RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain...

23
RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING AYAM BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR TANTINA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain...

Page 1: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING AYAM

BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR

TANTINA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik
Page 3: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Residu Antibiotik

Fluorokuinolon pada Daging Ayam Broiler di Wilayah Jakarta Timur adalah

benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Tantina

NIM B04090166

Page 4: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

ABSTRAK

TANTINA. Residu Antibiotik Fluorokuinolon pada Daging Ayam Broiler di

Wilayah Jakarta Timur. Dibimbing oleh HADRI LATIF dan ABDUL ZAHID

ILYAS.

Fluorokuinolon ialah agen antibakteri sintetis yang digunakan dalam

pengobatan berbagai infeksi bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

keberadaan residu antibiotik fluorokuinolon pada daging ayam broiler yang dijual

pada pasar wilayah Jakarta Timur. Sebanyak 240 daging ayam broiler diambil di

pasar wilayah Jakarta Timur. Sampel diuji dengan menggunakan metode Enzyme

Linked Immunosorbent Assay (ELISA) kompetisi langsung. Hasil uji

menunjukkan bahwa terdapat 51 sampel (21.25%) positif terdeteksi residu

antibiotik fluorokuinolon pada kisaran konsentrasi 4.54 sampai 85.61 part per

billion (ppb). Selanjutnya, terdapat 31 sampel (15.84%) sampel pada rentang

10.67 sampai 85.61 ppb melebihi batas maksimum residu (BMR) yang telah

ditetapkan dalam SNI No: 01-6366-2000 yaitu 0.01 mg/kg atau setara dengan 10

ppb. Keberadaan residu antibiotik dalam daging ayam broiler dapat disebabkan

oleh penggunaan antibiotik yang tidak sesuai jenis penyakit, dosis yang

berlebihan dan tanpa memerhatikan waktu henti obat. Sebagian besar sampel

daging ayam di wilayah Jakarta Timur memiliki residu antibiotik fluorokuinolon

melebihi BMR.

Kata kunci: daging ayam broiler, ELISA, fluorokuinolon, residu antibiotik.

ABSTRACT

TANTINA. Fluoroquinolone Antibiotic Residues in Broiler Chicken in East

Jakarta region. Guided by HADRI LATIF and ABDUL ZAHID ILYAS.

The fluoroquinolones way a series of synthetic antibacterial agents that are

used in the treatment of a variety of bacterial infections. The aim of this study was

to determine the presence of fluoroquinolone antibiotic residues in broiler chicken

meat that sold in East Jakarta region. A total of 240 broiler meat were taken from

market in East Jakarta region. Samples were tested using direct competitive

Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). The results showed that there

were 51 samples (21.25%) contained fluoroquinolones antibiotic residue in the

range of concentration 4.54 to 85.61 parts per billion (ppb). Furthermore, there

were 31 samples (15.84%) of the samples in the range of 10.67 to 85.61 ppb, that

exceeding the maximum residue limit (MRL) established on SNI No: 01-6366-

2000 was 0.01 mg/kg or equivalent to 10 ppb. The presence of antibiotic residues

in broiler meat could be caused by improper use of antibiotics, excessive doses,

and regardless withdrawal time. Most of the samples of chicken meat in East

Jakarta region has a fluoroquinolones antibiotic residues exceeding the MRL.

Key words: broiler meat, ELISA, fluoroquinolones, residues antibiotic

Page 5: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING AYAM

BROILER DI WILAYAH JAKARTA TIMUR

TANTINA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik
Page 7: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

Judul Skripsi : Residu Antibiotik Fluorokuinolon pada Daging Ayam

Broiler di Wilayah Jakarta Timur

Nama : Tantina

NRP : B04090166

Disetujui oleh

Dr Drh. Hadri Latif, MSi

Pembimbing I

Drh. Abdul Zahid Ilyas, MSi

Pembimbing II

Diketahui

Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet

Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

Page 8: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya, sehingga skripsi dengan judul Residu Antibiotik

Fluorokuinolon pada Daging Ayam Broiler di Wilayah Jakarta Timur dapat

diselesaikan.

Terima kasih Penulis ucapkan kepada Dr Drh. Hadri Latif, MSi selaku

dosen pembimbing skripsi I dan Drh. Abdul Zahid Ilyas, MSi selaku dosen

pembimbing skripsi II, atas segala bimbingan, dorongan, kritik, dan saran yang

telah diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Di samping itu,

penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Drh. Anita Esfandiari, MSi

selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama

menjadi mahasiswa FKH IPB. Ungkapan terima kasih Penulis ucapkan juga

kepada Dr Ir. Etih Sudarnika, MSi, Prof Dr Drh Mirnawati Sudarwanto, Dr Drh

Denny Widaya Lukman, MSi, Drh Herwin Pisestyani, MSi, Drh Yulia, Drh

Odelia, mba Nia, Agung, dan mba Evy atas dorongan, masukan, dan bantuan

selama pengumpulan dan pengolahan data.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Edy Taryono, Ibu

Endang Rinjani, kakak (Ferdila, Windy, Yuda), adik Aga, dan keponakan Keizo

atas doa, kasih sayang, dan dukungan yang diberikan selama ini. Selanjutnya

ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada teman seperjuangan selama

penelitian Rimadinar dan Theresia yang telah banyak membantu selama proses

penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada sahabat-

sahabat terdekat (Puri, Ica, Chiko, Uya, Rocky, Irnanda, Nisa, Widy, Dewi,

Nandha, Memey, Pucan, Rifqah, Jo, Ridwan, Hadi) serta teman-teman seangkatan

Geochelone 46 yang sama-sama berjuang dalam menempuh pendidikan di Institut

Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

terdapat kesalahan.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai

evaluasi bagi Penulis. Terlepas dari kekurangan yang ada, Penulis berharap

skripsi ini dapat memberi manfaat bagi yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2014

Tantina

Page 9: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL Viii

DAFTAR GAMBAR Viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

1

2

TINJAUAN PUSTAKA

Antibiotik 2

Pengunaan Antibiotik pada Peternakan Unggas 2

Residu Antibiotik 3

Fluoorokuinolon 4

Enzyme Linked immunosorbent Assay (ELISA) 5

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat 6

Alat dan Bahan 6

Metode Penelitian 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

10

10

RIWAYAT HIDUP 15

Page 10: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

DAFTAR TABEL

1 Nilai residu antibiotik fluorokuinolon pada sampel daging ayam

broiler. 8

2 Nilai kisaran konsentrasi (ppb) residu antibiotik fluorokuinolon

pada daging ayam broiler. 9

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur dasar senyawa kuinolon. 4

2 Struktur kimia dari enfrofloksasin dan siproflokasin. 5

3 Kurva standar ELISA antibiotik fluorokuinolon pada daging ayam. 8

Page 11: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan laju

pertumbuhan yang terus meningkat setiap tahunnya. Seiring dengan

meningkatnya laju pertumbuhan penduduk Indonesia , meningkat pula kebutuhan

akan protein hewani. Daging ayam broiler merupakan salah satu sumber protein

hewani yang bernilai gizi tinggi dan berperan penting dalam memperbaiki kualitas

sumber daya manusia. Ayam broiler merupakan ternak yang pertumbuhannya

cepat, sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat yaitu 5

hingga 7 minggu. Ayam broiler memiliki peran penting sebagai sumber protein

hewani asal ternak (Resnawati 2005).

Meningkatnya permintaan produk ternak akan diikuti dengan peningkatan

pemakaian obat hewan baik dalam bentuk, jenis, maupun jumlahnya. Dalam

kesehatan hewan, antibiotik selain digunakan sebagai obat juga digunakan sebagai

pemacu pertumbuhan yang diberikan dalam bentuk imbuhan pakan. Penggunaan

antibiotik yang berlebihan dapat menimbulkan residu antibiotik dalam produk asal

ternak (Bahri et al. 2006). Daging merupakan salah satu produk asal ternak yang

dapat mengandung bahaya kimiawi yaitu residu antibiotik. Keberadaan residu

antibiotik pada daging dikarenakan peternak tidak mematuhi dosis dan waktu

henti pemberian obat. Keberadaan residu antibiotik yang melewati batas

maksimum residu (BMR) menyebabkan daging tidak aman untuk di konsumsi.

Bahaya potensial residu antibiotik dalam makanan terhadap kesehatan

secara umum dapat ditinjau dari 3 aspek, yaitu aspek toksikologis, mikrobologis,

dan imunopatologis. Residu antibiotik dalam pangan asal hewan dapat

mengancam kesehatan masyarakat serta menimbulkan alergi, keracunan, gagalnya

pengobatan akibat resistensi, dan gangguan jumlah mikroflora dalam saluran

pencernaan pada manusia (Murdiati 1997). Dampak ekonomi yang ditimbulkan

dari adanya residu antibiotik dalam pangan asal ternak, berupa penolakan produk

terutama bila produk tersebut di ekspor ke negara yang konsisten dan serius dalam

menerapkan sistem keamanan pangan (Crawford dan Franco 1994).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mendeteksi keberadaan residu antibiotik

pada daging ayam broiler agar aman dikonsumsi yaitu melalui pengujian secara

rutin dengan monitoring atau surveilans residu antibiotik secara terkoordinasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Antibiotik

Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme

(khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat

membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain (Munaf

1994). Penggunaan obat-obatan terutama antibiotik dalam bidang peternakan

Page 12: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

2

tidak dapat dihindari, karena kesehatan ternak yang harus selalu terjaga sehingga

dapat berproduksi secara optimal, namun penggunaan antibiotik untuk mengatasi

penyakit infeksi harus didasarkan pada identifikasi bakteri yang menyebabkan

infeksi, disertai hasil uji kepekaan dari bakteri yang bersangkutan, sehingga akan

diperoleh hasil yang maksimal (Murdiati 1997).

Penambahan obat-obatan anti bakteri (antibiotik) ke dalam ransum pakan

ternak dapat meningkatkan laju pertumbuhan berat badan atau memperbaiki laju

efisiensi pakan. Penggunaan obat-obatan tersebut meningkat tajam khususnya

pada sapi potong dan ayam pedaging untuk mempercepat laju pertumbuhan bobot

badan. Antibiotik yang diijinkan untuk dipergunakan sebagai imbuhan pakan

umumnya tidak diabsorpsi dari saluran pencernaan atau absorpsinya sangat kecil,

sehingga antibiotik dapat cepat dieleminasi dari tubuh. Absorpsi yang sangat kecil

menyebabkan distribusi ke jaringan juga sangat kecil dan dengan sendirinya tidak

akan ditemukan residu dalam produk hewan (Murdiati 1997).

Penggunaan Antibiotik pada Peternakan Unggas

Ayam broiler merupakan sebutan ayam ras hasil budidaya teknologi

peternak yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang

cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan yang efisien dan siap

dipotong pada usia yang relatif muda. Ayam broiler siap dipanen pada usia 35

sampai dengan 45 hari dengan berat badan antara 1.2 sampai dengan 1.9 kg/ekor

(Priyatno 2003). Cara yang digunakan untuk memperoleh pertumbuhan yang

cepat oleh peternak yaitu dengan menggunakan antibiotik karena dipercaya dapat

memperbaiki konversi pakan ternak sehingga dapat meningkatkan efisiensi

produksi dan meningkatkan laju pertumbuhan. Penggunaan antibiotik yang tidak

memperhatikan waktu henti obat (withdrawal time), akan menimbulkan residu

antibiotik pada produk hewan (Bahri et al. 2000). Tidak dipatuhinya waktu henti

obat, kemungkinan disebabkan oleh bahaya residu antibiotik pada pangan asal

ternak belum dipahami, peternak belum mengetahui waktu henti obat setelah

pemakaian antibiotik, banyak perusahaan obat hewan tidak mencantumkan waktu

henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga

bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik ternak, iklim setempat,

cara pemberian, dosis obat, status kesehatan hewan, produk ternak yang

dihasilkan, batas toleransi residu obat, dan formulasi obat (Bahri et al. 2005).

Antibiotik pada kemasan sering digunakan dalam peternakan unggas untuk

mengobati dan menghindari penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme,

terutama yang disebabkan oleh bakteri. Herrick (1993) melaporkan bahwa sekitar

50% keberadaan residu obat pada produk ternak disebabkan karena tidak

dipatuhinya waktu henti pemberian obat. Pemakaian obat yang dilakukan oleh

peternak dapat menimbulkan residu dalam produk ternak. Penggunaan obat hewan

yang kurang tepat berkaitan dengan pola pemasaran obat hewan di lapangan.

Sekitar 33.3% peternak ayam petelur skala kecil dan 30.8% peternak ayam

pedaging skala kecil tidak mempunyai dokter hewan, tetapi mendapat obat

langsung dari distributor atau importir sehingga penggunaan obat-obatan

cenderung tidak mengikuti aturan yang benar (Kusumaningsih et al. 1997).

Menurut Rahayu (2010), senyawa yang dimasukan ke dalam tubuh akan

mengalami berbagai proses yang terdiri dari penyerapan (absorpsi), distribusi,

Page 13: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

3

metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Penyerapan terjadi di dalam saluran

pencernaan yang sebagian besar dilakukan oleh usus apabila bahan tersebut

dimasukkan melalui mulut. Senyawa yang berbentuk asli maupun metabolitnya

akan dibawa oleh darah dan akan didistribusikan ke seluruh bagian tubuh setelah

terjadi penyerapan. Metabolisme akan terjadi di dalam organ-organ tubuh yang

berfungsi untuk hal tersebut dan pada sel-sel serta jaringan yang mampu

melakukannya. Eliminasi akan dilakukan oleh alat-alat ekskresi terutama ginjal,

dalam bentuk kemih dan lewat usus dalam bentuk tinja. Timbunan senyawa atau

metabolit di dalam tubuh akan terjadi apabila senyawa-senyawa tersebut diberikan

dalam waktu yang lama, itulah yang disebut dengan residu.

Residu Antibiotik

Residu antibotik merupakan senyawa asal dan atau metabolitnya yang

terdapat dalam jaringan produk hewani dan termasuk residu hasil uraian lainnya

dari antibiotik tersebut. Residu dalam bahan makanan (terutama jaringan ternak

untuk konsumsi) meliputi senyawa asal yang tidak berubah, metabolit dan/atau

konjugat lain. Beberapa metabolit obat diketahui bersifat kurang atau tidak toksik

dibandingkan dengan senyawa asalnya, namun beberapa metabolit bersifat lebih

toksik. Residu antibiotik dalam makanan asal hewan erat kaitannya dengan

penggunaan antibiotik untuk pencegahan dan pengobatan penyakit serta

penggunaannya sebagai imbuhan pakan. Pakan yang mengandung antibiotik akan

berinteraksi dengan jaringan (organ) dalam tubuh ternak, meskipun dalam jumlah

yang kecil pengaruh yang ditimbulkan tidak secara langsung tetapi akan berefek

kronis dan tetap berada dalam tubuh ternak (Adam 2002).

Penggunaan antibotik meningkat tajam khususnya pada ternak sapi

pedaging dan ayam pedaging. Apabila hewan ternak yang baru saja mendapatkan

suntikan antibiotik atau ransum tersebut segera dipotong, maka dapat

meninggalkan residu obat-obatan di dalam daging ternak, telur, susu, atau produk

ternak lainnya. Keberadaan residu antibiotik dalam pangan asal hewan dapat

mengakibatkan efek yang buruk bagi manusia, diantaranya alergi keracunan,

karsinogen, dan resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik tertentu. Dengan

bahayanya efek residu terhadap kesehatan, maka ada ketentuan nilai Batas

Maksimum Residu (BMR) dalam produk ternak untuk masing-masing antibiotik

berdasarkan Standar Nasional Indonesia (BSN 2001).

Fluorokuinolon

Kuinolon adalah kelompok obat antibakteri spektrum luas sintesis yang

memiliki target DNA sintesis. Fluorokuinolon ialah agen antibakteri sintetis yang

digunakan dalam pengobatan berbagai infeksi bakteri (Sarkozy 2001).

Fluorokuinolon merupakan turunan dari kuinolon yang memiliki gugus florida

pada cincin kuinolon di posisi C-6 (Gambar 1) yang bekerja terhadap enzim DNA

girase dan topoisomerase IV, sehingga dapat mengganggu proses replikasi dan

transkripsi DNA yang menyebabkan kematian pada sel (Somasundaram dan

Manivannan 2013). Salah satu turunan dari golongan fluorokuinolon ialah

enrofloksasin. Enrofloksasin atau asam karboksilat 1-siklopropil-6-fluoro-1.4-

dihidro-4okso-7-(4-etil-1-piperzinil)-3-kuinolon adalah salah satu jenis

Page 14: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

4

antimikroba generasi kedua golongan kuinolon yang disintesa pertama kalinya

pada tahun 1980 oleh Grohe dan Peterson (Gambar 2). Antibakteri ini

berspektrum luas yang digunakan di Amerika sejak tahun 1996 untuk mengatasi

infeksi yang disebabkan oleh bakteri E. coli pada ayam dan P. multocida pada

kalkun (UCSUSA 2003).

NX

O

OH

O

Gambar 1 Struktur dasar senyawa kuinolon

Enrofloksasin sering digunakan untuk mengatasi salmonellosis,

colibacillosis, dan CRD pada ayam. Pemberian enrofloksasin terhadap hewan

untuk pengobatan secara intensif dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan

akumulasi residu antibiotik dalam produk hewani. Enrofloksasin dalam tubuh

hewan akan dimetabolisir menjadi siprofloksasin (Gambar 3) melalui proses

oksidatif dealkilasi. Siprofloksasin masih mempunyai aktivitas bakterisidal,

walaupun sebagai metabolit. Selain siprofloksasin terdapat pula metabolit

tambahan lainnya (seperti oksosiprofloksasin, enrofloksasin amida,

dioksosiprofloksasin) juga terbentuk namun kurang dari 10% dari total residu

(Emea 1998). Menurut Widiastuti (2008), residu antibiotik dalam produk ternak

dapat terbentuk akibat penggunaan yang berlebihan atau tidak memperhatikan

waktu henti obat sehingga dapat memicu perkembangan resisten strain bakteri

pada manusia melalui makanan yang dikonsumsi. Masalah ini akan berkaitan

dengan kesehatan masyarakat, terutama melalui peningkatan resiko kegagalan

pengobatan. Penggunaan antibiotik ini berkhasiat terhadap organisme yang

resisten terhadap antibiotik beta laktam, aminoglikosida, tetrasiklin, folat

antagonis, dan makrolida.

N

N

O

O

O

HF

Gambar 2 Struktur ikatan kimia dari enfrofloksasin.

Page 15: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

5

N

N

H

F

OO

O

H

(b)

Gambar 3 Struktur ikatan kimia dari siproflokasin.

Menurut Andriyanto (2010), penggunaan antibiotik enrofloksasin pada

ayam menjadi pilihan utama dalam menganggulangi infeksi saluran pencernaan

dan pernafasan sehingga kadang-kadang penggunaanya menjadi tidak terkendali.

Penggunaan antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan resistensi bakteri

sehingga penggunaan antibiotik menjadi tidak efektif, selain itu dapat

menghambat pengendalian dan pengobatan penyakit (Murtidjo 2008). Adapun

Batas Maksimum Residu (BMR) untuk total residu enrofloksasin dalam daging

yang ditetapkan oleh SNI adalah 0.01 mg/kg atau setara dengan 10 ppb (BSN

2001).

Enzyme Linked Immunosorbent Assay

Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) merupakan salah satu

metode yang sistem deteksinya berdasarkan reaksi enzimatik yang melibatkan

protein yang mengkatalisis suatu reaksi biokimia dan antibodi atau antigen

sebagai molekul imunologik. ELISA membutuhkan tahapan penambahan dan

reaksi reagensi kedalam suatu senyawa terikat fase padat (solid phase bound

substance), melalui inkubasi dan pemisahan molekul terikat dan bebas

menggunakan tahapan pencucian. Reaksi enzimatik digunakan untuk

menghasilkan warna dan analisis kuantifikasi. Competitive ELISA biasanya

digunakan untuk mendeteksi kontaminan dengan berat molekul kecil didalam

makanan seperti mikotoksin, pestisida, dan antibiotik. Competitive ELISA terdiri

dari direct competitive ELISA dan indirect competitive ELISA.

ELISA kompetisi langsung (direct competitive ELISA) merupakan metode

dimana antibodi dilekatkan pada sebuah fase solid yang kemudian analit dan

enzyme-labelled competing antigen ditambahkan secara bersamaan untuk bersaing

dengan bagian perlekatan antibodi yang terbatas (limited antibody binding sites).

Setelah inkubasi, setiap reagen yang tidak terikat dihilangkan dengan pencucian

yang kemudian ditambahkan larutan substrat untuk menghasilkan warna.

ELISA kompetesi tidak langsung (indirect competitive ELISA) merupakan

metode dimana antigen yang dilekatkan pada sebuah fase solid yang setelah

pencucian, analit dan antibodi ditambahkan secara bersamaan. Secondary labelled

antibody digunakan untuk mendeteksi antibodi primer yang telah berikatan

dengan antigen pada fase solid. Setelah inkubasi dan pencucian larutan substrat

ditambahkan untuk menghasilkan warna.

Page 16: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

6

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan residu antibiotik

fluorokuinolon pada daging ayam broiler yang dijual pada pasar-pasar wilayah

Jakarta Timur dengan menggunakan metode ELISA.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

keberadaan residu antibiotik fluorokuinolon pada daging ayam broiler yang dijual

di pasar-pasar wilayah Jakarta Timur sebagai upaya untuk perlindungan terhadap

kesehatan masyarakat.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2012 hingga Desember 2013

berlokasi di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner DKI Jakarta dan

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan yaitu kit ELISA untuk fluorokuinolon yang berisi

Enrofloxacin Standarts, Fluoroquinolone Antibody, Horseradish Peroxidase (HRP)-

Conjugated Antibody, Antibody Diluent, Sample Extraction Buffer, Wash

Solution, Stop Buffer, Tetramethyl Benzidine (TMB) Substrate, Meat Extraction

Buffer I, Meat Extraction Buffer II.

Alat yang digunakan yaitu gelas ukur, gelas piala, tabung erlenmeyer,

tabung reaksi, microtiter plate reader (450 nm), homogenizer atau stomacher,

incubator, sentrifus, electric-heated themostatic water bath, tissue mixer, vortex

mixer, pipet (10, 20, 100, 1000 µL), pipet multichannel (50 – 300 µL).

Metode Penelitian

Persiapan Sampel

Sebanyak 240 sampel daging ayam broiler diambil dari 61 pasar di wilayah

Jakarta Timur. Sampel kemudian diuji di laboratorium dengan menggunakan

metode ELISA. Sampel dibersihkan dari lemak-lemak yang tersisa sebelum

dihomogenisasi dengan menggunakan suitable mixer. Sampel yang telah

dihomogenisasi kemudian diambil 1.0 g dan ditambahkan 4 mL 35%

Methanol/Sampel Extraction Buffer, dan 50 µL Meat Extraction Buffer l. Sampel

Page 17: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

7

kemudian dihomogenkan menggunakan vortex selama 10 menit dengan kecepatan

maksimum. Setelah dihomogenkan, sampel disentrifus selama 10 menit pada

4000 g dalam suhu ruangan (25 °C) sehingga terbentuk supernatan. Supernatan

tersebut dipindahkan ke dalam tabung sebanyak 1 mL, kemudian 50 mL Meat

Extraction Buffer ditambahkan ke dalam tabung lalu dihomogenkan menggunakan

vortex selama 30 detik. Setelah dihomogenkan, sampel disentrifus kembali selama

10 menit pada 4000 g dalam suhu ruang.

Pengujian Sampel

Deteksi residu antibiotik fluorokuinolon pada penelitian ini menggunakan

metode direct competitive ELISA. Masing-masing standar enrofloksasin

dimasukan ke dalam sumur yang berbeda sebanyak 50µL (standar dimasukan ke

dalam plate dari konsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi). Sebanyak

50 µL dari masing-masing sampel dimasukan dalam sumur yang berbeda.

Sebanyak 100 µL antibody fluorokuinolon ditambahkan ke dalam sumur dan

dihomogenisasi secara manual selama 1 menit. Plate diinkubasikan selama 30

menit pada suhu ruangan (25 °C). Plate dicuci sebanyak 3 kali dengan

menggunakan 250 µL larutan pencuci. Pencucian dilakukan untuk membuang

semua ikatan molekul padatan yang tidak diperlukan. Setelah pencucian terakhir,

plate dibalik kemudian diketuk-ketukan ke atas meja yang diberi kertas tissu.

Sebanyak 150 µL HRP-Conjugated Antibody dimasukan ke masing-masing

sumur, kemudian diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruangan (25 °C). Plate

dicuci sebanyak 3 kali dengan menggunakan 250 µL larutan pencuci. Setelah

pencucian terakhir, plate dibalik kemudian diketuk-ketukan ke atas meja yang

diberi kertas tissu. Kemudian TMB Substrat ditambahkan sebanyak 100 µL.

Homogenisasi secara manual selama 1 menit. Setelah inkubasi selama 15 menit

pada suhu ruangan (25 °C), stop buffer ditambahkan sebanyak 100 µL untuk

menghentikan reaksi. Plate kemudian dibaca sesegera mungkin dengan ELISA

Reader setelah dilakukan penambahan stop buffer dengan panjang gelombang 450

nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

dan Gizi Pangan menjelaskan bahwa persyaratan keamanan pangan adalah standar

dan ketentuan-ketentuan lain yang harus dipenuhi untuk mencegah pangan dari

kemungkinan adanya bahaya, baik karena cemaran biologis, kimia, dan benda lain

yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.

Salah satu bahaya kimia yang terdapat dalam pangan asal hewan adalah

keberadaan residu antibiotik dan cara untuk dapat mendeteksi residu antibiotik

pada daging, salah satunya dengan menggunakan metode uji ELISA. Uji ini

digunakan karena memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, teknik pengerjaan yang

relatif sederhana, serta ekonomis jika sampel yang diuji dalam jumlah yang besar.

Hasil pengujian residu antibiotik fluorokuinolon yang mencakup turunannya yaitu

Page 18: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

8

enrofloksasin serta siprofloksasin dengan menggunakan ELISA, dilakukan dengan

membandingkan nilai absorbansi dan akumulasi residu yang terdeteksi antara

hasil uji sampel dengan nilai standar uji ELISA.

Kit ELISA untuk fluorokuinolon yang digunakan dalam penelitian ini

mempunyai limit deteksi pada sampel daging sebesar 0.3 ppb dengan 50%

inhibition concentration (IC50) sebesar 0.8 part per billion (ppb). Tipikal kurva

standar ELISA untuk fluorokuinolon dalam penelitian ini disajikan pada

Gambar 4.

Gambar 4 Kurva standar untuk fluorokuinolon pada daging ayam.

Hasil uji ELISA terhadap 240 sampel menunjukkan 51 sampel (21.25%)

positif mengandung residu antibiotik fluorokuinolon. Rentang nilai kandungan

fluorokuinolon yang terdeteksi pada daging ayam broiler dengan menggunakan

uji ELISA adalah 4.54 - 85.61 ppb. Hasil pengujian sampel terhadap residu

antibiotik fluorokuinolon dengan menggunakan ELISA disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Konsentrasi residu antibiotik fluorokuinolon dalam sampel daging ayam

broiler.

Antibiotik N

n

positif

(%)

Konsentrasi (ppb)

Rata-rata Minimum Maksimum ±sd

Fluorokuinolon 240 21.25 16.97 4.54 85.61 12.59

Hasil positif pada sampel menunjukan bahwa terdapat kandungan residu

antibiotik fluorokuinolon pada daging ayam. Menurut Somasundaram dan

Manivannan (2013), antibiotik fluorokuinolon didistribusikan ke dalam jaringan

di ginjal, paru-paru, kantung kemih, organ reproduksi, dan prostat.

Fluorokuinolon dimetabolisme di dalam hati oleh sitokrom p450 dan enzim

Page 19: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

9

glukoronidase. Pada pemberian konsentrasi tinggi, fluorokuinolon dapat merusak

membran inti dan membran luar sel. Fluorokuinolon bekerja pada DNA girase dan

topoisomerase, beberapa jenis fluorokuinolon seperti siprofloksasin dan

fleroksasin bekerja pada membran sel bakteri.

Residu antibiotik enrofloksasin bertahan di dalam daging maupun hati

hingga hari ke-9 setelah penghentian pemberian antibiotik enrofloksasin,

sedangkan residu siprofloksasin tereleminasi di daging pada hari ke-4 dan di hati

pada hari ke-6 setelah penghentian pemberian antibiotik siprofloksasin pada

pemberian dosis 10 mg/kg/hari selama 5 hari (Jelena et al. 2006).

Antibiotik fluorokuinolon dapat diberikan secara oral maupun intravena

yang memiliki bioavailability dan efek yang sama. Fluorokuinolon memiliki

bioavailability berkisar antara 70% hingga 90%. Salah satu kerugian pemberian

secara oral adalah terganggunya absorpsi oleh alumunium, magnesium, zinc,

kalsium dan zat besi. Pemberian fluorokuinolon sebagai imbuhan pakan akan

memperlambat proses absorpsi (Somasundaram dan Manivannan 2013).

Hasil negatif pada uji dapat dikarenakan ayam tidak mendapatkan asupan

antibiotik fluorokuinolon sebelumnya atau antibiotik telah dieliminasi. Proses

eliminasi fluorokuinolon secara primer terjadi di dalam ginjal sedangkan eliminasi

sekunder terjadi di dalam hati. Antibiotik yang biasa digunakan di peternakan

ayam broiler antara lain fluorokuinolon, tetrasiklin, sulfonamida, penisilin, dan

aminoglikosida (Bahri et al. 2006).

Batas maksimum residu (BMR) untuk total residu enrofloksasin dalam

daging yang ditetapkan oleh SNI No: 01-6366-2000 yaitu 0.01 mg/kg atau setara

dengan 10 ppb (BSN 2001). Sebanyak 74.51% dari sampel yang positif

megandung residu antibiotik fluorokuinolon memiliki konsentrasi di atas BMR.

Rentang konsentrasi residu fluorokuinolon dalam daging ayam broiler disajikan

pada Tabel 2.

Tabel 2 Kisaran konsentrasi residu antibiotik fluorokuinolon dalam daging ayam

broiler.

Antibiotik

Rentang

konsentrasi

(ppb)

n

(%)

Konsentrasi (ppb)

Rata-rata Minimum Maksimum ±sd

Fluorokuinolon ≤10 25.49 5.90 4.54 8.72 1.44

>10 75.41 20.76 10.67 85.61 12.49

Sebanyak 38 (74.51%) sampel yang positif mengandung fluorokuinolon

dengan konsentrasi yang melebihi BMR. Hal ini menunjukan tingginya

penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan aturan pemakaian. Bahri et al.

(2006) melaporkan bahwa pengamatan di lapangan menunjukan pemakaian

antibiotik terutama pada peternak ayam pedaging cenderung berlebihan dan

kurang tepat, tanpa memerhatikan aturan pemakaian yang benar. Antibiotik

sebaiknya digunakan hanya sebagai terapi pengobatan bukan sebagai growth

promotor. Pemakaian antibiotik sebagai growth promotor yang ditambahkan pada

imbuhan pakan sebaiknya tidak dilakukan, karena dapat memperbesar peluang

adanya residu dalam hasil peternakan. Selain itu, penggunaan antibiotik yang

Page 20: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

10

berlebihan akan menyebabkan resistensi bakteri sehingga penggunaan antibiotik

menjadi tidak efektif (Murdiati 1997; Murtidjo 2008). Nilai konsentrasi residu

antibiotik yang melampaui batas mengakibatkan daging ayam tersebut tidak aman

untuk dikonsumsi oleh manusia.

Residu antibiotik yang berlebihan dapat dicegah apabila peternak

memerhatikan jenis antibiotik, dosis dan withdrawal time. Pemerintah telah

menetapkan peraturan Menteri Pertanian 2007 tentang pengawasan obat hewan

sebagai dasar pelaksanaan pengawasan bagi petugas pengawas terhadap pelaku

usaha dalam penyediaan, pembuatan, peredaran, dan pemakaian obat hewan,

dengan tujuan agar obat hewan yang beredar dalam masyarakat terjaga khasiat,

mutu, dan keamanannya, terdaftar serta tepat dalam pemakainya. Sesuai dengan

pernyataan Bahri et al. (2005) yang menjelaskan bahwa sebaiknya membedakan

antara pengawas yang mengawasi pencampuran obat hewan dalam pakan, dengan

pengawas yang mengawasi obat hewan yang langsung digunakan untuk

pengobatan. Hal ini karena obat hewan dalam pakan lebih kompleks dan

penyebarannya luas, sehingga penyimpanannya tidak sebaik obat yang digunakan

langsung untuk pengobatan. Dikhawatirkan potensi dan sifat biologis obat hewan

dalam pakan akan berubah karena pengaruh berbagai faktor seperti suhu dan

kelembapan.

Akumulasi residu antibiotik dari makanan ke manusia akan memiliki

dampak serius terhadap kesehatan manusia, khususnya pengobatan infeksi bakteri

pada manusia. Food and Drug Administration (FDA) melaporkan bahwa

pemberian antibiotik fluorokuinolon pada ayam dapat menyebabkan resistensi

pada manusia, sehingga manusia tidak dapat merespon pengobatan yang

dilakukan seperti terapi infeksi gastrointestinal, pernapasan kronis, saluran kemih,

saluran genital, otitis eksterna, ophthalmitis, dan salmonella spp. (Murdiati 1997;

Sarkozy 2001).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebanyak 21.25% daging ayam di wilayah Jakarta Timur yang diuji dengan

metode ELISA, mengandung residu antibiotik fluorokuinolon. Sebanyak 15.84%

dari total sampel atau 74.51% dari sampel yang positif mengandung residu

antibiotik fluorokuinolon, konsentrasinya melebihi BMR yang telah ditetapkan

dalam SNI No: 01-6366-2000.

Saran

Peternak sebaiknya lebih memperhatikan withdrawal time dalam

penggunaan antibiotik. Perlu dilakukan pemantauan (monitoring) residu antibiotik

pada daging ayam secara teratur agar daging ayam yang beredar di pasar-pasar

wilayah Jakarta Timur aman bagi konsumen.

Page 21: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

11

DAFTAR PUSTAKA

Adam R. 2002. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. Iowa (US): State

Univ Pr.

Andriyanto. 2010. Pengaruh penambahan bio adenosin triphospat terhadap profil

kinetik dan efektivitas enrofloksasin dakam mengatasi Coxiella burneti

[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bahri S, Kusumaningsih A, Murdiati TB, Nurhadi A, Masbulan E. 2000. Analisis

Kebijakan Keamanan Pangan Asal Ternak (Terutama Ayam Ras Petelur dan

Broiler). Laporan Penelitian. Pusat Penelitian dan Pegembangan Peternakan,

Bogor.

Bahri S, Masbulan E, Kusumaningsih A. 2005. Proses praproduksi sebagai faktor

penting dalam menghasilkan produk ternak yang aman untuk manusia. J

Litbang Pertanian. 24(1):27-35.

Bahri S, Sani Y, Indraningsih. 2006. Beberapa faktor yang mempengaruhi

keamanan pangan asal ternak di Indonesia. Wartazoa 16(1):1-13.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2001. SNI No: 01-6366-2000 tentang batas

maksimum cemaran mikroba dan batas maksimum residu dalam bahan

makanan asal hewan. Jakarta (ID): BSN.

Crawford L, Franco DA. 1994. Animal Drug and Human Health. USA:

Technomic Publ.

Emea. 1998. The European Agency for the Evaluation of Medicinal Products,

Committee for Veterinary Medicinal products. Enrofloxacin (modification

for bovine, porcine and poultry), Summary report (2) [Internet]. [diunduh

2014 febuari 4]. Tersedia pada : http://www.ema.europa.eu/docs/en_GB/

document_library/Maximum_Residue_Limits__Report/2009/11/WC500014

142.pdf.

Herrick JB. 1993. Food for thought for food animal veterinarians, violative drug

residues. JAVMA. 03:1122-1123.

Jelena P, Baltic M, Cupic V, Stefanovic S, Dragica S. 2006. Residues of

enrofloxacin and its metabolite ciprofloxacin in broiler chicken. Acta Vet.

(Beograd). 56:497-506.

Kusumaningsih A, Martindah E, Bahri S. 1997. Jalur pemasaran obat hewan pada

peternakan ayam ras di beberapa lokasi di Jawa Barat dan DKI. Hemerazoa.

79(1-2):72-80.

Munaf S, Chaidir J. 1994. Obat Antimikroba Farmakologi UNSRI. Jakarta (ID):

EGC.

Murdiati TB. 1997. Pemakaian antibiotik dalam usaha peternakan. Wartazoa.

6:18-21.

Murtidjo. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Priyatno MA. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Jakarta (ID): Penebar

Swadaya.

Rahayu ID. 2010. Prinsip pengobatan pada ternak [Internet]. [diunduh 3 Febuari

2014]. Tersedia pada: http://imbang.staf.umm.ac.id.

Page 22: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

12

Resnawati H. 2005. Preferensi terhadap daging dada ayam pedaging yang diberi

ransum menggunakan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Balai Penelitian Ternak,

Bogor. Hlm 744-748.

[RI] Republik Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Lembaran

Negara RI Tahun 2004, No.107. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Sarkozy G. 2001. Quinolone: a class of antimicrobial agents. Vet. Med.- Czech.

46(9-10):257-274.

Somasundaram S, Manivannan K. 2013. An Overview of Fluoroquinolones. Ann

Rev Res Biol. 3(3): 296-313.

[UCSUSA] Union of Concerned Scientists. 2003. Antibiotic resistance [Internet].

USA. [diunduh 24 Desember 2013]. Tersedia pada: http:

//www.ucsusa.org/food_and_environment /antibiotic_resistance/ page.cfm.

Widiastuti R. 2008. Residu enrofloksasin dan siprofloksasin pada ayam pedaging

pasca pencekokan enrofloksasin. JITV. 13(2):150-154.

Page 23: RESIDU ANTIBIOTIK FLUOROKUINOLON PADA DAGING … · henti obat dan tanda peringatan khusus. Selain itu waktu henti obat juga bergantung pada jenis obat, spesies hewan, faktor genetik

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kuala Kapuas pada tanggal 10 Juni 1991 sebagai anak

ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Edy Taryono dan Ibu Endang

Rinjani. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN Papandayan 02 Bogor pada

tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Bogor dan lulus tahun

2006. Tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 3 Bogor dan pada tahun yang sama

diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

(FKH IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan

Minat Profesi Hewan Kesayangan, Satwa Akuatik dan Eksotik serta Komunitas

Seni STERIL.