RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL...

151
RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 03 CEGER JAKARTA TIMUR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: Imroatul Azizah Arifin NIM 11140541000041 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Transcript of RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL...

Page 1: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL

ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 03 CEGER JAKARTA

TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Disusun oleh:

Imroatul Azizah Arifin

NIM 11140541000041

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan
Page 3: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan
Page 4: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan
Page 5: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

i

ABSTRAK

Imroatul Azizah Arifin

Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak

(PSAA) 03 Ceger Jakarta Timur

Penelitian ini membahas tentang bagaimana Resiliensi

Anak Terlantar di Panti Asuhan. Resiliensi merupakan

kemampuan untuk menghadapi situasi yang sulit atau bangkit

dari kesulitan pada hidupnya. Dalam hal anak terlantar, terdapat

kondisi yang menyebabkan mereka mengalami banyak tekanan

seperti tekanan lingkungan dan tidak memiliki orang tua.

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam skripsi ini

adalah metodologi penelitin kulitatif, dimana dalam teknik

pengumpulan data penulis melauka wawaancara, dan

dokumentasi. Teknik pemilihan informan yang peneliti gunakan

ialah purposive sampling. Pemilihan purposive sampling

berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih

karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang

dilakukan. Peneliti melakukan wawancara dengan ketua panti

asuhan, pengasuh, pekerja sosial, dan anak negara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua dari

tiga anak yang resilien. Hal tersebut bersumber dari ketiga

sumber yaitu I Have, I Am, dan I Can. Terdapat persamaan dalam

hal kepercayaan. Penelitian ini juga menemukan pentingnya

dukungan eksternal dalam memelihara dan mengembangkan

resiliensi anak terlantar di Panti Asuhan.

Kata Kunci: Resiliensi, anak terlantar, panti asuhan.

Page 6: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah serta inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa selalu tercurah kepada

Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, sahabat dan para

pengikutnya yang senantiasa berjaan di jalan Allah sampai akhir

zaman dan membawa ajaran islam sebagai rahmat bagi semesta

alam.

Peneiti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, peneliti telah berusaha melakukan yang terbaik. Untuk

itu, kritik dan saran yang bertujuan membangun sungguh

merupakan masukan bagi peneliti agar bisa memperbaiki kembali

agar dapat menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi.

Berkat dari keridhoan Allah SWT, dan doa dari Ibu

tercinta Sri Rahayu yang tiada henti-hentinya untuk menjadi alas

an peneliti agar tetap kuat untuk menghadapi kesulitan dalam

menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga peneliti ucapkan rasa

terima kasih ini kepada :

1. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Ibu Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW

sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr.

Sihabuddin Noor, M.A sebagai Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum. Bapak Drs. Cecep Sastrawijaya, MA

sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

Page 7: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

iii

2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekertaris

Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ellies Sukmawati selaku dosen pembimbing skripsi yang

selalu sabar dan telah meluangkan banyak waktu, pikiran,

serta motivasi untuk memberikan arahan sehingga peneliti

mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Para Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang

telah memberikan wawasan dan keilmuan serta

membimbing saya dalam mengikuti perkuliahan di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

dan seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan

sumbangan wawasan dan keilmuan dana membimbing

saya selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, terimakasih telah membantu saya dalam

memberikan referensi buku, jurnal maupun skripsi.

7. Teristimewa untuk keluarga besar di Cikarang, kalian

selalu mendukung secara materi maupun nonmateri

kepada penulis agar menyelesaikan skripsi dan tidak

pantang menyerah.

Page 8: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

iv

8. Sahabat seperjuangan, Nia Cita Annisa, Yulianti, Nisa

Diyanah, Novita Indah Tri Lestari, Inge Cyntiasari,

Thania Khairunnisa, dan Alifa Nur Amalia yang telah

menjadi bagian dari kebahagiaan serta kesedihan penuis

dari awal hingga akhir.

9. Tak henti dukungan dan motivasi telah diberikan dari

teman-teman sekitar, Zulfa Nurafifah, Zahra Nadhia, M

Rezki Maulana, Aufarmario, Ira Rahmawati, Saskia

Irsalina, dan Aqilla.

10. Keluarga Besar Kesejahteraan Sosial, khususnya untuk

teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2014 yang

selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk peneliti

11. Ketua, Pengurus, Staff, dan Anak-anak Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

12. Semua pihak yang telah memberi dukungan, bantuan baik

moril maupun materil sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

Demukianlah skripsi ini penulis persembahkan, penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti

khususnya dan semua pembaca pada umunya.

Ciputat, 12 Desember 2019

Imroatul Azizah Arifin

Page 9: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………..… i

KATA PENGANTAR………………………………… ii

DAFTAR ISI…………………………………………... v

DAFTAR TABEL……………………………………... viii

DAFTAR BAGAN….………………………………….. ix

DAFTAR GAMBAR…………………………………… x

DAFTAR LAMPIRAN………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………… 5

C. Tujuan Penelitian……………………………… 5

D. Manfaat Penelitian……………………………. 5

E. Tinjauan Pustaka……………………………… 6

F. Metodologi Penelitian………………………… 8

1. Pendekatan Penelitian…………………….. 8

2. Subjek dan Objek Penelitian……………… 8

3. Sumber Data………………………………. 8

4. Tempat dan Waktu Penelitian…………….. 9

5. Teknik Pengumpulan Data………………... 9

6. Teknik Pemilihan Informan………………. 12

7. Teknik Analisis Data……………………… 12

8. Teknik Pemeriksa Keabsahan Data………. 13

G. Sistematika Penulisan………………………… 14

BAB II KAJIAN TEORI

A. Resiliensi……………………………………… 16

1. Definisi Resiliensi………………………… 16

2. Sumber Pembentukan Resiliensi…………. 18

Page 10: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

vi

3. Fungsi Resiliensi………………………….. 23

B. Anak Terlantar………………………………... 25

1. Pengertian Anak Terlantar………………. 26

2. Ciri Anak Terlantar………………………. 27

3. Penyebab Penelantaran Anak……………. 28

C. Organisasi Pelayanan Sosial…………………. 29

1. Pengertian Organisasi Pelayanan Sosial….. 29

2. Jenis Organisasi Pelayanan Manusia……… 30

D. Kerangka Berpikir……………………………... 31

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Profil Lembaga…………………………………….. 32

B. Prosedur Pelayanan………………………………… 42

C. Pendanaan………………………………………….. 51

D. Program dan Kegiatan………………………………52

E. Sarana dan Prasarana………………………………. 59

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Resiliensi Anak Terlantar Panti Sosial Asuhan Anak

(PSAA) Putra Utama 03 Ceger……………………. 61

1. Sumber Pembentukan Resiliensi………………. 61

a. Dukungan Eksternal (I Have)……………… 61

b. Kekuatan dalam Diri (I Am)……………….. 66

c. Kemampuan Interpersonal (I Can)………… 70

B. Program Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra

Utama Ceger yang dapat Mempengaruhi Resiliensi

Anak Terlantar…………………………………….. 75

1. Pencat Silat…………………………………….. 76

2. Mengaji………………………………………… 76

3. Pembinaan Kamar……………………………… 77

BAB V PEMBAHASAN

A. Resiliensi Anak Terlantar Panti Sosial Asuhan Anak

(PSAA) Putra Utama 03 Ceger……………………. 79

Page 11: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

vii

1. Sumber Pembentukan Resiliensi………………. 79

a. Dukungan Eksternal (I Have)……………… 79

b. Kekuatan dalam Diri (I Am)………………. 83

c. Kemampuan Interpersonal (I Can)………... 85

B. Program Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra

Utama Ceger yang dapat Mempengaruhi Resiliensi

Anak Terlantar…………………………………….. 90

1. Pencat Silat……………………………………. 90

2. Mengaji……………………………………….. 91

3. Pembinaan Kamar…………………………….. 91

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpuan………………………………………... 93

B. Saran……………………………………………… 94

DAFTAR PUSTAKA…………………………………… 94

LAMPIRAN

Page 12: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pedoman Wawancara…………………………… 10

Tabel 3.1. Latar Belakang Anak PSAA……………………. 41

Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan Anak PSAA………………….. 59

Tabel 3.3. Sarana dan Prasarana PSAA 03 Ceger…………. 59

Page 13: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian…………………... 31

Bagan 3.1. Struktur Organisasi Panti Sosial Asuhan

Anak (PSAA) Putra Utama 03 Ceger…………. 39

Bagan 3.2. Prosedur Pelayanan PSAA kepada Anak……… 42

Page 14: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lembaga

Lampiran 4 Pedoman Wawancara

Lampiran 5 Transkip Wawancara

Lampiran 6 Dokumentasi

Page 15: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut (Pediatri 2010, 21) Anak akan mengalami masa

transisi dari anak anak menjadi dewasa yang disebut dengan

adolesen (remaja). Pada masa remaja merupakan masa new

birth, storm dan stress. Pada masa remaja biasanya seperti

seolah-olah baru terlahir karena banyaknya perubahan..

Kemudian dikatakan bahwa remaja dihadapkan pada

tantangan-tantangan, aturan-aturan yang dapat membuat

remaja menjadi bingung. Lebih jelas lagi remaja tersebut

digambarkan seperti orang yang tidak menentu, emosional,

tidak stabil dan sulit diprediksi.

Anak-anak saat ini dihadapkan pada kondisi dimana

informasi, teknologi, budaya, dan sebagainya berkembang

secara cepat. Dalam kondisi ini tidak semua anak dapat

mengikuti perubahan tersebut. Akibatnya mereka akan

merasakan kegagalan, tidak percaya diri, dan putus asa.

Ketidakmampuan anak dalam mengikuti kondisi

lingkungan akan menimbulkan depresi. Pada kondisi depresi

tersebut, anak akan rentan terhadap perilaku negatif, seperti,

kenakalan remaja, kriminalitas dan sebagainya.

Resiko-resiko tersebut dapat dicegah melalui

perlindungan dari orang-orang terdekat seperti orang tua,

Page 16: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

2

teman sebaya, atau orang lain yang dapat memberikan

dorongan ataupun perhatian.

Keluarga merupakan peran penting dalam lingkungan

anak karena akan memberikan efek positif ataupun negatif

bagi anak. Jika seorang anak memiliki lingkungan yang baik,

hal tersebut akan menjadi pelindung untuk anak tersebut.

Namun tidak semua anak anak-anak memiliki kondisi latar

belakang yang beruntung. Ketidakberadaan orang tua tersebut

merupakan kondisi yang harus dilalui anak-anak terlantar.

Mereka tidak mendapatkan kasih sayang, perlindungan,

ataupun dukungan secara langsung dari keluarga.

Menurut Khofifah dalam (Kusuma 2016), “Anak terlantar

ada 4,1 juta anak jalanan dan anak yang dieksploitasi 35 ribu

anak, sementara KPAI merilis ada 18 ribu anak korban

eksploitasi”. Berdasarkan data diatas, masih banyak sekali

anak terlantar yang ada di Indonesia.

Pada UUD 1945 pasal 34 ayat (1) dijelaskan bahwa "fakir

miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara". Artinya

pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap

pemeliharaan dan pembinaan anak terlantar. Di Indonesia,

salah satu cara menangani kasus anak terlantar adalah

memasukkan anak-anak terlantar kedalam panti asuhan.

Mereka yang masuk ke dalam panti asuhan yaitu, sebagian

besar anak asuh bukanlah anak yatim; Setidaknya mereka

belum kehilangan orang tua mereka sampai mati. Anak asuh

biasanya memiliki orangtua biologis yang hidup yang

mungkin atau tidak mengunjungi mereka atau bahkan

Page 17: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

3

memikul tanggung jawab parsial untuk mereka (Costin 1979,

243).

Salah satu faktor resiko yang terjadi apabila anak masuk

kedalam panti asuhan yaitu anak asuh lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah pengasuh yang ada di panti

asuhan. Akibatnya anak di panti asuhan belum tentu

mendapatkan kasih sayang dari pengasuh dengan intensif.

Pengasuh harus memberikan sedikit arahan agar anak

terlantar dapat mengurus hidupnya sendiri. Selain jumlah

pengasuh yang sedikit, panti asuhan seringkali dianggap

sebagai lembaga yang hanya menampung dan memenuhi

kebutuhan fisik saja, sehingga kebutuhan lain seperti

kebutuhan emosional tidak terpenuhi dengan baik. Kondisi

tersebut bisa menjadi faktor risiko bagi anak di panti asuhan

(Cahaya 2009, 5).

Menurut (American Academy of Child and Adolescent

Psychiatry), sekitar 30% anak di panti asuhan memiliki

perilaku, emosional, atau masalah perkembangan. Sedangkan

menurut Kiirya (dalam Yasin dan Iqbal, 2013) ketidakhadiran

orang tua mereka akan membuat banyak masalah psikososial

untuk anak tersebut. Pada umumnya orang tua akan

membantu mereka mengatasi ketika mereka dalam kesulitan

(Coleman & Hendry 1999, 113).

Oleh karena itu, terlantar diasumsikan memiliki masalah

psikologis lebih banyak jika dibandingkan dengan anak pada

umumnya yang memiliki orang tua utuh dan keluarga yang

tidak bermasalah. Kondisi tersebut membuat mental dan

Page 18: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

4

psikis anak tersebut akan mengalami guncangan yang

membutuhkan ketahanan (resiliensi) lebih untuk menghadapi

tantangan ke depan. Resiliensi diartikan sebagai kapasitas

individu untuk mengatasi stress dan kesulitan (Harris dan

White 2013, 339).

Dalam hal ini, Panti Asuhan Anak di Jakarta yaitu Panti

Sosial Asuhan Anak (PSAA) 03 Ceger Jakarta Timur. Panti

ini adalah salah satu lembaga pemerintah dari Dinas Sosial

DKI Jakarta yang membantu memelihara anak terlantar.

PSAA memiliki tugas agar memberikan suatu pelayanan dan

perlindungan pada anak dari keterlantaran agar mereka dapat

berkembang dan membuat anak terlantar kembali ke dalam

kehidupan yang layak dan normatif.

Remaja yang resilien dapat menghadapi masalah yang

terjadi, sedangkan remaja yang tidak resilien akan sulit untuk

bangkit dari masalahnya dan tidak mampu mengontrol diri.

Individu yang resilien bukan berarti tidak pernah mengalami

kesulitan atau stres. Bahkan sebaliknya, cara untuk menjadi

individu yang resilien melalui seringnya mengalami tekanan-

tekanan emosional yang masih dihadapi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik

untuk meneliti tentang "Resiliensi Anak Terlantar yang

tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra 03 Ceger".

Page 19: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

5

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terfokuskan maka peneliti

membatasi masalah pada resiliensi anak terlantar yang

tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama

03 Ceger Jakarta Timur. Maka masalah yang akan

dirumuskan sebagai berikut :

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana resiliensi pada anak terlantar yang

tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra

Utama 03 Ceger?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan diatas, maka

tujuan penelitian skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui resiliensi anak terlantar yang

tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra

Utama 03 Ceger

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan agar memberikan referensi

bagi peneliti selanjutnya terutama mahasiswa Program

Studi Kesejahteraan Sosial, mengenai perkembangan

kemandirian anak terlantar.

Page 20: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

6

2. Manfaat Praktisi

a. Menginformasikan bagaimana resiliensi anak

terlantar yang tinggal di Panti Sosial Asuhan

Anak Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur.

b. Penelitian ini diharapkan memberikan

pemahaman dan masukan untuk penelitian

selanjutnya dan juga praktisi di lembaga

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan kepustakaan

(literatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan

penelitian dilakukan. Tinjauan pustaka digunakan sebagai

acuan untuk membantu penyusunan dalam skripsi ini.

(Dini, 2017). Peneliti menggunakan beberapa literatur

skripsi, diantaranya :

1. Nama : Edith Grotberg

Judul : A guide to promoting resilience in children

strengthening the human spirit

Jurnal ini membahas tentang bagaimana resiliensi dan

sumber-sumbernya akan membantu seseorang untuk dapat

bangkit dari kesulitan dalam hidupnya.

2. Nama : Ruswayuningsih dan Tina Afiatin

Judul : Resiliensi pada Remaja Jawa

Page 21: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

7

Jurnal ini membahas bahwa kemampuan resiliensi

pada remaja jawa di pengaruhi oleh dukungan dari

keluarga, teman sebaya, dan nilai-nilai jawa.

3. Nama : Dini Fiqriyah

NIM : 1111054100003

Judul : Resiliensi Tunanetra Binaan Yayasan

Khazanah Kebajikan Dalam Mencapai Kesejahteraan

di Masyarakat

Skripsi S1 Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas

Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2017. Skripsi ini membahas tentang bagaimana

resiliensi tunanetra dalam mencapai kesejahteraannya di

masyarakat. Skripsi ini melihat pengaruh dari adanya

program di yayasan khazanah kebajikan, memberikan

dampak positif terhadap resiliensi tunanetra dalam

mencapai kesejahteraan di masyarakat.

4. Nama : Maulida Khoiru Nisa

Judul : Studi Tentang Daya Tangguh (Resiliensi)

Anak di Panti Asuhan Sidoarjo

Jurnal ini membahas tentang kategori anak yang

berada di Panti Asuhan Sidoarjo, yaitu : Yatim, Yatim

Piatu, Broken Home, dan Dhuafa’. Selain itu tingkat

resiliensi yang dimiliki anak di panti asuhan sangat

beragam. Terdapat anak yang memiliki resiliensi sedang,

tinggi, dan rendah. Namun sebagian besar anak di Panti

Asuhan Sidoarjo memiliki resiliensi sedang.

Page 22: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

8

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

(Sugiyono 2010) Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah, (sebagai

lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci. Teknik penelitian data dilakukan

secara triangulasi (gabungan).

Penelitian ini menggunakan penelitian bersifat

deskriptif, bertujuan untuk menggambarkan, merangkum

berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel

yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian

(Bungin 2013, 48).

Peneliti mengharapkan penelitian ini bisa menjawab

dengan rinci dan jelas apa yang diinginkan dalam

penelitian ini.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah “Panti Sosial Asuhan

Anak (PSAA) Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur”.

Sedangkan objek penelitian ini hanya fokus pada

“Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak

(PSAA) Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur”.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer yang akan didapatkan dari proses

penelitian langsung bersumber dari informan atau

sasaran penelitian, yaitu sumber yang berasal dari

Page 23: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

9

Ketua Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra

Utama 03, Pekerja Sosial, Pengasuh dan beberapa

anak Negara di PSAA. Data yang penulis dapatkan

adalah dengan cara melakukan wawancara kepada

sasaran penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder akan didapatkan dari berbagai

buku-buku, literatur, perpustakaan, ataupun

internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang dipilih oleh peneliti yaitu

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama

03 Ceger, Cipayung Jakarta Timur.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan peneliti

berlangsung selama enam bulan dimulai dari bulan

Mei 2019 sampai dengan bulan Agustus 2019

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu aspek dalam

penelitian. Berdasarkan pengumpulan data tersebut,

peneliti akan dapat menemukan hasil yang diinginkan

untuk penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan 2 teknik untuk mengumpulkan data.

Berikut teknik yang digunakkan yaitu :

Page 24: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

10

a. Teknik Wawancara

Menurut Irawan (2011) Wawancara (interview)

adalah pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung oleh pewawancara

(pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-

jawaban responden dicatat atau direkam dengan

alat perekam (tape recorder). Aspek-aspek yang

digunakan sebagai pedoman wawancara yaitu :

aspek penguasaan, aspek berhubungan, dan reaksi

emosional. Peneliti juga mengungkap faktor-faktor

yaitu dukungan sosial, kekuatan diri, dan

kemampuan sosial.

Adapun pedoman wawancara yang digunakkan

dalam penelitian ini yaitu

Tabel 1.1 Pedoman Wawancara

No Informan Informasi yang

dibutuhkan

1. Kepala Panti

Sosial Asuhan

Anak (PSAA)

Putra Utama 03

Ceger

Wawancara kepada

ketua panti untuk

mengetahui

pelaksanaan kegiatan

di PSAA

2. Pekerja Sosial

PSAA

Wawancara kepada

pekerja sosial dipanti,

peneliti ingin

mengetahui latar

Page 25: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

11

belakang anak

terlantar, resiliensi

anak terlantar

3. Pengasuh PSAA Wawancara ke

pengasuh untuk

mengetahui latar

belakang anak

terlantar, dan resiliensi

anak terlantar

4. 3 Anak Negara

yang tinggal di

PSAA

Wawancara kepada

anak terlantar untuk

mengetahui aspek apa

saja yang mereka

miliki pada

resiliensinya.

b. Teknik Dokumentasi

Menurut Herdiansyah (2010, 143) Studi

dokumentasi merupakan salah satu teknik kualitatif

dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen

yang dibuat oleh subyek sendiri atau oleh orang lain

mengenai subjek tersebut. Dokumen yang diteliti

dapat berupa bermacam jenis, tidak hanya dokumen

resmi. Dokumen lainnya dapat berupa buku harian,

surat pribadi, laporan, catatan kasus (case record)

dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya.

Page 26: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

12

6. Teknik Pemilihan Informan

Pada teknik pemilihan informan, peneliti

menggunakan teknik purposive sampling. Purposive

sampling adalah teknik pemilihan sampel berdasarkan

ciri-ciri atau populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Hamidi 2010,89).

Peneliti menggunakan pengambilan informan

berdasarkan purposive sampling yaitu pengambilan

sampel yang didasarkan pada kriteria yang sudah

ditentukan oleh peneliti. Adapun kriteria yang peneliti

peneliti jadikan sebagai informan yaitu 3 orang anak

terlantar yang tinggal di Panti, Pengasuh Panti,

Pekerja Sosial dan Ketua Panti. Sampel inti dalam

penelitian ini adalah anak terlantar sebanyak 3 orang.

Dengan kriteria sampel penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Anak Usia 12-20 tahun

2. Berjenis kelamin laki-laki

3. Anak yang tidak memiliki ayah dan ibu dan

tinggal dari panti ke panti (anak negara)

4. Tinggal di panti asuhan

7. Teknik Analisis Data

Langkah berikutnya yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah mengolah dan menganalisis data-

data yang telah terkumpul menjadi data yang

sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna,

langkah ini disebut dengan analisis data (Gunawan,

Page 27: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

13

2013). Analisis ialah suatu proses pencarian dan

pengaturan secara sistematik hasil wawancara,

catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan

untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal

yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman

terhadap semua hal yang dikumpulkan dan

memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan

(Sarwono, 2006).

Ada beberapa cara untuk menganalisa data, tetapi

secara garis besar dengan langkah berikut :

a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba

memilih data ulang yang relevan dengan resiliensi

anak terlantar.

b. Penyajian data, setelah data diperoleh, maka data

tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk

narasi, visual gambar, matrik, bagian tabel, dan

lain sebagainya.

c. Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan

dengan menghubungkan dari tema tersebut,

sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data peneliti

menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi data

digunakan sebagai proses memantapkan derajat

kepercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi

(reliabilitas) data, serta bermanfaat sebagai alat bantu

analisis data di lapangan (Gunawan, 2013). Teknik

Page 28: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

14

Triangulasi yang digunakan penelitian ini adalah

triangulasi metode. Triangulasi metode dilakukan

dengan cara membandingkan informasi atau data

dengan cara yang berbeda, yaitu dalam memperoleh

kebenaran informasi dan gambaran yang utuh

menggunakan metode wawancara untuk memeriksa

kebenarannya.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan Latar Belakang, Batasan dan

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian (metode

penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengupulan

data, teknik analisis data, dan tinjauan pustaka)

Sistematika Penulisan

BAB II KERANGKA TEORI

Dalam bab ini berisikan teori mengenai Resiliensi, Anak

Terlantar, dan Human Service Organization (HSO)

BAB III Gambaran Umum : Panti Sosial Asuhan

Anak (PSAA) Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur

Pada bab ini akan membahas mengenai gambaran umum

dan profil lembaga dari Panti Sosial Asuhan Anak

(PSAA) Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini membahas mengenai hasil pengumpulan

data dan analisi data yang dilakukan dalam penelitian.

Page 29: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

15

BAB V PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi uraian yang mengaitkan latar

belakang, dan teori dari penelitian yang telah dilakukan

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan secara singkat

berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian dan saran-

saran dari peneliti

Page 30: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

16

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Resiliensi

a. Definisi Resiliensi

Resiliensi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris

Resiliency atau Resilient yang berarti gaya lenting; gaya

pegas (Echols 2007, 480). Dalam kamus Oxford,

Resiliensi diartikan sebagai kapasitas individu untuk

mengatasi stress dan kesulitan (Harris dan White 2013,

339).

Resiliensi adalah kapasitas umum yang memungkinkan

seseorang, kelompok, komunitas untuk mencegah,

meminimalkan atau mengatasi dampak buruk dari

kesulitan (Grotberg 1995). Menurut Tugade dan

Fredikson (2004, 4) Resiliensi adalah suatu kemampuan

untuk melanjutkan hidup setelah mengalami kemalangan

atau tekanan yang berat.

Resiliensi diartikan sebagai kapasitas individu untuk

mengatasi stress dan kesulitan (John dan Vicky 2013,

393). Resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam

menghadapi situasi-situasi yang sulit dalam kehidupan

sehari-hari. Individu yang memiliki resiliensi yang baik

adalah orang yang mampu secara cepat untuk dapat

memecahkan masalah mereka, tidak menyerah, dan dapat

Page 31: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

17

menemukan solusi dari permasalahan mereka. (Reivich

dan Shatte 2002, 26)

Resiliensi sering digunakan untuk mendeskripsikan

proses dimana seseorang yang tidak hanya dapat bertahan

dalam kesulitan tapi juga mampu menciptakan dan

mempertahankan kehidupan yang berarti serta dapat

berkontribusi di dalamnya (Van Hook 2008, 3). Resiliensi

merupakan suatu kualitas personal yang memungkinkan

seseorang untuk dapat berkembang di tengah kehidupan

yang dihadapinya (Connor dan Davidson 2003, 1).

Sedangkan Menurut Sibert (2005, 5) Resiliensi adalah

kemampuan individu untuk mengatasi tekanan dengan

baik untuk melakukan perubahan yang signifikan dan

terus-menerus, mempertahankan kesehatan dengan baik

dan tetap kuat apabila berada dibawah tekanan, bangkit

kembali dengan mudah dari keterpurukan yang

dihadapinya, mengatasi kesulitan, mengubah cara kerja

dengan yang baru dan meninggalkan cara lama ketika cara

tersebut tidak memungkinkan lagi digunakkan, dan

melakukan semua itu tanpa bertindak dengan cara yang

disfungsional atau berbahaya.

Mackay dan Iwasaki (Yu dan Zhang 2007) menyatakan

bahwa individu yang memiliki kemampuan resiliensi

yaitu:

1) Individu mampu untuk menentukan apa yang

dikehendaki dan tidak terseret dalam lingkaran

ketidakberdayaan.

Page 32: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

18

2) Individu mampu mengatur berbagai perasaan

terutama perasaan negatif yang muncul akibat

pengalaman traumatik

3) Individu mempunyai pandangan atau

kemampuan melihat masa depan dengan baik.

Resiliensi adalah suatu kondisi dimana seseorang

menghadapi situasi yang menekan, individu tersebut tetap

merasakan berbagai emosi negatif seperti marah, sedih,

kecewa, bahkan mungkin cemas, khawatir, takut,

sebagaimana orang lain pada umumnya. Namun, individu

tersebut memiliki cara untuk memulihkan kondisinya, lalu

bergerak bangkit dari keterpurukan (Wiwin 2018, 3).

Disimpulkan dari beberapa definisi mengenai

resiliensi, maka peneliti menjelaskan resiliensi adalah

kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit, menerima

keadaannya dengan percaya diri dan menemukan cara

untuk bergerak maju dan meninggalkan kesulitan yang

dihadapinya tersebut.

b. Sumber Pembentukan Resiliensi

Dalam Grotberg (1995) terdapat tiga faktor resiliensi

yaitu : Dukungan Eksternal dan sumber-sumbernya (I

Have), Kekuatan Individu (I Am), dan kemampuan

interpersonal (I Can).

Page 33: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

19

1) Dukungan Eksternal (I Have)

Faktor I Have ini merupakan aspek dukungan

eksternal dan bersumber dari luar yang

mendukung resiliensi seseorang. Faktor ini

merupakan sumber yang menambah ketahanan.

Sebelum anak mengetahui siapa dia (I Am) atau

apa yang bisa ia lakukan (I Can), ia

membutuhkan dukungan eksternal dan sumber

untuk mengembangkan perasaan aman yang akan

menjadi fondasi ketahanan. Dengan adanya

dukungan eksternal, dapat membantu memelihara

dan mengembangkan resiliensi yang mereka

miliki. Dukungan sosial yang baik akan

membantu mereka mengembangkan

kemampuan-kemampuan interpersonal disaat

yang sama hal tersebut juga mampu membangun

kepribadian dan kekuatan diri (Grotberg, 1995).

Dukungan ini akan menjadi peranan penting

selama masa hidupnya. Sumber-sumbernya yaitu:

Mempercayai Hubungan (Trusting Relationship)

meliputi orang-orang di sekitar individu yang

bisa dipercaya dan memberikan kasih sayang.

Dalam mempercayai hubungan ditandai dengan

kehangatan dan hubungan saling percaya antara

anak antar anak, pengasuh dan anak. Dukungan

saling percaya membantu mengembangkan

resiliensi.

Page 34: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

20

Struktur dan Aturan (Structure and rules)

meliputi orang yang bisa memberi batasan atas

perilaku individu sehingga individu tersebut

mengetahui kapan untuk berhenti sebelum ada

masalah.

Rolemodels meliputi orang yang menunjukkan

bagaimana cara melakukan sesuatu yang benar,

model moral, orang yang ingin memberikan

informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Dorongan agar menjadi otonom (Encouragement

to be autonomous) meliputi orang yang

mendorong untuk berani melakukan sesuatu

sendiri dan mencari pertolongan ketika

dibutuhkan.

2) Kekuatan Individu (I Am)

Faktor I Am merupakan kekuatan yang berasal

dari dalam diri sendiri (personal strength) yang

dibangun dari perasaan, sikap, dan kepercayaan

diri mereka. Beberapa faktor kekuatan individu

terdiri dari:

Perasaan dicintai dan sikap yang menarik. Hal ini

meliputi keyakinan yang dimiliki pada diri

sendiri bahwa dirinya adalah individu yang dapat

disukai dan dicintai.

Mencintai, Empati, dan Altruistik (Loving,

Emphatic, and altruistic) meliputi anak menyukai

Page 35: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

21

dan mencintai orang lain dengan berbagai cara,

peduli terhadap orang lain melalui tindakan

maupun kata-kata, dan ingin melakukan sesuatu

untuk menghentikan atau berbagi

penderitaan/kebahagiaan.

Bangga pada diri sendiri (Proud of self) meliputi

bahwa ia penting, merasa bangga atas dirinya dan

apa yang bisa dilakukan untuk mengejar

keinginannya. Ketika individu mempunyai

masalah dalam hidupnya, kepercayaan diri

mereka dan harga diri (self esteem) membantu

mereka untuk dapat bertahan dan mengatasi

masalah tersebut.

Mandiri dan bertanggung jawab (autonomous

and responsible) artinya individu dapat

melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, dan

dapat bertanggung jawab atas perilakunya.

Individu mengerti batasan kontrol, dan memiliki

jati diri.

Harapan, keyakinan, dan kepercayaan (hope,

faith, and trust) meliputi percaya bahwa ada

harapan baginya. Individu mengetahui perasaan

benar dan salah. Individu mempunyai rasa

percaya diri dan mengekspresikan sebagai

kepercayaan dalam Tuhan/spiritual.

Page 36: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

22

3) Kemampuan Interpersonal (I Can)

Faktor kemampuan Interpersonal (I Can)

dibangun dengan cara berinteraksi dengan orang

lain, memecahkan masalah, mengatur perilaku,

serta jika mengalami kesulitan dapat menemukan

bantuan. Terdapat beberapa komponen yang

mempengaruhi faktor ini, yaitu :

Komunikasi (Communication) Individu dapat

menunjukkan pikiran dan perasaannya pada

orang lain, serta mendengar apa yang dikatakan

oleh orang lain, dan dapat merasakan perasaan

orang lain.

Pemecahan Masalah (Problem Solving) Individu

dapat menilai masalah yang menimpanya,

mengetahui akar permasalahan dari suatu

masalah dan mengetahui cara untuk

memecahkannya. Selain itu individu mempunyai

kemampuan untuk bertahan dengan suatu

masalah hingga masalah tersebut dapat

terselesaikan.

Mengelola berbagai perasaan dan rangsangan

(Manage feelings and impulses). Individu dapat

mengetahui apa yang dirasakan, dan

mengekspresikannya dalam perkataan dan

tingkah laku yang baik dan benar kepada orang

lain atau kepada diri sendiri. Selain itu individu

Page 37: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

23

dapat mengatur pikiran ataupun pikiran-pikiran

negatif.

Mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain

(Gauge the temperament of self and others ).

Anak memiliki pengetahuan tentang

temperamennya sendiri (seberapa aktif, impulsif,

dan berani mengambil resiko atau diam, reflektif,

dan berhati hati misalnya) Dan juga dalam

temperamen orang lain. Hal ini dapat membantu

anak untuk mengetahui seberapa cepat untuk

bertindak, berapa banyak waktu yang dibutuhkan

untuk berkomunikasi, dan bagaimana dia dapat

menangani berbagai situasi.

Mencari hubungan yang dipercaya (Seek trusting

relationships). Anak dapat menemukan

seseorang seperti : orang tua, guru, orang dewasa

lain, atau teman sebaya untuk meminta bantuan

seperti berbagi perasaan dan kesedihan, untuk

mencari tahu cara menyelesaikan masalah pribadi

dan antar pribadi, atau mendiskusikan konflik

dalam keluarganya.

c. Fungsi Resiliensi

Menurut Reivich dan Shatte (2002, 15) dalam sebuah

penelitian mengatakan bahwa manusia dapat memakai

resiliensi untuk hal dibawah ini:

Page 38: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

24

1) Mengatasi (Overcoming)

Manusia akan merasakan kesulitan pada masa

kehidupannya. Masalah tersebut akan

menimbulkan stress yang tidak mudah untuk

dihadapi. Maka dari itu, setiap individu

memerlukan resiliensi untuk mencegah dari

keadaan yang merugikan akibat masalah tersebut.

Menganalisa dan merubah cara pandang ke arah

yang lebih positif dapat menjadi salah satu

kemampuan agar kehidupan lebih teratur.

Individu akan tetap bertahan walaupun

dihadapkan dalam berbagai kondisi sulit di

kehidupan.

2) Mengendalikan (Steering through)

Individu yang resilien dapat mengarahkan serta

mengendalikan diri dalam menghadapi masalah

selama hidupnya. Penelitian menunjukkan bahwa

unsur esensi dari steering through dalam stress

yang bersifat kronis adalah self-efficacy yaitu

keyakinan terhadap diri sendiri bahwa kita dapat

menguasai lingkungan secara efektif dan dapat

menyelesaikan berbagai masalah yang muncul.

3) Melihat Ulang (Bouncing back)

Dalam hidup terjadi beberapa kejadian yang

bersifat traumatik dan menimbulkan tingkat stres

yang tinggi, sehingga individu perlu resiliensi

Page 39: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

25

yang lebih tinggi dalam menghadapi dan

mengendalikan diri sendiri. Melangkah

kebelakang biasanya dirasa sebagai hal yang

begitu ekstrim dan menguras secara emosional.

Oleh karena itu membutuhkan resiliensi dengan

cara bertahap untuk menyembuhkan diri.

Individu akan menunjukkan task-oriented coping

style dimana mereka akan melakukan tindakan

yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan

tersebut, dan mempunyai keyakinan kuat bahwa

mereka dapat mengontrol kehidupan mereka.

4) Reaching out

Resiliensi selain berguna untuk mengatasi

pengalaman negatif, stres, atau menyembuhkan

diri dari trauma, juga berguna untuk

mendapatkan pengalaman hidup. Individu yang

berkarakteristik seperti ini melakukan tiga hal

dengan baik, yaitu : tepat dalam memperkirakan

risiko yang terjadi, mengetahui diri mereka

sendiri dengan baik, dan menemukan makna dari

tujuan hidup mereka.

2. Anak Terlantar

Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang

perlindungan anak terdapat dalam pasal 1 ayat 6

disebutkan bahwa “Anak terlantar adalah anak yang tidak

terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental,

spiritual, maupun sosial”.

Page 40: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

26

Menurut Bagong (2016, 212) Penelantaran adalah

sebuah tindakan baik disengaja maupun tidak disengaja

yang membiarkan anak tidak terpenuhi kebutuhan

dasarnya (sandang, pangan, papan). Anak terlantar

merupakan anak-anak yang termasuk dalam kategori anak

rawan atau anak-anak membutuhkan perlindungan khusus

(children in need of special proctection). Pada UUD 1945

pasal 34 ayat (1) dijelaskan bahwa "fakir miskin dan anak

terlantar dipelihara oleh negara".

1) Pengertian Anak Terlantar

Dalam Buku Pedoman Pembinaan Anak Terlantar

yang dikeluarkan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

(2001) disebutkan bahwa yang disebut anak terlantar

adalah anak yang karena karena suatu sebab tidak

dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar,

baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Menurut

Howard Dubowitz (2010, 10) Anak terlantar adalah

suatu bentuk pengabaian terhadap perawatan anak

menimbulkan resiko bagi anak. Orangtua sebagai

pemberi perawatan melalaikan tanggung jawabnya

untuk memenuhi kebutuhan anak. Pengabaian

terhadap anak tersebut tidak hanya disebabkan oleh

kemiskinan orang tua, tetapi faktor lain seperti

perceraian orangtua, atau karena kesibukan orangtua

dalam mengejar karirnya.

Seorang anak yang dikatakan terlantar, bukan

sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu

Page 41: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

27

atau kedua orang tuanya. Anak yang kelahirannya

tidak dikehendaki, misalnya, mereka umumnya sangat

rawan untuk ditelantarkan dan bahkan diperlakukan

salah (child abuse). Pada tingkat yang ekstrem,

perilaku penelantaran anak bisa berupa tindakan orang

tua membuang anaknya, entah itu di hutan, di sekolah,

di tempat sampah, dan sebagainya dengan alasan ingin

menutupi aib atau karena ketidaksiapan orang tua

untuk melahirkan dan memelihara anaknya secara

wajar (Suyanto 2016, 226-227).

2) Ciri Anak Terlantar

Menurut Suyanto (2016, 230) Ciri-ciri yang

menandai seorang anak dikategorikan terlantar adalah:

Biasanya berusia 5-18 tahun dan merupakan anak

yatim, piatu, atau anak yatim piatu

Anak yang terlantar seringkali adalah anak yang

lahir dari hubungan seks diluar nikah dan

kemudian mereka tidak ada yang mengurus

karena orang tuanya tidak siap secara psikologis

maupun ekonomi untuk merawat anak tersebut.

Anak yang kelahirannya tidak direncanakan

Tekanan Kemiskinan dan kerentanan ekonomi

keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka

memberikan fasilitas dan memenuhi hak anak-

anaknya menjadi sangat terbatas.

Anak yang berasal dari keluarga broken home,

korban perceraian orang tuanya, anak yang hidup

Page 42: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

28

ditengah kondisi keluarga yang bermasalah

seperti: pemabuk, kasar, korban PHK, terlibat

narkoba, dan sebagainya.

Selain itu, anak juga dapat dikatakan terlantar apabila

telah memenuhi kriteria dibawah ini :

a. Anak terlantar tanpa orangtua/keluarga, dengan ciri-

ciri :

Orangtua/keluarga tidak diketahui

Putus hubungan dengan orangtua/keluarga

Tidak Memiliki tempat tinggal

b. Anak terlantar dengan orangtua/keluarga, dengan ciri-

ciri :

Hubungan dengan orang tua masih terjalin

Tinggal bersama orangtua/keluarganya

Rawan Sosial dan putus sekolah

Tinggal dengan keluarga miskin

Sedangkan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)

berfokus untuk membina anak terlantar yang berfokus

pada : anak Negara (anak yang tidak memiliki orang tua

dan hidup dari panti-ke panti), anak yatim, anak piatu,

anak broken home, dan anak kurang mampu (dhuafa).

3) Penyebab Penelantaran Anak

Penyebab penelantaran anak oleh keluarga/orang tua

ialah:

a. Aspek sosial-ekonomi : Orang tua tidak mampu

memenuhi kebutuhan hidup keluarga karena tekanan

ekonomi yang sangat berat.

Page 43: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

29

b. Aspek kejiwaan : Orang tua tidak ada/tidak lengkap,

kondisi kehidupan keluarga yang tidak harmonis

(broken home), pengaruh lingkungan yang buruk, dan

adanya faktor salah didik pada anak.

3. Organisasi Pelayanan Manusia (Human Services

Organization)

1. Pengertian Organisasi Pelayanan Manusia (Human

Services Organization)

Definisi organisasi pelayanan sosial (human services

organization) menurut Hasenfeld (1983) adalah

sekumpulan individu yang bersatu dalam suatu

organisasi dan fungsi utamanya adalah untuk

melindungi, memelihara atau meningkatkan

kesejahteraan pribadi individu-individu dengan cara

menentukan, menetapkan, merubah atau membentuk

ciri-ciri pribadi mereka. Dalam ensiklopedia pekerjaan

sosial, organisasi pelayanan sosial melakukan

pelayanan langsung kepada klien. Menurut Martin

(1985, 2) tujuan organisasi pelayanan sosial adalah

memenuhi kebutuhan orang.

Dalam hal ini, Lembaga Kesejahteraan Sosial tujuan

yang ingin dicapai adalah berfungsinya kembali

masyarakat yang karena suatu hal mengalami atau

kehilangan kemampuannya untuk berfungsi secara

sosial dalam masyarakat, dalam bentuk memiliki

keterampilan sehingga dapat menolong dirinya dan

Page 44: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

30

mampu berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan

masyarakat.

2. Jenis Organisasi Pelayanan Manusia

Menurut Yaheskel Hasenfeld (1983: 4-7) bahwa

organisasi pelayanan manusia dilihat berdasarkan

"materi atau bahan dasarnya" dapat dibagi menjadi 2

dimensi yaitu manusia yang berfungsi normal "normal

functioning" dan yang tida berfungsi secara normal

"malfunctioning" yang dapat dilihat berdasarkan fisik,

psikologis, dan sosial. Sedangkan berdasarkan

penggunaan teknologi pelayanan yang digunakan ada 3

jenis, yaitu :

a. People processing technolgies (pemrosesan

manusia), bertujuan untuk memberikan status

atau label sosial tertentu kepada klien sehingga

dapat ditentukan jenis pelayanan apa yang

diperlukan

b. People suistaining technologies (pemeliharaan

manusia), sifatnya lebih kepada mencegah,

memelihara dan mempertahankan kesejahteraan

klien, tetapi tida langsung merubah atribut atau

perilaku klien.

c. People changing technologies (perubahan

manusia), teknologi ini untuk merubah perilaku

klien agar dapat meningkaktkan

kesejahteraannya.

Page 45: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

31

B. Kerangka Berpikir

Seorang anak mengalami masa transisi yaitu masa remaja,

termasuk anak terlantar. Pada masa remaja ini anak akan

mengalami turun naiknya emosi, dan perubahan-perubahan

yang menyebabkan anak akan mudah mengalami tekanan.

Apabila seorang anak tidak bisa mengatasi tekanan

dengan baik, akan timbul berbagai permasalahan remaja

seperti kenakalan remaja, depresi, dan hal negatif lainnya. Hal

ini dialami oleh semua anak, termasuk anak terlantar.

Maka dari itu perhatian dan dukungan oleh keluarga

ataupun orang sekitar, kekuatan dalam diri, dan kemampuan

interpersonal sangat dibutuhkan agar anak terlantar bisa

bertahan (resilien) pada kondisi tersulit mereka.

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Anak Terlantar

Ketahanan untuk melindungi diri

dalam keadaan yang merugikan

I Have I Am

I Can

Resilien

Page 46: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

32

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Gambaran Umum Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3

Ceger, Cipayung, Jakarta Timur adalah sebagai berikut:

A. Profil Lembaga

1. Nama Panti

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger,

Cipayung, Jakarta Timur

2. Alamat Panti

Jalan Bina Marga RT 02/RW 04 Nomor 57 Kelurahan

Ceger, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, 13820

Fax/Telp (021) 8447728. Email:

[email protected]

3. Sejarah Berdiri

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger

merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang memiliki

tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial

berupa perawatan, pengasuhan dan pembinaan bagi

anak-anak yang mengalami masalah sosial.

Pada tahun 1993 Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama

3 Ceger Jakarta Timur dibangun dengan luas tanah

12.000 m² dan luas bangunan 2.300 m². Awalnya Panti

ini menjadi panti khusus untuk para penderita kusta dan

panti rehabilitasi dari hasil razia. Kemudian tidak sedikit

Page 47: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

33

masyarakat menentang dan tidak nyaman dengan adanya

orang yang berpenyakit kusta (Ibu Vivi, 2019). Pada

akhirnya tahun 1996 panti ini diganti dengan Panti

Sosial Asuhan Anak (PSAA). Sejak tahun 1996 sampai

sekarang panti telah melakukan 12 kali pergantian

perubahan pimpinan.

Menurut Peraturan Gubernur Nomor 61 Tahun 2010

Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti

Sosial Asuhan Anak Putra Utama, Panti Sosial Asuhan

Anak kemudian berubah namanya menjadi Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger, Cipayung yang

mempunyai tanggung jawab untuk memberikan

pelayanan dan perlindungan terhadap anak dari

keterlantaran agar mereka dapat tumbuh kembang secara

wajar dan mengembalikan anak dari keterlantaran ke

dalam kehidupan yang layak dan normatif. Sehingga

dengan berdirinya panti ini anak-anak yang mengalami

masalah sosial dapat teratasi.

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger

sebelumnya bernama Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 4, tetapi setelah adanya pelelangan jabatan oleh

Gubernur DKI Jakarta maka saat ini Panti Sosial Asuhan

Anak Ceger digabungkan dengan Panti Sosial Asuhan

Anak yang ada di Tebet sehingga menjadi satu

manajemen dan namanya disamakan yaitu Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 3. Adapun untuk panti di

Page 48: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

34

Ceger dikhususkan untuk klien laki-laki dan panti di

Tebet untuk klien perempuan.

4. Lingkup/Jangkauan Kerja

Lingkup kerja Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3

Ceger adalah memberikan pelayanan sosial berupa

perawatan, pengasuhan dan pembinaan kepada anak

terlantar (tidak mempunyai orang tua, ayah, ibu atau

keluarga serta tidak mampu secara ekonomi), sehingga

dengan memberikan pelayanan, maka anak-anak

terlantar memiliki Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK), Iman dan Taqwa (IMTAQ), sehat jasmani dan

rohani serta dapat tumbuh dan berkembang secara wajar

dan dapat hidup layak secara normatif.

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger juga

melakukan kerjasama dengan beberapa instansi, yakni :

a. Puskesmas Ceger dan Puskesmas Cipayung

Hal ini dimaksudkan agar para klien mendapatkan

pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan untuk

tumbuh kembang mereka. Untuk pemberian pengobatan

setiap klien di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3

Ceger diberikan kartu BPJS. Adapun, apabila klien yang

berobat belum mendapatkan kartu BPJS, klien dapat

membawa buku berobat yang disediakan panti. Maka,

ketika klien berobat klien tidak akan dikenakan biaya.

Pelayanan yang diterima klien sama dengan pelayanan-

pelayanan yang diterima anak-anak di luar panti, bahkan

Page 49: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

35

ketika berobat mereka mendapatkan perhatian lebih dari

pihak puskesmas.

b. Sekolah

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger

memiliki kerjasama dengan beberapa sekolah di Jakarta.

Hal ini untuk mempertahankan hak anak dalam bidang

pendidikan terpenuhi. Adapun sekolah-sekolah yang

memiliki kerjasama dengan Panti Sosial Asuhan Anak

Putra Utama 3 Ceger yaitu :

1) SMPN 160,

2) SMP Era Pembangunan Umat,

3) SMPN 283

4) SMPN 180

5) SMPN Citra Dharma

6) PKBM 64

7) SMK Mahardika

8) SMKN 24

9) SMA PGRI 4

10) SMKN 58

11) SMAN 64

12) SMK Budi Murni

13) SMA Pratama

14) SMK Citra Dharma

5. Visi dan Misi

Visi dan Misi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3

Ceger adalah sebagai berikut :

Page 50: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

36

a. Visi

“Mewujudkan kehidupan warga bina sosial Panti

Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 yang

berprestasi, mandiri, dan normatif”.

b. Misi

1) Menyelenggarakan Pelayanan dan Rehabilitasi

Sosial terhadap warga binaan sosial;

2) Pemenuhan pendidikan formal/non-formal

warga binaan sosial tingkat SD, SMP, dan

SMA/Sederajat;

3) Melakukan pembinaan fisik, mental spiritual,

sosial, kesenian & kemandirian;

4) Memberikan perlindungan dan bantuan sosial;

5) Menggali dan mengembangkan potensi yang

dimiliki warga binaan sosial untuk menjadi

berprestasi;

6) Memberikan pelayanan kepada anak di luar

panti untuk mengikuti kegiatan yang ada di

dalam panti bersama WBS.

6. Kedudukan dan Sasaran

a. Kedudukan

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger,

Cipayung, Jakarta Timur merupakan salah satu Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial yang yang

memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan

sosial berupa perawatan, pengasuhan dan pembinaan

bagi anak-anak yang mengalami masalah sosial yang

Page 51: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

37

berkedudukan dibawah naungan Kepala Dinas Sosial

Provinsi DKI Jakarta.

b. Sasaran

Anak laki-laki berusia 12 sampai dengan 18 tahun

yang berasal dari keluarga yang mengalami masalah atau

disfungsi sosial sehingga tidak dapat memenuhi

kebutuhan anak dan anak tidak dapat berkembang

dengan baik, yang di dalamnya termasuk :

1) Anak terlantar, dengan kriteria :

a) Anak yatim, piatu, dan yatim piatu

Adalah seorang anak yang tidak memiliki

Ayah, tidak memiliki Ibu, dan tidak memiliki

Ayah dan Ibu.

b) Anak yang berasal dari keluarga tidak/kurang

mampu.

c) Anak yang diterlantarkan oleh orangtuanya

Adalah anak yang karena suatu sebab orang

tua melalaikan kewajibanya sehingga

kebutuhan anak tidak dapat dipenuhi dengan

wajar, baik secara rohani, jasmani maupun

sosial.

d) Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan

dasarnya

Adalah anak yang tidak terpenuhi

kebutuhannya secara wajar baik secara fisik,

mental, spiritual maupun sosial.

Page 52: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

38

e) Anak negara adalah anak tidak diketahui latar

belakang keluarganya sehingga anak tersebut

hidup dari panti ke panti atau berdasarkan

rujukan panti ke panti.

f) Anak yang menjadi korban tindak

kekerasan atau anak yang diperlakukan salah

dengan seperti sering mendapat perlakuan

kasar dan tindakan yang berakibat secara

fisik dan/atau psikologi.

7. Struktur Organisasi

Pelayanan yang diberikan terhadap anak terlantar di

wilayah DKI Jakarta, khususnya Panti Sosial Asuhan Anak

Putra Utama 3 Ceger membutuhkan pihak-pihak yang

memiliki jabatan untuk melaksanakan tugas dan tanggung

jawab sebagaimana mestinya. Kemudian pihak-pihak

tersebut diatur dalam stuktur organisasi kepegawaian agar

selain tercapainya tujuan secara maksimal juga mengatur

peranan sesuai fungsinya. Struktur organisasi menunjukan

bahwa adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau

kegiatan-kegiatan berbeda yang dikoordinasikan. Dan selain

itu struktur organisasi juga menunjukkan mengenai

spesialisasi-spesialisasi dari pekerjaan, saluran perintah

maupun penyampaian laporan. Dengan dibentuknya struktur

organisasi maka akan terlihat kejelasan tanggung jawab,

kejelasan kedudukan, kejelasan jalur hubungan dan kejelasan

uraian tugas.

Page 53: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

39

Berikut struktur organisasi Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 3 Ceger :

Bagan 3.1. Struktur Organisasi Panti Sosial Asuhan

Anak (PSAA) Putra Utama 03 Ceger

Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat gambaran struktur

organisasi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger secara

garis besar. Adapun struktur kepegawaian Panti Sosial Asuhan

Anak Putra Utama 3 Ceger terdiri dari :

KEPALA PANTI

Vivi Kafailatul Jannah, M.Si

SUBBAGIAN TATA

USAHA

Dra Rita Winani

KASATPEL PELAYANAN

SOSIAL

Salamun Maryadi, SST

KASATPEL PEMBINAAN

SOSIAL

Khomsiatun, S.Sos

SUB KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL PEKERJA SOSIAL

Gura Susana Waittalong, S.Sos

Page 54: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

40

a. Kepala Panti : 1 orang

b. Satuan Pelaksana Tugas Sosial : 2 orang

c. Kepala Subag Tata Usaha : 1 orang

d. Pengelola : 1 orang

e. Staf : 9 orang

f. Pramu Sosial : 17 orang

g. Petugas Keamanan : 6 orang

h. Petugas Kebersihan : 2 orang

i. Juru Masak : 3 orang

Struktur organisasi Panti Sosial Asuhan Anak

Putra Utama 3 Ceger juga terdiri dari sub kelompok

jabatan fungsional yang terdiri dari sub bagian seksi dan

pramu sosial. Setiap sub bagian seksi dan pramu sosial

memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Adapun masing-masing pegawai dan pramu sosial

memiliki tugas pendampingan terhadap masing-masing

klien. Setiap pegawai dan pramu sosial mendapatkan

tanggung jawab menjadi pendamping klien, baik sebagai

wali kamar maupun pendamping.

8. Jumlah Klien/Penerima Manfaat/Anak Asuh

Kapasitas daya tampung Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama ditetapkan oleh Keputusan Kepala Dinas Sosial

Provinsi DKI Jakarta dengan memperhatikan azas

kemanusiaan, keamanan, keselamatan dan kenyamanan.

Kapasitas Panti Sosial Asuhan Anak ini adalah 90 anak

asuh, dan pada Maret tahun 2019 ini panti telah memiliki

73 anak asuh, dan 10 anak asuh non panti sosial.

Page 55: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

41

Adapun data klien Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 3 Ceger adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. Latar Belakang Anak PSAA 03 Ceger

No Latar Belakang Anak Jumlah

1

a. Anak Negara

b. Yatim Piatu

c. Yatim

d. Piatu

e. Korban perceraian

f. Kurang mampu (Dhuafa)

11

26

2

13

10

Jumlah Keseluruhan 73

Sumber: Data Profil Lembaga PSAA Putra Utama 3

Ceger

Berdasarkan data diatas, terdapat beberapa kriteria anak

terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra 03

Ceger, diantaranya :

a) Anak yatim, piatu, dan yatim piatu ialah seorang anak

yang tidak mempunyai Ayah, tidak mempunyai Ibu, dan

tidak mempunyai Ayah dan Ibu.

b) Dhuafa adalah yang berasal dari keluarga tidak/kurang

mampu.

c) Anak negara ialah anak tidak diketahui latar belakang

keluarganya sehingga anak tersebut hidup dari panti ke

panti atau berdasarkan rujukan panti ke panti.

d) Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau

anak yang diperlakukan salah dengan seperti sering

Page 56: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

42

mendapat perlakuan kasar dan tindakan yang

berakibat secara fisik dan/atau psikologi (Susana, 2019).

B. Prosedur Pelayanan

Prosedur Pelayanan yang dilaksanakan oleh Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger kepada anak asuh

dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :

Bagan 3.2. Prosedur Pelayanan PSAA kepada Anak

Gambar Prosedur Pelayanan Pengasuhan Anak PSAA

Putra Utama 3

Berdasarkan Gambar diatas, Prosedur Pelayanan Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger kepada anak asuh

dilakukan dengan beberapa tahapan. Adapun tahapan-

tahapannya adalah sebagai berikut:

Page 57: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

43

1. Tahapan Pendekatan Awal

Pendekatan awal sebagai kegiatan yang mengawali

keseluruhan proses penerimaan guna memperoleh dukungan

dan data awal calon klien dengan persyaratan yang telah

ditentukan. Pendekatan awal yang dilakukan di Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger ini dilakukan dengan

cara penjangkauan anak melalui sosialisasi kepada

masyarakat dan rujukan dari panti balita dan juga dari

sekolah-sekolah di wilayah DKI Jakarta. Pada awal

penerimaan, klien yang memiliki syarat sebagai berikut :

a. Anak yatim, piatu, yatim piatu, anak terlantar anak

dari keluarga miskin.

b. Laki-laki usia 12 tahun sampai 19 tahun.

c. Diprioritaskan warga/penduduk provinsi DKI

Jakarta.

d. Surat keterangan dari kelurahan yang menyatakan

betul anak terlantar/tidak mampu.

e. Surat akte lahir/kenal lahir.

f. Surat keterangan sehat dari Puskesmas.

g. Mengisi formulir data anak dan melampirkan kartu

keluarga.

Adapun kriteria klien adalah anak terlantar dan anak yang

kurang mampu yang berasal dari keluarga miskin. Ketika

anak telah memenuhi kriteria dan syarat-syaratnya anak akan

diberikan pelayanan yang difokuskan pada pelayanan

pendidikan pada jenjang SMP sampai jenjang SMA atau

SMK.

Page 58: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

44

2. Tahap Penerimaan

Penerimaan klien dilakukan dalam rangka pemenuhan

pelayanan penyelenggaraan kesejahteraan sosial selama di

panti sosial. Kegiatan penerimaan yang dilakukan di Panti

Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger meliputi :

a. Identifikasi kondisi klien

Klien yang datang ke Panti Sosial Asuhan Anak

Putra Utama 3 Ceger terlebih dahulu diidentifikasi

oleh seksi identifikasi dan asesmen mengenai

kondisi anak secara fisik, emosi dan juga intelektual.

Anak harus sehat jasmani dan rohani.

b. Pemeriksaan dokumen persyaratan

Anak yang datang ke Panti Sosial Asuhan Anak

Putra Utama 3 Ceger harus ada data dan dilengkapi

dengan benar. Orangtua maupun wali yang

mengantar anak ke Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 3 Ceger menyerahkan dokumen tentang

persyaratan anak diterima di Panti Sosial Asuhan

Anak Putra Utama 3 Ceger. Dokumen yang harus

ada antara lain: Surat keterangan dari kelurahan

yang menyatakan bahwa anak merupakan anak yang

terlantar ataupun anak yang kurang mampu, Surat

akte lahir/kenal lahir, surat keterangan sehat dari

Puskesmas.

Page 59: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

45

c. Penandatanganan Berita Acara Serah Terima

Berita acara serah terima anak menjadi klien Panti

Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger

ditandatangani oleh orangtua maupun wali yang

mengantar anak ke Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 3 Ceger. Klien yang berasal dari panti lain

berita acara ditandatangani oleh pengasuh yang

mengantar anak. Berita acara ditandatangani oleh

kedua belah pihak dan disaksikan oleh ketua

maupun staff Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 3 Ceger.

d. Registrasi

Anak yang menjadi calon klien melakukan registrasi

ataupun pendaftaran sebagai salah satu persyaratan

anak diterima menjadi klien Panti Sosial Asuhan

Anak Putra Utama 3 Ceger.

e. Penjelasan Program Pelayanan

Pihak Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3

Ceger menjelaskan program pelayanan yang ada di

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger

kepada orangtua dan anak untuk diketahui dan hal

ini yang nantinya dijalankan oleh anak. Orangtua

ataupun pengasuh yang mengantar anak ke Panti

Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger harus

mengetahui pelayanan yang akan diterima anak.

Page 60: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

46

f. Penempatan dalam Panti

Setelah berada di Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 3 Ceger, anak di tentukan oleh kepala panti

untuk di tempatkan tidur di kamar mana. Kamar

yang ditunjukkan saat klien masuk akan klien

gunakan selama satu tahun, karena setiap tahunnya

di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger

dilakukan pergantian kamar. Adanya pergantian

kamar ini dimaksudkan agar setiap klien yang ada di

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger

dapat saling mengenal, lebih mengakrabkan diri dan

dapat saling menjalin relasi yang baik, dapat

membaur dengan semua klien yang ada. Dengan

pergantian kamar maka klien akan berkesempatan

untuk berada dalam satu kamar dengan semua klien

yang ada sehingga lebih saling mengerti karakter

dari masing-masing klien.

g. Penentuan Petugas dan Pendamping

Anak yang berada di Panti Sosial Asuhan Anak

Putra Utama 3 Ceger mendapat pendamping yang

memperhatikan anak mulai dari bangun pagi sampai

dengan tidur. Anak mendapatkan pengasuh sebagai

orangtua di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama

3 Ceger.

h. Pengasuhan dan Perawatan

Meliputi makanan, tambahan gizi, kesehatan,

rujukan ke rumah sakit, pemenuhan kebutuhan

Page 61: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

47

pakaian, peralatan kebersihan dan pengurusan akta

kelahiran. Anak asuh mendapatkan pengasuhan,

perawatan, untuk perkembangan dan pertumbuhan

anak baik secara fisik, sosial, emosi, dan intelektual

serta rohani. Anak selalu dalam pengawasan

pengurus Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3

Ceger setiap harinya.

3. Tahap Asesmen

Tahapan asesmen yang dilakukan di Panti Asuhan Putra

Utama 3 Ceger melalui penelaahan, pengidentifikasian

dan pengungkapan masalah dan potensi dalam rangka

melihat potret diri klien berkaitan dengan kebutuhan

penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Asesmen yang

dilakukan oleh pihak Panti Sosial Anak Putra Utama 3

Ceger lebih menekankan pada status anak yang terlantar,

status ekonomi keluarga karena sebagian anak berasal

dari keluarga miskin, asesmen yang diperoleh dari

rujukan panti lain, orang terdekat yang mengirimkan

anak ke panti.

Berdasarkan identifikasi anak, pihak panti akan

memberikan rencana pelayanan yang disesuaikan dengan

program yang diberikan panti seperti pendidikan,

pembinaan pemberian keterampilan agar anak bisa hidup

mandiri ketika keluar dari panti. Bentuk asesmen,

meliputi :

a. Pengungkapan dan pemahaman masalah dari aspek

fisik, sosial dan psikologis sesuai dengan

Page 62: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

48

karakteristik klien; permasalahan yang dialami anak

diidentifikasi latar belakang permasalahannya.

b. Penelaahan data klien; data mengenai permasalahan

yang dialami klien ditelaah dan dipelajari sehingga

rencana intervensi dalam proses penyelesaian

masalah anak tepat.

c. Identifikasi potensi dan sumber-sumber dari anak

asuh dan keluarga; hal ini untuk membantu klien

dalam pemecahan masalahnya, menggali informasi

tentang sumber-sumber dan potensi yang dimiliki

klien ataupun keluarganya hal ini menjadi salah satu

alat dalam proses penyelesaian permasalahan yang

dialami oleh klien.

d. Penyelenggaraan case conference; pembahasan

kasus dimaksudkan untuk mengetahui gambaran

permasalahan klien secara komprehensif guna

menentukan rencana pelayanan yang tepat,

mengetahui perkembangan klien, dan

menyelesaikan permasalahan klien. Pembahasan

kasus diselenggarakan dengan melibatkan tenaga

fungsional sesuai dengan kebutuhan dan

permasalahan yang dialami klien. Pembahasan

kasus direncanakan pada setiap tahapan pelayanan

dan dipimpin oleh Kepala Panti atau Kepala Seksi.

e. Penyusunanan rencana pelayanan; penyusunan

rencana pelayanan sangat penting dalam proses

asesmen, penyusunan rencana pelayanan dilakukan

Page 63: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

49

secara bersama oleh kepala panti dan para pegawai

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger.

4. Tahap Pembinaan

Pembinaan dilakukan dalam rangka perlindungan dan

pengasuhan anak asuh. Bentuk pembinaan, meliputi :

a. Bimbingan fisik;

b. Bimbingan mental spiritual;

c. Bimbingan sosial;

d. Bimbingan pendidikan;

e. Bimbingan kesenian;

f. Bimbingan rekreasi;

g. Konsultasi keluarga;

h. Konsultasi psikologis;

i. Bimbingan keterampilan; dan

j. Bimbingan aktifitas kehidupan sehari-hari.

5. Tahap Resosialisasi

Resosialisasi dilakukan dalam rangka menyiapkan klien

untuk dapat dirujuk atau disalurkan ke keluarga, panti sosial,

lembaga, dan masyarakat. Bentuk resosialisasi meliputi:

a. Pemberian ijin berkumpul dengan orangtua atau

keluarga klien di Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 3 Ceger;

b. Memperkenalkan Panti Sosial dan lembaga rujukan;

dan

Page 64: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

50

c. Mengikutsertakan klien dalam kegiatan-kegiatan di

dalam dan luar panti yang melibatkan masyarakat

umum.

6. Tahap Pelayanan

Penyaluran anak asuh dilakukan setelah mengikuti pelayanan

di panti sosial. Tahap penyaluran meliputi :

a. Persiapan penyaluran bagi anak asuh yang akan

kembali kepada keluarga dan dirujuk ke lembaga

lainnya.

b. Pelaksanaan penyaluran kepada :

1) Keluarga Klien

Klien yang memiliki keluarga dan telah selesai

menyelesaikan pendidikan SMA/sederajat maka

klien akan dipersiapkan untuk pulang ke

keluarga.

2) Instansi/Lembaga Rujukan lainnya

Klien yang tidak memiliki keluarga maka akan

dirujuk ke lembaga dimana klien bisa bekerja

sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Bagi

klien yang memiliki prestasi yang baik pihak

panti berusaha untuk mencarikan donatur untuk

anak dalam membantu meningkatkan

pendidikannya.

3) Masyarakat

Klien dipersiapkan untuk kembali ke

masyarakat, mengalami kehidupan

Page 65: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

51

bermasyarakat setelah menyelesaikan

pendidikan.

7. Tahap Pembinaan Lanjut dan Terminasi

Pembinaan lanjut dilakukan dalam rangka memonitor

perkembangan Klien saat dan setelah berkumpul dengan

orang tua, keluarga atau berada dalam instansi/lembaga

rujukan yang baru. Bentuk pembinaan lanjut, meliputi:

a. Monitoring;

b. Konsultasi;

c. Penguatan;

d. Evaluasi.

Pembinaan lanjut dilakukan melalui wawancara atau

kunjungan ke keluarga secara berkala. Terminasi dilakukan

setelah anak asuh dianggap mampu melaksanakan fungsi

sosialnya dalam kehidupan di masyarakat.

C. Pendanaan

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger, Cipayung,

Jakarta Timur merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis

(UPT) dibawah Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Jadi

semua pendanaan didapatkan sepenuhnya dari alokasi dana

yang diberikan oleh pemerintah yaitu APBD Provinsi DKI

Jakarta. Dana tersebut digunakan untuk semua kebutuhan

sehari-hari anak panti dari mulai anak bangun tidur sampai

tidur lagi, semuanya dibiayai oleh APBD DKI Jakarta. Baik

untuk operasional ataupun sarana dan prasarana, alat tulis

dan lain sebagainya sampai dengan kebutuhan klien mulai

Page 66: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

52

dari perlengkapan sekolah, perlengkapan alat mandi,

perlengkapan tidur atau perlengkapan dikamar klien.

Selain dari APBD pemerintah, Panti Sosial Asuhan Anak

Putra Utama 3 Ceger juga menerima sumbangan dari

masyarakat baik berupa sembako, makanan, minuman, uang,

pakaian, karpet, rumput futsal dan lainnya. Di bulan

Ramadhan, anak-anak panti asuhan yang mayoritas muslim

ini, biasanya sering menerima undangan berbuka puasa

bersama sejumlah komunitas ataupun perusahaan. Pengelola

panti juga tidak membatasi bantuan yang langsung diberikan

ke tangan setiap anak.

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger sering

mendapatkan sumbangan-sumbangan berupa barang ataupun

makanan serta beasiswa, sumbangan barang disini seperti

perlengkapan ruangan-ruangan seperti perlengkapan yang

ada diruang musik dan ruangan aula. Sedangkan sumbangan

yang berupa beasiswa didapatkan dari CSR Jakarta

Internasional Korean School berupa biaya bulanan untuk

empat orang anak asuh yang telah menempuh jenjang

pendidikan Perguruan Tinggi.

D. Program dan Kegiatan

Ada beberapa jenis program pelayanan yang telah disediakan

dan dijadikan sebagai standar umum aktifitas para klien

didalam menumbuh kembangkan para klien yang berada di

dalam Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger ini.

Adapun tujuan utama diadakan program tersebut ialah untuk

Page 67: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

53

mengembangkan, mengadakan pembinaan, membimbing

serta menggali dan melatih keterampilan-keterampilan dan

kemampuan yang dimiliki oleh para klien Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger ini. Program program

tersebut berupa beberapa jenis kegiatan baik yang dilakukan

di dalam panti maupun di luar panti.

Adapun jenis-jenis program tersebut antara lain sebagai

berikut :

1. Bimbingan Fisik

Bimbingan fisik bertujuan untuk memelihara dan

mewujudkan kesejahteraan dan kebugaran klien. Bimbingan

fisik dilakukan secara teratur/regular dalam bentuk antara

lain:

a. Kegiatan Olah Raga Futsal

Kegiatan olahraga futsal ini diadakan secara internal

yakni di dalam Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3

Ceger berupa pertandingan antar kamar maupun antar

panti yang diadakan setiap hari minggu dimulai pukul

10.00 sampai dengan 17.00 WIB di Lapangan Futsal

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger.

b. Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)

Kegiatan Senam Kesegaran Jasmani yang dilakukan

setiap hari jumat pukul 16.00 sampai 17.00 WIB di

depan Kantor Utama Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 3 Ceger.

Page 68: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

54

c. Kegitan Pencat Silat

Kegiatan ini dilakukan setiap hari rabu pada pukul 16.00

sampai dengan 18.00 WIB. Silat merupakan kegiatan

yang diwajibkan bagi anak-anak. Namun, beberapa anak

yang masuk sekolah siang hari tidak dapat mengikuti

kegiatan ini karena terbentur jadwal sekolah mereka.

Penyelenggaraan bimbingan fisik disesuaikan dengan

kondisi klien dan pelaksanaannya dipandu oleh instuktur

yang menguasai dibidangnya dan didampingi oleh

petugas panti.

2. Bimbingan Mental Spiritual

Bimbingan mental spiritual bertujuan untuk meningkatkan

keimanan klien dan menumbuhkan kebiasaan berperilaku

sesuai kaidah-kaidah keagamaan. Bimbingan mental spiritual

dilakukan dalam bentuk antara lain bimbingan-bimbingan

pengenalan cara-cara beribadah sesuai agama klien,

menumbuh kembangkan penghayatan dan pengamalan nilai,

norma-norma sosial dan keagamaan. Kegiatan bimbingan

mental spiritual ini dilakukan dengan cara ceramah,

permainan dan belajar. Penyelenggaraan bimbingan mental

spiritual dilakukan oleh rohaniawan yang menguasai kondisi

dan karakteristik klien dengan didampingi oleh pegawai.

Kegiatan bimbingan mental spiritual di Panti Sosial Asuhan

Anak Putra Utama 3 Ceger yang mayoritas beragama islam

dilaksanakan dalam bentuk kegiatan sholat berjamaah,

Page 69: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

55

pengajian dan yasinan. Kegiatan pengajian dilaksanakan

setiap hari senin dan kamis malam diawali dengan sholat isya

berjamaah kemudian dilanjutkan dengan siraman rohani dari

Ustadz atau guru agama setelah itu para anak asuh bersama-

sama membaca surat Yasin dan diakhiri dengan doa bersama.

Dengan kegiatan bimbingan spiritual tersebut diharapkan

dapat meningkatkan keimanan anak-anak kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

3. Bimbingan Pendidikan

Bimbingan pendidikan bertujuan untuk mengembangkan

aspek kognitif dan melatih kemandirian klien. Bimbingan

pendidikan dilakukan dalam bentuk pemberian kesempatan

untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah

Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK).

Untuk menunjang kegiatan pendidikan klien diberikan uang

SPP, uang transport, dan biaya penunjang pendidikan lainnya

dengan besaran jumlah yang ditentukan setiap tahun dengan

surat keputusan Kepala Panti serta memfasilitasi peralatan

permainan edukatif dan perpustakaan.

Bimbingan pendidikan yang dilaksanakan di Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger adalah dalam bentuk

kegiatan bimbingan belajar. Kegiatan ini dilaksanakan setiap

hari pukul 19.00 sampai dengan 21.00 WIB dan dilakukan di

Page 70: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

56

dalam kamar masing-masing. Kegiatan bimbingan belajar

bersama ini didampingi oleh pramu.

4. Bimbingan Kesenian

Bimbingan kesenian bertujuan untuk menyalurkan bakat,

minat, hobby, dan kreativitas klien dalam bidang kesenian.

Bimbingan kesenian dilakukan dalam bentuk kegiatan

marawis, angklung, band atau kegiatan kesenian lainnya.

Kegiatan bimbingan kesenian dipandu oleh tenaga instruktur

yang terlatih dengan pendekatan bimbingan anak-anak yang

komunikatif dan rekreatif.

Bimbingan kesenian yang dilaksanakan di Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger dalam bentuk kegiatan

sebagai berikut:

a. Kegiatan Seni Musik Angklung

Seni musik angklung dilaksanakan setiap hari senin

pukul 16.00 sampai dengan 17.00 WIB dan wajib diikuti

oleh anak-anak yang memiliki minat untuk belajar

angklung. Instruktur kegiatan ini didatangkan dari luar

yang memiliki keahlian di bidang seni musik angklung.

b. Kegiatan Musik Band

Kegiatan musik band diadakan setiap hari selasa pukul

16.00 sampai dengan 17.00 WIB bertempat di ruang

musik. Kegiatan ini cukup diminati oleh anak-anak

dikarenakan mayoritas klien yang sedang menginjak

masa remaja yang cenderung menyukai jenis musik

Page 71: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

57

band. Sehingga anak-anak menjadi lebih bersemangat

mengikuti kegiatan ini. Band dari Panti Sosial Asuhan

Anak Putra Utama 3 Ceger sering mengikuti festival-

festival yang diadakan baik di dalam maupun di luar

panti, dan tidak sedikit mereka sering menjadi juara

dalam lomba-lomba oord tersebut. Kegiatan band di hari

selasa diikuti oleh klien yang mendaftarkan diri pada

ekstrakurikuler band, disini mereka dilatih secara khusus

mengenai teknik-teknik bermain. Adapun bagi klien

yang lain yang hanya ingin bermain music diluar

ekstrakurikuler ini dapat menggunakan ruang musik

setiap harinya, karena setiap harinya ruang musik

tersebut dibuka untuk seluruh klien.

c. Kegiatan Marawis

Kegiatan marawis dilaksanakan setiap kamis malam

pukul 19.00 sampai dengan 20.00 WIB. Kegiatan ini

dilaksanakan diruang musik dan diikuti oleh anak-anak

yang memiliki minat di bidang marawis. Kegiatan

marawis dilatih oleh pelatih yang ahli dalam bidangnya.

Kegiatan ini dikoordinatori oleh salah satu klien yang

akan mengatur mulai dari pengambilan kunci ruangan

sampai persiapan kegiatan, serta koordinator inilah yang

akan menentukan klien yang akan mengikuti kegiatan di

luar seperti lomba atau menghadiri undangan, sehingga

setiap anak yang mengikuti marawis mendapatkan

kesempatan untuk tampil.

Page 72: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

58

5. Bimbingan Rekreasi

Bimbingan rekreasi bertujuan untuk memberikan proses

pembelajaran melalui pengenalan dunia luar dan kegiatan-

kegiatan lainnya yang menyenangkan klien. Bimbingan

rekreasi dilakukan di dalam panti dan di luar panti dalam

bentuk antara lain permainan dan hiburan dalam panti,

perjalanan mengunjungi tempat wisata, wisata sejarah dan

wisata alam. Penyelenggaraan bimbingan rekreasi

didampingi oleh petugas panti sosial. Bimbingan rekreasi

yang dilakukan melibatkan seluruh klien dan pegawai yang

ada di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger.

6. Bimbingan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Bimbingan aktifitas kehidupan sehari-hari bertujuan untuk

meningkatkan tanggung jawab klien dalam melaksanakan

aktivitas sehari-hari secara normatif. Bimbingan aktifitas

kehidupan sehari-hari dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan

Anak Putra Utama 3 Ceger dalam bentuk antara lain melatih

klien membersihkan diri dan lingkungannya sepeti menyapu

halaman setiap pagi dengan pembagian tempat yang telah

diatur dan disesuaikan dengan kemampuan anak,

membersihkan ruangan kamar masing-masing dan

melibatkan klien dalam menjaga keamanan dan kenyamanan

panti berdasarkan tata tertib yang telah dibuat dan disepakati

bersama. Penyelenggaraan bimbingan aktifitas kehidupan

sehari-hari dibimbing oleh petugas panti.

Page 73: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

59

Adapun kegiatan-kegiatan klien setiap harinya adalah sebagai

berikut :

Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan Anak PSAA

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger Tahun

Sumber: Data Profil PSAA Putra Utama 3 Tahun 2017

E. Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Panti Sosial

Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3. Sarana dan Prasarana PSAA 03 Ceger

No. Jenis Sarana Jumlah Peruntukan

1. Asrama 6 Ruang tidur anak asuh

No Hari Pukul Kegiatan

1 Senin 16.00-17.30 WIB

19.00-20.00 WIB

Kegiatan Angklung

Pembinaan Mental Spiritual

2 Selasa 16.00-17.30 WIB

Olah Vokal, Band,

Komputer, Pengajian

Alquran

3 Rabu 16.00-17.30 WIB Kegiatan Pencak Silat

4 Kamis 19.00-20.00 WIB

20.00-21.30 WIB

Pembinaan Mental Spiritual

Kegiatan Marawis/Hadroh

5 Jum’at 16.00-17.30 WIB Senam Kesegaran Jasmani,

Pengajian Iqro

6 Minggu 08.00-09.30 WIB Kegiatan Olah Raga Futsal

7 Rabu-Jum’at 19.00-21.00 WIB Bimbingan Belajar

Page 74: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

60

2. Ruang Dapur 2 Kegiatan masak memasak untuk

makan pegawai dan anak asuh

3. Rumah Dinas 4 Staf yang tinggal di dalam panti

4. Ruang Kantor 2 Sub Bag TU, Seksi, Staf dan

pramu

5. Ruang Gudang 3 Penyimpanan barang-barang

6. Ruang

Komputer/Ruang

Perpustakaan

1 Ruang belajar komputer dan

membaca anak asuh

7. Ruang Aula 1 Rapat dan pertemuan

8. MCK/Toilet 13 Mandi dan mencuci

9. Lapangan Olahraga 2 Kegiatan olahraga anak asuh

10. Musholla 1 Kegiatan Ibadah anak asuh

11. Halaman kebun 4 Bercocok tanam

12. Taman 4 Menanam bunga

13. Ruang asesmen 1 Kegiatan Asesmen

14. Ruang klinik 1 Pengecekan kesehatan anak asuh

15. Ruang makan 2 Kegiatan makan anak asuh

16. Ruang musik 1 Kegiatan main band, musik dan

angklung anak asuh

17. Tempat cuci pakaian 1 Mencuci pakaian

Page 75: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

61

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Resiliensi seseorang tidak bisa terbentuk dengan sendirinya.

Seseorang memiliki resiliensi berdasarkan dari 3 Aspek yaitu

Dukungan Eksternal (I Have), Kekuatan dalam diri (I Am), dan

Kemampuan Interpersonal (I Can).

Berdasarkan hasil temuan lapangan yang berupa wawancara

dan studi dokumentasi anak terlantar di Panti Sosial Asuhan

Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger dari Mei sampai dengan

Agustus 2019, berikut informasi yang telah didapat oleh peneliti.

A. Resiliensi Anak Terlantar Panti Sosial Asuhan Anak

(PSAA) Putra Utama 03 Ceger

1. Sumber Pembentukan Resiliensi

a. Dukungan Eksternal (I Have)

Sumber dukungan eksternal dapat dikatakan sebagai

ketahanan anak yang didapatkan dari lingkungan sekitar

meliputi : Mempercayai hubungan, Structure dan Rules,

Rolemodels, dan dorongan agar otonom.

- Mempercayai Hubungan

Sebagai manusia sosial, mempercayai hubungan adalah

salah satu aspek penting dalam kehidupan. Karena

dengan adanya hubungan, seseorang dapat meringankan

bebannya melalui cerita. Seperti yang dikatakan oleh

informan 1 berikut.

“Kalau orang yang dipercaya sih ada tapi cuma

sedikit, ada dua orang temen saya di panti.

Karena saya sering main bareng dan akhirnya suka

cerita sama mereka. Terus kalo menurut saya,

Page 76: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

62

mereka baik dan gak buli saya kaya anak-anak

lain. Jadi nyaman aja sama mereka. (Informan 1)

Hal ini juga dirasakan oleh informan 2 dengan kehadiran

teman sebaya di lingkungannya.

“Saya percaya sama beberapa temen saya disini.

Karena kita suka latihan silat bareng, jadinya

ngerasa lebih nyambung aja sama mereka dan

nyaman kalo cerita sama mereka.” (Informan 2)

Di sisi lain, tidak semua anak terlantar memiliki orang

yang dipercaya di panti asuhan seperti halnya informan 3.

“Saya gapunya temen disini mah, malah

kebanyakan saya gak suka sama mereka karena

saya di suruh-suruh terus sama temen disini. Jadi

saya lebih suka main sama temen di luar panti

sih.” (Informan 3)

Berdasarkan informasi diatas dapat dikatakan bahwa anak

terlantar memiliki sumber ketahanan dari hubungan yang

dipercaya dengan teman sekitar. Hal ini pun diperkuat

oleh pernyataan pengasuh N.

“Tapi kebanyakan cerita sama temennya lah. Kalo

sama pengasuh cuma sekedar ngeluh dan kita tetep

cari tahu kondisi anaknya.” (Pengasuh N)

Meskipun demikian, pengasuh tetap mencari tahu

mengenai kondisi anak-anak di PSAA.

- Struktur dan Aturan

Struktur dan aturan yaitu dimana seseorang memberikan

batasan dan aturan atas perilaku seseorang. Hal ini tampak

pada wawancara Pengasuh N dan Ibu Vivi:

Page 77: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

63

“yaa ada aja sih yang ngeluh bosen, capek, tapi

kita ingetin kalo disini tuh masih ada temen-temen

kalian, pengasuh yang peduli sama kalian. Jangan

bandel atau lari dari masalah kaya merokok, bolos

sekolah.” (Pengasuh N)

“Batasan dan aturan di panti pasti ada agar mereka

lebih disiplin. Namun kami juga tetap

mengingatkan kepada anak-anak bahwa kami

adalah orang tua pengganti kalian.” (Ibu Vivi)

Ketiga informan pun merasakan bahwa pengasuh adalah

orang yang selalu memberi sturktur dan aturan. Seperti

penuturan berikut:

“Ada ya pengasuh yang biasanya kasih aturan. Di

panti dikasih tau sama pengasuh jangan merokok,

jangan suka bolos. Nanti berpengaruh gitu buat

masa depan saya, makanya saya patuh.” (Informan

1)

“Ya jelas disini semuanya termasuk selalu kasih

aturan dan batasan supaya hidup kita lebih disiplin

gitu ka, dan gak jadi anak yang bandel. Kaya saya

kan suka gak pake baju tuh, nah dimarahin sama

pengasuh. Mungkin baik kali ya niatnya, biar gak

masuk angin dan malu.” (Informan 2)

“Di panti mah kan emang pasti ada yang ngatur ya

pengasuh. Makanya kadang saya suka kesel

karena banyak larangan ini itu. Semuanya kaya

yang dilarang, kadang saya suka keluar panti kaya

main warnet karena saya pengen diluar panti aja

lebih nyaman aja gak ada yang ngatur.” (Informan

3)

Hal ini diperkuat oleh kutipan Ibu Gura :

“Kita selalu memberikan batasan atau aturan.

Tidak lupa juga kita memberikan motivasi dan

dukungan apabila anak membutuhkannya.

Contohnya ya kalau anak asuh bingung mau lanjut

kemana setelah lulus, kami selalu memberikan

arahan. (Ibu Gura)

Page 78: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

64

Pengasuh adalah orang yang selalu memberikan batasan

dan aturan agar anak terpantau dan tetap dalam arahan

panti.

- Rolemodels

Rolemodel yaitu orang yang menunjukkan bagaimana

cara melakukan sesuatu yang baik dan benar. Dalam hal

ini semua komponen di panti dapat berperan sebagai

rolemodel seperti yang dikatakan oleh Pekerja Sosial

berikut:

“Secara tidak langsung ya peran kita disini sebagai

orangtua pengganti untuk mereka. Kita harus

memberikan contoh yang baik pada anak-anak

disini” (Ibu Gura)

Selain itu peran tersebut dirasakan oleh dua anak. Berikut

penuturannya:

“Ada sih pengasuh yang baik banget kaya ngajarin

saya hal-hal yang baik kaya cara bicaranya lemah

lembut dan beliau selalu dengerin saya. Beliau

pengasuh kamar saya dulunya, tapi meskipun udah

bukan pengasuh kamar, beliau masih suka tanya

saya, pokoknya deket kaya ibu sendiri. Saya

kepengen jadi kaya beliau.” (Informan 1)

“Ada sih pengasuh yang ngasih tau cara makan

yang baik itu di meja makan.” (Informan 2)

Pengasuh menjadi contoh yang baik dalam kehidupan

sehari-hari anak terlantar dengan cara mengarahkan anak

dan anakpun mengikuti contoh baik. Adapun salah satu

Page 79: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

65

anak yang merasa bahwa pengasuh bukan peran baik

untuk dirinya. Seperti kutipan berikut:

“Tapi saya gak deket sama pengasuh, karena saya

ngerasanya jauh aja dan pengasuh kamar kan

ganti-ganti, jadi gabisa deket aja gitu. Mau

curhatpun sungkan karena orang dewasa, takut

dimarahin juga.” (Informan 3)

- Dorongan agar menjadi otonom

Dalam hal dorongan agar menjadi mandiri, pengasuh dan

teman berperan dalam hal ini. Terlihat pada kutipan :

“Saya bisa sih menghadapi buli itu sendiri. Tapi

kalo kesulitan dan udah parah banget ya ada

pengasuh, dan temen saya. Mereka selalu jadi

tempat saya buat cerita dan mendorong saya buat

menghadapi itu semua.” (Informan 1)

“Kalo ada apa apa lakuin sendiri. Tapi dikasih tau

sama temen silat, kalo ada apa apa ya cerita aja

sama mereka” (Informan 2)

“Pernah dikasih tau sih sama temen, mending

selesain dulu kalo ada masalah, baru cerita sama

orang panti kalo gasanggup.” (Informan 3)

Hal ini diperkuat dengan pernyataan pengasuh, beberapa

informan juga lebih terbuka dengan bercerita mengenai

hal yang mengganggunya dan mampu mencari bantuan

sendiri. Hal ini terlihat dalam wawancara dalam pengasuh

“Disini pada jarang cerita, yang tertutup mah

cerita tapi gak 100%, kebanyakan cerita sama

teman seumurannya lah gitu. Tapi kita tetep tanya

mereka pelan pelan, ya ada apa gitu. Nanti juga

terbuka sendiri.” (Pengasuh N)

Page 80: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

66

b. Kekuatan Diri (I Am)

- Perasaan dicintai dan menarik

Perasaan dicintai dan menarik dapat membuat informan

merasa kuat dan bersyukur seperti yang Informan 1 dan 2

katakan :

“Selama saya tinggal dipanti saya merasa cukup

disukai sama temen temen saya. Meskipun saya

agak cengeng dan itu menjadi alesan saya dibuli.

Saya ingin terus menjadi anak yang baik karena

saya suka membantu, tidak melakukan hal-hal

negatif kaya bolos sekolah. Saya melakukan itu

supaya bisa disukai dan kasih contoh baik.”

(Informan 1)

“Awalnya sulit, gapunya temen main, gaada orang

tua. Saya suka bertanya-tanya, tapi lama lama

terbiasa ka hidup kaya gini. Meskipun pengasuh

dan temen bukan keluarga kandung saya, tapi saya

merasa cukup di sayang sama mereka soalnya

mereka baik sama saya, makanya saya bersyukur.”

(Informan 2)

Kedua informan merasa bahwa lingkungan sekitarnya

mencintai dirinya meskipun dengan cara yang berbeda

beda. Namun bagi Informan 3 merasa bahwa mereka

kurang dicintai dan menarik bagi orang sekitarnya, berikut

kutipannya:

“Kadang masih susah sih ka buat nerima saya

gapunya orang tua, keingetan. Saya sih merasa

kalau saya itu tidak disukai karena nakal, males,

bandel, terus saya suka isengin temen-temen

disini, suka di marahin sama pengasuh karena

kadang saya ke warnet terus, atau lakuin apa gitu

yang ngelanggar aturan panti. Saya sadar sih saya

Page 81: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

67

kurang disukai, tapi pengen berubah sedikit-sedikit

buat diri saya. Sebenernya saya begitu supaya

dapet perhatian dari orang sekitar saya.” (Informan

3)

Meskipun informan 3 mengatakan mereka kurang dicintai

dan kurang menarik, karena merasa membutuhkan

perhatian lebih. Ia tetap berusaha untuk berubah agar

dicintai dan menarik bagi orang sekitar dan dirinya.

- Mencintai, Empati dan Altruistik

Ketiga Informan memiliki kesamaan yaitu mereka

mencintai, empati dan altruistik. Berikut adalah

kutipannya

“Kalau sama orang lain ya saya baik kak.

Misalnya nanti dia minta tolong, pasti saya bantu.

Kalo gabisa bantu, ya dengerin aja doang gitu ka.”

(Informan 1)

“Kalo ada yang pengen curhat atau minta tolong

ya saya dengerin sama bantuin, kan disini kaya

keluarga.” (Informan 2)

“Saya tolongin kak meskipun ga deket, ya ga enak

aja kalo gak nolongin..” (Informan 3)

Di dalam panti asuhan mereka hidup berdampingan,

ketiganya merasa harus berkewajiban untuk mencintai,

empati, dan altruistik dengan teman-temannya.

- Bangga pada diri sendiri

Kebanggan meliputi pencapaian atas apa yang sudah

mereka lakukan. Bagi informan 1 dan 2 mereka bangga

Page 82: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

68

terhadap dirinya sendiri. Seperti kutipan wawancara

berikut :

“Saya merasa disukai karena saya masih memiliki

teman dan pengasuh yang baik sama saya,

meskipun hanya sedikit” (Informan 1)

“Saya kadang bangga juga sama diri saya sedikit

demi sedikit, udah bisa berperstasi kaya ikut

lomba silat, lakuin aktifitas kaya nyuci itu udah

bisa. Saya banyak temen disini.” (Informan 2)

Sedangkan bagi informan 3 ia memiliki stigma negatif

pada dirinya dan tidak bangga karena merasa bahwa ia

masih melakukan hal buruk pada dirinya sendiri. Berikut

kutipannya:

“Sejauh ini kurang bangga sama diri saya, karena

saya merasa masih kurang baik dan masih

melakukan hal-hal negatif. Selain itu disinin saya

gak punya temen deket” (Informan 3)

Menurut Ibu Gura, anak-anak di PSAA memiliki

pandangan yang berbeda-beda terhadap diri. Seperti pada

pernyataan berikut :

“Bermacam-macam sih, ada yang memandang

dirinya positif dan bangga pada dirinya sehingga

mereka bersyukur. Namun ada juga yang

memandang dirinya negatif. Kita harus selalu

bangun kepribadian mereka menjadi lebih positif.”

- Mandiri dan bertanggung jawab

Selain dapat melakukan kegiatan secara mandiri, anak

terlantar mampu melakukan fungsi sosialnya dengan baik.

Seperti peran sosial sebagai anak sekolah mampu

Page 83: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

69

informan 1 dan 2 kerjakan tanpa pikiran negatif. Hal ini

terlihat pada kutipan:

“Saya selalu pikir dulu sebelum buat keputusan.

Kaya misalnya ambil keputusan buat masa depan.

Orang panti kasih pilihan saya harus sekolah

disini, karena saya pengen sukses ya berarti

keputusan saya harus rajin belajarnya.” (Informan

1)

“dari setiap pengalaman hidup dari panti ke panti

kali ya saya jadi bisa nentuin sesuatu kaya

misalnya saya pilih ikut silat. Itu buat diri saya

sendiri dan tau resikonya.” (Informan 2)

Sedangkan informan 3 belum bisa bertanggung jawab dan

mandiri, karena ia masih terbawa oleh lingkungan di

sekitarnya. Seperti pada hasil wawancara berikut:

“Lingkungan saya banyak yang ngerokok bolos,

lain-lain. Akhirnya saya kebawa karena ya mereka

semua kaya gitu” (Informan 3)

Meskipun informan 3 melakukan kesalahan, ia sudah

menyadari kekurangan yang ada pada dirinya.

Permasalahan yang dialami oleh informan 3, terjadi juga

oleh beberapa anak di PSAA seperti yang dikatakan ibu

gura berikut :

“Mereka kan remaja, jadi ada beberapa yang

melakukan kenakalan remaja seperti merokok,

bolos sekolah, dan lainnya.” (Ibu Gura)

- Harapan, keyakinan, dan kepercayaan

Dengan kondisinya yang yatim piatu dan masalah lain,

mereka percaya, yakin dan memiliki harapan bahwa

semuanya akan baik-baik saja. Seperti yang informan 1

katakan pada kutipan :

Page 84: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

70

“Kalo kata guru ngaji saya, kita berdoa aja sama

allah biar semua baik baik aja. Dan ya semua

alhamdulillah jadi lebih mudah ka.” (Informan 1)

Kekuatan itupun terdapat pada diri Informan 2, seperti

pada kalimat berikut:

“Saya bersyukur banget keadaan saya saat ini

meskipun gapunya orang tua. Itu kan semua

kehendak allah, berarti saya bisa lewatin itu

semua. Kalo bisa mah nanti jadi yang pribadi lebih

baik lagi ka.” (Informan 2)

“Ya pengennya saya jadi orang sukses dan yakin

kalo saya bisa jadi orang sukses. Doa aja sama

allah sm usaha” (Informan 3)

Dengan kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri

membuat anak terlantar percaya pada diri dalam

menghadapi kesulitan. Mereka tidak menyerah dan

berputus asa melainkan mencari celah dengan kelebihan

yang ada pada diri mereka.

c. Kemampuan Interpersonal (I Can)

- Komunikasi

Kedua informan yaitu informan 1 dan informan 2

memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Hal ini

terlihat pada kutipan:

“Kalo emang kepikiran soal orang tua atau dibully,

pokoknya tiap ada masalah saya diem, atau bicara

ke dua orang itu atau pengasuh tapi sekilas aja dan

liat situasi mereka dulu.” (Informan 1)

Page 85: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

71

Informan 1 tidak menceritakan secara detail terhadap

masalahnya, ia tetap mampu mencari pertolongan dengan

cara berbagi keluh kesahnya kepada teman atau pengasuh.

Sedangkan informan 2 memiliki cara serupa dengan

informan 1. Seperti pada kutipan berikut :

“Tergantung masalahnya kak, kalo misalnya soal

gaada orang tua ya saya pendem sendiri. Kalo

masalahnya cuma gara-gara sekolah, kesel sama

pengasuh, ya saya cerita ke temen temen silat.”

(Informan 2)

Kedua informan tersebut pun punya kesamaan yaitu

mereka mampu mendengarkan apa yang orang lain

katakan meski dalam masalah seperti kutipan berikut:

“tapi sekilas aja dan liat situasi mereka dulu. Terus

kalo saya cerita ke mereka dengerin, terus bilang

sabar dan berdoa aja ka. Ya pokoknya nenangin”

(Informan 1)

“Habis itu dikasih saran, ya jadi lebih paham aja

harus gimana. Dan abis itu jadi lebih lega juga sih”

(Informan 2)

Informan 3 merasa bahwa ia tidak bisa

mengkomunikasikan masalahnya pada siapapun. Hal ini

didapat dalam kalimat :

“Kalo ada masalah biasanya saya pendem, terus

nanti juga lupa sama masalahnya. Kaya misalnya

saya suka kepikiran tentang orang tua, mau cari

perhatian sama pengasuh tapi kan gak deket dan

seringnya dimarahin. Jadi saya bingung, makanya

suka lampiasin kaya ke hal hal negatif kaya keluar

panti gitu biar lupa.” (Informan 3)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh pengasuh N:

“Disini anak-anaknya ya ada yang terbuka dan

tertutup. Kalo tertutup ya enggak cerita sama

Page 86: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

72

sekali. Tapi kita selalu coba untuk dekati dan

akhirnya terbuka sedikit demi sedikit lah”

(Pengasuh N)

- Pemecahan Masalah

Dalam hal memecahkan masalah, informan 1 dan 2

memilih untuk mencari jalan keluar dengan cara

mendengarkan saran dari orang lain dam mencoba

berpikir jernih. Hal ini tampak pada kutipan :

“Kalo ada masalah biasanya saya banyak berdoa

dulu, terus minta saran dari temen cari jalan keluar

yang tepat. Kaya misalnya saya di buli, kata temen

saya hindarin orang itu, dan terus kata pengasuh

“jangan didenger kalo dibully” perbaiki

kekurangan yang ada di diri saya” (Informan 1)

“Kalo kata orang ka, gaada manusia yang

terbebas dari masalah. Meskipun kondisinya kaya

gini, saya masih kepengen jadi orang sukses buat

diri. Kalo misalnya keingetan sama orang tua, saya

mikir lagi temen2 saya disini banyak yang senasib

dan sama kaya saya. Jadi paling cuma sedih

sebentar habis itu biasa lagi deh..” (Informan 2)

Berbeda dengan informan 3 yang tertutup apabila

memiliki masalah dan memilih untuk memendam

masalahnya. Seperti pada kutipan :

“Kalo ada masalah saya biasanya ya pendem

sendiri, terus nanti juga lupa sama masalahnya.

Kaya misalnya saya suka kepikiran tentang orang

tua, tp saya bawa aktifitas aja biar lupa” (Informan

3)

- Mengelola berbagai perasaan dan rangsangan

Dalam menghadapi suatu masalah, tidak mudah bagi

individu dalam mengelola berbagai perasaan dan

Page 87: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

73

rangsangan. Bagi informan 1 dan 2 mereka masih bisa

mengatasi perasaan dan rangsangan tersebut karena itu

adalah tanggung jawab mereka.

“Kalo saya sedang sedih, atau marah biasanya

diem, terus tarik nafas nyoba supaya mikir jernih.”

(Informan 1)

“Saya kalo lagi kesel atau keingetan masalah ya

saya tarik nafas dalam-dalam biar gak emosi dan

lampiasin ke orang lain.” (Informan 2)

Namun bagi informan 3 dalam menghadapi situasi yang

sulit, tidaklah mudah dalam mengontrol dirinya. Seperti

pada kutipan berikut :

“Saya agak sulit ngatur emosi dan pikiran saya ka.

Kalo kesel saya kurang bisa kontrol pikiran saya

kurang bisa sampein ke orang kenapa saya kesel,

makanya kadang saya ngebentak-bentak..”

(Informan 3)

- Mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain

Informan 1 tau bagaimana ia mengukur temperamen

dirinya meskipun saat ada masalah. Hal ini terlihat dalam

pernyataan:

“Kira kira saya pantas gak buat marah. Kalo saya

ga kuat, saya nangis paling kalo lagi sendiri. Gak

sampe main tangan atau rebut sama anak yang

bersangkutan.” (Informan 1)

Di sisi lain, jika informan 2 tidak menemukan orang untuk

berbagi dengan orang lain, ia menemukan cara lain agar

tidak melakukan ke tindakan negatif. Seperti cara berikut :

“kalo udah mentok banget dan gabisa cerita, ya

saya cuma diem dan baca novel. Supaya enggak

Page 88: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

74

kepikiran dan melakukan aneh-aneh kaya marah-

marah.” (Informan 2)

Berbeda dengan informan 3 yang mudah terbawa emosi

dan ke sulitan mengatur temperamennya. Hal ini tampak

pada kalimat :

“Kalo ada masalah saya biasanya ya pendem

sendiri, dan akhirnya malah ngelampiasin ke orang

lain. Kaya marah-marah ke temen saya atau adik

kelas disini. Atau bahkan saya keluar panti buat ke

warnet lepas stress.” (Informan 3)

Namun ketiga informan memiliki kesamaan mengenai

mengukur temperamen orang lain, mereka tau kapan

waktu yang tepat untuk berbicara dengan orang lain.

Seperti pada kalimat berikut :

“saya biasanya liat-liat dulu, ini orang bisa diajak

ngobrol gak ya” (Informan 1)

“Kalo ke orang lain, ya pasti kan semua orang

gamungkin keadaannya sama, kalo gabisa cerita

ya saya diem.” (Informan 2)

“biasanya kalo lagi main bareng, itu enak buat

ngobrol atau main ka” (Informan 3)

- Mencari hubungan yang dipercaya

Dalam menangani suatu masalah, mereka dapat

menemukan hubungan yang dipercaya ketika mereka

mengalami masalah. Seperti terlihat dalam kutipan :

“Saya kalau ada masalah saya cerita dulu sama

allah, habis itu baru cari teman saya deh.”

(Informan 1)

“Kalau sulit banget ya saya minta tolong sama

pengasuh, kaya masalah kebutuhan sekolah. Saya

jarang sih kalo cari orang lain pas cerita, saya

Page 89: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

75

pendem dulu biasanya. Kalo gakuat baru cerita ke

temen silat itu.” (Informan 2)

“Ya sekiranya gak sanggup, ya saya minta tolong

sama pengasuh. Kaya umpamanya urusan sekolah,

saya cerita langsung ke pengasuh” (Informan 3)

B. Program yang mempengaruhi resiliensi anak terlantar

Pada Bab II halaman 28 dijelaskan bahwa organisasi

pelayanan sosial utamanya adalah untuk melindungi,

memelihara atau meningkatkan kesejahteraan pribadi

individu-individu.

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Ceger

merupakan lembaga yang terbentuk atas dasar Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang

memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial

berupa perawatan, pengasuhan dan pembinaan bagi anak-

anak yang mengalami masalah sosial seperti anak negara,

anak yatim, anak piatu, anak yatim piatu, dhuafa, dan korban

perceraian.

Dalam panti asuhan terdapat beberapa program yang terdiri

dari beberapa kegiatan agar anak di PSAA memiliki potensi

dalam dirinya (Ibu Gura). Tujuan dari kegiatan disini agar

anak-anak memiliki kemampuan di suatu bidang atau

membantu mereka mengisi kegiatan harian dengan hal yang

bermanfaat (Ibu Vivi)

Page 90: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

76

1. Pencat Silat

Pencat Silat ini bertujuan agar anak memiliki ketahanan

fisik yang kuat dan memiliki kebersamaan satu sama

lainnya. Hal ini dijelaskan oleh ketua Panti dan Ibu

Gura:

“Kalo disini pencat silatnya bagus, anak-anak

sering mengikuti lomba. Mereka jadi sehat, dan

memiliki keakraban dengan cara silat ini” (Ibu

Vivi)

“Bimbingan fisik nya juga ngaruh misalnya silat,

mereka kan bisa melepas emosi ke arah yang

positif.” (Ibu Gura)

Hal ini pun dirasakan oleh salah satu informan yang

merasa bahwa silat membuat ia memiliki teman dekat.

Seperti pada penuturan informan 2:

“Saya paling seneng ikut silat, karena saya suka

kegiatan yang pake tenaga fisik gitu, makanya

jalaninnya enjoy. Saya ikut silat udah lama sih.

Terus memang gak semua anak ikut pencat silat.

Gara gara sering latihan silat bareng, kita jadi

dekat (Informan 2)

2. Mengaji

Selain bimbingan fisik, perihal spiritual tidak kalah

penting. Karena kedekatan manusia dengan Allah itu

diutamakan. Seperti yang dikatakan oleh pekerja sosial

berikut:

“Disini kita wajibkan mereka untuk mengaji

dengan guru ngaji di malam jumat. Itu membantu

mereka sadar bahwa mereka memiliki allah disisi

mereka.” (Ibu Gura)

Page 91: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

77

Dengan hadirnya Allah melalui kegiatan mengaji, ketiga

informan merasa bahwa mereka lebih bersyukur. Hal ini

juga terlihat dalam kutipan:

“Guru ngaji saya selalu kasih tau, walaupun

keadaannya sulit semua kehendak allah. Makanya

saya bisa kuat.” (Informan 1)

“Terus kalo lagi ngaji sih, ngerasa gak sendiri,

banyak temen-temen dan lebih tenang ternyata”

(Informan 2)

“Guru ngaji suka kasih tau kisah-kisah nabi, kasih

tau sejarah gitu. Dan itu bikin saya sadar banyak

hikmah dibalik hidup yang sulit gaada orang tua

gini ka” (Informan 3)

Kegiatan mengaji Al-Qur’an ini bertujuan untuk

menumbuhkan motivasi pada anak terlantar. Si dalam

ayat-ayat al Quran yang dibahas dapat memberikan

motivasi serta pencerahan bagi yang mendengarkan.

Melalui ayat al-Qur’an ini anak dibina untuk tetap

bersyukur dengan kondisi yang ada dan berbuat baik pada

kehidupan mereka.

Keberhasilan kegiatan mengaji dapat terlihat oleh

informasi yang dilihat dari para informan. Mereka

merasakan manfaat mengaji dan menjadikannya sebagai

sumber untuk bertahan meskipun keadaan yang mereka

hadapi sulit.

3. Pembinaan Kamar

Pembinaan Kamar adalah salah satu kegiatan tidak

formal dari PSAA dimana kegiatan ini akan diisi dengan

cara berkomunikasi antara anak dengan pengasuh.

Page 92: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

78

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kedekatan

anak dengan pengasuh kamar. Berikut penjelasan dari

peksos :

“Kalau disini setiap kamar punya pengasuh yang

bertanggung jawab. Biasanya masing-masih punya

waktunya sendiri untuk melakukan pembinaan bisa

sebulan satu kali, atau bahkan sebulan dua kali.

Harapannya agar anak merasakan perhatian dari kita

para pengasuh.” (Ibu Gura)

Adapun manfaat yang dirasakan oleh anak-anak di PSAA

seperti ia merasa senang diperhatikan oleh pengasuh.

Seperti pada kutipan berikut :

“Iya ada pembinaan gitu sama pengasuh kamar, ya

sebulan sekali biasanya. Dan kegiatannya ngobrol

soal gimana disekolah, gimana kabar kita. Jadinya

ngerasa di perhatiin gitu.” (Informan 2)

“Kalo pengasuh kamar saya enak ngobrolnya suka

bahas cara mengatasi masalah bagaimana. Kaya

misalnya biar gak di bully caranya gimana. Saya

jadi merasa dekat sama beliau. Merasa bahwa

beliau seperti orang tua saya sendiri.” (Informan 1)

“Iya disini ada pembinaan kamar gitu, tapi saya

jarang ikut kak, kecuali kalo ada yang saya

butuhin buat sekolah. Karena menurut saya ya

ngobrol aja. (Informan 3)

Masing-masing anak merasakan manfaat dari kegiatan

tersebut. Mereka merasa bahwa hadirnya pengasuh dapat

membuat mereka merasakan keberadaan orang tua

pengganti dan merasakan kasih sayang.

Page 93: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

79

BAB V

PEMBAHASAN

Dari penjelasan bab sebelumnya pada teori Grotberg, dapat

dilihat bahwa sumber pembentukan resiliensi terbagi menjadi tiga

yaitu; Dukungan Eksternal (I Have), Kekuatan dalam diri (I Am),

dan Kemampuan Interpersonal (I Can). Berikut hasil analisa

temuan lapangan mengenai resiliensi pada anak terlantar di

PSAA 03 Ceger Jakarta Timur.

A. Resiliensi Anak Terlantar Panti Sosial Asuhan Anak

(PSAA) Putra Utama 03 Ceger

Berdasarkan hasil penelitian tentang resiliensi anak

terlantar, peneliti menemukan data, bahwa beberapa anak

terlantar di PSAA mampu bertahan dalam kesulitan.

Sebagaimana dijelaskan oleh Edith Grotberg pada BAB II

halaman 15 seseorang yang resilien memiliki kapasitas

untuk mencegah, meminimalkan atau mengatasi dampak

buruk dari kesulitan hidupnya.

Beberapa anak terlantar berhasil mencegah,

meminimalkan atau mengatasi kesulitan dalam hidupnya.

Ini menunjukkan bahwa individu telah memiliki

kemampuan untuk bertahan. Kemampuan bertahan anak

terlantar diperoleh dari 3 sumber yaitu, Dukungan

eksternal, kekuatan dalam diri, dan kemampuan

interpersonal.

1. Sumber Pembentukan Resiliensi

a. Dukungan Eksternal (I Have)

Pada dukungan eksternal merupakan suatu fondasi pada

resiliensi seorang anak sebelum anak mengetahui siapa

dirinya (I Am), dan apa yang bisa dilakukannya (I Can)

Page 94: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

80

(lihat pada bab II, h.18). Dukungan eksternal terbagi

menjadi beberapa bagian yaitu :

Mempercayai Hubungan (trusting relationship)

Dalam mempercayai hubungan ditandai dengan

kehangatan dan hubungan saling percaya antara anak

antar anak, pengasuh dan anak. Dukungan saling

percaya membantu mengembangkan resiliensi (lihat

pada bab II, h.18). Berdasarkan hasil wawancara yang

penulis lakukan dengan informan bahwa, teman

menjadi tempat pertama apabila anak ingin

mencurahkan permasalahannya. Untuk informan 1

percaya pada teman sekitar yaitu kedua temannya dan

pengasuh. Sedangkan untuk informan 2, percaya

kepada teman silatnya. Berbeda dengan kedua

informan, informan 3 merasa tidak memiliki orang

yang dipercaya karena trauma terhadap perilaku

teman-temannya (lihat pada bab IV, h.60). Dapat

disimpulkan bahwa pengasuh dan teman selalu

terbuka kepada anak di PSAA apabila anak-anak

mengalami kesulitan dalam hidup mereka.

Struktur dan Aturan

Struktur dan aturan dapat membantu anak agar tetap

berada dalam pengawasan orang dewasa. Hal ini

membuat anak mengetahui kapan untuk berhenti

sebelum ada masalah (lihat pada bab II, h.19)

Sejalan dengan hasil wawancara, yang telah dilakukan

ketiga informan bahwa memiliki orang yang

Page 95: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

81

memberikan sturktur dan aturan di dalam PSAA 03

Ceger yaitu pengasuh. Dalam tindakan keseharian,

mereka diberikan aturan agar informan memiliki sikap

displin dan tetap berada dalam aturan seperti tempat

mereka makan, cara mereka berpakaian, dan larangan

untuk melakukan hal negatif seperti merokok, bolos

sekolah (lihat pada bab IV, h.62). Dapat disimpulkan

struktur dan Aturan ini membuat anak-anak di PSAA

03 Ceger lebih berhati hati terhadap tindakan yang

membahayakan atau menyulitkannya karena adanya

peran pengasuh pada struktur dan aturan tersebut.

Rolemodels

Setiap individu setidaknya membutuhkan rolemodel

agar memiliki pedoman hidup yang terarah.

Rolemodels ini meliputi orang yang menunjukkan

bagaimana melakukan hal yang benar (lihat pada bab

II, h.19). Berdasarkan hasil wawancara yang telah

dilakukan peneliti, bagi kedua informan merasa bahwa

pengasuh menjadi rolemodels seperti memberikan

contoh yang baik bagi informan dengan cara dalam

kegiatan sehari-hari menunjukkan perilaku yang baik

sehingga anak-anak mengikuti. Sedangkan informan

ketiga informan tidak merasakan peran dari pengasuh

(lihat pada bab IV, h.63). Dapat disimpulkan

meskipun mereka tinggal di panti asuhan dan tidak

memiliki orang tua, ada anak yang mendapatkan

contoh baik melalui pengasuh. Hal ini akan

Page 96: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

82

memperkuat resiliensi anak karena memiliki sosok

positif dalam hidupnya.

Dorongan agar menjadi otonom

Dorongan agar menjadi mandiri ini di tandai dengan

ada orang yang mendorong untuk berani melakukan

sesuatu sendiri dan mencari pertolongan ketika

dibutuhkan (lihat pada bab II, h.20). Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan, pengasuh dan teman

memberikan dorongan dan pertolongan saat infroman

1 mengalami pembulian. Selain itu pengasuh

memberikan dorongan saat anak-anak PSAA sedang

malas. Disisi lain, bagi informan 2 teman sekitar juga

membantu mereka menjadi lebih terbuka terhadap

permasalahannya. Bagi informan 3 pengasuh ikut

andil dalam meningkatkan kemandiriannya. Namun

teman merupakan dorongan paling mendominasi (lihat

pada bab IV, h.64). Hal dapat disimpulkan bahwa

teman sekitar dapat mampu membuat anak-anak di

PSAA menjadi lebih mandiri dan mencari pertolongan

apabila mereka dalam kesulitan.

Pada penelitian ini terlihat bahwa dukungan sosial di

lingkungan tempat tinggal mereka yaitu panti asuhan

dan teman sebaya, memainkan peranan besar terhadap

perkembangan resiliensi anak. Munculnya dukungan

dari dalam panti asuhan dan sistem yang baik

membuat ketiga informan memelihara dan

Page 97: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

83

mengembangkan kekuatan diri untuk mampu bertahan

dari resiko buruk ketika banyak tekanan.

b. Kekuatan Diri (I Am)

Kekuatan Diri merupakan suatu kemampuan internal dan

pribadi anak. Hal ini termasuk pada perasaan, sikap, dan

kepercayaan dalam diri anak (lihat pada bab II, h.20).

Kekuatan diri terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

Perasaan dicintai dan menarik

Perasaan dicintai dan menarik meliputi keyakinan

yang dimiliki pada diri sendiri bahwa dirinya adalah

individu yang dapat disukai dan dicintai (lihat pada

bab II, h. 19). Hal ini sejalan yang dialami oleh kedua

informan, mereka merasa dicintai dan disayangi oleh

orang sekitarnya. Adapun anak yang merasa kurang

dicintai, mereka tetap berusaha untuk berubah agar

diri mereka merasa dicintai dan menarik untuk dirinya

dan orang sekitarnya (lihat pada bab IV, h. 65). Dapat

disimpulkan bahwa ketika seorang anak mengalami

kesulitan dalam hidupnya, perasaan dicintai dan

menarik ini akan meminimalisir pikiran-pikiran

negatif terhadap diri mereka.

Mencintai, Empati, dan Altruistik

Dalam hal mencintai, empati, dan altruistik anak akan

cinta pada orang lain dan mengekspresikannya dengan

berbagai cara. Anak akan membantu orang lain atau

memberikan kenyamanan ketika mereka sedang dalam

Page 98: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

84

kesulitan (lihat pada bab II, h. 19). Berdasarkan hasil

wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti,

informan memiliki kesamaan mencintai dan altruistik,

saat ketiganya dimintai pertolongan mereka akan siap

membantu dan menjadi pendengar yang baik. (lihat

pada bab IV, h. 66). Dapat disimpulkan bahwa ketiga

informan sangat empati, mencintai, dan altruistik pada

orang sekitarnya meskipun mereka sedang sama sama

memiliki kesulitan, mereka tetap saling membantu

satu sama dengan yang lainnya.

Bangga pada diri sendiri

Pada hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti

menunjukkan bahwa informan sudah bangga terhadap

dirinya. Untuk informan 1 ia bangga terhadap dirinya

karena dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara

teratur dan mandiri. Sedangkan untuk informan 2, ia

bangga karena prestasi yang telah didapatkan (lihat

pada bab IV, h.67). Berbeda dengan informan 3,

merasa tidak bangga terhadap dirinya karena masih

melakukan hal negatif seperti suka keluar panti asuhan

untuk pergi ke warnet, bolos. Namun tetap merasa

bangga bisa melalui hidupnya. Hal ini sesuai dengan

teori yaitu anak menyadari bahwa mereka adalah

pribadi yang penting dan membanggakan. (lihat pada

bab II, h.21). Dapat disimpulkan bahwa ketiga

informan bangga terhadap dirinya sendiri karena

prestasi dan apa yang dilakukannya.

Page 99: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

85

Mandiri dan bertanggung jawab

Pada hasil wawancara yang dilakukan, kedua

informan sudah bisa mandiri dan bertanggung jawab.

Pada informan 1 bisa mengambil keputusan dan

tanggung jawab atas pilihan sekolahnya. Sedangkan

informan 2 bisa bertanggung jawab dan mandiri setiap

pilihan hidupnya yang baik. Hal ini sesuai dengan

teori anak dapat melakukan sesuatu dengan caranya

sendiri, dan dapat bertanggung jawab pada

tindakannya. Anak akan mengerti batasan, kontrol,

dan memiliki jati diri. (lihat pada teori bab II, h.21).

Berbeda dengan informan 3 yang tidak bisa

bertanggung jawab dan mandiri karena terbawa oleh

lingkungan luar panti. (lihat pada bab IV, h.68). Dapat

disimpulkan bahwa kedua informan dapat mandiri dan

bertanggung jawab atas keputusan terkait dengan

masa depan dan kegiatan sehari-hari. Sedangkan

informan yang lain kurang mandiri dan bertanggung

jawab sehingga informan memiliki kurang memiliki

kontrol diri.

Harapan, keyakinan, dan kepercayaan

Hal ini meliputi percaya bahwa ada harapan bagi

mereka. Individu mengetahui perasaan benar dan

salah dan mengekspresikan kepercayaannya pada

Tuhan (lihat pada bab II, h. 22). Pada hasil wawancara

yang telah dilakukan ketiga informan memiliki

harapan, keyakinan, dan kepercayaan. Pada informan

Page 100: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

86

1, ia banyak berdoa dan mengaji agar semua berjalan

dengan baik. Sedangkan pada informan 2 dan 3, ia

selalu bersyukur atas keadaannya saat ini. (lihat pada

bab IV, h. 69). Dapat disimpulkan bahwa ketiga

informan tetap memiliki harapan, keyakinan, dan

kepercayaan dengan percaya atas kehadiran allah dan

bersyukur.

Ketiga informan tinggal di panti asuhan, mereka

melakukan segala sesuatunya sendiri. Mereka tumbuh

menjadi remaja yang mandiri dan berani menerima

konsekuensi atau resiko atas perbuatan mereka. Ketiga

informan memiliki kesamaan dalam hal kepercayaan.

Mereka percaya bahwa Allah ikut andil dalam

kehidupan mereka sehari-hari dan membuat mereka

dapat melalui keadaan mereka saat ini. Perbedannya

adalah ada informan yang belum bisa mandiri dan

tanggung jawab terhadap perilakunya.

c. Kemampuan Interpersonal (I Can)

Faktor kemampuan Interpersonal (I Can) dibangun

dengan cara berinteraksi dengan orang lain, memecahkan

masalah, mengatur tingkah laku, serta mendapatkan

bantuan saat membutuhkan (lihat pada bab II, h.22).

Komunikasi

Dalam hal komunikasi, individu dapat

mengekspresikan dan perasaannya kepada orang lain,

serta dapat mendengarkan apa yang dikatakan orang

Page 101: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

87

lain, dan dapat merasakan perasaan orang lain (lihat

pada bab II, h.22). Berdasarkan hasil wawancara yang

telah dilakukan peneliti, terdapat dua informan yang

memiliki kemampuan untuk berkomunikasi. Informan

1 melakukan komunikasi pada teman atau pengasuh

saat mengalami pembulian dan mendapatkan masalah.

Sedangkan untuk informan 2 tidak jauh berbeda

dengan informan 1 dimana informan 2 melakukan

komunikasi dengan teman saja. Berbeda dengan

informan 3 yang tidak bisa berkomunikasi dengan

orang sekitarnya (lihat pada bab IV, h.70) Dapat

disimpulkan bahwa dua dari tiga informan bisa

berkomunikasi ketika dalam masa sulit.

Pemecahan Masalah

Individu dapat menilai masalah yang menimpanya,

penyebab munculnya masalah dan mengetahui

bagaimana cara memecahkannya. Selain itu individu

mempunyai kemampuan untuk bertahan dengan suatu

masalah hingga masalah tersebut dapat terselesaikan.

(lihat pada bab II, h.22). Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara yang telah dilakukan peneliti bahwa,

dalam menghadapi masalah untuk informan 1, dalam

menghadapi pembulian ia menghindari orang yang

bersangkutan serta memperbaiki kekurangannya.

Sedangkan untuk informan 2 lebih fokus untuk

mencari jalan keluargnya dengan tenang. Sedangkan

Untuk informan 3, ia memilih untuk tetap memendam

Page 102: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

88

dan tidak menyelesaikan masalahnya (lihat pada bab

IV, h.71) Dapat disimpulkan bahwa dalam

menghadapi masalah ketiganya memiliki strategi

pemecahan masalah yang berbeda-beda.

Mengelola perasaan dan rangsangan

Individu dapat mengetahui apa yang dirasakan, dan

mengekspresikannya dalam kata-kata dan perilaku

yang baik dan benar kepada orang lain atau kepada

diri sendiri. Individu juga dapat mengatur pikiran

ataupun pikiran-pikiran negatif (lihat pada bab II,

h.23). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bahwa

untuk informan 1 menenangkan diri dengan menarik

nafas ketika sedang sedih atau marah. Sedangkan

dengan informan 2 tidak jauh berbeda dengan

informan 1, yaitu dengan menarik nafas saat sedang

kesal. Di sisi lain informan 3 kurang bisa mengatur

perasaan dan rangsangannya yang mengakibatkan ia

melampiaskan emosinya pada orang lain (lihat pada

bab IV, h.72). Dapat disimpulkan bahwa kedua

informan memiliki cara yang sama dalam mengelola

perasaan dan rangsangan ketika sedang dalam

kesulitan. Dan informan lainnya tidak bisa mengelola

perasaan dan rangsangan ketika sedang ada masalah.

Mengukur temperamen diri dan orang lain

Anak memiliki pengetahuan tentang temperamennya

sendiri. Hal ini dapat membantu anak untuk

mengetahui seberapa cepat untuk bertindak, berapa

Page 103: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

89

banyak waktu yang dibutuhkan untuk berkomunikasi,

dan bagaimana dia dapat menangani berbagai situasi

(lihat pada bab II, h.23). Hal ini dapat terlihat dari

hasil wawancara, untuk informan 1 ia memilih untuk

menangis. Sedangkan untuk informan 2 jika ia tidak

menemukan orang untuk berbagi, ia akan

mengalihkan temperamennya dengan cara membaca

novel. Berbeda dengan informan 3 yang menjadi

agresif dalam masa sulit (lihat pada bab IV, h.78).

Dapat disimpulkan bahwa kedua informan memiliki

kegiatan yang berbeda untuk mengatur

temperamennya. Sedangkan informan 3 sulit untuk

mengatur temperamennya sendiri.

Mencari hubungan yang dipercaya

Anak dapat menemukan seseorang seperti : orang tua,

guru, orang dewasa lain, atau teman sebaya untuk

meminta bantuan seperti berbagi perasaan dan

kesedihan, untuk mencari tahu cara menyelesaikan

masalah pribadi dan antar pribadi, atau mendiskusikan

konflik dalam keluarganya (lihat pada bab II, h.23).

Berdasarkan hasil wawancara, untuk informan 1

mencurahkan isi hatinya kepada allah, teman, dan

pengasuh. Sedangkan untuk informan 2 akan meminta

pertolongan pada temannya. Tidak jauh berbeda

dengan informan 1, informan 2 dan 3 akan mencari

pertolongan terkait sekolah kepada pengasuh (lihat

pada bab IV, h.73). Dapat disimpulkan bahwa mereka

Page 104: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

90

memiliki orang yang dapat membantunya disaat

mereka kesulitan.

B. Program yang Mempengaruhi Resiliensi Anak

Terlantar

Telah dijelaskan bahwa organisasi pelayanan sosial

utamanya adalah untuk melindungi, memelihara atau

meningkatkan kesejahteraan pribadi individu-individu

(lihat pada Bab II, h.32) Menurut Ibu Gura, dalam panti

asuhan terdapat beberapa program yang terdiri dari

beberapa kegiatan agar anak di PSAA memiliki potensi

dalam dirinya. Tujuannya ya agar anak-anak memiliki

kemampuan di suatu bidang, atau membantu mereka

mengisi kegiatannya dengan yang bermanfaat (lihat pada

bab IV, h.75).

1. Pencat Silat

Pencat Silat ini bertujuan agar anak memiliki ketahanan

fisik yang kuat dan memiliki kebersamaan satu sama

lainnya. Berdasarkan hasil wawancara bahwa, informan 2

merasakan manfaat dari pencat silat yaitu memiliki

kedekatan antara anak lainnya. Selain itu berdasarkan

hasil studi dokumentasi yaitu, bahwa kegiatan silat

membutuhkan komunikasi dua arah untuk kelancaran

kegiatan tersebut. Maka dari itu terjadi lah kedekatan

antara satu anak dengan anak yang lainnya. (lihat pada

bab IV, h.75). Dapat disimpulkan bahwa pencat silat ini

Page 105: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

91

memiliki manfaat sebagai ketahanan fisik dan juga

menjalin kedekatan antar anak.

2. Mengaji

Selain bimbingan fisik, perihal spiritual tidak kalah

penting. Karena kedekatan manusia dengan Allah itu

diutamakan. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara

ketiga informan yaitu, informan 1 merasa bahwa dalam

keadaan sulit ia merasa bahwa kesulitan adalah kehendak

allah. Sedangkan untuk informan 2 merasa bahwa dengan

mengaji bersama ia merasa dekat dengan teman-

temannya. Sedangkan informan 3 mengatakan bahwa

melalui kisah nabi dari guru mengaji membuat ia tersadar

bahwa ada hikmah di balik setiap ujian (lihat pada bab IV,

h.76). Dapat disimpulkan bahwa kegiatan mengaji

merupakan salah satu yang membuat anak resilien karena

membuat anak dekat dengan Allah.

3. Pembinaan Kamar

Pembinaan Kamar adalah salah satu kegiatan tidak formal

dari PSAA dimana kegiatan ini akan diisi dengan cara

berkomunikasi antara anak dengan pengasuh. Kegiatan ini

bertujuan untuk meningkatkan kedekatan anak dengan

pengasuh kamar. Berdasarkan hasil wawancara yang telah

peneliti lakukan, untuk informan 2 pembinaan kamar

berbicara mengenai sekolah dan kabar anak-anak. Sama

seperti informan 2, informan 1 mendapatkan pembinaan

kamar melalui obrolan terkait cara mengatasi pembulian.

Untuk informan 3 tidak jauh berbeda dengan kedua

Page 106: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

92

informan diatas, informan 3 mendapatkan pembinaan

kamar melalui obrolan seputar kebutuhan sekolah (lihat

pada bab IV, h.77). Dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya pembinaan kamar dapat membantu mendekatkan

anak dengan pengasuh.

Page 107: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

93

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat dua dari tiga anak

yang dapat dikatakan resilien meskipun mereka mengalami

berbagai tekanan dalam hidupnya. Kedua informan memiliki

dukungan eksternal yang kuat dari teman-teman dan

pengasuh. Akan tetapi, ada satu anak yang tidak memiliki

sumber dukungan dari figur-figur tersebut. Persamaan dalam

sumber I Have, ketiga informan memiliki pengasuh sebagai

orang yang memberti aturan dan batasan, rolemodels, dan

juga mereka memiliki dorongan untuk menjadi otonom dari

pengasuh dan temannya.

Sumber kekuatan dalam diri yang mendukung

pembentukan resiliensi yaitu gambaran diri yang positif

terlihat dari karakteristik yang bervariasi pada tiap informan.

Adapun anak yang tidak memiliki gambaran diri yang positif,

ia tetap berusaha untuk menjadi positif. Selain itu, semua

informan merupakan pribadi yang memiliki harapan dan

keyakinan pada Allah swt.

Kemudian sumber kemampuan interpersonal yang ada

pada semua informan yaitu, kemampuan mengatasi masalah

dengan cara yang berbeda-beda. Terdapat dua informan yang

bisa mengelola perasaaan dan mengukur temperamen diri,

dan mencari hubungan yang dipercaya jika ada masalah.

Adapun anak yang sulit untuk mengelola perasaan,

temperamen dirinya, dan tidak memiliki hubungan yang

Page 108: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

94

dipercaya, sehingga ia melakukan hal negatif seperti

merokok, keluar dari panti asuhan sebagai pelampiasannya.

B. Saran

1. Bagi Pihak Panti Asuhan

Bagi pihak panti asuhan yang merawat anak

terlantar diharapkan agar dapat memerikan dukungan

sosial, dan pengasuhan yang baik. Karena berdasarkan

penelitian, dapat dilihat bahwa adanya dukungan yang

ditandai dengan kehangatan dan kasih sayang dari

orang-orang sekitar individu akan membantu

mengembangkan resiliensi anak.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini menjelaskan bagaimana resiliensi

anak terlantar melalui tiga sumber resiliensi, maka

peneliti selanjutnya sebaiknya dapat meneliti

bagaimana resiliensi pada komunitas atau lembaga

lain dengan subyek yang lebih bervariasi.

Page 109: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

95

DAFTAR PUSTAKA

A. SUMBER BUKU

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kualittif.

Jakarta: Prenada Media Group

Coleman, J and Hendery, L. 1999. The Nature of

Adolescence. London: Routledge

Costin, Lela B. 1979. Child Welfare Policies and

Parctices. United States: McGraw-Hill.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif

Teori&Praktik. Cetakan Pertma. Jakarta: Bumi

Aksara.

Harris, John and White, Vicky. 2013. A Dictionary of

Social Work and Social Care. Oxford University

Press.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitin Kualitatif

untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba

Humanika.

Karen, Reivich and Andrew, Shatte. 2002. The Resilience

Factor 7 Essential Skills for Overcoming life’s

Inevtable Obstacles, United States.

Soehartono, Irawan. 2011. Metode Penelitian Sosial.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif.

Bandung: CV. Alfabeta.

Page 110: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

96

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta:

Kencana Pranada Media Grup.

B. SUMBER SKRIPSI

Napitupulu, Cahaya, Afriani. Resiliensi Remaja Yatim

Piatu di Panti Asuhan Mardi Siwi Kalasan

Yogyakarta. Skripsi S1 Fakultas Psikologi.

Universitas Sanata Dharma.

C. SUMBER JURNAL

Grotberg, Edith,. 1995. A Guide to Promoting Resilience

in Children: Strengthening the Human Spirit.

Bernard van Leer Foundation

Hasenfeld, Yaheskel, Ed. 1992. Human Service as

Complex Organizations. Newbury Park, Sage

Publications.

Howard, Dubowitz. 2000. Handbook for Child Practice.

Sage Publications

M Kathryn, Connor and Jonathan Davidson. 2003.

Development of A New Resilience scale: The

Connor-Davidson Resilience Scale CD-RISC).

North California: Wiley-Liss, Inc.

Pediatri, Sari. 2010. Adolescent Development

(Perkembangan Remaja). Jakarta: Departemen

Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Cipto

Mangunkusumo

Siebert, A. 2005. The Resiliency Advantage: Master

Change, Thrive Under Pressure and Bounce

Page 111: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

97

Back from Setback. San Fransisco: Berret-

Koehler.

Tugade, M.M and Fredickson, B.L. 2004. Resilient

Individuals Use Positive Emotion to Bounce Back

from Negative Emotional Experiences.

Van Hook Mary. 2008. Social Work Practice with

Families: A Resiliency-Based Approach. Chicgo:

Lyceum Books.

Yasin, Min Ghulam, and Iqbal Najma. 2013. Resilience,

Self Esteem and Delinquent Tendencies among

Orphan and Non-Orphan Adolescents.

Yu,X., and Zhang, J. 2007. Factor Analysis and

Psychometric Evaluation of Connor-Davidson

Resilience Scale (CD-RISC) with Chinese

People.

D. SUMBER UNDANG-UNDANG

Undang-Undang No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak.

Undang-Undang Pasal 34 Ayat 1 Tahun 1945 tentang

fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh

Negara

Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang perilndungan

anak

E. WEBSITE

Kusuma, Febriyatri, Edward. “Mensos: Ada 4,1 Juta Anak

Terlantar di Indonesia.” diakses 12 April 2019

Page 112: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

98

dari

http://news.detik.com/berita/2916183/mensos-

ada-41-juta-anak-terlantar-di-indonesia

American Academy of Child and Adolescent Psychiatry

Foster Care. diakses pada 28 Mei 2019 dari

https://www.aacap.org/AACAP/Families_and_Y

outh/Facts_for_Families/FFF-Guide/Foster-Care-

064.aspx

F. Sumber Dokumentasi

Arsip Dokumen Profil Milik Panti Sosial Asuhan Anak

(PSAA) Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur

G. Hasil Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Vivi Kafilatuljannah selaku

Kepala Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama

03 Ceger, Jakarta 13 Mei 2018.

Wawancara Pribadi dengan ibu Gura Susana selaku

Pekerja Sosial Panti Sosial Asuhan Anak Putra

Utama 03 Ceger, Jakarta 13 Mei 2019.

Wawancara Pribadi dengan ibu Nani selaku Pengasuh

Panti Sosial Asuhan Putra Utama 03 Ceger,

Jakarta 14 Mei 2019.

Wawancara Pribadi dengan Informan 1 selaku anak

terlantar Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama

03 Ceger, Jakarta 21 Mei 2019.

Page 113: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

99

Wawancara Pribadi dengan Informan 2 selaku anak

terlantar Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama

03 Ceger, Jakarta 22 Mei 2019.

Wawancara Pribadi dengan informan 3 selaku anak

terlantar Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama

03 Ceger, Jakarta 23 Mei 2019.

Page 114: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 115: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan
Page 116: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan
Page 117: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan
Page 118: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan
Page 119: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan
Page 120: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan
Page 121: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan
Page 122: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KETUA PANTI

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tanggal Wawancara : 21 Mei 2019

2. Lokasi Wawancara : Kantor

B. Identitas Informan

1. Nama : Vivi Kafilatuljannah, M.Si

2. Jabatan : Ketua Panti Sosial Asuhan Anak

(PSAA)

C. Isi Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana sejarah

berdirinya panti

asuhan?

Sejarahnya dulu panti ini tempat

untuk orang-orang kusta. Lalu

akhirnya di Tahun 1996 panti

ini diganti menjadi panti sosial

anak karena banyak masyarakat

tuh yang gak setuju kalau

dijadikan tempat kusta.

2. Bagaimana aturan dan

batasan yang berlaku di

PSAA?

Batasan dan aturan di panti

pasti ada, namun kami juga

tetap mengingatkan kepada

anak-anak bahwa kami adalah

orang tua pengganti kalian.

3. Kegiatan apa saja yang

diberikan oleh PSAA?

Kegiatan yang diberikan oleh

PSAA banyak sekali, mulai dari

bimbingan fisik, bimbingan

mental spiritual, bimbigan seni,

bimbingan aktifitas sehari-hari.

Setiap bimbingan ada

Page 123: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

kegiatannya masing-masing

4. Apakah tujuan dari

kegiatan yang diberikan

oleh PSAA?

Tujuannya ya agar anak-anak

memiliki kemampuan di suatu

bidang, atau membantu mereka

mengisi kegiatannya dengan

yang bermanfaat

5. Bagaimana Panti Sosial

Asuhan Anak (PSAA)

Putra Utama 03

mengembangkan

Resiliensi (ketahanan)

anak?

Sebenarnya setiap anak sudah

memiliki resiliensi masing-

masing, kami membantu untuk

mengembangkan resiliensi anak

dengan cara membimbing

mereka disini dengan beberapa

kegiatan disini seperti

bimbingan spiritualnya.

6. Apa saja program yang

mempengaruhi

resiliensi di PSAA?

Menurut saya tidak ada

program atau kegiatan secara

khusus untuk pengembangan

resiliensi anak anak. Setiap

program ataupun kegiatan disini

dapat berpengaruh pada

resiliensi anak.

Page 124: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PEGAWAI

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tanggal Wawancara : 21 Mei 2019

2. Lokasi Wawancara : Depan Kamar

B. Identitas Informan

1. Nama : Gura Susana

Waittalong, S.Sos

2. Jabatan : Pekerja Sosial

C. Isi Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana latar

belakang anak-anak di

PSAA?

Ada Anak yatim, piatu, dan

yatim piatu adalah seorang anak

yang tidak memiliki Ayah, tidak

memiliki Ibu, dan tidak memiliki

Ayah dan Ibu. Lalu ada anak

dhuafa adalah yang berasal dari

keluarga tidak/kurang mampu.

Kemudian Anak negara adalah

anak tidak diketahui latar

belakang keluarganya sehingga

anak tersebut hidup dari panti ke

panti atau berdasarkan rujukan

panti ke panti. Dan yang terakhir

Page 125: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

anak yang menjadi korban

tindak kekerasan atau anak yang

diperlakukan salah dengan

seperti sering mendapat

perlakuan kasar dan tindakan

yang berakibat secara fisik

dan/atau psikologi

2. Bagaimana latar

belakang 1, 2, dan 3?

Mereka semua merupakan anak

Negara, yaitu anak yang tidak

memiliki keluarga sejak bayi dan

hidupnya dari panti ke panti.

3. Bagaimana pandangan

anak PSAA terhadap

dirinya sendiri?

Bermacam-macam sih, ada yang

memandang dirinya positif dan

bangga pada dirinya sehingga

mereka bersyukur. Namun ada

juga yang memandang dirinya

negatif. Kita harus selalu bangun

kepribadian mereka menjadi

lebih positif.

4. Bagaimana gambaran

permasalahan anak di

PSAA?

Mereka kan remaja, jadi tidak

sedikit yang melakukan

kenakalan remaja seperti

merokok, bolos sekolah, dan

lainnya.

5. Bagaimana peran

PSAA terhadap

permasalahan anak di

Ketika anak memiliki masalah,

ya pasti langsung kita tangani.

Page 126: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

PSAA?

Tapi tergantung

permasalahannya juga, apakah

kompleks atau biasa. Kalau yang

biasa akan kita berikan

bimbingan konseling. Kalau

agak rumit masalahnya ya pasti

di obrolin sm semua pegawai

untuk cari jalan keluarnya.

6. Bagaimana peran

PSAA dalam

meningkatkan

resiliensi?

Panti memberikan peran kepada

anak anak secara tidak langsung,

melalui pengasuh. Secara tidak

langsung ya peran kita disini

sebagai orangtua pengganti

untuk mereka. Kita selalu

memberikan batasan atau aturan.

Tidak lupa juga kita memberikan

motivasi dan dukungan apabila

anak membutuhkannya.

Contohnya ya kalau anak asuh

bingung mau lanjut kemana

setelah lulus, kami selalu

memberikan arahan.

7. Apakah ada kegiatan

yang mendukung

resiliensi?

Kalau untuk di psaa ya semua

kegiatan bisa mengembangkan

resiliensi anak. Bimbingan fisik

nya juga ngaruh misalnya silat,

mereka kan bisa melepas emosi

ke arah yang positif. Selain itu

disini kita wajibkan mereka

untuk mengaji dengan guru ngaji

di malam jumat. Itu membantu

mereka sadar bahwa mereka

memiliki allah disisi mereka.

Kalau disini setiap kamar punya

pengasuh yang bertanggung

jawab. Biasanya masing-masih

Page 127: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

punya waktunya sendiri untuk

melakukan pembinaan bisa

sebulan satu kali, atau bahkan

sebulan dua kali. Harapannya

agar anak merasakan perhatian

dari kita para pengasuh.

Page 128: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PEGAWAI

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tanggal Wawancara : 21 Mei 2019

2. Lokasi Wawancara : Depan Dapur

B. Identitas Informan

1. Nama : Nani Priyono

C. Isi Wawancara

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana latar belakang

anak di PSAA?

Latar belakangnya macam-

macam. Ada yang yatim, piatu,

terlantar (gapunya orang tua),

yang kurang mampu, sama

korban perceraian.

2. Bagaimana latar belakang

1, 2, dan 3?

Kalau ketiga orang itu ya gak

punya orang tua dari bayi. Jadi

hidupnya dari panti ke panti.

2. Bagaimana pengasuhan

yang diterapkan pada anak-

anak panti?

Di PSAA sendiri terdapat aturan

sendiri. Kaya misalnya harus

makan di ruang makan. Terus

kalo misalnya mereka mau lulus,

kita selalu kasih motivasi agar

mereka mau lanjut kerja, kuliah,

Page 129: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

atau mau lanjut kemana gitu.

Tapi ya tidak semua anak patuh

dan mendengarkan. Jadi balik ke

anak itu masing-masing, kita

sudah kasih arahan, dan

motivasi gitu dan tidak

memaksa.

3. Bagaimana pandangan ibu

terhadap anak-anak

terlantar disini?

Kebanyakan anak terlantar disini

memiliki kepribadian yang

tertutup. Kaya yang susah gitu

kalo ngomongin masalahnya.

Kalau 1 orangnya dia selalu

diem meskipun di bully. Dia

kalau ada masalah gapernah

melampiaskan ke orang lain. Dia

lebih banyak diam. Tapi kadang

dia cerita sekilas kalau sudah

terus-terusan diganggu, paling

dia cuma ngomong "saya

dikerjain mulu bu". Nah disitu

deh saya baru kasih nasehat buat

1. Saya seneng sama 1, soalnya

nurut lah anaknya.

3 itu jahil anaknya. Dia suka

membuat masalah sama anak

lain. Mungkin itu cara dia

mencari perhatian kalo menurut

saya mah. Tapi pengasuh selalu

kasih nasihat untuk jangan jahil,

tapi tetep aja kelakuannya gitu.

Dia agak susah mengontrol

emosinya kalo lagi ada masalah.

Ntah marah-marah, atau malah

main warnet.

Page 130: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

Sedangkan kalau 2 itu agak

pendiam anaknya. Sama kaya 3

jarang ngomong sama pengasuh.

Mereka berdua gak mau dekat

sama pengasuh jadinya susah.

Kalau bedanya 2 sama 3, 3

punya temen kalo misalnya dia

ada masalah biasanya cerita ke

temen silatnya. Kalau 3 diam aja

dan lebih seneng lampiasin ke

hal lain.

Semua anak disini yaa ada aja

sih yang ngeluh bosen, capek,

tapi kita ingetin kalo disini tuh

masih ada temen-temen kalian,

pengasuh yang peduli sama

kalian. Disini anak-anaknya ya

ada yang terbuka dan tertutup.

Kalo tertutup ya enggak cerita

sama sekali. Pada jarang cerita,

yang tertutup mah cerita tapi gak

100%, kebanyakan cerita sama

teman seumurannya lah gitu.

Tapi kita tetep tanya mereka

pelan pelan, ya ada apa gitu.

Nanti juga terbuka sendiri.

4. Bagaimana peran pengasuh

terhadap anak-anak di

PSAA?

Kalau menurut saya ya

sebenernya peran pengasuh

penting sekali, karena kan

harusnya menjadi orang tua

pengganti gitulah buat mereka.

Tapi kebanyakan cerita sama

temennya lah. Kalo sama

pengasuh cuma sekedar ngeluh

dan kitapun denger dari anak

lain, bukan orang yang

Page 131: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

bersangkutan. Para pengasuh

sudah cukup dekat, tapi gak

berlebihan juga. Udah kaya anak

sendiri lah gitu.

5. Apa suka Duka mengurus

anak-anak di PSAA?

Suka nya anak anak kalau

misalnya lagi pada libur,

sukarelawan bantu saya untuk

melakukan ini itu tanpa disuruh.

Dukanya ya, gak semua anak

bisa di kontrol, ada aja yang

dilakuin tapi ya masih kenakalan

remaja biasa.

Page 132: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

TRANSKIP WAWANCARA

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tanggal Wawancara : 21 Mei 2019

2. Lokasi Wawancara : Mushola PSAA

B. Identitas Informan

1. Nama : Informan 1

2. Usia : 17 Tahun

3. Jenjang Pendidikan : SMA

C. Isi Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana awal

cerita anda bisa

berada disini?

Saya dari bayi udah hidup di

panti kak. Pertamadi PSA

Bayi, terus klender, habis itu di

PSAA sini deh.

2. Bagaimana kamu

percaya dengan

orang sekitar kamu?

Kalau orang yang dipercaya sih

ada tapi cuma sedikit, ada dua

orang temen saya di panti.

Karena saya sering main

bareng dan akhirnya suka

cerita sama mereka. Terus kalo

menurut saya, mereka baik dan

gak buli saya kaya anak-anak

lain. Jadi nyaman aja sama

mereka.

Page 133: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

3. Bagaimana jika ada

seseorang yang

memberi

batasan/aturan atas

perilaku kamu?

Ada ya pengasuh yang

biasanya kasih aturan. Di panti

dikasih tau sama pengasuh

jangan merokok, jangan suka

bolos. Nanti berpengaruh gitu

buat masa depan saya,

makanya saya patuh.

4. Bagaimana kamu

melihat orang-orang

disekitar kamu?

Ada sih pengasuh yang baik

banget kaya ngajarin saya hal-

hal yang baik kaya cara

bicaranya lemah lembut dan

beliau selalu dengerin saya.

Beliau pengasuh kamar saya

dulunya, tapi meskipun udah

bukan pengasuh kamar, beliau

masih suka tanya saya,

pokoknya deket kaya ibu

sendiri. Saya kepengen jadi

kaya beliau.

5. Bagaimana kamu

dapat menjadi

pribadi yang

mandiri?

Saya bisa sih menghadapi buli

itu sendiri. Tapi kalo kesulitan

dan udah parah banget ya ada

pengasuh, dan temen saya.

Mereka selalu jadi tempat saya

buat cerita dan mendorong

saya buat menghadapi itu

Page 134: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

semua.

6. Bagaimana cara

kamu menerima diri

kamu saat ini?

Selama saya tinggal dipanti

saya merasa cukup disukai

sama temen temen saya.

Meskipun saya agak cengeng

dan itu menjadi alesan saya

dibuli. Saya ingin terus

menjadi anak yang baik karena

saya suka membantu, tidak

melakukan hal-hal negatif kaya

bolos sekolah. Saya melakukan

itu supaya bisa disukai dan

kasih contoh baik.

7. Bagaimana jika ada

seseorang yang

meminta pertolongan

kepada kamu?

Kalau sama orang lain ya saya

baik kak. Misalnya nanti dia

minta tolong, pasti saya bantu.

Kalo gabisa bantu, ya dengerin

aja doang gitu ka.

8. Bagaimana

pandangan kamu

terhadap diri kamu

sendiri?

Saya merasa disukai karena

saya masih memiliki teman dan

pengasuh yang baik sama saya,

meskipun hanya sedikit

9. Bagaimana cara

kamu mengambil

keputusan?

Saya selalu pikir dulu sebelum

buat keputusan. Kaya misalnya

ambil keputusan buat masa

Page 135: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

depan. Orang panti kasih

pilihan saya harus sekolah

disini, karena saya pengen

sukses ya berarti keputusan

saya harus rajin belajarnya.

10. Bagaimana

pandangan kamu

terhadap masa depan

dan kepercayaan?

Kalo kata guru ngaji saya, kita

berdoa aja sama allah biar

semua baik baik aja. Dan ya

semua alhamdulillah jadi lebih

mudah ka.

11. Bagaimana cara

kamu berinteraksi

dengan orang

disekitar?

Kalo emang kepikiran soal

orang tua atau dibully,

pokoknya tiap ada masalah

saya diem, atau bicara ke dua

orang itu atau pengasuh tapi

sekilas aja dan liat situasi

mereka dulu. Terus kalo saya

cerita, mereka dengerin, terus

bilang sabar dan berdoa aja ka.

Ya pokoknya nenangin.

12. Bagaimana cara

kamu menyelesaikan

masalah?

Kalo ada masalah biasanya

saya banyak berdoa dulu, terus

minta saran dari temen cari

jalan keluar yang tepat. Kaya

misalnya saya di buli, kata

temen saya hindarin orang itu,

Page 136: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

dan terus kata pengasuh

“jangan didenger kalo dibully”

perbaiki kekurangan yang ada

di diri saya

13. Bagaimana cara anda

mengelola mengatur

perasaan anda?

Kalo saya sedang sedih, atau

marah biasanya diem, terus

tarik nafas nyoba supaya mikir

jernih.

14. Bagaimana cara anda

mengatur

temperamen diri

anda dan orang lain?

Kira kira saya pantas gak buat

marah. Kalo saya ga kuat, saya

nangis paling kalo lagi sendiri.

Gak sampe main tangan atau

rebut sama anak yang

bersangkutan. Kalo mau cerita

ke orang lain, saya biasanya

liat-liat dulu, ini orang bisa

diajak ngobrol gak ya

15. Bagaimana cara anda

mencari hubungan

ketika anda dalam

masalah?

Saya kalau ada masalah saya

cerita dulu sama allah, habis itu

baru cari teman saya deh.

16. Bagaimana pendapat

anda mengenai

kegiatan di PSAA?

Saya sukanya mengaji aja sih

kak. Guru ngaji saya selalu

kasih tau, walaupun

keadaannya sulit semua

kehendak allah. Makanya saya

bisa kuat. Ada juga pembinaan

Page 137: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

kamar ya kalo pengasuh kamar

saya enak ngobrolnya, saya

jadi merasa dekat sama beliau.

Merasa bahwa beliau seperti

orang tua saya sendiri.

Page 138: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

TRANSKIP WAWANCARA

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tanggal Wawancara : 22 Mei 2019

2. Lokasi Wawancara : Mushola PSAA

B. Identitas Informan

3. Nama : Informan 2

4. Usia : 17 Tahun

5. Jenjang Pendidikan : SMA

C. Isi Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana awal

cerita anda bisa

berada disini?

Saya dari balita udah

hidup dari ke panti tanpa

orang tua ka. Pertama tuh

di PSAA bayi, abis itu

klender, abis itu ya disini

PSAA Ceger.

2. Bagaimana kamu

percaya dengan

orang sekitar kamu?

Saya percaya sama

beberapa temen saya

disini. Karena kita suka

latihan silat bareng,

jadinya ngerasa lebih

nyambung aja sama

mereka dan nyaman kalo

cerita sama mereka.

Page 139: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

3. Bagaimana jika ada

seseorang yang

memberi

batasan/aturan atas

perilaku kamu?

Ya jelas disini semuanya

termasuk selalu kasih

aturan dan batasan supaya

hidup kita lebih disiplin

gitu ka, dan gak jadi anak

yang bandel. Kaya saya

kan suka gak pake baju

tuh, nah dimarahin sama

pengasuh. Mungkin baik

kali ya niatnya, biar gak

masuk angin dan malu.

4. Bagaimana kamu

melihat orang-orang

disekitar kamu?

Kalau orang-orang

disekitar saya baik, tapi

saya kurang perhatiin

mereka. Tapi, ada sih

pengasuh yang ngasih tau

cara makan yang baik itu

di meja makan.

5. Bagaimana kamu

dapat menjadi

pribadi yang

mandiri?

Kalo ada apa apa lakuin

sendiri. Tapi dikasih tau

sama temen silat, kalo ada

apa apa ya cerita aja sama

mereka.

6. Bagaimana cara

kamu menerima diri

kamu saat ini?

Awalnya sulit, gapunya

temen main, gaada orang

tua. Saya suka bertanya-

Page 140: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

tanya, tapi lama lama

terbiasa ka hidup kaya

gini. Meskipun pengasuh

dan temen bukan keluarga

kandung saya, tapi saya

merasa cukup di sayang

sama mereka soalnya

mereka baik sama saya,

makanya saya bersyukur.

7. Bagaimana jika ada

seseorang yang

meminta pertolongan

kepada kamu?

Kalo ada yang pengen

curhat atau minta tolong

ya saya dengerin sama

bantuin, kan disini kaya

keluarga.

8. Bagaimana

pandangan kamu

terhadap diri kamu

sendiri?

Saya kadang bangga juga

sama diri saya sedikit demi

sedikit, udah bisa

berperstasi kaya ikut

lomba silat, lakuin aktifitas

kaya nyuci itu udah bisa.

Saya banyak temen disini.

9. Bagaimana cara

kamu mengambil

keputusan?

Dari setiap pengalaman

hidup dari panti ke panti

kali ya saya jadi bisa

nentuin sesuatu kaya

misalnya saya pilih ikut

Page 141: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

silat. Itu buat diri saya

sendiri dan tau resikonya

10. Bagaimana

pandangan kamu

terhadap masa

depan?

Saya bersyukur banget

keadaan saya saat ini, ya

meskipun gapunya orang

tua. Itu kan semua

kehendak allah, berarti

saya bisa lewatin itu

semua. Kalo bisa mah

nanti jadi yang pribadi

lebih baik lagi ka.

11. Bagaimana cara

kamu berinteraksi

dengan orang

disekitar?

Tergantung masalahnya

kak, kalo misalnya soal

gaada orang tua ya saya

pendem sendiri. Kalo

masalahnya cuma gara-

gara sekolah, kesel sama

pengasuh, ya saya cerita ke

temen temen silat. Habis

itu dikasih saran, ya jadi

lebih paham aja harus

gimana. Dan abis itu jadi

lebih lega juga sih

12. Bagaimana cara

kamu menyelesaikan

masalah?

Kalo kata orang ka, gaada

manusia yang terbebas

dari masalah. Meskipun

Page 142: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

kondisinya kaya gini, saya

masih kepengen jadi orang

sukses buat diri Kalo

misalnya keingetan sama

orang tua, saya mikir lagi

temen2 saya disini banyak

yang senasib dan sama

kaya saya. Jadi paling

cuma sedih sebentar habis

itu biasa lagi deh.

13. Bagaimana cara anda

mengelola mengatur

perasaan anda?

Saya kalo lagi kesel atau

keingetan masalah ya saya

tarik nafas dalam-dalam

biar gak emosi dan

lampiasin ke orang lain

14. Bagaimana cara anda

mengatur

temperamen diri

anda dan orang lain?

kalo udah mentok banget

dan gabisa cerita, ya saya

cuma diem dan baca novel.

Supaya enggak kepikiran

dan melakukan aneh-aneh

kaya marah-marah. Kalo

ke orang lain, ya pasti kan

semua orang gamungkin

keadaannya sama, kalo

gabisa cerita ya saya diem.

Page 143: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

15. Bagaimana cara anda

mencari orang lain

ketika anda dalam

masalah?

Kalau sulit banget ya saya

minta tolong sama

pengasuh, kaya masalah

kebutuhan sekolah. Saya

jarang sih kalo cari orang

lain pas cerita, saya

pendem dulu biasanya.

Kalo gakuat baru cerita ke

temen silat itu, baru

pengasuh.

16. Bagaimana pendapat

anda mengenai

kegiatan di PSAA?

Saya paling seneng ikut

silat, karena saya suka

kegiatan yang pake tenaga

fisik gitu, makanya

jalaninnya enjoy. Saya ikut

silat udah lama sih. Terus

memang gak semua anak

ikut pencat silat. Gara gara

sering latihan silat bareng,

kita jadi dekat. Terus kalo

lagi ngaji sih, ngerasa gak

sendiri, banyak temen-

temen dan lebih tenang

ternyata

Page 144: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

TRANSKIP WAWANCARA

A. Tempat dan Waktu Wawancara

1. Tanggal Wawancara : 23 Mei 2019

2. Lokasi Wawancara : Mushola PSAA

B. Identitas Informan

3. Nama : Informan 3

4. Usia : 17 Tahun

5. Jenjang Pendidikan : SMA

C. Isi Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana awal

cerita anda bisa

berada disini?

Yang saya tau mah saya dari

kecil umur 5 tahun udah di

psaa balita, terus ke klender,

abis itu ke psaa sini deh ka.

2. Bagaimana

kamu percaya

dengan orang

sekitar kamu?

Saya gapunya temen disini

mah, malah kebanyakan saya

gak suka sama mereka karena

saya di suruh-suruh terus sama

temen disini. Jadi saya lebih

suka main sama temen di luar

panti sih.

3. Bagaimana jika

ada seseorang

yang memberi

batasan/aturan

atas perilaku

kamu?

Di panti mah kan emang pasti

ada yang ngatur ya pengasuh.

Makanya kadang saya suka

kesel karena banyak larangan

Page 145: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

ini itu. Semuanya kaya yang

dilarang, kadang saya suka

keluar panti kaya main warnet

karena saya pengen diluar

panti aja lebih nyaman aja gak

ada yang ngatur.

4. Bagaimana

kamu melihat

orang-orang

disekitar kamu?

Dulu kan masih kecil, dan

makin kesini terbiasa sih dan

lama dipanti. Pengasuh banyak

ngajarin banyak hal baik kaya

habis makan harus dicuci

piringnya. Jadi saya mandiri

kak pas lakuin kegiatan sehari

hari. Tapi saya gak deket sama

pengasuh, karena saya

ngerasanya jauh aja dan

pengasuh kamar kan ganti-

ganti, jadi gabisa deket aja

gitu. Mau curhatpun sungkan

karena orang dewasa, takut

dimarahin juga.

5. Bagaimana

kamu dapat

menjadi pribadi

yang mandiri?

Pernah dikasih tau sih sama

temen diluar, mending selesain

dulu kalo ada masalah, baru

cerita sama orang panti kalo

gasanggup

Page 146: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

6. Bagaimana cara

kamu menerima

diri kamu saat

ini?

Kadang masih susah sih ka

buat nerima saya gapunya

orang tua, keingetan. Saya sih

merasa kalau saya itu tidak

disukai karena nakal, males,

bandel, terus saya suka isengin

temen-temen disini, suka di

marahin sama pengasuh karena

kadang saya ke warnet terus,

atau lakuin apa gitu yang

ngelanggar aturan panti. Saya

sadar sih saya kurang disukai,

tapi pengen berubah sedikit-

sedikit buat diri saya.

Sebenernya saya begitu supaya

dapet perhatian dari orang

sekitar saya.

7. Bagaimana jika

ada seseorang

yang meminta

pertolongan

kepada kamu?

Saya tolongin kak meskipun ga

deket, ya ga enak aja kalo gak

nolongin.

8. Bagaimana

pandangan

kamu terhadap

diri kamu

sendiri?

Sejauh ini kurang bangga sama

diri saya, karena saya merasa

masih kurang baik dan masih

melakukan hal-hal negatif.

Selain itu disinin saya gak

Page 147: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

punya temen deket

9. Bagaimana cara

kamu

mengambil

keputusan?

Lingkungan saya banyak yang

ngerokok bolos, lain-lain.

Akhirnya saya kebawa karena

ya mereka semua kaya gitu. Ya

saya tau resikonya, tapi itu cara

saya buat melepaskan stress.

10. Bagaimana

pandangan

kamu terhadap

masa depan?

Ya pengennya saya jadi orang

sukses dan yakin kalo saya

bisa jadi orang sukses. Doa aja

sama allah sm usaha

11. Bagaimana cara

kamu

berinteraksi

dengan orang

disekitar?

Kalo ada masalah saya

biasanya ya pendem sendiri,

mau masalah berat atau ringan.

Terus kalo disini ada yang

punya masalah, kita tau gitu

dari orang lain kadang. Terus

saya cari tau pas mereka lagi

ada masalah gitu, ternyata

harus kaya gini

12. Bagaimana cara

kamu

menyelesaikan

masalah?

Kalo ada masalah biasanya

saya pendem, terus nanti juga

lupa sama masalahnya. Kaya

misalnya saya suka kepikiran

tentang orang tua, mau cari

Page 148: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

perhatian sama pengasuh tapi

kan gak deket dan seringnya

dimarahin. Jadi saya bingung,

makanya suka lampiasin kaya

ke hal hal negatif kaya keluar

panti gitu biar lupa.

13. Bagaimana cara

anda mengelola

mengatur

perasaan anda?

Saya agak sulit ngatur emosi

dan pikiran saya ka. Kalo kesel

saya kurang bisa kontrol

pikiran saya kurang bisa

sampein ke orang kenapa saya

kesel, makanya kadang saya

ngebentak-bentak.

14. Bagaimana cara

anda mengatur

temperamen diri

anda dan orang

lain?

Kalo ada masalah saya

biasanya ya pendem sendiri,

dan akhirnya malah

ngelampiasin ke orang lain.

Kaya marah-marah ke temen

saya atau adik kelas disini.

Atau bahkan saya keluar panti

buat ke warnet lepas stress.

Kalo cara buat ngukur emosi

orang yang pas ya biasanya

kalo lagi main bareng, itu enak

buat ngobrol atau main ka

Page 149: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

15. Bagaimana cara

anda mencari

hubungan ketika

anda dalam

masalah?

Ya sekiranya gak sanggup, ya

saya minta tolong sama

pengasuh. Kaya umpamanya

urusan sekolah, saya cerita

langsung ke pengasuh

16. Bagaimana

pendapat anda

mengenai

kegiatan di

PSAA?

Kegiatan yang paling saya

rasain ya mengaji. Guru ngaji

suka kasih tau kisah-kisah

nabi, kasih tau sejarah gitu.

Dan itu bikin saya sadar

banyak hikmah dibalik hidup

yang kaya gini ka.

Page 150: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

DOKUMENTASI

Kegiatan Silat di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama

03 Ceger Jakarta Timur

Kegiatan Mengaji di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra

Utama 03 Ceger Jakarta Timur

Page 151: RESILIENSI ANAK TERLANTAR DI PANTI SOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49506...i ABSTRAK Imroatul Azizah Arifin Resiliensi Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan

Fasilitas Lapangan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra

Utama 03 Ceger Jakarta Timur

Fasilitas Kamar Anak Asuh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)

Putra Utama 03 Ceger Jakarta Timur