PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

47
PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT PADA TANAMAN KENTANG (sollanum tuberosum) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT KROMATOGRAFI GAS KARYA ILMIAH MASYITAH 132401095 PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 Universitas Sumatera Utara

Transcript of PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

Page 1: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT

PADA TANAMAN KENTANG (sollanum tuberosum) DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT

KROMATOGRAFI GAS

KARYA ILMIAH

MASYITAH

132401095

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT

PADA TANAMAN KENTANG (sollanum tuberosum) DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT

KROMATOGRAFI GAS

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar

Ahli Madya

MASYITAH

132401095

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

PERSETUJUAN

Judul :Penentuan Residu Pestisida Golongan organoposfat

pada tanaman kentang (sollanum tuberosum) di

kabupaten Serdang Bedagai dengan menggunakan

alat kromatografi gas

Kategori :Tugas Akhir

Nama :MASYITAH

Nomor Induk Mahasiswa :132401095

Program Studi :Diploma (D3) Kimia

Departemen :Kimia

Fakultas :Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Juli 2016

DisetujuiOleh

Program Studi D3 Kimia FMIPA USU

Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, Msi

NIP: 195512181987012001

Pembimbing,

Dr. Yugia Muis, MSi

NIP: 195310271980032003

Diketahui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS

NIP: 195408301985032001

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

PERNYATAAN

PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT

PADA TANAMAN KENTANG (sollanumtuberosum) DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT

KROMATOGRAFI GAS

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali

beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

MASYITAH

132401095

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan

Karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

tugas akhir ini dengan judul “Penentuan Residu Pestisida Golongan Organoposfat

Pada Tanaman Kentang di kabupaten Serdang Bedagai dengan menggunakan Alat

Kromatografi Gas “

Tugas akhir ini merupakan hasil kerja praktik di UPT.PERLINDUNGAN

TANAMAN PANGAN DAN PERTANIAN. Tugas akhir ini merupakan salah

satu persyaratan akademik mahasiswa/i untuk memperoleh gelar Ahli Madya

untuk program studi D3 kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya tugas akhir ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih

kepada kedua orang tua penulis Bapak Hendra dan Ibu Nurhapipah yang selalu

memberi dukungan baik moral ataupun materi. Terima kasih juga penulis

sampaikan kepada ibu Dra.Yugia Muis,MSi selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya selama penulisan tugas akhir ini, ibu Dr.Rumondang

Bulan,MS selaku Ketua Departemen Kimia, ibu Dra. Emma Zaidar,M.Si selaku

ketua program studi D-3 Kimia, Dekan dan Pembantu Dekan, seluruh staff dan

pegawai serta seluruh dosen kimia FMIPA USU.Terima kasih juga penulis

ucapkan kepada Ajeng,Emif,Citra,Dinda,Elvi,Dina,mahda,fitri dan gulo serta

seluruh teman-teman D-3 kimia yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini,

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak

kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun, agar dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan perbaikan

atas kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini.

Medan, Juli 2016

Penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT

PADA TANAMAN KENTANG (sollanum tuberosum) DI KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT

KROMATOGRAFI GAS

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian analisa penentuan residu pestisida golongan

organoposfat pada tanaman kentang dengan menggunakan alat kromatografi gas.

Kromatografi gas dilengkapi dengan detector penangkap electron, dan kolom Rtx-

1Ms. Dari hasil yang diperoleh kadar residu pestisida pada tanaman kentang di

kabupaten serdang bedagai kecamatan perbaungan (pasar lama) dengan standart

bahan aktif profenopos tidak terdeteksi, klorfirifos tidak terdeteksi, dan fention

tidak terdeteksi. Pada tanaman kentang di kabupaten serdang bedagai kecamatan

perbaungan (pasar baru) dengan standart bahan aktif profenopos tidak terdeteksi,

klorfirifos terdeteksi 0,072 mg/kg, dan fention tidak terdeteksi.Hal ini

menunjukan nilai ini tidak melampaui batas maksimum residu pestisida yang telah

di tetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional SNI 7313:2000 tentang batas

maksimum residu pestisida pada hasil pertanian tanaman kentang yaitu 2 mg/kg.

Katakunci:profenopos, klorfirifos, fention, batas maksimum residu, pestisida,

Kromatografi gas

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

ABSTRACT

Has done research group analyzes the determination of pesticide residues

organophosfat on potato plants using gas chromatography. Gas chromatography

equipped with electron detector catcher, and RTX-1ms column. From the results

obtained residue levels of pesticides on potato in Serdangbedagai districts

Perbaungan (old market) with standard active ingredient profenophos not

detected, klorphyrifos undetected and undetectable fenthyon. In the potato crop in

BedagaiSerdang districts Perbaungan (new market) with standard active

ingredient profenopostidak detected, klorfirifos detected 0.072 mg / kg, and

fention undetectable. This shows the value does not exceed the maximum residue

limits of pesticides that have been set by the National Agency for Standardization

ISO 7313: 2000 on maximum residue limits of pesticides on agricultural produce

potato crop is 2 mg / kg.

keyword:profenophos, klorphyrifos ,fenthyon, maximum residue , pesticide,

chromatography gas

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

BAB 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

BAB 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Pestisida 4

2.1.1 Pengertian Pestisida 4

2.1.2 Insektisida 6

2.1.3 Insektisida Organofosfat 6

2.1.3.1 Profenofos 6

2.1.3.2 Klorpirifos 7

2.1.3.3 Fention 8

2.1.4 Residu Pestisida 9

2.2 Kentang 10

2.2.1 Sejarah Kentang 10

2.2.2 Klasifikasi dan Kandungan Gizi 11

2.3 Dampak Negatif Pestisida/Insektisida 12

2.4 Kromatografi Gas 13

2.4.1 Pengertian 13

2.4.2 Sistem Peralatan 14

BAB 3. Metode Penelitian

3.1 Alat 18

3.2 Bahan-bahan 19

3.3 Prosedur Penelitian 19

3.3.1 Pembuatan standart campuran 19

3.3.2 Preparasi sampel 20

3.3.3 Penginjekan dalam kromatografi gas 21

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

BAB 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil 22

4.2 Perhitungan 22

4.2.1 Bahan aktif 22

4.2.1.1 Fention 23

4.2.1.2 klorpirifos 24

4.2.1.3 Profenofos 25

4.2.2 Sampel 27

4.3 Pembahasan 29

BAB 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 30

5.2 Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.1 Pengelompokan Pestisida Menurut Jenis OPT Sasaranya 5

2.2 Sifat Fisika Dan Kimia Senyawa Profenofos 7

2.3 Kandungan Gizi dari tiap 100 gram kentang bersih

Dapat dimakan 12

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

1 Rumus Struktur Profenofos 6

2 Rumus Struktur Klorpirifos 8

3 Rumus Struktur Fention 9

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah lama dimanfaatkan di

bidang kesehatan untuk melindungi tubuh manusia dari serangan berbagai

penyakit yang tertular oleh vector dan dibidang pertanian untuk mengendalikan

serangan berbagai organisme pengganggu tanaman di lapangan maupun di tempat

penyimpanan. Pada prinsipnya, pestisida adalah bahan racun namun dapat

bermanfaat apabila cara penggunaanya dilakukan secara tepat dan benar

(Hasibuan,2015).

Pestisida adalah bahan racun yang disamping memberikan manfaat di

bidang pertanian tetapi dapat memberikan dampak terhadap kesehatan

masyarakat. Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil

pertanian bahan pangan atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun

tidak langsung dari penggunaan pestisida. Residu pestisida menimbulkan efek

yang bersifat tidak langsung terhadap konsumen, namun dalam jangka panjang

dapat menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya berupa gangguan pada

syaraf dan metabolisme enzim (Wudianto, R., 1997).

Setiap pestisida atau produk perlindungan tanaman yang diperdagangkan

terdiri atas tiga bagian utama, yakni bahan aktif, bahan-bahan pembantu dan

bahan pembawa. Bahan aktif adalah senyawa kimia atau bahan bioaktif lainya

(mikroorganisme, ekstrak tumbuhan dsb) yang mempunyai efek pestisida

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

(pesticidal effect), yakni meracuni OPT atau efek biologi (biological effect)

lainnya, misalnya mengusir serangga, menarik serangga dan sebagainya. Apabila

suatu bahan aktif merupakan senyawa kimia,maka bahan aktif tersebut diberi

nama kimia (chemical name), yakni nama yang didasarkan atas stuktur atau rumus

kimia senyawa tersebut. Bahan aktif juga sering diberi nama umum atau nama

gerik (common name,generic name) yang lebih singkat, lebih mudah diingat dan

dimengerti oleh semua orang yang berkecimpung di bidang pestisida di seluruh

dunia (Djojosumarto,P., 2009).

Kentang yang dikenal orang ternyata telah melampaui perjalanan sejarah

yang panjang. Bahkan, ratusan yang lalu kentang telah dikenal orang. Pertamanya,

kentang belum menyebar luas,tempat tumbuhnya masih terbatas,yaitu di daerah

dingin saja. Kemudian,merambah ke daerah sedang (subtropis) dan akhirnya

mencapai daerah panas (tropis). Perpindahan dari satu daerah ke daerah lain yang

iklimnya berbeda tidak dengan proses yang cepat, tetapi melampaui banyak

tahapan.

Organofosat adalah Nama umum ester dari asam fosfat insektida

organofosfat (Organophosphates – Ops) adalah insektisida yang mengandung

unsur fosfat insektisida organofosfat dihasilkan dari asam fosforik. Insektida ini

dikenal sebagai insektisida yang paling beracun terhadap mamalia. Dahulu

insektisida organofosfat juga dikenal dengan nama fosfat organik (organic

fhosfhates ), insektisida fosfat (fosforus insecticides),kerabat gas racun (nerve gas

relatives), dan ester asam fosfat (fosforik acid esters) (setiadi,2002).

Oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh dari residu pestisida organofosfat

pada tanaman kentang dengan menggunakan alata kromatografi gas. Berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam

pembahasan tugas akhir dengan judul “Penentuan Resisdu Pestisida Golongan

Organoposfat Pada Tanaman Kentang (sollanum tuberosum) di Kabupaten

Serdang Bedagai Dengan Menggunakan Alat Kromatografi Gas.

1.2 Permasalahan

Pada tanaman kentang biasanya memiliki kandungan residu pestisida golongan

organofosfat. Kandungan residu pestisida yang tidak sesuai aturan akan

mempengaruhi kualitas kentang. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui kadar

residu golongan organofosfat pada kentang.

1.3 Tujuan

Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui kadar residu pestisida golongan

organofosfat pada kentang di Kabupaten Serdang Bedagai kecamatan perbaungan.

1.4 Manfaat

Dengan diketahuinya hasil dari kandungan residu pestisida golongan organofosfat

menggunakan alat kromatografi gas maka akan lebih aman untuk mengetahui

baik atau tidaknya kualitas kentang yang dikonsumsi.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida

2.1.1 Pengertian

Menurut pasal 1 ayat (a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan

Pestisida. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan

virus yang digunakan untuk

a) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang

merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasl pertanian

b) Memberantas rerumputan

c) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan

d) Mematikan atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman tidak termasuk pupuk

e) Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan piaraan dan

ternak

f) Memberantas atau mencegah hama-hama air

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

g) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan

h) Memberantas atau pencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan

penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Komisi Pestisida, 2004).

Tabel 2.1: Pengelompokan Pestisida Menurut Jenis OPT Sasarannya

(Djojosumatro2000)

Pestisida OPT sasaran Contoh

Insektisida

Akarisida

Molluskisida

Rodentisida

Fungisida

Bakterisida

Nematisida

Herbisida

Hama : serangga

Hama : tungau

Hama : siput

Hama : tikus

Penyakit : jamur

Penyakit : bakteri

Penyakit: nematoda

Gulma (tumbuhan

Penggangu)

Diafentiuron,karbofuran,metidation,

Profenofos,sipermetrin,siromazin

Akrinotrin,dikofol,heksatiazok

Metaldehida

Brodifakum,kumaklor,klorofasinon,

kumatetralil

difenokonazol,maneb,mankozeb,

melalaksil,thiram,ziram

oksitetrasiklin,streptomisin,tetrasiklin

etrefos,natrium metham,

oksamil 2,4-D,atrazin,ametrin,

bromasil,butaklor,diuron,glifosat,

piperofos,sianazin,sinosulfuron

2.1.2 Insektisida

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang

bisa mematikan semua jenis serangga. Serangga adalah binatang yang 26%

spesiesnya merugikan manusia karena herbivor atau fitofak, sedang sebagian

lainnya merugikan karena menyebarkan penyakit pada manusia dan manusia

ternak. Walau demikian ada pula serangga yang sangat penti (Wudianto, R.,

1997).

Seperti halnya pestisida, insektisida juga dapat meracuni dan

membahayakan makhluk hidup lainnya, yang meliputi serangga bermanfaat

(benefical insect), hewan peliharaan dan manusia.

Secara umum, insektisida adalah bahan kimia beracun yang dapat

digunakan untuk mengendalikan dan membasmi serangga hama yang menyerang

tanaman dan membahayakan kesehatan manusia (Hasibuan,2015).

2.1.3 Insektisida Organofosfat

Insektisida organofosfat dikembangkan di jerman pada masa Perang Dunia

II sebagai pengganti insektisida nikotin yang saat itu merupakan insektisida

pertama untuk pengendalian kumbang kentang colorado (leptinotarsa

decemlineata). Penemuan sifat insektisida dari kelompok organofosfat berkaitan

erat dengan penelitian jenis-jenis gas syaraf seperti sarin, soman, dan tabun

(Sudarsono,2015).

2.1.3.1 Profenofos

Profenofos merupakan insektisida yang berspektrum luas sehingga dapat

mengendalikan berbagai jenis hama. Profenofos merupakan insektisida yang

berdaya racun sedang dengan nilai LD50 oral akut 358-502 mg/kg. Profenofos

bersifat insektisida dan akarisida. Insektisida profenofos telah dikembangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

secara luas dan dipasarkan dengan berbagai merk dagang seperti : Prahar,

Romifos, Sanofos, Polycron, Selecron, cga 15324, Fornofos, Curacon. Rumus

kimia insektisida profenofos tertera pada gambar berikut (Hasibuan,2015).

Gambar 1. Rumus struktur Profenofos

Insektisida profenofos ini diaplikasikan pada tanaman kapas, mangga,

manggis, kubis, sayuran buah seperti tomat dan cabai, dan kacang. Di Indonesia,

profenofos pada umunya diaplikasikan pada cabai dan tomat. Profenofos pada

cabai merah di Indonesia diaplikasikan dengan konsentrasi penyemprotan 0,025-

0,15 kg ai/hL dengan waktu aplikasi sesuai kebutuhan (Irie,2007).

Sifat-sifat kimia senyawa profenofos dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.2 Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Profenofos

Kriteria Hasil

Kemurnian Minimum 91,4%

Bentuk Cair

Warna Coklat terang

Bau Bau lemak,seperti bawang yang

dimasak

Kelarutan dalam pelarut organik pada n-heksan : larut sempurna

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

suhu 25oC n-oktanol : larut sempurna

toluena : larut sempurna

etanol : larut sempurna

diklorometana : larut sempurna

etil asetat : larut sempurna

aseton : larut sempurna

metanol : larut sempurna

Sumber : Irie (2007)

2.1.3.2. Klorpirifos

Klorpirifos diproduksi secara komersial untuk pertama kali pada tahun

1965 oleh Dow Chemical Company. Nilai LD50 chlorpyrifos adalah 95-270

mg/kg. Chlorpyrifos adalah organofosfat uang berspektrim luas. Untuk

memperluas penggunaannya chlorpyrifos telah diformulasikan menjadi beberapa

bentuk seperti : granules (G), werrable powder (WP), dustable powder (D), dan

emulsifiable concentrate (EC). Rumus kimia insektisida chlorpyrifos tertulis pada

gambar berikut ini.

Gambar.2. Rumus Struktur klorpirifos

(Hasibuan,2015)

2.1.3.3 Fention

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

selain sebagai insektisida, fention juga bersifat avisida dan akarisida.

Insektida ini tergolong yang berdaya racun sedang, oleh organisasi kesehatan

dunia (world Healt Organization). Fention bekerja sebagai racun kontak dan

lambung untuk mengendalikan berbagai jenis hama. Insektisida fention telah

dipasarkan secara luas dengan berbagai merek dengan anataran lain. Baycid

baytex, Dalp, DMTP, Entex, Lebaycid, Fention 4E.

Fenthion adalah insektisida organofosfat, avicide, dan acaricide. Seperti

kebanyakan organofosfat lainnya, modus kerjanya adalah melalui penghambatan

kolinesterase. Karena toksisitas yang relatif rendah terhadap manusia dan

mamalia, Fenthion terdaftar sebagai senyawa toksik sedang di Badan

Perlindungan AS Lingkungan dan Organisasi Kesehatan Dunia kelas toksisitas.

Fenthion adalah insektisida yang digunakan terhadap banyak serangga

menggigit. Hal ini terutama efektif terhadap lalat buah, hopper daun, penggerek

batang, nyamuk, parasit hewan, tungau, kutu daun, Codling ngengat, dan burung

penenun. Telah banyak digunakan dalam tebu, padi, ladang jagung, bit, pome dan

batu buah, buah jeruk, pistachio, kapas, buah zaitun, kopi, kakao, sayuran, dan

tanaman merambat Berdasarkan toksisitas yang tinggi pada burung, Fenthion

telah digunakan untuk mengontrol burung penenun dan hama-burung lain di

banyak bagian dunia. Fenthion juga digunakan pada sapi, babi, dan anjing untuk

mengendalikan kutu, lalat, dan parasit eksternal lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

Gambar.3.Rumus struktur Fention

(Hasibuan,2015)

2.1.4. Residu Pestisida

Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian

bahan pangan, atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tidak

langsung dari penggunaan pestisida. Istilah ini mencakup senyawa turunan

pestisida, seperti senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaksi, dan zat

pengotor yang dapat memberikan pengaruh toksikologis.

Batas maksimum residu pestisida dapat didefenisikan sebagai konsentrasi

maksimum residu pestisida yang secara hukum diijinkan atau diketahui sebagai

konsentrasi yang dapat diterima dalam atau pada hasil pertanianm bahan pangan,

atau bahan pakan hewan. Konsentrasi tersebut dinyatakan dalam miligram residu

pestisida per kilogram hasil.

Batas maksimum residu (BMR) pestisida direkomendasikan

berdasarkan rasa residu yang tepat dan diperoleh dari percobaan yang terawasi.

Dengan demikian, data residu pestisida yang diperoleh menggambarkan

penggunaan pestisida yang sesuai dengan tatacara budidaya pertanian yang baik.

BMR pestisida berdasarkan adanya data uang mendukung bahwa residu pestisida

yang tertetapkan diketahui membahayakan manusia.

BMR pestisida berlaku terhadap hasil pertanian yang berupa

pangan, baik dalam bentuk olahan maupun mentah dan pakan hewan yang

diperdagangkan secara nasional maupun internasional. Untuk hasil yang

diperdagangkan dalam lingkup internasional. BMR pestisida diberlakukan pada

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

pintu masuk suatu negara, sedangkan pada hasil yang diperdangangkan dalam

lingkup nasional. BMR pestisida diberlakukan pada pintu masuk jalur

perdagangan (Komisi Pestisida, 2004).

2.2 Kentang

2.2.1 Sejarah Kentang

Kentang yang dikenal orang ternyata telah melampaui perjalanan sejarah

yang panjang. Bahkan, ratusan yang lalu kentang telah dikenal orang. Pertamanya,

kentang belum menyebar luas,tempat tumbuhnya masih terbatas,yaitu di daerah

dingin saja. Kemudian,merambah ke daerah sedang (subtropis) dan akhirnya

mencapai daerah panas (tropis). Perpindahan dari satu daerah ke daerah lain yang

iklimnya berbeda tidak dengan proses yang cepat, tetapi melampaui banyak

tahapan.

Columbus ternyata bukan cuma penemu benua baru. Pengembara terbesar

dalam sejarah peradaban manusia ini, ternyata mampu menembus dan menguak

sejarah baru. Antara lain kentanf itu sendiri konon,berkat Columbus pula, kentang

yang semula hanya tumbuh di sebagian kecil Amerika Selatan,bias menyebar ke

mana-mana. Daerah Amerika Sekatan yang menjadi tempat asal mula kentang ini

tepatnya di sekitar danau T Kentang (solanum tuberosum L) berasal dari Negara

beriklim dingin (belanda,Jerman). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia

sejak sebelum perang dunia II yang di sebut Eugenheimer. Kentang ini merupakan

hasil seleksi di Negri Belanda pada tahun 1890,berikut umbi kekuning-

kuningan,bergdaging kuning dan rasanya enak. Kelemahan dari kentang ini adalah

peka terhadap penyakit busuk daun,virus Y dan A,dan peka terhadap penyakit

layu.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

Sesudah kemerdekaan,varietas-varietas kentang hasil silangan dalam negri

ditemukan dan sejak tahun 1963 lebih dari 21 varietas-varietas unggul yang

mempunyai kualitas ekspor diintroduksikan dari Belanda dan Jerman Barat.

Meskipun kentang bukan bahan makanan pokok bagi rakyat Indonessia,tetapi

konsumennya cenderung meningkat dari tahun ke tahun karena jumlah penduduk

makin bertambah,taraf hidup masyarakat meningkat dan wisatawan asing atau

orang asing yang tinggal di Indonesia meningkat. Sebagai bahan makanan,kentang

banyak mengandung karbohidrat,sumber mineral (fosfor,besi,dan kalium),

mengandung vitamin B,vitamin Cdan sedikit Vitamin A ( Soelarso,1997).

2.2.2 Klasifikasi Kentang Dan Kandungan Gizi

Tanaman kentang (solonum tuberosum L) mempunyai sistematika sebagai berikut:

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Tubiflorae

Family : Solanaceae

Genum : Solanum

Species: Solanum tuberosum L.

Komposisi umbi kentang sangat dipengaruhi oleh berbagai factor,antara

lain, varietas keadaan tanah yang ditanami, pupu yang digunakan, umur umbi

ketika dipanen, waktu dan suhu penyimpanan. Perubahan komposisi umbi selama

pertumbuhan meliputi naiknya kadar pati dan sukrosa serta turunnya kadar air dan

gula pereduksi.

kandungan gizi dari tiap 100 gram kentang bersih dapat dimakan adalah

sebagi berikut :

Tabel.2.3 Kandungan Gizi dari tiap 100 gram kentang bersih dapat dimakan

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

Kandungan Gizi Kentang

Protein 0,1 gr

Karbohidrat

19,1 gr

Vitamin A Sedikit sekali

Vitamin B1 0,085 mg

Vitamin B2 0,040 mg

Fosfor 60,0 mg

Besi 0,8 mg

Kalsium 10,0 mg

Air 77,8 mg

Kalori 83,0 – 85,0 kal

Bagian dapat dimakan 85 %

( Soelarso 1997 )

2.3.Dampak Negatif Pestisida/Insektisida

Secara umum dampak negatif penggunaan insektisida dapat dikelompokkan ke

dalam dua aspek, yaitu aspek kesehatan dan lingkungan hidup dan aspek

pengendalian hama dalam kegiatan usaha tani.

Dampak terhadap lingkungan hidup dan kesehatan :

a) Jika seseorang mendapat kontak secara terus-menerus dengan insektisida

apabila keadaan ini berlangsung dalam waktu yang lama. Penyakit kanker,

gangguan pernafasan, gangguan saraf, dan kelainan-kelainan lain dapat

muncul setelah waktu yang agak lama

b) Jika seseorang memakan hasil-hasil pertanian yang mengandung residu

insektisida. Jika tumpukan residu tersebut tersimpan didalam tubuh manusia

maka dalam waktu lama pasti akan menimbulkan kelainan didalam tubuh

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

c) Apabila terjadi limpahan insektisida/pestisida ke lingkungan dalam jumlah

besar, baik secara sengaja maupun tidak sengaja dapat menewaskan penduduk

yang berada disekitarnya

Dampak negatif terhadap lingkungan dan pengelolaan hama :

a) Menekan populasi hama sasaran

b) Menimbulkan seleksi hama resisten

c) Menghancurkan populasi musuh alami

− Menekan populasi musuh alami secara langsung

− Mereduksi populasi inang atau mangsa dari musuh alami

− Mencemari makanan bahi musuh alami

d) Menimbulkan resurjensi dan hama sekunder

e) Membunuh serangga penyerbuk

f) Mencemari jaringan makanan

g) Menyebabkan ekotoksisitas umum

(Sudarsono,20

15)

2.4 Kromatografi Gas (KG)

2.4.1 Pengertian

Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan

pertama kali pada tahun 1950-an. KG merupakan metode yang dinamis untuk

pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan

senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi

yang signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi

lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat.

KG merupakan gas sebagai gas pembawa/ fase geraknya. Ada 2 jenis

kromatografi gas, yaitu (1) kromatografi gas-cair (KGC) yang fase diamnya

berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut

dalam fase diam; dan (2) kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya

berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik.

Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan

sampel dalam inlet injektor, pemisahan komponen-komponen dalam campuran,

dan deteksi tiap komponen dengan detektor.

2.4.2 Sistem Peralatan Kromatografi Gas

Sistem peralatan KG ditunjukkan dengan komponen utama adalah :

1. Kontrol dan penyedia gas pembawa (fase gerak)

Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena

tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas

pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa

adalah: tidak reaktif; murni/ kering karena kalau tidak murni akan

berpengaruh pada detektor, dan dapat disimpan dalam tangki tekanan

tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen)

2. Ruang suntik sampel

Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara

cepat efesien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil

atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum karena pada satu

ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

helium (gas pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume

cairan yang diinjeksikan (biasanya antara 0,1-3,0 µL) akan segera

diuapkan untuk selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam

ukuran semprit saat ini tersedia di pasaan sehingga injeksi dapat

berlangsung secara mudah dan akurat. Septum karet, setelah dilakukan

pemasukan sampel secara berulang, dapat diganti dengan mudah.

Sistem pemasukan sampel (katup untuk mengambil sampel gas) dan

untuk sampel padat juga tersedia di pasaran.

3. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena

didalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan

komponen sentral pada KG.

Ada tiga jenis kolom pada KG yaitu kolom kemas (packing

column) dan kolom kapiler (capillary column); serta kolom preparatif

(preparative column).

Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat

atau dari tembaga dan alumunium. Panjang kolom jenis ini adalah 1-5

meter dengan diameter dalam 104 mm. Kolom kapiler sangat banyak

dipakai karena kolom kapiler memberikan efesiensi yang tinggi (harga

jumlah pelat teori yang sangat besar > 300.000 pelat). Kolom

preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari

adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks.

Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non

polar, polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

digunakan adalah metil polisiloksan (Hp-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5)

dan fenil 5%-metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8).

Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan 50%

(HP-17; DB-17; CPSIL-19), sementara itu fase diam yang polar adalah

seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-

20M).

4. Detektor

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah

detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung

kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa

komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu

sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan

komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal

elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif

maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di

antara fase diam dan fase gerak.

Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor

diferensial, dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan

relasi yang linier dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang

teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik

komponen-komponen oleh KG disajikan oleh detektor sebagai deretan

luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam

kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas

puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan tetapi

apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks

misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk

lain.

5. Komputer

Komponen KGselanjutnya adalah komputer. KG modern

menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya

(software) untuk digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa

fungsi antara lain:

• Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran

fase gas; suhu oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan

sampel secara otomatis.

• Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan

menggunakan grafik berwarna.

• Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan

dengan statistik.

• Menyimpan data parameter anaisis untuk analisis senyawa tertentu.

(Rohman, A., 2009)

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

BAB 3

METOE PENELITIAN

3.1 Alat yang digunakan dalam penelitian

Nama Alat Merk Alat

1. Telenan

2. Pecincang Stanles Steel

3. Neraca Analitik Metter Toledo

4. Spatula

5. Beaker Glass Iwaki

6. Erlenmeyer Iwaki

7. Pipet Volume Iwaki

8. Bulp

9. Ultra Turax IKA T.25

10. Alumunium Foil

11. Labu bulat Iwaki

12. Rotari Evaporator IKA KV 600

13. Pipet Tetes

14. Test Tube Iwaki

15. Rak Tabung Reaksi

16. Siring Hamilton

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

17. Kromatografi Gas GC 2010

3.2 Bahan-bahan yang digunakan dalam Penelitian

1. Kentang

2. Aseton p.a. Merck

3. Isooktan p.a. Merck

4. Diklorometan p.a. Merck

5. Petroleum Eter 400C-600C p.a. Merck

6. Fention

7. Preponofos

8. Klorpirifos

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pembuatan Standart Campuran Bahan Aktif Fention, Klorpirifos

dan Profenopos

Fention

− Ditimbang bahan aktif Fention sebanyak ±0.02 g

− Diencerkan dengan pelarut aseton dalam labu ukur 25ml

− Dihomogenkan

− Diencerkan kembali dengan pelarut isooktana standart bahan aktif sampai

konsentrasi seri standart 100 ng/l dan 10 ng/l

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

− Dipipet sebanyak 1 ml konsentrasi seri standart 10 ng/l kedalam labu

ukur 10 ml untuk membuat standart campuran dengan konsentrasi standart

1 ng/l

Klorpirifos

− Ditimbang bahan aktif Klorpiripos sebanyak ±0.02 g

− Diencerkan dengan pelarut aseton dalam labu ukur 25ml

− Dihomogenkan

− Diencerkan kembali dengan pelarut isooktana standart bahan aktif sampai

konsentrasi seri standart 100 ng/l dan10 ng/l

− Dipipet sebanyak 1 ml konsentrasi seri standart 10 ng/l kedalam labu

ukur 10 ml yang sudah berisi bahan aktif Dimetoat

Propenofos

− Ditimbang bahan aktif Propenofos sebanyak ±0.02 g

− Diencerkan dengan pelarut aseton dalam labu ukur 25ml

− Dihomogenkan

− Diencerkan kembali dengan pelarut isooktana standart bahan aktif sampai

konsentrasi seri standart 100 ng/l dan 10 ng/l

− Dipipet sebanyak 1 ml konsentrasi seri standart 10 ng/l kedalam labu

ukur 10 ml yang sudah berisi bahan aktif Dimetoat dan Klorpirifos

− Diencerkan kembali campuran bahan aktif dengan pelarut isooktana

sampai garis batas

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

− Dihomogenkan

3.3.2 Preparasi Sampel Kentang

− Kentang dicincang

− Ditimbang sebanyak 15 gr menggunakan neraca analitik

− Dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml

− Ditambahkan Aseton, Diklorometane dan Petruleum Eter masing-

masing sebanyak 30 ml dengan menggunakan pipet volume

− Dihaluskan sampel dengan menggunakan alat ultra turax

− Didiamkan sampai filtrat dan endapan terpisah

− Dipipet filtrat sebanyak 25 ml

− Dimasukkan kedalam labu didih

− Dirotari evaporator filtrat sampai pelarut menguap seluruhnya

− Dilarutkan hasil rotap dengan perbandingan pelarut toluena : isooktan

(10:90)

− Dipipet sebanyak 5 ml

− Dimasukkan ke dalam test tube

3.3.3 Penginjekkan ke Alat Kromatografi gas

1. Disuntik 1-2 µl larutan standar campuran dan ekstrak sampel kedalam

kromatografi gas dengan kondisi sebagai berikut :

Kolom kapiler,restek Rtx -1 MS,0.25 mm id x 0,25 µm df x 30 m

Suhu kolom 190oC

Suhu injektor : 230oC

Suhu detektor : 230o C

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

Laju alir : 30 ml/min

Gas pembawa : gas nitrogen (N2), gas helium (He) dan gas hidrogen (H2)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Data Hasil Analisis Residu Pestisida Organofosfat pada Sampel kentang

No. Nama/Asal

Sampel

Standard

Bahan

Aktif

Konsentrasi

Standard

Bahan Aktif

Area

Standard

Area

Sampel

Hasil

Pengujian

1. Kentang/

Kabupaten:

serdang

bedagai

Kecamatan:

perbaungan

(pasar lama)

Fention 0,9340 Simplo :

128877

Simplo :

-

Tidak

terdeteksi

Duplo :

133770

Duplo :

-

Klorporifos

1,0190

Simplo :

899099

Simplo :

-

Tidak

terdeteksi

Duplo :

856504

Duplo :

-

Propenofos 0,9820 Simplo :

457601

Simplo :

209726

Tidak

Terdeteksi

Duplo :

490843

Duplo :

208287

2. Kentang/

Kabupaten:

serdang

bedagai

Kecamatan:

Fention 1,0245 Simplo :

1246659

Simplo:

-

Tidak

Terdeteksi

Duplo :

1256221

Duplo :

-

Klorpirifos 1,0190 Simplo : Simplo: Terdeteksi

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

perbaungan

(pasar lama)

1007277 67515 0,072

mg/kg Duplo :

1011718

Duplo :

56559

Propenofos 0,9820 Simplo :

572728

Simplo:

-

Tidak

Terdeteksi

Duplo :

471540

Duplo :

-

4.2 Perhitungan

4.2.1 Pada Bahan Aktif

Rumus Standarisasi Pada Bahan Aktif

STD (mg/ml) = berat sampel (mg)

volume labu takar (ml)x

kemurnian

100

Rumus Pengenceran Larutan Standar :

V1. N1 = V2. N2

4.2.1.1 Fention

Fention 97,3% tertimbang 0,0329 g (32,9 mg)

97,3

100 x

32,9

25 = 1,2805 mg/ml→ 1280,5 ng/l

1. Pengenceran 100 ng//l dalam labu takar 25 ml

V1. N1 = V2. N2

V1. 1280,5 = 25.100

V1 =2500

1280,5

= 1,9 ml

Maka, 1,9 . 1280,5 = 25. N2

N2 =1,9.1280,5

25

= 97,318 ng/l

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

2. Pengenceran 10 ng//l dalam labu takar 25 ml

V1. N1 = V2. N2

V1. 97,318 = 25.10

V1 =250

97,318

= 2,5 ml

Maka, 2,5 . 97,318 = 25. N2

N2 =2,5.97,318

25

= 9,7318ng

l

3. Pengenceran 1 ng//l dalam labu takar 10 m

Buat 1 ng/l →V1N1 = V2N2

V1. 9,7318 = 10.1

V1 =10

9,7318

= 1,0 ml

N2 =1,0.9,7318

10

0,9731 ng/l

4.2.1.2 Klorpirifos

98,8% tertimbang 0,0268 g (26,8 mg)

26,8

25 x

98,8

100 = 1,0591 mg/ml→ 1059,1 ng/l

1. Pengenceran 100 ng/µl dalam labu takar 25 ml

V1. N1 = V2. N2

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

V 1. 1059,1 = 25.100

V1 =2500

1059,1

= 2,3 ml

Maka,

2,3 . 1059,1 = 25. N2

N2 =2,3.1059,1

25

= 97,4372 ng/l

2. Pengenceran 10 ng/µl dalam labu takar 25 ml

V1. N1 = V2. N2

V1. 97,4372 = 25.10

V1 =250

97,4372

= 2,5 ml

Maka,

2,5 . 97,4372 = 25. N2

N2 =2,5.97,4372

25

= 9,7437 ng/l

3. Pengenceran 1 ng/l dalam labu takar 10 ml

V1N1 = V2N2

V1. 9,7437 = 10.1

V1 =10

9,7437

= 1,0 ml

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

V1N1 = V2N2

1,0.9,7437 = 10. N2

N2 =1,0.9,7437

10

= 0,9743 ng/l

4.2.1.3 Propenofos

96,9% tertimbang 0,0233 g (23,3 mg )

23,3

25 x

96,9

100 = 0,9031 mg/ml→ 903,1 ng/l

1. Pengenceran 100 ng/µl dalam labu takar 25 ml

V1. N1 = V2. N2

V1. 903,1 = 25.100

V1 =2500

903,1

= 2,7 ml

Maka,

2,7 . 903,1 = 25. N2

N2 =2,7.903,1

25

= 97,5348 ng/l

2. Pengenceran 10 ng/µl dalam labu takar 25 ml

V1. N1 = V2. N2

V1. 97,5348 = 25.10

V1 =250

97,5348

= 2,5 ml

Maka,

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

2,5 . 97,5348 = 25. N2

N2 =2,5.97,5348

25

= 9,7534 ng/l

3. Pengenceran 1 ng/l dalam labu takar 10 ml

V1N1 = V2N2

V1. 9,7534 = 10.1

V1 =10

9,7534

= 1,0 ml

Maka,

V1N1 = V2N2

1,0.9,7534 = 10. N2

N2 =1,0.9,7534

10

= 0,9753 ng/l

4.2.2 Sampel

− Penentuan Batas Maksimum Residu

Csampel(mg/kg)=

Area sampel

Rata−rata area standarx C.Standar (ng µl)⁄ x V.Inj(µl)x

FP(µl)

V.Inj Std(µl) xFK

W (gr)

𝑺𝒊𝒎𝒑𝒍𝒐 + 𝑫𝒖𝒑𝒍𝒐

2

Keterangan:

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

C.standar = Konsentrasi standar

Std = Standar

V.inj = Volume Injek

FP = Faktor pengenceran (5000 µl)

FK = Faktor Koreksi (87

25)

Crata-rata = konsentrasi rata-rata

Csampel = Konsentrasi Sampel

𝐶𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑜(𝑚𝑔/𝑘𝑔) =

675151009498 x 1,0190 ng µl⁄ x

8725

x 5000

1 x 1µ1µ

15,102 gr

= 0,078 mg/kg

𝐶𝑑𝑢𝑝𝑙𝑜(𝑚𝑔/𝑘𝑔) =

565591009498 x 1,0190 ng µl⁄ x

8725

x 5000

1 x 1µ1µ

15,082 gr

= 0,066 mg/kg

Rata-rata :

0,078 + 0,066

2

= 0,072mg/kg (BMR : 2 mg/kg)

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

4.3 Pembahasan

Dari hasil percobaan diperoleh batas maksimum residu pestisida pada

kentang di kabupaten serdang bedagai kecamatan perbaungan (pasar lama) dengan

standart bahan aktif profenofos, klorfirifos dan fention tidak teredeteksi, dan di

kabupaten serdang bedagai kecamatan perbaungan (pasar baru) dengan standart

bahan aktif klorfirifos terdeteksi 0,072 mg/kg dan profenofos dan fention tidak

terdeteksi. Beberapa faktor bahan aktif tersebut tidak terdeteksi yaitu karena di

dalam kentang tidak terkandung bahan aktif tersebut atau bahan aktif yang

terkandung di dalam kentang sangat sedikit sehingga tidak dapat dideteksi oleh

alat yang digunakan (dibawah deteksi alat ). Dan ada juga factor yang

menyebabkan bahan aktif tersebut tidak terdeteksi yaitu karena ketika proses

pemanenan kentang,curah hujan sedang tinggi. Maka residu pestisida pada

kentang tersebut telah terurai oleh air hujan. Letak tumbuh tanaman kentang yang

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

berada di dalam tanah juga dapat mempengaruhi kadar residu pestisida, karena

pestisida yang masuk kemungkinan banyak yang menempel di tanah di

bandingkan di tanaman kentang tersebut.

Dengan demikian residu pestisida golongan organofosfat pada kentang

yang ada di kabupaten serdang bedagai kecamatan perbaungan tidak terdeteksi

atau tidak melebihi batas maksimum residu oleh karena, itu kentang yang di

produksi di kabupaten serdang bedagai aman untuk di konsumsi.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil analisa kandungan residu pestisida golongan organofosfat pada

kentang di kabupaten serdang bedagai kecamatan perbaungan (pasar lama) dengan

standart bahan aktif profenofos, klorfirifos dan, fention tidak teredeteksi,

sedangkan di kabupaten serdang bedagai kecamatan perbaungan (pasar baru)

dengan standart bahan aktif profenofos dan fention tidak terdeteksi, klorfirifos

terdeteksi 0,072 mg/kg.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

5.2 Saran

Sebaiknya para petani tidak menggunakan pestisida yang berlebihan, adakalahnya

menggunakan pestisida secukupnya agar tidak membahayakan masyarakat yang

mengkonsumsi kentang tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, P. (2000). Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta

Hasibuan, R. (2015). Insektisida Organik Sintetik dan Biorasional. Plantaxia.

Yogyakarta.

Irie, M. (2007). Pesticide Residues In Food. Report of the JMPR.

Komisi Pestisida, 2004. Pedoman Pengujian Residu Pestisida Dalam Hasil

Pertanian.Jakarta : Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

Direktorat Perlindungan Tanaman

Rohman, A., (2009) .Kromatografi Untuk Analis Obat. Yogyakarta Graha Ilmu

Setiadi. (2000). Varietas Dan Pembudidayaan.Jakarta Penebar Swadaya

Soelarso,B.(1997).Budidaya Kentang Bebas Penyakit. YogyakartaPenerbit

Kanisius

Sudarsono, H. (2015). Pengantar Pengendalian Hama Tanaman. Plantaxia.

Yogyakarta.

Wudianto, R. (2001). Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

Lampiran 1. Gambar Instrument Kromatografi Gas

Seperangkat instrument kromatografi gas Shimadzu 2010

Gas Pembawa

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PENENTUAN RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOPOSFAT …

Lampiran 2. Gambar Perangkat Pendukung Lainnya

Neraca Analitik Ultra Turax

Rotary Evaporator

Universitas Sumatera Utara