G0 : Tanpa genangan
G1 : Lama genangan 10 hari berturut-turut
G2 : Lama genangan 20 hari berturut-turut
G3 : Lama genangan 30 hari berturut-turut
G4 : Lama genangan 40 hari berturut-turut
G5 : lama genangan 50 hari berturut-turut
Pada penelitian terdapat 6 taraf perlakuan dan 4 kali ulangan sehingga didapat 24
unit perlakuan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Perlakuan Lama Genangan
Model matematika Rancangan Acak Kelompok non Faktorial
Y = µ + + €
Dimana :
Y : Nilai pengamatan
µ : Nilai rata-rata harapan
: Pengaruh perlakuan
: Pengaruh galat
Lama genangan (G) Ulangan
I II III IV
G 0 G 0 G 0 G 0 G 0
G 1 G 1 G 1 G 1 G 1
G 2 G 2 G 2 G 2 G 2
G 3 G 3 G 3 G 3 G 3
G 4 G 4 G 4 G 4 G 4
G 5 G 5 G 5 G 5 G 5
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
13
Untuk melihat pengaruh perlakuan dilakukan dengan menggunakan analisis
keragaman yang tersaji dalam Tabel 2.
Tabel.2. Analisis Keragaman Rancangan Acak Kelompok non Faktorial.
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadra
Tengah
F-Hitung
F-Tabel
5% 1%
Kelompok ( r ) r-1 = v1 JKR JKR/v1 KTR/KTG
Perlakuan (G ) t-1 = v1 JKG JKG/V1 KTG/KTG
Galat (rt-1)–(t-1) = v2 JKG JKG/V2
Total rt-1 JKT
Sumber: Gomez dan Gomez 1995
Sedangkan untuk melihat tingkat ketelitian dari proses penelitian yang dilakukan
perlu dilakukan uji Koefesien keragaman (KK) dengan rumus sebagai berikut :
KK =Y
KTG X 100 %
Dimana : KK = Koefisien Keragaman
KTG = Kuadrat Tengah Galad
Y = Rata-rata Umum
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan terhadap peubah yang
diamati dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai F Hitung dengan F
Tabel, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Bila nilai F Hitung lebih kecil dari pada nilai F Tabel 5%, maka perlakuan
berpengaruh tidak nyata.
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
14
b. Bila nilai F Hitung lebih besar dari nilai F Tabel 5% tetapi lebih kecil dari F
Tabel 1%, maka perlakuan dinyatakan berpengaruh nyata.
c. Bila nilai F Hitung lebih besar dari nilai F Tabel 1%, maka perlakuan
berpengaruh sangat nyata.
Apabila perlakuan menunjukan pengaruh nyata sampai dengan sangat nyata, maka
diadakan uji lanjutan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan
rumus sebagai berikut :
= Q (p.v) SY
1. Sy = r
KTG
Keterangan :
= Beda Nyata Jujur (BNJ)
Q (p.v) = Nilai baku q pada tarif uji α
p = Jumlah perlakuan
v = Derajad bebas galat
KTG = Kuadrad tengah galad
r = Jumlah ulangan
3.4. Cara Kerja
3.4.1. Persiapan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dibuat dengan ukuran 5 m x 7 m, sebelum digunakan areal
dibersihkan dari rumput, dan selanjutnya tanah diratakan. Selanjutnya dibuat
kotak dari papan sebanyak 4 buah masing-masing berukuran 1,5 m x 2,5 m tinggi
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
15
kotak 60 cm. Setelah itu seluruh bagian dalam kotak dilapisi dengan plastik terpal
perak. Kotak diisi air sampai titik tumbuh bibit. Setiap ketinggian air dalam kotak
dibuatkan lubang control sebagai saluran air untuk membuang air bila ada hujan,
sehingga kedalaman air dalam kotak tetap stabil sampai pada titik tumbuh.
3.4.2. Persiapan Bibit
Bibit yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bibit yang sehat dan
seragam dengan umur 6 bulan varietas DxP – TN 1, dengan kriteria bibit sehat
atau bebas OPT, memiliki tinggi 90 – 100 cm dan memiliki jumlah pelepah daun
10 – 12 helai.
3.4.3. Pengisian Air ke dalam Kotak Perlakuan
Air yang digunakan untuk mengisi kotak perlakuan berasal dari air sumur. Air
diisikan ke dalam kotak hingga ketinggiannya mencapai titik tumbuh bibit.
Setelah semua petakan terisi air selanjutnya dilakukan pengendapan selama 24
jam, setelah itu bibit dimasukan dalam bak setiap perlakuan.
3.4.4. Penggenangan Bibit
Bibit yang sudah disiapkan selanjutnya dimasukkan ke masing-masing kotak
perlakuan sesuai dengan denah penelitian. Penggenangan bibit akan dimulai dari
yang genangannya paling lama yaitu 50 hari, berikutnya akan dilakukan
penggenangan untuk perlakuan lama genangan 40 hari, 30 hari, 20 hari dan 10
hari serta tanpa genangan. Sehingga dengan demikian akan didapatkan
keseragaman dalam mengakhiri penggenangan atau akhir penelitian.
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
16
3.4.5. Pemeliharaan
Selama perlakuan penggenangan dilakukan pemeliharaan diantaranya :
3.4.5.1. Penambahan air genangan
Penambahan air genangan akan dilakukan rutin sehingga kondisi kedalaman air di
dalam kotak perlakuan akan tetap stabil sampai titik tumbuh. Bila turun hujan
tidak dilakukan penambahan air. Air yang digunakan untuk menambah adalah air
bersih yang berasal dari air sumur.
3.4.5.2. Pemupukan
Sebelum diberi perlakuan bibit di berikan pupuk yaitu 10 hari sebelum digenangi
dengan menggunakan pupuk NPK 15:15:15 masing-masing polybag 5 gram.
Pupuk dibenamkan 5 cm disisi kanan dan kiri tanaman, kemudian bibit dipelihara
secara maksimal agar vigour. Setelah diberikan perlakuan penggenangan
pemupukan tanaman tetap dilakukan guna memberikan suplay hara ke dalam
tubuh tanaman, dengan cara menyemprotkan pupuk pelengkap cair gandasil D
secara rutin setiap 5 hari sekali. Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari
dengan menggunakan handsprayer dengan dosis 5 mg/liter air.
3.4.5.3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Untuk menjaga tanaman agar tidak rusak diserang hama maupun penyakit,
dilakukan pengendalian dengan insektisida dan fungisida. Interval dan dosis
penyemprotan pestisida dilakukan dengan menyesuaikan kondisi serangan hama
atau penyakit pada bibit.
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
17
3.4.6. Akhir Penelitian
Penelitian ini berakhir setelah semua perlakuan penggenangan telah selesai
dilaksanakan atau 50 hari setelah penggenangan. Pada akhir penelitian bibit
kelapa sawit diangkat dari kotak penggenangan selanjutnya dilakukan pengamatan
sesuai parameter perlakuan.
3.5. Peubah yang Diamati
Dalam penelitian ini parameter yang diamati yaitu :
3.5.1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman
dimulai dari leher akar sampai pada ujung daun yang tertinggi dikurangi tinggi
bibit awal. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran pada akhir
penelitian.
3.5.2. Jumlah Pelepah Daun (helai)
Penghitungan jumlah pelepah daun dilakukan terhadap pelepah yang telah
terbentuk sempurna dikurangi dengan jumlah pelepah daun awal. Penghitungan
pelepah daun dilakukan di akhir penelitian.
3.5.3. Morfologi Akar
Pengamatan morfologi akar dilakukan dengan cara mengamati perubahan karakter
akar akibat penggenangan, yang dilakukan pada akhir penelitian.
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
18
3.5.4. Berat Basah Berangkasan (g)
Penghitungan berat basah berangkasan dilakukan saat kondisi tanaman masih
segar dengan cara menimbang semua bagian tanaman baik tajuk maupun akar,
yang dilakukan diakhir penelitian.
3.5.5. Persentase Tanaman Hidup (%)
Penghitungan persentase tanaman hidup dilakukan pada akhir penelitian dengan
cara menggunakan rumus :
3.5.6. Kadar Khlorofil (Mg-1
)
Pengukuran kadar khlorofil dilakukan dengan cara menggerus daun sampel
dengan lumpang hingga halus. Gerusan daun tanaman dilarutkan dengan etanol
95% sebanyak 25 ml, kemudian dilakukan pengukuran kadar absorbansi ekstrak
menggunakan spektrofotometer pada 645 nm dan 663 nm. Pengukuran kadar
khlorofil dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan rumus dari
Wintermans dan de Mots sebagai berikut :
Klorofil a : 13,7 x OD 665 – 5,76 OD 649 (mg/l)
Klorofil b : 25,8 x OD 649 – 7,7 OD 665 (mg/l)
Klorofil total : 20,0 x OD 649 + 6,1 OD 665 (mg/l)
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Hasil
Hasil analisis keragaman respon pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jack) main nursery terhadap perlakuan lama genangan tertera pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Analisis Keragaman Respon Pertumbuhan Bibit Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJack) Main Nursery terhadap
Perlakuan Lama Genangan
No Peubah yang diamati G KK
1.
2.
3.
4.
Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
Pertambahan Jumlah Pelepah Daun (helai)
Berat Basah Berangkasan (g)
Jumlah Klorofil (mg-1
)
4,00*
1,49 tn
0,86 tn
18.71**
14,44
22,56
21,84
20,63
Keterangan :
G = Perlakuan lama genangan
** = Berpengaruh sangat nyata
* = Berpengaruh nyata
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK = Koefisien Keragaman
19
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
20
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan lama genangan (G)
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah klorofil, berpengaruh nyata terhadap
pertambahan tinggi tanaman, serta berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan
jumlah pelepah daun dan berat basah berangkasan .
Hasil uji BNJ dan data tabulasi perlakuan lama genangan terhadap semua peubah
yang diamati tertera pada Tabel 4.4.
Tabel 4. 4. Hasil Uji BNJ dan Data Tabulasi Perlakuan Lama Genangan terhadap
semua Peubah yang Diamati
No Peubah yang Diamati Perlakuan Lama Genangan (G) BNJ
5%
BNJ
1% G0 G1 G2 G3 G4 G5
1 Pertambahan Tinggi
Tanaman (cm) 6,31 b 4,73 a 5,09 ab 4,72 a 4,27 a 4,59 a 1,26
-
2 Pertambahan Jumlah
Pelepah Daun (helai) 2,25 2,00 1,67 1,67 1,59 1,92 -
-
3 Berat Basah
Berangkasan (g) 606,25 643,75 587,50 650,00 637,50 487,50 -
-
4 Jumlah Klorofil
(mg-1) 56,23 bB 49,57 bB 49,17bB 26,96 aA 19,95 aA 19,89 aA 14,76 18,72
5 Persentase Tanaman
Hidup (%) 100 100 100 100 100 100 -
-
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang
sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji 5% dan 1%
4.1.1. Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
Data hasil pengamatan pertambahan tinggi tanaman dan hasil analisis keragaman
dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Dari hasil analisis keragaman menunjukkan
bahwa perlakuan lama penggenangan berpengaruh nyata terhadap pertambahan
tinggi tanaman. Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan G0 berbeda tidak
nyata dengan perlakuan G2 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Pertambahan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan G0 yaitu 6,31 cm
dan terendah pada perlakuan G4 yaitu 4,27 cm.
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
21
4.1.2. Pertambahan Jumlah Pelepah Daun (helai)
Data hasil pengamatan jumlah pelepah daun dan hasil analisis keragaman dapat
dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Dari hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa
perlakuan lama penggenangan berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan
jumlah pelepah daun. Hasil tabulasi data menunjukkan bahwa perlakuan G0
menghasilkan pertambahan jumlah pelepah daun terbanyak yaitu 2,25 helai dan
paling sedikit pada perlakuan G4 yaitu 1,59 helai.
4.1.3. Berat Basah Berangkasan (g)
Data hasil pengamatan berat basah berangkasan dan hasil analisis keragaman
dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Dari hasil analisis keragaman menunjukkan
bahwa perlakuan lama penggenangan berpengaruh tidak nyata terhadap berat
basah berangkasan. Hasil tabulasi data menunjukkan bahwa perlakuan G3
menghasilkan berat basah berangkasan terberat yaitu 650,00 g dan paling sedikit
pada perlakuan G5 yaitu 487,50 g.
4.1.4. Jumlah Klorofil (mg-1
)
Data hasil pengamatan jumlah klorofil dan hasil analisis keragaman dapat dilihat
pada Lampiran 9 dan 10. Dari hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa
perlakuan lama penggenagan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah klorofil.
Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan G0 berbeda sangat nyata dengan
G3,G4, dan G5 serta berbeda tidak nyata dengan G1 dan G2. Jumlah klorofil
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
22
terbanyak terdapat pada G0 yaitu 56,23 mg-1 dan paling sedikit pada perlakuan
G5 yaitu 19,89 mg-1
.
4.1.5. Persentase Tanaman Hidup (%)
Hasil pengamatan persentase tanaman hidup menunjukkan bahwa semua
perlakuan lama penggenangan memberikan hasil persentase tanaman hidup 100%.
4.1.6. Morfologi Akar
Pengamatan morfologi akar tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada gambar 1
sampai 12. Hasil pengamatan visual terhadap morfologi akar menunjukkan bahwa
semakin lama digenangi maka semakin terlihat perubahan morfologi akar bibit
tanaman sawit. Perubahan tersebut tampak pada warna akar dan munculnya akar
adventif dari media tanam yang digenangi.
4.2. Pembahasan
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan lama penggenangan
berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dan berpengaruh sangat
nyata terhadap jumlah klorofil serta berpengaruh tidak nyata terhadap peubah
lainnya. Sedangkan untuk persentase tanaman hidup semuanya hidup 100% dan
morfologi akar berdasarkan pengamatan visual terdapat variasi morfologi akar
bibit, semakin lama digenangi maka semakin terlihat akar adventif yang terbentuk
serta semakin akar yang keluar ke permukaan air.
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
23
Pengaruh nyata sampai sangat nyata pada peubah pertambahan tinggi bibit dan
jumlah klorofil menunjukkan bahwa dengan penggenangan maka respon bibit
kelapa sawit akan berbeda-beda. Penggenangan menyebabkan terganggunya
sistem tata udara tanah atau airase, hal tersebut menyebabkan ketersediaan
oksigen bagi akar menjadi terhambat sehingga akar akan terganggu terutama
dalam aktifitasnya menopang pertumbuhan bibit kelapa sawit. Dengan
terganggunya airase maka aktifitas penyerapan hara dan air menjadi terganggu
sehingga pertambahan tinggi tanaman dan jumlah klorofil yang terbentuk lebih
sedikit atau lebih rendah. Menurut Lakitan (1997), terganggunya perakaran akibat
cekaman air menyebabkan tanaman akan kekurangan bahan metabolisme yang
salah satunya adalah pembentukan klorofil menjadi terganggu dan dimungkinkan
terjadinya peluruhan klorofil daun. Perbedaan cekaman penggenangan
menyebabkan laju pertumbuhan tanaman akan berbeda-beda, sesuai dengan
tingkat ketahanannya.
Hasil uji BNJ dan tabulasi data menunjukkan bahwa perlakuan tanpa
penggenangan (G0) memberikan hasil terbaik pada pertambahan tinggi tanaman,
pertambahan jumlah pelepah daun dan jumlah klorofil. Selain itu morfologi akar
yang tanpa digenangi menunjukkan morfologi akar yang normal. Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan tanpa penggenagan menyebabkan pertumbuhan
bibit tanaman kelapa sawit normal, hal ini terlihat dari pertambahan jumlah
pelepah daun yang terbentuk, kandungan klorofil dan morfologi akarnya. Jumlah
klorofil merupakan indikasi dari baik atau tidaknya kondisi tanaman. Menurut
Lakitan (1995) bahwa kandungan klorofil daun akan menentukan proses
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
24
metabolisme terutama pada proses fotosintesis. Sedangkan proses fotosintesis
sangat dipengaruhi oleh air. Bila tanaman mendapatkan air dalam jumlah yang
cukup maka tanaman akan mampu melakukan proses metabolisme secara baik
dan pertumbuhannya akan meningkat. Sebaliknya bila air berlebihan pada media
tanam akan mengganggu sistem perakaran.
Hasil penelitian Nurbaiti et. al (2011) menunjukkan bahwa penggenangan air 10
hari atau lebih secara berturut-turut berpengaruh negatif terhadap perakaran
tanaman. Perlakuan tanpa penggenangan menghasilkan pertumbuhan bibit yang
lebih baik.
Pengaruh tidak nyata perlakuan lama penggenangan yang terdapat pada peubah
pertambahan jumlah pelepah daun dan berat basah berangkasan menunjukkan
bahwa akibat penggenangan memberikan pengaruh yang relatif sama. Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum perlakuan lama penggenangan belum sampai
menyebabkan stress berat pada bibit tanaman kelapa sawit, sehingga efek
penggenangan masih dalam batas toleransi sehingga tanaman masih relatif sama
pertumbuhan pelepah daunnya serta berat basah berangkasannya. Menurut Dat et.
al (2006) dalam Paren et. al (2013), genangan air tanah dapat menyebabkan stres
bagi tanaman dan akan menjadi kendala pada pertumbuhan akar dan memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dengan
demikian, genangan air merupakan faktor penting yang mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup spesies tanaman, tidak
hanya pada ekosistem alami, tetapi juga pada sistem budidaya pertanian.
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
25
Menurut Munandar dan Wijaya (1997), perubahan tinggi genangan air dapat
mengakibatkan peristiwa yang kurang menguntungkan bagi tanaman.
Menurut Sastrosayono (2003), tanaman kelapa sawit tergolong tanaman toleran
terhadap genangan air sampai batas tertentu. Penggenangan pada fase bibit lebih
beresiko merusak tanaman bila dibandingkan dengan tanaman yang di lapangan.
Demikian juga tanaman sawit akan mengalami gangguan pertumbuhan bila air
tidak tersedia dalam jumlah banyak dalam masa tertentu pada fase pertumbuhan
bibit terutama di lapangan.
Hasil uji BNJ dan data tabulasi menunjukkan bahwa perlakuan lama
penggenangan 40 hari berturut-turut (G4) memberikan hasil yang terendah
terhadap peubah pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah pelepah
daun. Sedangkan perlakuan perendaman 50 hari berturut-turut memberikan hasil
terendah pada berat basah berangkasan dan jumlah klorofil. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan penggenangan 40 hari sampai 50 hari sama-sama menyebabkan
tanaman mengalami cekaman lingkungan, sehingga tanaman mengalami stress
yang berdampak pada gangguan proses pertumbuhannya. Tanaman yang
digenangi 50 hari berturut-turut menunjukkan perubahan warna daun, sebagian
daunnya mulai berwarna hijau kekuningan, daunnya lebih tipis dan pelepah
daunnya lebih terbuka. Penggenangan terlalu lama menyebabkan terjadinya
perubahan pada morfologi akarnya, sehingga absorbsi hara terganggu dan
tanaman akan mengalami kekurangan hara, akibatnya tampak pada bagian daun
tanaman yang mulai menguning. Daun menguning akibat peluruhan klorofil dan
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
26
atau dapat disebabkan pembentukan klorofilnya terhambat akibat aktifitas sel
yang terganggu. Selain itu untuk mempertahankan hidup tanaman melakukan
perombakan kandungan cadangan makanannya, sehingga tanaman mengalami
gangguan pertumbuhan terutama pembentukan jaringan baru. Selain mengubah
cadangan makanan untuk mempertahankan hidupnya, tanaman yang digenangi
terlalu lama akan memodifikasi akarnya untuk membentuk akar adventif lebih
banyak yang muncul ke permukaan air dan difungsikan untuk menyerap oksigen
bebas dari udara. Diduga kondisi tanaman yang sudah lemah karena genangan dan
ditambah dengan penyinaran matahari yang ekstrem pada saat penelitian maka
akan memperparah kerusakan klorofil daun, sehingga daun mulai menguning. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Dewi (2006) bahwa semakin lama
penggenangan bibit sawit menyebabkan pertumbuhan kuncup daun menjadi lebih
lambat, kandungan klorofil menurun, dan pembentukan akar adventif semakin
banyak.
Perlakuan penggenangan 50 hari berturut-turut memberikan peningkatan pada
jumlah akar adventif. Pertumbuhan akar adventif merupakan adaptasi morfologi
yang terlihat pada bibit kelapa sawit yang mengalami penggenangan. Semakin
lama periode penggenangan maka jumlah akar adventif yang terbentuk lebih
banyak dan kerusakan akar serabut di dalam media tanam semakin banyak,
dibandingkan dengan perlakuan tanpa penggenangan. Pada perlakuan tanpa
penggenangan tidak ditemukan adanya akar adventif dan kerusakan akar.
Menurut Salisbury dan Ross (1995) bahwa tanaman yang mengalami cekaman air
akan membentuk akar udara atau adventif yang muncul ke permukaan air.
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
27
Pembentukan akar adventif disebabkan oleh kondisi anaerob pada perakaran yang
merupakan adaptasi morfologi bagi bibit kelapa sawit untuk dapat bertahan hidup
pada periode penggenangan. Akar adventif berfungsi sebagai tempat masuknya
oksigen, sehingga dalam kondisi tergenang dimana perakarannya jenuh air
tanaman masih bisa mengambil oksigen yang ada di udara untuk melakukan
respirasi secara aerob. Menurut hasil penelitian Kozlowski et.al (1991) dalam
Nurbaiti et. al (2011), tumbuhan kayu hutan rawa melakukan adaptasi morfologi
dan anatomi dengan membentuk akar adventif dan rongga aerenkim pada akar.
Menurut Harahap et. al (2000), genangan air yang semakin lama pada bibit kelapa
sawit dapat mengakibatkan kerusakan fungsi daun, titik tumbuh dan perakaran
yang semakin signifikan. Selanjutnya menurut Lakitan (1997), kondisi anaerobik
tanah menyebabkan perubahan-perubahan dalam keseimbangan substansi
pertumbuhan yang dikirim dari akar ke pucuk, kemungkinan sebagai responnya
terhadap etilen eksogenous dalam tanah. Akibat penggenangan terlalu lama akan
terjadi perubahan morfologi akar dan keadaan ini dapat mengganggu hubungan
antara bagian atas tanaman dengan akar. Adanya gangguan pada akar akan
menurunkan laju transpirasi dan menaikkan rata-rata nisbah antara bagian atas
tanaman dengan akar (S/R) karena akar lebih banyak menentukan suplai oksigen
di dalam tanah pada kondisi tergenang.
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Lama penggenangan memberikan respon yang sangat nyata pada peubah
jumlah klorofil dan respon yang nyata pada peubah tinggi tanaman.
2. Bibit kelapa sawit varietas D × P Tani Nusa 1 (TN-1) umur 6 bulan masih
mampu bertahan hidup dalam kondisi tergenang sampai titik tumbuh selama 50
hari.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan disarankan dalam budidaya tanaman kelapa
sawit, agar menghindari lahan-lahan yang tergenang lebih dari 50 hari. Perlu
dilakukan penelitian lanjutan dengan perlakuan penggenangan lebih lama dan
dengan variasi tinggi air penggenangan yang berbeda, serta pemeliharaan tanaman
pasca tergenang air.
28
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
DAFTAR PUSTAKA
Buckman O. H. dan Brady N. C. 1982. Ilmu Tanah terjemahan Prof. Dr.
Soegiman. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Hal. 561-572.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1991. “Prosiding Seminar
Penelitian Lahan Pasang Surut dan Rawa SWAMPS II”. 1990. Palembang,
29-31 Oktober 1990.
Departemen Pertanian. 2012. Kelapa Sawit. Diakses dari
http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/bun/BUN-asem2012/Areal-
KelapaSawit.pdf. Tanggal 12 Januari 2014.
Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Petanian RI, 2012. Laporan Tahunan
Sektor Perkebunan Nasional. Kementrian Pertanian RI. Jakarta. Diakses
dari http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/bun/BUN-asem2012/Areal-
KelapaSawit.pdf. Tanggal 10 Januari 2014.
Dewi, A. 2009. Respon Lama Penggenangan dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit TBM. Fakultas Pertanian Universitas
Baturaja. Jurnal Agronomibis ISSN 1979-8245X, Vol 1, No.1 Maret 2009.
Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2002. Budidaya
Pemanfaatan dan Analisa Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Fitter A.H and Hay R.K.M, (1991). Fisiologi Lingkungan Tanaman. Penerjemah :
Harahap, I.Y., Winarna dan Sutarta, E.S. 2000. “Produktivitas Tanaman Kelapa
Sawit: Tinjauan dari Aspek Tanah dan Iklim”. Prosiding Pertemuan Teknis
Kelapa Sawit. 25-26 April 2000. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Lakitan, B. 1997. Fisiologi Tanaman Pada Kondisi Rizosfer KekuranganOksigen.
Universitas Sriwijaya Palembang.
Munandar dan A. Wijaya. 1997. “Toleransi Terhadap Genangan Pada Fase Vegetatif
Beberapa Varietas Lokal Padi Lebak”. Prosiding Seminar Ilmiah Bidang Ilmu
Pertanian dalam Rangka Dies Natalis UNSRI ke-36. Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya. Indralaya
Noor, M. 1996. Padi Lahan Marginal. Jakarta: Penebar Swadaya
29
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
30
Nurbaiti, A. E. Yulia, dan J. Sitorus. 2012. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Medium Gambut Dengan Berbagai
Periode Penggenangan. J. Agrotek. Trop. 1 (1): 14 – 17 (2012). Fakultas
Pertanian Universitas Riau.
Tim Pengasuh MK Ekofisiologi Faperta UGM. (2008). Hubungan Air dan
Tanaman. Staf Laboratorium Ilmu Tanaman. www.faperta.ugm.ac.id
Risza,S., 1995. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktifitas, Kanisius,
Yogyakarta.
Salisbury. F.B and C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB Bandung.
Bandung
Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Tangerang: Agromedia Pustaka.
Sjarkowi, F., S.E. Rahim, Z. Hanafiah. 1992. Kiat Pengelolaan Bagi Potensi dan
Kepekaan Ekologis Lahan Rawa”. Prosiding Seminar Nasional: Pemanfaatan
Potensi Lahan Rawa untuk Pencapaian dan Pelestarian Swasembada Pangan.
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang
Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Jakarta: Kanisius
World Wild Fund (WWF) Indonesia. 2013. Luas Kebun Kelapa Sawit Mencapai
135 Juta Hektar. Diakses dari http://www.tempo.co/read/news/
2013/12/05/090534988/ Luas-Kebun-Sawit-Mencapai-135-Juta-Hektare
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
31
Lampiran 1. Denah Penelitian
I
II
III
IV
G0
G2
G0
G3
G1
G5
G1
G4
G4
G3
G2
G1
G2
G4
G5
G2
G3
G1
G4
G5
G5
G0
G3
G0
Keterangan :
I,II,III,IV : Ulangan
G : Perlakuan Lama Genangan
Jarak antar tanaman : 20 cm
Luas kotak genangan : 1,5 x 2,5 m
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
32
Lampiran 2. Deskripsi Kelapa Sawit Varietas D × P Tani Nusa 1 (TN-1)
Umur siap panen : 24 – 28 bulan
Kecepatan pertumbuhan tanaman : 35,6 – 42,5 cm/th
Produksi TBS pada umur 2 tahun (TM 1) : 4 – 5 ton/ha/th
Produksi TBS pada umur 8 tahun (TM 5) : 28 ton/ha/th
Produksi TBS pada umur 10 tahun (TM 8 : 32 – 35 ton/ha/th
Potensi produksi CPO (TM 8) : 6,7 – 7,0 ton/ha/th
Rendemen CPO (Lap) : 30,5%
Rendemen CPO (IER) : 26,3%
Potensi produksi inti sawit (TM 8) : 1,9 – 2,1 ton/ha/th
Kerapatan tanaman : 148 phn/ha
Usia produksi : 33 th
Dapat beradaptasi dengan baik pada lahan marginal atau mulai dari lahan kelas
S3 – lahan kelas S1
SK Menteri Pertanian No. 648/Kpts/SR.120/5/2008
SK Dirjenbun No. 86/Kpts/HK.330/05/2008
SUMBER : http://www.sawitplasma.com/bibit-unggul-tn1-pt-btn-pt-solusi-sawit-
syariah.html
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
33
Lampiran 3. Hasil Pengamatan Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rerata
I II III IV
G0 6,50 7,50 5,07 6,17 25,24 6,31
G1 5,57 5,83 3,03 4,50 18,93 4,73
G2 7,50 4,83 2,90 5,14 20,37 5,09
G3 5,33 5,63 3,33 4,60 18,89 4,72
G4 6,50 4,23 2,07 4,28 17,08 4,27
G5 5,50 4,60 3,70 4,57 18,37 4,59
Jumlah 36,90 32,62 20,10 29,26 118,88 4,95
Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
Sumber
Keragaman DB JK KT Fhit
F-Tabel
5% 1%
Kelompok 3 25,4531 8,4844 16,59 **
3,29 5,42
Perlakuan G 5 10,2364 2,0473 4,00 * 2,90 4,56
Galat 15 7,6710 0,5114
Total 23 43,3605
Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK = 14,44 %
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
34
Lampiran 5. Hasil Pengamatan Pertambahan Jumlah Pelepah Daun (Helai)
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rerata I II III IV
G0 3,00 2,00 2,33 1,67 9,00 2,25
G1 2,00 1,67 1,67 2,67 8,01 2,00
G2 2,00 1,33 1,67 1,67 6,67 1,67
G3 1,33 2,00 1,67 1,67 6,67 1,67
G4 1,67 2,00 1,67 1,00 6,34 1,59
G5 1,67 2,00 2,00 2,00 7,67 1,92
Jumlah 11,67 11,00 11,01 10,68 44,36 1,85
Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Pelepah Daun
(Helai)
Sumber Keragaman DB JK KT Fhit F-Tabel
5% 1%
Kelompok 3 0,0865 0,0288 0,17 tn
3,29 5,42
Perlakuan G 5 1,2985 0,2597 1,49 tn
2,90 4,56
Galat 15 2,6075 0,1738
Total 23 3,9925
Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK = 22,56 %
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
35
Lampiran 7. Hasil Pengamatan Berat Basah Berangkasan (gram)
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rerata
I II III IV
G0 450 450 850 675 2425,00 606,25
G1 525 600 600 850 2575,00 643,75
G2 525 550 600 675 2350,00 587,50
G3 575 500 850 675 2600,00 650,00
G4 475 425 625 1025 2550,00 637,50
G5 475 500 575 400 1950,00 487,50
Jumlah 3025,00 3025,00 4100,00 4300,00 14450,00 602,08
Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam Berat Basah Berangkasan (gram)
Sumber
Keragaman DB JK KT Fhit
F-Tabel
5% 1%
Kelompok 3 233,437.5000 77,812.5000 4,50 * 3,29 5,42
Perlakuan G 5 74,583.3333 14,916.6667 0,86 tn
2,90 4,56
Galat 15 259,375.0000 17,291.6667
Total 23 567,395.8333
Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK = 21,84 %
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
36
Lampiran 9. Hasil Pengamatan Jumlah Klorofil Daun (mg-1
)
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rerata
I II III IV
G0 29,02 66,00 61,28 68,60 224,90 56,23
G1 39,98 59,19 51,58 47,51 198,26 49,57
G2 44,05 62,70 46,84 43,09 196,68 49,17
G3 18,13 35,08 20,96 33,65 107,82 26,96
G4 14,69 37,56 11,39 16,17 79,81 19,95
G5 12,61 28,95 24,60 13,41 79,57 19,89
Jumlah 158,48 289,48 216,65 222,43 887,04 36,96
Lampiran 10. Analisis Sidik Ragam Jumlah Klorofil Daun (mg-1
)
Sumber
Keragaman DB JK KT Fhit
F-Tabel
5% 1%
Kelompok 3 1,436.1530 478.7177 8.24 **
3,29 5,42
Perlakuan 5 5,439.0600 1,087.8120 18.71 **
2,90 4,56
Galat 15 871.9275 58.1285
Total 23 7,747.1404
Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata
KK = 20.63 %
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
37
Lampiran 11. Data Rata-Rata Persentase Tanaman Hidup (%)
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rerata
Persentase
Tanaman
hidup (%) I II III IV
G1 3,00 3,00 3,00 3,00 12,00 3,00 100
G2 3,00 3,00 3,00 3,00 12,00 3,00 100
G3 3,00 3,00 3,00 3,00 12,00 3,00 100
G4 3,00 3,00 3,00 3,00 12,00 3,00 100
G5 3,00 3,00 3,00 3,00 12,00 3,00 100
G6 3,00 3,00 3,00 3,00 12,00 3,00 100
Jumlah 18,00 18,00 18,00 18,00 72,00 3,00 100
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
38
Gambar 1. Perbandingan morfologi akar perlakuan G0 dengan G1
Gambar 2. Perbandingan morfologi akar perlakuan G0 dengan G2
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
39
Gambar 3. Perbandingan Morfologi akar perlakuan G0 dengan G3
Gambar 4. Perbandingan Morfologi akar perlakuan G0 dengan G4
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
40
Gambar 5. Perbandingan morfologi akar perlakuan G0 dengan G5
Gambar 6. Kondisi Perakaran perlakuan G0
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
41
Gambar 7. Kondisi perakaran adventif perlakuan G1
Gambar 8. Kondisi perakaran adventif perlakuan G2
\
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
42
Gambar 9. Kondisi perakaran adventif perlakuan G3
Gambar 10. Kondisi perakaran adventif perlakuan G4
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
43
Gambar 11. Kondisi perakaran adventif perlakuan G5
Gambar 12. Kotak genangan sebelum pemasangan plastik terpal
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
44
Gambar 13. Kotak genangan setelah pemasangan plastik terpal
Gambar 14. Persiapan bibit kelapa sawit
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
45
Gambar 15. Penggenangan bibit kelapa sawit
Gambar 16. Pengukuran tinggi genangan air
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
46
Gambar 17. Kunjungan dosen pembimbing I
Gambar 18. Kunjungan dosen pembimbing II
PR
OG
RA
M S
TU
DI
A
GR
OT
EK
NO
LO
GI
FA
KU
LT
AS
P
ER
TA
NI
AN
UN
IV
ER
SI
TA
S M
US
I R
AW
AS
47
Gambar 19. Uji kadar klorofil daun
Gambar 20. Pengukuran tinggi tanaman