residu

download residu

If you can't read please download the document

Transcript of residu

Reaktor, Vol. 10 No. 2, Desember 2006, Hal. : 82-87HIDROKONVERSI KATALITIK RESIDU MINYAK BUMI: PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU REAKSIHartiniati* )Abstrak Uji terhadap proses hidro-konversi katalitik residu petroleum dari unit refinery Plaju, Palembang dila kukan dengan menggunakan reaktor-batch berpengaduk (a utoclave) 1 liter pada kon disi standar: tekanan awal hidrogen 12 MPa dan rasio sulfur terhadap besi = 2.0. Studi dilakukan untuk melihat o C serta waktu reaksi 30, 60, 90 menit pengaruh perubahan temperatur dari 430, 450, dan 470 terhadap distribusi produk dan jumlah konsumsi hidrogen. Hasil studi menunjukkan bahwa produk minyak, CO, 2 dan hidrokarbon naik secara signifikan dengan naiknya temperatur dan waktu CO reaksi, namun sebaliknya produk cair bawah (liquid bottom) cenderung turun. Pa da kajian ini juga ditemukan bahwa konsumsi hidrogen naik dengan bertambahnya produk minyak, sehingga penggunaan hidrogen lebih efisien. Dengan demikian disimpulkan bahwa proses hidro-konversi katalitik dapat diterapkan pada residue petroleum untuk meningka tkan nilai tambah/kualitasnya. Kata Kunci: Hid rokonversi katalitik; residu minyak bumi Residu minyak bumi merupakan produk samping kilang minyak yang murah dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada pengilangan minyak mentah diumpankan ke dalam kolom distilasi atmosferik, sehingga menghasilkan beberapa fraksiyak dengan rentang titik didih yang min Fraksi berbeda.ringan dimanfaatkan untuk bahan bakar, sementara fraksi berat (aliran bottom) yang berupa biasanya dijual dengan harga yang residu, sangat Komposisi residu dipengaruhi oleh murah. jenis dan jenis proses pemurnian minyak refinery ) yang ( digunakan. Jumlah dan sifat residu yang dihasilkan minyak mentah akan berbeda.. dari tiap Berdasarkan senyawa hidrokarbon dalam minyak strukturnya, bumi terbagi atas empat kategori utama, yaitu parafinik, aromatik dan olefin. Ikatan naphtenik, parafin dominan terdapat gasoline dan kerosene dalam (mixed-base petroleum ) sedangkan ikatan domin an terdapat naftenik dan lubricating oil . gas oil dalam Sementara itu residu sendiri mengandung komponenaromatik, dan hidrokarbon tak naftenik, jenuh. Ada beberapa macam teknologi dasar dapat yang digunakan up-grading residu untuk sehingga dihasilkan minyak dengan kualitas yang lebih yaitu baik, konversi termal, konversi katalitik dan konversi hidro et al, 1994). (Gray, Konversi thermal Coking merupaka n proses atau pemecahan molekul-molekul hidrokarbon beratpanjang dengan menggunakan panas. Proses dan ini biasanya disebut perengkahan cracking ) karena ( molekul hidrokarbon yang besar dapat direngkah atau dipecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Coking adalah sebuah proses pemecahan intensif secara termal. Proses coking ini digunakan updalamPendahulua n Krisis bahan bakar minyak (BBM) di saat iniIndonesia dapat diprediksi dengan tiga data, yakni: (1) Produksi minyak Indonesia yang terus menurun setelah mencapai puncaknya pada tahun 1980-an; dari hampir 1.6 juta barel/hari, saat ini hanya 1.2 barel/hari (2) Pertumbuhan konsumsi energi juta dalam yang mencapai 10% per tahun, dan negeri (3) Kecenderungan harga minyak dunia yang terus meningkat setelah krisis moneter yang melanda Asia tahun 1998 (Indartono, 2005). pada Untuk menghindari krisis energi minyak dimasa mendatang, pemenuhan kebutuhan energi maka upaya harus difokuskan pada pencarian dan pemanfaatan sumberminyak alternatif yang efisien, ekonomis energi dan ramah lingkungans sehingga mengurangi peran bumi, dengan menciptakan teknologi minyak yang dan upaya proteksi terhadap lingkungan bersih global. Salah satu langkah yang dapat ditempuh antara lain dengan meningkatkan kembali upkualitas ( residu dari fraksinasi minyak bumi. grading ) Secara umum, tujuan proses up-grading residu minyak bumi untuk mengkonversi hidrokarbon dengan adalah berat molekul besar menjadi minyak synthetic crude oil sintetis ( ) yang mempunyai berat molekul o C. kecil, dengan titik didih di bawah Konversi membutuhkan pemutusan ikatan karbon-karbon 525 ini dan karbon-sulfur, dan menaikkan rasio atom H/C dalam sehingga cocok untuk bahan produk, bakar transportasi seperti minyak solar maupun bensin. Disamping itu juga heteroatom sepert menghilangkan i oksigen dan nitrogen, serta sulfur dalam produk yang dihasilkan et al, 2002). (Gray,*)Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT 82 Jl. M.H. Thamrin 8, BPPT Gedung II Lantai 22, Jakarta 10340 Telp. (021) 3169889, E-mail: [email protected] Katalitik Residu (Hartiniati)grading residu menjadi senyawa-senyawa yang ringan lebih refineable hydrocarbon (n aptha, seperti dan minyak diesel) dan konsentrat kerosen karbon disebut yang kokas. Kokas by product merupakan (hasil samping) dari coking . proses Konversi katalitik atalytic conversion ) (c merupakan cara lain untuk memecah molekulmolekul hidrokarbon berat (residu) menjadi hidrokarbon lebih atau sulingan distillate ). kecil Oleh karena ( prosesnya berlangsung pada temperatur catalytic tinggi, conversion benar-benar merupakan bentuk tertinggi secara termal. Pada beberapa konversi proses, hidrogen bertekanan tinggi ditambahkan dalam proses crackin g. catalytic Proses demikian dinamakan hydroprocessing. Catalytic conversion lebih dibanding thermal conversion,mahal tetap dengan i produ menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding k penyulingan biasa. Pemilihan proses konversi hidro terkait denganerat tujuan untuk memaksimalkan produk sulingan dan meminimasi produk samping khususnya kokas. proses ini, reaksi yang terjadi lebih Dalam komplek proses termal dan/atau proses dibanding katalitik. dari fraksi residu petroleum Reaksi melibatkan sejumlah reaksi simultan antara senyawa yang berbeda. Tahapan reaksi adalah sebagai berikut: (1) Perengkahan termal dari masing-masing grup dan rantai samping, meninggalkan inti naptenikaromatis. Perengkahan dari fase awal ini dapat mencapai residu 55-65%. (2) Dengan adanya konversi hidrogen, hidrogenolisis secara gradual akan mendegradasi aromatis menjadi produk d istilat dan gas. Katalis grup akan meningkatkan reaksi hidrogenolisis dengan menghasilkan hidrogen radikal (3) Dalam kondisi inert, reaksi kondensasi akan mendominasi, dan produk utama yang terjadi adalah padatan (Stanford, 1993). Beberapa faktor yang mempengaruhi proses hidrokonversi katalitik residu adalah kondisi (temperatur, tekanan dan waktu reaksi), operasi karakteristik atau umpan (kandungan karbon, bahan baku hidrogen dan heteroatom) dan katalis (jenis, luas permukaan dan jumlah katalis) yang digunakan. Penelitian ini difokuskan pada pengkajian pengaruh temperatur dan waktu reaksi terhadap distribu si up-grading residu (distilat, produk gas hidrokarbon, liquid bottom ) serta konsumsi gas 2 dan H melalui hidrokonversi katalitik d engan menggunakan fasilita lab-scale reaktor k apasitas 1 liter batch . s tipe Bahan Dan Metode Residu minyak bumi Residu yang digunakan d alam penelitian adalah ini short residu e yang diperoleh dari jenis Pengolahan Pertamina Unit III, Plaju, UP Palembang. kilang pengolahan Pertamina, short Pada meru residu salah satu produk bottom product ) pakan bawah ( dari kolom distilasi vakum den gan titik didih di atas 83 540o C yang tidak dapat diolah lagi dan biasanya dijual sebagai LSWR ( Low Sulphur Waxy Resi due). Hasil an alisis proksimat dan u ltimat serta spesifikasi residue tersebut ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Sedangkan diagram alir produk residu ditunjukkan pada Gambar tersebut 1. Tabel 1. Analisis Proksimat dan Short Residue Ultimat Parameter Nilai Proksimat dan Ultimat (% as receive ) Moitur 0,21 Ab e 0,06 u Karbo 86,41 n Hidroge 11,28 n Nitroge 0,09 n Total 0,08 Sulfur Oksigen 1,87 Fraksi berat) H2O Distilat (% 0,21 < 0,10 15,67 17,46 66,66Hasil analisis Lab. Karakteristik, B2TE, PUSPIPTEK, SerpongLO(C5-180 o C) MO(180-300 o C) HO (300-420 o C) o C) Bottom(+ 420Tabel 2. Spesifikasi dari Titik didih o C) ( Spesific Gravity o C AP gravity I Sulfur, %wt Redwood ViscosityHasil analisis PuloGadung Lab. Pertamina,Short residu 540+ 0,9525-0,9854 17,1-12,1 0,250 696-951Minya k Ment ah Distilasi Atmosph erik1Napht a Fuel OilLong Residu2High vacuum Gas OilDistilasi Vakum Short ResiduGambar 1. Diagram alir produk residu Katalis Katalis yang digunakan dalam penelitian adalah ini katalis Limonit Soroako, Sulawesi Adapun Selatan komposisi unsur dan hasil analisis fraksi dari katalis tersebut dap at dilihat pada distilasi dan 3 Tabel Tabel 4.Reaktor, Vol. 10 No. 2, Desember 2006, Hal. : 82-87Tabel 3. Komposisi unsur katalis Limon it % berat basis Fe Al Si Ni Cr kering Na Co Mg Ca 46,97 3,35 2,64 1,29 0,81 0,09 0,08 0,04 0Hasil analisis Lab. Kobelco Kaken, Jepangresidue berfungsi untuk membentuk fase aktif dari katalis dalam bentuk kristal pyrrhotite (Fe dimana X adalah 0 sampai 0.125.(Pollackand and Splitler, 1981)1-xS),Rasio Slurry Fraksi (% berat) % Padat % Cair L O M O H O H 25,58 74,42 0,52 28,60 70,00 0,88Hasil analisis Lab. Penc. Batubara, P3TKKEBPPTTabel 4. Fraksi Distilasi katalis Limonit2OKatalis ini dipilih karena telah menunjukkan performansi yang lebih baik disbanding dengan [5] . jenis katalis besi yang Sebelum digunakan lain tersebut terlebih dahulukatalis dipreparasi dalam bentuk (slurry), dan selanjutnya katalis bubur dikeringkan o C selama 3 jam (sampai berat pada suhu 105 Setelah kering,konstan). tersebut dicampur katalis dengan heavy oil solvent pelaru (300-420 o C) dengan t perbandingan tertentu, kemudian digiling tower dalam milldengan zirconia ball selama 4 jam pada bantuan perputaran 1000 rpm, sehingga didapat katalis dengan sekitar 0.5 0.8 :m yang berbentuk ukuran suspensi Variasi ukuran diameter partikel di koloidal. bawah sub micron (< 1 :m) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap yield produk pencairan batubara muda. Promotor katalisSulfur serbuk sebagai promotor katalis, perengkahanUmpan:(98%) dalamdigunakan reaksiGas reaktan Gas yang digunakan dalam penelitian ini adalah hidrogen dan nitrogen. Hidrogen ) dipakai 2 (H reaktan untuk reaksi, sedangkan nitrogen sebagai gas ) 2 (N diperlukan untuk membersihkan ruangan udara di dalam autoclave dan untuk menurunkan konsentrasidi dalam udara, agar tidak oksigen menyebabkan kontak dengan gas ledakan jika hidrogen. Metode pengujian Secara garis besar metode pengujian dibagi menjadi tiga tahap yaitu reaksi short perengkahan autoclave, distilasi vakum produk residue dalam cair dan analisis produk gas menggunakan gas khromatographi. Kondisi reaksi pengujian dapat pada Tabel dilihat 5. Tabel 5. Kondisi reaksi pengujian Parameter Nilai Sulfur/Fe [rasio 2 atom] [wt% on daf as Katalis 1 Fe] Jumlah 2 [wt% on >10% H daf] Tekanan awal 2 [MPa 12 H ] Temperatur reaksi o C] 430 , [ 450,470 Waktu reaksi 30,60,90 [menit]Produk GasshortAnalisis Gas: S. Residue Katalis + Sul. HidrogenH 2 H 2 S CO CO 2 HydrocarbonReaktor Berpengadu k Produk Cair Air (HGas Kromatographi O)2Penyulingan Vakumo Light (C5C) Oil 180 Middle & Heavy o Oil (180C) 420 Liquid Bottom o C) (> 420Gambar 2. Skema metode pengujian, peralatan dan analisis84Hidrokonversi Katalitik Residu (Hartiniati)Perengkahan pada reaktor dilakukan autoclave yang berkapasitas 1 liter batch yang tipe dilengkapi pemanas ( electric furnace window type) dengan o C/jam dan pengaduk kecepatan pemanasan 284 (inductive agitator ) dengan kecepatan 1000 rpm. Setelah reaksi, produk cairan dengandipisahkan akan distilasi vakum meng gun untuk mendapatkan fraksi 2 O, fraksi minyak 5 dengan H titik didih 5 420 o C C dan liquid bottom (LB) o C. C dengan titik didih difraksi atas Sedangkan 420 diambil pada tiga kondisi tekanan autoclave produk gas mewakili yaitu 5, 3 dan 1 MPa. Analisis gas yang untuk masing-masing kondisi tersebut dilakukan dengan menggunakan gas kromatographi. Konsentrasi gas 2 , CO dan CO 2 dianalisi s denganHmenggunakan Shimazdu GC, 8A Thermal Conductivity Detector dengan dioctyl phtalete oC 4mx3, temperaturkolom dan argon sebagai 100 . Konsentrasi gas hidrokarbon gas carrier - C 4) 1 dianalisis dengan menggunakan Yanaco GC(C 2800, Ionization Detector dengan Flame porapak-Q kolom 2mx3, temperatur o C dan nitrogen sebagai 140 . Sedangkan analisis gas carrier H2 S dengan gas menggunakan tube gas analyzer , Gastec Dragger. Semua yield ditentukan dalam basis berat kering bebas short residue . Skema metode abu dari umpan pengujian, peralatan dan analisis ditunjukkan pada Gambar 2. Hasil Dan Pembahasan Pengaruh temperatur terhadap distribusi produ k Po la hasil perhitungan distribusi pro duk dan konsumsi gas hidrogen pada berbagai temperatur reaksi ditunjukkan pada Tabel 6. Proses konversi hidro short residue menghasilkan katalitik (LO, MO, d an HO), produk gas produk distilat hidrokarbonO dan bottom. Produk (C1 -C4 ), H 2 gas 2 tida CO+CO k terd eteksi oleh GC-FID, dimana diduga karena rendahnya kandungan short residue (1,87% oksigen berat DAF). Pembentukan CO dan 2 sendiri dipengaruhi CO oleh kandungan sangat oksigen. Tabel 6. Distribusi produk pada berbagai temperatur awal 2 = 12 MPa, (P = 60 H menit)Temp. Reaksi (deg.C) 430 450 470 Umpan Bahan (gram) Short Residue 107,09 Katalis 10,58 Sulfur serbuk 1,30 Prod. (%berat DAF) LO (Light Oil) 2,98 MO (Middle Oil) 28,05 HO (Heavy Oil) 17,51 Bottom 49,82 CO+CO 2 t.d Hidrokarbon (C 1 -C4 ) 3,40 Konsumsi H 2 1,99=: waktu reaksi terdeteksi t.d = tak107,09 10.58 1,30 13,42 43,87 25,73 14,25 t.d 4,96 2,23107.09 10,58 1,30 12,08 51,51 20,33 16,62 t.d 3,78 3,10Perolehan gas hidrokarbon dari short residuekonversi C 2 H6 , C 3 H8 dan C 4 H10 ) mengalami (CH 4 , peningkatan yang tidak signifikan dari o C (4,69 temperatur %berat DAF) ke temperatur 43 o C (3,40 oC 0 450DAF). Sedangkan pada temperatur %berat 470 relatif mengalami penurunan, yaitu sebesar 3,78 %berat DAF. Gas hidrokarbon merupakan hasil termal perengkahan dan hidrogenasi fraksi minyak ringan sehingga temperatur yang lebih tinggi akan dengan dihasilkan gas hidrokarbon yang lebih banyak. Menuru Graypembentukan gas t sangat dipengaruhi oleh faktor waktu dan temperatur proses. C-C dari fraksi minyak ringan akan pecah Rantai pada temperatur tinggi o C, 420 bebas yang selanjutnya bereaksi dengan menghasilkan radikal gas hidrogen melalui bantuan katalis membentuk gas hidrokarbon. Oleh karena itu peningkatan temperatur akan meningkatkan perolehan produk hidrokarbon. Namun temperatur yang sangat gas tinggiC) dapat mengurangi perolehan gas (470o hidrokarbon karena adanya reaksi polimerisasi. Peningkatan perolehan distilat secara signifikan terjadi o C pada temperatur (48,55%) menjadi 83.03 430 pada temperatur o C. Temperatur yang %berat DAF o C) menghasilkan perolehan distilat 450 lebih tinggi (470 yang (83,91%). relatif sama MO mengalami peningkatan yang konstan untuk semua temperatur yaitu sebesar (430 o C), 43,87% (450 o C) dan 51,51% (470 28,05 % o C). Sedangkan LO mengalami peningkatan o C (2,98%) menjadi 13,42% pada 450 pada temperatur o C, selanjutnya relatif konstan pada oC 430 470 sebesar 12,08%berat DAF. Untuk HO yaitu mengalami pada temperatur o C (17,51%) menjadi peningkatan 430 25,73% pada 450 o C dan mengalami penurunan o C pada temperatur yaitu sebesar 20,33%berat 470 DAF. Peningkatan temperatur akan menunjukkan terjadinya perengkahan termal, disosiasi gas hidrogen dan stabilisasi radikal bebas melalui reak si sehingga perolehan distilat mening kat. Penurunan hidrogenasi HO 470 o C pada menunjukkan terjadinya perengkahan lanjut fraksi minyak berat menjadi MO. Peroleha liquid bottom mengalami oC n yang signifikan pada kenaikan penurunan temperatur o C. Pada 430 (49,55%) menjadi 14,25% pada 450 o C temperatur relatif konstan, yaitu 470 16,62% berat sebesar Penurunan DAF. liquid perolehan bottom disebabkan pada temperatur rendah pemecahan rantai hidrokarbon pada cincin poli-aromatis belum sempurna, sehingga liquid bottom tinggi perolehan yang lebih tinggi (450. o C) Temperatur 470 memberikan peluang yang lebih besar bagi perengkahan termal cincin poliaromatis sehingga liqu id botttom menurun perolehan tajam. Konsumsi gas hidrogen meningkat dari 1,99% (430o C) menjadi 2,33% (450 o C) dan 3,1% (470 o C). Kenaikan temperatur meningkatkan perengkahan termal sehinggga menghasilkan semakin banyak radikal-radikal bebas. Untuk stabilisasi radikal bebas85Reaktor, Vol. 10 No. 2, Desember 2006, Hal. : 82-87diperlukan atom H baik dari hidrokarbon sendiri dari gas 2 . Kenaikan temperatur juga maupun H akan meningkatkan aktifitas katalis, sehingga k erja katalis melakukan disosiasi molekul gas dalam hidrogen menghasilkan atom H bebas juga meningkat. Atom H bebas akan menstabilisasi radikal bebas, sehingga temperatur akan meningkatkan konsumsi kenaikan gas hidrogen . Pengaruh waktu reaksi terhadap distribusi produk Distribusi produk dan konsumsi gas pada berbagai waktu reaksi ditunjukkan pada Tabel hidrogen 7. Gas hidrokarbon -C4 ) mengalami 1 (C peningkatan tajam pada 60 menit sampai 90 menit yaitu 3,78% 13,5% berat DAF. Untuk waktu reaksi menjadi 30 menit relatif sama dengan 60 menit, yaitu sebesar 4,30% berat DAF. Waktu reaksi yang semakin lama akan mendorong lebih banyak terjadinya hidrokraking proses dan hidrogenasi senyawa hidrokarbon yang menghasilkan produk g as-gas o C) dan hidrokarbon. Dengan temperatur reaksi yang tinggi (470 yang semakin lama perengkahan termal waktu terjadi banyak baik pada cincin alifatis lebih maupun aromatis . Tabel 7. Distribusi produk pada berbagai waktu reaksi dengan tekanan awal 2 12 MPa dan oC H reaksi temperatur 470Waktu Reaksi (deg.C) 30 60 90 Umpan Bahan (gram) Short Residue 107,09 Katalis 10,58 Sulfur serbuk 1,30 Produk (%berat DAF) LO (Light Oil) 4.56 MO (Middle Oil) 50.20 HO (Heavy Oil) 22,16 H2 O 0.03 Bottom 20.83 CO+CO 2 t.d Hidrokarbon (C 1 -C4 ) 4,30 Konsumsi H 2 2,09Cat. t.d terdeteksi = tak107,09 10,58 1,30 12,08 51,51 20,33 0.01 16,62 t.d 3,78 3,10107,09 10.58 1,30 12,42 50,21 21,18 0.01 7,35 t.d 13,5 1,75Liquid bottom mengalami penurunan yang signifikan terhadap waktu reaksi yaitu pada 30 menit (20,83%), 60 menit (16,62%) dan 90 menit (7,35%). Dengan semakin lamanya waktu reaksi maka peluang untuk melakukan perengkahan termal fraksi berat lebih besar sehingga jumlah fraksi akan berat mengalami penurunan. Perengkahan semakin banyak pada molekul-molekul yang berat terjadi karena tersebut punya lebih banyak ikatan. molekul Hal tersebut mengakibatkan liquid bottom akan perolehan menurun dengan bertambahnya waktu semakin reaksi. Gas hidrogen yang terkonsumsi mengalami kenaikan dengan bertambahnya waktu reaksi. Namun terjadi sampai pada 60 menit yaitu hasil ini sebesar berat DAF, selanjutnya mengalami 3,10% penurunan menit sebesar 1,75% berat DAF, pada 90 sedangkan 2 pada 30 menit sebesar 2,09% berat konsumsi H Hasil DAF. ini terlihat kontradiktif karena reaksi waktu semakin lama seharusnya kebutuhan yang H bebas dari gas 2 untuk stabilisasi radikal atom H bebas semakin banyak. Diduga kebutuhan atom H untuk stabilisasi radikal bebas telah dipenuhi sendiri oleh residu, dimana memiliki kandungan short hidrogen yang cukup tinggi (11,31%berat DAF), sehingga pada perengkahan dihasilkan atom H bebas waktu yang cukup . Faktor lain yang diduga menyebabkan penurunan konsu msi gas hidrogen adalah p enurunan katalis. Peran katalis ini adalah aktifitas melakukan katalitik disosiasi gas H2 sehingga menghasilkanH, selanjutnya atom H ini atom-atom pemecahan menginduksi ikatan dan stabilisasi radikal bebas. Distribusi produk distilasi Tab el 8 menunjukkan hasil distilasi bahan vakum short residue sebelum baku upgrading ) ( proses dan up-grading pada berbagai kondisi produk operasi yang diujikan. Tabel 8. Hasil Distilasi Up-grading pada Produk Berbagai Kondisi OperasiKondisi Komposisi Berat) [o C menit] LO MO HO Bottom H 430 2,81 27,69 60 60 450 12,78 43,15 470 30 470 60 470 90 Bahan Baku 4,3 0 11,0 6 12,82 < 0.1 48,4 9 48,8 6 51,43 15.67 Fraksi (Persen 47,1 4 14,8 3 20,81 14,8 39,20 66.66 O 2 1,45 1,02 0,9 6 0.21 20,91 28,22 25,44 23,45 26,55 17.46Fraksi LO mengalami peningkatan signifikan pada waktu 30 menit (4,56%)berat DAF sampai 60 menit (12,08% berat DAF, tetapi relatif hampir pada peningkatan waktu 90 menit konstan berat DAF. (12,42%) Fraksi distilat lainnya yaitu MO dan HO relatif konstan pada semua waktu yang diujikan. lama waktu reaksi maka peluang Semakin untuk melakukan perengkahan ikatan hidrokarbon semakin karena interaksi antara residu, katalis meningkat dan hidrogen semakin lama. Hal ini gas menyebabkan produk-produk ringan seperti distilat akan meningkat. kenaikan LO dan cenderung Sedikitnya konstannyaHO disebabkan adanya dekomposisi MO dan termal dari fraksi distilat membentuk frak si lanjutan gas.Tampak terjadi peningkatan yang signifikan kandungan minyak distilat (LO,MO,HO) semua produk pada berbagai kondisi operasi dibandingkan b aku. Peningkatan kualitas yang dengan bahan oC paling baik terjadi pada kondisi operasi 90 470 dengan kandungan LO 12,82 %berat, menit MO %berat, HO 26,55 %berat dan bottom 9,20 51,43 %berat. merupakan fraksi yang sangat Distilat diharapkan setiap upgrading . Semakin banyak pada proses fraksi 86Hidrokonversi Katalitik Residu (Hartiniati)distilat (LO,MO dan HO) yang dihasilkan maka upgrading dianggap prose semakin s baik. Kesimpula n Kenaikan kondisi operasi (temperatur dan a) waktu reaksi) dapat meningkatkan perolehan distilat (minyak) pada hidrokonversi katalitik residu minyak b) bumi. Kenaikan temperatur reaksi menyebabkan liquid bottom yang peroleha dihasilkan n semakin sedikit, karena terkonversi menjadi fraksi dan distilat fraksi c) gas. Waktu reaksi yang semakin lama menunjukkan adanya peningkatan fraksi distilat dan fraksi d) gas. Pelepasan gasgas hidrokarbon produk hidrokonversi katalitik residu minyak sangat bumi dipengaruhi oleh temperatur reaksi dan waktu reaksi . Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada manajemen Laboratorium Pencairan Batubara, P3TKKE-BPPT, PUSPIPTEK, Serpong, yang telah memberikan dukungan hingga terselesaikannya dengan penelitian ini baik. Daftar Pustaka Indartono S.Y., (2005) Krisis Energi d i Indonesia: Mengapa da n Haru s Bagaimana , Inovasi Online Vol.5/XVII/Novembe r. Gray, Murray R., (1994), Upgrading Petroleum Residue and Heavy Oils , Marcel Dekker Inc., New York , Gray, Murray R., Mc. Caffrey, W., and William C., (2002), Role of Chain and Olefin Formation in Cracking, Hydroconversion and Coking of Petroleum and Bitumen Energy & Fuel . Fraction, Stanford, E.C., (1993) Mechanism of Coke Prevention by Hydrogen Cracking during Residuum HydroPrepr. Div. Petrol. Chem, cracking,Society. American Chemical Sugeng dan Rahmat, (2004), Laporan Akhir Pen elitian Mahasiswa di Lab. Penc. Batubara P3TKKE. BPPT S. S. Pollackand, C. A. Splitler (1981), Iron content of pyrrhotites produced in continuous liq uefaction units American Mineralogist , Volume 66, pages , 1258-1262.87