RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis OLEH: HERVIKARANI PURNOMO PUTRI H0306062 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

Page 1: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

RESPON PENAWARAN JAGUNG

DI KABUPATEN KLATEN

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

OLEH:

HERVIKARANI PURNOMO PUTRI

H0306062

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN

yang dipersiapkan dan disusun oleh Hervikarani Purnomo Putri

H0306062

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 7 April 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Prof. Dr. Ir. Endang Siti R, MS NIP. 19570104 198003 2 001

Ir. Sugiharti Mulya H, MP NIP. 19650626 199003 2 001

Erlyna Wida R, SP. MP NIP. 19780708 200312 2 002

Surakarta, April 2011 Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

Page 3: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah

SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Respon Penawaran di Kabupaten

Klaten, sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi. selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta,

sekaigus Dosen Pembimbing Pendamping dan Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan bimbingan saran dan masukan.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan.

5. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP selaku Dosen Penguji Tamu yang berkenan

memberikan saran dan perbaikan bagi penelitian ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta terutama Jurusan Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa

perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Jajaran pemerintah Kabupaten Klaten yang telah memberikan ijin penelitian

kepada penulis di wilayahnya.

Page 4: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

8. Seluruh Staf Dinas Pertanian Kabupaten Klaten yang telah memberikan informasi

yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Seluruh Staf Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten yang telah memberikan

bantuan dalam menyediakan data-data serta informasi yang diperlukan dalam

penulisan skripsi ini.

10. Bapak dan Ibu tersayang, adiku Risma dan Ardi, kalian yang selalu mencintai

penulis, selalu ada di setiap keadaan dan selalu setia memberi semangat dalam

berbagai cara serta mendoakan penulis di setiap langkah demi kesuksesan penulis.

11. Sahabatku: phita dan restu terima kasih untuk semangat dan dukungan mau

mendengar keluh kesah penulis.

12. Ming piye?! Community: adhi, bagus, arip, ari, tommie, terima kasih untuk semua

pengalaman, kesenangan, masalah dan solusi serta segala macam bantuan,

semoga kebahagiaan selalu kita rasakan.

13. Ceman-ceman Genk G4uL: bagoezt, ita, mutasi, husnul, habib dan hanip terima

kasih atas segala bantuan, tawa dan air mata terutama di saat terakhir, semoga kita

tetap bersama dalam kesuksesan.

14. Teman-teman MemEZz: mb. anis, mb.yuni, erna, hera, uswatun dan wilis terima

kasih untuk kekeluargaan dan kebersamaannya, untuk adik-adik kost Mess Fitri

terima kasih atas semangat dan penghiburannya.

15. Teman-teman tanpa komunitas: titut adi nugroho dan riant kadepe terima kasih

untuk semua semangat, bantuan dan harapan, dimanapun kita semoga selalu

bahagia.

16. Teman-teman tentor penawaran: anang, arip, mutasi, dedy, dyah, vita, sauma dan

isna terima kasih sudah mau membantu memecahkan semua masalah yang

penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini.

17. Teman-teman Zero Six yang telah memberikan dukungan serta semangat kepada

penulis, dimanapun kalian semoga kita dapat berkumpul lagi suatu saat nanti.

18. Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini.

Page 5: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini

baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat

memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri

khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, April 2011

Penulis

Page 6: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

RINGKASAN ................................................................................................. xiii

SUMMARY .................................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah .......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5 D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 5

II. LANDASAN TEORI ............................................................................... 6

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 6 1. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 6 2. Jagung ............................................................................................ 9 3. Respon Penawaran ........................................................................ 11 4. Teori Cobweb ................................................................................ 18 5. Elastisitas Penawaran .................................................................... 21

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ............................................. 22 C. Hipotesis ............................................................................................. 27 D. Asumsi ................................................................................................ 28 E. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 28 F. Pembatasan Masalah ......................................................................... 30

III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 31

A. Metode Dasar Penelitian ................................................................... 31 B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian .......................................... 31 C. Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data………………………..... .... 32

1. Jenis dan Sumber Data. ................................................................. 32 2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 33

Page 7: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

D. Metode Analisis Data ........................................................................ 33 1. Respon Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten .......................... 33 2. Pengujian Model ............................................................................ 34

a. ......................................................................................... Uji R2 Adjusted ( 2).................................................... ..................... .. 34

b.......................................................................................... Uji F .............................................................................................. 34

c. ......................................................................................... Uji t .............................................................................................. 35

3. Pengujian Asumsi Klasik .............................................................. 36 a. ......................................................................................... Uji

Multikolinearitas ...................................................................... 36 b.......................................................................................... Uji

Autokorelasi ............................................................................. 36 c. ......................................................................................... Uji

Heteroskedastisitas ................................................................... 36 4. Elastisitas Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten ...................... 37

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN........................................ 38

A. Keadaan Alam ................................................................................... 38 1. Lokasi Daerah Penelitian ............................................................... 38 2. Keadaan Geografi ........................................................................... 39 3. Topografi ........................................................................................ 39 4. Jenis Tanah ..................................................................................... 40 5. Keadaan Iklim ................................................................................ 42 6. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan ........................................... 42

B. Keadaan Penduduk ........................................................................... 44 1. Pertumbuhan Penduduk ................................................................. 44 2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin ................. 44 3. Keadaan Penduduk Menurut Matapencaharian ............................. 46

C. Keadaan Sarana Perekonomian ....................................................... 47 D. Keadaan Umum Pertanian ............................................................... 48

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................... 51

A. Hasil Penelitian................................................................................ . 51 1. Harga Jagung ................................................................................. 51 2. Jumlah Produksi Jagung ................................................................ 53 3. Luas Areal Panen Jagung ............................................................... 55 4. Harga Kedelai.................................................................................. 57 5. Harga Pupuk Urea .......................................................................... 59

B. Respon Penawaran Jagung.............................................................. 61

Page 8: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

1. Pengujian Model ........................................................................ . 62 a. Uji R2 Adjusted ( 2) ............................................................ . 62 b. Uji F........................................................................................ 63 c. Uji t ....................................................................................... 63

2. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh .................................. 64 3. Pengujian Asumsi Klasik ............................................................ 66

1. Multikolinearitas .................................................................... 66 2. Autokorelasi ........................................................................... 66 3. Heteroskedastisitas ................................................................ 66

4. Elastisitas Penawaran .................................................................. 66 C. Pembahasan ...................................................................................... 69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 76

A. Kesimpulan ........................................................................................ 76 B. Saran .................................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun 2008.......................……………………………………...............

2

2. Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Klaten tahun 2004-2008..........................................................................

2

3. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten tahun 2004-2008..............................................................................................

3

4. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan Di Kabupaten Klaten Tahun 2008..........…………………………..

32

5. Luas Wilayah di Kabupaten Klaten Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2008…………………………………….......

38

6. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun 2005-2008….........................................................................................

43

7. Perkembangan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten KlatenTahun 2004 – 2008…………............................................

44

8. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2008…………………………

45

9. Keadaan Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008………….........……………………….

47

10. Jenis dan Jumlah Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten Tahun 2008......................................……..……………………..

48

11. Produksi Tanaman Palawija di Kabupaten Klaten Tahun 2008........................................…………………………..............

49

12. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten 2008...………………….........

50

13. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007……………...…………………………….................

52

14. Luas Areal Panen Jagung, Perkembangan Jumlah Produksi Jagung, dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007............................……………………..……..

54

15. Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2008......…………………………....……..…

56

Page 10: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

16. Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007...........................................................…...…...

58

17. Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1993-2008........…............................................……..…...

60

18. Rekapitulasi Variabel yang Digunakan dalam Penelitian …....... 62

19. Analisis Varian Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten .......……………..........

63

20. Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Penawaran Jagung Di Kabupaten Klaten.................…..................................

64

21. Nilai Koefisien Regreai Parsial Variabel yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Jagung Kabupaten Klaten..........................

65

22.

Elastisitas Penawaran Jagung Dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang di Kabupaten Klaten .......……………..........…

67

Page 11: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kurva penawaran………………………………………….. 12

2. Kasus Cobweb……………………………………………... 19

3. Elastisitas Penawaran……………........................................ 22

4. Alur Kerangka Berfikir Respon Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten............................................................…..

27

5. Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007…...………………………………..

53

6.

7.

8.

9.

Grafik Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007…...…………....

Grafik Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1993-2008...........................

Grafik Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007.........................................................

Grafik Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1993-2008..............................................

54

57

59

61

Page 12: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

LAMPIRAN 1

1. Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1992-2007................ 81

2. Produksi dan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1992-2008 .................................................................... ..... 82

3. Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Tahun 1992-2007 ......... ..... 83

4. Harga Pupuk Urea di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008 ... ..... 84

LAMPIRAN 2

1. Regresi.. .................................................................................. ..... 85

2. Koefisien Regresi Parsial ....................................................... ..... 90

LAMPIRAN 3

1. Elastisitas Penawaran Jangka Pendek.. .................................. ..... 91

2. Elastisitas Penawaran Jangka Panjang.. ................................. ..... 91

LAMPIRAN 4

Peta Kabupaten Pati ................................................................ ..... 92

LAMPIRAN 5

Gambar Lahan Jagung di Kabupaten Klaten .......................... ..... 93

LAMPIRAN 6

Surat Ijin Penelitian ................................................................ ..... 94

Page 13: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

INTISARI

Hervikarani Purnomo Putri. H 0306062. 2010. “ Respon Penawaran Jagung Di Kabupaten Klaten”. Skripsi dengan bimbingan Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. dan Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. Fakultas Pertanian, Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran jagung di Kabupaten Klaten, dan menganalisis tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

Metode dasar yang digunakan, deskriptif analitis dengan lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan bahwa kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang berpotensi menjadi sentra produksi jagung di Propinsi Jawa Tengah.

Model analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda pada fungsi penawaran dengan pendekatan supply response dari Nerlove. Model memiliki nilai adjusted R2 sebesar 0,791. Artinya 79,1% penawaran jagung di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan oleh variabel harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea pada tahun tanam, sedangkan sisanya sebesar 21,9% dijelaskan variabel lain diluar penelitian. Berdasarkan uji F kelima variabel tak bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Berdasarkan uji t variabel harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun t berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan luas areal panen pada tahun sebelumnya terbukti tidak berpengaruh. Variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran jagung adalah jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya.

Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk harga jagung pada tahun sebelumnya bersifat inelastis positif sebesar 0,294 dan 0,301. Artinya kenaikan harga jagung sebesar 1% akan meningkatkan penawaran jagung sebesar 0,294% dalam jangka pendek dan 0,301% dalam jangka panjang. Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya bersifat elastis positif sebesar 1,083 dan 1,108. Artinya kenaikan jumlah produksi sebesar 1% akan menaikan penawaran jagung sebesar 1,083% dalam jangka pendek dan 1,108% dalam jangka panjang. Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk harga kedelai pada tahun sebelumnya bersifat inelastis negatif sebesar -0,404 dan -0,414. Artinya kenaikan harga kedelai sebesar 1% akan menurunkan penawaran jagung sebesar 0,404% dalam jangka pendek dan 0,414% dalam jangka panjang. Nilai elastisitas penawaran jangka pendek dan jangka panjang untuk harga pupuk urea pada tahun t bersifat inelastis negatif sebesar -0,466 dan -0,477. Artinya kenaikan harga pupuk urea sebesar 1% akan menurunkan penawaran jagung sebesar 0,466% dalam jangka pendek dan 0,477% dalam jangka panjang.

Dari hasil penelitian, peningkatkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten dapat dilakukan melalui pemberian pupuk bersubsidi oleh pemerintah, penyediaan benih unggul guna peningkatan jumlah produksi jagung, serta pengendalian harga jagung

Page 14: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

dengan harapan tingginya harga dapat meningkatkan minat petani untuk membudidayakan jagung di Kabupaten Klaten.

ABSTRACT

Hervikarani Purnomo Putri. H 0306062. 2010. Corn Supply Response in Klaten Regency. Thesis guided by Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. and Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. Agriculture Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

This research aims to determine : the factors that influence supply response of corn in Klaten district and analyze the elasticity of corn supply in Klaten Regency.

The basic metode used descriptive analysis with location of the research is selected intentionally (purposive) that is in Klaten Regency because it is one of the potential producer of corn in Central Java.

From data analysis using multiple linear regression on the supply function with the approach of the Nerlove supply response. It has good enough model wich has adjusted R2 0,791 which means that 79,1% of corn supply in Klaten Regency can be explained by corn price on the past year, corn production on the past year, corn acreage on the past year, soybean price on the past year and urea price on the year cultivation, while the rest of 21,9% is explained by the other variable outside research. From F-test, all independent variables altogether has some influence toward the corn supply in Klaten Regency. From the t-test, corn price on the past year, corn production on the past year, soybean price on the past year and urea price on the year cultivation has effect to corn supply in Klaten regency on level 99%. Variable corn acreage on the past year has no effect to corn supply in Klaten. Corn production on the past year has the biggest effect toward the corn supply in Klaten Regency.

The short term dan long term elasticity of corn supply in Klaten Regency to corn price on the past year are inelastic positive with value 0,294 and 0,301. It means that increasing of corn price on the past year is about 1% will increase corn supply about 0,294% in short term and 0,301% in long term. The short term and long term elasticity of corn supply in Klaten Regency to corn production on the past year are elastic positive with value 1,083 and 1,108. It means that increasing of corn production on the past year is about 1% will increasing corn supply about 1,083% in short term and 1,108% in long term. The short term dan long term elasticity of corn supply in Klaten Regency to soybean price on the past year are inelastic negative with value -0,404 and -0,414. It means that increasing of soybean price on the year cultivation is about 1% will decreasing corn supply about -0,404% in short term and -0,414% in long term. The short term dan long term elasticity of corn supply in Klaten Regency to urea price on the year cultivation are inelastic negative with value -,0466 and -0,477. It means that increasing of urea price on the year cultivation is about 1% will decreasing corn supply about 0,466% in short term and 0,477% in long term.

Based on the result of research, to increase the supply of corn in Klaten Regency could by giving urea price by goverment, using great seed to increase the corn product, and controling the corn price to increasing farmer to cultivate the corn in Klaten Regency.

Page 15: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Subsektor tanaman pangan mempunyai posisi strategis dan penting di

dalam pembangunan pertanian sebagai penghasil makanan pokok yang tidak

dapat disubtitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya. Sementara itu,

ketahanan pangan merupakan prasyarat utama bagi tercapainya ketahanan

ekonomi maupun ketahanan politik, sehingga peningkatan produksi pangan

untuk dapat mewujudkan pemulihan ekonomi dan mempertahankan swasembada

merupakan upaya strategis untuk memantapkan ketahanan pangan sekaligus

ketahanan nasional (Wibowo, 2000).

Tanaman pangan merupakan tanaman yang diperlakukan sebagai sumber

makanan pokok yang terdiri dari padi dan palawija. Palawija berarti semua

tanaman pertanian semusim yang ditanam pada lahan kering. Biasanya palawija

berupa tanaman kacang-kacangan seperti kedelai dan kacang tanah, serealia

selain padi seperti jagung dan umbi-umbian semusim seperti ketela pohon dan

ubi jalar (Sujarwo, 2010).

Jagung merupakan komoditi penting bagi perekonomian masyarakat

Indonesia. Hal ini tercermin dari tingkat kebutuhannya sepanjang tahun yang

cukup besar. Kebutuhan akan jagung selain untuk konsumsi langsung juga

merupakan bahan baku utama dalam industri peternakan. Sebagai salah satu

bahan pangan masyarakat, jagung dapat digolongkan sebagai bahan makanan

utama di Indonesia yang memiliki kedudukan sangat penting setelah kedelai

yaitu sebagai sumber utama karbohidrat dan protein. Oleh sebab itu, jagung

termasuk salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai

peluang untuk dikembangkan (Mahdi, 2010).

Beberapa tahun terakhir kebutuhan jagung di dalam negeri terus

meningkat. Hal ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan pakan ternak industri

peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai

1

Page 16: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

campuran bahan pakan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga

berkembang produk bahan pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di

kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku pembuatan

produk pangan. Dengan meningkatnya permintaan jagung tersebut, tentu

membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan

produksi jagungnya (Nugroho, 2010).

Tanaman jagung memiliki potensi usahatani di Kabupaten Klaten. Selain

sebagai komoditas pertanian yang kedua diutamakan setelah padi, jagung juga

termasuk tanaman palawija yang mempunyai produksi paling tinggi diantara

tanaman palawija yang lain. Sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No. Tanaman Pangan Jumlah Produksi

(Ton)

1. Padi 359.389 2. Jagung 79.518 3. Kedelai 6.797 4. Kacang Tanah 2.460 5. Kacang Hijau 225 6. Ketela Pohon 51.783 7. Ubi Jalar 741

Sumber: BPS Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa jagung menduduki urutan kedua

tanaman pangan terbesar setelah padi. Jumlah produksi jagung tersebut dapat

ditingkatkan dengan penambahan luas areal panen dan peningkatan produktivitas

melalui penggunaan benih unggul. Adapun perkembangan jumlah produksi

jagung di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Klaten tahun 2004-2008

Tahun Jumlah Produksi (Ton)

Perkembangan Ton %

2004 60.649 305 0,51 2005 61.681 1032 1,70 2006 60.330 -1351 -2,19

Page 17: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

2007 57.970 -2360 -3,91 2008 79.518 21548 37,17

Jumlah 320148 19174 32,92 Rata-rata 64029,6 3834,8 6,58

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dianalisis

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dalam kurun waktu 2004-2008

jumlah produksi jagung di Kabupaten Klaten mengalami perkembangan sebesar

32,92% dengan perkembangan rata-rata sebesar 6,58%. Jumlah produksi terbesar

terjadi pada tahun 2008 sebesar 79.518 ton dengan produksi terendah pada tahun

2007 sebesar 57.970 ton.

Selain jumlah produksi, tingkat harga juga memberikan pengaruh terhadap

penawaran. Menurut Arsyad (1987), harga dan kuantitas yang ditawarkan

memiliki hubungan yang positif. Dimana kenaikan jumlah produksi akan

menaikan tingkat harga barang tersebut. Hal sebaliknya pun bisa terjadi dimana

kenaikan harga barang dapat meningkatkan jumlah barang yang diproduksi.

Adapun perkembangan harga jagung di Kabupaten Klaten selama lima tahun

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten KLaten tahun 2004-2008

Tahun Harga (Rp/Kg) Perkembangan

Rp/kg % 2004 1157 0 0,00 2005 1213 56 4,84 2006 1299 86 7,09 2007 1317 18 1,39 2008 2011 694 52,70

Jumlah 6997 854 66,02 Rata-rata 1399,40 170,8 13,20

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa harga jagung di Kabupaten Klaten

selama lima tahun terakhir mengalami kenaikan. Harga jagung di Kabupaten

Klaten dari tahun 2004-2008 berkisar antara Rp. 1.157,00 - Rp. 2.011,00 per

Page 18: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xviii

kilogram. Perkembangan terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu meningkat

sebesar 52,70% atau Rp. 694,00 dari tahun 2007.

Terjadinya perubahan jumlah produksi, luas areal panen dan harga akan

berpengaruh terhadap penawaran. Selain ketiga faktor tersebut juga terdapat

faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran. Oleh karena itu, penelitian

mengenai penawaran jagung di Kabupaten Klaten perlu dilakukan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran jagung di

Kabupaten Klaten serta elastisitas penawarannya baik jangka pendek maupun

jangka panjang.

B. Perumusan Masalah

Kebutuhan terhadap jagung terus meningkat seiring meningkatnya

pemanfaatan jagung untuk pangan, pakan dan bahan baku industri. Hal tersebut

meningkatkan permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Menurut Sukirno (2006),

semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut

ditawarakan oleh penjual. Sedangkan semakin rendah harga suatu barang,

semakin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan.

Menurut Setyowati (2006), harga jagung sering mengalami fluktuasi yaitu

harga akan turun saat panen dan naik saat paceklik. Harga yang lebih baik akan

merangsang petani untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya sehingga

dapat meningkatkan penawaran jagung itu sendiri. Tinggi rendahnya harga akan

membantu petani dalam pengambilan keputusan apakah harus menambah luas

areal panen jagung atau mengganti jagung dengan komoditi lain yang lebih

menguntungkan.

Oleh karena itu, peningkatan jumlah produksi jagung di Kabupaten Klaten

dapat dilakukan dengan penambahan luas areal panen jagung. Berdasarkan data

Dinas Pertanian Kabupaten Klaten (2008), dalam kurun waktu 2004-2008 terjadi

peningkatan luas areal panen jagung di Kabupaten Klaten dari 8.994 ha pada

tahun 2004 menjadi 9.839 ha pada tahun 2008. Besarnya luas areal panen

Page 19: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xix

tersebut masih dapat ditingkatkan terkait dengan luas areal pertanian di

Kabupaten Klaten yang masih cukup besar.

Selain harga, jumlah produksi dan luas areal panen masih ada faktor-faktor

lain yang mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Menurut

Soekartawi (1993), beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan penawaran

adalah teknologi, harga input, harga produk yang lain, jumlah produsen, harapan

produsen tehadap harga produksi di masa mendatang dan elastisitas produksi.

Maka penelitian ini mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi respon penawaran jagung di

Kabupaten Klaten?

2. Berapakah

tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respon penawaran jagung di

Kabupaten Klaten.

2. Mengetahui tingkat kepekaan (elastisitas) penawaran jagung di Kabupaten

Klaten.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah Daerah Kabupaten Klaten, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam

menyusun kebijakan terutama terkait dengan budidaya jagung.

2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan informasi dan referensi dalam pengkajian pada masalah yang sama.

3. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan,

pengetahuan dan sebagai sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 20: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xx

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang respon penawaran juga pernah dilakukan oleh

Martoyo et al (1986) pada komoditas tembakau dengan judul penelitian

Respon Penawaran Tembakau Rakyat di Daerah Kabupaten Temanggung

Jawa Tengah, bertujuan untuk mengetahui beberapa variabel yang

berpengaruh terhadap jumlah penawaran yaitu pengaruh harga komoditi

tembakau pada musim tanam sebelumnya, pengaruh jumlah produksi

komoditi tembakau pada musim tanam sebelumnya, pengaruh rata-rata jumlah

curah hujan pada awal musim tanam, pengaruh luas areal tanam pada tahun

sebelumnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

yaitu data luas areal tanam selama sebelas tahun terakhir, sedangkan data

harga komoditas, jumlah produksi, dan curah hujan digunakan data selama

sepuluh tahun terakhir. Dalam analisis penelitian ini digunakan model analisis

Nerlovian respon penawaran. Berdasarkan tingkat signifikansi yang

digunakan sebesar 95% dalam penelitian ini dapat diketahui harga komoditas

pada musim tanam sebelumnya, jumlah produksi komoditas pada musim

tanam sebelumnya, rata-rata jumlah curah hujan pada musim tanam dan luas

areal tanam pada musim tanam sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh

nyata terhadap jumlah penawaran, berdasarkan uji t harga komoditas pada

musim tanam sebelumnya (Pt-1) berpengaruh secara tidak nyata terhadap

jumlah penawaran, sedangkan jumlah produksi komoditas pada musim tanam

sebelumnya (Qt-1), rata-rata jumlah curah hujan pada awal musim tanam (Rt)

dan luas areal tanam pada musim tanam sebelumnya (At-1) berpengaruh nyata

terhadap jumlah penawaran.

Penelitian Setyowati (2006) tentang Analisis Penawaran Jagung Di

Kabupaten Wonogiri bertujuan menganalisis faktor-faktor yang

6

Page 21: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxi

mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri beserta tingkat

elastisitasnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif.

Pengambilan daerah penelitian diambil secara purposive. Sedangkan data

yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Dari hasil analisis

diperoleh nilai koefisisen determinasi (R2) sebesar 72,30%. Besarnya nilai F

hitung yaitu 4,705 yang lebih besar dari F tabel yaitu 3,48 yang berarti semua

variable yang digunakan dalam penelitian yaitu harga jagung pada tahun

sebelumnya, rata-rata curah hujan, produksi jagung pada sebelumnya, harga

kacang tanah pada tahun sebelumnya yang secara bersama-sama berpengaruh

pada penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri. Hasil dari analisis uji t

mengindikasikan bahwa variable harga jagung sebelumnya dan produksi

jagung tahun sebelumnya memiliki pengaruh secara nyata pada penawaran

jagung di kabupaten Wonogiri. Berdasarkan nilai koefisisen regresi parsial

variabel, produksi jagung di tahun sebelumnya memiliki standar koefisisen

regresi parsial tertinggi (0,578) yang memberikan pengaruh terbesar terhadap

penawaran jagung di Kabupaten Wonogiri. Elastisitas penawaran jagung di

Kabupaten Wonogiri terhadap harga jagung tahun sebelumnya (0,670) dan

produksi jagung pada tahun sebelumnya (0,546) dalam jangka pendek bersifat

inelastis. Sedangkan elastisitas penawaran jangka panjang bersifat elastis

terhadap harga jagung tahun sebelumnya (1,626) dan produksi jagung tahun

sebelumnya (1,325).

Penelitian Nuryanti (2005) tentang Analisa Keseimbangan Sistem

Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia bertujuan untuk menganalisa

stabilitas sistem keseimbangan penawaran dan permintaan beras di Indonesia

serta dampak kebijakan harga dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Analisa data menggunakan model keseimbangan Cobweb. Data yang

digunakan dalam kajian ini adalah data time series tahunan nasional selama 32

tahun, yaitu periode tahun 1969-2002. Hasilnya menunjukan bahwa dalam

jangka pendek keseimbangan penawaran dan permintaan beras menjauhi

Page 22: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxii

keseimbangan, namun dalam jangka panjang kembali manuju keseimbangan.

Implikasinya adalah bahwa kebijakan harga pada input dan output pertanian

tidak mengganggu keseimbangan pasar beras Indonesia. Oleh karena itu

kebijkana tersebut aman untuk diterapkan.

Penelitian Adenan (2007) yang berjudul Analisis Penawaran Palawija

di Provinsi Sumatera Selatan bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi penawaran jagung, ubi kayu dan kedelai di Sumatera Selatan.

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data time series (data dari 1989-

2003). Data dianalis menggunakan model penawaran yang dinamis yang

dikombinasikan dengan model penyesuaian parsial. Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa penawaran jagung memiliki hubungan positif dengan

harga jagung, harga ubi kayu, harga pupuk dan hubungan negatif dengan

harga kedelai. Harga jagung, harga ubi kayu dan harga pupuk terbukti tidak

signifikan mempengaruhi penawaran jagung. variabel-variabel bebas dalam

fungsi penawaran ubi kayu dan kedelai terbukti tidak signifikan

mempengaruhi penawaran ubi kayu dan penawaran kedelai.

Keempat penelitian terdahulu mendasari penulis untuk menerapkan

model analisis data yang sama, yaitu model penyesuaian parsial Nerlove

respon penawaran dengan penerapan teori Cobweb menggunakan data time

series. Analisis data tersebut dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten dan elastisitas

penawaran jagung di Kabupaten Klaten baik dalam jangka pendek maupun

jangka panjang.

2. Jagung

Jagung merupakan komoditas penting kedua setelah padi/kedelai. Akan

tetapi, dengan berkembang pesatnya industri peternakan, jagung merupakan

komponen utama (60%) dalam ransum pakan. Diperkirakan lebih dari 55%

kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan, sedangkan untuk

konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri

Page 23: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxiii

lainnya dan bibit. Dengan demikian, peran jagung sebetulnya sudah berubah

lebih sebagai bahan baku industri dibanding sebagai bahan pangan (Kasryno

et al, 2006).

Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan.

Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang

pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran bahan

ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan

dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk

tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan.

Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang bagi

petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya

(Nugroho, 2010).

Secara garis besar, kegunaan jagung dapat dikelompokan menjadi tiga,

yaitu :

a. Bahan pangan

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, jagung sudah menjadi konsumsi

sehari-hari. Biasanya jagung dibuat dalam bentuk makanan seperti jagung,

bubur jagung, jagung campur kedelai, dan banyak lagi makanan tradisional

yang berasal dari jagung.

b. Bahan pakan ternak

Bagi sebagian besar peternak di Indonesia, jagung merupakan salah satu

bahan campuran paka ternak. Bahkan di beberapa pedesaan jagung

digunakan sebagai bahan pakan utama. Biasanya, jagung dicampur

bersama bahan pakan lain seperti dedak, hijauan, dan tepung ikan. Pakan

berbahan jagung umumnya diberikan pada ternak ayam, itik, dan puyuh.

c. Bahan baku industri

Di pasaran, banyak beredar produk olahan jagung yang umunya berasal

dari industri skala rumah tangga hingga industri besar.

(Anonim, 2009b)

Page 24: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxiv

Seiring perjalanan waktu, jagung menjadi salah satu komoditas yang

sangat penting dan paling terkait dengan industri besar. Selain untuk

dikonsumsi sebagai sayuran, buah jagung juga dapat diolah menjadi aneka

macam masakan. Selain itu, pipilan keringnya juga dimanfaatkan untuk pakan

ternak. Kondisi budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan,

baik dari segi permintaan dan harga jualnya. Terlebih lagi setelah ditemukan

benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan

benih jagung biasa. Keunggulan tersebut antar lain, masa panennya lebih

cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih

banyak (Redaksi Agromedia, 2008).

Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung ditanam sebagai pakan

ternak, yaitu tongkol dan daunnya sebagai hijauan, bijinya dapat dibuat

menjadi minyak atau dibuat menjadi tepung jagung atau maizena, dan tepung

biji serta tepung tongkolnya dapat menjadi bahan baku industri. Tongkol

jagung kaya akan pentonat yang dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan

furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika sekarang ditanam sebagai

penghasil bahan farmasi (Prahasta, 2009).

Keuntungan bertanam jagung ternyata sangat besar. Selain biji sebagai

hasil utama, batang jagung merupakan bahan pakan ternak yang potensial.

Dengan demikian, dalam pengusahaan jagung selain mendapat biji atau

tongkol jagung, masih ditambah lagi dengan brangkasnya yang juga memiliki

nilai ekonomi tinggi. Dari segi pengolahan, keuntungan bertanam jagung

adalah kemudahan dalam budidaya. Tanaman jagung merupakan tanaman

yang tidak membutuhkan perawatan intensif dan dapat ditanam di hampir

semua jenis tanah. Risiko kegagalan bertanamn jagung umunya sangat kecil

dibandingkan tanaman palawija lainnya (Purwono dan Hartono, 2009).

Permintaan jagung meningkat sebesar 5,2% per tahun yang berasal dari

pertumbuhan penduduk sebesar 1,8% per tahun dan pertumbuhan konsumsi

per kapita 3,3%. Sementara produksi jagung dalam negeri meningkat 4,69%

Page 25: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxv

per tahun yang berasal dari pertumbuhan luas areal sebesar 0,95% dan

pertumbuhan produktivitas sebesar 3,70%. Namun, hingga saat ini produksi

jagung di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan, sehingga

sebagian diimpor dari beberapa Negara produsen. Dengan demikian, kedepan

produksi jagung dalam negeri perlu terus dipacu agar mampu memenuhi

kebutuhan dalam negeri (Anonim, 2009a).

3. Respon Penawaran

Konsep penawaran digunakan untuk menunjukan keinginan para penjual

(produsen) di suatu pasar. Jumlah barang yang ditawarkan seorang penjual

berhubungan dengan banyak faktor. Harga yang ditawarkan, harga-harga

input yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut, harapan pada masa

datang, harga barang-barang lainnya yang dihasilkan oleh penjual tersebut

merupakan variabel-variabel penting dalam fungsi penawaran (Arsyad, 1987).

Penawaran adalah banyaknya komoditas pertanian yang ditawarkan oleh

produsen atau penjual. Sedangkan hukum penawaran pada dasarnya

menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang

tersebut yang akan ditawarkan oleh produsen/penjual, dengan anggapan

faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2004).

Hukum penawaran merupakan suatu dalil/rumusan yang menerangkan

hubungan antara tingkat harga dan kuantitas barang yang ditawarkan.

Hubungan tersebut adalah semakin tinggi harga maka semakin banyak

kuantitas yang ditawarkan. Sebaliknya, jika semakin rendah harga suatu

barang maka semakin sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan. Secara

grafis hubungan ini digambarkan oleh kurva penawaran (Sukirno, 2006).

Kurva penawaran memperlihatkan apa yang terjadi dengan kuantitas

barang yang ditawarkan ketika harganya berubah, dengan menganggap

seluruh faktor penentu lainnya konstan. Jika satu dari faktor-faktor tersebut

berubah, kurva penawaran akan bergeser (Mankiw, 2000).

Page 26: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxvi

Gambar 1. Kurva Penawaran

Pergeseran kurva penawaran berarti pada setiap harga akan ditawarkan

jumlah yang berbeda daripada jumlah sebelumnya. Kenaikan jumlah yang

ditawarkan akan menunjukan pergeseran kurva kearah kanan. Sebaliknya,

penurunan jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga diwujudkan dalam

pergeseran kurva penawaran ke kiri. Pergeseran kurva penawaran tentunya

merupakan akibat dari perubahan salah satu faktor yang mempengaruhi

jumlah yang ditawarkan, kecuali harga komoditi itu sendiri (Lipsey, 1990).

Fungsi penawaran adalah suatu fungsi yang menyatakan hubungan

antara produksi atau jumlah produksi yang ditawarkan dengan harga,

menganggap faktor lain sebagai teknologi dan harga input yang digunakan

adalah tetap. Penawaran individu adalah penawaran yang disediakan oleh

individu produsen, diperoleh dari produksi yang dihasilkan. Besarnya jumlah

produksi yang ditawarkan ini akan sama dengan jumlah permintaan,

sedangkan penawaran agregat ini merupakan penjumlahan penawaran

individu (Soekartawi, 1993).

Menurut Ghatak dan Ingersent (1984), dalam ilmu ekonomi respon

penawaran pada suatu negara yang sedang berkembang diartikan sebagai

variasi dari hasil pertanian dan luas areal panen dan berkaitan pula dengan

Harga (P) Penawaran (S)

Kuantitas (Q)

Page 27: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxvii

variasi harga. Q merupakan banyaknya hasil pertanian dan P mengindikasikan

tingkatan harga, W adalah keadaan cuaca (seperti curah hujan), A adalah luas

areal panen dan t merupakan suatu periode waktu. Secara sederhana fungsi

respon penawaran dapat ditulis :

Qt = f (Pt-1, At, Wt,Ut)..............................................................................(1)

Dimana Pt-1 sangat mewakili harga yang diharapkan dan Ut adalah

istilah eror pada statistik. Seperti respon penawaran menandai pada banyaknya

hasil pertanian akan bergantung pada harga produk yang bersangkutan pada

waktu sebelumnya, luas areal panen pada waktu bersangkutan dan tingkat

curah hujan pada waktu tersebut ditambah dengan variabel pengganggu lain

yang ditulis dengan huruf Ut.

Menurut Nerlove (1958) cit Ghatak dan Ingersent (1984), respon

penawaran dapat diasumsukan ekuivalen dari respon areal panen yang

disebabkan oleh perubahan faktor ekonomi dan faktor non ekonomi sehingga

bentuk fungsinya dapat ditulis sebagai berikut :

At = f (Pt-1, Wt, Ut)...................................................................................(2)

Oleh Nerlove (1958) cit Ghatak dan Ingersent (1984), rumus diatas

dikembangkan yaitu dengan memasukan unsur dinamis dari fungsi

penawaran, sehingga bentuk fungsinya dapat ditulis sebagai berikut :

A*t = b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1 + e.............................(3)

Dimana :

A*t : penawaran jangka panjang

b0 : konstanta

b1-b3 : koefisien regresi

Pt-1 : harga komoditi pada tahun tanam sebelumnya

Wt : rata-rata curah hujan tahunan

Qt-1 : jumlah produksi pada tahun tanam sebelumnya

Page 28: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxviii

Oleh karena A*t tidak dapat diketahui secara langsung, maka Nerlove

membuat hipotesis yang disebut “partial adjusment or stock adjusment

hypothesis” sebagai berikut :

At – At-1 = λ (A*t – At-1).........................................................................(4)

Persamaan tersebut menyatakan bahwa perubahan yang sebenarnya

(actual change) dalam jumlah penawaran dalam suatu periode waktu tertentu t

merupakan pecahan dari perubahan yang diinginkan untuk periode tersebut.

Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

At = λ A*t + (1 – λ) At-1...........................................................................(5)

Keterangan :

At – At-1 : perubahan penawaran sebenarnya pada tahun t

A*t – At-1 : perubahan penawaran yang diinginkan pada tahun t

λ : koefisien penyesuaian nilainya adalah 0 < λ < 1

Untuk menaksir atau mengestimasi fungsi penawaran pada persamaan

(3) disubtitusikan dalam persamaan (5), maka akan diperoleh persamaan

sebagai berikut :

At = λ (b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1 + e) + (1 – λ)At-1

Atau

At = λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + λ e + (1 – λ)At-1..........................(6)

Untuk keperluan estimasi bentuk diatas disederhanakan menjadi :

At = λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + b4At-1 + λ e................................(7)

Selanjutnya ke dalam persamaan (7) ditambahkan variabel bebas lain

yaitu harga kedelai sebagai produk subtitusi (Pst-1) dan harga pupuk urea (Purea

t) sebagai harga barang input yang diduga berpengaruh dalam penelitian,

sedangkan rata-rata curah hujan (Wt) dikeluarkan dari model karena secara

statistik dan ekonometri variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap

penawaran jagung di Kabupaten Klaten, sehingga terbentuk persamaan baru

menjadi :

Page 29: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxix

At = λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Qt-1 + b3At-1 + λ b4Pst-1 + λ b5Purea t + λ

e..............................................................................................(8)

Persamaan (8) merupakan hasil analisis dinamis short run dengan

bentuk persamaan regresi linear berganda. Untuk memudahkan estimasi,

persamaan (8) ditrnsformasikan ke dalam bentuk logaritma natural yang

dapat ditulis menjadi:

Ln At = λ b0 + λ ln b1 Pt-1 + λ ln b2 Qt-1 + ln b3 At-1 + λ ln b4 Pst-1 + λ ln b5

Purea t + λ ln e

Keterangan :

At : penawaran pada tahun t (ha)

Pt-1 : harga komoditi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

Qt-1 : jumlah produksi pada tahun sebelumnya (ton)

Pst-1 : harga komoditas subtitusi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

At-1 : luas areal panen pada tahun sebelumnya (ha)

b0 : konstanta

λ b1– λ b6 : koefisien regresi dari variabel bebas

λ : koefisien penyesuaian

e : error / kesalahan pengganggu

Menurut Soekartawi (1993), beberapa faktor yang mempengaruhi

perubahan penawaran adalah :

a. Teknologi

Adanya perbaikan teknologi, misalnya penggunaan teknologi baru

sebagai pengganti teknologi lama, maka produksi akan semakin

meningkat. Tentu saja penggunaan teknologi ini mungkin memerlukan

biaya produksi yang relatif tinggi, memerlukan kesempatan khusus, dan

sebagainya. Tetapi bila keteratasan ini dapat dipecahkan maka produksi

akan semakin besar.

b. Harga input

Page 30: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxx

Besar kecilnya harga input juga akan mempengaruhi besar kecilnya

jumlah input yang akan dipakai. Bila harga faktor produksi (input) turun,

maka petani akan cenderung membelinya pada jumlah yang lebih besar.

Dengna demikian dari penggunaan faktor produksi yang biasanya dalam

jumlah yang terbatas, maka dengan adanya penambahan penggunaan

faktor produksi (sebagai akibat dari turunnya harga faktor produksi),

maka produksi akan meningkat.

c. Harga produksi yang lain

Harga produksi yang lain adalah adanya perubahan harga produksi

alternatif. Pengaruh perubahan harga produksi alternatif ini, akan

menyebabkan terjadinya jumlah produksi yang semakin meningkat atau

sebaliknya semakin menurun. Misalnya, petani yang sudah terbiasa

mengusahakan tanaman kedelai dan jagung dalam suatu lahan tertentu.

Karena petani ini mempunyai anggapan bahwa harga jagung baik pada

masa panen yang lalu dan juga di masa mendatang cenderung turun, maka

ia mengambil keputusan untuk lebih banyak menanam kedelai daripada

menanam jagung.

d. Jumlah produsen

Seringkali karena adanya rangsangan harga untuk komoditi

pertanian tertentu, maka petani cenderung untuk mengusahakan tanaman

tersebut. misalnya, dari yang semula produsen tanaman sayur-sayuran

kemudian karena harga tanaman cengkeh cukup tinggi, maka perubahan

dari petani sayur ke patani cengkeh. Dengan kata lain, dengan

bertambahnya produsen tanaman cengkeh, maka produksi atau barang

yang ditawarkan menjadi bertambah.

e. Harapan produsen terhadap harga produksi di masa mendatang

Seringkali juga ditemukan suatu peristiwa petani meramal besar

harga di masa mendatang, apakah harga suatu komoditi akan menaik atau

Page 31: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxxi

menurun. Hal ini disebabkan karena pengalaman yang mereka punyai

selama beberapa tahun mengusahakan komoditi tersebut.

f. Elastisitas produksi

Pengertian elastisitas produk adalah perubahan produksi karena

adanya perubahan harga produksi tersebut.

Salah satu penerapan analisis supply-demand adalah untuk menjelaskan

mengapa harga beberapa barang pertanian dan peternakan menunjukan

fluktuasi tertentu dari musim ke musim. Salah satu sebab dari fluktuasi

tersebut adalah adanya reaksi “terlambat” dari pihak produsen terhadap harga

(Boediono, 2000).

Menurut Gujarati (2008), time lag (tenggang waktu) terjadi karena

alasan-alasan sebagai berikut:

1) Alasan psikologis, adalah adanya hambatan untuk segera melakukan

perubahan karena terbiasa (habit) dengan perilaku lama. Faktor

kelembaman (inersia) dalam menyesuaikan diri akan muncul. Seperti,

perubahan yang melibatkan adopsi teknologi baru yang secara tradisional

teknologi ini tidak digunakan.

2) Alasan teknis atau juga perlunya penyesuaian parsial, apabila terjadi

perubahan harga faktor produksi petani memerlukan waktu untuk

melakukan subtitusi input dan ini membutuhkan tenggang waktu.

3) Alasan kelembagaan, dengan adanya perjanjian/kontrak/aturan yang

harus ditepati oleh petani sehingga selama masa kontrak seluruh pihak

yang terlibat di dalamnya harus menaati perjanjian tersebut. seperti

alokasi sumberdaya pertanian yang baru, dapat dilakukan setelah

perjanjian selesai.

Menurut Mubyarto (1995), reaksi petani untuk mengurangi jumlah luas

tanam pada proses produksi tahun berikutnya akan menyebabkan terjadinya

pergeseran ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi

di pasar. Sebagaimana diketahui barang pertanian mengalami keterlambatan

Page 32: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxxii

waktu (time lag) untuk menyesuaikan diri dengan perminataan pasar, oleh

sebab itu berlaku teori Cobweb.

4. Teori Cobweb

Produsen akan mendasarkan rencana produksinya atas dasar harga pada

waktu yang lalu sehingga produksi yang dihasilkan merupakan fungsi harga

yang lalu. Dorongan untuk menambah produksi diciptakan dengan jaminan

akan harga yang lebih tinggi bagi petani melebihi tingkat harga pada tahun

yang lalu. Tingkat harga yang tinggi inilah memberikan dorongan untuk

meluaskan produksi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya fluktuasi harga dan

produksi pertanian. Hubungan antara fluktuasi harga dan produksi dijelaskan

dalam teori Cobweb yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Kasus I : siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap

(Elastisitas permintaan = Elastisitas penawaran)

Kasus II : siklus yang mengarah pada titik keseimbangan (converge)

(Elastisitas permintaan > Elastisitas penawaran)

Kasus III : siklus yang mengarah pada eksplosi harga yaitu berfluktuasi

dengan jarak yang makin membesar (Elastisitas permintaan <

Elastisitas penawaran)

(Martoyo et al, 1983).

Teori Cobweb adalah yang paling sesuai dalam hal barang yang tidak

dapat disimpan. Gelombang produksi sejenis cobweb juga dipengaruhi

lamanya periode produksi. Jenis barang yang memerlukan suatu periode

produksi yang pendek, dimana produsen dengan cepat dapat keluar dan masuk

produksi biasanya mengalami gelombang produksi dan harga yang lebih hebat

daripada jenis barang yang mempunyai periode produksi yang panjang

(Bishop dan Toussaint, 1979).

Hubungan antara siklus harga dan produksi pertanian merupakan kasus

yang penting dan banyak diteliti para ahli ekonomi pertanian. Teori Cobweb

Page 33: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxxiii

ini pada dasarnya menerangkan siklus harga dan produksi yang naik turun

dalam jangka waktu tertentu. Kasus Cobweb ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Siklus yang mengarah pada fluktusi yang jaraknya tetap.

b. Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan, dan

c. Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi

dengan jarak yang semakin membesar.

Gambar 2. Kasus Cobweb

Asumsi yang dipakai dalam Cobweb Theorem adalah :

1) Adanya persaingan sempurna dimana semata-mata penawaran ditentukan

oleh reaksi produsen perseorangan terhadap harga. Harga ini oleh setiap

produsen dianggap tidak akan berubah dan produsen juga menganggap

jumlah produksinya tidak akan memberikan pengaruh yang berarti

terhadap pasar.

2) Periode produksi memerlukan waktu tertentu, sehingga penawaran tidak

dapat secara langsung bereaksi terhadap harga tetapi diperlukan jangka

waktu tertentu.

3) Harga ditentukan oleh jumlah barang yang datang ke pasar dan harga itu

cepat bereaksi terhadapnya.

Page 34: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxxiv

Dalam kasus I pada gambar 2 kasus Cobweb harga keseimbangan

adalah Rp 30, dan jumlah keseimbangan juga 30. Tiba-tiba karena suatu

sebab, misalnya adanya penyakit, jumlah yang dipasarkan turun menjadi 20

dan ini mendorong harga naik menjadi Rp 40. Pada harga ini produsen mulai

menambah produksi barangnya dan setelah lampau periode produksi maka

jumlah barang yang lebih banyak (40) yang sampai ke pasar menyebabkan

jatuhnya lagi harga menjadi Rp 20, harga yang jatuh ini mendorong

pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar lagi.

Dalam kasus II harga keseimbangan adalah sama yakni Rp 30. Namun begitu

setelah periode I harga naik menjadi Rp 40, maka produksi diperbesar tetapi

tidak sebesar dalam kasus I melainkan hanya Rp 35. Ini menyebabkan harga

turun tetapi juga tidak sebesar kasus I (Rp 25). Penurunan ini juga

menyebakan produsen juga memperkecil produksinya (27,5) lagi dan

demikian seterusnya. Perbedaan terpenting dari kasus I dan kasus II adalah

kurang elastisnya kurva penawaran pada kasus II. Hal ini menyebabkan siklus

menjurus kepada harga keseimbangan yang lama (Rp30). Pada kasus III kurva

penawarannya elastis sekali, sehingga penambahan produksi sebagai reaksi

atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus menjurus kearah

eksplosi. Atau dengan kata lain bahwa siklus akan menjadi stabil bila angka

elastisitas permintaan sama dengan angka elastisitas penawaran, menyatu

(converge) bila lebih besar dan meledak (explode) bila lebih kecil

(Mubyarto, 1995).

Ketiga kasus cobweb ini mungkin sukar ditemukan dalam praktek,

namun perilaku dan reaksi petani pada umumnya termasuk di Indonesia

memang serupa itu. Kalau harga komoditas x naik maka petani menjadi

terlalu optimis dan petani di seluruh desa serentak menanam tanaman x

dengan harapan harga akan terus naik. Namun pada saat panen yang serentak

ternyata harga x jatuh, semua menderita rugi dan tidak ada petani yang

menanam tanaman x musim berikutnya. Dan ini menyebabkan harga tanaman

Page 35: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxxv

x naik tinggi sekali pada musim berikutnya karena jumlah yang ditawarkan ke

pasar sangat sedikit (Mubyarto, 1995).

5. Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran adalah perbandingan antara persentase perubahan

jumlah barang yang ditawarkan terhadap persentase perubahan harga, dengan

pengertian dan anggapan bahwa harga merupakan satu-satunya faktor

penyebab dan faktor lain dianggap tetap (Mubyarto, 1989).

Makin besar angka elastisitas ini makin besar elastisitas penawaran,

artinya perubahan harga yang relative kecil mengakibatkan jumlah barang

yang ditawarkan relative besar. Elastisitas harga atau harga yang ditawarkan

adalah nol (0) bila kurva penawaran merupakan garis vertikal (harga tidak

berpengaruh pada jumlah yang ditawarkan, tak terhingga bila kurva

penawaran berbentuk horizontal yang berarti bahwa jumlah yang ditawarkan

tidak terbatas pada harga tertentu (Mubyarto, 1989).

Pada elastisitas penawaran terdapat lima golongan elastisitas, yaitu:

a. Elastisitas sempurna

Elastisitas sempurna terwujud apabila penjual bersedia menjual semua

barangnya pada suatu harga tertentu, kurva penawaran sejajar dengan

sumbu datar.

b. Elastis

Kurva penawaran elastis terwujud apabila perubahan harga menyebabkan

perubahan yang relative besar terhadap penawaran.

c. Elastis uniter

Elastis uniter terwujud apabila kurva penawaran bermula dari titik nol.

d. In elastis

Kurva penawaran tidak elastis terwujud apabila perubahan harga

menyebabkan perubahan yang relative kecil terhadap penawaran.

Page 36: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxxvi

e. In elastis sempurna

Kurva penawaran tidak elastis sempurna terwujud apabila penjual sama

sekali dapat menambah penawaran walaupun harga bertambah tinggi,

perubahan harga menimbulkan perubahan yang relatif kecil terhadap

penawaran.

Dalam elastisitas penawaran ada dua istilah elastisitas jangka pendek

dan elastisitas jangka panjang. Hal ini berhubungan erat dengan pengaturan

kembali dalam penyaluran kembali sumber-sumber ekonomi yang dikuasai

petani. Dalam jangka pendek maka petani secara perorangan mengadakan

pengaturan kembali. Tetapi dalam jangka panjang keseluruhan industri

pertanian dapat mengadakan penyesuaian (Mubyarto, 1989).

Penawaran dalam jangka panjang cenderung lebih elastis atau mudah

berubah ketimbang penawaran dalam jangka pendek. Ini mudah dipahami

karena dalam jangka pendek para produsen akan kesulitan menambah atau

mengurangi kuantitas produksinya. Dengan demikian, kuantitas penawaran

dalam jangka pendek tidaklah terlalu peka terhadap perubahan harga.

Seandainya rentang waktunya panjang, para pengusaha akan dapat membuat

pabrik baru, menambah pekerja, atau memperbesar fasilitas produksi ketika

harga meningkat, atau sebaliknya menutup pabrik atau mengurangi pekerja

demi menurunkan produksi pada saatnya harganya tengah merosot. Itu berarti

dalam jangka panjang, kuantitas penawaran bersifat peka/elastis terhasap

perubahan harga (Mankiw, 2000).

Gambar 3. Elastisitas Penawaran

Elastis

Elastisitas Sempurna

In Elastis Sempurna

Q

P In Elastis

0

Elastis Uniter

Page 37: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxxvii

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan

strategis dan bernilai ekonomis serta memiliki peluang untuk dikembangkan,

karena kedudukannya sebaagi sumber utama karbohidrat dan protein setelah

kedelai, bahan baku industri pangan, industri pakan, dan bahan bakar. Di

Kabupaten Klaten jagung memiliki potensi yang cukup baik. Hal tersebut dapat

dilihat dari tingkat harga jagung yang terus meningkat dan fluktuasi yang terjadi

pada luas areal panen serta jumlah produksi dalam kurun waktu lima tahun.

Menurut Yotopoulos dan Nugent (1976), tujuan mempelajari respon

penawaran yaitu untuk menguji bagaimana output berhubungan dengan salah

satu faktor-faktor penting seperti harga, teknologi, dan cuaca. Sedangkan

menurut McEachern (2000), penawaran adalah hubungan antara harga dan

jumlah barang yang ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan

seberapa banyak produsen suatu barang mau dan mampu menawarkan per

periode pada berbagai kemungkinan tingkat harga, hal lain diasumsikan konstan

(cateris paribus). Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan

biasanya secara langsung berhubungan dengan harganya, hal lain diasumsikan

konstan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian respon penawaran jagung di

Kabupaten Klaten ini menggunakan model penyesuaian parsial Nelove yang

secara sederhana dapat ditulis :

Qt = f (Pt-1, At, Wt, Ut)....................................................................................(1)

Dimana Pt-1 mewakili harga jagung yang diharapkan dan Ut adalah istilah

eror pada statistik. Seperti respon penawaran menandai pada banyaknya hasil

pertanian akan bergantung pada harga produk yang bersangkutan pada waktu

sebelumnya, luas areal panen pada waktu bersangkutan dan tingkat curah hujan

pada waktu tersebut ditambah dengan variabel pengganggu lain yang ditulis

dengan huruf Ut.

Page 38: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxxviii

Menurut Nerlove (1958) cit Ghatak dan Ingersent (1984), respon

penawaran dapat diasumsikan ekuivalen dari respon areal panen yang disebabkan

oleh perubahan faktor ekonomi dan faktor non ekonomi sehingga bentuk

fungsinya dapat ditulis sebagai berikut :

At = f (Pt-1, Wt, Ut)..........................................................................................(2)

Selanjutnya rumus diatas dikembangkan yaitu dengan memasukan unsur

dinamis dari fungsi penawaran, sehingga bentuk fungsinya dapat ditulis sebagai

berikut :

A*t = b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1....................................................................(3)

Dimana :

A*t : penawaran jangka panjang

b0 : konstanta

b1-b3 : koefisien regresi

Pt-1 : harga jagung pada tahun tanam sebelumnya

Wt : rata-rata curah hujan tahunan

Qt-1 : jumlah produksi jagung pada tahun tanam sebelumnya

Oleh karena A*t tidak dapat diketahui secara langsung, maka Nerlove

membuat hipotesis yang disebut “partial adjusment or stock adjusment

hypothesis” sebagai berikut :

At – At-1 = λ (A*t – At-1).................................................................................(4)

Persamaan tersebut menyatakan bahwa perubahan yang sebenarnya (actual

change) dalam jumlah penawaran dalam suatu periode waktu tertentu t

merupakan pecahan dari perubahan yang diinginkan untuk periode tersebut.

Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

At = λ A*t + (1 – λ) At-1...........................................................................................................................(5)

Keterangan :

At – At-1 : perubahan penawaran sebenarnya pada tahun t

A*t – At-1 : perubahan penawaran yang diinginkan pada tahun t

λ : koefisien penyesuaian nilainya adalah 0< λ<1

Page 39: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxxix

Untuk menaksir atau mengestimasi fungsi penawaran pada persamaan (3)

disubtitusikan dalam persamaan (5), maka akan diperoleh persamaan sebagai

berikut :

At = λ (b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1+ b4Pst-1 + b5Purea t + e) + (1 – λ)At-1

Atau

At = λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + λ e + (1 – λ)At-1...............................(6)

Untuk keperluan estimasi bentuk diatas disederhanakan menjadi :

At = λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + b4At-1 + λ e.....................................(7)

Selanjutnya ke dalam persamaan (7) ditambahkan variabel bebas lain yaitu

harga kedelai sebagai produk subtitusi (Pst-1) dan harga pupuk urea (Purea t)

sebagai harga barang input yang diduga berpengaruh dalam penelitian,

sedangkan rata-rata curah hujan (Wt) dikeluarkan dari model karena secara

statistik dan ekonometri variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap

penawaran jagung di Kabupaten Klaten, sehingga terbentuk persamaan baru

menjadi :

At = λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Qt-1 + b3At-1 + λ b4Pst-1 + λ b5Purea t + λ e.............(8)

Persamaan (8) merupakan hasil analisis dinamis short run dengan bentuk

persamaan regresi linear berganda. Untuk memudahkan estimasi, persamaan (8)

ditrnsformasikan ke dalam bentuk logaritma natural yang dapat ditulis menjadi:

Ln At = λ b0 + λ ln b1 Pt-1 + λ ln b2 Qt-1 + ln b3 At-1 + λ ln b4 Pst-1 + λ ln b5 Purea t

+ λ ln e

Keterangan :

At : penawaran pada tahun t (ha)

Pt-1 : harga komoditi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

Qt-1 : jumlah produksi pada tahun sebelumnya (ton)

Pst-1 : harga komoditas subtitusi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

At-1 : luas areal panen pada tahun sebelumnya (ha)

b0 : konstanta

λ b1– λ b6 : koefisien regresi dari variabel bebas

Page 40: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xl

λ : koefisien penyesuaian

e : error / kesalahan pengganggu

Berdasarkan pada variabel-variabel yang berpengaruh pada penawaran,

maka diduga variabel-variabel yang mempengaruhi respon penawaran jagung di

Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut :

a. Harga jagung pada tahun sebelumnya

Semakin tinggi harga jual suatu barang semakin banyak jumlah harga

tersebut yang akan ditawarakan di pasar. Sebab harga yang lebih tinggi

memberikan keuntungan yang lebih tinggi kepada produsen dan ini cenderung

untuk merangsang mereka berproduksi lebih banyak dan menarik produsen-

produsen baru di dalam usaha ini (Boediono, 2000).

b. Jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya

Besarnya jumlah produksi jagung akan mempengaruhi tingkat harga

jagung. Jika jumlah produksi tahun sebelumnya rendah akan menurunkan

harga pada tahun tanam sehingga petani enggan untuk membudidayakan

jagung pada tahun berikutnya.

c. Luas areal panen jagung pada tahun sebelumnya

Luas areal panen jagung akan menentukan jumlah produksi yang

dihasilkan. Peningkatan luas areal panen pada tahun sebelumnya akan

meningkatkan jumah produksi yang akan menaikan penawaran jagung,

sehingga petani akan merespon kondisi ini dengan meningkatkan luas areal

panen pada tahun tanam.

d. Harga kedelai pada tahun sebelumnya

Menurut Suranto (2011), tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di

daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang

cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Kesesuaian syarat

tumbuh tersebut menjadi alasan kedelai dipilih sebagai komoditas subtitusi.

Pengaruh perubahan harga kedelai akan menyebabkan terjadinya perubahan

jumlah produksi jagung yang semakin meningkat atau justru akan menurun.

Page 41: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xli

Perubahan jumlah produksi selanjutnya akan mempengaruhi penawaran

jagung

e. Harga pupuk urea pada tahun tanam

Menurut Soekartawi (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi

penawaran produk pertanian adalah harga produk, harga input, teknologi,

harapan produsen terhadap harga di masa mendatang, jumlah produsen, dan

harga produksi lain. Bila harga pupuk urea turun maka petani akan cenderung

membelinya pada jumlah yang relatif besar. Penambahan faktor produksi

tersebut akan meningkatkan produksi jagung yang dapat meningkatkan

penawaran jagung.

Adapun alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah :

Page 42: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xlii

C. Hipotesis

Gambar 4. Alur Kerangka Berfikir Respon Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten

Model Nerlove Supply

Response yang Disesuaikan

Jagung di Kabupaten Klaten

Respon Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten

Pendekatan Luas Areal Panen

Elastisitas Penawaran

Jangka Pendek Jangka Panjang

1. Harga jagung pada tahun sebelumnya 2. Jumlah produksi jagung pada tahun

sebelumnya 3. Harga kedelai pada tahun sebelumnya 4. Harga pupuk urea pada tahun t 5. Luas areal panen pada tahun sebelumnya

Page 43: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xliii

1. Diduga bahwa harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung

pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun sebelumnya, harga

kedelai pada tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea pada tahun tanam

secara bersama-sama mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

2. Diduga bahwa harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung

pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun sebelumnya, harga

kedelai pada tahun sebelumnya, dan harga pupuk urea pada tahun tanam

secara individu mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

3. Diduga bahwa elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Klaten dalam

jangka pendek yaitu inelastis dan dalam jangka panjang yaitu elastis.

D. Asumsi

1. Keadaan pasar dalam persaingan sempurna.

2. Luas areal tanam jagung sama dengan luas areal panen jagung.

3. Varietas jagung yang dihasilkan sama yaitu jagung hibrida.

4. Variabel lain dalam penelitian yang tidak termasuk dalam model tercakup

dalam eror.

5. Ketidakpastian dalam usahatani ditiadakan, daerah penelitian ini dalam

keadaan normal tanpa adanya serangan hama dan penyakit yang dapat

menurunkan produksi jagung dalam jumlah besar.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Penawaran jagung (At) adalah jumlah jagung yang ditawarkan oleh petani

pada suatu harga tertentu. Dalam penelitian ini penawaran jagung di

Kabupaten Klaten diukur berdasarkan luas areal panen jagung yang

dinyatakan dalam satuan hektar (Ha).

2. Harga jagung pada tahun sebelumnya (Pt-1) adalah sejumlah uang yang

dibayarkan untuk mendapat satu kilogram jagung pada tahun sebelumnya

Page 44: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xliv

yang dinyatakan dalam satuan Rp/kg. Harga yang digunakan adalah harga

riil. Harga riil merupakan harga yang sudah terdeflasi.

Harga terdeflasi dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hs x IhktIhkd

Hx =

Keterangan:

Hx : harga barang terdeflasi (Rp/kg)

IHKd : indeks harga konsumen pada tahun dasar (2002=100)

IHKt : indeks harga konsumen pada tahun t

Hs : harga barang sebelum terdeflasi (Rp/kg)

Tahun 2002 dipilih sebagai tahun dasar, dengan pertimbangan :

a. Keadaan perekonomian relative stabil. Tahun dengan kondisi

perekonomian yang tidak stabil, harga berfluktuasi dengan hebat dan

kebiasaan membeli konsumen tidak menentu, tidak bisa dijadikan sebagai

tahun dasar.

b. Tahun dasar tidak terlalu jauh dari tahun yang hendak

diperbandingkan

3. Jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya (Qt-1) adalah jumlah jagung

yang dihasilkan dari usahatani jagung di Kabupaten Klaten yang ditawarkan

pada tahun sebelumnya, dinyatakan dalam satuan Ton.

4. Luas areal panen pada tahun sebelumnya (At-1) merupakan total areal yang

menghasilkan jagung di Kabupaten Klaten pada tahun sebelumnya,

dinyatakan dalam satuan hektar (Ha).

5. Harga kedelai sebagai barang subtitusi pada tahun sebelumnya (Pst-1) adalah

sejumlah uang yang dibayarkan untuk mendapat satu kilogram kedelai pada

tahun sebelumnya dan merupakan harga riil karena sudah dideflasikan dan

dinyatakan dalam satuan Rp/kg.

6. Harga pupuk urea sebagai barang input pada tahun tanam (Purea t) merupakan

sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan satu kilogram pupuk

Page 45: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xlv

dengan menggunakan harga riil pada tahun tanam yang dinyatakan dalam

satuan Rp/kg.

7. Elastisitas penawaran merupakan perubahan besarnya penawaran jagung di

Kabupaten Klaten yang diakibatkan perubahan variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian.

8. Elastisitas penawaran jangka pendek merupakan elastisitas penawaran jagung

dalam jangka pendek dimana petani kurang responsif untuk menyesuaikan

jumlah barang yang ditawarkan secara cepat sebagai respon dari perubahan

harga.

9. Elastisitas penawaran jangka panjang merupakan elastisitas penawaran jagung

dalam jangka panjang dimana petani lebih responsif untuk menyesuaikan

jumlah barang yang ditawarkan secara cepat sebagai respon dari perubahan

harga.

F. Pembatasan Masalah

1. Harga yang digunakan dalam penelitian merupakan harga pasar di Kabupaten

Klaten karena diasumsikan keadaan pasar dalam kondisi persaingan

sempurna dimana petani hanya berperan sebagai price taker

2. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan

rentang waktu 16 tahun yaitu dari tahun 1993-2008

Page 46: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xlvi

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analitis dengan menggunakan data berkala (time series). Analisis berarti data

yang dikumpulkan mula-mula disusun dan dijelaskan kemudian dianalisis.

Sedangkan diskriptif merupakan metode penelitian yang tertuju pada pemecahan

masalah yang ada dengan cara menyusun data yang telah dikumpulkan, setelah

itu dijelaskan dan kemudian dianalisis.

Metode deskriptif memiliki sifat antara lain memusatkan diri pada

pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-

masalah aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun lalu dijelaskan

kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994).

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode

purposive yaitu suatu cara penetuan lokasi dengan sengaja karena terdapat

alasan-alasan diketahuinya sifat-sifat dari lokasi tersebut (Surakhmad, 1994)

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Klaten. Pemilihan

Kabupaten Klaten didasari atas pertimbangan bahwa kabupaten tersebut

merupakan kabupaten yang berpotensi menjadi sentra produksi jagung di

Propinsi Jawa Tengah. Di Kabupaten Klaten jagung merupakan komoditi

tanaman pangan terbesar kedua setelah padi. Luas areal panen, produktivitas dan

jumlah produksi tanaman pangan di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 dapat

dilihat pada Tabel 4.

Page 47: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xlvii

Tabel 4. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan Di Kabupaten Klaten Tahun 2008

Komoditas Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (ton)

Padi sawah 57.912 62.06 359.389 Padi lading 341 31,45 1.072 Jagung 9.839 80,82 79.518 Kedelai 4.128 16,47 6.797 Ubi kayu 1,873 276,47 51.783 Ubi jalar 65 113,93 741 Kacang tanah 2.520 9,76 2.460 Kacang hijau 194 11,58 225

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa jagung memiliki luas areal

panen, tingkat produktivitas dan jumlah produksi terbesar kedua di Kabupaten

Klaten. Selain itu jagung tidak memerlukan persyaratan khusus dalam

pembudidayaannya. Jagung hanya memerlukan lingkungan dengan curah hujan

berkisar sebesar 80-200 mm/tahun yang sesuai dengan besar curah hujan di

Kabupaten Klaten yang berkisar 75-243 mm/tahun dalam kurun waktu enam

belas tahun terakkhir. Kesesuaian syarat tumbuh jagung dengan keadaan lahan di

Kabupaten Klaten membuat tanaman jagung menjadi potensial untuk

dikembangkan. Hal tersebut akan meningkatkan jumlah produksi jagung.

Selanjutnya peningkatan jumlah produksi diharapkan dapat meningkatkan

penawaran jagung di Kabupaten Klaten dan menjadikan Kabupaten Klaten

sebagai salah satu sentra produksi jagung di Jawa Tengah. Terkait dengan

potensi yang dimiliki, maka Kabupaten Klaten dipilih untuk diteliti mengenai

faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penawaran jagung dan elastisitas

penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

31

Page 48: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xlviii

C. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data time series

selama kurun waktu enam belas tahun (mulai tahun 1993 sampai dengan

tahun 2008).

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, menurut Surakhmad

(1994), data sekunder yaitu data yang lebih dahulu dikumpulkan oleh orang

diluar peneliti sendiri. Data sekunder yang digunakan meliputi data harga

jagung, produksi jagung, luas areal panen jagung, harga kedelai, harga pupuk

urea serta rata-rata curah hujan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan, observasi

dan wawancara. Teknik pencatatan dilakukan dengan cara mencatat data yang

tersedia di instansi terkait yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Klaten dan BPS

Kabupaten Klaten serta instansi lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

Selain itu juga dilakukan teknik observasi untuk mengetahui keadaan lapang

guna mendukung data sekunder yang ada dengan melakukan pengamatan

secara langsung di daerah budidaya jagung di Kabupaten Klaten. Dilakukan

pula teknik wawancara dengan menanyakan langsung hal-hal yang

bersangkutan dengan budidaya jagung kepada para petani jagung dan petugas

di Dinas Pertanian Kabupaten Klaten.

D. Metode Analisis Data

1. Respon Penawaran Jagung Di Kabupaten Klaten

Analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda pada

fungsi penawaran dengan cara pendekatan luas areal panen, secara matematis

dirumuskan :

At = b0 + b1Pt-1 + b2Qt-1 + b3At-1 + b4Pst-1 + b5Purea t + e

Page 49: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xlix

Selanjutnya fungsi diatas dirubah menjadi fungsi logaritma natural :

Ln At = ln b0+ln b1 Pt-1+ln b2 Qt-1+ln b3 At-1+ln b4 Pst-1+ln b5 Purea t+ln e

Keterangan :

At : penawaran pada tahun t (ha)

Pt-1 : harga komoditi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

Qt-1 : jumlah produksi pada tahun sebelumnya (ton)

Pst-1 : harga komoditas subtitusi pada tahun sebelumnya (Rp/kg)

At-1 : luas areal panen pada tahun sebelumnya (ha)

b0 : konstanta

b1– b6 : koefisien regresi dari variabel bebas

e : error / kesalahan pengganggu

2. Pengujian model

a. Uji R2 Adjusted ( 2)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi variabel-

variabel bebas terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Menurut

Sudarmanto (2005), 2 menunjukan kemampuan model untuk

menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas. Nilai

2 ini mempunyai range antara 0 sampai 1 (0 < 2 ≤ 1). Semakin besar 2 (mendekati 1) semakin baik hasil regresi tersebut (semakin besar

pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas), dan semakin

mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan semakin kurang bisa

menjelaskan variabel tidak bebas.

knn--

=1

)R-(1-1 R 22

Dimana :

TotalJKgresiJK Re

R 2 =

Keterangan :

n : Banyaknya sampel

Page 50: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user l

k : Jumlah koefesien yang ditaksir

JK Regresi : Jumlah kuadrat regresi

JK Total : Jumlah kuadrat total

b. Uji F

Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama-

sama terhadap variabel tak bebas digunakan uji F dengan tingkat

kepercayaan yang digunakan 99% atau tingkat signifikansi (α) 1%.

Dengan hipotesis:

Tes Hipotesis :

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0

H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ b6 ≠ 0 (Paling tidak ada salah satu yang tidak

sama dengan nol)

Kriteria pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Jika nilai signifikansi < α berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka

variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

variabel tak bebas.

2) Jika nilai signifikansi > α berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka

variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel tak bebas.

Menurut Santoso (2002), menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu

probabilitas kesalahan hipotesis yang ternyata benar. Jika dikatakan α =

5%, berarti resiko kesalahan mengambil keputusan adalah 5%. Semakin

kecil α berarti semakin mengurangi resiko kesalahan.

c. Uji t

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara individu terhadap

penawaran jagung di Kabupaten Klaten digunakan uji t dengan tingkat

kepercayaan yang digunakan 99% atau tingkat signifikansi (α) 1%.

Tes Hipotesis :

H0 : bi = 0

Page 51: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user li

H1 : bi ≠ 0

Dengan kriteria pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Jika nilai signifikansi < α berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka

variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tak

bebas.

2) Jika nilai signifikansi > α berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka

variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel tak bebas.

Nilai standar koefisien regresi parsial digunakan untuk mengetahui

variabel yang paling berpengaruh terhadap jumlah penawaran bawang

putih. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

b’ = bi

Keterangan :

b’ = Standar koefisien regresi variabel bebas

bi = Koefisien regresi variabel bebas

dy = Standar deviasi variabel tak bebas

di = Standar deviasi variabel bebas ke-i

Nilai standar koefisien regresi yang terbesar merupakan variabel

yang paling dominan terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

3. Pengujian asumsi klasik

a. Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih

variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya. Untuk

mengetahuinya dilakukan uji matrik correlation. Bila matrik pearson

correlation tidak ada satupun yang lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan

bahwa antara variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas (Gujarati,

1995).

b. Autokorelasi

iy

dd

Page 52: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lii

Auto korelasi adalah hubungan yang terjadi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t sebelumnya.

Model regresi yang baik seharusnya tidak menunjukkan autokorelasi.

Pengujian ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas (otokorelasi),

dilakukan dengan menggunakan uji statistik d dari Durbin Watson dengan

kriteria (Sulaiman, 2002):

1) 1,65 < DW < 2,35 yang artinya tidak terjadi autokorelasi.

2) 1,21 < DW < 1, 65 atau 2,35 < DW < 2,79 yang artinya tidak dapat

disimpulkan.

3) DW < 1,21 atau DW > 2,79 yang artinya terjadi autokorekasi..

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedatisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Dalam uji heteroskedastisitas, pengujian yang dilakukan

adalah dengan menggunakan grafik scatterplot. Apabila dari grafik terlihat

titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yang teratur

maka hal tersebut menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu memiliki

varian yang sama (homoskedastisitas) dan dapat disimpulkan dari model

yang diestimasi tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Elastisitas Penawaran Jagung

Elastisitas penawaran dapat diketahui dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

bi Epd =

Keterangan :

Epd : Elastisitas penawaran jangka pendek

bi : Koefesien regresi variabel bebas ke-i

Page 53: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user liii

Sedangkan elastisitas jangka panjang dapat diketahui setelah elastisitas

jangka pendek diketahui. Elastisitas jangka panjang dirumuskan sebagai

berikut :

Epj =lbi

Nilai koefisisen penyesuaian diperoleh dari:

λ = 1 – b2At-1

Keterangan :

λ : koefisien penyesuaian

b2 : koefisien regresi dari At-1

Page 54: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user liv

BAB IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Lokasi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Klaten yang memiliki total luas

wilayah 65.556 ha atau 655,56 km2. Kabupaten Klaten terbagi atas 391 desa,

10 kelurahan dan 26 kecamatan. Adapun pembagian wilayah berdasarakn

kecamatan di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Wilayah di Kabupaten Klaten Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2008

No Kecamatan Luas wilayah (km2)

Persentase (%)

1. Prambanan 24,43 3,73 2. Gantiwarno 25,64 3,91 3. Wedi 24,38 3,72 4. Bayat 39,43 6,01 5. Cawas 34,47 5,26 6. Trucuk 33,81 5,16 7. Kalikotes 13,00 1,98 8. Kebonarum 9,66 1,47 9. Jogonalan 26,70 4,07 10. Manisrenggo 26,96 4,11 11. Karangnongko 26,74 4,08 12. Ngawen 16,97 2,59 13. Ceper 24,45 3,73 14. Pedan 19,17 2,92 15. Karangdowo 29,23 4,46 16. Juwiring 29,79 4,54 17. Wonosari 31,14 4,75 18. Delanggu 18,78 2,86 19. Polanharjo 23,84 3,64 20. Karanganom 24,06 3,67 21. Tulung 32,00 4,88 22. Jatinom 35,53 5,42 23. Kemalang 51,66 7,88 24. Klaten Selatan 14,44 2,20 25. Klaten Tengah 8,90 1,36 26. Klaten Utara 10,38 1,58

Jumlah 655,56 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

38

Page 55: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lv

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa Kecamatan Kemalang

merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar mencapai 7,88% dari luas

wilayah Kabupaten Klaten atau seluas 51,66 km2. Sedangkan kecamatan

dengan luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Klaten Tengah yang hanya

mencakup 1,36% dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Klaten atau seluas

8,90 km2.

Besarnya luas wilayah diharapkan dapat meningkatkan luas areal panen

jagung di Kabupaten Klaten. Dengan semakin luasnya areal panen jagung

diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi jagung, sehingga permintaan

masyarakat akan jagung dapat terpenuhi dengan baik.

2. Keadaan Geografi

Kabupaten Klaten secara geografis berada antara 7o32’19” Lintang

Utara (LU) sampai 7o48’33” Lintang Selatan (LS) dan antara 110o26’14”

Bujur Timur (BT) sampai 110o47’51” Bujur Timur (BT). Kabupaten Klaten

memiliki jarak + 113 km dari kota Semarang yang merupakan ibukota

Provinsi Jawa Tengah.

Secara administratif, Kabupaten Klaten memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DIY)

Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DIY)

3. Topografi

Wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan Pegunungan

Seribu dengan ketinggian antara 76-160 m dpl (diatas permukaan laut) yang

terbagi menjadi 3 (tiga) dataran:

a. Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara, meliputi

sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang,

Karangnongko, Jatinom, dan Tulung.

Page 56: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lvi

b. Dataran Rendah membujur di tengah, meliputi seluruh wilayah

kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah

merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur. Wilayah

datar ini meliputi wilayah kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah,

Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kebonarum, Wedi,

Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring,

Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom, Polanharjo.

c. Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan, meliputi

sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas dan

Gantiwarno.

Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah daratan rendah,

maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah yang berpotensi di bidang

pertanian, di samping penghasil kapur, batu kali, dan pasir merapi yang

bersumber dari sungai yang berasal dari lereng gunung merapi. Ketinggian

daerah di Kabupaten Klaten, sekitar 3,72% terletak diantara ketinggian 0-100

meter di atas permukaan laut. Sebanyak 12,76% terletak diantara ketinggian

500-2500 meter di atas permukaan laut. Terbanyak 83,52% terletak diantara

ketinggian 100-500 meter diatas permukaan laut. Kondisi tersebut sesuai

untuk pertumbuhan tanaman jagung. Menurut Prabowo (2007), tanaman

jagung tumbuh pada ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian

optimum antara 50-600 m dpl. Hal tersebut menjadikan Kabupaten Klaten

memiliki potensi untuk pengembangan tanaman jagung.

4. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Klaten terdiri dari lima macam, meliputi:

a. Litosol

Litosol merupakan bahan induk dari kristalin dan batu tulis, ada di daerah Kecamatan Bayat. Tanah litosol merupakan tanah yang beraneka sifat dan warnanya, produktivitasnya rendah dan biasanya merupakan tanah pertanian yang kurang baik atau padang rumput.

b. Regosol Kelabu

Page 57: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lvii

Regosol kelabu merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam dengan warna putih coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu. Produktivitasnya sedang sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Tanah regosol kelabu berupa bahan induk abu dan pasir vulkanis intermediant, terdapat di Kecamatan Klaten Tengah, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kalikotes, Kebonarum, Trucuk, Cawas, Pedan, Karangdowo, Ceper, Juwiring Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Tulung, Jatinom, Karanganom, dan Kemalang dan Jogonalan.

c. Grumusol Kelabu Tua

Grumusol kelabu tua merupakan tanah yang agak netral berwarna kelabu sampai hitam, produktivitasnya rendah sampai sedang dan biasanya untuk pertanian atau perkebunan. Bahan induk tanah grumusol kelabu tua berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Bayat dan Cawas sebelah Selatan.

d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua

Kompleks regosol kelabu dan kelabu tua merupakan bahan induk yang berupa batu kapur, terdapat di daerah Kecamatan Klaten Selatan dan Kebonarum.

e. Regosol Coklat Kelabu

Regosol coklat kelabu merupakan bahan induk yang berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Menisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Wedi, Kebonarum dan Karangnongko.

Keragaman jenis tanah di Kabupaten Klaten akan berpengaruh terhadap

keragaman komoditi pertanian yang diusahakan masyarakat Kabupaten

Klaten. Masing-masing komoditi pertanian memiliki syarat tumbuh yang

berbeda. Hasil yang baik akan diperoleh jika kondisi dan jenis tanah yang

digunakan sesuai dengan syarat tumbuhnya.

Sebagian besar wilayah di Kabupaten Klaten memiliki jenis tanah

regosol kelabu yang merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam,

dimana tanah ini memiliki potensi untuk pembudidayaan jagung. Menurut

Purwono dan Hartono (2008), keasaman yang baik bagi pertumbuhan jagung

antara 5,6-7,5. Pada tanah yang memiliki pH kurang dari 5,5 tanaman jagung

tidak dapat tumbuh maksimal karena keracunan ion alumunium.

5. Keadaan Iklim

Page 58: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lviii

Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim

hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun. Keadaan iklim

tersebut sesuai untuk tempat hidup tanaman jagung. Menurut Purwono dan

Hartono (2008), daerah yang dikehendaki oleh sebagain besar tanaman jagung

yaitu daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis basah.

Rata-rata curah hujan di Kabupaten Klaten berkisar antara 75-200

mm/bulan. Temperatur udara rata-rata 28-300C dengan kecepatan angin rata-

rata berkisar 20-25 km/jam. Dilihat dari rata-rata curah hujan dan temperatur

udara, wilayah Kabupaten Klaten cocok untuk dibudidayakan tanaman

jagung.

Curah hujan ideal untuk tanaman jagung sekitar 85-200 mm/bulan dan

harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji memerlukan cukup

air. Pertumbuhan tanaman jagung memerlukan suhu optimal antara 23-300C

(Prabowo, 2007).

6. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Kabupaten Klaten yang memiliki luas lahan total 65.556 Ha. Secara

umum penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Klaten dibagi menjadi dua

yaitu penggunaan untuk lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan di

Kabupaten Klaten yang relatif beragam disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun 2005-2008

Penggunaan Lahan Luas (ha)

2005 2006 2007 2008

Page 59: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lix

Lahan Sawah Irigasi Teknis Irigasi ½ Teknis Irigasi Sederhana Tadah Hujan

33.494 19.173 10.455 2.386 1.480

33.467 19.170 10.450

2.633 1.214

33.435 19.670 10.086 2.567 1.112

33.423 19.915 9.778 2.267 1.463

Lahan Kering Pekarangan Tegalan Kolam/Rawa Hutan Negara Lain-lain

32.062 19.920 6.312

201 1.450 4.179

32.089 19.938

6312 201

1.450 4.188

32.121 19.995 6.287

202 1.450 4.187

32.133 20.022 6.272

202 1.450 4.187

Jumlah 65.556 Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 lahan yang

digunakan untuk lahan sawah seluas 33.423 ha yang terdiri dari sawah dengan

irigasi teknis seluas 19.915 ha, irigasi ½ teknis seluas 9.778 ha, irigasi

sederhana seluas 2.267 ha dan sawah tadah hujan seluas 1.463 ha. Sedangkan

lahan kering terbesar digunakan untuk pekarang sebesar 20.022 ha. Kegiatan

pertanian dilakukan pada lahan tegalan yang ditanam berbagai komoditi

tanaman pangan seperti padi gogo, kedelai, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan

kacang tanah.

Dari berbagai jenis tanaman pangan tersebut, tanamn jagung yang paling

banyak diusahakan oleh petani di Kabupaten Klaten. Hal tersebut, menurut

Purwono dan Hartono (2008), karena jagung tidak membutuhkan persyaratan

lingkungan yang terlalu ketat. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam

tanah bahkan pada kondisi tanah yang cukup kering Namun, dalam

pembudidayaan tanaman jagung masih diperlukan adanya irigasi untuk

memenuhi kebutuhan air yang cukup. Menurut Prabowo (2007), pada fase

pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung memerlukan ketersediaan air

yang cukup dan membutuhkan sinar matahari yang baik karena tanaman yang

ternaungi pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang

tidak optimal.

Page 60: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lx

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, jumlah

kematian, dan migrasi yang terjadi di daerah tersebut. Pertumbuhan penduduk

Kabupaten Klaten selama tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perkembangan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten KlatenTahun 2004 – 2008

Tahun Jumlah

Penduduk (jiwa)

Pertumbuhan penduduk (jiwa)

Persentase Pertumbuhan (%)

2004 2005 2006 2007 2008

1.281.786 1.286.058 1.293.242 1.296.987 1.300.494

4.489 4.272 7.184 3.745 3.507

0.351445279 0.333284963 0.558606221 0.289582306 0.270395925

Rata-rata 1.291.713,4 4.6394 0.360662939

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah

penduduk Kabupaten Klaten tahun 2004–2008 adalah sebesar 1.291.713 jiwa.

Sedangkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten dari tahun

2004-2008 menunjukkan peningkatan sebesar 0,36%. Peningkatan penduduk

tersebut juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan-kebutuhan

hidup khususnya kebutuhan pangan. Peningkatan kebutuhan yang tidak diikuti

peningkatan jumlah ketersediaan pangan terutama bahan pangan pokok seperti

beras dapat mengakibatkan terjadinya krisis pangan masyarakat. Oleh karena

itu, masyarakat menggunakan jagung sebagai bahan pangan pengganti beras.

Jika permintaan akan jagung meningkat, maka penawaran jagung juga akan

ikut meningkat.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan umur penduduk dapat digolongkan menjadi tiga kelompok,

yaitu usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun), dan usia

Page 61: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxi

tidak produktif (> 65 tahun). Keadaan penduduk menurut kelompok umur bagi

suatu daerah dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yng

produktif dan Angka Beban Tanggungan (Burden Dependency Ratio).

Keadaan penduduk di Kabupaten Klaten menurut kelompok umur dan jenis

kelamin selama tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2008

Umur (Tahun)

Laki-laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

0-4 48.120 46.227 94.347 7,25 5-9 54.350 51.005 105.355 8,10

10-14 59.274 57.111 116.385 8,95 15-19 69.139 65.123 134.262 10,32 20-24 55.184 53.323 108.507 8,34 25-29 49.437 51.902 101.339 7,79 30-34 49.099 54.606 103.705 7,97 35-39 46.524 52.155 98.679 7,59 40-44 42.875 45.447 88.322 6,79 45-49 35.725 35.925 71.650 5,51 50-54 26.231 31.105 57.336 4,41 55-59 25.348 28.603 53.951 4,15 60-64 23.265 29.381 52.646 4,05 >65 50.957 63.053 114.010 8,77

Total 635.528 664.966 1.300.494 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

perempuan lebih besar dari jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk

perempuan sebesar 664.966 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki

sebesar 625.528 jiwa. Dari perhitungan jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan dapat diketahui bahwa angka sex ratio untuk jumlah penduduk

Kabupaten Klaten adalah sebesar 95,57% yang berarti bahwa setiap 100 prang

penduduk perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki.

Tabel 7 juga menunjukan bahwa persentase terbesar penduduk

Kabupaten Klaten adalah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebesar

66,93% dari total jumlah penduduk yang lebih besar dari prosentase penduduk

Page 62: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxii

usia belum produktif dan usia tidak produktif sebesar 33,07%.. Berdasarkan

jumlah penduduk usia produktif dan jumlah penduduk tidak produktif dapat

diketahui Angka Beban Tanggungan (Burden Dependency Ratio). Angka

Beban Tanggungan merupakan angka yang menunjukan banyaknya penduduk

usia tidak produktif yang haus ditanggung tiap penduduk usia produktif.

Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 1 maka dapat diketahui bahwa

Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Klaten adalah sebesar 49,41% yang

berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Klaten harus

menanggung 49 penduduk usia belum produktif dan tidak produktif.

Keadaan penduduk di Kabupaten Klaten yang sebagian besar merupakan

penduduk usia produktif dapat memberikan gambaran akan kebutuhan pangan

yang tinggi karena pada usia-usia produktif umumnya banyak melakukan

kegiatan-kegiatan sehingga diperlukan adanya tenaga untuk menunjang

aktivitas yang dapat diperoleh dari berbagai bahan pangan. Oleh karena itu,

dengan banyaknya penduduk usia produktif maka akan berpengaruh terhadap

peningkatan kebutuhan akan pangan seperti jagung.

Jagung dipilih karena merupakan salah satu jenis makanan yang

mengandung sumber hidrat arang yang dapat digunakan untuk menggantikan

(mensubtitusi) beras. Kandungan protein di dalam biji jagung sama dengan

biji padi sebesar 8 gram, sehingga jagung dapat pula menyumbangkan

sebagian kebutuhan protein yang diperlukan manusia. Kandungan

karbohidratnya pun mendekati karbohidrat pada padi, berarti jagung juga

memiliki nilai gizi yang mendekati nilai gizi padi (AAK, 1993).

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Penduduk di Kabupaten Klaten memiliki jenis mata pencaharian yang

bermacam-macam. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbedaan latar belakang,

sosial ekonomi masyarakat, ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan,

Page 63: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxiii

usia, jenis kelamin dan modal yang tersedia. Keadaan penduduk di Kabupaten

Klaten menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Keadaan Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008

Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Pertanian 145.514 25,61 Pertambangan dan galian, listrik, gas dan air bersih

7.795 1,37

Industri 115.580 20,35 Bangunan 36.702 6,46 Perdagangan 150.080 26,41 Komunikasi 26.037 4,58 Keuangan 4.822 0,85 Jasa 81.660 14,37 Lain-lain - -

Jumlah 568.190 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk

Kabupaten Klaten bermata pencaharian di bidang perdagangan yaitu sebesar

26,41%. Sedangkan sektor pertanian memiliki persentase yang cukup besar

yaitu 25,61% atau sebanyak 105.564 jiwa. Semakin banyaknya jumlah

penduduk yang mengusahakan sektor pertanian diharapkan dapat menaikan

tingkat produktifitas terutama jagung guna memenuhi permintaan masyarakat

dalam pemenuhan kebutuhannya.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

Kondisi perekonomian suatu wilayah merupakan salah satu indikator

kebehasilan pembangunan di wilayah tersebut. Perkembangan perekonomian

dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang memadai. Sarana

perekonomian tersebut dapat berupa lembaga-lembaga perekonomaian baik yang

disediakan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta serta dari swadaya

masyarakat setempat. Salah satu sarana yang dapat menunjang perekonimian di

Page 64: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxiv

suatu daerah adalah pasar, sebab di pasar inilah terjadi transaksi jaul beli barang

atau jasa. Banyaknya pasar di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jenis dan Jumlah Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No. Jenis Pasar Jumlah (unit) 1. 2. 3. 4.

Departement Store Pasar Swalayan Pusat Perbelanjaan Pasar Tradisional a. Umum b. Hewan c. Buah d. Sepeda e. Ikan f. Lain-lain /burung

1 5 1

55 12 1 7 0

12 Jumlah 94

Sumber: BPS Kabupaten Klaten

Berdasrkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang ada

di Kabupaten Klaten sudah memadai terlihat dari adanya departement store, pasar

swalayan, pusat perbelanjaan, dan pasar tradisional yang menjual berbagai jenis

barang. Banyaknya jumlah pasar yang tersedia akan mempengaruhi pemasaran

jagung karena dapat memudahkan produsen untuk menjual hasil produksinya.

Kondisi pemasaran jagung yang baik diharapkan dapat meningkatkan penawaran

jagung di Kabupaten Klaten.

D. Keadaan Umum Pertanian

Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman pangan,

perkebunan, perikanan, kehutanan dan peternakan. Tanaman pangan meliputi padi

dan palawija. Tanaman palawija mencakup komoditas jagung, ubi jalar, ubi kayu,

kacang tanah, kedelai serta kacang hijau. Produksi tanaman palawija di

Page 65: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxv

Kabupaten Klaten didominasi oleh tanaman jagung. Hal tersebut dapat dilihat dari

data tanaman palawija pada Tabel 11.

Tabel 11. Produksi Tanaman Palawija di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No Tanaman Palawija Produksi (Ton) 1. Jagung 79.518 2. Kedelai 6.797 3. Ubi kayu 51.783 4. Ubi jalar 741 5. Kacang tanah 2.460 6. Kacang hijau 225

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

Pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 Kabupaten Klaten

mempunyai produksi tanaman jagung terbesar dibandingkan dengan tanaman

palawija lainnya. Tingginya jumlah produksi jagung mempengaruhi terhadap

tingkat penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Sebagian besar hasil produksi

jagung digunakan sebagai bahan pakan ternak baik untuk konsumsi lokal maupun

di luar daerah Klaten. Jagung yang digunakan untuk bahan pakan ternak berumur

sekitar tiga bulan atau 100 hari.

Adapun luas panen, produksi dan rata-rata produksi untuk tanaman jagung

per kecamatan di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 12.

Page 66: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxvi

Tabel 12. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten 2008

Kecamatan Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton) Prambanan 691 80,43 5.558 Gantiwarno 302 81,49 2.461 Wedi 63 69,04 435 Bayat 863 64,46 5.563 Cawas - 2,72 - Trucuk 227 74,27 1.686 Kalikotes 290 77,96 2.261 Kebonarum - - - Jogonalan 1.078 81,74 8.812 Manisrenggo 451 81,59 3.680 Karang nongko 430 83,93 3.609 Ngawen 106 77,31 819 Ceper 462 83,34 3.850 Pedan 204 77,44 1.580 Karang dowo 16 59,00 94 Juwiring - - - Wonosari 26 66,99 174 Delanggu - - - Polanharjo 12 73,69 88 Karanganom 398 84,93 3.380 Tulung 2.559 88,34 22.605 Jatinom 1.037 83,55 8.664 Kemalang 495 66,47 3.290 Klaten selatan 25 66,99 167 Klaten tengah 31 66,99 208 Klaten utara 73 73,14 534

Page 67: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxvii

Total 9.839 80,82 79.518

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa luas panen jagung terbesar

terletak di Kecamatan Tulung yaitu 2.559 ha dengan luas panen terkecil pada

Kecamatan Polanharjo yaitu 12 ha. Begitu pula jumlah produksi jagung terbesar

terdapat di Kecamatan Tulung sebesar 22.605 ton. Sedangkan produksi jagung

terkecil terdapat di Kecamatan Polanharjo sebesar 88 ton.

Semakin tinggi luas panen jagung diharapkan akan meningkatkan jumlah

produksi jagung. Peningkatan jumlah produksi selanjutnya diharapkan dapat

meningkatkan harga jagung. Adanya peningkatan harga jagung untuk kedepannya

diharapkan dapat ikut meningkatkan kesejaheraan petani terutama para petani

jagung di Kabupaten Klaten.

Page 68: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxviii

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian yang berjudul Respon Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten

ini menggunakan data time series selama 16 tahun, yaitu tahun 1992-2008.

Penawaran jagung dalam penelitian ini dianalisis menggunakan model Nerlove

dengan pendekatan luas areal panen. Pemilihan pendekatan dengan luas areal

panen karena variabel luas areal panen dapat dikontrol oleh petani jika terjadi

perubahan harga. Selain itu, karena respon penawaran dapat diasumsikan

ekuivalen dari respon areal panen yang disebabkan oleh perubahan faktor

ekonomi maupun non ekonomi. Sedangkan variabel tak bebas yang diduga

berpengaruh terhadap respon penawaran jagung di Kabupaten Klaten yaitu harga

jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya, luas

areal panen pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya dan

harga pupuk urea pada tahun t. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh data-

data sebagai berikut:

1. Harga Jagung

Tingkat harga jagung yang diterima petani merupakan harga yang

sudah dideflasikan, dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Di

dalam pendeflasian tersebut digunakan indeks harga konsumen dengan tahun

dasar 2002 (2002=100). Adapun harga jagung di Kabupaten Klaten selama

tahun 1992-2007 dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 69: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxix

Tabel 13. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007

Tahun

Harga Sebelum

Terdeflasi (Rp/Kg)

IHK (2002=100)

Harga Setelah

Terdeflasi (Rp/Kg)

Perkembangan Harga Terdeflasi

(Rp/Kg) (%)

1992 420 24,33 1726,26 0,00 0,00 1993 425 26,16 1624,62 -101,65 -5,89 1994 627 29,46 2128,31 503,69 31,00 1995 515 33,29 1547,01 -581,30 -27,31 1996 757 36,00 2102,78 555,77 35,93 1997 852 39,09 2179,59 76,81 3,65 1998 912 77,34 1179,21 -1000,38 -45,90 1999 807 92,64 871,11 -308,09 -26,13 2000 938 83,62 1121,74 250,63 28,77 2001 1158 91,31 1268,21 146,47 13,06 2002 1108 100,00 1108,00 -160,21 -12,63 2003 998 103,48 964,44 -143,56 -12,96 2004 1157 105,90 1092,54 128,10 13,28 2005 1213 116,91 1037,55 -54,99 -5,03 2006 1299 135,05 961,87 -75,68 -7,29 2007 1317 138,36 951,86 -10,00 -1,04

Jumlah 14.503 1.233,00 21865,10 -774,40 -18,49 Rata-rata 906,4375 77,06 1366,57 -48,40 -1,16

Sumber :Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dianalisis

Dari Tabel 13 menunjukan perkembangan harga jagung di Kabupaten

Klaten mulai tahun 1992-2007. Rata-rata harga jagung setelah terdeflasi

sebesar Rp 1.366,57 per kilogram. Harga jagung terdeflasi tertinggi terjadi

pada tahun 1997 sebesar Rp 2.179,59 per kilogram, sedangkan harga jagung

terdeflasi terendah terjadi pada tahun 1999 sebesar Rp 871,11 per kilogram.

Tingginya harga jagung pada tahun 1997 disebabkan karena adanya krisis

moneter yang menyebabkan harga-harga melambung tinggi. Naiknya harga-

harga tersebut berdampak pada usahatani jagung karena harga input

meningkat sehingga harga jagung juga mengalami peningkatan.

51

Page 70: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxx

Gambar 5. Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007

Gambar 5 menunjukan perbandingan perkembangan harga jagung

sebelum terdeflasi dan setelah terdeflasi. Dapat diketahui bahwa dari tahun

1992-2007, harga sebelum terdeflasi maupun harga setelah terdeflasi

mengalami fluktuasi. Harga jagung di Kabupaten Klaten sebelum terdeflasi

berkisar antara Rp 420 - Rp 1.317 per kilogram. Sedangkan harga jagung

setelah terdeflasi berkisar antara Rp 871,11 – Rp 2.179,59 per kilogram

dengan rata-rata perkembangan harga yang menunjukan penurunan Rp 50,15

per kilogram atau rata-rata berkurang 2,41% tiap tahun. Naik turunnya harga

jagung ini diakibatkan oleh perubahan produksi jagung, sehingga harga

jagung tidak stabil. Selain itu naik turunnya harga jagung juga diakibatkan

oleh adanya musim dimana pada saat musim panen harga jagung akan

menurun sedangkan pada saat musim paceklik harga jagung akan naik.

2. Jumlah Produksi Jagung

Jumlah produksi adalah faktor yang terpenting dalam penawaran. Hal

ini dikarenakan jumlah produksi merupakan jumlah yang akan ditawarkan

0

500

1000

1500

2000

2500

Har

ga J

agun

g (R

p/K

g)

TahunHarga Jagung SetelahTerdeflasi

Harga Jagung Sebelum Terdeflasi2

Page 71: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxi

kepada konsumen. Adapun jumlah produksi jagung di Kabupaten Klaten

selama tahun 1992-2007 dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Luas Areal Panen Jagung, Perkembangan Jumlah Produksi Jagung, dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007

Sumber : BPS Kabupaten Klaten, Dianalisis

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa Kabupaten Klaten dapat

menghasilkan jagung rata-rata 55192,44 ton tiap tahun dalam kurun waktu

1992-2007. Jumlah produksi tertinggi terjadi pada tahun 2001 sebesar

65.162 ton, sedangkan jumlah produksi terendah pada tahun 1992 sebesar

43.964 ton. Adapun grafik perkembangan jumlah produksi jagung di

Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 6.

Tahun

Luas Areal Panen (ha)

Jumlah Produksi Jagung

(ton)

Produktivitas (Kw/ha)

Perkembangan Jumlah Produksi

(ton) (%)

1992 10848 43964 40,53 0 0 1993 6092 50699 83,22 6735 15,32 1994 7397 58235 78,73 7536 14,86 1995 10166 58931 57,97 696 1,20 1996 9820 51873 52,82 -7058 -11,98 1997 10549 50623 47,99 -1250 -2,41 1998 10522 54989 52,26 4366 8,62 1999 10643 50793 47,72 -4196 -7,63 2000 9188 52026 56,62 1233 2,43 2001 10881 65162 59,89 13136 25,25 2002 11990 44810 37,37 -20352 -31,23 2003 9051 60344 66,67 15534 34,67 2004 8994 60649 67,43 305 0,51 2005 9188 61681 67,13 1032 1,70 2006 9529 60330 63,31 -1351 -2,19 2007 9710 57970 59,70 -2360 -3,91

Jumlah 154568 883079 1043,70 14006 45,20 Rata-rata 9660,5 55192,44 65,23 875,38 2,83

010000200003000040000500006000070000

Jum

lah

Pro

duk

si

(Ton

)

Tahun jumlah produksi

Page 72: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxii

Gambar 6. Grafik Perkembangan Jumlah Produksi Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1993-2008

Gambar 6 menunjukan bahwa perkembangan jumlah produksi jagung

di Kabupaten Klaten mengalami fluktuasi. Jumlah produksi berkisar antara

43.964 – 65.162 ton. Jumlah produksi tersebut berkembang rata-rata 875,38

ton per tahun atau sebesar 2,83%. Perkembangan jumlah produksi tertinggi

terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 34,67% dari tahun 2002. Peningkatan

perkembangan dapat dilihat pada Tabel 15 dimana pada tahun 2002 jumlah

produksi sebesar 44810 meningkat menjadi 60344 ton pada tahun 2003.

Peningkatan tersebut terjadi karena adanya peningkatan produktivitas dari

tahun 2002 sebesar 37,37 Kw/ha menjadi 66,67 Kw/ha pada tahun 2003.

Sedangkan perkembangan terendah terjadi penurunan jumlah produksi

pada tahun 2002 yaitu sebesar 31,23% dari tahun 2001. Penurunan tersebut

terjadinya karena banyak tanaman jagung yang ditanam terjangkit penyakit

bulai (Downy mildew) yang mengakibatkan penurunan jumlah produksi.

Penyakit bulai merupakan penyakit penting bagi tanaman jagung.

Serangan penyakit ini mulai terjadi pada umur dua minggu setelah tanam.

Tanaman yang terserang berumur 3-5 minggu akan mengalami gangguan

pertumbuhan. Tanaman yang terserang setelah dewasa pada tongkolnya akan

berubah bentuk dan isi (Purwono dan Hartono, 2008).

3. Luas Areal Panen Jagung

Luas areal panen dapat berpengaruh terhadap besarnya jumlah

porduksi jagung. Kabupaten Klaten memiliki luas areal panen jagung yang

Page 73: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxiii

fluktuatif. Adapun luas areal panen jagung di Kabupaten Klaten dapat dilihat

pada Tabel 15.

Tabel 15. Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2008

Sumber : BPS Kabupaten Klaten, Dianalisis

Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa luas areal panen jagung

tertinggi di Kabupaten Klaten terjadi pada tahun 2002 sebesar 11.990 ha,

sedangkan luas areal panen terendah terjadi pada tahun 1993 sebesar 6.092

ha. Pada tahun 1993 terjadi penurunan perkembangan luas areal panen

jagung yang cukup besar yaitu sebesar 43,84% atau berkurang seluas 4756

ha dari tahun 1993. Namun, pada tahun 1995 terjadi peningkatan

Tahun Luas Areal Panen (ha)

Perkembangan Luas Areal Panen

(ha) (%)

1992 10848 0 0,00 1993 6092 -4756 -43,84 1994 7397 1305 21,42 1995 10166 2769 37,43 1996 9820 -346 -3,40 1997 10549 729 7,42 1998 10522 -27 -0,26 1999 10643 121 1,15 2000 9188 -1455 -13,67 2001 10881 1693 18,43 2002 11990 1109 10,19 2003 9051 -2939 -24,51 2004 8994 -57 -0,63 2005 9188 194 2,16 2006 9529 341 3,71 2007 9710 181 1,90 2008 9839 129 1,33

Page 74: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxiv

perkembangan luas areal panen sebesar 37,43% dari tahun sebelumnya atau

seluas 2769 ha. Adapun grafik perkembangan luas areal panen jagung di

Kabupaten Klaten pada tahun 1992-2008 dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik Perkembangan Luas Areal Panen Jagung di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1993-2008

Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa perkembangan luas areal panen

jagung di Kabupaten Klaten cukup fluktuatif. Naik turunnya luas areal panen

jagung di Kabupaten Klaten dipengaruhi oleh pertimbangan petani dalam hal

pembudidayaan jagung. Jika petani merasa keuntungan yang akan diperoleh

dengan mengusahakan tanaman jagung besar maka mereka akan menanam

jagung sebanyak-banyaknya. Namun, apabila menanam jagung dirasa tidak

memberikan keuntungan yang cukup besar maka petani akan cenderung

mengalihfungsikan lahannya demi meraih keuntungan yang sebesar-

besarnya.

4. Harga Kedelai

02000400060008000

100001200014000

Lua

s A

real

Pan

en

(Ha)

Tahunluas areal panen

Page 75: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxv

Kedelai digunakan sebagai komoditas subtitusi tanaman jagung di

Kabupaten Klaten. Hal tersebut karena tanaman kedelai mempunyai syarat

tumbuh seperti jagung. Adapun harga jagung di Kabupaten Klaten selama

tahun 1993-2008 dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1992-2007

Tahun

Harga Sebelum

Terdeflasi (Rp/ Kg)

IHK (2002=100)

Harga Setelah

Terdeflasi (Rp/Kg)

Perkembangan Harga Terdeflasi

(Rp/Kg) (%)

1992 525 24,33 2157,83 0,00 00 1993 565 26,16 2159,79 1,96 0,09 1994 621 29,46 2107,94 -51,84 -2,40 1995 820 33,29 2463,20 355,26 16,85 1996 785 36,00 2180,56 -282,65 -11,47 1997 1170 39,09 2993,09 812,54 37,26 1998 2515 77,34 3251,87 258,78 8,65 1999 3035 92,64 3276,12 24,25 0,75 2000 2580 83,62 3085,39 -190,74 -5,82 2001 2675 91,31 2929,58 -155,81 -5,05 2002 2795 100,00 2795,00 -134,58 -4,59 2003 2538 103,48 2452,65 -342,35 -12,25 2004 2850 105,90 2691,22 238,57 9,73 2005 3582 116,91 3063,90 372,68 13,85 2006 2945 135,05 2180,67 -883,22 -28,83 2007 4320 138,36 3122,29 941,62 43,18

Jumlah 34321 1.233,00 42911,10 964,46 59,94 Rata-rata 2145,06 77,06 2681,94 60,28 3,75

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dianalisis

Berdasarkan Tabel 16dapat diketahui bahwa rata-rata harga terdeflasi

kedelai di Kabupaten Klaten dari tahun 1992-2007 sebesar Rp 2.681,94

Page 76: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxvi

per kilogram. Tingkat harga kedelai terdeflasi tertinggi pada tahun 1999

sebesar Rp 3.276,12 per kilogram sedangkan harga kedelai terdeflasi

terendah pada tahun 1994 sebesar Rp 2.107,94. Adapun grafik

perkembangan harga kedelai di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar

8.

Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Kedelai di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1993-2008

Gambar 8 menunjukan perbandingan perkembangan harga kedelai

untuk harga sebelum terdeflasi dan harga setelah terdeflasi. Dapat diketahui

bahwa dari tahun 1992-2007, harga sebelum terdeflasi maupun harga

setelah terdeflasi mengalami fluktuasi. Harga kedelai di Kabupaten Klaten

sebelum terdeflasi berkisar antara Rp 525 - Rp 4.320 per kilogram.

Sedangkan harga jagung setelah terdeflasi berkisar antara Rp Rp 3.276,12 -

Rp 2.107,94 per kilogram dengan rata-rata perkembangan harga

0

1000

2000

3000

4000

5000

Har

ga (

Rp/

Kg)

Tahun Harga Beras Setelah Terdeflasi

Harga Beras Sebelum Terdeflasi

Page 77: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxvii

menunjukan kenaikan Rp 60,28 per kilogram atau 3,75% setiap tahun.

Perkembangan harga kedelai terbesar pada tahun 2007 sebesar 43,18% hal

ini dikarenakan adanya pengaruh harga kedelai impor mengalami

paningkatan akibat permintaan kedelai dunia juga meningkat sedangkan

produksinya cenderung tetap. Indonesia merupakan salah satu negara yang

mengimpor kedelai sehingga ikut terkena imbas peningkatan harga kedelai

dunia.

5. Harga Pupuk Urea

Pada pembudidayaan jagung digunakan pupuk urea sebagai variabel

input. Harga pupuk urea yang digunakan adalah banyaknya uang yang

dikeluarkan petani untuk membeli pupuk urea tersebut. Adapun harga pupuk

urea di Kabupaten Klaten selama tahun 1993-2008 dapat dilihat pada Tabel

17.

Tabel 17. Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Klaten Pada Tahun 1993-2008

Tahun

Harga Sebelum

Terdeflasi (Rp/Kg)

IHK (2002=100)

Harga Setelah

Terdeflasi (Rp/Kg)

Perkembangan Harga Terdeflasi

(Rp/Kg) (%)

1993 325 26,16 1242,35 0 0 1994 385 29,46 1306,86 64,50 5,19 1995 450 33,29 1351,76 44,90 3,44 1996 490 36,00 1361,11 9,35 0,69 1997 355 39,09 908,16 -452,95 -33,28 1998 345 77,34 446,08 -462,08 -50,88 1999 476 92,64 513,82 67,73 15,18 2000 480 83,62 574,03 60,21 11,72 2001 450 91,31 492,83 -81,20 -14,15 2002 475 100,00 475 -17,83 -3,62 2003 555 103,48 536,34 61,34 12,91 2004 675 105,90 637,39 101,06 18,84 2005 1075 116,91 919,51 282,12 44,26 2006 865 135,05 640,50 -279,01 -30,34 2007 825 138,36 596,27 -44,23 -6,91 2008 910 163,99 554,91 -41,36 -6,94

Jumlah 9136 1372,6 12556,92 -687,44 -33,87 Rata-rata 571 85,79 784,81 -42,97 -2,12

Page 78: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxviii

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dianalisis

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa rata-rata harga pupuk

urea di Kabupaten Klaten tahun 1993-2008 sebesar Rp. 784,81 per kilogram.

Harga pupuk urea setelah terdeflasi tertinggi terjadi pada tahun 1996 sebesar

Rp. 1.361,11 per kilogram. Sedangkan harga pupuk urea setelah terdefalsi

terendah pada tahun 1998 sebesar Rp. 446,08 per kilogram. Adapun grafik

perkembangan harga pupuk urea di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada

Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Perkembangan Harga Pupuk Urea di Kabupaten Klaten

Pada Tahun 1993-2008

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan perkembangan

harga pupuk urea sebelum dan setelah terdeflasi. Harga pupuk urea sebelum

terdeflasi berkisar antara Rp. 325 - Rp. 1.075 per kilogram. Sedangkan harga

pupuk urea setelah terdeflasi berkisar antara Rp. 446,08 - Rp. 1.361,11 per

0200400600800

1000120014001600

Har

ga P

upuk

Ure

a(R

p/K

g)

TahunHarga Pupuk Urea Sebelum TerdeflasiHarga Pupuk Urea Setelah Terdeflasi

Page 79: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxix

kilogram. Rata-rata perkembangan harga pupuk urea menurun sebesar

2,12% atau Rp 42,97 per kilogram per tahun. Perkembangan harga pupuk

urea terdeflasi tertinggi pada tahun 2005 sebesar 44,26%

B. Respon Penawaran Jagung

Penelitian tentang respon penawaran jagung di Kabupaten Klaten ini

menggunakan model penyesuaian dinamis Nerlove. Penelitian ini dengan

menggunakan data time series selama kurun waktu 16 tahun yaitu dari tahun

1993 sampai 2008. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diduga

berpengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten adalah harga

jagung pada tahun sebelumnya, rata-rata jumlah curah hujan pada tahun tanam,

jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun

sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya dan harga urea pada tahun

tanam yang dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Rekapitulasi Variabel yang Digunakan dalam Penelitian

Tahun At Pt-1 Qt-1 At-1 Pst-1 Pureat

1993 6092 1726,26 43964 10848 2157,83 1242,35 1994 7397 1624,62 50699 6092 2159,79 1306,86 1995 10166 2128,31 58235 7397 2107,94 1351,76 1996 9820 1547,01 58931 10166 2463,20 1361,11 1997 10549 2102,78 51873 9820 2180,56 908,16 1998 10522 2179,59 50623 10549 2993,09 446,08 1999 10643 1179,21 54989 10522 3251,87 513,82 2000 9188 871,11 50793 10643 3276,12 574,03 2001 10881 1121,74 52026 9188 3085,39 492,83 2002 11990 1268,21 65162 10881 2929,58 475 2003 9051 1108,00 44810 11990 2795,00 536,34 2004 8994 964,44 60344 9051 2452,65 637,39 2005 9188 1092,54 60649 8994 2691,22 919,51 2006 9529 1037,55 61681 9188 3063,90 640,50 2007 9710 961,87 60330 9529 2180,67 596,27

Page 80: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxx

2008 9839 951,86 57970 9710 3122,29 554,91

Sumber : Diolah Dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil analisis data, maka diaperoleh model fungsi penawaran

jagung di Kabupaten Klaten sebagai berikut :

Ln At = 1,256 + 0,294 Ln Pt-1 + 1,083 Ln Qt-1 + 0,023 Ln At-1 - 0,404 Ln Pst-1 –

0,466 Ln Purea t

1. Pengujian Model

a. Uji R2 Adjusted ( 2)

R2 Adjusted ( 2) digunakan untuk mengetahui besarnya proporsi

variabel-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel-varabel

tak bebasnya. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai ( 2) sebesar

0,791. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sebesar 79,1% penawaran

jagung di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan oleh variabel harga jagung

pada tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun

sebelumnya, luas areal panen jagung pada tahun sebelumnya, harga

kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun tanam

sedangkan sisanya sekitar 20,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar

model. Variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi penawaran

jagung di Kabupaten Klaten antara lain hama dan penyakit serta harga

input lain (selain pupuk urea).

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di

Kabupaten Klaten. Hasil uji F disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Analisis Varian Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig

Regression 0,329 5 0,066 12,363 0,001***

Page 81: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxxi

Residual Total

0,053 0,382

10 15

0,005

Sumber : Analisis Data

Keterangan:

*** : signifikan pada tingkat kepercayaan 99%

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar

12,363. Pada tingkat kepercayaan 99%, nilai signifikasi sebesar 0,001

lebih kecil dari α 0,01. Hal ini menunjukan bahwa semua variabel yang

diamati yaitu harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi

jagung pada tahun sebelumnya, luas areal panen pada tahun

sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk

urea pada tahun tanam secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

c. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara

individu terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Hasil analisis

dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Pengaruh Masing-masing Varibel Bebas Terhadap Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten

Model Koefisisen

Regresi t hitung Sig

Konstanta Harga Jagung Pada Tahun Sebelumnya (Pt-1) Jumlah Produksi Jagung Pada Tahun Sebelumnya (Qt-1) Luas Areal Panen Jagung Pada Tahun Sebelumnya (At-1) Harga Kedelai Pada Tahun Sebelumnya (Pst-1)

1,256 0,294

1,083

0,023

-0,404

0,410 3,975

5,733

0,158

-3,265

0,690 0,003***

0,000***

0,878ns

0,008***

Page 82: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxxii

Harga Pupuk Urea Pada Tahun Tanam (Purea t)

-0,466 -5,357 0,000***

Sumber : Analisis Data

Keterangan:

*** : signifikan pada tingkat kepercayaan 99% ns : tidak signifikan

Berdasarkan Tabel 20 dapat dijelaskan bahwa harga jagung pada

tahun sebelumnya, jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya,

harga kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun

tanam secara individu berpengaruh nyata terhadap penawaran jagung di

Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan luas areal

panen pada tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap

penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

2. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh

Koefisien regresi parsial menunjukan variabel yang paling

berpengaruh terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Semakin

besar nilai koefisien regresi parsial, maka semakin besar pula pengaruh

variabel bebas tersebut terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

Tabel 21. Nilai Koefisisen Regresi Parsial Variabel yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Jagung di Kabupaten Klaten

Variabel Koefisien Regresi

Parsial Peringkat

Jumlah Produksi Pada Tahun Sebelumnya (Qt-1) Harga Pupuk Urea Pada Tahun t (Purea t)

1,507

-0,183

1

2

Page 83: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxxiii

Harga Kedelai Pada Tahun Sebelumnya (Pst-1) Harga Jagung Pada Tahun Sebelumnya (Pt-1)

-0,269

0,150

3

4

Sumber : Analisis Data

Tabel 21 menunjukan bahwa jumlah produksi jagung pada tahun

sebelumnya memiliki nilai koefisien regresi parsial terbesar yaitu 1,507. Hal

ini menunjukan bahwa jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya

merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap penawaran jagung di

Kabupaten Klaten. Nilai koefisien regresi sebesar 1,507 satuan menunjukan

bahwa pengaruh yang diberikan positif, dimana setiap penambahan 1 satuan

produksi jagung akan menaikan penawaran jagung di Kabupaten Klaten

sebesar 1,507 satuan.

Selanjutnya terdapat variabel harga jagung pada tahun sebelumnya

dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,150 yang menunjukan bahwa

pengaruh yang diberikan juga bersifat positif dimana untuk setiap kenaikan 1

satuan harga jagung akan meningkatkan penawaran jagung di Kabupaten

Klaten sebesar 0,146 satuan.

Sedangkan pada variabel harga kedelai pada tahun sebelumnya

memiliki nilai koefisien regresi parsial negatif yaitu sebesar -0,269 yang

menunjukan bahwa setiap kenaikan 1 satuan harga kedelai akan

menurunkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten sebesar 0,269 satuan.

Demikian pula pada variabel harga pupuk urea pada tahun t yang memiliki

nilai koefisien regresi parsial sebesar -0,183 yang berarti bahwa untuk setiap

kenaikan harga pupuk urea sebesar 1 satuan akan menurunkan penawaran

jagung di Kabupaten Klaten sebesar 0,183 satuan.

3. Pengujian Asumsi Klasik

a. Multikolinearitas

Page 84: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxxiv

Berdasarkan nilai Matrik Pearson Correlation pada lampiran 2

dapat diketahui bahwa korelasi antar variabel bebas tidak ada yang

bernilai lebih besar dari 0,8. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi multikolinearitas diantara variabel bebas yang mempengaruhi

penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Multikolinearitas terjadi

apabila nilai Matrik Pearson Correlation lebih dari 0,8 maka dapat

disimpulkan bahwa diantara variabel-variabel bebas yang diteliti terjadi

multikolinearitas.

b. Autokorelasi

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan statistik d-

Durbin Watson dan dari hasil analisis pada lampiran 2 diperoleh nilai d

sebesar 2,055. Karena nilai d yang diperoleh terletak pada

1,65<DW<2,35 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

autokorelasi.

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan diagram

scatterplot. Dari hasil analisis diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam

diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang berarti

tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal tersebut dapat diartikan bahwa

kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama atau terjadi

homoskedastisitas.

4. Elastisitas Penawaran

Pengkajian terhadap elastisitas penawaran pada penelitian ini meliputi

elastisitas jangka pendek dan elastisitas jangka panjang. Hal ini berhubungan

erat dengan persoalan pengaturan kembali dalam penyaluran sumber-sumber

ekonomi yang dikuasai petani. Dalam jangka pendek maka petani secara

perseorangan mengadakan pengaturan kembali (reallocation of resource)

tetapi dalam jangka panjang keseluruhan industri pertanian dapat

mengadakan penyesuaian (Mubyarto, 1989).

Page 85: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxxv

Nilai elastisitas dari kedua variabel yang memberikan pengaruh

signifikan pada penawaran jagung di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada

Tabel 22.

Tabel 22. Elastisitas Penawaran Jagung Dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang di Kabupaten Klaten

Variabel Elastisitas

Jangka Pendek Elastisitas

Jangka Panjang Harga Jagung Pada Tahun Sebelumnya (Pt-1) Jumlah Produksi Pada Tahun Sebelumnya (Qt-1) Harga Pupuk Urea Pada Tahun t (Purea t) Harga Kedelai Pada Tahun Sebelumnya (Pst-1)

0,294

1,083

-0,466

-0,404

0,301

1,108

-0,477

-0,414

Sumber : Dianalisis dari Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa elastisitas penawaran

jagung di Kabupaten Klaten untuk variabel harga jagung pada tahun

sebelumnya pada jangka pendek dan jangka panjang bernilai positif sebesar

1,083 dan 1,108 yang berati untuk setiap peningkatan harga jagung sebesar

satu persen maka penawaran jagung akan meningkat sebesar 1,083 persen

dalam jangka pendek dan 1,108 persen dalam jangka panjang. Elastisitas

penawaran jagung bersifat inelastis baik pada jangka pendek maupun pada

jangka panjang. Hal tersebut berarti bahwa persentase perubahan penawaran

jagung di Kabupaten Klaten lebih kecil daripada persentase perubahan harga

jagung pada tahun sebelumnya baik pada jangka pendek maupun pada

jangka panjang.

Nilai elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Klaten untuk jumlah

produksi jagung pada tahun sebelumnya bernilai positif sebesar 1,083 pada

jangka pendek dan 1,108 pada jangka panjang. Nilai elastisitas tersebut

dapat diartikan bahwa setiap peningkatan satu persen jumlah produksi

jagung pada tahun sebelumnya akan meningkatkan penawaran jagung di

Page 86: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxxvi

Kabupaten Klaten sebesar 1,083 persen dalam jangka pendek dan 1,108

persen dalam jangka panjang. Sedangkan elastisitas penawaran bersifat

elasitis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang berarti

bahwa persentase perubahan penawaran jagung di Kabupaten Kalten lebih

besar daripada persentase perubahan jumlah produksi jagung pada tahun

sebelumnya baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Klaten terhadap harga

kedelai pada tahun sebelumnya bernilai negatif sebesar -0,466 dalam jangka

pendek dan -0,477 dalam jangka panjang. Hal tersebut berarti bahwa

peningkatan satu persen harga kedelai pada tahun sebelumnya akan

menurunkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten sebesar 0,466 persen

dalam jangka pendek dan 0,477 persen dalam jangka panjang. Sedangkan

nilai elastisitas penawaran yang bersifat inelastis dapat diartikan bahwa

persentase perubahan penawaran jagung di Kabupaten Klaten lebih kecil

daripada persentase perubahan harga kedelai pada tahun sebelumnya.

Selanjutnya nilai elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Klaten

untuk harga pupuk urea pada tahun t menunjukan nilai negatif sebesar -

0,404 dalam jangka pendek dan -0,414 dalam jangka panjang. Nilai

elastisitas tersebut berarti untuk setiap peningkatan satu persen harga pupuk

urea pada tahun t akan menurunkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten

sebesar 0,404 persen dalam jangka pendek dan 0,414 dalam jangka panjang.

Elastisitas penawaran yang bersifat inelastis berarti bahwa persentase

perubahan penawaran jagung di Kabupaten Klaten lebih kecil daripada

persentase perubahan harga pupuk urea pada tahun t.

C. Pembahasan

Page 87: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxxvii

Respon penawaran dapat diartikan sebagai sikap yang ditunjukan oleh petani sebagai akibat adanya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penawaran. Perubahan respon penawaran pada komoditas pertanian lebih terlihat dibandingkan produk sektor yang lain. Hal tersebut terjadi karena adanya tenggang waktu (time lag) antara waktu pada saat menanam dengan waktu saat memanen. Menurut Gujarati (2008), salah satu alasan terjadinya time lag karena alasan teknis atau juga perlunya penyesuaian parsial, apabila terjadi perubahan faktor produksi petani memerlukan waktu untuk melakukan subtitusi input dan ini membutuhkan tenggang waktu.

Dari hasil penelitian respon penawaran jagung di Kabupaten Klaten dipengaruhi oleh harga jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun t pada tingkat signifikansi 99%. Sedangkan luas areal jagung pada tahun sebelumnya terbukti tidak mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

Adapun hasil uji signifikansi variabel bebas terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Harga Jagung Pada Tahun Sebelumnya

Koefisisen regresi parsial harga jagung pada tahun sebelumnya

memiliki nilai positif yang berarti untuk peningkatan harga jagung sebesar

1 satuan akan menaikan penawaran jagung sebesar 0,294 satuan. Elastisitas

penawaran jagung di Kabupaten Klaten untuk harga jagung pada jangka

pendek dan jangka panjang bersifat inelastis yang berarti bahwa persentase

perubahan penawaran lebih kecil daripada persentase perubahan harga

jagung dimana untuk penambahan 1 persen harga jagung akan menaikan

penawaran jagung di Kabupaten Klaten sebesar 0,294 persen pada jangka

pendek dan 0,301 satuan pada jangka panjang. Menurut Soekartawi (1993),

seringkali juga ditemukan suatu peristiwa petani meramal besaran harga

masa mendatang, apakah harga suatu komoditi akan menaik atau menurun.

Harga hanya dapat ditentukan pada saat panen terjadi. Sehingga petani

akan mengambil keputusan-keputusan berproduksi bedasarkan pada

perkiraan harga produk yang mengacu pada adanya tenggang waktu antara

dua periode saat menanam dan saat memanen. Ini yang membuat respon

petani terhadap perubahan-perubahan terebut memerlukan waktu.

Apabila harga jagung pada tahun sebelumnya tinggi maka petani

cenderung untuk menanam jagung dan menambah jumlah inputnya

sehingga menyebabkan produksi jagung naik dengan harapan dapat

memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selanjutnya peningkatan

produksi jagung yang terjadi akan meningkatkan penawaran. Sedangkan

Page 88: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxxviii

apabila harga jagung menurun maka petani tidak menambah jumlah input

yang digunakan karena mereka tidak mau merugi akibat besarnya biaya

produksi yang lebih besar daripada keuntungan yang didapat.

Besarnya harga jagung di Kabupaten Klaten ditentukan oleh para

pedagang baik di tingkat pasar maupun tengkulak. Sehingga tidak ada

pengendalian tingkat harga jagung di Kabupaten Klaten yang akibatnya

terkadang besar harga yang terjadi tidak menguntungkan untuk para petani

yang hanya berperan sebagai price taker saja. Petani hanya dapat

mengikuti besarnya harga yang ditentukan oleh para pedagang. Harga yang

terjadi terkadang tidak sesuai dengan besarnya biaya produksi yang

dikeluarkan. Misalnya ketika musim penghujan, meskipun harga jagung

tinggi karena berkurangnnya jumlah produksi, tetapi kenaikan harga

tersebut tidak memberikan keuntungan yang besar bagi petani. Hal tersebut

terkait dengan tingginya biaya produksi yang dikeluarkan, karena saat

musim penghujan petani melakukan penanganan ekstra terhadap tanaman

jagung mereka dengan membuat saluran drainase. Saluran drainase tersebut

akan mengurangi penggenangan air pada lahan karena ketersediaan air

yang berlebihan akan membuat busuk akar sehingga tanaman jagung tidak

dapat tumbuh dengan maksimal.

Tingginya biaya produksi juga menyebabkan para petani jagung

sebagian mengganti komoditas jagung mereka menjadi padi. Para petani

tersebut beranggapan bahwa menanam padi di saat musim penghujan lebih

menguntungkan daripada menanam jagung. Selanjutnya penggantian

komoditas ini akan menyebabkan menyusutnya luas areal panen jagung

yang akan berdampak pada menurunnya penawaran jagung di Kabupaten

Klaten.

Harga sendiri terbukti tidak memberikan pengaruh terbesar di dalam

penawaran jagung di Kabupaten Klaten. Hal tersebut tidak sesuai dengan

teori penawaran dimana perubahan penawaran terjadi karena adanya

Page 89: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user lxxxix

perubahan harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Namun, pada

kenyataannya harga jagung justru memberikan pengaruh paling kecil

dibandingkan jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya, harga

kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun tanam.

Kecilnya pengaruh yang disebabkan harga terhadap penawaran

jagung di Kabupaten Klaten karena para petani menanam jagung di lahan

mereka lebih karena kebiasaan dan kesesuaian dengan kondisi lingkungan

yang ada. Kebiasaan yang terjadi sebenarnya juga terkait dengan adanya

kesuaian lahan untuk menanam jagung. Kondisi lahan dan lingkungan yang

baik akan memperkecil biaya produksi (misalnya pada saat musim hujan

biaya produksi akan meningkat) dan akan memberikan hasil produksi yang

baik pula. Selanjutnya rendahnya biaya produksi dan besarnya jumlah

produksi jagung akan memperbesar keuntungan yang diperoleh petani.

2) Jumlah Produksi Jagung Pada Tahun Sebelumnya

Jumlah produksi jagung pada tahun sebelumnya memiliki koefisisen

regresi parsial terbesar dengan nilai koefisien regresi positif yang berarti

untuk peningkatan harga jagung sebesar 1 satuan akan menaikan

penawaran jagung sebesar 1,507 satuan. Elastisitas penawaran jagung di

Kabupaten Klaten untuk jumlah produksi jagung pada jangka pendek dan

jangka panjang bersifat elastis yang berarti bahwa persentase perubahan

penawaran lebih besar daripada persentase perubahan jumlah produksi

jagung dimana penambahan 1 persen jumlah produksi jagung akan

menaikan penawaran jagung di Kabupaten Klaten sebesar 1,083 persen

pada jangka pendek dan 1,108 persen pada jangka panjang.

Jumlah produksi memberikan pengaruh terbesar pada penawaran

jagung di Kabupaten Klaten. Hal tersebut sesuai dengan teori dimana

penawaran dipengaruhi oleh harga produk dan jumlah produksi. Semakin

tinggi jumlah produksi jagung dapat meningkatkan penawaran jagung di

Page 90: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xc

Kabupaten Klaten, demikian pula jika jumlah produksi jagung rendah maka

penawaran jagung di Kabupaten Klaten dapat menurun.

Peningkatan produksi jagung di Kabupaten Klaten sendiri dilakukan

dengan intensifikasi yaitu melalui penggunaan benih unggul hibrida dan

penambahan input lain seperti pupuk. Pemilihan waktu tanam juga

mempengaruhi besar kecilnya produksi. Jumlah produksi tinggi biasanya

terjadi pada saat musim kemarau sedangkan jumlah produksi akan lebih

rendah pada musim penghujan. Hal tersebut terkait dengan tanaman jagung

sendiri yang termasuk tanaman lahan kering. Pada saat musim kemarau

banyak petani yang menanam jagung di lahan mereka. Penambahan luas

areal ini akan meningkatkan jumlah produksi jagung yang akan

meningkatkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

3) Luas Areal Panen Pada Tahun Sebelumnya

Hasil signifikansi menunjukan bahwa luas areal jagung pada tahun

sebelumnya tidak mempengaruhi penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa luas areal panen memiliki

koefisien regresi positif yang berarti luas areal panen dan penawaran

jagung di Kabupaten Klaten memiliki hubungan positif dimana adanya

kenaikan luas areal panen akan meningkatkan penawaran jagung di

Kabupaten Klaten.

Luas areal panen merupakan variabel yang mudah dikontrol oleh

petani terkait dengan jumlah produksinya. Namun, pada kenyataanya luas

areal panen terbukti tidak signifikan mempengaruhi penawaran jagung di

Kabupaten Klaten. Tidak berpengaruhnya luas areal panen dapat dijelaskan

karena petani lebih memilih melakukan perubahan terhadap input produksi

seperti penggunaan benih unggul daripada melakukan perubahan luas areal

panen jagung mereka. Menurut Mubyarto (1995), suatu kenaikan produksi

dapat disebabkan oleh salah satu dari dua faktor yaitu luas yang ditanami

dan hasil per hektar atau keduanya.

Page 91: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xci

4) Harga Kedelai Pada Tahun Sebelumnya

Koefisisen regresi parsial harga kedelai pada tahun sebelumnya

memiliki nilai negatif yang berarti untuk peningkatan harga kedelai sebesar

1 satuan akan menurunkan penawaran jagung sebesar 0,404 satuan.

Elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Klaten untuk harga kedelai

pada jangka pendek dan jangka panjang bersifat inelastis yang berarti

bahwa persentase perubahan penawaran lebih kecil daripada persentase

perubahan harga kedelai dimana untuk penambahan 1 persen harga kedelai

akan menurunkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten sebesar 0,404

persen pada jangka pendek dan 0,414 persen pada jangka panjang.

Kedelai disini dipilih sebagai tanaman subtitusi jagung karena

memiliki lingkungan hidup yang tidak jauh berbeda. Menurut Soekartawi

(1993), faktor yang mempengaruhi penawaran adalah harga produk lain.

Harga produk lain yang dimaksud adalah adanya perubahan harga produk

subtitusi. Pengaruh perubahan harga produk subtitusi ini akan

menyebabkan terjadinya jumlah produksi yang semakin meningkat atau

sebaliknya akan semakin menurun. Harga kedelai di Kabupaten Klaten

cenderung lebih besar daripada harga jagung. Sehingga apabila terjadi

kondisi dimana harga jagung rendah dan petani merasa keuntungan yang

didapat jika menanam jagung kecil, maka mereka lebih memilih menanam

kedelai.

Perubahan komoditas dari jagung menjadi kedelai akan mengurangi

luas areal panen jagung di Kabupaten Klaten. Menyusutnya luas areal

panen dapat menurunkan jumlah produksi jagung. Selanjutnya hal tersebut

akan menurunkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten.

Kedelai sendiri sebenarnya membutuhkan penanganan lebih banyak

daripada jagung sehingga membutuhkan biaya produksi yang lebih besar.

Namun, jika petani memperhitungkan keuntungan menanam kedelai lebih

Page 92: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xcii

besar daripada menanam jagung, maka mereka akan memilih untuk

menanam kedelai.

5) Harga Pupuk Urea Pada Tahun Tanam

Koefisisen regresi parsial harga pupuk urea pada tahun t memiliki

nilai negatif yang berarti untuk peningkatan harga pupuk urea sebesar 1

satuan akan menurunkan penawaran jagung sebesar 0,466 satuan.

Elastisitas penawaran jagung di Kabupaten Klaten untuk harga pupuk urea

pada jangka pendek dan jangka panjang bersifat inelastis yang berarti

bahwa persentase perubahan penawaran lebih kecil daripada persentase

perubahan harga kedelai dimana untuk penambahan 1 persen harga pupuk

urea akan menurunkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten sebesar

0,404 persen pada jangka pendek dan 0,477 persen pada jangka panjang.

Pupuk urea dipilih sebagai variabel input karena petani jagung di

Kabupaten Klaten menggunakan urea sebagai pupuk utama untuk jagung

mereka. Hal tersebut dapat menjelaskan alasan berpengaruhnya pupuk urea

terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten karena besar kecilnya

penggunaan pupuk urea dipengaruhi oleh besar kecilnya harga pupuk urea.

Menurut Soekartawi (1993), besar kecilnya harga input juga akan

mempengaruhi besar kecilnya input yang dipakai. Sehingga ketika harga

pupuk urea rendah maka petani akan menggunakan pupuk urea sebanyak-

banyaknya dengan harapan dapat meningkatkan jumlah produksi jagung

mereka. Peningkatan jumlah produksi akan ikut menaikan penawaran

jagung di Kabupaten Klaten. Namun, ketika harga pupuk urea tinggi para

petani tidak sekonyong-konyong menghentikan penggunaan pupuk urea

tersebut tetapi hanya mengurangi penggunaannya dan mengaplikasikannya

dengan pupuk kandang.

Pada kenyataannya penggunaan pupuk urea di Kabupaten Klaten

telah melampaui rekomendasi penggunaan pupuk dari pemerintah. Dinas

Pertanian merekomendasikan penggunaan pupuk yang tepat guna sebesar

Page 93: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xciii

300 kg untuk setiap satu hektarnya. Namun, pada kondisi di lahan petani

menggunakan pupuk sebanyak 600 kg per hektar tanaman jagung mereka

atau dua kali lipat dari rekomendasi yang diberikan oleh pemerintah.

Terkait dengan sikap petani yang terbiasa memberikan pupuk dalam

jumlah banyak kepada tanaman mereka, maka akibatnya mengurangi

kesuburan tanah dan menurunkan kualitas hara di dalam tanah. Rendahnya

unsur hara di dalam tanah membuat tanaman akan bergantung pada

penggunaan pupuk untuk memenuhi kebutuhan hara bagi pertumbuhan

tanaman. Sehingga ketika terjadi pengurangan penggunaan pupuk terhadap

tanaman justru akan menurunkan hasil dari tanaman jagung tersebut karena

tanaman telah terbiasa menerima asupan pupuk yang berlebih.

Page 94: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xciv

VI. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. a. Faktor-faktor (variabel) yang secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap penawaran jagung di Kabupaten Klaten adalah harga jagung

pada tahun sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya, luas

areal panen pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya

dan harga pupuk urea pada tahun tanam.

b. Faktor-faktor (variabel) yang secara individu berpengaruh nyata terhadap

penawaran jagung di Kabupaten Klaten adalah harga jagung pada tahun

sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya, harga kedelai pada

tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun t.

2. Nilai elastisitas jangka pendek untuk variabel harga jagung pada tahun

sebelumnya, harga kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea

pada tahun t bersifat inelastis, sedangkan jumlah produksi pada tahun

sebelumnya bersifat elastis. Nilai elastisitas jangka panjang untuk harga

jagung pada tahun sebelumnya, jumlah produksi pada tahun sebelumnya,

harga kedelai pada tahun sebelumnya dan harga pupuk urea pada tahun t

bersifat inelastis, sedangkan jumlah produksi pada tahun sebelumnya bersifat

elastis.

B. Saran

Untuk meningkatkan penawaran jagung di Kabupaten Klaten dapat dengan

memberikan subsidi pupuk oleh pemerintah dengan demikian biaya produksi

dapat diperkecil, penyediaan benih unggul guna peningkatan jumlah produksi

jagung, serta pengendalian harga jagung dengan harapan tingginya harga dapat

meningkatkan minat petani untuk membudidayakan jagung di Kabupaten Klaten.

Page 95: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xcv

Daftar Pustaka

Adenan, Nazeli. 2007. Analisa Keseimbangan Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia. Fordema Vol. 7 No. 2 : 179-195.

Anonim. 2009a. Agribisnis Tanaman Jagung. http://ba2s-breeder.blogspot.com/2009/06/agribisnis-tanaman-jagung.html Diakses Pada Tanggal 12 April 2010

______. 2009b. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki Dikases Pada Tanggal 12 April 2010.

Arsyad, Lincolin. 1987. Ekonomi Mikro Ikhtisiar Teori dan Soal Jawab. BPFE. Yogyakarta.

Bishop, CE dan WD Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian (Diterjemahkan oleh Tim Fakultas Ekonomi UGM). Mutiara. Jakarta.

Boediono. 2000. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1 Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta.

BPS Kabupaten Klaten. 2009. Kabupaten Klaten dalam Angka 2004-2009. BPS Kabupaten Klaten. Klaten.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. 2009. Laporan Pelaksanaan Pelayanan Informasi Pasar Tahun 2004-2009. Data Olahan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten. Klaten

Ghatak, S dan Ingersent, K. 1984. Agriculture and Economic Development. Harvester Press, Great Britain.

Gujarati, D. 1995. Ekonomimetrika Dasar (diterjemahkan oleh Sumarno Zain). Erlangga, Jakarta.

Kariyasa, K dan Bonar M. S. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pasar Jagung Di Indonesai. Jurnal Agro Ekonomi Vol. 22 No.2 : 167-194. IPB. Bogor.

Kasryno et al. 2006. Gambaran Umum Ekonomi Jagung Indonesia. www.balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/satu.pdf Diakses Pada Tanggal 26 Mei 2010.

Lipsey R.G, Peter O.S dan Douglas D.P. 1990. Pengantar Mikro Ekonomi ( Diterjemahkan oleh : Jaka, W dan Kibrandoko). Erlangga. Jakarta.

77

Page 96: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xcvi

Mahdi. 2010. Agribisnis Jagung Tantangan dan Peluang. www.digital.upbatam.ac.id. Diakses pada tanggal 27 Desember 2010.

Mankiw, N. G. 2000. Pengantar Ekonomi Jilid I. Erlangga, Jakarta.

Martoyo, Soedjono M. dan Sinarhadi. 1983. Respon Penawaran Tembakau Rakyat Di Daerah Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Jurnal Agro Ekonomi. UGM. Yogyakarta.

Mc Eachern, W.A. 2000. Ekonomi Makro (Diterjemahkan oleh : Sigit Triandaru). Salemba Empat. Jakarta.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

_______ . 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Nugroho, Purwanto. 2010. Peluang Investasi Agribisnis Jagung. www. pertanian.blogsome.com. Diakses pada tanggal 27 Desember 2010.

Nuryanti, Sri. 2005. Analisa Keseimbangan Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi Vol. 23 No.1 :71-81.

Prahasta, A. 2009. Agribisnis Jagung. CV Pustaka Grafika. Bandung.

Prabowo, AY. 2007. Budidaya Jagung. www.teknis-budidaya.blogspot.com. Dikases Pada Tanggal 12 April 2010.

Purwono dan Hartono, R. 2008. Bertanam Jagung Unggulan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Redaksi Agromedia. 2008. Budidaya Jagung Hibrida. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Santoso, S. 2002. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Saragih, E.S, et all. 2009. Analisis Kelayakan Ekonomi, Keberlanjutan Usahatani dan Faktor-Faktor Penentu Adopsi Benih Jagung Transgenik di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi Vol. 27 No. 1 : 23-44. IPB. Bogor.

Setyowati. 2006. Analisis Penawaran Jagung Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Agribisnis Vol. 3 No. 1 : 10-17. UNS. Surakarta.

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Page 97: RESPON PENAWARAN JAGUNG DI KABUPATEN KLATEN OLEH ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xcvii

Sujarwo, Budi. 2010. Aneka Tanaman Pangan. www.duniatanaman.com. Diakses Pada Tanggal 27 Desember 2010.

Sukirno, S. 2006. Pengantar Teori Mikroekonomi. Edisi Ketiga. PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Sulaiman, W. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS 10. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Penerbit Tarsito. Bandung.

Suratno. 2011. Budidaya Kedelai. www.suratno.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Januari 2011.

Wibowo, Rudi. 2000. Pertanian dan Pangan. Pustaka. Sinar Harapan. Jakarta.

Yotopoulos, PA dan Jeffrey, BN. 1976. Economics of Development: Impirical Investigations. Haper International Edition. New York.