RESEPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INDONESIA UNS … · Surat Ar-Ra’d ayat 11) ðØOrang sukses...
Transcript of RESEPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INDONESIA UNS … · Surat Ar-Ra’d ayat 11) ðØOrang sukses...
i
RESEPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INDONESIAUNS ANGKATAN 2010 TERHADAP FILM LASKAR
PELANGI: ANALISIS ESTETIKA EKSPERIMENTAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh
HARY SULISTYO
C0207028
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Nama : Hary Sulistyo
NIM : C0207028
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Resepsi
Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS Angkatan 2010 terhadap Film Laskar
Pelangi: Analisis Estetika Eksperimental” adalah betul-betul karya saya sendiri,
bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang
diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 19 Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Hary Sulistyo
NIM C0207028
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Terimakasih atas segumpal darah dan
daging yang telah Kau karuniakan terhadap jiwaku. Rosul-ku, Muhammad
SAW. Terimakasih atas keteladanan yang telah kau berikan kepada kami;
2. Bapak, Ibu, dan keluargaku tercinta;
3. Kekasih dan Hipogramku;
4. Teman-teman seperjuangan;
5. Pecinta sastra; dan
6. Almamater.
vi
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (Terjemahan Al-Quran
Surat Ar-Ra’d ayat 11)
Orang sukses adalah mereka yang suka melakukan hal-hal yang tidak
disukai oleh orang gagal. Mereka belum tentu suka melakukan hal-hal
tersebut namun ketidaksukaannya tunduk pada tujuan akhir (E.M.Gray)
Kegagalan yang sebenarnya adalah ketika kita berhenti berusaha (Orang
Bijak)
Jadikanlah masa lalu sebagai motivasi untuk meraih masa depan yang
lebih baik (Penulis)
Hidup adalah pilihan, tak ada yang salah dan tak perlu ada yang disesali
(Penulis)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan dalam mendapatkan
Sarjana Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Peneliti menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa,
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan
skripsi;
2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia, yang telah
menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini;
3. Dwi Susanto, S.S., M.Hum., selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi;
4. Drs. Henry Yustanto, M.A., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
arahan selama studi;
5. “Ibu” di Jurusan: Dra.Chattri Sigit Widyastuti, M. Hum., Dra. Hesti Widyastuti, M.
Hum., dan Dra. Murtini, M.S., terimakasih atas motivasi dan saran-sarannya;
viii
6. Bapak ibu dosen Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu selama
perkuliahan;
7. Segenap petugas perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan
perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, terimakasih atas kerjasamanya;
8. Jajaran Tata Usaha Fakultas Sastra dan Seni Rupa: Mas Purwono, Bu Yuni, Mbak
Ida, Mbak Nur, Mbak Kris, Mas BG, Mas Eko (Satpam), Mas Eko, Pak Dar, Mas
Sigid, Mas Budi, Bu Datin, Bu Nisa, dan Bu Kus. Terimakasih atas kerjasamanya;
9. Bapak, Ibu, dan Keluargaku, terimakasih atas dukungan yang telah diberikan;
10. Kekasihku Sinta, terimakasih atas dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini. Semoga kebersamaan kita berujung ibadah;
11. Hyphogram-ku Festy Emillarosa, terimakasih telah banyak menginspirasi;
12. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional yang telah membiayai penelitian ini;
13. Informan penelitianku: Ahmad Nurrofik, Ariel Aji Wahyudi, Devi Kusumawati,
Galih Purnamasari, Irma Fitri Putu Marta, Jalu Norva Illa Putra, Muhammad
Burhanudin, Ogi Adetia Lesmana, Wahyu Setyawati, Yustin Fatimah, dan segenap
mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 yang telah banyak
membantu dalam penelitian ini;
14. Pembimbing PKM ku: Pak Asep dan Pak Yayan (FSSR), Bu Trisni dan Pak Sony
(FISIP), Pak Fahru (MIPA), dan Pak Rohmadi (FKIP), terimakasih telah
mengkondisikan penulis untuk mendalami penalaran akademik;
ix
15. Jajaran Institut Javanologi LPPM-UNS: Drs. Sahid Teguh Widodo, M.Hum., Ph.D.,
Dr. Kundaru Sadono, M.Hum., Siti Muslifah, S.S., M.Hum., Dra. Theresia
Widiastuti, M.Sn., Mas Arif, Mas Aris, Astiti, dan Hafids. Terimakasih atas
kesempatan, kebersamaan, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini;
16. Dhani Setiawan, Rosyid Fauzan, Lita Listyaningrum, S.S., Irwanto, Latif Anshori
Kurniawan, S.Pd., Andri Prihatmono, dan M. Luthfi A. Terimakasih telah banyak
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini;
17. Teman-teman seperjuanganku: Sabar Nugroho, Dudie Aditya, Gathot (SMAN 2
Wng), Aditya Wirawan Siregar, Anggoro Dwi Jayanto, Arif Setiyadi, Fajar Junianto,
Rahmad Tri Hidayat, Taufik Akbar Mustofa, Wibi Kusuma Ardianto, dan teman-
teman Sasindo angkatan 2007, terimakasih atas kebersamaan kita selama ini;
18. Morgen: Wahyu, Arif, Bagus, dan Tony, tempatku belajar mengembangkan
imajinasi, terimakasih atas kebersamaan dan dukungannya;
19. Teman-teman kos Imanuel II, temanku berbagi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Peneliti menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penelitian di masa yang akan datang. Akhirnya peneliti berharap semoga karya ini
bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya Jurusan Sastra Indonesia.
Surakarta, 19 Juni 2012
Hary Sulistyo
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL...........……………..........................................................................................i
PENGESAHAN......................................................….................................................ii
PERSETUJUAN .............................................................................................. ……...iii
PERNYATAAN............................................................................................... ……...iv
ABSTRAK ....................................................................................................... ……....v
MOTTO ........................................................................................................... ……...vi
PERSEMBAHAN............................................................................................ …......vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... .........viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... …….....x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………...................................1
B. Pembatasan Masalah………………………………………….....................8
C. Perumusan Masalah………………………………………………..............9
D. Tujuan Penelitian…………………………………………………..............9
E. Manfaat Penelitian………………………………………………................9
F. Sistematika Penulisan……………………………………………………..10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Studi Terdahulu……………………………………………….....…..........12
B. Landasan Teori………………………………………………….…...........16
xi
C. Kerangka Berpikir………………………………………………...............21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...………………………….……….…….......…………....24
B. Populasi dan Sampel……………...………….……………...…................24
C. Data dan Sumber Data….………………………..…….………………...26
D. Teknik Pengumpulan Data…...……….….………..……………………..26
E. Teknik Analisis Data…………………….…….……..…………………..27
F. Teknik Penarikan Kesimpulan…………………………………………....27
BAB IV RESEPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 2010 TERHADAP ASPEK TEKSTUAL FILM LASKAR PELANGI
A. Kuesioner Instrumental dan Kuesioner Eksperimental….……………......28
1. Pembahasan Kuesioner Instrumental………………………...............28
2. Pembahasan Kuesioner Eskperimental………………………...….....37
B. Interpretasi dan Pembahasan Hasil Kuesioner Eksperimental....................40
1. Identifikasi Putusan Nilai Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS
Angkatan 2012 terhadap Film Laskar Pelangi……………................40
2. Hasil Interpretasi Putusan Nilai Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia
UNS Angkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi...........................75
3. Dampak Psikologis dan Perubahan yang Muncul terhadap Pembaca
dengan Mempertimbangkan Aspek Nilai yang
Dominan...............................................................................................95
xii
BAB V INTERPRETASI PSIKO EGO PEMBACA TERHADAP ASPEK
TEKSTUAL FILM LASKAR PELANGI
A. Pengantar……………………………………………………………....107
B. Interpretasi Eksperimental Pembaca Terhadap Film Laskar
Pelangi....................................................................................................109
C. Interpretasi Psikoanalisis Ego Pembaca dalam Respon Tekstual Terhadap
Film Laskar Pelangi…………...............................................................146
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan…………………………………………………….................162
B. Saran……………………………………………………………….......163
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………............165
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Instrumental..................................................... .........166
Lampiran 2 Kuesioner Eksperimental.................................................. .........167
Lampiran 3 Draft Pertanyaan Wawancara Eksperimental ................... .........170
Lampiran 4 Wawancara Psiko Biografi ............................................... .........180
xiii
DAFTAR TABEL
1. Data informan penelitian……………………………………………......……37
2. Tingkat pemahaman pembaca berdasarkan hasil kuesioner
eksperimental……….......................................................................................58
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner instrumental ........................................................................ .........166
2. Kuesioner eksperimental ...................................................................... .........167
3. Draft pertanyaan wawancara eksperimental......................................... .........170
4. Wawancara psikobiografi..................................................................... .........180
xv
ABSTRAK
Hary Sulistyo. C0207028. “Resepsi Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNSAngkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi: Analisis Estetika Eksperimental”Skripsi. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas MaretSurakarta, Juni 2012.
Berdasarkan aspek dan dampak psikologis, karya sastra menghadirkan maknatersendiri bagi pembacanya. Umur pembaca, situasi dan kondisi, proses penikmatan,dan gudang pengalaman merupakan faktor penting hadirnya dampak psikologismembaca karya sastra. Film Laskar Pelangi merupakan film yang cukup sukses.Kemunculnya sebagai pelopor semangat zaman “meraih mimpi”, menjadi trendmunculnya karya-karya lain. Pemilihan mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNSangkatan 2010 sebagai informan penelitian ini mempertimbangkan aspek umur, latarpendidikan, dan jumlah informan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian inimeliputi: (1) putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010terhadap film Laskar Pelangi; (2) hasil interpretasi mahasiswa Jurusan SastraIndonesia UNS angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi; dan (3) dampakpsikologis film tersebut terhadap informan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatifdengan pendekatan psikologi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental.Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer dan skunder. Datadalam penelitian ini adalah resepsi 10 mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNSangkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi. Teknik pengumpulan data penelitian inimenggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Teknik analisis data dalampenelitian ini adalah menilai resepsi dan hasil wawancara informan terhadap filmLaskar Pelangi dengan mempertimbangkan aspek psiko biografi. Berdasarkan hasilpenelitian disimpulkan: (1) adanya efek motivasional informan yang berbeda-bedaterhadap film Laskar Pelangi; (2) adanya klasifikasi informan yang terbagi dalampenekanan aspek tekstual dan non tekstual film Laskar Pelangi; dan (3) adanyadampak psikologis yang muncul terhadap masing-masing informan setelahmenyaksikan film Laskar Pelangi.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra sebagai wahana pembelajaran penelaahan kehidupan, tentu
menghadirkan makna tersendiri bagi pembacanya. Karya yang dianggap sebagai
tulisan fiksi ini selalu menghadirkan pesan yang dapat “diambil” ketika seseorang
membaca karya tersebut. Berdasarkan aspek dan dampak evaluasi psikologisnya,
pemahaman tersebut merupakan proses pencerdasan karena masing-masing individu
akan berupaya menginterpretasi karya menurut pemikirannya secara mandiri. Melalui
proses ini, peristiwa membaca akan meningkatkan kecerdasan pembacanya. Seperti
yang dikemukakan oleh Rient T. Segers “Karya sastra berisi tentang pesan yang dapat
dipahami oleh pembaca dengan dasar semiotik dan informasi. Semiotik merupakan
lambang-lambang kebahasaan yang dimunculkan dalam teks yang memiliki makna
sedangkan informasi merupakan proses penyampaian pesan dalam teks terhadap
pembaca” (Rien T. Segers,1978:12).
Ketika seseorang memahami karya sastra dengan baik maka akan ditemukan
korelasi secara nyata antara makna karya dengan kejiwaan masing-masing pembaca.
Kesedihan yang mendalam, kebahagiaan, motivasi, dan munculnya kesadaran melalui
katarsis hanya akan hadir ketika pembaca mampu “merebut makna” dari sebuah
karya. Hal itu terjadi ketika pembaca benar-benar mampu menginterpretasi karya
2
yang telah ia nikmati.“Sikap pembaca terhadap resepsi suatu teks adalah sangat
penting” (Lotman dalam Rien T. Segers, 1978:19).
Membaca tidak hanya bergantung pada teks, tetapi juga unsur-unsur lain
yang hadir dari luar teks. Unsur-unsur yang dimaksud tidak hanya berupa interteks,
hipogram, atau referensi yang masih teramat dekat dengan teks, tetapi mungkin hadir
karena faktor internal pembaca yang sangat jauh ke luar dari teks tersebut. Umur
pembaca, situasi dan kondisi, proses penikmatan, atau “gudang pengalaman” yang
cukup dari seorang pembaca dalam hal kemampuan mengkondisikan diri sebagai
dampak membaca karya sastra. Kehadiran teks yang diinterpretasi secara
eksperimental akan memunculkan evaluasi sehingga akan ditemukan analisis estetika
eksperimental pembaca terhadap film Laskar Pelangi. Oleh karena itu, seperti yang
telah dikemukakan oleh Lotman, sikap pembaca terhadap suatu karya sangatlah
penting karena mampu mencerminkan kondisi dan identitas dari pembaca tersebut.
Umar Junus mengutip pendapat Wolfgang Isser mengenai hermeneutik yang
mengatakan bahwa suatu karya sastra akan menimbulkan kesan tertentu pada
pembacanya. Melalui proses pembacaannya akan ada interaksi antara hakikat karya
itu dengan “teks luar” yang mungkin memberikan kaidah dan nilai yang berbeda.
Bahkan dapat dikatakan bahwa kaidah dan nilai “teks luar” akan sangat menentukan
kesan yang akan muncul pada seseorang sewaktu membaca suatu teks karena
fenomena ini akan menentukan imaji pembaca dalam membaca teks itu (Umar Junus,
1985:38)
3
Kemunculan dampak yang hadir dari proses menikmati karya sastra
dipengaruhi oleh standar emosional dan tingkat intelektual yang cukup. Secara lebih
jelas, interpretasi seorang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar akan
menghadirkan dampak yang berbeda bila dibandingkan dengan anak Sekolah
Menengah Pertama ketika menikmati karya sastra yang sama, dengan waktu dan
kondisi yang sama pula. Umur, pengalaman, dan wawasan merupakan faktor penting
yang harus dilihat dalam mengukur dampak psikologis melalui proses keterbacaan
teks sastra. Begitu pula dengan pertimbangan jenis kelamin, kondisi ekonomi
keluarga, harmonisasi yang menaungi kehidupan pembaca, dan kondisi masa lalu
yang dialami oleh masing-masing pembaca. Umar Junus mengatakan bahwa pembaca
biasanya menghubungkan pengalamannya sendiri dalam menghidupkan suatu
realitas, sehingga bacaan itu selalu dihubungkan dengan realitas. Akan tetapi
semestinya diingat bahwa teks karya adalah reaksi terhadap realitas. Ada perbedaan
antara kehidupan sehari-hari yang selalu nyata, dengan kehidupan dalam karya sastra
dan ini bertemu dalam diri pembacanya, bukan dalam kehidupan dunia (Umar Junus,
1985:38). Pembaca akan berusaha menelaah teks, memahaminya, dan mencoba
menghadirkan definisi, serta dampak yang bisa muncul terhadap dirinya. Semakin
sering seseorang melakukan proses ini, pembaca tersebut semakin peka pula.
Kepekaan yang dimaksud adalah dalam hal memahami isi dari teks atau kepekaan
membaca kehidupan dalam dunia teks tersebut.
4
Evaluasi terhadap karya sastra oleh pembaca dipengaruhi banyak faktor.
Menariknya sebuah cerita, kualitas karya yang mudah diinterpretasi oleh semua
lapisan masyarakat tentu memiliki nilai keterbacaan yang berbeda bila dibandingkan
dengan karya yang kurang populer. Semakin karya tersebut memiliki popularitas
yang tinggi, diasumsikan nilai keterbacaan karya tersebut juga relatif tinggi pula bila
dibandingkan dengan karya yang kurang terkenal. Membaca yang dimaksud tidak
hanya dalam ranah teks tertulis, tetapi termasuk juga dalam ranah teks visual seperti
halnya dalam film.“Yang diistilahkan Lotman sebagai ‘teks’ seperti istilahnya tentang
‘bahasa’ merupakan istilah teknis tidak bersangkutan dengan arti umum, misalnya
sejumlah kata-kata yang tertulis dalam bahasa Inggris. Sebagai contohnya adalah
lukisan, film, dan juga sebuah sonata juga bisa disebut teks (Rien T. Segers,
1978:25). Hal itu sepaham dengan yang dikatakan oleh Rien T. Segers, “Sebuah teks
sastra adalah seperangkat tanda-tanda verbal yang eksplisit, terbatas, dan terstruktur
serta fungsi estetisnya dirasakan dominan oleh pembaca” (Rien T. Segers,1978:25-
26).
Perkembangan dunia sastra cukup menyita perhatian bagi masyarakat
pecinta kesusastraan Indonesia. Film Laskar Pelangi misalnya, merupakan salah satu
pengalihwahanaan novel ke dalam film yang cukup sukses dalam kesusastraan
Indonesia. Film ini merupakan visualisasi atau ekranisasi dari novel yang ditulis oleh
Andrea Hirata pada tahun 2004. Berdasarkan asal kata, Pamusuk Eneste mengatakan
bahwa ekranisasi sebagai pelayarputihan (ecran dalam bahasa Perancis berarti layar).
5
“Ekranisasi merupakan proses perubahan pada alat yang dipakai, proses penggarapan,
proses penikmatan, dan waktu penikmatan” (Pamusuk Eneste, 1991:61).
Semangat zaman yang dihadirkan oleh film ini merupakan penggambaran
kondisi masyarakat yang cukup realistis. Cerita mengenai kebersamaan dengan teman
sepermainan di masa kecil dan perjuangan untuk meraih mimpi dalam dunia
pendidikan, film tersebut cukup mampu menggambarkan kehidupan anak yang
sederhana dengan problematika sosial di daerah pinggiran. Ketika film ini muncul
sebagai pelopor semangat zaman tentang “meraih mimpi”, film yang disutradarai oleh
Riri Reza dan produser film Mira Lesmana ini cukup banyak digemari generasi muda
dan menjadi trend munculnya karya-karya lainnya yang beraliran tentang “mimpi”.
Film Laskar Pelangi ditayangkan dalam belantika perfilman Indonesia pada
tahun 2008. Film tersebut bercerita mengenai kehidupan seorang anak dan 9
temannya dari keluarga miskin yang bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong di
Pulau Belitong. Mereka adalah Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan,
Kucai, Borek, Trapani, dan Harun.
Pemilihan mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 sebagai
informan dalam penelitian ini memiliki beberapa alasan. Sehubungan dengan asumsi
bahwa siswa Sekolah Menengah Atas sederajat merupakan fase penting dalam
pengembangan jati diri, maka pemilihan informan penelitian ini sangat beralasan
karena film tersebut muncul ketika mereka masih duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas.
6
Penelitian resepsi sastra yang mempertimbangkan dampak psikologis, harus
mempertimbangkan jarak waktu karena dampak yang sebenarnya tidak hanya berupa
efek sesaat tetapi perubahan sikap mental yang nyata. Dalam perspektif jarak estetis,
karya ini relatif berbeda dengan karya-karya lain yang ada pada masa
kemunculannya. Dengan menitikberatkan pada pertimbangan waktu dan jarak estetis,
menarik kiranya untuk diteliti mengenai dampak yang muncul terhadap psikologi
pembaca.
Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 merupakan kelas
mahasiswa yang mengkaji dalam bidang ilmu sastra, yaitu sastra Indonesia. Dengan
alasan tersebut diharapkan para mahasiswa jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan
2010 cukup tertarik ketika dilibatkan dalam penelitian ini karena film tersebut
termasuk dalam khasanah kesusastraan Indonesia. Selain itu, dengan jumlah mereka
yang mencapai 78 orang, penelitian ini memiliki populasi yang cukup ketika harus
memilih beberapa sampel sebagai informan dalam penelitian ini.
Ketika film tersebut ditayangkan, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS
angkatan 2010 masih berstatus sebagai murid Sekolah Menengah Atas / sederajat.
Oleh karena itu, dalam proses berjalannya waktu dapat dilihat tanggapan pembaca
terhadap karya tersebut yang dapat diukur melalui beberapa standar estetis dan
dampak positif dari karya tersebut hingga sekarang. Tujuannya, dengan standar
estetis dari mahasiswa yang memiliki jenjang umur relatif sama dan pernah menjadi
penikmat film Laskar Pelangi akan dihubungkan dengan resepsi pembaca terhadap
7
karya tersebut dan aplikasi secara nyata hingga sekarang. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan Pulves dalam Rien T. Segers (1978: 72) mengenai pola respon dalam
membaca karya sastra. Segers mengutip pendapat Pulves bahwa pola respons tampak
sangat bergantung pada usia responden. Respons terhadap sastra merupakan suatu
learned behavior ‘perilaku yang dipelajari’ (perilaku yang merupakan hasil belajar).
Studi ini tampaknya membenarkan yang dimodifikasi oleh objek yang siswa-siswa
baca dan dipengaruhi oleh kulturnya, dan mungkin oleh sekolahnya sebagai suatu
yang inkalkulator kultural (Rien T. Segers, 1978:72)
Penelitian ini lebih menitikberatkan pada aspek tekstual film Laskar Pelangi
dengan tujuan untuk membatasi interpretasi informan agar lebih terstruktur dan
terukur. Aspek-aspek tekstual yang dimaksud lebih menekankan pada penokohan,
karakter, latar, alur, tema, dan sebagainya.
Melalui metode penentuan informan dengan pembagian kuesioner
instrumental akan ditemukan responden yang memiliki klasifikasi umur, letak
geografis, pendidikan, dan standar estetis yang memadai untuk dijadikan informan.
Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 selain memiliki klasifikasi-
klasifikasi tersebut juga merupakan mahasiswa yang mengkaji bidang ilmu sastra
sehingga secara tidak langsung akan dapat diketahui mengenai kemampuan analisis
mereka terhadap karya sastra. Analisis yang dimaksud adalah resepsi atau tanggapan
terhadap karya sastra ketika melakukan evaluasi estetika secara eksperimental
terhadap film Laskar Pelangi. “Pengetahuan tentang kode sastra yang terbatas
8
mengakibatkan keterbatasan luasnya norma-norma sastra yang diterapkan pembaca
dalam evaluasinya dan kurangnya ketepatan penerapan norma yang ada. Jadi,
pemberian nilai sastra bergantung pada dua hal, yaitu pembaca dan mutu teks” (Rien
T. Segers, 1978:55).
Sehubungan dengan asumsi-asumsi yang telah diuraikan, perlu kiranya
untuk diteliti lebih lanjut mengenai evaluasi pembaca terhadap film Laskar Pelangi
dengan sudut pandang estetika resepsi sehingga akan ditemukan mengenai dampak
yang dominan bagi para pembaca terhadap film tersebut. Penelitian ini memaparkan
peran karya sastra sebagai pembelajaran kehidupan terhadap kejiwaan masing-masing
pembaca, korelasi film Laskar Pelangi terhadap mahasiswa jurusan Sastra Indonesia
UNS angkatan 2010, dan aspek nilai pembaca terhadap film tersebut.
B. Pembatasan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada estetika resepsi terhadap film
Laskar Pelangi oleh mahasiswa jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 dalam
perspektif estetika eksperimental. Adapun pembatasan masalah dari latar belakang
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010
terhadap film Laskar Pelangi.
2. Interpretasi nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010
terhadap film Laskar Pelangi.
9
3. Dampak psikologis yang muncul dari film tersebut hingga sekarang dengan
mempertimbangkan aspek nilai yang dominan bagi informan.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah identifikasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia
UNS angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi?.
2. Bagaimanakah hasil interpretasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra
Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap aspek tekstual film Laskar Pelangi?.
3. Bagaimanakah dampak psikologis yang muncul dari film tersebut melalui
pembacaan terhadap aspek tekstual film Laskar Pelangi?.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan identifikasi dan
hasil interpretasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan
2010 terhadap aspek tekstual film Laskar Pelangi dengan menekankan pada dampak
psikologis dan aspek nilai yang dominan bagi informan.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi dalam manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut.
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah alternatif
penelitian sastra dengan model penelitian lapangan, yaitu mengukur putusan nilai
10
pembaca terhadap karya. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat
menginformasikan dampak psikologis terhadap pembaca, yang dihadirkan melalui
proses evaluasi karya sastra secara eksperimental. Evaluasi secara eksperimental yang
dimaksud adalah mengenai estetika resepsi mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS
angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan dijabarkan dan dibagi ke dalam
lima bab, yaitu :
Bab satu merupakan pendahuluan. Pendahuluan ini mencakup latar belakang
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab dua merupakan landasan teori yang terdiri dari studi terdahulu yaitu
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan objek kajian dan kajian penelitian
terhadap film Laskar Pelangi. Bab ini juga memaparkan mengenai teori-teori yang
digunakan dalam analisis penelitian ini, yaitu mengenai teori estetika resepsi.
Bab tiga merupakan metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian,
populasi dan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data, dan teknik penarikan kesimpulan.
Bab empat merupakan inti dari penelitian yang terdiri dari analisis identifikasi
putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap film
Laskar Pelangi, hasil interpretasi putusan nilai terhadap film Laskar Pelangi dan
11
deskripsi mengenai dampak psikologis yang muncul dari film tersebut terhadap diri
informan, dengan mempertimbangkan keberadaan aspek nilai yang dominan.
Bab lima merupakan pembahasan mengenai interpretasi psiko ego pembaca
terhadap aspek tekstual yang meliputi interpretasi eksperimental dan psiko analisis
ego pembaca dalam respon tekstual terhadap film Laskar Pelangi.
Bab enam merupakan penutup yang berisi tentang simpulan dari penelitian
dan saran.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Studi Terdahulu
Penelitian mengenai resepsi sastra sudah banyak dilakukan sebelumnya.
Begitu juga dengan analisis terhadap karya Laskar Pelangi. Penelitian-penelitian itu
bisa dimanfaatkan sebagai studi pustaka dalam penelitian ini. Adapun studi terdahulu
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Skripsi Ririh Yuli Atmaningsih (2008), dengan judul “Analisis Gaya Bahasa
dan Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”, menyimpulkan
bahwa: (1) gaya bahasa yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi yaitu: simile,
metafora, tautotes, ironi, hiperbola, metonimia, dispersonifikasi, asidenta, pertanyaan
retoris, paradoks, hipalase, anatonomasia, antitesis, alusio, inuendo, tautologi,
koreksio, personifikasi, eponim, sinekdoks pras pratoto, sinekdoks tatum pro parte,
elipis, dan satire; (2) nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi
yaitu: iman, syukur, taqwa, ikhlas, tawakal, sabar, berpikir positif, disiplin, menjadi
contoh yang baik, tekad kuat dan kerja keras, mendahulukan kewajiban terhadap
orang tua dari pada hak, beradaptasi dan bersikap baik terhadap lingkungan,
membantu meringankan beban orang tua, silaturahmi, tidak merendahkan golongan
lain, baik sangka, rendah hati, menepati janji, lapang dada, dan dapat dipercaya; dan
(3) pemanfaatan novel Laskar Pelangi dalam pembelajaran novel di SMA, yaitu:
13
membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,
mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.
Skripsi Kurnia Septianingrum (2009) dengan judul “Aspek Kepribadian
Tokoh Lintang dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata: Pendekatan
Psikologi Sastra, mengemukakan bahwa: (1) aspek struktural dalam novel Laskar
Pelangi secara padu membangun peristiwa-peristiwa dan makna dalam novel; (2)
aspek kepribadian Flegmanticiti tokoh Lintang dalam novel Laskar Pelangi Karya
Andrea Hirata dalam tinjauan psikologi sastra menunjukkan bahwa perilaku-perilaku
Lintang yang tangguh, tidak mudah putus asa, kritis, memiliki imajinasi yang tinggi,
cerdas, suka mandiri, seorang anak yang suka membaca buku, dan pribadi yang
optimis dalam menghadapi berbagai persoalan, baik dengan dirinya sendiri maupun
dengan orang lain sangat berpengaruh bagi pembaca.
Skripsi Sutri (2009) dengan judul “Dimensi Sosial Budaya dalam Novel
Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Tinjauan Sosiologi Sastra”, mengemukakan
bahwa: (1) struktur yang terjalin dalam Laskar Pelangi karya Andrea Hirata memiliki
aspek yang berkaitan dengan menguatkan satu sama lain dan aspek struktural tersebut
secara padu membangun perisiwa-peristiwa dan makna dalam novel; (2) analisis
sosiologis dapat diketahui bahwa dimensi sosial, kesenjangan perekonomian yang
difokuskan pada masalah kemiskinan dalam novel Laskar Pelangi mencakup dua hal,
yaitu (a) kemiskinan temporal (temporary provety) yang terdiri dari kekurangan
materi dan kemiskinan kesejahteraan, kemiskinan yang berdampak pada semua aspek
kehidupan yang salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari sebagai
14
kebutuhan pokok, (b) kemiskinan struktural (structural provety) yang terdiri dari
kebutuhan sosial, ketergantungan dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam
masyarakat, pendidikan dan informasi, dan (c) pandangan dunia Andrea Hirata
sebagai pengarang terhadap novel Laskar Pelangi mencakup problematika
kemiskinan yang menjerat masyarakat, sosial ekonomi, kesenjangan sosial dan
problem pendidikan, semua berkaitan erat dengan substansi cerita.
Tesis Eko Marini (2010) dengan judul “Analisis Stilistika Novel Laskar
Pelangi Karya Andrea Hirata” menyimpulkan bahwa: (1) keunikan atau kekhasan
pemakaian bahasa pada novel Laskar Pelangi dilatarbelakangi oleh faktor sosial
budaya dan pendidikan penulis yang diungkapkan melalui deskripsi ceritanya.
Adapun keunikan pemilihan dan pemakaian kosa kata yaitu tampak pada: (a)
pemakaian dan pemilihan leksikon asing, (b) pemilihan dan pemakaian leksikon
bahasa Jawa, (c) pemilihan dan pemakaian leksikon ilmu pengetahuan, (d) pemilihan
dan pemakaian kata sapaan, dan (e) pemilihan dan pemakaian kata konotasi pada
judul. Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mampu menonjolkan keunikan dan
pemakaian kosa-kata yang spesifik dan lain dari yang lain. Hal itu menghasilkan style
tersendiri yang menjadi ciri khusus Andrea Hirata dalam menuangkan gagasan
melalui karya sastra; (2) kekhususan aspek morfologis dalam novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata yaitu pada penggunaan afiksasi pada leksikon bahasa Jawa dan
bahasa Inggris dan terduplikasi dalam leksikon bahasa Jawa; (3) aspek sintaksis yaitu
pemakaian repetisi, pemakaian kalimat majemuk, dan kalimat inversi; (4) pemakaian
gaya bahasa figuratif pada novel Laskar Pelangi membuat pengungkapan maksud
15
menjadi lebih mengesankan, lebih hidup, lebih jelas, dan lebih menarik. Beberapa
bahasa figuratif yang terdapat dalam pembahasan novel Laskar Pelangi yaitu idiom,
arti kiasan, konotasi, metafora, metonimia, simile, personifikasi, dan hiperbola.
Penggunaan idiom ada 45 data, arti kiasan ada 33 data, konotasi ada 56 data, metafora
ada 24 data, metonomia ada 15 data, simile ada 54 data dengan kata pembanding
seperti, seumpama, laksana, selayaknya, personifikasi 8 data, dan hiperbola ada 25
data. Kata-kata tersebut merupakan contoh pemanfaatan bentuk penggunaan gaya
bahasa figuratif yang unik dan menimbulkan efek-efek estetis pada pembaca. Andrea
Hirata mampu memilih dan menempatkan kosa-kata yang metaforis dan disesuaikan
dengan makna dalam kalimat.
Penelitian ini dengan judul “Resepsi Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia
UNS Angkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi: Analisis Estetika
Eksperimental”, memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian tersebut karena
penelitian ini menekankan pada aspek pembaca dan bukan pada teks. Meskipun
penelitian Karnia Septianingrum dengan judul “Aspek Kepribadian Tokoh Lintang
dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata: Pendekatan Psikologi Sastra”
melakukan analisis dalam hal psikologi sastra, namun penelitian ini berbeda karena
aspek psikologi yang diteliti adalah pembaca dan bukan kepribadian tokohnya.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian yang lainnya karena
penelitian ini meneliti mengenai tanggapan pembaca terhadap film Laskar Pelangi
sedangkan penelitian-penelitian tersebut meneliti aspek gaya bahasa dan nilai
pendidikan, dimensi sosial dan budaya, dan aspek stiliistika terhadap Laskar Pelangi.
16
B. Landasan Teori
Tanggapan pembaca terhadap suatu karya merupakan keleluasan seorang
penikmat dalam memaknai sebuah teks. Kualitas resepsi atau ketajaman tanggapan
seseorang terhadap sebuah karya, antara orang satu dengan yang lain biasanya
berbeda. Hal itu terjadi karena adanya beberapa faktor, baik itu usia, standar estetis,
gudang pengalaman atau wawasan, dan faktor psikologi. Hal itu sesuai dengan
konsep tentang horizon of expectations (erwartungs-horitzont) ‘cakrawala atau
horizon harapan’, disusun dengan sarana (1) norma generik yang terkenal yang
dipaparkan oleh teks yang dibaca oleh pembaca; (2) pengalaman dan pengetahuan
pembaca terhadap keseluruhan teks yang telah dibaca sebelumnya; dan (3) kontras
antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuaan pembaca untuk menerima teks baru di
dalam cakrawala harapannya yang “sempit” dan cakrawala hidupnya yang “luas”
(Jauss dalam Rien T. Segers,1978:36).
Resepsi sastra dimaksudkan bagaimana “pembaca” memberikan makna
terhadap karya sastra yang dibacanya sehingga dapat memberikan reaksi atau
tanggapan terhadapnya. Tanggapan itu mungkin bersifat pasif, yaitu bagaimana
seorang pembaca dapat memahami karya itu atau melihat hakekat estetika yang ada
di dalamnya. Atau mungkin juga bersifat aktif, yaitu bagaimana ia “merealisasikan”-
nya. Oleh karena itu pengertian resepsi sastra mempunyai lapangan yang luas, dengan
berbagai kemungkinan penggunaan (Umar Junus,1984:1).
Secara historis, menurut Jan Van Luxemburg dalam I Nyoman Kutha Ratna
(2004:163-164), ada dua tradisi klasik dalam kaitannya dengan relevansi fungsi dan
17
peranan pembaca. Pertama dibicarakan oleh Aristoteles, dalam Poetica, dengan
konsep katharsis, penyucian emosi (pembaca) melalui pementasan tragedi. Kedua,
dibicarakan oleh Horatius dalam Arts Poetica, dalam kaitannya dengan efek, manfaat,
dan nikmat, karya seni yang baik sekaligus berguna dan menyenangkan. “Secara
definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris), yang
diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca” (I Nyoman Kutha Ratna,
2004:165).
Resepsi sastra sebagaimana dimaksudkan dalam teori kontemporer tidak
sebagai reaksi, tetapi sudah disertai dengan penafsiran, dan bahkan penafsiran yang
sangat rinci. Dalam penelitian resepsi dibedakan menjadi dua bentuk, (a) resepsi
secara sinkronis, (b) resepsi secara diakronis. Bentuk pertama meneliti karya sastra
dalam hubungannya dengan pembaca sezaman. Sekelompok pembaca, misalnya
memberikan tanggapan baik secara sosiologis maupun psikologis terhadap sebuah
novel. Bentuk resepsi yang lebih rumit adalah tanggapan pembaca secara diakronik
sebab melibatkan pembaca sepanjang sejarah. I Nyoman Kutha Ratna (2004:167-169)
menjelaskan mengenai kaitannya dengan pembaca, timbul berbagai istilah, seperti:
pembaca eksplisit, pembaca implisit, pembaca mahatahu, pembaca yang diintensikan,
dan sebagainya. Di samping itu timbul pula istilah-istilah lain yang didefinisikan
sesuai dengan tokoh masing-masing, diantaranya: concretitazion (Vodicka), horizon
harapan (Jausz), pembaca implisit dan ruang kosong (Isser), kompetensi pembaca
(Culler).
18
Umar Junus dalam bukunya Resepsi Sastra (1984:46) menjelaskan bahwa
resepsi sastra dimaksudkan bagaimana “pembaca” memberikan makna terhadap
karya sastra yang dibacanya sehingga dapat memberikan resepsi atau tanggapan
terhadapnya. Secara lebih jauh dijelaskan mengenai tanggapan pasif, yaitu bagaimana
pembaca dapat memahami karya itu atau melihat hakikat estetik yang ada di
dalamnya, atau mungkin bersifat aktif, yaitu bagaimana ia merealisasikannya.
Wolfgang Isser memberikan contoh bagaimana pelaksanaan teorinya yang
mementingkan soal kesan, efek (wirkung). Lebih lanjut Isser memberikan kepada
peranan pembaca dalam memahami atau mengkonkretkan suatu karya. Pembaca
mungkin akan dapat merekonstruksikan suatu yang tak disebutkan (=nicht-Erzahlen)
(Umar Junus,1984:47). Umar Junus mengutip pendapat Ingarden mengenai struktur
karya sastra yang konstan.
Ingarden berpendapat bahwa karya sastra merupakan struktur yang konstans.
Melalui berbagai kecenderungan yang menjadi konkret ketika ada di tangan
pembaca. Dalam karya sastra itu sendiri hanya ditemui pandangan yang
skematis, suatu schemata yang pasti, yang melalui berbagai kecenderungan
persepsi dapat dilihat sebagai struktrur yang konstans. Tapi begitu ia
diaktualisasi oleh pembaca, maka ia akan menjadi konkret dengan cara
tertentu. Ia diutuhkan kembali melalui data yang konkret, dan cara melaluinya
hal ini dapat dicapai tergantung sebagian besarnya pada pembacanya. Ia akan
mengisi schemata pandangan yang umum tadi dengan suatu yang tertentu,
yang berhubungan dengan “rasa seni”-nya, kebiasaan tanggapan/persepsinya,
kecenderungan terhadap suatu mutu tertentu dan tingat kepadatan (=
coherence). Dengan begitu, ia akan berbeda bagi berbagai pembaca. Pembaca
juga mengaitkannya dengan berbagai pengalamannya dan memperkenalkan
19
dunia yang dihidupinya melalui aspek pembentukan dunia itu, dengan mana
kehidupan itu sendiri bentuk, (Umar Junus,1984:30).
Wolfgang Isser, dalam artikelnya Die Wurkliceit der Fiktion, mengajukan
beberapa saran yang mendukung tekstabilitas studi sastra. Dia tidak melihat fiksi
hanya sebagai satu entitas (kesatuan) sendiri, tetapi juga sebagai suatu struktur
komunikasional. Oleh karena itu, pertanyaan kuno yang diarahkan kepada sastra
harus diganti dengan pertanyaan baru: fokus tidak lagi pada arti sastra, tetapi pada
pengaruhnya (Rien T. Segers,1978:40). “Tugas estetika resepsi dalam kaitannya
dengan interpretasi ialah untuk menyelidiki konkretisasi pembaca terhadap teks
sastra” (Rien T. Segers,1978:45).
Psikologi sastra memberikan bantuan metodologis dalam mempelajari suatu
teks terhadap sekelompok pembaca. Dalam lapangan psikologi, experimental
esthetics ‘estetika eksperimental’ menghasilkan sejumlah eksperimen yang menarik
dan penting. Dalam kontrasnya dengan unsur instrinsik, estetika resepsi terutama
menitikberatkan pada masalah konkretisasi sebuah teks (Rien T. Segers,1978:53).
Penelitian eksperimental ditujukan untuk memerikan sistem norma sejumlah
pembaca yang tergolong pada kelompok baca yang oleh Stanley Fish disebut
informed reader ‘pembaca yang diberi informasi’;
Informed reader dibatasi dengan tiga karakteristik, yaitu (1) pewicara
kompeten dengan bahasa yang dipakai dalam teks, (2) memiliki pengetahuan
semantik yang penuh, pendengar dewasa yang dapat memahami tugasnya; ini
20
termasuk pengetahuan (misalnya pengalaman menciptakan dan atau
memahami) atau perangkat leksikal, kemungkinan kolokasi, idiom, dialek
professional dan lain-lain, dan (3) memiliki kompetensi sastra (Rien T.
Segers,1978:96).
Wienold menjelaskan bahwa “objek studi sastra tidak lagi berupa teks, tetapi
proses interpretasi dan evaluasi sastra”. Wienold mendekati teks sastra dari sudut
pandang teori komunikasi (objek teori komunikasi adalah pemindahan informasi)
(Rien T. Segers,1978:38). Norbert Groeben juga menyukai perlakuan terhadap
hubungan teks dengan pembaca. Selanjutnya ia mengutarakan apa yang dimaksud
dengan pendekatan empirik dalam studi sastra. Penelitian empirik mengimplikasikan
penelitian tentang reaksi-reaksi pembaca yang riil (Rien T. Segers,1978:38). “Konsep
eksperimental berkaitan dengan nama cabang psikologi, estetika eksperimental, yakni
eksperimen yang sebenarnya” (Rien T. Segers,1978:39). D. E. Berlyne
mengistilahkan cabang psikologi sastra yang paling relevan dengan penelitian tentang
evaluasi dan atau resepsi sastra dengan istilah experimental esthetics (estetika
ekperimental). Berlyne memberikan estetika eksperimental sebagai ‘studi tentang
efek-efek motivasional’ dari karya-karya seni kepada penerimanya (Rien T.
Segers,1978:73).
Hubungan antara estetika resepsi dan estetika eksperimetal mungkin
mengarahkan pada hasil-hasil yang penting bagi studi sastra, pendidikan dan
pengajaran, dan juga studi psikologi. “Dalam kolaborasi ini, estetika resepsi memiliki
tugas menyusun basis penelitian teoretik dan merumuskan hipotesis dan tujuan-tujuan
21
penelitian; estetika eksperimental akan memberikan kerangka kerja dalam penelitian
yang layak dan tepat” (Rien T. Segers,1978:82). Berlyne memberikan penjelasan
bahwa estetika eksperimental sebagai “studi tentang efek-efek motivasional” dari
karya-karya seni kepada penerimanya (Rien T. Segers,1978:73).
Melalui pemaparan teori-teori di atas, penelitian estetika resepsi tidak lagi
melakukan kerja analisis terhadap teks, tetapi menitikberatkan pada tanggapan
pembaca terhadap teks secara riil. Tugas estetika resepsi dalam kaitannya dengan
interpretasi ialah untuk menyelidiki konkretisasi pembaca terhadap teks sastra. Fiksi
tidak hanya sebagai satu entitas (kesatuan) sendiri, tetapi juga sebagai suatu struktur
komunikasional yang mengedepankan pemindahan informasi. Penelitian ini mencoba
memaparkan resepsi pembaca dan aspek psikologi yang mengukur tenggapan
pembaca terhadap film Laskar Pelangi secara eksperimental yang berhubungan
dengan studi tentang efek-efek motivasional terhadap karya.
C. Kerangka Berpikir
Deskrepsi penelitian ini dapat dituangkan dalam kerangka berpikir seperti
berikut ini.
1. Menentukan informan yaitu mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS
angkatan 2010 melalui kuesioner instrumental, berisi pertanyaan mengenai
aspek tekstual dalam film Laskar Pelangi sehingga ditemukan sepuluh
mahasiswa yang memiliki nilai pemahaman tertinggi;
2. Tahap berikutnya dari penelitian ini adalah menyaksikan film secara bersama-
sama yaitu para informan yang terdiri dari sepuluh mahasiswa. Setelah itu
22
para informan melakukan kerja evaluasi psikologis terhadap film melalui
kuesioner eksperimental yang telah disediakan.
3. Setelah ditemukan hasil evaluasi mengenai film yang dilakukan oleh para
informan dalam bentuk kuesioner eksperimental, maka tahapan penelitian
selanjutnya adalah melakukan wawancara terhadap informan mengenai alasan
pemilihan jawaban yang ada dalam kuesioner eksperimental.
4. Tahap akhir dari penelitian ini adalah pemaparan hasil penelitian dan dampak
psikologis yang muncul dengan mempertimbangkan aspek nilai yang dominan
bagi para informan.
23
Kerangka Berpikir Penelitian
Mahasiswa Sastra
Indonesia UNS
Angkatan 2010
Kuesioner (Instrumental)
Sepuluh Informan yang
Memiliki Pemahaman
Tertinggi
Menyaksikan Film dan
Mengisi Kuesioner
Eksperimental
yantedisiapkan
Wawancara MengenaiHasil Kuesioner dengan
Masing-MasingInforman
Pemaparan hasilPenelitian, dan
Dampak Nilai yangDominan bagi
Informan
Menyaksikan Film
Laskar Pelangi
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
karena data yang diperoleh lebih mementingkan aspek kulitas dan bukan
pada jumlah banyaknya data. Penelitian ini menganalisis resepsi mahasiswa
Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 secara eksperimental terhadap
film Laskar Pelangi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
psikologi mengenai kualitas tanggapan informan terhadap film Laskar
Pelangi. Meskipun demikian, penelitian ini juga menyampaikan data yang
berupa tabulasi angka dalam bentuk tabel, untuk mempermudah dalam hal
pemaparan hasil penelitian. Objek kajian penelitian ini berupa objek material
dan objek formal. Objek material meliputi hasil interpretasi informan
terhadap film Laskar Pelangi yang diperoleh melalui eksperimen saat
menyaksikan film yang berupa kuesioner dan hasil wawancara. Objek formal
penelitian ini adalah dampak psikologis para informan terhadap aspek
tekstual film Laskar Pelangi.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Sastra
Indonesia UNS angkatan 2010 baik itu yang memenuhi klasifikasi sebagai
25
informan maupun yang tidak memenuhi klasifikasi tersebut. Sampel dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan
2010 yang memiliki klasifikasi memperoleh nilai tertinggi dalam hal
pemahaman terhadap film Laskar Pelangi yang dapat diukur melalui
kuesioner instrumental. Melalui tahap pembagian kuesioner instrumental
ditemukan 10 orang informan yang memenuhi klasifikasi dalam penelitian
ini. Dari jumlah mahasiswa sebanyak 78 orang, dengan 59 orang yang
terlibat dalam pengisian kuesioner instrumental, akhirnya diperoleh 10 orang
mahasiswa yang memiliki nilai tertinggi dalam pengisian kuesioner yang
berhubungan dengan film Laskar Pelangi.
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu
pemilihan sekelompok subjek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat yang
dipandang mempunyai sangkut paut dengan populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Hal itu dapat diukur melalui pembagian kuesioner terhadap
sekelompok individu yang memiliki hubungan dengan ciri-ciri tertentu atau
sifat-sifat yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan populasi yang
sudah diketahui sebelumnya, yaitu mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS
angkatan 2010.
Penelitian ini tidak mempertimbangkan aspek gender meskipun
informan yang terpilih adalah 5 laki-laki dan 5 perempuan. Terpilihnya
informan tersebut lebih karena nilai rata-rata yang sama sehingga perlu
dipilih dengan mempertimbangkan aspek kesamarataan.
26
C. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua
klasifikasi yaitu data primer dan data skunder. Data primer dalam penelitian
ini adalah resepsi informan terhadap film Laskar Pelangi yang berupa hasil
kuesioner eksperimental, hasil wawancara eksperimental, dan hasil
wawancara psikologi ego. Data skunder dalam penelitian ini meliputi data-
data yang diperoleh melalui penelitian terdahulu dan buku-buku yang relevan
dengan penelitian. Data primer yang berupa hasil kuesiner eksperimental,
hasil wawancara eksperimental, dan hasil wawancara psikologi ego, dimaknai
lebih lanjut dengan bantuan data-data skunder yang diperoleh melalui
penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku yang relevan. Sumber data
dalam penelitian ini adalah kuesioner eksperimental, wawancara
eksperimental, wawancara psikologi ego (primer), penelitian terdahulu, dan
buku-buku yang relevan (skunder).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini terbagi ke dalam dua aspek
yaitu data primer dan skunder. Teknik pengumpulan data primer penelitian ini
meliputi: 1) pembagian dan pengisian kuesioner eksperimental; 2) wawancara
eksperimental; dan 3) melalui tahapan wawancara psikologi ego. Teknik
pengumpulan data skunder dalam penelitian ini meliputi: 1) mencari informasi
mengenai penelitian-penelitian terdahulu tentang Laskar Pelangi; dan 2)
membaca buku-buku yang relevan dengan penelitian.
27
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan beberapa
tahapan, yaitu: (a) tahap deskrepsi data yaitu mendeskripsikan data
berdasarkan hasil resepsi informan terhadap film Laskar Pelangi; (b) tahap
klasifikasi data yaitu mengklasifikasikan data dari hasil kuesioner
eksperimental, hasil wawancara eskperimental, dan dari hasil wawancara
psikologi ego untuk menemukan kecenderungan terhadap penilaian mengenai
aspek tekstual film Laskar Pelangi; (c) tahap analisis data yaitu sistem kerja
teori estetika resepsi dan psikologi ego terhadap data yang berupa resepsi
informan terhadap film Laskar Pelangi secara eksperimental; dan (d) tahap
interpretasi data yaitu tahap untuk memberikan pemaknaan secara khusus
pada data yang telah dianalisis dalam hal kesesuaian dengan tujuan tanpa
mengurangi keobjektifannya, sehingga ditemukan interpretasi dan dampak
psikologis masing-masing pembaca terhadap film tersebut.
F. Teknik Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini diperoleh melalui data yang telah
diolah, dianalisis, dan dievaluasi pada rangkaian tahap sebelumnya. Teknik
penarikan kesimpulan ini melalui ragam induktif, yaitu teknik penarikan
kesimpulan dari data-data yang bersifat khusus dan mampu mendapatkan
kesimpulan yang bersifat umum.
28
BAB IV
RESEPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INDONESIA UNS ANGKATAN
2010 TERHADAP ASPEK TEKSTUAL FILM LASKAR PELANGI
A. Kuesioner Instrumental dan Kuesioner Eksperimental
1. Pembahasan Kuesioner Instrumental
Melalui hasil pembagian kuesioner instrumental terhadap mahasiswa Jurusan
Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 ditemukan pembaca yang memiliki klasifikasi
nilai tertinggi. Setiap jawaban yang berhubungan dengan pertanyaan mengenai
tanggapan mereka terhadap film Laskar Pelangi mendapatkan nilai 10, tetapi
pemilihan klasifikasi jawaban dengan spesifikasi “sangat” lebih diprioritaskan bila
dibandingkan dengan pilihan jawaban “bagus”, “kurang bagus”, dan “kurang”.
Pembagian kuesioner instrumental ditujukan untuk menentukan pemilihan pembaca
dalam penelitian ini.
Meskipun jumlah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010
adalah 78 orang, tidak semua mahasiswa tersebut dijadikan sebagai informan dalam
penelitian ini. Dari 78 jumlah keseluruhan mahasiswa, sebanyak 59 mahasiswa
bersedia mengisi kuesioner instrumental untuk penelitian ini. Sebanyak 19 mahasiswa
tidak terlibat dalam pengisian kuesioner ini karena tidak hadir dalam sesi pengisian
kuesioner.
29
Pengisian kuesioner dilakukan di dalam kelas secara bersama-sama dengan
pengawasan dan meminimalisasi potensi kerja sama antarmahasiswa sehingga
diharapkan hasil kuesioner bisa dipertanggungjawabkan keautentikannya. Jawaban
pada klasifikasi pertanyaan yang berhubungan dengan pemahaman mereka terhadap
film Laskar Pelangi hanya akan dihitung nilainya apabila mereka menjawab
pertanyaan dengan jawaban yang sesuai dengan isi dalam film. Adapun nilai dari
masing-masing jawaban yang benar adalah 10.
Dari 59 mahasiswa yang mengisi kuesioner instrumental, hasil analisis
mereka terhadap film Laskar Pelangi 57 mahasiswa memperoleh nilai 50. Adapun 2
mahasiswa mendapatkan nilai 40 karena dari masing-masing kuesioner mahasiswa
tersebut ada satu pertanyaan yang tidak dijawab. Model pertanyaan ini semua
jawaban dianggap benar karena merupakan analisis berdasarkan pengalaman dan
penilaian mereka terhadap film. Apabila mahasiswa telah menjawab semua
pertanyaan untuk klasifikasi pertanyaan mengenai tanggapan atau penilaian terhadap
film Laskar Pelangi secara otomatis mereka telah memiliki nilai 50. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut adalah: (1) apakah Anda pernah menonton film Laskar Pelangi?;
(2) menurut Anda bagaimanakah kualitas film Laskar Pelangi?; (3) apakah Anda
terkesan terhadap film tersebut?; (4) apakah Anda memahami film tersebut?; dan (5)
apakah film tersebut berpengaruh terhadap diri Anda hingga sekarang?.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda.
Pertanyaan pertama berfungsi untuk mengetahui bahwa pembaca dalam penelitian ini
pernah menonton film Laskar Pelangi. Pertanyaan kedua memiliki peran dan fungsi
30
untuk mengukur tingkat kemampuan pembaca dalam menilai kualitas film.
Pertanyaan ketiga memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui efek atau kesan yang
muncul dari film tersebut terhadap diri pembaca. Pertanyaan keempat memiliki peran
dan fungsi untuk mengetahui tingkat pemahaman pembaca terhadap film tersebut.
Pertanyaan kelima memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tingkat pengaruh
film terhadap diri pembaca.
Jawaban para mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terkait
dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu merupakan jawaban yang mutlak.
Penjelasan mengenai kemutlakan yang dimaksud adalah tidak bisa dipersalahkan
karena merupakan jawaban yang berhubungan dengan pengalaman dan psikologi
masing-masing mahasiswa secara empiris.
Pertanyaan selanjutnya dalam kuesioner instrumental adalah mengenai
pemahaman mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap film
Laskar Pelangi. Pertanyaan ini memiliki hubungan terhadap pertanyaan yang
berhubungan dengan pengalaman dan psikologis mahasiswa. Pertanyaan ini selain
untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS
angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi juga merupakan pertanggungjawaban
mereka terhadap kuesioner instrumental yang berhubungan dengan pengalaman dan
analisis psikologis mahasiswa terhadap film tersebut. Ketika mahasiswa menjawab
pertanyaan dengan jawaban “memahami” atau “sangat memahami” namun ternyata
kurang baik mengenai hasil jawaban yang berhubungan dengan per tanyaan tentang
pemahaman, maka mahasiswa tersebut kurang memiliki pemahaman yangbaik
31
terhadap film Laskar Pelangi. Dengan penjelasan lain, kuesioner instrumental dalam
pertanyaan yang berhubungan dengan pemahaman merupakan bukti mengenai tingkat
pemahaman mahasiswa terhadap film tersebut. Adapun pertanyaan dalam kuesioner
instrumental yang menitikberatkan pada pertanyaan tentang pemahaman terhadap
film Laskar Pelangi adalah: (1) siapakah tokoh utama dalam film Laskar Pelangi?;
(2) berapakah jumlah anggota Laskar Pelangi?; (3) siapakah ketua kelas SD
Muhammadiyah Gantong dalam film Laskar Pelangi?; (4) siapakah tokoh perempuan
yang dicintai Ikal dalam film Laskar Pelangi?; dan (5) siapakah nama tokoh yang
dijuluki Si Samson dalam film Laskar Pelangi?.
Jawaban mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010 terhadap
pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu beraneka ragam. Keakuratan jawaban dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman pembaca karena dalam memberikan
jawaban yang benar menunjukkan bahwa pembaca memahami film Laskar Pelangi.
Pemilihan pembaca dalam penelitian ini berdasarkan pada nilai tertinggi baik
itu dalam kuesioner instrumental yang berisi pertanyaan mengenai penilaian mereka
terhadap film maupun pertanyaan mengenai pemahaman mereka terhadap film
tersebut. Nilai tertinggi yang dimaksud adalah penggabungan dari masing-masing
nilai mahasiswa yang diperoleh dari jawaban dua kriteria pertanyaan seperti yang
telah dijelaskan.
Dari 59 mahasiswa yang terlibat dalam pengisian kuesioner instrumental,
akhirnya dipilih 10 pembaca yang memiliki nilai tertinggi. Pemaparan hasil
pembagian kuesioner instrumental dari klasifikasi penilaian terhadap film tersebut
32
akan diakumulasikan dengan hasil nilai dari jawaban model pemahaman. Jumlah nilai
tertinggi dari lima mahasiswa laki-laki dan lima mahasiswa perempuan akan
dijadikan sebagai pembaca atau informan penelitian ini. Adapun identitas mahasiswa
yang memiliki nilai tertinggi dan terpilih menjadi pembaca dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Pembaca pertama jenis kelamin laki-laki, tempat lahir di Sukoharjo dengan
alamat Sukoharjo. Menyatakan pernah menonton film Laskar Pelangi.
Kualitas film tersebut bagus, sangat terkesan terhadap film tersebut,
memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut berpengaruh
terhadap kehidupannya. Dari lima pertanyaan yang berupa
pertanggungjawaban terhadap pernyataan, pembaca tersebut dapat menjawab
semua pertanyaan, tetapi tiga di antaranya salah. Adapun jawaban yang benar
dari pertanyaan tersebut adalah jumlah anggota Laskar Pelangi yaitu sepuluh
orang dan nama tokoh perempuan yang dicintai Ikal yaitu A- ling.
2. Pembaca kedua jenis kelamin laki-laki, tempat lahir di Karanganyar dengan
alamat Boyolali. Menyatakan pernah menonton film Laskar Pelangi. Kualitas
film tersebut bagus, terkesan dengan film tersebut, memahami film tersebut,
dan menyatakan bahwa film tersebut berpengaruh terhadap kehidupannya.
Dari lima pertanyaan yang berupa pertanggungjawaban dari pernyataan
tersebut pembaca dapat menjawab tiga pertanyaan. Dua jawaban benar dan
satu jawaban salah. Adapun jawaban yang benar adalah mengenai jumlah
33
anggota Laskar Pelangi terdiri dari sepuluh orang dan tokoh wanita yang
dicintai Ikal yaitu A-ling.
3. Pembaca ketiga jenis kelamin perempuan, tempat lahir di Magetan dengan
alamat tinggal di Madiun. Menyatakan pernah menonton film Laskar Pelangi.
Kualitas film tersebut sangat bagus, terkesan dengan film tersebut, sangat
memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut berpengaruh
terhadap kehidupannya hingga sekarang. Dari lima pertanyaan untuk
mempertanggungjawabkan pernyataan tersebut tiga pertanyaan terjawab dan
keseluruhannya adalah benar. Adapun jawaban tersebut adalah tokoh utama
film Laskar Pelangi adalah Ikal, jumlah anggota Laskar pelangi adalah
sepuluh orang, dan nama tokoh perempuan yang di cintai Ikal adalah A-ling.
4. Pembaca keempat jenis kelamin perempuan, tempat lahir di Sukoharjo,
dengan alamat di Sukoharjo. Menyatakan pernah menonton film Laskar
Pelangi. Kualitas film tersebut bagus, terkesan terhadap film tersebut,
memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut berpengaruh
terhadap kehidupannya hingga sekarang. Dari lima pertanyaan untuk
mempertanggungjawabkan pernyataan tersebut semuanya terjawab. Dua
jawaban salah dan tiga jawaban adalah benar. Adapun tiga jawaban yang
benar adalah tokoh utama dalam film Laskar Pelangi adalah Ikal, jumlah
anggota Laskar Pelangi adalah sepuluh orang, dan nama tokoh perempuan
yang dicintai Ikal adalah A-Ling.
34
5. Pembaca kelima jenis kelamin perempuan, tempat lahir di Sukoharjo dengan
tempat tinggal di Karanganyar. Menyatakan pernah menonton film Laskar
Pelangi. Kualitas film tersebut sangat bagus, sangat terkesan terhadap film
tersebut, memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut
berpengaruh terhadap kehidupannya. Dari lima pertanyaan untuk
mempertanggungjawabkan pernyataan tersebut tiga pertanyaan terjawab dan
keseluruhannya adalah benar. Adapun jawaban tersebut adalah tokoh utama
film Laskar Pelangi bernama Ikal, jumlah anggota Laskar Pelangi sepuluh
orang orang, dan nama tokoh perempuan yang dicintai Ikal adalah A-Ling.
6. Pembaca keenam jenis kelamin laki-laki, tempat lahir di Sukoharjo dengan
alamat Sukoharjo. Menyatakan pernah menonton film Laskar Pelangi.
Kualitas film tersebut bagus, terkesan terhadap film tersebut, memahami film
tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut berpengaruh terhadap
kehidupannya. Dari lima pertanyaan untuk mempertanggungjawabkan
pernyataan tersebut keseluruhannya terjawab. Dua jawaban salah dan tiga
jawaban adalah benar. Adapun jawaban yang benar adalah nama tokoh utama
dalam film Laskar Pelangi yaitu Ikal, jumlah anggota Laskar Pelangi sepuluh
orang, dan nama tokoh perempun yang dicintai Ikal yaitu A-Ling.
7. Pembaca ketujuh jenis kelamin laki-laki, tempat lahir di Rembang, dengan
alamat Rembang, dan tinggal di rumah kos di Solo. Menyatakan pernah
menonton film Laskar Pelangi. Kualitas film tersebut sangat bagus, terkesan
dengan film tersebut, memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film
35
tersebut berpengaruh terhadap kehidupannya. Dari lima pertanyaan yang
merupakan pertanggungjawaban dari pernyataan tersebut dua jawaban salah
dan tiga jawaban adalah benar. Adapun jawaban yang benar dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut adalah jumlah anggota Laskar Pelangi sebanyak sepuluh
orang, ketua kelas Laskar Pelangi adalah Kucai, dan tokoh wanita yang
dicintai Ikal adalah A-ling.
8. Pembaca kedelapan jenis kelamin laki-laki, tempat lahir di Tangerang, dengan
alamat di Tangerang, dan tingggal di rumah kos di Solo. Menyatakan pernah
menonton film Laskar Pelangi. Kualitas film tersebut sangat bagus, sangat
terkesan terhadap film tersebut, sangat memahami film tersebut, dan
menyatakan bahwa film tersebut berpengaruh terhadap kehidupannya. Dari
lima pertanyaan untuk mempertanggungjawabkan pernyataan tersebut, tiga
pertanyaan terjawab. Satu jawaban salah dan dua jawaban adalah benar.
Adapun jawaban yang benar adalah jumah anggota Laskar Pelangi yaitu
sepuluh orang, dan nama tokoh perempuan yang dicintai Ikal yaitu A-Ling.
9. Pembaca kesembilan jenis kelamin perempuan, tempat lahir di Karanganyar,
dengan alamat Karanganyar. Menyatakan pernah menonton film Laskar
Pelangi. Kualitas film tersebut sangat bagus, sangat terkesan terhadap film
tersebut, memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut
berpengaruh terhadap kehidupannya. Dari lima pertanyaan untuk
mempertanggungjawabkan pernyataan tersebut empat pertanyaan terjawab.
Satu jawaban salah dan tiga jawaban adalah benar. Adapun jawaban yang
36
benar adalah mengenai tokoh utama dalam film Laskar Pelangi yaitu Ikal,
ketua kelas Laskar Pelangi yaitu Kucai, dan nama tokoh perempuan yang
dicintai Ikal yaitu A-Ling.
10. Pembaca kesepuluh jenis kelamin perempuan, tempat lahir di Boyolali,
dengan alamat Boyolali. Menyatakan pernah menonton film Laskar Pelangi.
Kualitas film tersebut sangat bagus, sangat terkesan terhadap film tersebut,
sangat memahami film tersebut, dan menyatakan bahwa film tersebut sangat
berpengaruh terhadap kehidupannya. Dari lima pertanyaan untuk
mempertanggungjawabkan pernyataan tersebut, semuanya terjawab. Dua
jawaban salah dan tiga jawaban adalah benar. Adapun jawaban yang benar
adalah jumlah anggota Laskar Pelangi yaitu sepuluh orang, ketua kelas Laskar
Pelangi yaitu Kucai, dan nama tokoh perempuan yang dicintai Ikal yaitu A-
Ling.
Sepuluh identitas mahasiswa tersebut adalah pembaca yang terpilih sebagai
informan dalam penelitian ini. Nama-nama pembaca tersebut tidak dicantumkan dan
hanya dilampirkan identitas secukupnya dengan pertimbangan kenyamanan pembaca
yang terpilih sebagai informan dalam penelitian ini. Penentuan nomor tersebut hanya
berdasarkan pada nama yang ada dalam kuesioner secara alphabetis meski
dirahasiakan, tanpa memiliki suatu maksud atau tujuan tertentu yang bersifat
mengurangi keobjektifan penelitian.
Adapun pemaparan jumlah nilai dari kesepuluh mahasiswa tersebut dapat
dijelaskan dalam tabel 1 di bawah ini.
37
Tabel 1. Pemilihan pembaca berdasarkan nilai kuesioner instrumental
NO Jenis Kelamin Alamat TTL Nilai
1 L Sukoharjo Sukoharjo, 24-01-1992
70
2 L Boyolali Karanganyar, 24-04-1992
70
3 P Madiun Magetan, 16-08-1992 80
4 P Sukoharjo Sukoharjo, 27-05-1992
80
5 P Karanganyar Sukoharjo, 04-04-1992
80
6 L Sukoharjo Sukoharjo, 06-09-1991
80
7 L Solo Rembang, 26-12-1991 80
8 L Solo Tangerang, 30-11-1991
80
9 P Karanganyar Karanganyar, 24-02-1992
80
10 P Boyolali Boyolali, 17-10-1991 80
2. Pembahasan Kuesioner Eksperimental
Pembahasan pertama dalam penelitian ini adalah mengenai pengisian
kuesioner eksperimental setelah para pembaca menyaksikan film Laskar Pelangi
secara bersama-sama. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner model Yale University, yaitu evaluasi atau penilaian terhadap karya oleh
pembaca dengan penilaian berdasarkan pada kepuasan pembaca terhadap aspek
tekstual dalam sebuah karya. Dalam hal ini penilaian secara langsung terhadap film
Laskar Pelangi yang dimaksud adalah melakukan penilaian terhadap pertanyaan-
pertanyaan mengenai unsur-unsur tekstual film yang telah dicantumkan dalam
38
kuesioner eksperimental. Pertanyaan kuesioner ini merupakan penilaian pembaca
terhadap film secara umum dan penilaian terhadap kriteria-kriteria tertentu. Jumlah
pertanyaan adalah sebanyak dua puluh satu soal. Pertanyaan dalam kuesioner ini
menekankan pada evaluasi pembaca terhadap film dalam perspektif estetika
eksperimental, yaitu studi tentang efek-efek motivasional pembaca terhadap film
Laskar Pelangi. Seperti telah dibahas dalam landasan teori, Psikologi sastra
memberikan bantuan metodologis dalam mempelajari suatu teks terhadap
sekelompok pembaca. Dalam lapangan psikologi, experimental esthetics atau estetika
eksperimental menghasilkan sejumlah eksperimen yang menarik dan penting. Dalam
kontrasnya dengan unsur intrinsik, estetika resepsi terutama menitikberatkan pada
masalah konkretisasi sebuah teks.
Pembahasan yang kedua dalam penelitian ini adalah melalui data wawancara
para pembaca mengenai evaluasi hasil pengisian kuesioner eksperimental. Pembaca
mempertanggungjawabkan hasil kuesioner eksperimental dengan wawancara
sehingga akan diketahui efek motivasi dan tingkat ketajaman analisis pembaca
terhadap film. Evaluasi tersebut menggunakan analisis psikologi pembaca terhadap
film secara eksperimen. Hal itu sejalan dengan pendapat Ingarden yang disampaikan
oleh Umar Junus dalam landasan teori mengenai konkretisasi pembaca yaitu Dalam
karya sastra itu sendiri hanya ditemui pandangan yang skematis, suatu schemata yang
pasti, yang melalui berbagai kecenderungan persepsi dapat dilihat sebagai struktrur
yang konstans. Akan tetapi begitu ia diaktualisasi oleh pembaca, maka ia akan
menjadi konkret dengan cara tertentu. Ia diutuhkan kembali melalui data yang
39
konkret, dan cara melaluinya hal ini dapat dicapai tergantung sebagian besarnya pada
pembacanya. Ia akan mengisi schemata pandangan yang umum tadi dengan suatu
yang tertentu, yang berhubungan dengan “rasa seni”-nya, kebiasaan
tanggapan/persepsinya, kecenderungan terhadap suatu mutu tertentu dan tingat
kepadatan (= coherence). Dengan demikian, ia akan berbeda bagi berbagai pembaca.
Pembaca juga mengaitkannya dengan berbagai pengalamannya dan memperkenalkan
dunia yang dihidupinya melalui aspek pembentukan dunianya tersebut.
Pembahasan ketiga dalam penelitian ini adalah melalui hasil wawancara
psikobiografi. Wawancara ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan kondisi kehidupan di masa kecil para informan, cita-cita,
kegagalan atau trauma yang pernah dialami, harapan yang pernah dimiliki,
pandangan tentang kehidupan yang muncul setelah menyaksikan film Laskar
Pelangi, unsur rasa yang hadir setelah menyaksikan film Laskar Pelangi, dan dampak
psikologis yang muncul setelah menyaksikan film tersebut. Pertanyaan dalam
kuesioner tersebut berisi tentang kondisi psikobiografi yang menjabarkan teori psiko
analisis ego seperti berikut ini.
40
B. Interpretasi dan Pembahasan Hasil Kuesioner Eksperimental
1. Identifikasi Putusan Nilai Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS
Angkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi
Identifikasi putusan nilai adalah pemaparan hasil penilaian pembaca terhadap
film Laskar Pelangi melalui kuesioner eksperimental. Hasil identifikasi putusan nilai
merupakan evaluasi dan penilaian para pembaca secara psikologis mengenai berbagai
pertanyaan yang berhubungan dengan film Laskar Pelangi. Pemaparan hasil
pengisian kuesioner eksperimental berisi tentang dua kriteria pertanyaan.
Kriteria pertanyaan pertama adalah penilaian pembaca terhadap film Laskar
Pelangi secara umum. Jawaban yang tertuang dalam kuesioner tersebut meliputi
pilihan: (1) sangat jelek mendapatkan nilai 10; (2) jelek mendapatkan nilai 5; (3) baik
mendapatkan nilai 5; dan (4) sangat baik mendapatkan nilai 10. Hasil penilaian dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut dianggap benar karena berdasarkan pada aspek
internal pembaca terhadap film Laskar Pelangi.
Kriteria pertanyaan selanjutnya adalah berdasarkan pada aspek psikologis
yang berhubungan dengan film Laskar Pelangi. Klasifikasi jawabannya meliputi: (1)
sangat jelek mendapatkan nilai 10; (2) jelek mendapatkan nilai 5; (3) baik
mendapatkan nilai 5; dan (4) sangat baik mendapatkan nilai 10. Pemberian nilai
hanya ditujukan untuk mempermudah pelaporan hasil penelitian. Angka-angka yang
dipaparkan bukan merupakan data kuantitatif yaitu aspek penelitian yang
mementingkan jumlah data sebagai aspek penilaian karena hanya untuk melaporkan
41
bahwa pembaca dengan poin nilai tertinggi merupakan pembaca yang memiliki
kemampuan identifikasi putusan nilai yang baik terhadap film tersebut.
Klasifikasi penilaian “sangat” (sangat baik dan sangat kurang) mendapatkan
nilai yang lebih karena memiliki unsur nilai yang jelas. Klasifikasi ini memaparkan
kemampuan analisis yang maksimal terhadap kriteria tertentu dalam film yang
dilakukan oleh para pembaca. Hal itu juga menggambarkan ketajaman analisis
pembaca sehingga memunculkan aspek rasa secara jelas. Penilaian “baik”, “jelek”,
dan “cukup” hanya akan mendapatkan nilai 5 karena menunjukkan kemampuan
analisis pembaca terhadap kriteria tertentu dalam film yang kurang maksimal.
Berbeda tentunya dengan penilaian “sangat” yang mampu menggambarkan bahwa
pembaca benar-benar memahami kriteria tertentu dalam film tersebut sehingga
analisis yang diberikan pun sangat maksimal. Penilaian “sangat” terhadap kriteria
tertentu mencerminkan kejelasan dan keakuratan analisis pembaca secara mendalam.
Penilaian ”cukup”, “sedang”, dan “kurang” mencerminkan kurangnya keakuratan
pembaca dalam memahami kriteria tertentu secara mendalam. Selain itu, pilihan-
pilihan jawaban tersebut juga merupakan penggambaran mengenai efek motivasional
pembaca mengenai kriteria-kriteria penilaian terhadap film.
Pembuktian kemampuan analisis melalui hasil kuesioner eksperimental
tersebut dapat dilakukan melalui tahap wawancara. Tahap ini selain merupakan
teknik pengumpulan data dalam hal hasil interpretasi putusan nilai juga merupakan
tahap untuk mengukur kemampuan analisis pembaca dalam hal identifikasi putusan
nilai melalui kriteria tertentu terhadap film Laskar Pelangi.
42
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner eksperimental yang berdasarkan pada
kriteria tertentu terhadap film Laskar Pelangi memiliki peran1 dan fungsi2 yang
berbeda-beda. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang sehubungan dengan isi dari
kuesioner tersebut adalah sebagai berikut.
1) Bagaimanakah penilaian Anda terhadap keseluruhan film Laskar Pelangi?.
Pertanyaan mengenai penilaian terhadap keseluruhan film Laskar Pelangi
memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tanggapan pembaca terhadap kualitas
film. Hal ini berfungsi untuk mengetahui tingkat penilaian pembaca terhadap film
secara menyeluruh.
2) Bagaimanakah kandungan tema atau gagasan utama dalam film ini?.
Pertanyaan mengenai tingkat kandungan tema atau gagasan utama dalam film
Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengukur kemampuan analisis
pembaca terhadap gagasan atau tema film tersebut. Hal itu dinilai penting karena
ketika pembaca memahami gagasan atau tema dalam film tersebut, pembaca akan
mampu mengetahui pokok utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film
tersebut.
3) Apakah film ini menunjukkan makna dan daya tarik cerita yang sama tanpa
terikat ruang dan waktu?.
Pertanyaan mengenai makna dan daya tarik cerita yang sama tanpa terikat
ruang dan waktu memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis
1 Peran yang dimaksud adalah isi cerita dalam film yang memiliki kontribusi terhadap pembaca.2 Fungsi yang dimaksud adalah manfaat dari kemunculan isi cerita.
43
pembaca terhadap makna yang dapat ditemukan dalam film secara objektif. Tanpa
terikat ruang dan waktu menjelaskan bahwa keobjektifan makna dan daya tarik film
ini relatif tetap sama meski disaksikan pada waktu yang berbeda dan lokasi yang
berbeda-beda pula. Sebagai contoh, tingkat keobjektifan tema film Laskar Pelangi
baik disaksikan oleh masyarakat yang tinggal di kota maupun di desa, disaksikan
pada saat ini atau kapan pun akan tetap memiliki tema yang sama yaitu tentang
pendidikan.
4) Apakah bahasa yang digunakan dalam film ini mudah dipahami?.
Pertanyaan mengenai penggunaan bahasa yang mudah dipahami memiliki
peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca terhadap aspek
stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan penulis atau sutradara dalam film Laskar
Pelangi. Bahasa yang terampil juga mencakup tentang aspek kekhasan bahasa yang
terdapat dalam film tersebut.
5) Apakah film ini memberikan pengembangan yang jelas dan organisasi plot
yang baik?.
Pertanyaan mengenai pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik
memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca terhadap
aspek pengembangan cerita dan aspek plot yang baik. Dengan pemahaman mengenai
pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik maka akan dapat diketahui
kepekaan pembaca dalam memahami alur cerita film tersebut.
44
6) Apakah film ini memberikan keaslian, memberikan perspektif yang segar3,
dan berbeda?.
Pertanyaan mengenai keaslian dan perspektif yang segar dan berbeda dalam
kuesioner ini memiliki peran dan fungsi untuk mengukur pemahaman pembaca
mengenai ciri khas film Laskar Pelangi dan membandingkannya dengan karya-karya
lain. Hal ini tentu berhubungan dengan wawasan para pembaca terhadap film Laskar
Pelangi dan berfungsi untuk mengukur pemahaman mereka mengenai ciri khas yang
dimiliki oleh film tersebut.
7) Apakah Anda merasakan keterlibatan secara emosional terhadap watak dan
tindakan tokoh dalam film ini?.
Pertanyaan mengenai keterlibatan secara emosional terhadap watak dan
tindakan tokoh dalam film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk
mengetahui tingkat kepekaan pembaca terhadap peristiwa-peristiwa dalam film
tersebut. Hal ini dinilai penting karena berfungsi untuk mengukur segi afektif atau
penalaran unsur rasa yang dapat ditemukan pada diri pembaca dari film tersebut.
8) Apakah Anda menjumpai film ini memperlihatkan kecakapan4 teknik
naratifnya?.
Pertanyaan mengenai kecakapan teknik naratif dalam film Laskar Pelangi
memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan pembaca dalam memahami
maksud atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Sehubungan dengan maksud
3 Segar yang dimaksud adalah mengenai kebaruan.4 Kecakapan yang dimaksud adalah tingkat kemampuan dalam menyampaikan maksud melalui narasi.
45
yang ingin disampaikan oleh penulis, kecakapan teknik naratif merupakan analisis
terhadap prolog yang disampaikan oleh narator dalam film tersebut.
9) Bagaimanakah pemaparan karakter kemanusiaan5 yang dapat dikenali?.
Pertanyaan mengenai pemaparan karakter kemanusiaan yang dapat dikenali
memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca mengenai
sifat dan karakter tokoh dalam film Laskar Pelangi. Pertanyaan ini ditujukan untuk
membaca karakter tokoh dan penokohannya yang biasanya memiliki warna tersendiri
dalam setiap karya sastra.
10) Apakah film ini menunjukkan adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung
dengan cepat?.
Pertanyaan mengenai tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat
memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan konsentrasi pembaca ketika
menyaksikan film Laskar Pelangi. Kemampuan konsentrasi yang dimaksud adalah
berhubungan dengan tingkat konsentrasi pembaca dalam memahami setiap unsur
instrinsik maupun ekstrinsik ketika menyaksikan film tersebut.
11) Bagaimanakah tingkat kerumitan atau kesederhanaan film Laskar Pelangi?.
Pertanyaan mengenai kerumitan atau kesederhanaan film Laskar Pelangi
memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis pembaca dalam hal
memahami permasalahan yang diangkat dalam film tersebut. Pertanyaan ini
berhubungan dengan aspek-aspek problematika yang muncul dalam film. Pertanyaan
5 Karakter kemanusiaan yang dimaksud adalah sifat-sifat manusia secara umum.
46
ini berfungsi untuk mengetahui penilaian pembaca terhadap tingkat kerumitan film
Laskar Pelangi.
12) Apakah makna dalam film ini dapat dipahami?.
Pertanyaan mengenai pemahaman makna film Laskar Pelangi memiliki peran
dan fungsi untuk mengetahui tingkat pemahaman pembaca dalam menelaah
kandungan film tersebut. Pertanyaan ini merupakan nilai penting yang harus
dipahami oleh pembaca karena berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan
melalui film tersebut.
13) Apakah film ini memiliki struktur yang baik dengan keseluruhan elemen
yang terintegrasi dan koheren?.
Pertanyaan mengenai struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan
pembaca dalam menganalisis dan memahami film Laskar Pelangi secara utuh.
Pertanyaan ini berhubungan dengan kemampuan analisis pembaca dalam memahami
isi film tersebut secara berkelanjutan.
14) Apakah film ini dapat dipercaya?.
Pertanyaan mengenai tingkat kepercayaan pembaca terhadap fakta dan fiksi
film Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan
analisis pembaca terhadap unsur-unsur instrinsik film tersebut. Tinggi rendahnya
penilaian pembaca dalam hal kepercayaan mereka terhadap film tersebut dipengaruhi
oleh penilaian mereka mengenai kebenaran isi yang dipaparkan dalam film tersebut.
15) Apakah film ini mengandalkan imaji?.
47
Pertanyaan mengenai mengandalkan kemampuan imaji dalam menikmati film
tersebut memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan analisis
estetika pembaca dalam menikmati film Laskar Pelangi. Tinggi rendahnya tingkatan
imaji dalam memahami film tersebut berhubungan dengan kemampuan
penganalogian visualisasi teks yang dilakukan oleh masing-masing informan.
16) Apakah unsur-unsur dalam film ini menyenangkan Anda?.
Pertanyaan mengenai pokok persoalan film yang menyenangkan memiliki
peran dan fungsi untuk mengetahui tingkat kepuasan pembaca terhadap film Laskar
Pelangi. Pertanyaan ini dapat menggambarkan mengenai kecenderungan karakteristik
masing-masing pembaca dalam menilai teks sastra.
17) Apakah film ini menarik perhatian Anda?.
Pertanyaan mengenai ketertarikan pembaca terhadap film memiliki peran dan
fungsi untuk menjabarkan orientasi pembaca yang bisa dikaitkan dengan isi dari film
Laskar Pelangi. Pertanyaan ini sedikit banyak dapat merefleksikan kecenderungan
mengenai ketertarikan para pembaca terhadap hal-hal tertentu dalam film tersebut.
18) Apakah film ini mengandung ironi?.
Pertanyaan mengenai kandungan ironi dalam film Laskar Pelangi memiliki
peran dan fungsi untuk mengetahui kepekaan pembaca dalam menyikapi suatu
peristiwa dalam film. Kepekaan yang dimaksud adalah kemampuan pembaca dalam
membandingkan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan
secara nyata.
19) Apakah Anda mendapatkan unsur yang menegangkan dalam film ini?.
48
Pertanyaan mengenai unsur yang menegangkan dalam film Laskar Pelangi
memiliki peran dan fungsi dalam hal mengukur keterlibatan suasana para pembaca
terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film. Keterlibatan suasana yang
dimaksud adalah mengenai respon para pembaca terhadap peristiwa-peristiwa yang
menegangkan dalam film tersebut.
20) Apakah Anda menyukai karakteristik formal film ini?.
Pertanyaan mengenai tingkat rasa suka terhadap karakteristik formal film
Laskar Pelangi memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan analisis
pembaca dalam memahami ciri khas yang ada pada film tersebut. Pertanyaan ini
bertujuan untuk mengukur tentang pemahaman pembaca terhadap karakteristik
formal dalam film tersebut.
21) Apakah Anda merasakan bahwa film ini memberikan tantangan intelektual
yang mengarahkan untuk merefleksi atau melakukan analisis lebih lanjut?.
Pertanyaan mengenai tingkat tantangan intelektual yang mengarahkan untuk
merefleksi atau melakukan analisis lebih lanjut terhadap film Laskar Pelangi
memiliki peran dan fungsi untuk mengetahui kemampuan penalaran pembaca
terhadap film tersebut. Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan
analisis masing-masing pembaca terhadap film Laskar Pelangi.
Pertanyaan-pertanyaan di atas memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda
dalam hal identifikasi putusan nilai para pembaca terhadap film Laskar Pelangi.
Masing-masing pertanyaan memiliki tujuan yang berbeda dalam hal menggambarkan
49
peran dan fungsinya. Adapun hasil identifikasi putusan nilai para pembaca terhadap
film Laskar Pelangi dalam kuesioner eksperimental adalah sebagai berikut.
Pembaca pertama menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi adalah sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat
jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat
jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai sangat terampil (10); (5)
pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sangat jelas
(10); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut
dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh
sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya sangat terampil (10); (9) karakter
kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang
terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai cukup cepat (5); (11) kekomplekan film
dinilai sangat kompleks (10); (12) makna film ini seluruhnya terpahami (10); (13)
struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5);
(14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini
dinilai sangat tinggi (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai
sedang (5); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10);
(18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang
menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik
formal film ini mendapatkan hasil sangat disukai (10); dan (21) dalam hal
memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau
analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian cukup menantang (5).
50
Pembaca kedua menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi dinilai sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat
jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat
jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5)
pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6)
keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sedang
(5); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10);
(8) kecakapan teknik naratifnya sangat terampil (10); (9) karakter kemanusiaan yang
dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan
berlangsung dengan cepat dinilai agak lambat (5); (11) kekomplekan film dinilai
cukup kompleks (5); (12) makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan
keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut
dinilai seluruhnya terpercaya (10); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai
sangat tinggi (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat
jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18)
dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan
dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film
ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan
intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film
ini mendapatkan penilaian sangat menantang (10).
Pembaca ketiga menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi dinilai sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat
51
jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat
jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5)
pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6)
keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat
asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat
(10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan
yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan
berlangsung dengan cepat dinilai cukup cepat (5); (11) kekomplekan film dinilai
cukup kompleks (5); (12) makna film ini seluruhnya terpahami (10); (13) struktur
dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (10); (14) film
tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai
sangat tinggi (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat
jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18)
dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan
dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film
ini mendapatkan hasil sangat disukai (10); dan (21) dalam hal memberikan tantangan
intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film
ini mendapatkan penilaian sangat menantang (10).
Pembaca keempat menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi dinilai sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat
jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat
jelas (10); (4) Penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5)
52
pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedikit (5); (6)
keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat
asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat
(10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan
yang dapat dikenali dinilai sedang (5); (10) adanya tindakan yang terbatas dan
berlangsung dengan cepat dinilai agak lamban (5); (11) kekomplekan film dinilai
cukup kompleks (5); (12) makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan
keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) Film tersebut
dinilai cukup terpercaya (5); (15) Dalam pengandalan imaji film ini dinilai sedang
(5); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sedang (5); (17)
dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi
film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini
dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan
hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang
mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini
mendapatkan penilaian cukup menantang (5).
Pembaca kelima menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi dinilai sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat
jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat
jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai sangat terampil (10); (5)
pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sangat jelas
(10); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut
53
dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh
sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter
kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang
terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai cukup cepat (5); (11) kekomplekan film
dinilai cukup kompleks (5); (12) makna film ini seluruhnya terpahami (10); (13)
struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai sangat baik
(10); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji
film ini dinilai sedang (5); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai
sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik
(10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang
menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik
formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (10); dan (21) dalam hal
memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau
analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian sangat menantang (10).
Pembaca keenam menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi dinilai sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat
jelas (10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat
jelas (10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5)
pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sangat jelas
(10); (6) keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut
dinilai sangat asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh
sangat terlibat (10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter
54
kemanusiaan yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang
terbatas dan berlangsung dengan cepat dinilai agak lamban (5); (11) kekomplekan
film dinilai cukup simpel (5); (12) makna film ini seluruhnya terpahami (10); (13)
struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5);
(14) film tersebut dinilai cukup terpercaya (10); (15) dalam pengandalan imaji film
ini dinilai tidak sama sekali (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan
dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat
menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai sedang (5); (19) unsur yang
menegangkan dalam film ini dinilai sedikit (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik
formal film ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan
tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih
lanjut film ini mendapatkan penilaian cukup menantang (5).
Pembaca ketujuh menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi dinilai baik (5); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10);
(3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4)
penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang
jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6) keaslian dan
memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat asli (10); (7)
keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sedang (5); (8) kecakapan
teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan yang dapat dikenali
dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan
cepat dinilai cukup cepat (5); (11) kekomplekan film dinilai cukup simpel (5); (12)
55
makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut dinilai cukup terpercaya
(5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sedang (5); (16) pokok persoalan
film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas (10); (17) dalam hal menarik
perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film ini dinilai
sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai cukup (5);
(20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup
disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan
untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian
cukup menantang (5).
Pembaca kedelapan menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas
(10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas
(10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5)
pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6)
keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sedang
(5); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sedang (5); (8)
kecakapan teknik naratifnya sangat terampil (10); (9) karakter kemanusiaan yang
dapat dikenali dinilai sedang (5); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung
dengan cepat dinilai cukup cepat (5); (11) tingkat kerumitan film dinilai sangat
kompleks (10); (12) makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan
keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut
56
dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sedang (5);
(16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sedang (5); (17) dalam
hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18) dalam hal ironi film
ini dinilai sedang (5); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini dinilai sedikit (5);
(20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan hasil cukup
disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan
untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini mendapatkan penilaian
cukup menantang (5).
Pembaca kesembilan menilai bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi sangat baik (10); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas
(10); (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas
(10); (4) penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5)
pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sedang (5); (6)
keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat
asli (10); (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat
(10); (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan
yang dapat dikenali dinilai sangat jelas (10); (10) adanya tindakan yang terbatas dan
berlangsung dengan cepat dinilai agak lamban (5); (11) tingkat kerumitan film dinilai
cukup kompleks (5); (12) makna film ini cukup terpahami (5); (13) struktur dengan
keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film tersebut
dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai sangat
tinggi (10); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas
57
(10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai sangat menarik (10); (18)
dalam hal ironi film ini dinilai sangat banyak (10); (19) unsur yang menegangkan
dalam film ini dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film
ini mendapatkan hasil cukup disukai (5); dan (21) dalam hal memberikan tantangan
intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film
ini mendapatkan penilaian sangat menantang (10).
Pembaca kesepuluh menilai bahwa: (1) penilaian secara keseluruhan terhadap
film Laskar Pelangi baik (5); (2) gagasan atau tema film tersebut sangat jelas (10);
(3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas (10); (4)
penggunaan bahasa yang terampil dinilai cukup terampil (5); (5) pengembangan yang
jelas dan organisasi plot yang cukup baik dinilai sangat jelas (10); (6) keaslian dan
memberikan perspektif yang berbeda dalam film tersebut dinilai sangat asli (10); (7)
keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat (10); (8)
kecakapan teknik naratifnya cukup terampil (5); (9) karakter kemanusiaan yang dapat
dikenali dinilai sedang (5); (10) adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung
dengan cepat dinilai agak lamban (5); (11) tingkat kerumitan film dinilai cukup
kompleks (5); (12) makna film ini dapat dipahami seluruhnya (10); (13) struktur
dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren dinilai baik (5); (14) film
tersebut dinilai cukup terpercaya (5); (15) dalam pengandalan imaji film ini dinilai
sedang (5); (16) pokok persoalan film dalam hal menyenangkan dinilai sangat jelas
(10); (17) dalam hal menarik perhatian film ini dinilai cukup menarik (5); (18) dalam
hal ironi film ini dinilai sedikit (5); (19) unsur yang menegangkan dalam film ini
58
dinilai cukup (5); (20) dalam hal menyukai karakteristik formal film ini mendapatkan
hasil sangat disukai (10); dan (21) dalam hal memberikan tantangan intelektual yang
mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut film ini
mendapatkan penilaian sangat menantang (10).
Pemaparan hasil kuesioner eksperimental tersebut dapat menjelaskan
mengenai penilaian keseluruhan dan penilaian mengenai kriteria tertentu terhadap
film Laskar Pelangi oleh para pembaca. Adapun tabulasi penggambaran kualitas
analisis pembaca yang diperoleh dari laporan hasil pengisian kuesioner eksperimental
tersebut dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Tingkat pemahaman pembaca berdasarkan hasil kuesioner eksperimental
No Kode Pembaca Jenis Kelamin Poin
1 1 L 180
2 2 L 165
3 3 P 175
4 4 P 140
5 5 P 180
6 6 L 165
7 7 L 140
8 8 L 135
9 9 P 160
10 10 P 150
59
Melalui data dari tabel tersebut dapat diinterpretasikan bahwa lima pembaca
dengan jenis kelamin laki-laki yang terdiri dari kode: 1, 2, 6, 7, dan 8, memperoleh
poin dengan jumlah: 180, 160, 160, 140, dan 135. Lima pembaca dengan jenis
kelamin perempuan yang terdiri dari kode: 3, 4, 5, 9, dan 10, memperoleh poin
dengan jumlah: 175, 140, 180, 160, dan 150.
Tinggi rendahnya nilai yang diperoleh oleh masing-masing informan,
menunjukkan tinggi rendahnya efek motivasi dan keakuratan ketajaman analisis para
pembaca terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca dengan kode 1 berjenis kelamin
laki-laki dan pembaca dengan kode 5 berjenis kelamin perempuan memperoleh poin
tertinggi dengan jumlah yang sama yaitu 180. Hal itu menggambarkan bahwa kualitas
identifikasi putusan nilai kedua pembaca tersebut terhadap film Laskar Pelangi
sangat tinggi. Baik itu dalam hal kemampuan dan keakuratan analisis maupun
mengenai analisis mereka terhadap efek-efek motivasional terhadap film tersebut.
Pembahasan mengenai penilaian dari masing-masing pembaca akan dibagi ke
dalam empat klasifikasi, yaitu: (1) efek motivasional yang tinggi dari masing-masing
pembaca terhadap film; (2) efek motivasional yang kurang dari pembaca terhadap
film; (3) ketajaman analisis yang tinggi oleh pembaca terhadap film; dan (4)
ketajaman analisis yang kurang oleh pembaca terhadap film. Setiap pembagian
klasifikasi tersebut disertakan pula nomor pertanyaan sehingga penyajian
pembahasan ini lebih sistematis. Adapun penjabaran dan analisis data dari hasil
kuesioner eksperimental tersebut adalah sebagai berikut.
60
Pembaca pertama memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian keseluruhan film (1);
gagasan utama film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu
(3); penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan organisasi
plot yang baik (5); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film (6);
keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); kecakapan teknik
naratif (8); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); tingkat kerumitan atau
kesederhanaan film (11); makna dalam film (12); pengandalan imaji (15); dalam hal
menarik perhatian (17); dalam hal ironi (18); dan dalam hal menyukai karakteristik
formal (20). Pembaca pertama kurang memiliki efek motivasional yang tinggi
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan adanya tindakan yang
terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); struktur dengan keseluruhan elemen
yang terintegrasi dan koheren (13); tingkat kepercayaan terhadap film (14); pokok
persoalan film dalam hal menyenangkan (16); unsur yang menegangkan dalam film
(19); dan dalam hal memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk
melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21).
Pembaca pertama memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas film
secara utuh (1); permasalahan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film
(2); tingkat keobjektifan film (3); aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan
pengarang dalam film (4); kepekaan dalam memahami alur cerita film (5); ciri khas
yang dimiliki oleh film (6); segi afektif atau unsur rasa yang berhubungan dengan
film (7); memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); aspek-aspek
61
problematika yang muncul dalam film (9); pesan yang ingin disampaikan melalui
film (11); kemampuan penganalogian visualisasi teks (12); menyikapi suatu peristiwa
dalam film (15); ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film (17);
mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam
kehidupan secara nyata (18); dan mengenai terhadap karakteristik formal dalam film.
Pembaca pertama kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai mengenai
kemampuan konsentrasi ketika menyaksikan film (10); tingkat ketahanan emosi
dalam mengamati film secara berkesinambungan atau berkelanjutan (14); tingkat
kelogisan terhadap unsur-unsur instrinsik film, tingkat selera kepuasan terhadap film
(16); respon terhadap peristiwa-peristiwa yang menegangkan dalam film (19); dan
tingkat kemampuan analisis terhadap film (21).
Pembaca kedua memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian terhadap keseluruhan film (1);
gagasan utama film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu
(3); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); kecakapan teknik
naratif (8); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); tingkat kepercayaan
terhadap film (14); tingkat pengandalan imaji (15); pokok persoalan film dalam hal
menyenangkan (16); dalam hal menarik perhatian (17); dalam hal ironi (18); dan
dalam hal tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau
analisis lebih lanjut (21). Pembaca kedua kurang memiliki efek motivasional yang
tinggi terhadap penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan
organisasi plot yang cukup baik (5); keaslian dan memberikan perspektif yang
62
berbeda (6); tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat
kekomplekan film (11); makna dalam film (12); struktur dengan keseluruhan elemen
yang terintegrasi dan koheren (13); unsur yang menegangkan dalam film (19); dan
dalam hal menyukai karakteristik formal film (20).
Pembaca kedua memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas film
secara menyeluruh (1); persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya
film tersebut (2); makna yang dapat ditemukan dalam film secara objektif (3); segi
afektif atau penalaran unsur rasa (7); dalam memahami maksud yang ingin
disampaikan oleh penulis (8); sifat dan karakter tokoh dalam film (9); tingkat
kelogisan pemikiran pembaca terhadap unsur-unsur instrinsik film (14); kemampuan
penganalogian visualisasi teks (15); ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film
(16); ketertarikan para pembaca terhadap hal-hal tertentu dalam film (17);
mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam
kehidupan secara nyata (18); dan tingkat kemampuan analisis terhadap film (21).
Pembaca kedua kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistika
atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); memahami alur cerita film (5); ciri
khas yang dimiliki oleh film (6); ketajaman analisis mengenai kemampuan
konsentrasi ketika menyaksikan film (10); aspek-aspek problematika yang muncul
dalam film (11); pesan yang ingin disampaikan melalui film (12); tingkat ketahanan
emosi dalam mengamati film secara kontinyu atau berkelanjutan (13); peristiwa-
peristiwa yang menegangkan dalam film (19); dan pemahaman mengenai ciri khas
yang ada pada film (20).
63
Pembaca ketiga memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian terhadap keseluruhan film (1);
gagasan atau tema film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan
waktu (3); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda (6); keterlibatan
emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); karakter kemanusiaan yang dapat
dikenali (9); makna dalam film (12); struktur dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren (13); dalam hal mengandalkan imaji (15); pokok persoalan
film dalam hal menyenangkan (16); dalam hal menarik perhatian (17); dalam hal
ironi (18); dalam hal menyukai karakteristik formal (20); dan dalam hal memberikan
tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih
lanjut (21). Pembaca ketiga kurang memiliki efek motivasional yang tinggi dalam hal
menilai terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai penggunaan bahasa yang terampil
(4); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); kecakapan
teknik naratif (8); tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat
kerumitan film (11); tingkat kepercayan terhadap film (14); dan dalam hal unsur yang
menegangkan dalam film (19).
Pembaca ketiga memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas film
secara menyeluruh (1); persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya
film tersebut (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film(3); ciri khas yang
dimiliki oleh film tersebut (6); segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); sifat dan
karakter tokoh dalam film (9); pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut
(12); ketajaman analisis mengenai kemampuan konsentrasi ketika menyaksikan film
64
(13); kemampuan penganalogian visualisasi teks (15); tingkat kepuasan terhadap hal-
hal tertentu yang ada di dalam film (16); ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam
film (17); mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada
dalam kehidupan secara nyata (18); ciri khas yang ada pada film tersebut (20); dan
tingkat kemampuan analisis terhadap film (21). Pembaca ketiga kurang memiliki
ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistika atau gaya bahasa yang
ditampilkan pengarang (4); tingkat pemahaman dalam memahami alur cerita (5);
dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); tingkat
kefokusan dalam menyaksikan film (10); aspek-aspek problematika yang muncul
dalam film (11); tingkat kelogisan pemikiran terhadap unsur-unsur instrinsik (14),
dan dalam hal keterlibatan suasana terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam
film (19).
Pembaca keempat memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian terhadap keseluruhan
film, gagasan atau tema film (1); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang
dan waktu (2); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda (3); keterlibatan
emosional dengan watak dan tindakan tokoh (6); dalam hal menarik perhatian (7);
dan dalam hal ironi (17). Pembaca keempat kurang memiliki efek motivasional yang
tinggi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa
yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5);
kecakapan teknik naratif (8); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); tindakan
yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat kkerumitan film (11);
65
makna dalam film (12); struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan
koheren (13); tingkat kepercayaan terhadap film (14); dalam hal pengandalan
imaji(15); dalam hal pokok persoalan film yang menyenangkan (16); dalam hal unsur
yang menegangkan (18); terhadap karakteristik formal dalam film (19); dalam hal
karakteristik formal film (20); dan dalam hal memberikan tantangan intelektual yang
mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21).
Pembaca keempat memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas film
secara menyeluruh (1); persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya
film tersebut (2); ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut (3); segi afektif atau
penalaran unsur rasa dalam film (6); ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film
(7); dan dalam hal mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang
ada dalam kehidupan secara nyata (17). Pembaca keempat kurang memiliki
ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistik atau gaya bahasa yang
ditampilkan pengarang (4); kepekaan pembaca dalam memahami alur cerita (5);
memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); kemampuan analisis
mengenai sifat dan karakter tokoh (9); tingkat kefokusan dalam menyaksikan film
(10); pemahaman terhadap aspek-aspek problematika yang muncul dalam film (11);
terhadap karakteristik formal dalam film (12); pesan yang ingin disampaikan melalui
film (13); tingkat ketahanan emosi dalam mengamati film tersebut secara
berkesinambungan atau berkelanjutan (14); tingkat kelogisan pemikiran terhadap
unsur-unsur instrinsik dalam film (15); kemampuan penganalogian visualisasi teks
(16); tingkat kepuasan dalam menilai teks sastra (18); keterlibatan suasana terhadap
66
peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film (19); pemahaman terhadap ciri khas yang
ada dalam film (20); dan dalam hal tingkat kemampuan analisis terhadap film (21).
Pembaca kelima memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan penilaian terhadap penilaian keseluruhan film
(1); gagasan atau tema (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan
waktu (3); penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan
organisasi plot yang cukup baik (5); keaslian dan memberikan perspektif yang
berbeda (6); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); karakter
kemanusiaan yang dapat dikenali (9); makna dalam film (12); struktur dengan
keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren (13); pokok persoalan film dalam
hal menyenangkan (16); dalam hal menarik perhatian (17); dalam hal ironi (18);
dalam hal menyukai karakteristik formal (20); dan dalam hal memberikan tantangan
intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut
(21). Pembaca kelima kurang memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap
kondisi film yang berhubungan dengan kecakapan teknik naratif (8); tindakan yang
terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat kerumitan film (11); tingkat
kepercayaan terhadap film (14); dalam hal pengandalan imaji (15); dan dalam hal
unsur yang menegangkan dalam film (19).
Pembaca kelima memiliki ketajaman analisis terhadap kualitas film secara
menyeluruh (1); persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film
tersebut (2); keobjektifan makna dan daya tarik dalam film (3); aspek stilistika atau
gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); kepekaan dalam memahami alur cerita
67
(5); ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut (6); segi afektif atau penalaran unsur
rasa (7); kemampuan analisis mengenai sifat dan karakter tokoh dalam film (9); pesan
yang ingin disampaikan melalui film tersebut (12); tingkat ketahanan emosi dalam
mengamati film tersebut (13); kepuasan pembaca terhadap kualitas teks sastra (16);
ketertarikan terhadap hal-hal tertentu (17); mengkomparasikan suatu kondisi dalam
film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata (18); pemahaman
terhadap karakteristik formal (20); dan tingkat kemampuan analisis terhadap film
(21). Pembaca kelima kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai maksud
yang ingin disampaikan oleh penulis (8); tingkat kefokusan ketika menyaksikan film
(10); aspek-aspek problematika yang muncul dalam film (11); tingkat kelogisan
pemikiran pembaca terhadap unsur-unsur instrinsik film tersebut (14); kemampuan
penganalogian visualisasi teks (15); dan dalam hal keterlibatan suasana para terhadap
peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film (19).
Pembaca keenam memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi
film yang berhubungan dengan penilaian terhadap keseluruhan film (1); gagasan atau
tema film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3);
pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang cukup baik (5); keaslian dan
memberikan perspektif yang berbeda dalam film (6); keterlibatan emosional dengan
watak dan tindakan tokoh (7); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); makna
dalam film (12); tingkat kepercayaan terhadap film (14); dalam hal pengandalan imaji
menyaksikan film (15); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dan
dalam hal menarik perhatian (17). Pembaca keenam kurang memiliki efek
68
motivasional yang tinggi terhadap kondisi film yang berhubungan dengan
penggunaan bahasa yang terampil (4); kecakapan teknik naratif (8); tindakan yang
terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat kerumitan film (11); struktur
dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren (13); dalam hal ironi (18);
dalam hal unsur yang menegangkan dalam film (19); dalam hal menyukai
karakteristik formal film (20); dan dalam hal memberikan tantangan intelektual yang
mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21).
Pembaca keenam memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai terhadap
kualitas film secara menyeluruh (1); permasalahan utama penceritaan yang
melatarbelakangi lahirnya film (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film
(3); dalam memahami alur cerita film (5); ciri khas yang dimiliki oleh film (6); segi
afektif atau penalaran unsur rasa (7); membaca karakter tokoh dan penokohannya (9);
pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut (12); tingkat kelogisan dalam hal
unsur-unsur instrinsik film tersebut (14); kemampuan penganalogian visualisasi teks
(15); dan dalam hal tingkat kepuasan terhadap film (16). Pembaca keenam kurang
memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistika atau gaya bahasa yang
ditampilkan pengarang dalam film (4); dalam hal memahami maksud yang ingin
disampaikan oleh penulis (8); tingkatan fokus ketika menyaksikan film (10); aspek-
aspek problematika yang muncul dalam film (11); ketahanan emosi dalam mengamati
film secara kontinyu atau berkelanjutan (13); dalam hal mengkomparasikan suatu
kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata (18);
keterlibatan suasana terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film (19);
69
terhadap karakteristik formal dalam film (20); dan dalam hal tingkat kemampuan
analisis terhadap film.
Pembaca ketujuh memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi
film yang berhubungan dengan gagasan atau tema film (2); makna dan daya tarik
tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); keaslian dan memberikan perspektif yang
berbeda dalam film (6); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); pokok
persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dalam hal menarik perhatian (17); dan
dalam hal ironi (18). Pembaca ketujuh kurang memiliki efek motivasional yang tinggi
terhadap kondisi film yang berhubungan dengan penilaian keseluruhan terhadap film
(1); penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan organisasi
plot yang cukup baik (5); keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan (7);
kecakapan teknik naratif (8); tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat
(10); tingkat kerumitan film (11); makna dalam film (12); struktur dengan
keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren (13); tingkat kepercayaan terhadap
film (14); dalam hal pengandalan imaji (15); dalam hal unsur yang menegangkan
(19); dalam hal menyukai karakteristik formal film (20); dan dalam hal memberikan
tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih
lanjut (21).
Pembaca ketujuh memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai terhadap
persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film tersebut (2); tingkat
keobjektifan makna dan daya tarik film (3); pemahaman mengenai ciri khas yang
dimiliki oleh film tersebut (6); kemampuan analisis terhadap sifat dan karakter tokoh
70
dalam film (9); tingkat kepuasan terhadap film (16); ketertarikan terhadap hal-hal
tertentu dalam film (17); dan kemampuan dalam hal mengkomparasikan suatu
kondisi dalam film dengan realita yang ada pada kehidupan secara nyata (18).
Pembaca ketujuh kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas film
secara menyeluruh (1); aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan oleh
pengarang (4); kepekaan dalam memahami alur cerita film tersebut (5); segi afektif
atau penalaran unsur rasa (7); memahami maksud yang ingin disampaikan oleh
penulis (8); tingkat konsentrasi dalam menyaksikan film (10); aspek-aspek
problematika yang muncul dalam film (11); pesan yang ingin disampaikan melalui
film tersebut (12); tingkat ketahanan emosi dalam mengamati film tersebut secara
kontinyu atau berkelanjutan (13); tingkat kelogisan pemikiran terhadap unsur-unsur
instrinsik film (14); kemampuan penganalogian visualisasi teks (15); keterlibatan
suasana terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film (19); karakteristik
formal dalam film (20); dan dalam hal kemampuan analisis terhadap film (21).
Pembaca kedelapan memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi
film yang berhubungan dengan penilaian keseluruhan terhadap film (1); gagasan atau
tema film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3);
kecakapan teknik naratif (8); tingkat kerumitan film (11); dan dalam hal menarik
perhatian (17). Pembaca kedelapan kurang memiliki efek motivasional yang tinggi
terhadap kondisi film yang berhubungan dengan penggunaan bahasa yang terampil
(5); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda (6); keterlibatan emosional
dengan watak dan tindakan tokoh (7); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9);
71
tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); makna dalam film (12);
struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren (13); tingkat
kepercayaan terhadap film (14); dalam hal pengandalan imaji (15); pokok persoalan
film dalam hal menyenangkan (16); dalam hal ironi (18); dalam hal unsur yang
menegangkan (19); dalam hal menyukai karakteristik formal film (20); dalam hal
memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau
analisis lebih lanjut (21).
Pembaca kedelapan memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai
keseluruhan film (1); persoalan utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya
film tersebut (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film (3); memahami
maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); aspek-aspek problematika yang
muncul dalam film (11); dan dalam hal ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam
film (17). Pembaca kedelapan kurang memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai
aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4); kepekaan dalam
memahami alur cerita (5); pemahaman mengenai ciri khas yang dimiliki oleh film
(6); segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); kemampuan analisis terhadap sifat dan
karakter tokoh dalam film (9); tingkat konsentrasi dalam menyaksikan film (10);
pesan yang ingin disampaikan melalui film (12); tingkat ketahanan emosi dalam
mengamati film secara berkesinambungan atau berkelanjutan (13); tingkat kelogisan
pemikiran terhadap unsur-unsur instrinsik film tersebut (14); penganalogian
visualisasi teks (15); selera dan tingkat kepuasan terhadap film (16);
mengkomparasikan suatu kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam
72
kehidupan secara nyata (18); keterlibatan suasana terhadap peristiwa-peristiwa yang
ada di dalam film (19); pemahaman terhadap karakteristik formal dalam film (20);
dan dalam hal tingkat kemampuan analisis terhadap film (21).
Pembaca kesembilan memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi
film yang berhubungan dengan penilaian keseluruhan film (1); gagasan atau tema
film (2); makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu (3); keaslian
dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film (6); keterlibatan emosional
dengan watak dan tindakan tokoh (7); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9);
dalam pengandalan imaji (15); pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16);
dalam hal menarik perhatian (17); dalam hal ironi (18); dalam hal memberikan
tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih
lanjut (21). Pembaca kesembilan kurang memiliki efek motivasional yang tinggi
terhadap penggunaan bahasa yang terampil (4); pengembangan yang jelas dan
organisasi plot yang cukup baik (5); kecakapan teknik naratif (8); adanya tindakan
yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat kerumitan dalam film (11);
makna dalam film (12); struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan
koheren (13); tingkat kepercayaan terhadap film (14); dalam hal unsur yang
menegangkan (19); dan dalam hal menyukai karakteristik formal (20).
Pembaca kesembilan memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai kualitas
film secara menyeluruh (1); permasalahan utama penceritaan yang melatarbelakangi
lahirnya film tersebut (2); tingkat keobjektifan makna dan daya tarik film (3);
pemahaman mengenai ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut (6); dalam segi
73
afektif atau penalaran unsur rasa (7); sifat dan karakter tokoh dalam film (9);
penganalogian visualisasi teks (15); tingkat kepuasan terhadap film (16); ketertarikan
terhadap hal-hal tertentu dalam film (17); dalam hal mengkomparasikan suatu kondisi
dalam film dengan realita yang ada pada kehidupan secara nyata (18); dan dalam hal
tingkat kemampuan analisis terhadap film (21). Pembaca kesembilan kurang
memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai aspek stilistika atau gaya bahasa yang
ditampilkan pengarang (4); kepekaan dalam memahami alur cerita film (5); dalam
memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8); tingkat kefokusan
dalam menyaksikan film (10); aspek-aspek problematika yang muncul dalam film
(11); pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut (12); tingkat ketahanan
emosi dalam mengamati film tersebut secara berkesinambungan atau
berkelanjutan(13); tingkat kelogisan pemikiran terhadap unsur-unsur instrinsik film
tersebut (14); keterlibatan suasana terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam
film (19); dan dalam hal karakteristik formal dalam film (20).
Pembaca kesepuluh memiliki efek motivasional yang tinggi terhadap kondisi
film yang berhubungan dengan gagasan atau tema (2); makna dan daya tarik tertentu
tanpa terikat ruang dan waktu (3); pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang
cukup baik (5); keaslian dan memberikan perspektif yang berbeda dalam film (6);
keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh (7); makna dalam film (12);
pokok persoalan film dalam hal menyenangkan (16); dalam hal menyukai
karakteristik formal film (20); dan dalam hal memberikan tantangan intelektual yang
mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut (21). Pembaca
74
kesepuluh kurang memiliki efek motivasional yang tinggi dalam hal penilaian secara
keseluruhan terhadap film (1); penggunaan bahasa yang terampil (4); Kecakapan
teknik naratif (8); karakter kemanusiaan yang dapat dikenali (9); adanya tindakan
yang terbatas dan berlangsung dengan cepat (10); tingkat kerumitan film (11);
struktur dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren (13); tingkat
kepercayaan terhadap film (14); dalam hal pengandalan imaji (15); dalam hal menarik
perhatian (17); dalam hal ironi (18); dan dalam hal unsur yang menegangkan dalam
film (19).
Pembaca kesepuluh memiliki ketajaman analisis dalam hal menilai persoalan
utama penceritaan yang melatarbelakangi lahirnya film (2); tingkat keobjektifan
makna dan daya tarik film (3); kepekaan dalam memahami alur cerita film tersebut
(5); pemahaman mengenai ciri khas yang dimiliki oleh film tersebut (6); mengukur
segi afektif atau penalaran unsur rasa (7); pesan yang ingin disampaikan melalui film
tersebut (12); tingkat kepuasan dan selera terhadap film (16); pemahaman terhadap
karakteristik formal dalam film (20); dan dalam hal mengukur tingkat kemampuan
analisis terhadap film (21). Pembaca kesepuluh kurang memiliki ketajaman analisis
dalam hal kualitas film secara menyeluruh (1); kemampuan analisis Pembaca
terhadap aspek stilistika atau gaya bahasa yang ditampilkan pengarang (4);
kemampuan dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis (8);
kemampuan analisis mengenai sifat dan karakter tokoh dalam film (9); tingkat
kefokusan ketika menyaksikan film tersebut (10); ketahanan emosi dalam mengamati
film secara kontinyu atau berkelanjutan (13); tingkat kelogisan pemikiran terhadap
75
unsur-unsur instrinsik film (14); estetika dan penganalogian visualisasi teks (15);
ketertarikan terhadap hal-hal tertentu dalam film (17); mengkomparasikan suatu
kondisi dalam film dengan realita yang ada dalam kehidupan secara nyata (18); dan
dalam hal keterlibatan suasana terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di dalam film
(19)
2. Hasil Interpretasi Putusan Nilai Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia
UNS Angkatan 2010 terhadap Film Laskar Pelangi
Hasil interpretasi putusan nilai mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS
angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi merupakan pertanggungjawaban mereka
terhadap hasil kuesioner eksperimental. Pengambilan data tersebut dilakukan melalui
wawancara, dengan sistem simak, rekam, dan catat. Adapun hasil dan pemaparan dari
putusan nilai pembaca tersebut terhadap film Laskar Pelangi adalah sebagai berikut.
Pembaca pertama menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi sangat baik karena film itu dapat menginspirasi kehidupan tentang
dunia pendidikan atau edukasi; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas
karena film itu digambarkan secara rinci dan detail mengenai kehidupan para anggota
Laskar Pelangi dan tentang kehidupan masyarakatnya; (3) makna dan daya tarik
tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas karena ketika menyaksikan film
Laskar Pelangi merasakan apa yang dirasakan oleh anak-anak Laskar Pelangi; (4)
penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup terampil karena pemilihan diksi dari
film Laskar Pelangi sangat menarik untuk dipelajari, ditelaah, dan banyak
mengandung kata-kata puitis yang bisa diambil dari film ini; (5) pengembangan
76
organisasi plot film tersebut sedang karena sudah terperinci dan berkesinambungan,
tidak melompat-lompat dan mudah dicerna; (6) dalam hal keaslian atau perspektif
yang segar dan berbeda film tersebut sedang karena film ini diangkat dari nilai-nilai
budaya lokal masyarakat Belitung, mengangkat kebudayaan dan sejarah
perkembangan pulau Belitung; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan
tokoh sedang karena ada beberapa bagian film yang menggambarkan kegigihan dan
kerja keras untuk bisa sekolah, menginspirasi untuk menerapkannya dalam kehidupan
secara nyata; (9) karakter kemanusiaan film tersebut sedang karena mudah dipahami
dan film ini benar-benar menggambarkan realita yang dialami oleh masyarakat
Belitung sehingga ikut merasakan apa yang dialami oleh para pemain ketika
menyaksikan film itu; (10) film tersebut cukup cepat dalam tindakan yang terbatas
dan berlangsung dengan cepat karena tidak ada loncatan-loncatan alur, dan langsung
menuju pada pokok penceritaan; (11) film tersebut sangat kompleks karena
menggambarkan secara nyata kondisi masyarakat Belitung; (12) seluruh makna film
tersebut cukup dipahami karena terinspirasi penokohan yang diperankan oleh Lintang
yang harus kerja keras untuk sekolah dan memiliki semangat juang untuk menuntut
ilmu; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren karena dari sisi alur dan latar film tersebut memiliki
pengaruh untuk menikmati film karena mempermudah dalam hal mencerna dan
memahami pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut; (14) film tersebut
cukup terpercaya karena film ini bersumber dari novel yang ditulis oleh Andrea
Hirata yang merupakan kisah nyata Adrea Hirata di Belitung, meski film ini
77
mendapatkan tambahan-tambahan bagian kecil untuk pemanis, tetapi pada dasarnya
dapat dipercaya karena cerita ini adalah kisah nyata Andrea Hirata; (15) film tersebut
sedang dalam mengandalkan imajinasi karena munculnya kata-katanya puitis dengan
lokal jenius bahasa Melayu sehingga mampu menghadirkan imajinasi pada adegan
yang dilihat; (16) film tesebut sedang dalam pokok persoalan yang menyenangkan
karena di lain sisi tentang keseriusan, film ini juga memunculkan adegan yang
mengundang tawa, seperti ketika Ikal yang jatuh cinta pada pandangan pertama
terhadap kuku yang sangat cantik dan membuat bunga sakura jatuh; (17) film tersebut
sangat menarik perhatian karena film tersebut menginspirasi dalam hal edukasi dan
semangat juang; (18) film tersebut sedang dalam mengandung ironi karena adanya
unsur menyedihkan dan menyenangkan dalam film tesebut seperti ketika Lintang
ingin berangkat sekolah harus bertemu buaya dan harus menunggu buaya itu menepi
dan ketika bapak Lintang harus meninggal dan itu menimbulkan ironi; (19) film
tersebut sedikit dalam hal unsur yang menegangkan karena hanya ada beberapa
peristiwa yang menegangkan seperti ketika Lintang mau berangkat sekolah dan
bertemu dengan buaya; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena film
ini merupakan sebuah gambaran tentang kurangnya perhatian pemerintah dalam hal
pendidikan di pelosok-pelosok yang kualitasnya masih rendah; dan (21) film tersebut
cukup menantang dalam memberikan tantangan intelektual untuk merefleksi atau
analisis lebih lanjut karena banyak menggunakan bahasa yang ilmiah.
Pembaca kedua menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi sangat baik, tema film yang diangkat itu sangat dekat dengan
78
kehidupan sehari-hari jadi dapat memaknainya secara sederhana dan dapat
menangkapnya secara mudah; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas
karena tergambar dengan sangat jelas bahwa tema yang diangkat adalah tema
pendidikan; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu dalam
film ini sangat mudah dipahami karena pendidikan tidak terbatasi oleh ruang dan
waktu, jadi ketika film itu ditampilkan sekarang atau di masa depan yang diangkat
tetap tema tentang pendidikan; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup
terampil karena menggunakan perpaduan bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang
disampaikan, tentu ada satu ketertarikan tersendiri kita sebagai penikmat film untuk
menikmati bahasa yang digunakan dalam film; (5) pengembangan organisasi plot
film tersebut sedang karena ada bagian demi bagian yang tidak runtut; (6) dalam hal
keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sedang karena latar
budayanya adalah latar buatan jadi tidak maksimal, tidak sepenuhnya seperti pada
zaman Andrea Hirata ketika sekolah; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan
tindakan tokoh sangat terlibat karena ada sesuatu ketertarikan emosional yang
dibawakan dalam film itu, jadi ikut mengalir terbawa suasana; (8) kecakapan teknik
naratifnya sangat terampil karena mampu membawa pembaca untuk terhanyut; (9)
karakter kemanusiaan film tersebut sangat jelas karena karakternya itu gampang
dikenali, jadi unsur ceritanya secara keseluruhan itu dapat di tangkap; (10) film
tersebut agak lamban dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat
karena ada pengemasan yang lebih ringkas sehingga terkadang ada unsur-unsur yang
seharusnya dimasukan, terpotong dan ada yang timpang; (11) film tersebut cukup
79
kompleks karena sekalipun mengusung tema pendidikan tapi di dalamnya juga ada
unsur kemanusiaan; (12) seluruh makna film tersebut cukup terpahami karena film
tersebut mengangkat tentang bangku pendidikan jadi sangat-sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan
elemen yang terintegrasi dan koheren karena film ini menggabungkan unsur-unsur
yang ada di Belitung, baik itu tentang bahasa, sudut kota-kota lamanya dan segala
kondisi yang ada di sana; (14) film tersebut seluruhnya terpercaya karena ini lah bukti
kesenjangan pendidikan yang ada di Indonesia yang dituangkan dalam film Laskar
Pelangi; (15) film tersebut sangat tinggi dalam hal mengandalkan imaji karena
penggambaran dalam film memunculkan analogi tentang pulau Belitung; (16) film
tesebut sangat jelas dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena peristiwa-
peristiwa dalam film sangat menginspirasi dengan kemauan gigih para anggota
Laskar Pelangi; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena film tersebut
menggambarkan pendidikan yang sederhana dengan fasilitas yang seadanya, tetapi
justru mampu mengangkat makna filosofi tentang pendidikan; (18) film tersebut
sangat banyak dalam mengandung ironi karena inilah ironi dari pendidikan di
Indoensia, ketika kesenjangan antara pendidikan di kota dan daerah yang sangat jauh
ketika di kota dengan fasislitas mewah dan di daerah seperti film tersebut; (19) film
tersebut cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena ada beberapa peristiwa
yang menegangkan sehingga berdampak pada diri pembaca ; (20) karakteristik formal
film ini cukup disukai karena adanya narasi yang sangat baik, penggunaan seting dan
penggambaran tokoh-tokohnya dengan karakter yang jelas; dan (21) film tersebut
80
sangat menantang dalam memberikan tantangan intelektual untuk merefleksi atau
analisis lebih lanjut karena film ini menunjukkan bahwa kaum intelektual harus
menganalisis lebih lanjut dan membantu pendidikan di Indonesia untuk menjadi rata.
Pembaca ketiga menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi baik karena pesan yang ingin disampaikan tentang perjuangan dalam
dunia pendidikan dapat ditangkap oleh penonton dengan baik; (2) gagasan atau tema
utama film tersebut sangat jelas karena melalui tokoh Lintang, film tersebut
merupakan penggambaran untuk mengangkat masalah perjuangan dalam hal
pendidikan; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu dalam
film ini sangat jelas karena dapat dinikmati di manapun, kapanpun dan oleh siapapun,
makna dan tema film tersebut tidak berubah; (4) penggunaan bahasa dalam film
tersebut cukup terampil karena cukup membuat penonton jelas dalam menangkap
maksud inti cerita; (5) pengembangan organisasi plot film tersebut sedikit karena
hanya ruang lingkup pendidikan yang diangkat melalui tokoh-tokoh itu; (6) dalam hal
keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sangat asli karena film
ini hadir dengan membawa tema yang berbeda dari pada yang lain dan film ini
menyediakan ide cerita yang segar; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan
tindakan tokoh sangat terlibat karena bisa merasakan bahwa masih banyak di sekitar
kita anak-anak yang membutuhkan pendidikan yang layak, seperti yang digambarkan
pada cerita tersebut; (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil karena
pembahasannya menarik membawa pesan yang jelas dan menghibur; (9) karakter
kemanusiaan film tersebut sedang karena lakon dijelaskan dengan cukup tetapi ada
81
beberapa yang kurang; (10) film tersebut agak lamban dalam tindakan yang terbatas
dan berlangsung dengan cepat karena ada beberapa bagian yang mendramatisir
jalannya cerita; (11) film tersebut cukup kompleks karena plot-nya cukup
menggambarkan dunia pendidikan yang kompleks; (12) seluruh makna film tersebut
cukup terpahami karena film tersebut cukup mewakili dalam menceritakan
perjuangan dunia pendidikan di daerah pinggiran; (13) film tersebut baik dalam hal
struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena peristiwa-
peristiwa dalam film tersebut saling berhubungan secara runtut; (14) film tersebut
cukup terpercaya karena tema nya asli dan berdasarkan pengalaman asli dari penulis;
(15) film tersebut sedang dalam hal mengandalkan imaji karena dalam
pengimajinasian tokohnya cukup menarik untuk dicermati; (16) film tesebut sedang
dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena melalui film tersebut cukup
membuat prihatin akan dunia pendidikan di Indonesia; (17) film tersebut sangat
menarik perhatian karena mengangkat tema yang segar dan berbeda dari yang lain;
(18) film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena adanya peristiwa
yang menyedihkan mengenai perjuangan anak-anak Laskar Pelangi dalam mengejar
pendidikannya; (19) film tersebut cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena
unsur-unsur menegangkan yang dihadirkan dalam film tersebut cukup mendramatisir
suasana film; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena karakternya
menarik; dan (21) film tersebut cukup menantang dalam memberikan tantangan
intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena menantang penonton
untuk menyelami tema baru yang dimunculkan dalam film itu.
82
Pembaca ke empat menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap
film Laskar Pelangi sangat baik karena film tersebut mengandung gagasan yang
jelas; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena pesan yang ingin
disampaikan sutradara tervisualisasikan amat jelas dan dapat tersampaikan kepada
penonton; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat
jelas karena film tersebut menggambarkan pengalaman masa kecil penulis yang dapat
diambil pelajaran dalam setiap kehidupannya dan cerita seperti Bu Mus yang penuh
semangat, hingga kini pun masih bisa dijumpai Bu Mus yang lain pada zaman
sekarang; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup terampil karena
menggunakan bahasa asli Belitung yang terdengar unik; (5) pengembangan organisasi
plot film tersebut sedikit karena terlihat runtut dan tidak membingungkan; (6) dalam
hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sangat asli karena
diambil dari pengalaman pribadi penulis dengan setting juga di daerah asal, yang
segar dan berbeda dan muncul di tengah-tengah novel-novel populer yang merebak;
(7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena
cerita terasa sangat nyata seperti kehidupan anak-anak; (8) kecakapan teknik
naratifnya cukup terampil karena runtut dan mudah dipahami; (9) karakter
kemanusiaan film tersebut sedang karena ekspresi dan tindakan tokoh-tokohnya jelas;
(10) film tersebut agak lamban dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan
cepat karena terasa begitu pas dalam percakapan-percakapannya; (11) film tersebut
cukup kompleks karena permasalahan yang diangkat penuh pengorbanan dalam
mengatasinya; (12) seluruh makna film tersebut cukup dipahami karena maksud atau
83
pesan yang disampaikan film itu bisa dimengerti; (13) film tersebut baik dalam hal
struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena runtut dan
tidak membingungkan; (14) film tersebut cukup terpercaya karena terdapat bukti-
bukti nyata yang sampai sekarang masih bisa dilihat meski sudah mengalami
perubahan; (15) film tersebut sedang dalam mengandalkan imajinasi karena
berdasarkan kisah nyata; (16) film tesebut sedang, dalam pokok persoalan yang
menyenangkan karena setiap adegan tokoh terasa begitu nyata dan tidak dibuat-buat;
(17) film tersebut sangat menarik perhatian karena tema yang diangkat adalah tema
baru dan penggambaran latar budayanya belum pernah dijumpai sebelumnya; (18)
film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena seperti kasus Tuk Bayan
Tula, sosok Bu Mus mengandung arti lain di balik semua itu; (19) film tersebut cukup
dalam hal unsur yang menegangkan karena saat perjalanan bertemu buaya ketika mau
cerdas cermat, terasa mistis dan penuh tantangan; (20) karakteristik formal film ini
cukup disukai karena penyajiannya bagus; dan (21) film tersebut cukup menantang
dalam memberikan tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut
karena mengandung nilai moral untuk dikaji dan diterapkan pada generasi muda
supaya mempunyai nilai moral yang baik.
Pembaca kelima, menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi sangat baik karena amanat yang ingin disampaikan oleh penulis
maupun sutradara tersampaikan; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat
jelas karena tema yang diangkat adalah tema tentang pendidikan dan mudah untuk
dipahami; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat
84
jelas karena tema yang diangkat adalah tentang pendidikan dan sampai kapanpun film
tersebut tetap bertemakan tentang pendidikan; (4) penggunaan bahasa dalam film
tersebut sangat terampil karena meskipun penggunan bahasa dengan penggunaan
logat maupun dialek Belitung, tetapi masih bisa dipahami; (5) pengembangan
organisasi plot film tersebut sangat baik karena alur atau plotnya berurutan; (6) dalam
hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sangat asli karena
film tersebut diangkat dari pengalaman pribadi sehingga sangat asli; (7) keterlibatan
emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena ada beberapa
peristiwa yang mampu menumbuhkan keterlibatan emosional seperti dalam lomba
cerdas cermat ketika jawaban yang dikemukakan Lintang benar, tetapi dinyatakan
salah oleh juri; (8) kecakapan teknik naratifnya cukup terampil karena kepintaran
narator yang menceritakan tentang kondisi di sana; (9) karakter kemanusiaan film
tersebut sangat jelas karena dengan mengangkat tema pendidikan yang kondisi
masyarakatnya jauh dari kemapanan, film tersebut bisa dijadikan sebagai sebuah
patokan untuk pendidikan di Indonesia, terutama di daerah terpencil; (10) film
tersebut cukup cepat dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cukup
cepat karena misalkan ada beberapa peristiwa dalam novel yang diceritakan dengan
cukup jelas, dalam film tersebut ditampilkan dengan cukup cepat; (11) film tersebut
cukup kompleks karena dengan tema tentang pendidikan yang diangkat, seharusnya
film tersebut masih bisa mengangkat lebih banyak lagi mengenai berbagai
permasalahan yang seharusnya lebih bisa dimunculkan; (12) seluruh makna film
tersebut dapat dipahami karena pesan yang ingin disampaikan dari film tersebut
85
tersampaikan dengan baik, yaitu tentang pendidikan; (13) film tersebut sangat baik
dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena
unsur instrinsiknya saling berkaitan; (14) film tersebut cukup terpercaya karena film
tersebut diangkat dari pengalaman pribadi, jadi bisa dipercaya oleh pembaca nya;
(15) film tersebut sedang dalam mengandalkan imajinasi untuk memahaminya karena
film tersebut menampilkan tentang pengalaman pribadi, sehingga tidak memberikan
banyak efek tentang imajinasi untuk memahaminya; (16) film tesebut sangat jelas
dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena mengandung motivasi dan
banyak hal yang menyentuh; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena tema
yang diangkat adalah tentang pendidikan; (18) film tersebut sangat banyak dalam
mengandung ironi karena kondisi film yang memprihatinkan dalam film tersebut,
merupakan pengalaman hidup secara nyata dari pengarangnya; (19) film ini cukup
dalam hal unsur yang menegangkan karena hanya sedikit peristiwa yang mengangkan
dalam film tersebut, yaitu hanya pada bagian cerdas cermat dan bagian akhir dari film
tersebut; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena tema dan alur dari
film ini cukup jelas; dan (21) film tersebut sangat menantang dalam memberikan
tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena adanya unsur
penggunaan bahasa yang menggabungkan antara bahasa asli dengan bahasa Indonesia
sehingga membutuhkan pemahaman yang lebih.
Pembaca keenam menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi baik, karena meski banyak hal yang diangkat dalam film tersebut,
namun misi utama yang diusung yaitu tentang pendidikan tidak teralihkan; (2)
86
gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena gagasannya itu tanpa harus
mencari-cari atau memahami isi dari film tersebut, dengan mudah sudah diketahui
bahwa yang diangkat adalah pendidikan; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa
terikat ruang dan waktu dalam film ini sangat jelas karena kondisi pendidikan di
Indonesia pada umumnya, dari dulu hingga sekarang tidak banyak yang berubah,
seperti yang tergambarkan pada film tersebut; (4) penggunaan bahasa dalam film
tersebut cukup terampil karena meskipun film tersebut mengunakan dialek melayu
beltong, namun setiap penonton akan dapat dengan mudah memahami isinya; (5)
pengembangan organisasi plot film tersebut sedang karena tanpa ada kerancuan dan
tertata rapi; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film
tersebut sangat asli karena latar atau seting film tersebut mengambil lokasi asli dari
cerita tersebut yaitu di Belitong; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan
tindakan tokoh sedang karena ketika ada adegan-adegan yang mungkin tegang atau
lucu langsung berekspresi tanpa harus berpikir terlebih dahulu; (8) kecakapan teknik
naratifnya cukup terampil karena tidak hanya terbatsa pada dialognya karena
melibatkan prolog dari tokoh Ikal yang menceritakan kondisi yang ada dalam film
tersebut; (9) karakter kemanusiaan film tersebut sangat jelas karena pada tahapnya
film ini adalah sebuah film yang realis dan benar-benar bisa dikatakan diusung dari
fakta; (10) film tersebut cukup cepat dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung
dengan cepat karena perpindahan alur yang cukup cepat dan bisa dinalar dengan
logika; (11) film tersebut cukup simpel karena film ini pada awalnya adalah berawal
dari fakta dan tidak terkesan dibuat-buat; (12) seluruh makna film tersebut cukup
87
terpahami karena tidak ada kerancuan dalam jalan cerita film tersebut; (13) film
tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan
koheren karena kondisi yang diangkat dalam film tersebut sinkron tehadap keadaan
saat itu; (14) film tersebut cukup terpercaya karena diakhir itu diberi bukti-bukti
autentik tentang di mana ada buaya yang begitu besar, terus tentang foto-foto yang
asli yang dimiliki oleh Ikal; (15) film tersebut sedang dalam hal mengandalkan imaji
karena film ini adalah suatu film yang realis; (16) film tesebut sangat jelas dalam
pokok persoalan yang menyenangkan karena sangat jelas dalam menggambarkan
keadaan yang sangat menyenangkan dan itu sangat enak untuk ditonton oleh para
penonton; (17) film tersebut sangat menarik perhatian karena pada awalnya sudah
membaca novelnya dan mengganggap novelnya itu bagus; (18) film tersebut sangat
banyak dalam mengandung ironi karena walaupun itu berasal dari masalah yang biasa
kita jumpai, namun terasa kompleks dan dan mengejutkan prediksi pembaca ; (19)
film tersebut cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena ketika ada beberapa
peristiwa yang muncul dalam film akan menghadirkan ketegangan seperti yang
dialami oleh tokoh; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena banyaknya
istilah-istilah yang dimunculkan oleh penulis yang memicu pembaca untuk berpikir;
dan (21) film tersebut cukup menantang dalam memberikan tantangan intelektual
untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena amanat dari filmnya ini tentang
pendidikan itu langsung memberi potret bahwa pendidikan Indonesia dari dulu
sampai sekarang itu sama saja.
88
Pembaca ketujuh, menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap film
Laskar Pelangi sangat baik karena keseluruhan isi yang ada di dalam novel
dituangkan ke dalam film itu; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas
karena diam-diam mengangkat dan menyoroti tentang pendidikan yang ada di daerah
Belitong; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas
karena kondisi pendidikan di Indonesia terutama di luar pulau Jawa dari dulu hingga
sekarang tidak banyak yang berubah; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut
cukup terampil karena penggunaan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Melayu secara baik; (5) pengembangan organisasi plot film tersebut sedang karena
alurnya kurang rapi; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda
film tersebut sangat asli karena menggambarkan kondisi yang sangat nyata dari
daerah Belitong; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat
terlibat karena sangat menyentuh dan menginspirasi; (8) kecakapan teknik naratifnya
cukup terampil karena segi naratifnya itu tidak membosankan; (9) karakter
kemanusiaan film tersebut sangat jelas karena rasa kemanusiaan tokoh-tokoh film
tersebut yang sangat tinggi; (10) film tersebut cukup cepat dalam tindakan yang
terbatas dan berlangsung dengan cepat karena adanya pebedaan penceritaan atara
novel dan film yang dipersingkat; (11) film tersebut sangat kompleks karena
permasalahan yang diangkat dalam film tersebut sangat banyak; (12) seluruh makna
film tersebut dapat dipahami karena adanya keterlibatan emosional; (13) film tersebut
baik dalam hal struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren
karena sutradara memperhatikan hal-hal yang sederhana; (14) film tersebut cukup
89
terpercaya karena sesuai dengan kondisi yang ada di Belitung; (15) film tersebut
sangat tinggi dalam mengandalkan imajinasi untuk memahaminya karena tindakan
tokoh dalam film tidak mencerminkan kondisi umur mereka yang kurang relevan;
(16) film tesebut sangat jelas dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena
mengandung motivasi dan banyak hal yang menyentuh; (17) film tersebut sangat
menarik perhatian karena naratifnya bagus sehingga isi novel tercairkan pada film
tersebut; (18) film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena kondisi
pendidikan di Indonesia sangat tidak berimbang antara pulau Jawa dan luar Jawa;
(19) film ini cukup dalam hal unsur yang menegangkan karena banyak peristiwa yang
membuat menegangkan; (20) karakteristik formal film ini sangat disukai karena
sangat kental dalam memunculkan budaya dan kondisi masyarakat belitong yang
khas; dan (21) film tersebut sangat menantang dalam memberikan tantangan
intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena harus ada analisis lebih
lanjut terhadap tindakan-tindakan tokoh.
Pembaca kedelapan, menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap
film Laskar Pelangi sangat baik karena dari keseluruhan film tersebut sangat menarik
perhatian; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena diangkat dari
realita; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas
karena tema utama yaitu tentang pendidikan dari dulu sampai sekarang kondisinya
masih relatif sama; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut cukup terampil karena
penggunaan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Belitung yang sangat baik;
(5) pengembangan organisasi plot film tersebut sedang karena hanya berada dalam
90
seting yang terbatas; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda
film tersebut sedang karena model film seperti Laskar Pelangi sudah ada sebelumnya
di Indonesia; (7) keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sedang
karena ada perwatakan tokoh yang sesuai dengan diri informan; (8) kecakapan teknik
naratifnya sangat terampil kemahiran dari penulis maupun sutradaranya; (9) karakter
kemanusiaan film tersebut sedang karena tidak terlalu menonjol; (10) film tersebut
cukup cepat dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat karena
adanya peristiwa-peristiwa yang muncul secara spontan; (11) film tersebut sangat
kompleks karena mampu mengangkat kondisi antropologi masyarakat dalam film
tersebut; (12) seluruh makna film tersebut cukup dipahami karena mengangkat
kondisi pendidikan di Indonesia secara nyata; (13) film tersebut baik dalam hal
struktur serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena tertata cukup
baik; (14) film tersebut cukup terpercaya karena diangakat dari novel Laskar Pelangi;
(15) film tersebut sedang dalam mengandalkan imajinasi karena munculnya sesuatu
yang membutuhkan imajinasi untuk mengikuti alur cerita; (16) film tesebut sedang
dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena memberikan motivasi; (17) film
tersebut sangat menarik perhatian karena film dan novelnya itu sangat sesuai; (18)
film tersebut sedang dalam mengandung ironi karena adanya unsur menyedihkan dan
menyenangkan dalam film tesebut; (19) film tersebut sedikit dalam hal unsur yang
menegangkan karena hanya ada beberapa peristiwa yang menegangkan; (20)
karakteristik formal film ini cukup disukai karena tokoh, aktor pendukung seting dan
suasana dalam film yang sangat menarik; dan (21) film tersebut cukup menantang
91
dalam memberikan tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut
karena membutuhkan imajinasi yang cukup tinggi untuk memahami film tersebut.
Pembaca kesembilan, menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap
film Laskar Pelangi sangat baik karena dari awal hingga akhir itu isinya mendidik,
jadi semua kalangan bisa menerimanya; (2) gagasan atau tema utama film tersebut
sangat jelas karena film tersebut ingin menyampaikan bahwa pendidikan yang baik
adalah seperti itu; (3) makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu
sangat jelas karena hal itu bisa diketahui dan bisa dilihat di mana pun dan kapan pun
karena memang pendidikan selalu berkelanjutan; (4) penggunaan bahasa dalam film
tersebut cukup terampil karena kolaborasi bahasa antara bahasa daerahnya dan bahasa
Indonesia pada film tersebut cukup bagus; (5) pengembangan organisasi plot film
tersebut sedang karena plot yang ditampilkan dalam film tersebut melompat-lompat
atau tidak runtut; (6) dalam hal keaslian atau perspektif yang segar dan berbeda film
tersebut sangat asli karena setingnya masih sangat alami dan begitu sederhana,
sehingga kelihatan seperti tempat asli dan seakan tidak ada rekayasa; (7) keterlibatan
emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena kejadian-kejadian
dalam film membuat terharu dan seakan terasa benar-benar terlibat dalam hal itu; (8)
kecakapan teknik naratifnya cukup terampil karena penceritaan film tersebut cukup
terampil terutama dalam hal yang menyenangkan dan dalam hal yang menyedihkan;
(9) karakter kemanusiaan film tersebut sangat jelas karena seperti karakter Bu
Muslimah sebagai guru teladan, karakternya sangat jelas dan bisa diteladani; (10)
film tersebut agak lamban dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan
92
cepat karena seharusnya cerita itu cukup panjang, tetapi film ini bisa diringakas
dengan durasi yang cepat dan semuanya itu bisa terangkum; (11) film tersebut cukup
kompleks karena cukup mampu merangkum tentang cerita dan poblematika
kehidupan tokoh dalam film tersebut; (12) seluruh makna film cukup terpahami
karena pembaca cukup memahami mengenai makna dan pesan dalam film, sehingga
bisa menangkap maksud dari film tersebut; (13) film tersebut baik dalam hal struktur
serta keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren karena perpaduan struktur
dan unsur-unsur lain dalam film tersebut terintegrasi dan koheren; (14) film tersebut
cukup terpercaya karena sesuai dengan problematika pendidikan di Indonesia dan
tidak terlihat adanya penyimpangan-penyimpangan dalam film tersebut; (15) film
tersebut sangat tinggi dalam mengandalkan imajinasi karena ketika menyaksikan film
tersebut seakan-akan membayangkan dan mempertanyakan mengenai kondisi Andrea
Hirata pada masa lalu yang tergambar seperti dalam diri tokoh Ikal; (16) film tesebut
sangat jelas dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena kondisi pedesaan dan
lautan yang sangat natural jadi terasa begitu menyenangkan; (17) film tersebut sangat
menarik perhatian karena film dan novelnya itu sangat sesuai; (18) film tersebut
sangat banyak dalam mengandung ironi karena problematika dalam film tersebut
merupakan sindiran kepada pemerintah yang kurang memperhatikan kondisi
pendidikan di daerah-daerah; (19) film tersebut dinilai cukup dalam hal unsur yang
menegangkan karena ada beberapa peristiwa yang menegangkan seperti dalam
perlombaan cerdas cermat; (20) karakteristik formal film ini cukup disukai karena
karakter yang dimunculkan dalam tokoh cukup sesuai, namun ada beberapa hal yang
93
tampak direkayasa; dan (21) film tersebut sangat menantang dalam memberikan
tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena dengan
penggabungan bahasa Indonesia dan bahasa asli daerah Belitung maka membutuhkan
kemampuan intelektual untuk mengetahui dan memahami arti dari bahasa tersebut.
Pembaca kesepuluh, menyatakan bahwa: (1) penilaian keseluruhan terhadap
film Laskar Pelangi baik karena walaupun ada beberapa hal dalam novel yang tidak
diangkat ke dalam film, namun amanatnya tetap jelas dan langsung bisa dicerna oleh
penonton; (2) gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena
penggambaran dari tema dan amanatnya itu gamblang, yaitu tentang pendidikan; (3)
makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas karena
kondisi pendidikan di Indonesia dari dulu hingga sekarang tetap seperti itu dan ketika
ditonton sampai kapanpun tetap sama; (4) penggunaan bahasa dalam film tersebut
cukup terampil karena dengan pilihan kata yang sederhana, maka masyarakat dengan
mudah akan mampu mencerna maksudnya; (5) pengembangan organisasi plot film
tersebut sangat jelas karena dengan alur yang jelas, maka isi dan pesan yang ingin
disampaikan dalam film tersebut dapat tereksplorasi; (6) dalam hal keaslian atau
perspektif yang segar dan berbeda film tersebut sangat asli karena film ini berawal
dari kisah asli sang penulis yang ditampilkan sebagaimana adanya; (7) keterlibatan
emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena setelah melihat
film tesebut, melalui karakter tokohnya terasa menggugah dan tidak hanya sebatas
menonton yang hanya lewat dalam ingatan, tetapi sangat membekas; (8) kecakapan
teknik naratifnya cukup terampil karena tidak berbelit-belit; (9) karakter kemanusiaan
94
film tersebut sedang karena yang diangkat adalah tema sehari-hari, sehingga
karakternya bukan sesuatu yang sulit untuk dipahami; (10) film tersebut agak lamban
dalam tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat karena basa-basi yang
dimunculkan pada bagian-bagian tertentu dalam film tersebut cukup banyak,
sehingga membutuhkan pendeskripsian yang lebih lama; (11) film tersebut cukup
kompleks karena dengan mengangkat tema tentang pendidikan yang biasanya orang-
orang memulai cita-cita dan perjuangannya, yang cukup tergambarkan dalam film
tersebut; (12) seluruh makna film tersebut dapat dipahami karena film tersebut
mengangkat cerita tentang kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mudah dipahami dan
efek yang dimunculkan dari melihat film ataupun membaca novelnya terasa mengena
dan cukup membekas; (13) film tersebut baik dalam hal struktur serta keseluruhan
elemen yang terintegrasi dan koheren karena tidak ada pertentangan seting yang
diangkat dan cukup mewakili karakter masyarakat setempat; (14) film tersebut cukup
terpercaya karena sebuah karya sastra selalu diambil dari fakta dengan penambahan
imajinasi, seperti halnya film tersebut berusaha mengangkat pengalaman pribadi yang
merupakan fakta sejarahnya dan dikemas dengan imajinasinya; (15) film tersebut
sedang dalam mengandalkan imajinasi untuk memahaminya karena film tersebut
beralirkan realis, sehingga tidak membutuhkan imajinasi yang kuat untuk
memahaminya; (16) film tesebut sangat jelas dalam pokok persoalan yang
menyenangkan karena selain mengambil permasalahan tantang kehidupan sehari-hari,
bahasanya mudah dicerna, dengan estetika bahasa yang masih mampu menghadirkan
imajinasi; (17) film tersebut cukup menarik perhatian karena selain film tersebut
95
booming, film Laskar Pelangi yang diangkat dari novel tersebut berawal dari sebuah
kenyataan yang tentu berbeda karena biasanya hanya berupa imajinasi saja; (18) film
tersebut sedikit dalam mengandung ironi karena genre film tersebut adalah realis,
sehingga tidak ada pertentangan antara realita dengan film; (19) film ini cukup dalam
hal unsur yang menegangkan karena ada beberapa peristiwa yang cukup
menegangkan, seperti ketika lomba cerdas cermat, dan ketika Lintang tidak lagi
sekolah karena Bapaknya meninggal; (20) karakteristik formal film ini sangat disukai
karena film tersebut merupakan hasil dari pengalaman pribadi dan bukan hanya
sebatas imajinasi; dan (21) film tersebut sangat menantang dalam memberikan
tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut karena film ini sarat
dengan hal-hal intelektual.
3. Dampak Psikologis dan Perubahan yang Muncul terhadap Pembaca
dengan Mempertimbangkan Aspek Nilai yang Dominan
Dampak psikologis yang muncul dari film Laskar Pelangi terhadap pembaca,
terbagi dalam aspek rasa dan perubahan sikap mental Pembaca yang dimunculkan
setelah menonton film yang didasari oleh faktor biografi para Pembaca tersebut.
Adapun pemaparan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah kisah hidup Anda secara garis besar dari masa kecil hingga
sekarang?
2. Cita-cita apa sajakah yang pernah Anda miliki dari kecil hingga sekarang?
96
3. Mengapa Anda memiliki cita-cita tersebut dan bagaimanakah pandangan
Anda terhadap cita-cita tersebut?
4. Apakah Anda pernah mengalami kegagalan atau peristiwa yang
menghadirkan trauma dalam kehidupan Anda?.
5. Apa sajakah harapan Anda pada masa kecil?
6. Apa sajakah harapan Anda pada masa remaja?
7. Apa sajakah harapan Anda sekarang?
8. Sehubungan dengan film Laskar Pelangi, apakah film tersebut mampu
menghadirkan perubahan dalam pemikiran Anda mengenai kehidupan?
9. Aspek nilai apakah yang dominan muncul dalam diri Anda yang
dihadirkan dari film tersebut hingga sekarang?
10. Bagaimanakah dampak yang muncul dalam diri Anda hingga sekarang
setelah menyaksikan film Laskar Pelangi?.
Sepuluh pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan-pertanyaan yang memiliki
peran dan fungsi untuk mengetahui aspek biografi secara psikologis ego dari masing-
masing pembaca yang terpilih sebagai informan dalam penelitian ini. Secara nyata
kondisi tersebut akan dapat ditemukan pada aspek rasa dan dampak psikologis yang
muncul pada masing-masing pembaca yang dihadirkan dari film Laskar Pelangi.
Adapun penjabaran dan analisis terhadap pembaca yang berhubungan dengan dampak
psikologis dan perubahan yang muncul dengan mempertimbangkan aspek nilai yang
dominan adalah sebagai berikut.
97
Pembaca pertama menyatakan bahwa: (1) memiliki kisah kehidupan dari masa
kecil yang sederhana, menjunjung nilai-nilai pendidikan, dan memiliki keluarga yang
agamis. Pernah mengalami pindah rumah, dan setiap hari harus berjalan pulang pergi
sejauh dua kilometer ketika TK. Ketika duduk di bangku SD, setiap hari harus
menyeberang jalan raya ketika sekolah dan ketika SMP harus berangkat pagi dan
pulang sore. Terlahir dari keluarga wirausahawan dan sejak SMP diberi kebebasan
dalam hal menentukan jalan hidupnya; (2) memiliki cita cita ingin menjadi bos ketika
kecil. Ketika remaja dan dewasa hanyalah ingin membahagiakan orang tua dan
keluarga; (3) pandanganya untuk menjadi bos karena ingin memimpin orang banyak,
ketika remaja dan dewasa ingin membahagiakan orang tua dan keluarga karena tidak
ingin melihat orang tuanya sedih; (4) kegagalan yang pernah dialami dan
mengakibatkan trauma adalah ketika gagal latihan setir mobil dan menabrak hingga
mobilnya rusak parah; (5) harapan ketika masa kecil adalah ingin melihat orang tua
tidak susah dan selalu tersenyum; (6) harapan ketika masa remaja adalah ingin
menjadi pria dewasa yang mapan secara materi yang bertujuan untuk membantu
keluarga; (7) harapan ketika dewasa adalah ingin berwirausaha dan segera
menyelesaikan kuliah; (8) perubahan mengenai pandangan terhadap kehidupan yang
dimunculkan dari film Laskar Pelangi adalah merasa lebih bersyukur karena ternyata
ada yang lebih sulit kehidupannya dibandingkan dirinya; (9) aspek nilai yang
dominan yang muncul terhadap film Laskar Pelangi adalah rasa iba dan bangga. Iba
karena kehidupan yang mereka jalankan sangat pas-pasan dan bangga karena selalu
semangat, pantang mengeluh, dan pantang menyerah walau dihadapkan dengan
98
berbagai masalah dan dalam keadaan kehidupan yang pas-pasan; (10) dampak yang
muncul yang dihadirkan film Laskar Pelangi adalah semangat yang terbakar kembali
setelah melihat film tersebut, pantang mengeluh, dan pantang menyerah, untuk
menghadapi tantangan hidup dengan kedaan yang lebih buruk dibandingkan dengan
kualitas kehidupannya.
Pembaca kedua menyatakan bahwa: (1) kisah hidup dari masa kecil hingga
sekarang cukup baik dan tidak mengalami kendala yang berarti; (2) cita-cita yang
pernah dimiliki pada waktu kecil adalah menjadi dokter, ketika remaja adalah
menjadi penulis dan ketika dewasa adalah menjadi wartawan; (3) pandangannya
untuk menjadi dokter karena ingin membantu menyembuhkan orang yang sakit,
menjadi penulis karena ingin menciptakan karya seperti novel, dan ingin menjadi
wartawan karena berhubungan dengan bidang ilmu yang saat ini ditekuni; (4)
kegagalan atau trauma yang pernah dialami adalah jatuh dari motor; (5) harapan
ketika masih kecil adalah memiliki banyak teman; (6) harapan ketika remaja adalah
masuk di perguruan tinggi negeri; (7) harapannya ketika dewasa atau sekarang adalah
segera menyelesaikan studi; (8) pandangan terhadap kehidupan yang muncul setelah
menyaksikan film Laskar Pelangi adalah bahwa hidup ini harus disyukuri karena
masih banyak orang yang berada dalam berbagai kekurangan; (9) aspek rasa yang
dominan terhadap film Laskar Pelangi adalah sedih dan haru karena kondisi mereka
yang cukup memperihatinkan namun masih tetap bersemangat dalam bersekolah; (10)
dampak psikologis yang muncul dari film tersebut adalah memiliki semangat yang
99
tinggi dalam menjalani kehidupan dan ingin seperti Ikal yang bisa kuliah S-2 di luar
negeri.
Pembaca ketiga menyatakan bahwa: (1) kisah hidup dari masa kecil hingga
sekarang normal saja karena kedua orang tua adalah pegawai negeri; (2) cita-cita
pembaca tersebut waktu kecil ingin menjadi ilmuwan, saat remaja dan sekarang ingin
menjadi guru; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita menjadi ilmuwan
itu keren, terkesan pandai, memiliki gengsi, kerja di laboratorium, dan bisa
menemukan hal-hal yang baru, sedangkan menjadi guru kelebihannya terletak pada
efisiensi waktu, bisa mengurus anak di rumah, dan lain-lain; (4) peristiwa yang
membuat pembaca tersebut trauma pada masa kecil adalah ketika mengupas kacang
panjang dan ada ulatnya; (5) harapan pembaca tersebut di masa kecil adalah minta
boneka Winnie The Pooh yang ukuran besar dan sampai sekarang tidak keturutan
karena hanya punya yang kecil; (6) harapan pembaca tersebut ketika remaja adalah
ingin kuliah di UNIBRA tetapi tidak keterima dan kuliah di sini; (7) harapan pembaca
tersebut ketika dewasa atau saat ini adalah ingin segera lulus kalau bisa tiga setengah
tahun, bekerja, dan menikah; (8) penilaian pembaca tersebut tentang kehidupan yang
muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah munculnya kesadaran
bahwa hidup itu penuh perjuangan, terlebih bagi anak-anak pesisir yang susah dalam
hal memperoleh pendidikan; (9) aspek rasa yang dominan muncul dari film Laskar
Pelangi terhadap diri pembaca adalah rasa haru karena melihat perjuangan mereka
untuk mendapatkan pendidikan yang susah dan harus bekerja keras; (10) dampak
100
psikologis yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah termotivasi
untuk belajar yang lebih giat lagi.
Pembaca keempat menyatakan bahwa: (1) kisah hidup dari kecil pembaca
tersebut hingga sekarang tidak mengalami perubahan yang signifikan; (2) cita-cita
yang pernah dimiliki pembaca tersebut dari waktu kecil adalah keliling dunia. Ketika
remaja cita-cita pembaca tersebut adalah menjadi penulis begitu juga sekarang ketika
telah dewasa; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita bisa keliling dunia
karena untuk menambah wawasan dan pengalaman, menjadi penulis karena ingin
mengenalkan budaya Indonesia di dunia internasional; (4) trauma yang pernah
dimiliki oleh pembaca tersebut adalah takut ketika diboncengkan naik sepeda motor
dengan kecepatan yang tinggi; (5) harapan pada masa kecil pembaca tersebut adalah
memiliki banyak teman; (6) harapan pembaca tersebut di masa remaja adalah bisa
masuk perguruan tinggi favorit; (7) harapan pembaca tersebut sekarang adalah ingin
segera menerbitkan novel yang berisi tentang pengenalan kampus; (8) perubahan
pandangan hidup pembaca tersebut yang muncul setelah menyaksikan film Laskar
Pelangi terhadap kehidupan adalah harus bisa memanfaatkan peluang yang dimiliki
sebaik mungkin; (9) aspek rasa yang dominan bagi pembaca tersebut setelah
menyaksikan film Laskar Pelangi adalah sedih, terlebih dengan tokoh Lintang yang
pintar tetapi tidak bisa meneruskan sekolah; (10) dampak psikologis yang muncul
terhadap diri pembaca tersebut setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah
termotivasi untuk menjadi seperti anak-anak Laskar Pelangi yang memiliki semangat
luar biasa meski dalam kondisi yang serba kekurangan.
101
Pembaca kelima menyatakan bahwa: (1) kisah hidup pembaca tersebut dari
kecil hingga sekarang mengalami sedikit guncangan ketika ibunya meninggal; (2)
cita-cita yang pernah dimiliki pembaca tersebut dari kecil hingga sekarang adalah
menjadi guru; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita menjadi guru adalah
karena profesi tersebut cukup mulia; (4) trauma yang pernah dimiliki pembaca
tersebut adalah ketika salah satu orang tuanya meninggal dunia; (5) harapan pembaca
tersebut di masa kecil adalah memiliki banyak teman; (6) harapan pembaca tersebut
di masa remaja adalah membahagiakan orang tua; (7) harapan pembaca tersebut saat
dewasa atau sekarang adalah segera lulus dan bisa bekerja; (8) perubahan pembaca
tersebut terhadap pandangan hidup yang muncul setelah menyaksikan film Laskar
Pelangi adalah harus mensyukuri segala sesuatu yang kita miliki karena banyak orang
yang tidak memiliki kesempatan yang sama seperti yang kita miliki; (9) aspek rasa
yang dominan bagi pembaca tersebut terhadap film Laskar Pelangi adalah rasa haru
karena perjuangan anak-anak Laskar Pelangi yang luar biasa; (10) dampak psikologis
yang muncul terhadap diri pembaca tersebut setelah menyaksikan film Laskar
Pelangi adalah mensyukuri atas segala kondisi yang kita miliki.
Pembaca keenam menyatakan bahwa: (1) kisah hidup pembaca tersebut dari
masa kecil hingga sekarang penuh petualangan seperti kebanyakan anak-anak lelaki
pada umumnya; (2) cita-cita yang pernah dimiliki oleh pembaca tersebut dari kecil
hingga sekarang adalah menjadi dokter. Ketika remaja pembaca tersebut memiliki
cita-cita menjadi penulis dan sekarang saat dewasa ingin menjadi dosen; (3)
pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita menjadi dokter karena bisa membantu
102
orang lain, menjadi penulis karena ingin menjadi sastrawan, dan menjadi dosen
karena ingin mengabdikan diri untuk bidang ilmu dan negara; (4) trauma yang pernah
dialami pembaca tersebut adalah ketika jatuh dari motor; (5) harapan di masa kecil
pembaca tersebut adalah menjadi juara umum di kelas; (6) harapan pembaca tersebut
ketika remaja adalah bisa menerbitkan novel; (7) harapan pembaca tersebut sekarang
adalah ingin segera lulus dan bisa studi lanjut ke luar negeri; (8) perubahan dalam hal
pandangan pembaca tersebut terhadap kehidupan yang muncul setelah menonton film
Laskar Pelangi adalah di luar pengetahuan kita, banyak masyarakat yang hidup
dalam garis kemiskinan; (9) aspek rasa yang dominan bagi pembaca tersebut setelah
menyaksikan film Laskar Pelangi adalah haru dengan keberhasilan Ikal di akhir
cerita yang bisa kuliah ke Perancis; (10) dampak psikologis yang muncul terhadap
diri pembaca setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah ingin bisa studi lanjut
ke luar negeri seperti Ikal.
Pembaca ketujuh menyatakan bahwa: (1) kisah hidup pembaca tersebut dari
kecil hingga sekarang mengalami goncangan ketika pada usia delapan tahun harus
kehilangan salah satu orang tua; (2) cita-cita yang pernah dimiliki pembaca tersebut
dari kecil hingga sekarang adalah menjadi dokter, masuk jurusan IPA ketika remaja,
dan menjadi guru setelah lulus kuliah; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-
cita tersebut karena menjadi dokter adalah pekerjaan yang keren karena berseragam
putih dan di rumah sakit, masuk IPA karena ingin menjadi dokter, dan menjadi guru
ketika dewasa karena profesi yang mulia; (4) trauma yang pernah dimiliki pembaca
tesebut adalah ketika salah satu orang tua meninggal dan gagal masuk IPA; (5)
103
harapan pembaca tersebut di masa kecil adalah punya mobil sehingga bisa pergi
kemana-mana, punya Nintendo dan Gameboot; (6) ketika remaja pembaca tersebut
ingin punya banyak pacar; (7) saat ini atau ketika dewasa nanti pembaca tersebut
ingin segera menyelesaikan kuliah; (8) perubahan pandangan pembaca tersebut
terhadap kehidupan setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah rasa bersyukur
dengan melihat kondisi masyarakat yang berada di bawah kita; (9) aspek rasa yang
dominan bagi pembaca tersebut setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah rasa
haru dengan semangat anak-anak Laskar Pelangi dan kata-kata Pak Harfan yang
cukup memotivasi; (10) dampak psikologis yang muncul terhadap diri pembaca
tersebut setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah tetap semangat untuk
menjalani kehidupan.
Pembaca kedelapan menyatakan bahwa: (1) kisah hidup pembaca tersebut dari
masa kecil hingga dewasa secara garis besar relatif sewajarnya seperti anak-anak
kecil pada umumnya yang suka bermain; (2) cita-cita yang pernah dimiliki pembaca
tersebut dari kecil hingga sekarang adalah menjadi pilot, menjadi artis, dan mengabdi
kepada pemerintah; (3) pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita menjadi pilot
karena terlihat hebat yang bisa terbang ke berbagai daerah, menjadi artis karena
peluangnya besar dan cukup menjanjikan, menjadi PNS karena terinspirasi orang tua
dan keluarga; (4) trauma yang pernah dialami pembaca tersebut adalah ketika jatuh
dari motor dan ketika kepleset di waktu kecil hingga kepalanya berdarah; (5) harapan
di masa kecil yang pernah dimiliki pembaca tersebut adalah memiliki banyak teman;
(6) harapan pembaca tersebut pada masa remaja adalah ingin mempunyai band yang
104
terkenal; (7) harapan pembaca tersebut sekarang adalah untuk segera menyelesaikan
kuliah dan mengabdi kepada pemerintah yaitu menjadi PNS; (8) perubahan pembaca
tersebut terhadap pandangan mengenai kehidupan yang muncul setelah menyaksikan
film Laskar Pelangi adalah bahwa kondisi pendidikan di Indonesia pada masa lampau
terutama di daerah-daerah sangat memperihatinkan; (9) aspek rasa yang dominan
muncul bagi pembaca tersebut setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah rasa
sedih dengan kondisi anak-anak Laskar Pelangi yang sulit dalam menempuh
pendidikan; (10) dampak psikologis pembaca tersebut yang muncul setelah
menyaksikan film Laskar Pelangi adalah termotivasi untuk selalu semangat dalam
menjalani kehidupan.
Pembaca kesembilan menyatakan bahwa: (1) kisah hidup pembaca tersebut
dari masa kecil hingga sekarang cukup mengalami perubahan ketika di masa kecil
kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan namun dengan kerja keras orang
tua saat ini kondisi ekonomi keluarga menjadi lebih baik; (2) cita-cita yang pernah
dimiliki pembaca tersebut dari masa kecil adalah menjadi dokter, menjadi perawat
ketika remaja, dan menjadi guru pada saat ini; (3) pandangan pembaca tersebut
terhadap cita-cita tersebut karena menjadi dokter bisa membantu orang yang sedang
sakit, menjadi perawat karena ingin kerja di rumah sakit dan berhubungan dengan
kondisi ekonomi keluarga, dan menjadi guru karena profesi yang mulia; (4) trauma
yang dialami pembaca tersebut adalah ketika mengingat kondisi ekonomi keluarga
yang serba kekurangan di masa kecil; (5) harapan pembaca tersebut di masa kecil
adalah memiliki banyak teman dan boneka; (6) ketika remaja harapan pembaca
105
tersebut adalah masuk di jurusan pendidikan setelah lulus SMA karena faktor
ekonomi dan biaya; (7) harapan pembaca tersebut sekarang ketika dewasa adalah
segera menjadi guru dan membahagiakan orang tua; (8) pandangan pembaca tersebut
terhadap kehidupan yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah
bahwa dengan usaha yang luar biasa, kehidupan itu akan selalu dinamis dan
mengarah kearah yang positif; (9) aspek rasa pembaca tersebut yang dominan muncul
terhadap film Laskar Pelangi adalah rasa haru dan bangga atas keberhasilan anggota
Laskar Pelangi; (10) dampak psikologis pembaca tersebut yang muncul setelah
menyaksikan film Laskar Pelangi adalah lebih termotivasi untuk meraih cita-cita.
Pembaca kesepuluh menyatakan bahwa: (1) kisah kehidupan pembaca
tersebut dari masa kecil hingga sekarang tidak mengalami perubahan yang signifikan
dan normal-normal saja; (2) cita-cita yang pernah dimiliki pembaca tersebut ketika
kecil adalah ingin menjadi guru dan ingin menjadi dokter, ketika remaja ingin
menjadi psikolog, dan ketika dewasa atau saat ini adalah ingin menjadi guru; (3)
pandangan pembaca tersebut terhadap cita-cita menjadi guru karena sebagai wanita
selain mendidik anak sendiri juga bisa mendidik anak bangsa, sedangkan cita-cita
pembaca tersebut menjadi dokter karena bisa menolong orang dan menjadi psikolog
agar bisa memahami karakter orang dan bisa menempatkan diri; (4) pembaca tersebut
tidak pernah mengalami trauma atau peristiwa yang menakutkan; (5) semua harapan
di masa kecil pembaca tersebut bisa terwujud dan berjalan dengan normal; (6) ketika
remaja keinginan pembaca tersebut adalah ingin kuliah di Psikologi UGM, tetapi
tidak keterima dan diterima di sini; (7) harapan pembaca tersebut dalam pertemanan
106
agar bisa diterima banyak orang, dalam hal kuliah ingin segera lulus, dan dalam hal
dunia kerja ingin yang nyaman saja; (8) perubahan yang muncul bagi pembaca
setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah lebih bisa menghargai hidup, baik
dari segi waku dan lebih semangat; (9) aspek rasa yang dominan muncul terhadap diri
pembaca setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah rasa haru dengan melihat
pengorbanan anak-anak Laskar Pelangi dalam hal pendidikan; (10) dampak
psikologis yang muncul bagi pembaca setelah menyaksikan film Laskar Pelangi
adalah termotivasi untuk belajar lebih giat dan hasilnya berserah diri pada Tuhan.
107
BAB V
INTERPRETASI PSIKO EGO PEMBACA TERHADAP ASPEK TEKSTUAL
FILM LASKAR PELANGI
A. Pengantar
Sub bab ini membahas mengenai kritik kondisi pembaca (informan) terhadap
film Laskar Pelangi. Kritik yang dimaksud adalah penilaian melalui hasil kuesioner
terhadap masing-masing pembaca. Dasar-dasar yang dijadikan sebagai bahan
penilaian terhadap pembaca adalah berdasarkan pada analisis dan pembahasan, yaitu:
(1) identifikasi putusan nilai pembaca terhadap film Laskar Pelangi; (2) hasil putusan
nilai pembaca terhadap film Laskar Pelangi; dan (3) sehubungan dengan dampak
psikologis, dan perubahan sikap dan pemikiran yang muncul dari film Laskar Pelangi
terhadap masing-masing pembaca berdasarkan aspek psikobiografi.
Ketiga pembahasan tersebut adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dalam penelitian ini. Dengan kalimat lain, ketiga pembahasan tersebut adalah sebuah
kesatuan yang utuh dalam memaparkan hasil penelitian estetika eksperimental
pembaca (informan) terhadap film Laskar Pelangi.
Pembahasan ini akan dipaparkan melalui dua sub bab. Pertama, akan
membahas mengenai kritik terhadap pertanggungjawaban interpretasi eksperimental
pembaca dalam kaitannya dengan film Laskar Pelangi, yaitu menghubungkan hasil
108
kuesioner eksperimental yang berupa resepsi atau tanggapan pembaca terhadap teks
yaitu film Laskar Pelangi.
Sub bab kedua adalah analisis interpretasi terhadap informan yang merupakan
kerja analisis untuk menilai pemikiran pembaca yang berhubungan dengan psiko
analisis ego mengenai respon pembaca terhadap aspek tekstual yang berhubungan
dengan masa lalu dan motivasi pembaca. “Psikoanalisis ini diintegrasikan dalam ilmu
pengetahuan sebab psikoanalisis memusatkan perhatiannya pada suatu realitas
tentang ketidaksadaran sebagai satu proses yang berkelanjutan”, (Dwi Susanto,
2012:47).
Sehubungan dengan kutipan tersebut, ketidaksadaran yang dimasud adalah
kondisi psikologi pembaca yang terbentuk dalam kesejarahannya sejak masa kecil.
Secara tidak sadar kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap interpretasi dan
penilaian para pembaca terhadap karya sastra. Dalam sub bab memaparkan kondisi
kesejarahan masing-masing pembaca yang bisa dikaitkan dengan interpretasinya
terhadap teks. Dwi Susanto menjelaskan pendapat Wright mengenai Psikologi ego
yang memiliki pandangan bahwa karya seni merupakan harapan-harapan masa kanak-
kanak di mana kenikmatan aktivitas artistik diturunkan dari permainan-permainan
yang dikontrol oleh harapan masa kanak-kanaknya.
Psikologi ego memiliki pandangan bahwa karya seni merupakan harapan-
harapan masa kanak-kanak yang neurosis. Kenikmatan aktivitas artistik
diturunkan dari permainan-permainan yang dikontrol dari harapan di masa
kanak-kanaknya. Selanjutnya, hal itu ditransformasikan ke dalam bentuk-
bentuk yang diterima secara umum. Pendekatan ini tidak menganggap bahwa
109
kenikmatan sebagai pemenuhan harapan masa kanak-kanak, tetapi hanya
merupakan fakta yang membawa proses-proses primer ke dalam permainan
(aktivitas) Ego” (Wright dalam Dwi Susanto, 2012:48).
Kesejarahan pembaca yang tertuang dalam wawancara psikobiografi yang
meliputi kondisi kehidupan sejak masa kecil, harapan, pengalaman yang
mengakibatkan trauma, cita-cita semasa kecil, remaja hingga dewasa, dan memiliki
keterkaitan psikologis dengan pikiran pembaca. Pikiran yang terpengaruh oleh aspek-
aspek tersebut secara tidak disadari akan menentukan pilihan dan kondisi perasaan
ketika pembaca dihadapkan pada suatu persoalan. Oleh karena itu, kritik terhadap
pembaca dalam penelitian ini mencoba menemukan keterkaitan pembaca secara
psikologi dengan interpretasi mereka terhadap teks.
Pemaparan kritik terhadap pembaca dalam penelitian ini akan dijabarkan
sehubungan dengan psikologi masing-masing pembaca. Dalam penelitian
eksperimental terhadap pembaca, penilaian tidak dapat dilakukan secara garis
besarnya saja karena aspek penilaian antara pembaca yang satu dengan pembaca yang
lainnya tentu tidaklah sama. Adapun kritik atau penilaian terhadap masing-masing
pembaca dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
B. Interpretasi Eksperimental Pembaca terhadap Film Laskar Pelangi
Pembaca pertama jenis kelamin laki-laki, dengan alamat Sukoharjo. Pembaca
pertama memiliki tingkat pemahaman dalam hal ketajaman analisis dan penilaian
secara keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi yang sangat baik karena pembaca
110
pertama mampu memahami bahwa film tersebut dapat menginspirasi kehidupan
tentang dunia pendidikan atau edukasi.
Pembaca pertama sangat memahami gagasan atau tema dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca pertama dapat menilai bahwa film tersebut menggambarkan secara
rinci dan detail mengenai kehidupan para anggota Laskar Pelangi dan tentang
kehidupan masyarakatnya.
Pembaca pertama sangat memahami makna dan daya tarik tertentu tanpa
terikat ruang dan waktu dengan sangat jelas. Ketika pembaca tersebut menyaksikan
film Laskar Pelangi maka dapat merasakan hal-hal yang dirasakan oleh anak-anak
Laskar Pelangi.
Pembaca pertama sangat menyukai penggunaan bahasa yang terampil.
Pembaca tersebut mampu menjabarkan bahwa pemilihan diksi dalam film Laskar
Pelangi sangat menarik untuk dipelajari dan ditelaah karena penggunaan bahasa
dalam film tersebut banyak mengandung kata-kata puitis yang bisa diambil dari film
tersebut.
Pembaca pertama sangat memahami pengembangan yang jelas dan organisasi
plot yang cukup baik. Pembaca tersebut memahami bahwa alur dalam film Laskar
Pelangi sudah terperinci dan berkesinambungan, tidak melompat-lompat, dan mudah
dicerna.
Pembaca pertama sangat menyukai keaslian dan dalam hal memberikan
perspektif yang berbeda dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat
111
memahami bahwa film tersebut diangkat dari nilai-nilai budaya lokal masyarakat
Belitung, dengan mengangkat kebudayaan dan sejarah perkembangan pulau Belitung.
Pembaca pertama sangat terlibatan secara emosional dengan watak dan
tindakan tokoh dalam film Laskar Pelangi. Pembaca pertama dapat menjabarkan
bahwa film tersebut memiliki beberapa bagian yang menggambarkan kegigihan dan
kerja keras untuk bisa sekolah dan menginspirasi untuk menerapkannya dalam
kehidupan secara nyata.
Pembaca pertama sangat memahami kecakapan teknik naratif dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut memahami bahwa alur film Laskar Pelangi sangat
koheren, tidak melompat-lompat, dan mudah dipahami sehingga dapat memahami isi
penceritaan dan dapat memahami hal-hal yang ingin disampaikan oleh penulis dalam
film tersebut.
Pembaca pertama sangat memahami karakter kemanusiaan yang dapat
dikenali dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menilai bahwa karakter
kemanusiaan dalam film Laskar Pelangi mudah dipahami karena film tersebut benar-
benar menggambarkan realita yang dialami oleh masyarakat Belitung sehingga ikut
merasakan hal-hal yang dialami oleh para tokoh ketika dirinya menyaksikan film
Laskar Pelangi.
Pembaca pertama cukup memahami adanya tindakan yang terbatas dan
berlangsung dengan cepat. Pembaca tersebut dapat menilai bahwa tidak ada loncatan-
loncatan alur dan cerita dalam film Laskar Pelangi langsung menuju pada pokok
penceritaan.
112
Pembaca pertama sangat memahami hal-hal yang kompleks dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menjabarkan bahwa film Laskar Pelangi
menggambarkan secara nyata kondisi masyarakat Belitung.
Pembaca pertama sangat memahami makna dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut terinspirasi penokohan yang diperankan oleh Lintang yang harus
bekerja keras untuk sekolah dan memiliki semangat juang untuk menuntut ilmu.
Pembaca pertama memahami struktur dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren dari sisi alur dan latar film. Pembaca tersebut merasakan
pengaruh setelah menikmati film, mempermudah dalam hal mencerna isi dari film,
dan memahami pesan yang ingin disampaikan melalui film Laskar Pelangi.
Pembaca pertama cukup mempercayai kandungan isi dari film Laskar Pelangi
yang bersumber dari novel Andrea Hirata karena merupakan kisah nyata Adrea Hirata
di Belitung. Pembaca tersebut juga dapat memaparkan bahwa meski film Laskar
Pelangi mendapatkan tambahan-tambahan, tetapi pada dasarnya dapat dipercaya
karena cerita ini adalah kisah nyata Andrea Hirata.
Pembaca pertama sangat memahami adanya unsur mengandalkan imaji yang
sangat tinggi dalam memahami film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat
memahami munculnya kata-katanya puitis yang merupakan nilai-nilai budaya
setempat dengan Bahasa Melayu sehingga mampu menghadirkan imajinasi pada
adegan yang dilihat.
Pembaca pertama cukup dalam hal memahami pokok persoalan film yang
menyenangkan. Selain memunculkan sisi tentang keseriusan, pembaca tersebut
113
mampu menjabarkan bahwa film Laskar Pelangi juga memunculkan adegan yang
mengundang tawa, seperti ketika Ikal yang jatuh cinta pada pandangan pertama
terhadap kuku yang sangat cantik dan digambarkan dengan bunga sakura yang
berjatuhan.
Pembaca pertama sangat tertarik terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca
tersebut menilai bahwa dalam hal menarik perhatian, film ini dinilai sangat menarik
dan menginspirasi dalam hal edukasi dan semangat juang.
Pembaca pertama sangat memahami adanya ironi dalam film yang sangat
banyak. Pembaca tersebut dapat menilai adanya unsur menyedihkan dan
menyenangkan dalam film Laskar Pelangi seperti ketika Lintang ingin berangkat ke
sekolah namun harus bertemu dengan buaya dan harus menunggu buaya itu menepi
dan ketika bapak Lintang meninggal dunia sehingga hal tersebut menimbulkan ironi.
Pembaca pertama cukup menikmati unsur yang menegangkan dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menjabarkan mengenai adanya beberapa
peristiwa yang menegangkan seperti ketika Lintang mau berangkat sekolah dan
bertemu dengan buaya, begitu juga ketika berangkat lomba cerdas-cermat.
Pembaca pertama sangat menyukai karakteristik formal film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut menjabarkan bahwa film Laskar Pelangi merupakan sebuah
gambaran tentang kurangnya perhatian pemerintah dalam hal pendidikan di pelosok-
pelosok negeri yang kualitas pendidikannya masih rendah.
Pembaca pertama cukup menyukai dalam hal tantangan intelektual yang
mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut terhadap film Laskar
114
Pelangi. Pembaca tersebut juga cukup memahami mengenai penggunaan bahasa
ilmiah yang dimunculkan dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca kedua jenis kelamin laki-laki dengan alamat Boyolali. Pembaca
kedua memiliki tingkat pemahaman dalam hal ketajaman analisis dan penilaian
secara keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi dengan sangat baik. Pembaca
tersebut berpendapat bahwa tema film yang diangkat dalam film Laskar Pelangi itu
sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari jadi dapat memaknainya secara sederhana
dan dapat menangkapnya secara mudah.
Pembaca kedua memahami gagasan atau tema dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut dapat memaparkan bahwa tema dalam film Laskar Pelangi
tergambar dengan sangat jelas bahwa tema yang diangkat adalah tema pendidikan.
Pembaca kedua sangat memahami makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat
ruang dan waktu. Pembaca tersebut dapat menjelaskan bahwa pendidikan tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu, jadi ketika film Laskar Pelangi ditampilkan sekarang
atau di masa depan, yang diangkat tetap sama yaitu mengenai pendidikan.
Pembaca kedua cukup memahami penggunaan bahasa yang terampil dalam
film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut memahami bahwa film Laskar Pelangi
menggunakan perpaduan bahasa daerah dan Bahasa Indonesia yang disampaikan
sehingga tentu ada satu ketertarikan tersendiri sebagai penikmat film untuk
menikmati bahasa yang digunakan dalam film tersebut.
115
Pembaca kedua sedang dalam memahami pengembangan yang jelas dan
organisasi plot yang cukup baik dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut
mengatakan bahwa ada bagian demi bagian alur yang tidak runtut.
Pembaca kedua sedang dalam mempercayai keaslian dan memberikan
perspektif yang berbeda dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa
aspek film yang berhubungan dengan latar budayanya adalah latar buatan jadi tidak
maksimal dan tidak sepenuhnya seperti pada zaman Andrea Hirata ketika masih
sekolah.
Pembaca kedua sangat terlibat secara emosional dengan watak dan tindakan
tokoh dalam film. Pembaca tersebut merasakan adanya suatu ketertarikan emosional
yang dibawakan dalam film Laskar Pelangi sehingga pembaca tersebut ikut terbawa
suasana.
Pembaca kedua sangat memahami teknik naratif dalam film yang sangat
terampil. Pembaca tersebut berpendapat bahwa narasi dalam film Laskar Pelangi
mampu membawa pembaca untuk terhanyut.
Pembaca kedua sangat memahami karakter kemanusiaan yang dapat dikenali.
Pembaca tersebut menjabarkan bahwa karakter dalam film Laskar Pelangi mudah
untuk dikenali sehingga unsur ceritanya secara keseluruhan dapat ditangkap.
Pembaca kedua kurang memahami adanya tindakan yang terbatas dan
berlangsung dengan cepat dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai
adanya pengemasan yang lebih ringkas sehingga terkadang ada unsur-unsur yang
seharusnya dimasukan, terpotong, dan ada yang timpang.
116
Pembaca kedua sangat memahami tingkat kerumitan film Laskar Pelangi.
Sekalipun film tersebut mengusung tema pendidikan, akan tetapi di dalamnya juga
mengandug unsur-unsur kemanusiaan.
Pembaca kedua cukup memahami makna dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut mampu menilai bahwa film Laskar Pelangi mengangkat tema
tentang pendidikan sehingga sangat dekat dengan kehidupannya sehari-hari.
Pembaca kedua memahami struktur dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren. Pembaca tersebut dapat menjelaskan mengenai sturktur film
yaitu tentang penggabungan unsur-unsur yang ada di Belitung, baik itu tentang
bahasa, sudut kota-kota lamanya, dan segala kondisi yang ada di sana.
Pembaca kedua memiliki tingkat kepercayaan terhadap isi dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa film Laskar Pelangi dinilai seluruhnya
terpercaya.
Pembaca kedua sangat memahami dalam hal pengandalan imaji yang tinggi
untuk menikmati film Laskar Pelangi. Penggambaran cerita dalam film tersebut
memunculkan analogi tentang kondisi Pulau Belitung.
Pembaca kedua sangat memahami pokok persoalan film dalam hal
menyenangkan yang dinilai sangat jelas. Pembaca tersebut menilai bahwa peristiwa-
peristiwa dalam film Laskar Pelangi sangat menginspirasi karena adanya kemauan
yang gigih dari para anggota Laskar Pelangi.
Pembaca kedua sangat tertarik dalam hal aspek film yang menarik perhatian.
Pembaca tersebut berpendapat bahwa film Laskar Pelangi menggambarkan
117
pendidikan yang sederhana dengan fasilitas yang seadanya, tetapi justru mampu
mengangkat makna filosofi tentang pendidikan.
Pembaca kedua sangat memahami dalam hal ironi dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut menilai bahwa inilah ironi dari pendidikan di Indoensia ketika
kesenjangan antara pendidikan di kota dan di daerah yang sangat jauh karena di kota
memiliki fasislitas mewah dan di daerah digambarkan seperti kondisi dalam film
tersebut.
Pembaca kedua cukup memahami adanya unsur yang menegangkan dalam
film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjelaskan mengenai adanya beberapa
peristiwa yang menegangkan sehingga berdampak pada diri pembaca.
Pembaca kedua menyukai karakteristik formal dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut menyukai narasi film yang sangat baik, penggunaan latar, dan
penggambaran tokoh-tokohnya dengan karakter yang jelas.
Pembaca kedua sangat tetantang dalam hal memberikan tantangan intelektual
yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut terhadap film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa film Laskar Pelangi menunjukkan
bahwa kaum intelektual harus mampu menganalisis lebih lanjut dan membantu
pendidikan di Indonesia agar kualitasnya merata.
Pembaca ketiga jenis kelamin perempuan dengan tempat tinggal di Madiun.
Pembaca tersebut memiliki tingkat pemahaman dan ketajaman analisis secara
keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi secara baik. Pembaca tersebut dapat
118
memahami pesan yang ingin disampaikan tentang perjuangan dalam dunia
pendidikan yang dapat ditangkap oleh penonton dengan baik.
Pembaca ketiga sangat memahami gagasan atau tema dalam film yang sangat
jelas. Melalui tokoh Lintang, pembaca tersebut mampu menjelaskan bahwa film
Laskar Pelangi adalah film yang mengangkat masalah perjuangan dalam hal
pendidikan.
Pembaca ketiga sangat memahami makna dan daya tarik dalam film yang
dapat dinikmati di manapun, kapanpun, dan oleh siapapun. Pembaca tersebut
berpendapat bahwa makna dan tema dalam film Laskar Pelangi tidak berubah yang
menggambarkan tingkat pemahamannya terhadap film Laskar Pelangi.
Pembaca ketiga cukup memahami penggunaan bahasa yang terampil dalam
film Laskar Pelangi. Menurutnya bahasa yang digunakan dalam film tersebut cukup
membuat penonton jelas dalam menangkap maksud inti cerita.
Pembaca ketiga kurang memahami dalam hal pengembangan yang jelas dan
organisasi plot yang cukup baik dalam film Laskar Pelangi. Menurutnya hanya ruang
lingkup pendidikan saja yang diangkat melalui tokoh-tokoh dalam film tersebut.
Pembaca ketiga sangat memahami keaslian dan mampu memberikan penilaian
terhadap perspektif yang berbeda dalam film Laskar Pelangi. Menurutnya film
tersebut hadir dengan membawa tema yang berbeda dari film yang lain, dan film
tersebut menyediakan ide cerita yang baru.
Pembaca ketiga sangat terlibat secara emosional dengan watak dan tindakan
tokoh dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut bisa merasakan bahwa masih
119
banyak di sekitarnya anak-anak yang membutuhkan pendidikan secara layak, seperti
yang digambarkan dalam cerita film Laskar Pelangi.
Pembaca ketiga cukup memahami kecakapan teknik naratif dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut mampu memahami pembahasan dalam film Laskar
Pelangi yang cukup menarik, membawa pesan yang jelas, dan menghibur.
Pembaca ketiga sangat memahami permasalahan karakter kemanusiaan dalam
film Laskar Pelangi. Menurutnya lakon dalam film tersebut dijelaskan dengan baik
tetapi ada beberapa yang masih kurang.
Pembaca ketiga kurang memahami adanya tindakan yang terbatas dan
berlangsung dengan cepat dalam film Laskar Pelangi. Menurutnya ada beberapa
bagian cerita yang hanya mendramatisir jalannya cerita.
Pembaca ketiga cukup memahami alur cerita dalam film Laskar Pelangi.
Menurutnya plot atau alur cerita dalam film tersebut cukup mampu menggambarkan
dunia pendidikan yang begitu kompleks.
Pembaca ketiga sangat memahami makna dalam film Laskar Pelangi.
Menurutnya film tersebut sangat mewakili dalam menceritakan perjuangan dunia
pendidikan di daerah pinggiran.
Pembaca ketiga memahami struktur cerita dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren dengan sangat baik dalam film Laskar Pelangi. Pembaca
tersebut mampu memahami peristiwa-peristiwa dalam film yang saling berhubungan
secara runtut.
120
Pembaca ketiga memiliki cukup kepercayaan terhadap kandungan isi dalam
film Laskar Pelangi. Menurutnya tema film tersebut adalah cerita asli yang
berdasarkan pada pengalaman asli dari penulis.
Pembaca ketiga sangat memahami dalam hal pengandalan imaji untuk
menyaksikan film Laskar Pelangi. Menurutnya pengimajinasian tokoh-tokoh dalam
film tersebut cukup menarik untuk dicermati.
Pembaca ketiga sangat menyukai pokok persoalan film yang menyenangkan.
Menurutnya dengan menyaksikan film tersebut mampu membuatnya prihatin
mengenai dunia pendidikan di Indonesia.
Pembaca ketiga sangat tertarik dalam hal unsur-unsur film yang menarik
perhatian. Menurutnya film tersebut berani mengangkat tema yang segar atau baru
dan berbeda dari cerita yang lain.
Pembaca ketiga sangat memahami ironi dalam film yang menurutnya sangat
banyak. Pembaca tersebut mengatakan bahwa ada peristiwa yang menyedihkan
mengenai perjuangan anak-anak Laskar Pelangi dalam mengejar pendidikan.
Pembaca ketiga cukup menyukai unsur-unsur yang menegangkan dalam film
Laskar Pelangi. Menurutnya unsur-unsur menegangkan yang dihadirkan dalam film
tersebut cukup mendramatisir suasana film.
Pembaca ketiga sangat menyukai karakteristik formal yang berupa aspek-
aspek tekstual dalam film Laskar Pelangi. Menurutnya film tersebut memiliki
karakter yang menarik.
121
Pembaca ketiga sangat tertantang dalam hal memberikan tantangan intelektual
yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut terhadap film
Laskar Pelangi. Menurutnya film tersebut menantang penonton untuk menyelami
tema yang dimunculkan dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca keempat jenis kelamin perempuan dengan alamat Sukoharjo.
Pembaca tersebut sangat memahami tingkat pemahaman dan ketajaman analisis
bahwa penilaian terhadap keseluruhan film Laskar Pelangi dinilai sangat baik.
Pembaca keempat menilai bahwa film Laskar Pelangi mengandung gagasan
yang jelas. Pembaca tersebut sangat memahami gagasan atau tema film tersebut
dengan sangat jelas karena pesan yang ingin disampaikan sutradara tervisualisasikan
secara jelas dan dapat tersampaikan kepada penonton.
Pembaca keempat sangat memahami makna dan daya tarik dalam film Laskar
Pelangi. Menurutnya film tersebut menggambarkan pengalaman masa kecil penulis
yang dapat diambil pelajaran dalam setiap kehidupannya dan seperti cerita Bu
Muslimah yang penuh semangat hingga kini pun masih bisa dijumpai Bu Muslimah
yang lain pada zaman sekarang.
Pembaca keempat cukup memahami dalam penggunaan bahasa yang terampil
dalam film Laskar Pelangi. Menurutnya film tersebut menggunakan bahasa asli
Belitung yang terdengar kurang umum.
Pembaca keempat memahami dalam hal pengembangan yang jelas dan
organisasi plot yang cukup baik. Pembaca tersebut menilai bahwa alur cerita dalam
film Laskar Pelangi terlihat runtut dan tidak membingungkan.
122
Pembaca keempat sangat menyukai keaslian dan dalam hal memberikan
perspektif yang berbeda dalam film Laskar Pelangi. Menurutnya hal itu terjadi
karena diambil dari pengalaman pribadi penulis dengan latar sosial budaya di daerah
asal yang baru, berbeda, dan muncul ketika karya-karya sastra populer seperti teenlet
yang merebak di dunia kesusastraan Indonesia.
Pembaca keempat sangat terlibat secara emosional dengan watak dan tindakan
tokoh dalam film Laskar Pelangi. Menurutnya cerita dalam film tersebut terasa
sangat nyata seperti kehidupan anak-anak pada umumnya.
Pembaca keempat cukup memahami dalam kecakapan teknik naratif film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menjabarkan bahwa penceritaan film
tersebut runtut dan mudah dipahami.
Pembaca keempat sedang dalam hal menilai karakter kemanusiaan yang dapat
dikenali. Pembaca tersebut dapat menilai bahwa ekspresi dan tindakan tokoh-tokoh
dalam film Laskar Pelangi itu jelas.
Pembaca keempat cukup baik dalam memahami adanya tindakan yang
terbatas dan berlangsung dengan cepat dalam film Laskar Pelangi. Menurutnya film
tersebut terasa pas dalam penggunaan percakapan-percakapannya.
Pembaca keempat cukup dalam hal memahami film yang dinilai cukup
kompleks. Pembaca tersebut dapat menjabarkan bahwa permasalahan yang diangkat
dalam film yaitu tentang pendidikan, penuh pengorbanan dalam mengatasinya.
123
Pembaca keempat cukup memahami makna dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut dapat menyampaikan bahwa maksud atau pesan yang ingin
disampaikan melalui film Laskar Pelangi bisa dimengerti.
Pembaca keempat memahami struktur dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren dengan baik. Pembaca tersebut dapat menjabarkan bahwa
struktur dalam film Laskar Pelangi cukup runtut dan tidak membingungkan.
Pembaca keempat cukup mempercayai terhadap kandungan isi dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca keempat berpendapat bahwa masih terdapat bukti-bukti
nyata sehubungan dengan isi dalam film tersebut yang sampai sekarang masih bisa
dilihat meski sudah mengalami perubahan.
Pembaca keempat sedang dalam hal mengandalkan imaji untuk memahami isi
dalam film Laskar Pelangi. Pembaca keempat menilai bahwa film tersebut
berdasarkan kisah nyata sehingga isi cerita dalam film Laskar Pelangi tergolong
realis.
Pembaca keempat sedang dalam hal memahami pokok persoalan film dalam
hal menyenangkan. Pembaca tersebut cukup mampu menjabarkan bahwa setiap
adegan tokoh terasa begitu nyata dan tidak dibuat-buat.
Pembaca keempat sangat tertarik dalam hal film yang menarik perhatian.
Pembaca tersebut mengemukakan bahwa tema yang diangkat dalam film Laskar
Pelangi baru dengan latar sosial budayanya belum pernah dijumpai sebelumnya.
124
Pembaca keempat sangat memahami banyaknya ironi yang dimiliki oleh film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menilai bahwa seperti kasus adanya Tuk
Bayan Tula dan sosok Bu Muslimah, mengandung arti lain di balik semua itu.
Pembaca keempat cukup memahami unsur yang menghadirkan efek
menegangkan dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut bisa menjabarkan bahwa
saat di perjalanan bertemu buaya ketika mau berangkat lomba cerdas-cermat terasa
mistis dan penuh tantangan.
Pembaca keempat cukup menyukai dalam hal karakteristik formal yang
berupa aspek tekstual dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa
penyajian film tersebut bagus.
Pembaca keempat cukup tertantang dalam hal memberikan tantangan
intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut
terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menilai bahwa film Laskar
Pelangi cukup mengandung nilai moral untuk dikaji dan diterapkan oleh generasi
muda agar memiliki nilai moral yang baik.
Pembaca kelima jenis kelamin perempuan dengan alamat Karanganyar.
Pembaca tersebut memiliki tingkat pemahaman dan ketajaman analisis mengenai
penilaian terhadap keseluruhan film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut mampu
menjabarkan bahwa amanat yang ingin disampaikan oleh penulis maupun sutradara
dalam film Laskar Pelangi dapat tersampaikan dengan baik.
125
Pembaca kelima sangat memahami gagasan atau tema dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut dapat menjabarkan bahwa tema yang diangkat dalam film
Laskar Pelangi adalah tema tentang pendidikan yang mudah untuk dipahami.
Pembaca kelima sangat memahami makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat
ruang dan waktu dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat mengungkapkan
bahwa tema yang diangkat dalam film tersebut adalah tentang pendidikan dan sampai
kapanpun film tersebut tetap bertemakan tentang pendidikan.
Pembaca kelima sangat memahami mengenai penggunaan bahasa yang
terampil dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menjelaskan bahwa
meskipun penggunaan bahasa dengan menggunakan logat maupun dialek Belitung,
tetapi menurutnya penggunaan bahasa dalam film Laskar Pelangi masih bisa
dipahami.
Pembaca kelima sangat memahami dalam hal pengembangan yang jelas dan
organisasi plot yang cukup baik. Pembaca tersebut dapat menjelaskan bahwa alur
atau plot dalam film tersebut berurutan.
Pembaca kelima meyakini keaslian dan menilai bahwa film Laskar Pelangi
memberikan perspektif yang berbeda. Pembaca tersebut dapat menjelaskan bahwa
cerita tersebut diangkat dari pengalaman pribadi penulis sehingga diyakini akan
keasliannya.
Pembaca kelima sangat terlibat secara emosional dengan watak dan tindakan
tokoh dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menjelaskan adanya
beberapa peristiwa yang mampu menumbuhkan keterlibatan emosional seperti dalam
126
lomba cerdas-cermat ketika jawaban yang dikemukakan Lintang adalah benar, tetapi
dinyatakan salah oleh juri.
Pembaca kelima cukup memahami kecakapan teknik naratif dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca kelima dapat menjelaskan mengenai kepintaran narator
yang menceritakan kondisi tentang Belitung.
Pembaca kelima sangat memahami karakter kemanusiaan yang dapat dikenali
dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut berpendapat bahwa dengan
mengangkat tema pendidikan yang kondisi masyarakatnya jauh dari kemapanan,
menjelaskan bahwa film Laskar Pelangi bisa dijadikan sebagai sebuah patokan bagi
kondisi pendidikan di Indonesia, terutama di daerah terpencil.
Pembaca kelima cukup memahami adanya tindakan yang terbatas dan
berlangsung dengan cepat dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut berpendapat
mengenai adanya beberapa peristiwa dalam novel yang diceritakan dengan cukup
jelas tetapi dalam film tersebut ditampilkan dengan cukup cepat.
Pembaca kelima cukup memahami aspek film yang kurang kompleks.
Pembaca tersebut menilai dengan tema tentang pendidikan yang diangkat, seharusnya
film tersebut masih bisa mengangkat lebih banyak lagi mengenai berbagai
permasalahan yang bisa dimunculkan.
Pembaca kelima sangat memahami makna dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut dapat menilai bahwa pesan yang ingin disampaikan dari film
tersebut tersampaikan dengan baik, yaitu tentang pendidikan.
127
Pembaca kelima sangat memahami struktur dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut sangat
memahami bahwa unsur-unsur instrinsik dalam film Laskar Pelangi saling berkaitan.
Pembaca kelima cukup percaya terhadap isi dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut berpendapat bahwa film Laskar Pelangi diangkat dari pengalaman
pribadi yang bisa dipercaya oleh pembacanya.
Pembaca kelima sedang dalam hal mengandalkan imaji ketika menyaksikan
film Laskar Pelangi. Pembaca tesebut berpendapat bahwa film Laskar Pelangi
menampilkan pengalaman pribadi sehingga tidak memberikan banyak efek yang
membutuhkan imajinasi untuk memahaminya.
Pembaca kelima sangat menyukai pokok persoalan film yang menyenangkan
dengan sangat baik. Pembaca tersebut dapat menjabarkan bahwa film Laskar Pelangi
mengandung motivasi dan banyak hal yang menyentuh.
Pembaca kelima sangat tertarik terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca
tersebut berpendapat bahwa tema yang diangkat dalam film Laskar Pelangi adalah
tentang pendidikan.
Pembaca kelima sangat memahami banyaknya kandungan ironi dalam film
Laskar Pelangi yang ia nilai sangat banyak. Pembaca tersebut dapat menjabarkan
bahwa kondisi film yang memprihatinkan dalam film tersebut merupakan
pengalaman hidup secara nyata dari pengarangnya.
Pembaca kelima cukup merasakan unsur yang menegangkan dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut mengatakan hanya sedikit peristiwa yang
128
menegangkan dalam film tersebut, yaitu hanya pada bagian cerdas-cermat dan bagian
akhir dari film.
Pembaca kelima cukup menyukai karakteristik formal film Laskar Pelangi
yang berupa aspek-aspek tekstual dalam film. Pembaca tersebut berpendapat bahwa
tema dan alur dari film tersebut cukup jelas.
Pembaca kelima sangat tertantang dalam hal memberikan tantangan
intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut
terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai adanya unsur penggunaan
bahasa yang menggabungkan antara bahasa asli dengan Bahasa Indonesia sehingga
membutuhkan pemahaman yang lebih.
Pembaca keenam jenis kelamin laki-laki dengan alamat Solo Baru, Sukoharjo.
Pembaca tersebut memiliki tingkat pemahaman dan ketajaman analisis mengenai
penilaian terhadap keseluruhan film Laskar Pelangi dengan sangat baik. Pembaca
tersebut berpendapat bahwa meski banyak hal yang diangkat dalam film Laskar
Pelangi tetapi misi utama yang diusung yaitu tentang pendidikan tidak teralihkan.
Pembaca keenam sangat memahami gagasan atau tema dalam film tersebut
dengan sangat jelas. Pembaca tersebut dapat mengungkapkan bahwa gagasan dalam
film Laskar Pelangi tanpa harus mencari-cari atau memahami isi dari film tersebut
dengan mudah sudah diketahui bahwa yang diangkat adalah pendidikan.
Pembaca keenam sangat memahami makna dan daya tarik dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut berpendapat bahwa kondisi pendidikan di Indonesia pada
129
umumnya dari dulu hingga sekarang tidak banyak yang berubah, seperti yang
tergambarkan pada film Laskar Pelangi.
Pembaca keenam cukup memahami mengenai penggunaan bahasa dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut mengatakan bahwa meskipun film Laskar Pelangi
mengunakan dialek Melayu Belitung, tetapi setiap penonton masih dapat memahami
isinya dengan baik.
Pembaca keenam sangat memahami pengembangan yang jelas dan organisasi
plot yang baik dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menjabarkan
bahwa dalam alur film Laskar Pelangi tidak ada kerancuan dan tertata rapi.
Pembaca keenam sangat memahami bahwa film Laskar Pelangi sangat asli
dalam memberikan perspektif yang segar dan berbeda. Pembaca tersebut dapat
memahami latar atau setitng dalam film Laskar Pelangi yang mengambil lokasi asli
dari cerita yaitu di Belitong.
Pembaca keenam sangat terlibat secara emosional dengan watak dan tindakan
tokoh dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut berpendapat bahwa ketika ada
adegan-adegan yang mungkin tegang atau lucu maka langsung berekspresi tanpa
harus berpikir terlebih dahulu.
Pembaca keenam cukup memahami kecakapan teknik naratif yang terampil
dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut berpendapat bahwa keunikan narasi
film Laskar Pelangi tidak hanya terbatas pada dialognya saja karena juga melibatkan
prolog dari tokoh Ikal yang menceritakan kondisi yang ada dalam film tersebut.
130
Pembaca keenam sangat memahami karakter kemanusiaan yang dapat
dikenali dengan sangat jelas dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat
menilai bahwa pada dasarya film ini adalah sebuah film yang realis dan benar-benar
bisa dikatakan berasal dari fakta.
Pembaca keenam cukup memahami adanya tindakan yang terbatas dan
berlangsung dengan cepat yang dinilai agak lamban dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut menilai bahwa perpindahan alur dalam film Laskar Pelangi yang
cukup cepat masih bisa dinalar dengan logika.
Pembaca keenam memiliki penilaian terhadap film Laskar Pelangi yang
cukup sederhana. Pembaca tersebut menilai bahwa film Laskar Pelangi pada awalnya
berawal dari fakta dan tidak terkesan dibuat-buat.
Pembaca keenam sangat memahami makna dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut mengatakan bahwa tidak ada kerancuan dalam jalan cerita yang ada
dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca keenam cukup memahami struktur dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren yang dinilai dengan baik dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut cukup meyakini bahwa kondisi yang diangkat dalam film Laskar
Pelangi memang sinkron terhadap keadaan saat itu.
Pembaca keenam cukup percaya terhadap isi dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut cukup yakin bahwa pada bagian akhir film, diberi bukti-bukti
autentik tentang adanya buaya yang begitu besar, terus tentang foto-foto asli yang
dimiliki oleh Ikal.
131
Pembaca keenam sangat memahami dalam pengandalan imaji dalam film
Laskar Pelangi yang ia nilai tidak sama sekali dibutuhkan untuk memahaminya.
Pembaca tersebut menilai bahwa film Laskar Pelangi adalah film yang realis.
Pembaca keenam sangat menyukai pokok persoalan film dalam hal
menyenangkan yang dinilai sangat jelas. Pembaca tersebut dapat menjabarkan bahwa
film tersebut sangat jelas dalam menggambarkan keadaan yang sangat menyenangkan
dan itu sangat enak untuk ditonton oleh para penonton.
Pembaca keenam sangat tertarik dalam hal aspek film yang menarik perhatian
terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjelaskan bahwa pada awalnya
sudah membaca novelnya dan mengganggap novelnya itu bagus.
Pembaca keenam cukup memahami mengenai ironi dalam film yang dinilai
sedang. Pembaca tersebut menilai walaupun cerita dalam film Laskar Pelangi berasal
dari masalah yang biasa dijumpai, tetapi terasa kompleks dan mengejutkan prediksi
pembaca.
Pembaca keenam sedikit memahami unsur yang menegangkan dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut hanya menilai adanya beberapa peristiwa
menegangkan yang muncul dalam film namun tetap menghadirkan ketegangan seperti
yang dialami oleh para tokoh.
Pembaca keenam cukup menyukai karakteristik formal dalam film Laskar
Pelangi yang berupa aspek-aspek tekstual. Pembaca tersebut menilai banyaknya
istilah-istilah yang dimunculkan oleh penulis yang memicu pembaca untuk berpikir.
132
Pembaca keenam cukup tertantang dalam hal memberikan tantangan
intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut
terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjabarkan bahwa amanat dari film
Laskar Pelangi tentang pendidikan itu langsung memberi potret bahwa pendidikan di
Indonesia dari dulu sampai sekarang itu tetap sama saja.
Pembaca ketujuh jenis kelamin laki-laki dengan alamat di Rembang. Pembaca
tersebut memiliki tingkat pemahaman dan ketajaman analisis mengenai penilaian
terhadap keseluruhan film Laskar Pelangi dengan sangat baik. Pembaca ketujuh
menilai bahwa keseluruhan isi dalam novel dituangkan ke dalam film.
Pembaca ketujuh sangat memahami gagasan atau tema film tersebut dengan
sangat jelas. Pembaca tersebut memahami bahwa film Laskar Pelangi mengangkat
dan menyoroti tentang pendidikan yang ada di daerah Belitung.
Pembaca ketujuh sangat memahami makna dan daya tarik tertentu tanpa
terikat ruang dan waktu dalam film. Pembaca tersebut menilai bahwa kondisi
pendidikan di Indonesia terutama di luar pulau Jawa dari dulu hingga sekarang tidak
banyak yang berubah.
Pembaca ketujuh cukup memahami penggunaan bahasa yang terampil dalam
film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa penggunaan dua bahasa yaitu
Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu dalam film Laskar Pelangi dapat saling
melengkapi secara baik.
133
Pembaca ketujuh memahami pengembangan yang jelas dan organisasi plot
yang cukup baik terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menilai
bahwa alur dalam film Laskar Pelangi kurang rapi.
Pembaca ketujuh sangat memahami keaslian dan memberikan perspektif yang
berbeda dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menjelaskan bahwa film
Laskar Pelangi menggambarkan kondisi yang sangat nyata dari daerah Belitung.
Pembaca ketujuh sangat terlibat secara emosional dengan watak dan tindakan
tokoh dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut mengatakan bahwa watak dan
tindakan tokoh dalam film Laskar Pelangi sangat menyentuh dan menginspirasi.
Pembaca ketujuh cukup memahami kecakapan teknik naratif dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa segi naratif film Laskar Pelangi
tidak membosankan.
Pembaca ketujuh sangat memahami karakter kemanusiaan yang dapat dikenali
dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menilai bahwa rasa kemanusiaan
tokoh-tokoh dalam film Laskar Pelangi sangat tinggi.
Pembaca ketujuh menyukai adanya tindakan yang terbatas dan berlangsung
dengan cepat dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut berpendapat mengenai
adanya beberapa perbedaan penceritaan atara novel dan film yang dipersingkat.
Pembaca ketujuh cukup memahami tingkat kerumitan cerita dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat memahami permasalahan yang diangkat
dalam film Laskar Pelangi yang sangat banyak.
134
Pembaca ketujuh cukup memahami makna dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut merasakan adanya keterlibatan secara emosional terhadap watak
dan tindakan tokoh dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca ketujuh memahami struktur dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa
sutradara film tersebut memperhatikan hal-hal yang sederhana dalam film.
Pembaca ketujuh cukup percaya terhadap isi dalam film. Pembaca tersebut
menilai bahwa penggambaran dalam film Laskar Pelangi sesuai dengan kondisi nyata
yang ada di Belitung.
Pembaca ketujuh cukup memahami pengandalan imaji dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut cukup memahami adanya tindakan tokoh dalam film yang
tidak mencerminkan kondisi umur mereka sehingga kurang relevan.
Pembaca ketujuh sangat menyukai pokok persoalan film dalam hal
menyenangkan. Pembaca tersebut dapat menilai bahwa film Laskar Pelangi
mengandung motivasi dan memiliki banyak hal yang menyentuh.
Pembaca ketujuh sangat tertarik dalam hal unsur-unsur film yang menarik
perhatian dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa narasi film
Laskar Pelangi bagus sehingga isi novel dapat tercairkan dalam film.
Pembaca ketujuh sangat memahami adanya ironi dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut dapat menjelaskan bahwa kondisi pendidikan di Indonesia sangat
tidak berimbang antara pulau Jawa dan luar Jawa.
135
Pembaca ketujuh cukup memahami unsur-unsur yang menegangkan dalam
film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut mengatakan bahwa banyak peristiwa yang
menegangkan dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca ketujuh cukup menyukai karakteristik formal yang berupa aspek-
aspek tekstual dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut berpendapat bahwa film
Laskar Pelangi sangat kental dalam memunculkan budaya dan kondisi masyarakat
Belitung yang khas.
Pembaca ketujuh cukup tertantang dalam hal memberikan tantangan
intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut
terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjelaskan bahwa untuk
memahami isi film secara maksimal, harus ada analisis lebih lanjut terhadap
tindakan-tindakan tokoh dalam film tersebut.
Pembaca kedelapan jenis kelamin laki-laki dengan alamat Tangerang.
Pembaca tersebut memiliki tingkat pemahaman dan ketajaman analisis mengenai
penilaian terhadap keseluruhan film Laskar Pelangi dengan sangat baik. Pembaca
kedelapan dapat menilai bahwa keseluruhan isi dalam film tersebut sangat menarik
perhatian.
Pembaca kedelapan sangat memahami gagasan atau tema dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut berpendapat bahwa isi cerita dalam film Laskar Pelangi
diangkat dari realita.
Pembaca kedelapan sangat memahami adanya makna dan daya tarik tertentu
tanpa terikat ruang dan waktu dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai
136
bahwa tema utama yaitu tentang pendidikan dari dulu sampai sekarang kondisinya
masih relatif sama.
Pembaca kedelapan cukup memahami penggunaan bahasa yang terampil
dalam film Laskar Pelangi. Pembaca kedelapan menjelaskan bahwa penggunaan dua
bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Belitong dalam film tersebut dapat
dipadukan dengan baik.
Pembaca kedelapan cukup memahami pengembangan yang jelas dan
organisasi plot yang baik dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjelaskan
bahwa alur dalam film Laskar Pelangi hanya berada dalam latar yang terbatas.
Pembaca kedelapan cukup dalam hal menilai keaslian dan memberikan
perspektif yang berbeda dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa
model film seperti Laskar Pelangi sudah ada sebelumnya di Indonesia.
Pembaca kedelapan cukup merasakan keterlibatan emosional dengan watak
dan tindakan tokoh dalam film Laskar Pelangi. Menurutnya ada perwatakan tokoh
dalam film yang sesuai dengan dirinya.
Pembaca kedelapan sangat menyukai kecakapan teknik naratif dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa narasi film Laskar Pelangi sangat
terampil karena faktor kemahiran dari penulis maupun sutradaranya.
Pembaca kedelapan sedang dalam hal memahami karakter kemanusiaan yang
dapat dikenali dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa karakter
kemanusiaan film tersebut tidak terlalu menonjol.
137
Pembaca kedelapan cukup memahami adanya tindakan yang terbatas dan
berlangsung dengan cepat dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat
menilai adanya peristiwa-peristiwa yang muncul secara spontan dalam film tersebut.
Pembaca kedelapan sangat memahami adanya tingkat kerumitan film yang
sangat kompleks. Pembaca tersebut menilai bahwa film Laskar Pelangi mampu
mengangkat kondisi budaya masyarakat asli dalam film tersebut.
Pembaca kedelapan cukup memahami adanya makna dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa film Laskar Pelangi mengangkat kondisi
pendidikan di Indonesia secara nyata.
Pembaca kedelapan memahami struktur dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa
struktur film Laskar Pelangi tertata cukup baik.
Pembaca kedelapan cukup percaya terhadap isi dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut menjelaskan bahwa film Laskar Pelangi diangkat dari novel Laskar
Pelangi.
Pembaca kedelapan cukup memahami pengandalan imaji dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut menilai munculnya suatu peristiwa dalam film yang
membutuhkan imajinasi untuk mengikuti alur cerita.
Pembaca kedelapan cukup memahami pokok persoalan film dalam hal
menyenangkan. Pembaca tersebut menilai bahwa film Laskar Pelangi dapat
memberikan motivasi.
138
Pembaca kedelapan sangat tertarik terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca
tersebut menjelaskan bahwa cerita film dengan novel Laskar Pelangi itu sangat sesuai
dan sama-sama memberikan motivasi.
Pembaca kedelapan cukup memahami ironi dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut menilai adanya unsur menyedihkan dan menyenangkan dalam film
Laskar Pelangi.
Pembaca kedelapan sedikit memahami unsur yang menegangkan dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjelaskan bahwa dalam film Laskar Pelangi
hanya ada beberapa peristiwa yang menegangkan.
Pembaca kedelapan cukup menyukai karakteristik formal film yang berupa
aspek-aspek tekstual dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa
tokoh, aktor pendukung, latar, dan suasana dalam film tersebut yang sangat menarik.
Pembaca kedelapan cukup tertantang dalam hal memberikan tantangan
intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut
terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjelaskan bahwa untuk
memahami film Laskar Pelangi membutuhkan imajinasi yang cukup tinggi.
Pembaca kesembilan jenis kelamin perempuan dengan tempat tinggal di
Karanganyar. Pembaca tersebut memiliki tingkat pemahaman dan ketajaman analisis
mengenai penilaian terhadap keseluruhan film Laskar Pelangi dengan sangat baik.
Pembaca tersebut menilai bahwa dari awal hingga akhir film Laskar Pelangi isinya
mendidik jadi semua kalangan bisa menerimanya.
139
Pembaca kesembilan sangat memahami gagasan atau tema dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut memberikan penilaian mengenai film Laskar Pelangi dan
ingin menyampaikan gagasan bahwa pendidikan yang baik adalah seperti dalam film
tersebut.
Pembaca kesembilan sangat memahami makna dan daya tarik tertentu tanpa
terikat ruang dan waktu dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjelaskan
bahwa hal itu bisa diketahui dan bisa dilihat di mana pun dan kapan pun karena
memang pendidikan selalu berkelanjutan.
Pembaca kesembilan cukup memahami penggunaan bahasa yang terampil
dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut dapat menjelaskan bahwa kolaborasi
bahasa antara bahasa daerahnya dan Bahasa Indonesia pada film tersebut cukup
bagus.
Pembaca kesembilan cukup memahami dalam pengembangan yang jelas dan
organisasi plot dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjelaskan bahwa plot
yang ditampilkan dalam film Laskar Pelangi melompat-lompat atau tidak runtut.
Pembaca kesembilan sangat memahami keaslian dan memberikan perspektif
yang berbeda dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa film
Laskar Pelangi latar ceritanya masih sangat alami dan begitu sederhana sehingga
kelihatan seperti tempat asli dan seakan tidak ada rekayasa.
Pembaca kesembilan cukup merasakan keterlibatan emosional dengan watak
dan tindakan tokoh. Pembaca tersebut merasakan kejadian-kejadian dalam film yang
membuatnya terharu dan seakan terasa benar-benar terlibat dalam hal tersebut.
140
Pembaca kesembilan cukup menyukai kecakapan teknik naratif dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai penceritaan film Laskar Pelangi cukup
terampil terutama dalam hal yang menyenangkan dan dalam hal yang menyedihkan.
Pembaca kesembilan sangat menyukai karakter kemanusiaan yang dapat
dikenali dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa seperti karakter
Bu Muslimah sebagai guru teladan, karakternya sangat jelas dan bisa diteladani.
Pembaca kesembilan kurang menyukai adanya tindakan yang terbatas dan
berlangsung dengan cepat dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai
seharusnya ceritanya cukup panjang, akan tetapi film ini bisa diringkas dengan durasi
yang cepat, dan semuanya bisa terangkum.
Pembaca kesembilan cukup memahami tingkat kerumitan film Laskar Pelangi
yang cukup kompleks. Pembaca tersebut menilai bahwa film Laskar Pelangi cukup
mampu merangkum tentang cerita dan problematika kehidupan tokoh yang
dimunculkan dalam film tersebut.
Pembaca kesembilan cukup memahami makna dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut cukup memahami mengenai makna dan pesan dalam film sehingga
bisa menangkap maksud dari film tersebut.
Pembaca kesembilan memahami struktur dengan keseluruhan elemen yang
terintegrasi dan koheren dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa
perpaduan struktur dan unsur-unsur lain dalam film Laskar Pelangi dapat terintegrasi
dan koheren.
141
Pembaca kesembilan cukup percaya terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca
tersebut menilai bahwa film Laskar Pelangi sesuai dengan problematika pendidikan
di Indonesia dan tidak terlihat adanya penyimpangan-penyimpangan yang ada di
dalam film tersebut.
Pembaca kesembilan sangat memahami dalam pengandalan imaji yang ada
dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjelaskan ketika menyaksikan film
Laskar Pelangi seakan-akan membayangkan dan mempertanyakan mengenai kondisi
Andrea Hirata pada masa lalu yang tergambar seperti dalam diri tokoh Ikal.
Pembaca kesembilan sangat menyukai pokok persoalan film dalam hal
menyenangkan. Pembaca tersebut menjelaskan bahwa kondisi pedesaan dan lautan
yang sangat natural sehingga terasa begitu menyenangkan.
Pembaca kesembilan sangat tertarik dalam hal isi film yang menarik
perhatian. Pembaca tersebut menjelaskan bahwa film dan novelnya itu sangat sesuai.
Pembaca kesembilan sangat memahami ironi dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut menjelaskan bahwa problematika dalam film Laskar Pelangi
merupakan sindiran kepada pemerintah yang kurang memperhatikan kondisi
pendidikan di daerah-daerah.
Pembaca kesembilan cukup memahami unsur yang menegangkan dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjelaskan bahwa ada beberapa peristiwa yang
menegangkan seperti dalam perlombaan cerdas-cermat.
142
Pembaca kesembilan cukup menyukai karakteristik formal dalam film Laskar
Pelangi. Menurutnya karakter yang dimunculkan dalam tokoh-tokoh cukup sesuai
tetapi ada beberapa hal yang tampak direkayasa.
Pembaca kesembilan sangat tertantang dalam hal memberikan tantangan
intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut.
Pembaca tersebut menilai dengan penggabungan Bahasa Indonesia dan bahasa asli
daerah Belitong maka membutuhkan kemampuan intelektual untuk mengetahui dan
memahami arti dari bahasa tersebut.
Pembaca kesepuluh jenis kelamin perempuan dengan alamat di Boyolali.
Pembaca tersebut memiliki tingkat pemahaman dan ketajaman analisis mengenai
penilaian terhadap keseluruhan film Laskar Pelangi dengan baik. Pembaca tersebut
berpendapat bahwa walaupun ada beberapa hal dalam novel yang tidak diangkat ke
dalam film, tetapi amanatnya tetap jelas dan langsung bisa pahami oleh penonton.
Pembaca kesepuluh sangat memahami gagasan atau tema dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa penggambaran dari tema dan amanat dalam
film itu jelas yaitu tentang pendidikan.
Pembaca kesepuluh sangat memahami makna dan daya tarik tertentu tanpa
terikat ruang dan waktu dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa
kondisi pendidikan di Indonesia dari dulu hingga sekarang tetap seperti itu dan ketika
film tersebut ditonton sampai kapanpun tetap sama.
143
Pembaca kesepuluh cukup memahami penggunaan bahasa yang terampil
dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa dengan pilihan kata
yang sederhana maka masyarakat dengan mudah akan mampu mencerna maksudnya.
Pembaca kesepuluh sangat memahami pengembangan yang jelas dan
organisasi plot yang baik dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai
bahwa dengan alur yang jelas maka isi dan pesan yang ingin disampaikan dalam film
Laskar Pelangi dapat tereksplorasi.
Pembaca kesepuluh sangat memahami keaslian dan memberikan perspektif
yang berbeda dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa film ini
berawal dari kisah asli sang penulis yang ditampilkan sebagaimana adanya.
Pembaca kesepuluh sangat terlibat secara emosional dengan watak dan
tindakan tokoh dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjelaskan setelah
melihat film tesebut, melalui karakter tokohnya terasa menggugah dan tidak hanya
sebatas menonton dan hanya lewat dalam ingatan, tetapi sangat membekas.
Pembaca kesepuluh cukup menyukai kecakapan teknik naratif dalam film
tersebut. Menurutnya teknik naratif dalam film Laskar Pelangi tidak berbelit-belit.
Pembaca kesepuluh sedang dalam hal memahami karakter kemanusiaan yang
dapat dikenali dalam film Laskar Pelangi. Menurutnya karakter kemanusiaan yang
diangkat dalam film tersebut adalah tema tentang kehidupan sehari-hari sehingga
karakternya bukan sesuatu yang sulit untuk dipahami.
Pembaca kesepuluh kurang dalam memahami adanya tindakan yang terbatas
dan berlangsung dengan cepat dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai
144
bahwa basa-basi yang dimunculkan pada bagian-bagian tertentu dalam film Laskar
Pelangi cukup banyak sehingga membutuhkan pendeskripsian yang lebih lama.
Pembaca kesepuluh cukup memahami tingkat kerumitan film tersebut yang
cukup kompleks. Pembaca tersebut berpendapat bahwa dengan mengangkat tema
tentang pendidikan yang biasanya orang-orang memulai cita-cita dan perjuangannya,
cukup tergambarkan dalam film tersebut.
Pembaca kesepuluh sangat memahami makna dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut berpendapat bahwa film tersebut mengangkat cerita tentang
kehidupan sehari-hari sehingga lebih mudah dipahami dan efek yang dimunculkan
setelah melihat film atau membaca novelnya terasa mengena dan cukup membekas.
Pembaca kesepuluh cukup memahami struktur dengan keseluruhan elemen
yang terintegrasi dan koheren. Pembaca tersebut menilai bahwa tidak ada
pertentangan latar yang diangkat dan cukup mewakili karakter masyarakat setempat.
Pembaca kesepuluh cukup percaya terhadap isi dalam film Laskar Pelangi.
Pembaca tersebut menilai bahwa sebuah karya sastra selalu diambil dari fakta dengan
penambahan imajinasi seperti halnya film tersebut berusaha mengangkat pengalaman
pribadi yang merupakan fakta sejarahnya dan dikemas dengan imajinasinya.
Pembaca kesepuluh sedang dalam menilai pengandalan imaji film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut berpendapat bahwa film tersebut beralirkan realis
sehingga tidak membutuhkan imajinasi yang kuat untuk memahaminya.
Pembaca kesepuluh sangat menyukai pokok persoalan film dalam hal
menyenangkan. Pembaca tersebut menilai bahwa selain mengambil permasalahan
145
tantang kehidupan sehari-hari, bahasanya mudah dipahami dengan estetika bahasa
yang mampu menghadirkan imajinasi.
Pembaca kesepuluh cukup tertarik dalam hal isi film yang menarik perhatian
dalam film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa selain film tersebut
booming, film Laskar Pelangi yang diangkat dari novel tersebut berawal dari sebuah
kenyataan yang tentu berbeda karena biasanya karya sastra hanya berupa imajinasi.
Pembaca kesepuluh kurang memahami adanya ironi dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa genre film tersebut adalah realis sehingga
tidak ada pertentangan antara realita dengan film.
Pembaca kesepuluh cukup merasakan unsur yang menegangkan dalam film
Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menjelaskan bahwa ada beberapa peristiwa yang
cukup menegangkan, seperti ketika lomba cerdas-cermat, dan ketika Lintang tidak
lagi sekolah karena Bapaknya meninggal.
Pembaca kesepuluh sangat menyukai karakteristik formal dalam film Laskar
Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa film tersebut merupakan hasil dari
pengalaman pribadi dan bukan hanya sebatas imajinasi.
Pembaca kesepuluh sangat tertantang dalam hal memberikan tantangan
intelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebih lanjut
terhadap film Laskar Pelangi. Pembaca tersebut menilai bahwa film tersebut sarat
dengan hal-hal intelektual.
146
C. Interpretasi Psikoanalisis Ego Pembaca dalam Respon Tekstual terhadap
Film Laskar Pelangi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pembahasan ini menganalisis interpretasi
hasil eksperimental pembaca yang berkaitan dengan psikologis ego masing-masing
pembaca terhadap aspek tekstual film Laskar Pelangi. Adapun keterkaitan
psikobiografi pembaca dalam penelitian ini dengan aspek resepsinya dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Penilaian pembaca pertama dalam wawancara eksperimental pada poin
pertama mengenai penilaian terhadap keseluruhan dalam film1, poin kedua mengenai
gagasan atau tema2, dan poin tiga mengenai makna dan daya tarik dalam film3
memiliki keterkaitan secara psiko ego dalam hal kondisi masa kecil pembaca tersebut
mengenai pendidikan4. Hal itu setipe dengan pernyataannya pada poin ke duabelas
mengenai seluruh makna dalam film5, dalam hal film yang menarik perhatian6,
dalam hal ironi7, dan dalam hal unsur yang menegangkan8. Memiliki hubungan setipe
1 Penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi sangat baik karena film itu dapat menginspirasikehidupan tentang dunia pendidikan dan edukasi.2Gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena film itu digambarkan secara rinci dandetail mengenai kehidupan para anggota Laskar Pelangi dan tentang kehidupan masyarakatnya.3 Makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas karena ketika menyaksikanfilm Laskar Pelangi merasakan apa yang dirasakan oleh anak-anak Laskar Pelangi.4Memiliki kisah kehidupan dari masa kecil yang sederhana, menjunjung nilai-nilai pendidikan, danmemiliki keluarga yang agamis.5Seluruh makna film tersebut cukup dipahami karena terinspirasi tokoh yang diperankan oleh Lintangyang harus kerja keras untuk sekolah dan memiliki semangat juang untuk menuntut ilmu.6Film tersebut sangat menarik perhatian karena film tersebut menginspirasi dalam hal edukasi dansemangat juang.7Film tersebut sedang dalam mengandung ironi karena adanya unsur menyedihkan dan menyenangkandalam film tesebut seperti ketika Lintang ingin berangkat sekolah harus bertemu buaya dan harusmenunggu buaya itu menepi dan ketika bapak Lintang harus meninggal dan itu menimbulkan ironi.
147
dengan kondisinya di masa kecil yang harus berjalan sejauh dua kilometer ketika TK,
harus menyeberang jalan raya ketika SD, dan harus berangkat pagi dan pulang sore
ketika SMP9. Perjalanan yang ditempuh dan pertemuan dengan buaya setipe dengan
kondisi harus menyeberang jalan raya karena sama-sama memiliki potensi bahaya.
Berjalan selama dua kilometer, harus berangkat pagi, dan pulang sore setipe dengan
perjuangan tokoh Lintang yang harus menempuh jarak empat puluh kilometer ketika
harus berangkat sekolah.
Perubahan mengenai pandangan terhadap kehidupan yang dimunculkan dari
film Laskar Pelangi adalah merasa lebih bersyukur karena ternyata ada yang lebih
sulit kehidupannya dibandingkan dirinya. Hal itu setipe dengan penilaiannya terhadap
pernyataan dalam wawancara eksperimental pada poin delapan belas mengenai
ironi10.
Aspek rasa yang dominan muncul bagi diri pembaca pertama terhadap film
Laskar Pelangi adalah rasa iba dan bangga11 yang memiliki hubungan dengan
8Film tersebut sedikit dalam hal unsur yang menegangkan karena hanya ada beberapa peristiwa yangmenegangkan seperti ketika Lintang mau berangkat sekolah dan bertemu dengan buaya.9Pernah mengalami pindah rumah, dan setiap hari harus berjalan pulang pergi sejauh dua kilometerketika TK. Ketika duduk di bangku SD, setiap hari harus menyeberang jalan raya ketika sekolah danketika SMP harus berangkat pagi dan pulang sore. Terlahir dari keluarga wirausahawan dan sejak SMPdiberi kebebasan dalam hal menentukan jalan hidupnya.10Film tersebut sedang dalam mengandung ironi karena adanya unsur menyedihkan dan menyenangkandalam film tesebut seperti ketika Lintang ingin berangkat sekolah harus bertemu buaya dan harusmenunggu buaya itu menepi dan ketika bapak Lintang harus meninggal dan itu menimbulkan ironi.11Aspek nilai yang dominan yang muncul terhadap film Laskar Pelangi adalah rasa Iba dan bangga.Iba karena kehidupan yang mereka jalankan sangat pas-pasan, dan bangga karena selalu semangat,pantang mengeluh, pantang menyerah walau dihadapkan dengan berbagai masalah dan dalam keadaankehidupan yang pas-pasan.
148
pernyataan dalam wawancara eksperimentalnya pada poin tujuh mengenai
keterlibatan emosional12 dan pada poin delapan mengenai karakter kemanusiaan13.
Dampak psikologis yang muncul terhadap diri informan setelah menyaksikan
film Laskar Pelangi adalah hadirnya kembali semangat yang kuat14. Hal itu setipe
dengan pernyataannya dalam wawancara eksperimental pada poin ke tujuh belas
mengenai unsur film yang menarik perhatian15.
Penilaian pembaca kedua terhadap pernyataan dalam wawancara psikobiografi
mengenai studinya dan cita-citanya menjadi wartawan, memiliki hubungan secara
psikologi ego terhadap tanggapan pembaca tersebut pada poin pertama pada
wawancara eksperimental yaitu tentang penilaian terhadap keseluruhan film Laskar
Pelangi16, gagasan atau tema utama dalam film Laskar Pelangi17, dan pada
penilaiannya mengenai makna dan daya tarik dalam film seperti pada poin tiga18 yang
12Keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sedang karena ada beberapa bagian filmyang menggambarkan kegigihan dan kerja keras untuk bisa sekolah, menginspirasi untukmenerapkannya dalam kehidupan secara nyata.13Karakter kemanusiaan film tersebut sedang karena mudah di pahami dan film ini benar-benarmenggambarkan realita yang dialami oleh masyarakat belitung sehingga ikut merasakan apa yangdialami oleh para pemain ketika menyaksikan film itu.14Dampak yang muncul yang dihadirkan dari film Laskar Pelangi adalah semangat yang terbakarkembali setelah melihat film tersebut. Mereka bisa semangat, pantang mengeluh, pantang menyerah,untuk menghadapi tantangan hidup dengan kedaan yang lebih buruk dibandingkan dengan kualitaskehidupannya. Mereka saja mampu walau dalam keadaan yang semua serba minim, maka dirinyaharus mampu lebih baik dengan keadaan yang jauh lebih baik dengan mereka.15Film tersebut sangat menarik perhatian karena film tersebut menginspirasi dalam hal edukasi dansemangat juang.16Penilaian keseluruhan terhadap film Laskar Pelangi sangat baik, tema film yang diangkat itu sangatdekat dengan kehidupan sehari-hari jadi dapat memaknainya secara sederhana dan dapatmenangkapnya secara mudah.17Gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena tergambar dengan sangat jelas bahwatema yang diangkat adalah tema pendidikan.18 Makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu dalam film ini sangat mudah dipahamikarena pendidikan tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, jadi ketika film itu ditampilkan sekarang ataudi masa depan yang diangkat tetap tema tentang pendidikan.
149
secara tidak langsung memiliki hubungan dengan diri pembaca kedua yaitu masih
sebagai mahasiswa. Sikap kritisnya terbentuk karena cita-citanya yaitu ingin menjadi
wartawan.
Perubahan terhadap pandangan kehidupan yang muncul setelah menyaksikan
film Laskar Pelangi adalah harus mensyukuri hidup karena masih banyak orang yang
berada dalam berbagai kekurangan. Hal itu setipe dengan penilaiannya dalam
wawancara eksperimental pada poin ketujuh belas tentang unsur film yang menarik
perhatian19, dan pada poin kedelapan belas yaitu mengenai ironi dalam film20.
Aspek rasa yang dominan terhadap film Laskar Pelangi adalah sedih dan
haru21. Hal itu setipe dengan pendapatnya pada pernyataan dalam wawancara
eksperimental pada poin tujuh yaitu mengenai keterlibatan emosional terhadap watak
dan tindakan tokoh22.
Dampak psikologis yang muncul terhadap diri pembaca kedua setelah
menyaksikan film Laskar Pelangi adalah memiliki semangat yang tinggi dalam
menjalani kehidupan dan ingin seperti Ikal yang bisa kuliah S-2 di luar negeri. Hal itu
setipe dengan pandangannya tehadap pernyataan pembaca kedua pada poin ke enam
19Film tersebut sangat menarik perhatian karena film tersebut menggambarkan pendidikan yangsederhana dengan fasilitas yang seadanya, tetapi justru mampu mengangkat makna filosofi tentangpendidikan.20Film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena inilah ironi dari pendidikan diIndoensia, ketika kesenjangan antara pendidikan di kota dan daerah yang sangat jauh ketika di kotadengan fasislitas mewah dan di daerah seperti film tersebut.21Aspek rasa yang dominan terhadap film Laskar Pelangi adalah sedih dan haru, karena kondisimereka yang cukup memperihatinkan namun masih tetap bersemangat dalam bersekolah.22Keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena ada sesuatuketertarikan emosional yang dibawakan dalam film itu, jadi ikut mengalir terbawa suasana.
150
belas dalam wawancara eksperimental mengenai pokok persoalan film yang
menyenangkan23.
Penilaian pembaca ketiga terhadap pertanyaan ke-1 dan ke-2 dalam kuesioner
eksperimental memiliki keterkaitan psikologi ego dalam hal memiliki cita-cita
menjadi guru. Hasil interpretasinya terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut
menitikberatkan pada aspek pendidikan seperti halnya dalam hal pesan atau gagasan
dan tema dalam film. Pembaca tersebut memandang bahwa menjadi guru memiliki
efisiensi waktu yang cukup karena setelah mengajar masih bisa melakukan hal-hal
yang lain. Hal tersebut memiliki hubungan yang teraktualisasi dalam tokoh Bu
Muslimah yaitu memiliki usaha sampingan selain mengajar. Kondisi keluarganya
yang mapan karena kedua orang tuanya adalah PNS, berdampak pada karakter
pribadinya yang meminimalisir terjadinya resiko karena terbiasa memilih rasa aman.
Tokoh yang diinspirasikan oleh pembaca ini adalah Lintang memiliki
keterkaitan dengan karakter Lintang sebagai seorang yang cerdas, setipe dengan
imajinasinya di waktu kecil yaitu menjadi ilmuwan. Menurut pembaca tersebut
menjadi ilmuwan adalah pintar karena bisa menemukan hal-hal yang baru. Selain itu
pembaca tersebut pernah mengalami kegagalan seperti halnya Lintang yang harus
mengubur impiannya tentang pendidikan yang setipe dengan pengalamannya yaitu
gagal untuk kuliah di UB24. Pilihannya untuk kuliah di UB karena pembaca tersebut
23Film tesebut sangat jelas dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena peristiwa-peristiwadalam film sangat menginspirasi dengan kemauan gigih para anggota Laskar Pelangi.24Universitas Brawijaya Malang.
151
tinggal di salah satu kota di Jawa Timur sedangkan UB adalah salah satu universitas
favorit di kawasan Jawa Timur.
Pandangan tentang kehidupan yang muncul setelah menyaksikan film Laskar
Pelangi adalah munculnya kesadaran bahwa hidup itu penuh perjuangan, terlebih
bagi anak-anak pesisir yang susah dalam hal memperoleh pendidikan yang
bertentangan dengan kondisi kehidupannya sejak kecil yang cukup nyaman karena
kodisi ekonomi keluarganya baik.
Aspek rasa yang dominan muncul dari film Laskar Pelangi adalah rasa haru
karena melihat perjuangan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang susah dan
harus bekerja keras. Hal itu tentu berbeda dengan perjalanan hidupnya yang selalu
mapan sehingga rasa haru itu merupakan titik kesadaran akan kondisi kehidupan di
luar jangkauan kondisi kehidupan yang ia alami.
Dampak psikologis yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi
adalah lebih termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. Hal itu merupakan sebuah
kesadaran bahwa selama ini dengan kondisi kehidupannya yang jauh lebih baik
pembaca tersebut masih kurang termotivasi dalam hal menuntut ilmu.
Penilaian pembaca keempat terhadap pertanyaan ke-1, ke-2, dan ke-3 dalam
kuesioner ekpserimental memiliki keterkaitan hubungan dengan cita-citanya menjadi
penulis. Penilaiannya terhadap film Laskar Pelangi dalam hal gagasan yang jelas,
pesan yang ingin disampaikan sutradara, tervisualisasikan sangat jelas, dan dapat
tersampaikan kepada penonton. Mengenai film yang menggambarkan pengalaman
152
masa kecil penulis, berhubungan dengan proses-proses kreatif yang selama ini pernah
dialami oleh pembaca yang sering menulis dan memiliki cita-cita menjadi penulis.
Pemahaman terhadap penggunaan bahasa terkait dengan kebiasaannya
membaca dan menulis sehingga cukup tertarik terhadap bahasa yang digunakan
dalam film Laskar Pelangi yang memadukan bahasa Indonesia dan keunikan bahasa
asli Belitung25.
Perubahan pandangan hidup yang muncul setelah menyaksikan film Laskar
Pelangi terhadap kehidupannya adalah harus bisa memanfaatkan peluang yang
dimiliki sebaik mungkin karena selama ini pembaca keempat terkondisikan dalam
kisah hidup dari kecil hingga sekarang dengan tidak mengalami perubahan kehidupan
yang signifikan.
Salah satu cita-cita di waktu kecil yang pernah dimiliki oleh pembaca tersebut
adalah keliling dunia. Hal itu menggambarkan karakter imajinasi pembaca yang
sering berfantasi karena memiliki kondisi kehidupan yang menyenangkan.
Aspek rasa yang dominan setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah
sedih, terlebih dengan tokoh Lintang yang pintar tetapi tidak bisa meneruskan
sekolah. Hal itu setipe dengan pandangan hidupnya yang selalu menyenangkan di
kala kecil sehingga unsur sedih merupakan bentuk kesadarannya ketika melihat
sebuah peristiwa yang berada di luar kebiasaannya dalam menjalani kehidupan.
Dampak psikologis yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi
adalah termotivasi untuk menjadi seperti anak-anak Laskar Pelangi yang memiliki
25Bahasa Belitung yang dimaksud adalah bahasa Melayu.
153
semangat luar biasa meski dalam kondisi kehidupan yang serba kekurangan. Hal itu
berhubungan dengan kondisi kehidupannya di masa kecil yang tidak mengalami
perubahan secara signifikan sehingga ketika menyaksikan film Laskar Pelangi seakan
imajinasinya kembali ke masa kecil agar bisa menjalani kehidupan seperti yang
dijalani anak-anak Laskar Pelangi dengan penuh semangat.
Penilaian pembaca kelima terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
eksperimental memiliki keterkaitan dengan aspek psikobiografinya. Pertanyaan ke-2
dan ke-3 yaitu mengenai tema dan makna dalam peristiwa yang diangkat dalam film
Laskar Pelangi adalah mengenai pendidikan. Hal itu sejalan dengan pemahamannya
mengenai pendidikan karena sesuai dengan kondisinya saat ini yang masih sebagai
pelajar dan terkait dengan cita-citanya menjadi seorang guru.
Interpretasinya terhadap pertanyaan mengenai penggunaan bahasa
berhubungan dengan bidang ilmu yang dikaji yaitu Sastra Indonesia. Pembaca
tersebut dapat menggunakan istilah “logat” dan “dialek” seperti tertuang dalam
jawaban nomor 4 dalam kuesioner eksperimental26.
Perubahan terhadap pandangan hidup yang muncul setelah menyaksikan film
Laskar Pelangi adalah harus menyukuri segala sesuatu yang dimiliki karena banyak
orang yang tidak memiliki kesempatan yang sama seperti dirinya. Hal itu
berhubungan dengan trauma yang dimiliki saat ini yaitu ketika dengan tiba-tiba
ditinggalkan oleh salah satu orang tua untuk selama-lamanya dan sehubungan dengan
26Meskipun penggunan bahasa dengan penggunaan logat maupun dialek Belitong, tetapi masih bisadipahami.
154
film tersebut yang sangat banyak dalam mengandung ironi karena kondisi film yang
memprihatinkan.
Aspek rasa yang dominan muncul terhadap film Laskar Pelangi adalah rasa
haru karena perjuangan anak-anak Laskar Pelangi yang luar biasa. Hal itu setipe
dengan pendapatnya mengenai film Laskar Pelangi yang di dalamnya terdapat
peristiwa-peristiwa menyentuh, terlebih dengan kondisi mereka yang mampu
mencerminkan kondisi pendidikan di pedalaman27.
Dampak psikologi ego yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi
adalah menyukuri atas segala kondisi yang dimiliki. Hal itu berhubungan dengan
traumanya ketika tiba-tiba harus kehilangan orang tua dan selama ini kurang
memanfaatkan kesempatan yang lebih baik bila dibandingkan dengan anak-anak
Laskar Pelangi.
Penilaian pembaca keenam terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
eksperimental memiliki hubungan dalam analisis psikologi ego yang tertuang dalam
kuesioner psikobiografi, di antaranya pada jawaban dalam pertanyaan ke-1, ke-2, dan
ke-3 yaitu berhubungan dengan cita-citanya yaitu menjadi dosen. Pembaca ini
mencoba memahami mengenai kondisi pendidikan yang ada di sekitarnya.
Jawaban pertanyaan mengenai keterlibatan emosional dengan watak dan
tindakan tokoh sedang karena ketika ada adegan-adegan yang mungkin tegang atau
lucu langsung berekspresi tanpa harus berpikir terlebih dahulu yang berhubungan
27 Kondisi pendidikan di pedalaman yang dimaksud adalah kondisi pendidikan anak-anak pedalamanyang jauh dari sarana yang memadai.
155
dengan kisah di waktu kecilnya karena mirip dengan anak-anak Laskar Pelangi yaitu
penuh petualangan seperti kebanyakan anak-anak lelaki pada umumnya.
Perubahan dalam hal pandangan terhadap kehidupan yang muncul setelah
menyaksikan film Laskar Pelangi adalah di luar pengetahuannya, banyak masyarakat
yang hidup dalam garis kemiskinan. Hal itu berhubungan dengan pendapatnya dalam
film Laskar Pelangi yang sangat banyak dalam mengandung ironi karena walaupun
cerita itu berasal dari masalah yang biasa dijumpai, tetapi terasa kompleks dan
mengejutkan prediksi pembaca.
Aspek rasa yang dominan setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah
rasa haru dengan keberhasilan Ikal di akhir cerita yang bisa kuliah ke Perancis. Hal
itu sejalan dengan cita-citanya ingin menjadi dosen.
Dampak psikologis yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi
adalah ingin bisa studi lanjut ke luar negeri seperti Ikal. Hal itu sejalan dengan cita-
citanya yaitu ingin menjadi dosen dan berharap bisa kuliah ke luar negeri.
Penilaian pembaca ketujuh terhadap pernyataan pada jawaban ke dua
mengenai gagasan dan tema28 ke tiga mengenai makna dan daya tarik29, dan ke
delapan belas mengenai ironi30 memiliki keterkaitan kondisi dirinya saat ini sebagai
28 Gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena diam-diam mengangkat dan menyorotitentang pendidikan yang ada di daerah Belitong.29 Adanya daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas karena kondisi pendidikan diIndonesia terutama di luar pulau Jawa dari dulu hingga sekarang tidak banyak yang berubah.30 Film tersebut sangat banyak dalam mengandung ironi karena kondisi pendidikan di Indonesia sangattidak berimbang antara pulau Jawa dan luar Jawa
156
pelajar dan cita-citanya yaitu ingin menjadi guru31, dan pandangannya menjadi guru
yang merupakan profesi mulia.
Perubahan pandangan terhadap kehidupan yang muncul setelah menyaksikan
film Laskar Pelangi adalah adalah rasa bersyukur dengan melihat kondisi masyarakat
yang berada di bawahnya. Hal itu menggambarkan kelapangan hati setelah
menyaksikan film tersebut karena meski dirinya telah mengalami beberapa peristiwa
yang berat, tetapi ia masih merasa beruntung karena kondisi anak-anak dalam film
Laskar Pelangi masih jauh di bawah kondisi yang pernah ia alami. Kondisi yang
pernah dialami ketika masa kanak-kanak adalah ketika salah satu orang tuanya
meninggal32, trauma yang pernah dialami seperti yang disampaikan pada wawancara
psikobiografi33, dan harapan-harapannya di masa kecil yang tidak terpenuhi34.
Aspek rasa yang dominan muncul terhadap film Laskar Pelangi adalah rasa
haru35. Hal itu memiliki keterkaitan dengan pendapatnya dalam wawancara
eksperimental pada poin tujuh, yaitu pada rasa kemanusiaan tokoh-tokoh yang sangat
tinggi36 dalam film Laskar Pelangi.
31 Cita-cita yang pernah dimiliki dari kecil hingga sekarang adalah menjadi dokter, masuk jurusan IPAketika remaja, dan menjadi guru setelah lulus kuliah.32 Kisah hidup dari kecil hingga sekarang mengalami goncangan ketika pada usia delapan tahun haruskehilangan salah satu orang tua.33 Trauma yang pernah dimiliki adalah ketika salah satu orang tua meninggal dan gagal masuk IPA.34 Harapan di masa kecil adalah punya mobil sehingga bisa pergi kemana-mana, punya Nintendo danGameboot.35Aspek rasa yang dominan setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah rasa haru dengansemangat anak-anak Laskar Pelangi dan kata-kata Pak Harfan yang cukup memotivasi.36 Karakter kemanusiaan film tersebut sangat jelas karena rasa kemanusiaan tokoh-tokoh film tersebutyang sangat tinggi .
157
Dampak psikologis yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi
adalah tetap semangat untuk menjalani kehidupan. Hal itu setipe dengan pernyataan
pembaca tersebut dalam wawancara eksperimental pada poin tujuh mengenai
keterlibatan emosional terhadap tokoh37.
Penilaian pembaca kedelapan terhadap pertanyaan dalam wawancara
eksperimental pada pertanyaan ke tujuh yaitu mengenai watak tokoh38. Setipe dengan
kondisinya di masa kecil pembaca tersebut seperti yang tertuang dalam hasil
wawancara psikobiografi pada poin pertama, yaitu mengenai kondisinya di masa
kecil yang relatif sama dengan kondisi anak-anak pada umumnya39. Hal itu memiliki
kesamaan dengan cerita yang ada pada anak-anak Laskar Pelangi yang digambarkan
mengenai hal-hal menyenangkan ketika mereka sedang bermain bersama. Hal
tersebut juga sesuai dengan harapan pembaca ketika masih kecil yang ingin memiliki
banyak teman40 yang memiliki kondisi yang sama dengan pertemanan anak-anak
Laskar Pelangi.
Perubahan terhadap pandangan mengenai kehidupan yang muncul setelah
menyaksikan film Laskar Pelangi adalah mengenai kondisi pendidikan di Indonesia
pada masa lampau terutama di daerah-daerah yang sangat memperihatinkan. Hal itu
setipe dengan pendapatnya dalam wawancara eksperimental mengenai pendidikan di
37 Keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sangat terlibat karena sangat menyentuhdan menginspirasi.38 Keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh sedang karena ada perwatakan tokoh yangsesuai dengan diri informan.39 Kisah hidup dari masa kecil hingga dewasa secara garis besar relatif sewajarnya seperti anak-anakkecil pada umumnya yang suka bermain.40 Harapan di masa kecil adalah memiliki banyak teman.
158
Indonesia pada pernyataan nomer dua belas, yaitu kondisi yang digambarkan dalam
film tersebut sangat nyata41.
Aspek rasa yang dominan muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi
adalah rasa sedih dengan melihat kondisi anak-anak Laskar Pelangi42. Hal itu
memiliki hubungan dengan kondisi di masa kecil yang suka bermain dan watak salah
satu tokoh dalam film tersebut yang memiliki kemiripan dengannya.
Dampak psikologis yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi
adalah termotivasi untuk selalu semangat dalam menjalani kehidupan. Hal itu setipe
dengan jawaban pembaca tersebut pada wawancara eksperimental pada poin enam
belas mengenai motivasi43.
Penilaian pembaca kesembilan terhadap pertanyaan ke-1, ke-2, dan ke-3
dalam kuesioner eksperimental memiliki keterkaitan psikologis dalam hal memiliki
cita-cita menjadi guru. Hasil interpretasinya terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut
menitikberatkan pada aspek pendidikan seperti dalam kutipan “isinya mendidik”,
“pendidikan yang baik”, dan “pendidikan selalu berkelanjutan”. Hal itu sesuai dengan
cita-cita dan pandangannya terhadap profesi sebagai guru yang merupakan sebuah
profesi mulia.
Pertanyaan mengenai karakter kemanusiaan, penilaian pembaca ini lebih
melihat pada diri Bu Muslimah sebagai guru teladan. Menurutnya karakter Bu
41 Seluruh makna film tersebut cukup dipahami karena mengangkat kondisi pendidikan di Indonesiasecara nyata.42 Aspek rasa yang dominan yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah rasa sedihdengan kondisi anak-anak Laskar Pelangi yang sulit dalam menempuh pendidikan.43 Film tesebut sedang dalam pokok persoalan yang menyenangkan karena memberikan motivasi.
159
Muslimah sangat jelas dan bisa diteladani. Keinginannya saat ini adalah ingin segera
lulus dan menjadi guru juga merupakan cerminan psikologisnya yang memiliki cita-
cita ingin menjadi guru.
Kondisi kehidupannya di masa kecil yang pernah mengalami masa-masa sulit
dalam hal ekonomi, berpengaruh terhadap interpretasinya mengenai keterlibatan
emosional tokoh yang membuat terharu dan seakan terasa benar-benar terlibat dalam
cerita dalam film. Interpretasi ini berhubungan dengan gambaran kondisi yang
dialami oleh para tokoh dalam film Laskar Pelangi di masa kecil. Hal itu
berhubungan dengan trauma yang ada dalam kejiwaanya, yaitu kondisi kekurangan di
masa kecilnya.
Pandangannya terhadap kehidupan berhubungan dengan film Laskar Pelangi
yaitu dengan kerja keras, kehidupan itu selalu dinamis dan akan mengarah pada hal
yang positif. Secara empiris, pendapat ini berhubungan secara langsung dengan
kondisi keluarganya yang semula serba kekurangan, tetapi akhirnya dengan kerja
keras orang tuanya, kini kehidupannya menjadi membaik.
Aspek penilaian unsur rasa haru dan bangga terhadap anak-anak Laskar
Pelangi dikarenakan sedikit banyak mencerminkan perjalanan hidupnya yang pernah
merasakan kondisi tersebut. Dampak psikologisnya yang lebih menekankan pada
aspek motivasi merupakan cerminan semangat hidupnya untuk meraih impian demi
kondisi yang lebih baik. Terlebih termotivasi dengan anak-anak Laskar Pelangi atau
salah satu tokohnya yaitu Bu Muslimah.
160
Penilaian pembaca kesepuluh terhadap pertanyaan ke 2, ke 3, dan ke 11 dalam
kuesioner eksperimental memiliki keterkaitan hubungan dengan cita-citanya yaitu
menjadi guru. Pembaca tersebut menjelaskan bahwa dirinya memiliki cita-cita
menjadi guru baik ketika masa kecil atau sekarang karena ingin mejadi pendidik baik
untuk anaknya sendiri dan untuk generasi bangsa44. Hal itu sesuai dengan jawaban
pembaca dalam pertanyaan wawancara eksperimental seperti yang telah dijelaskan
tersebut, yaitu pernyataan nomer dua45, pernyataan nomer tiga46, dan pernyataan
nomer sebelas47.
Pandangan hidupnya terhadap kehidupan yang muncul setelah menyaksikan
film Laskar Pelangi adalah lebih bisa menghargai hidup, baik dari segi waktu dan
semangat. Hal itu memiliki hubungan dengan kondisi masa kecil yang hidup dalam
kondisi kecukupan namun kurang memaksimalkan potensi yang ada48. Hal itu juga
muncul karena pengaruh ketika pembaca tersebut gagal masuk ke jurusan dan
universitas favoritnya sehingga menimbulkan kesadaran bahwa selama ini belum
44 Pandangan terhadap cita-cita menjadi guru karena sebagai wanita selain mendidik anak sendiri jugabisa mendidik anak bangsa.45 Gagasan atau tema utama film tersebut sangat jelas karena penggambaran dari tema dan amanatnyaitu gamblang, yaitu tentang pendidikan.46 Makna dan daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu sangat jelas karena kondisi pendidikandi Indonesia dari dulu hingga sekarang tetap seperti itu dan ketika ditonton sampai kapanpun tetapsama.47 Film tersebut cukup kompleks karena dengan mengangkat tema tentang pendidikan yang biasanyaorang-orang memulai cita-cita dan perjuangannya, yang cukup tergambarkan dalam film tersebut.48 Kisah kehidupan dari masa kecil hingga sekarang tidak mengalami perubahan yang signifikan dannormal-normal saja.
161
memanfaatkan kesempatan yang ada secara maksimal49, terlebih dengan melihat
fenomena yang digambarkan dalam film Laskar Pelangi.
Aspek rasa yang dominan muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi
adalah rasa haru50. Hal itu juga memiliki hubungan dengan kondisinya yang serba
kecukupan bila dibandingkan dengan kondisi anak-anak Laskar Pelangi.
Dampak psikologis yang muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi
adalah harus belajar lebih giat. Hal itu memiliki keterkaitan dengan pendapatnya
mengenai anak-anak Laskar Pelangi, yaitu pada pernyataan nomer sebelas51. Hal itu
berdampak pada kesadarannya untuk mengoptimalkan potensi dan kesempatan yang
ia miliki.
49 Ketika remaja ingin kuliah di Psikologi UGM, tetapi tidak diterima dan diterima di sini.50 Aspek rasa yang dominan muncul setelah menyaksikan film Laskar Pelangi adalah rasa haru denganmelihat pengorbanan anak-anak Laskar Pelangi dalam hal pendidikan.51 Film tersebut cukup kompleks karena mengangkat tema tentang pendidikan yang cukup kompleksdan dapat digambarkan dengan baik dalam film tersebut.
162
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Adapun simpulan yang dapat diambil dari analisis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Identifikasi putusan nilai kesepuluh mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS
angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi memiliki penilaian yang berbeda-beda.
Meskipun ada beberapa identifikasi antara pembaca yang satu dengan pembaca yang
lainnya memiliki aspek penilaian yang sama, namun alasan pemilihan identifikasi
tersebut antara masing-masing pembaca berbeda-beda.
Hasil interpretasi kesepuluh mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS
angkatan 2010 terhadap film Laskar Pelangi terbagi ke dalam dua klasifikasi.
Klasifikasi pertama yaitu pembaca dengan nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10
memiliki penekanan terhadap aspek tekstual film Laskar Pelangi. Klasifikasi kedua
yaitu pembaca nomor 4, lebih menekankan interpretasi pada aspek non-tekstual
karena hasil penilaiannya ditekankan pada diri Andrea Hirata yang memiliki korelasi
dengan cita-citanya untuk menjadi seorang penulis.
Dampak psikologis yang muncul dari film Laskar Pelangi melalui pembacaan
aspek tekstual terhadap kesepuluh mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS
angkatan 2010 adalah: (1) pembaca pertama memiliki perubahan pandangan
kehidupan yaitu rasa syukur karena ada yang lebih sulit kehidupannya dibandingkan
163
dirinya dan berdampak munculnya rasa semangat setelah melihat film tersebut; (2)
pembaca kedua memiliki pandangan bahwa hidup harus disyukuri dan menghadirkan
dampak psikologis yaitu memiliki semangat yang tinggi dalam menjalani kehidupan;
(3) pembaca ketiga memiliki kesadaran bahwa hidup itu penuh perjuangan dan
dampak psikologis yang muncul adalah termotivasi untuk belajar lebih giat lagi; (4)
pembaca keempat memiliki perubahan pandangan terhadap kehidupan yaitu harus
bisa memanfaatkan peluang yang dimiliki sebaik mungkin dan dampak psikologis
yang muncul adalah termotivasi; (5) pembaca kelima memiliki perubahan terhadap
pandangan hidup yaitu harus mensyukuri segala sesuatu yang dimiliki dan dampak
psikologis yang muncul yaitu mensyukuri atas segala kondisi yang dimiliki; (6)
pembaca keenam memiliki perubahan pandangan bahwa banyak masyarakat yang
hidup dalam garis kemiskinan dan dampak psikologis yang muncul adalah ingin bisa
studi lanjut ke luar negeri seperti Ikal; (7) pembaca ketujuh memiliki perubahan yaitu
rasa syukur dan dampak psikologis yaitu tetap semangat untuk menjalani kehidupan;
(8) pembaca kedelapan memiliki perubahan pandangan mengenai penilaian terhadap
kondisi pendidikan di daerah-daerah yang sangat memperihatinkan dan dampak
psikologis yang muncul yaitu termotivasi untuk selalu semangat dalam menjalani
kehidupan; (9) pembaca kesembilan memiliki perubahan pandangan bahwa dengan
berusaha kehidupan itu akan mengarah ke arah yang positif dan dampak psikologis
yang muncul adalah lebih termotivasi untuk meraih cita-cita; (10) pembaca kesepuluh
memiliki perubahan pandangan terhadap kehidupan yaitu lebih bisa menghargai
hidup dan dampak psikologis yaitu termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.
164
B. Saran
Adapun saran yang dapat dimunculkan berdasarkan penelitian ini diantaranya
adalah:
1) Penelitian tentang ilmu sastra pada umumnya dan Sastra Indonesia pada
khususnya seyogyanya tidak hanya meneliti tentang aspek-aspek intrinsik
karya sastra tetapi juga mengembangkan penelitian-penelitian model lain
yang masih relevan dalam ilmu sastra seperti penelitian mengenai aspek
pembaca baik dalam kaitannya mengenai studi estetika resepsi ataupun
dalam studi psikologi ego;
2) Melalui hasil penelitian ini seyogyanya dikembangkan penelitian-
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian pembaca terhadap
film Laskar Pelangi terutama penelitian resepsi dengan
mempertimbangkan perspektif gender.
165
DAFTAR PUSTAKA
Andrea Hirata. 2005. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang.
Dwi Susanto. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: CAPS
Eko Marini. 2010. Analisis Stilistika Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata(Tesis). Surakarta: Pascasarjana-UNS.
Karnia Septi Kusumaningrum. 2009. Aspek Kepribadian Lintang dalan Novel LaskarPelangi Karya Andrea Hirata: Pendekatan Psikologi Sastra (Skripsi).Surakarta: UMS.
Lexy J. Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.
Nyoman Kutha Ratna. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Jogjakarta:Pustaka Pelajar.
Pamusuk Eneste. 1991. Novel dan Film. Flores: Nusa Indah.
Ririh Yuli Atmaningsih. 2008. Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan NovelLaskar Pelangi Karya Andrea Hirata (Skripsi). Surakarta: UNS.
Segers, Rien T. 2000. (Terjemahan Suminto A. Sayuti). Evaluasi Teks Sastra.Jogjakarta: Adicita Karya Nusa.
Sutri. 2009. Dimensi Sosial Budaya dalam Novel Laskar Pelangi Karya AndreaHirata: Tinjauan Sosiologi Sastra (Skripsi). Surakarta: UMS.
Umar Junus. 1985. Resepsi Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.
166
KUESIONER INSTRUMENTAL
Judul Penelitian: Resepsi Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS Angkatan 2010
terhadap Film Laskar Pelangi: Analisis Estetika Eksperimental
Nama :
NIM :
Jenis Kelamin :
TTL :
Alamat :
A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mellingkari atau menyilang salahsatu jawaban yang telah disediakan1. Apakah Anda pernah menonton film Laskar Pelangi?
a) Iya b) Tidak2. Menurut Anda bagaimanakah kualitas film tersebut?
a) Sangat Bagus b) Bagus c) Kurang Bagus d) Jelek3. Apakah Anda terkesan terhadap film tersebut?
a) Sangat Terkesan b) Terkesan c) Kurang Terkesan d) TidakTerkesan
4. Apakah Anda memahami film tersebut?a) Sangat Memahami b) Memahami c) Kurang Memahami d) Tidak
memahami5. Apakah film tersebut berpengaruh terhadap diri Anda hingga sekarang?
a) Sangat Berpengaruh b) Berpengaruh c) Kurang Berpengaruh d) TidakBerpengaruh
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan menuliskan jawabannya1. Siapakah tokoh utama dalam film Laskar Pelangi?.2. Berapakah jumlah anggota Laskar Pelangi?.3. Siapakah nama ketua kelas dalam film Laskar Pelangi?.4. Siapakah tokoh perempuan yang dicintai Ikal dalam film Laskar Pelangi?.5. Siapakah nama tokoh yang dijuluki Si Samson daalam film Laskar
Pelangi?.Surakarta, 15 September 2011
167
KUESIONER EKSPERIMENTAL MODEL YALE
Judul Penelitian: Resepsi Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS angkatan 2010
terhadap Film Laskar Pelangi: Analisis Estetika Eksperimental.
Sebelum menyaksikan film yang disediakan dan mengisi lembaran penilaian,silahkan isi informasi yang mungkin bermanfaat bagi tujuan penelitian berikut ini.
Umur :
Jenis Kelamin :
Tahun ke :
Jurusan :
Tempat Tanggal Lahir:
Kota :
Negara :
Kebangsaan :
(Kuesioner ini hanya diperlukan dalam kaitannya dengan tujuan penelitiandan sama sekali tidak berkaitan dengan perkuliahan).
LEMBAR EVALUASI
Sudahkah anda menyaksikan film ini sebelumnya?. Lingkarilah jawaban berikut.
x-sudah
x-belum
I. Penilaian keseluruhan
Berilah penilaian keseluruhan film ini dengan cara memberikan lingkaran padatanda “x” yang tersedia
X X X X
Sangat Jelek Jelek Baik Sangat baik
II. Penilaian berdasarkan kriteria tertentu
168
1. Seberapa jauh film ini mengandung gagasan atau tema utama?X X X XTidak sama sekali Sedikit Sedang Sangat jelas
2. Seberapa jauh film ini menunjukkan makna dan daya tarik tertentu tanpaterikat ruang dan waktu?X X X XTidak sama sekali Sedikit Sedang Sangat jelas
3. Seberapa jauh film in menggunakan bahasa yang terampil?X X X XTidak sama sekali Agak terampil Cukup Sangat terampil
4. Seberapa jauh film ini memberikan pengembangan yang jelas dan organisasiplot yang baik?X X X XTidak sama sekali Sedikit Sedang Sangat jelas
5. Seberapa jauh film ini memberikan keaslian, memberikan perspektif yan segardan berbeda?X X X XTidak sama sekali Sedikit asli Sedang Sangat asli
6. Seberapa jauh anda merasakan keterlibatan emosional dengan watak dantindakan tokoh film ini?X X X XTidak sama sekali Sedikit terlibat Sedang Sangat terlibat
7. Seberapa jauh anda menjumpai film inimemperlihatkan kecakapan tekniknaratifnya?X X X XTidak sama sekali Agak terampil Cukup Sangat terampil
8. Seberapa jauh film ini memaparkan karakter kemanusiaan yang dapatdikenali?X X X XTidak sama sekali Sedikit Sedang Sangat jelas
9. Seberapa jauh film ini menunjukkan adanya tindakan yang terbatas danberlansung dengan cepat?X X X XSangat lambat Agak lambat Cukup cepat Sangat cepat
10. Seberapa jauh tingkat kerumitan film atau tingkat kesederhanaannya?X X X XSangat simpel Cukup simpel Cukup kompleks Sangat kompleks
169
11. Seberapa jauh makna film ini dapat dipahami?X X X XTidak sama sekali Sedikit Cukup Seluruhnya
12. Seberapa jauh film ini memiliki struktur yang baik degan keseluruhan dengankesuluran elemen yang terintegrasi dan koheren?X X X XSangat jelek Agak baik Baik Sangat baik
13. Seberapa jauh film ini dapat dipercaya?X X X X
Tidak sama sekali Tidak terpercaya Cukup terpercaya Terpercaya
14. Seberapa jauh film ini mengandalkan imaji?X X X XTidak sama sekali Sedikit Sedang Sangat tinggi
15. Seberapa jauh pokok persoalan film ini menyenangkan anda?X X X XTidak sama sekali Sedikit Sedang Sangat jelas
16. Seberapa kuat film ini menarik perhatian anda?X X X XTidak menarik Sedikit menarik Cukup menarik Sangat menarik
17. Seberapa jauh film ini mengandung ironi?X X X XTidak sama sekali Sedikit Sedang Sangat banyak
18. Seberapa jauh anda mendapatkan unsur yang mengangkan dalam film ini?X X X XTidak sama sekali Sedikit Cukup Sangat banyak
19. Seberapa jauh anda menyukai karakteristik formal film ini?X X X XTidak sama sekali Agak suka Cukup suka Sangat suka
20. Seberapa jauh anda merasakan bahwa film ini memberikan tantanganintelektual yang mengarahkan untuk melakukan refleksi atau analisis lebihlanjut?X X X XTidak sama sekali Agak menantang Cukup Sangat menantang
170
Informan Pertama
1. Sebagai penikmat film Laskar Pelangi, mengapa Anda mengatakan bahwapenilaian Anda terhadap keseluruhan film tersebut sangat baik?.
2. Mengapa Anda mengatakan bahwa gagasan utama film tersebut sangat jelas?.3. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut menunjukkan makna dan
daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu yang sangat jelas?.4. Mengapa Anda mengatakan bahwa penggunaan bahasa dalam film tersebut
sangat terampil?.5. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut memberikan pengembangan
yang jelas dan organisasi plot yang jelas dengan sangat baik?.6. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut memberikan keaslian,
memberikan perspektif yang segar, dan berbeda dengan sangat asli?.7. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat terlibat dalam hal
keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh dalam film?.8. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda menjumpai bahwa film tersebut
memperlihatkan kecakapan teknik naratifnya dengan sangat terampil?.9. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut memaparkan karakter
kemanusiaan yang dikenali dengan sangat jelas?.10. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup cepat dalam hal
tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat?.11. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat kompleks dalam hal
tingkat kerumitan atau kesederhanaannya?.12. Mengapa Anda mengatakan bahwa makna film tersebut seluruhnya dapat
Anda pahami?.13. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut baik dalam hal memiliki
struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren?.14. Mengapa Anda mengatakan bahwa film Laskar Pelangi cukup terpercaya?.15. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat tinggi dalam
pengandalan imaji untuk menikmatinya?.16. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam pokok
persoalan film yang menyenangkan Anda?.17. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menarik perhatian
Anda?.18. Mengapa Anda mengatakan bahwa film Laskar Pelangi sangat banyak dalam
hal mengandung ironi?.19. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda mendapatkan unsur yang cukup
dalam hal menegangkan dalam film Laskar Pelangi?.20. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat suka terhadap karakteristik
formal film Laskar Pelangi?.21. Mengapa Anda mengatakan bahwa film ini cukup menantang dalam hal
memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk merefleksi atauanalisis lebih lanjut?.
171
Informan Kedua
1. Sebagai penikmat film Laskar Pelangi, mengapa Anda mengatakan bahwapenilaian Anda terhadap keseluruhan film tersebut sangat baik?.
2. Mengapa Anda mengatakan bahwa gagasan utama film tersebut sangat jelas?.3. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut menunjukkan makna dan
daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu yang sangat jelas?.4. Mengapa Anda mengatakan bahwa penggunaan bahasa dalam film tersebut
cukup terampil?.5. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam hal
memberikan pengembangan yang jelas dan organisasi pot yang baik?.6. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam hal
memberikan keaslian dan memberikan perspektif yang segar dan berbeda?.7. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat terlibat dalam keterlibatan
emsional dengan watak dan tindakan tokoh dalam film tersebut?.8. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda menjumpai bahwa film tersebut
memperlihatkan kecakapan teknik naratifnya dengan sangat terampil?.9. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut memaparkan karakter
kemanusiaan yang dikenali dengan sangat jelas?.10. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut agak lambat dalam hal
tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat?.11. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup kompleks dalam hal
kerumitan atau kesederhanaannya?.12. Mengapa Anda mentakan bahwa film tersebut cukup Anda pahami?.13. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut baik dalam hal memiliki
struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren?.14. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut seluruhnya terpercaya?.15. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat tinggi dalam
pengadalan imaji untuk menikmatinya?.16. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tesebut sangat jelas dalam pokok
persoalan film yang menyenangkan?.17. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menarik perhatian
Anda?.18. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat banyak dalam hal
ironi?.19. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda mendapatkan unsur yang cukup
dalam hal menegangkan dalam film tersebut?.20. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda cukup menyukai terhadap
karakteristik formal film tersebut?.21. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menantang dalam hal
memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan refleksi atau analisislebih lanjut?.
172
Informan Ketiga
1. Sebagai penikmat film Laskar Pelangi, mengapa Anda mengatakan bahwapenilain Anda terhadap keseluruhan film tersebut sangat baik?.
2. Mengapa Anda mengatakan bahwa gagasan utama film tesebut sangat jelas?.3. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut menunjukkan makna dan
daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu dengan sangat jelas?.4. Mengapa Anda mengatakan bahwa penggunaan bahasa dalam film tersebut
cukup terampil?.5. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedikit dalam hal
memberikan pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik?.6. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat asli dalam hal
memberikan keaslian, memberikan perspektif yang segar, dan berbeda?.7. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat terlibat daalam hal
keterlibatan emosional emosional dengan watak dan tindakan tokoh dalamfilm tersebut?.
8. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda menjumpai bahwa film tersebutmemperlihatkan kecakapan teknik naratifnya dengan cukup terampil?.
9. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam halmemaparkan karater kemanusiaan yang dikenali?.
10. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut agak lambat dalam haltindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat?.
11. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup kompleks dalam haltingkat kerumitan atau kesederhanaannya?.
12. Mengapa Anda mengatakan bahwa makna film tersebut cukup Anda pahami?.13. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut baik dalam hal memiliki
struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren?.14. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup terpercaya?.15. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam hal
pengandalan imaji untuk menikmatinya?.16. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam hal pokok
persoalan film yang menyenangkan Anda?.17. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menarik perhatian
Anda?.18. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat banyak dalam hal
mengandung ironi?.19. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda mendapatkan unsur yang cukup
dalam hal menegangkan dalam film tersebut?.20. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat menyukai karakteristik
formal dalam film tersebut?.21. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup menantang dalam hal
memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk refleksi atauanalisis lebih lanjut?.
173
Informan Keempat
1. Sebagai penikmat film Laskar Pelangi, mengapa Anda mengatakan bahwapenilaian Anda terhadap keseluruhan film tersebut sangat baik?.
2. Mengapa Anda mengatakan bahwa gagasan utama dalam film tgersebutsangat jelas?.
3. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut menunjukkan makna dandaya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu yang sangat jelas?.
4. Mengapa Anda mengatakan bahwa penggunaan bahasa dalam film tersebutsangat terampil?.
5. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam halmemberikan pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik?.
6. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat asli dalam halmemberikan keaslian, memberikan perspektif yang segar dan berbeda?.
7. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat terlibat dalam keterlibatanemosional dengan watak dan tindakan tokoh dalam film tersebut?.
8. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut memperlihatkan kecakapanteknik naratifnya dengan cukup terampil?.
9. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam halmemaparkan karakter kemanusiaan yang dikenali?.
10. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut agak lambat dalam dalam haltindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat?.
11. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup kompleks dalam haltingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaannya?.
12. Mengapa Anda mengatakan bahwa makna film tersebut seluruhnya Andapahami?.
13. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat baik dalam memilikistruktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren?.
14. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup terpercaya?.15. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam pengandalan
imaji untuk menikmatinya?.16. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sanggat jelas dalam pokok
persoalan film yang menyenangkan Anda?.17. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menarik perhatian?.18. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat banyak mengandung
ironi?.19. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda mendapatkan unsur yang cukup
dalam hal menegangkan dalam film tersebut?.20. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda cukup menyukai karakteristik
formal dalam film tersebut?.21. Mengapa Anda ,engatakan bahwa film tersebut sangat menantang dalam hal
memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk merefleksi atauaanalisis lebih lanjut?.
174
Informan Kelima
1. Sebagai penikmat film Laskar Pelangi, mengapa Anda mengatakan bahwapenilaian Anda terhadap keseluruhan film tersebut sangat baik?.
2. Mengapa Anda mengatakan bahwa gagasan utama film tersebut sangat jelas?.3. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut menunjukkan makna dan
daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu dengan sangat jelas?.4. Mengapa Anda mengatakan bahwa penggunaan bahasa dalam film tersebut
cukup terampil?.5. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam hal
memberikan pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik?.6. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat asli dalam hal
memberikan keaslian, memberikan perspektif yang segar dan berbeda?.7. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat terlibat dalam keterlibatan
emosional dengan watak dan tindakan tokoh dalam film tersebut?.8. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda menjumpai film tersebut
memperlihatkan kecakapan teknik naratifnya dengan cukup terampil?.9. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam hal
memaparkan karakter kemanusiaan yang dkikenai?.10. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut agak lambat dalam hal
tindakan yang tebatas dan belangsung dengan cukup cepat?.11. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup simpel dalam hal
tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaannya?.12. Mengapa Anda mengatakan bahwa makna film tersebut seluruhnya Anda
pahami?.13. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut baik dalam hal memiliki
struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren?.14. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup terpercaya?.15. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut tidak sama sekali
membutuhkan imaji untuk menikmatinya?.16. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam pokok
persoalan film yang menyenangkan bagi Anda?.17. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menarik perhatian?.18. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam hal
mengandung ironi?.19. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda mendapatkan unsur yang sedikit
dalam hal menegangkan dalam film tersebut?.20. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda cukup menyukai karakteristik
formal film tersebut?.21. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup menantang dalam hal
memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk meerefleksi atauanalisis lebih lanjut?.
175
Informan Keenam
1. Sebagai penikmat film Laskar Pelangi, mengapa Anda mengatakan bahwapenilaian Anda terhadap keseluruhan film tersebut sangat baik?.
2. Mengapa Anda mengatakan bahwa gagasan utam film tersebut sangat jelas?.3. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut menunjukkan makna dan
daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu dengan sangat jelas?.4. Mengapa Anda mengatakan bahwa penggunaan bahsa dalam film tersebut
cukup terampil?.5. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam
memberikan pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik?.6. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat asli dalam hal
memberikan keaslian, memberikan perspektif yang segar dan berbeda?.7. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat terlibat dalam keterlibatan
emosional dengan watak dan tindakan tokoh dalam film tersebut?.8. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda menjumpai bahwa film tersebut
memperlihatkan kecakapan teknik naratifnya dengan cukup terampil?.9. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam
memaparkan karakter kemanusiaan yang dapat dikenali?.10. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut agak lambat dalam hal
tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat?.11. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup simpel dalam tingkat
kerumitan atau kesederhanaannya?.12. Mengapa Anda mengatakan bahwa makna film tersebut seluruhnya Anda
pahami?.13. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut baik daalam hal memberikan
struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren?.14. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup terpercaya?.15. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut tidak sama sekali
memngandalkan imaji untuk menikmatinya?.16. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam pokok
persoalan film yang menyenangkan Anda?.17. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menarik perhatian
Anda?.18. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam hal
mengandung ironi?.19. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda mendapatkan unsur yang sedikit
dalam hal menegangkan dalam film tersebut?.20. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda cukup menyukai karakteristik
formal dalam film tersebut?.21. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup menantang untuk
dlam hal tantangan intelektual untuk merefleksi atau analisis lebih lanjut?.
176
Informan Ketujuh
1. Sebagai penikmat film Laskar Pelangi, mengapa Anda mengatakan bahwapenilaian Anda terhadap keseluruhan film tersebut baik?.
2. Mengapa Anda mengatakan bahwa gagasan utama film tersebut sangat jelas?.3. Mengapa Anda mengatakan bahwa film terseebut menunjukkan makna dan
daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu dengan sangat jelas?.4. Mengapa Anda mengatakan bahwa penggunaan bahasa dalam film tersebut
cukup terampil?.5. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam hal
pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik?.6. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat asli dalam
memberikan keaslian, memberikan perspektif yang segar dan berbeda?.7. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sedang dalam hal keterlibatan
emosional dengan watak dan tindakan tokoh dalam film tersebut?.8. Mengapa Anda mengatakan bahwa teknik naratif film tersebut cukup
terampil?.9. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam hal
memaparkan karakter kemanusian yang dapat dikenali?.10. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup cepat dalam hal
tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cukup cepat?.11. Mengapa Anda mengatakan bahwa ffilm tersebut cukup simpel dalam hal
tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaannya?.12. Mengapa Anda mengatakan bahwa makna film tersebut dapat Anda pahami?.13. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut baik dalam hal memiliki
struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang terintergrasi dankoheren?.
14. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup terpercaya?.15. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam hal
mengandalkan imaji untuk menikmatinya?.16. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam pokok
persoalan film yang ,menyenangkan Anda?.17. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menarik perhatian
Anda?.18. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat banyak dalam hal
menggandung ironi?.19. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda mendapatkan unsur yang cukup
dalam hal yang menyenangkan bagi Anda?.20. Mengapa Anda mengatakan cukup menyukai karakteristik formal film
tersebut?.21. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup menantang dalam hal
memberikan tantangan intelektual untuk melakukan analisis atau refleksi lebihlanjut?.
177
Informan Kedelapan
1. Sebagai penikmat film Laskar Pelangi, mengapa Anda mengatakan bahwapenilaian Anda terhadap film tersebut sangat baik?.
2. Mengapa Anda mengatakan bahwa gagasan utama film tersebut sangat jelas?.3. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut menunjukkan makna dan
daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu dengan sangat jelas?.4. Mengapa Anda mengatakan bahwa penggunaan bahasa dalam film tersebut
cukup terampil?.5. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam hal
memberikan pengembangan yang jelas dengan organisasi plot yang baik?.6. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat asli dalam hal
memberikan keaslian, meberikan perspektif yang segar dan berbeda?.7. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat terlibat dalam keterlibatan
emosional dengan watak dan tindakan tokoh dalam film tersebut?.8. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut memperlihatkan kecakapan
teknik naratifnya dengan cukup terampil?.9. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam hal me
maparkan karakter kemanusiaan yang dikenali?.10. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup cepat dalam hal
tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat?.11. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat kompleks dalam hal
tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaannya?.12. Mengapa Anda mengatakan bahwa makna film tersebut seluruhnya Anda
pahami?.13. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut baik dalam hal memiliki
struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren?.14. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup terpercaya?.15. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat tinggi dalam hal
mengandalkan imaji untuik menikmatinya?.16. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam hal pokok
pesoalan film yang menyenangkan Anda?.17. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menarik perhatian
Anda?.18. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat banyak dalam hal
mengandung ironi?.19. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda mendapatkan unsur yang cukup
dalam hal menegangkan dalam film tersebut?.20. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat menyukai karakteistik formal
film tersebut?.21. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menantang dalam hal
memberikan tantangan intelektual untuk melakukan refleksi atau analisis lebihlanjut?.
178
Informan Kesembilan
1. Sebagai penikmat film Laskar Pelangi, mengapa Anda mengatakan bahwapenilaian Anda terhadap film tersebut sangat baik?.
2. Mengapa Anda mengatakan bahwa gagasan utama film tersebut sangat jelas?.3. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut menunjukkan makna dan
daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu yang sangat jelas?.4. Mengapa Anda mengatakan bahwa penggunaan bahasa dalam film tersebut
cukup terampil?.5. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam hal
memberikan pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik?.6. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat asli dalam hal
memberikan keaslian, memberikan perspektif yang segar dan berbeda?.7. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat terlibat dalam hal
keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokh dalam film tersebut?.8. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda menjumpai film tersebut
memperlihatkan kecakapan teknik naratifnya dengan cukp terampil?.9. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam hal
memaparkan karakter kemanusiaan yang dikenali?.10. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup cepat dalam hal
tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat?.11. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat kompleks dalan hal
tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaannya?.12. Mengapa Anda mengatakan bahwa makna film tersebut seluruhnya Anda
pahami?.13. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut baik dalam hal memiliki
struktur yang baik dengan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren?.14. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup terpercaya?.15. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat tinggi dalam hal imaji
untuk menikmatinya?.16. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam pokok
persoalan film yang menyenangkan Anda?.17. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menarik perhatian?.18. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat banyak dalam hal
mengandung ironi?.19. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda mendapatkan unsur yang
mengangkan dalam hal unsur yang menegangkan dalam film tersebut?.20. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat menyukai karakteristik
formal film tersebut?.21. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menantang dalam hal
memberikan tantangan intelektual yang mengarahkan untuk melakukanrefleksi atau analisis lebih lanjut?.
179
Informan Kesepuluh
1. Sebagai penikmat film Laskar Pelangi, mengapa Anda mengatakan bahwapenilaian Anda terhadap keseluruhan film tersebut sangat baik?.
2. Mengapa Anda mengatakan bahwa gagasan utama film tersebut sangat jelas?.3. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut menunjukkan makna dan
daya tarik tertentu tanpa terikat ruang dan waktu dengan sangat jelas?.4. Mengapa Anda mengatakan bahwa penggunan bahasa dalam film tersebut
cukup terampil?.5. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sedang dalam hal
memberikan pengembangan yang jelas dan organisasi plot yang baik?.6. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat asli dalam
memberikan keaslian, memberikan perspektif yang segar dan berbeda?.7. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda sangat terlibat dalam hal
keterlibatan emosional dengan watak dan tindakan tokoh dalam film terebut?.8. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda menjumpai film tersebut dengan
kecakapan teknik naratifnya dengan cukup terampil?.9. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sanat jelas dalam hal
memaparkan karakter kemanusiaan yang yang dikenali?.10. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup cepat dalam hal
tindakan yang terbatas dan berlangsung dengan cepat?.11. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup kompleks dalam hal
tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaannya?.12. Mengapa Anda mengatakan bahwa makna film tersebut cukup Anda pahami?.13. Mengapa Ada mengatakan bahwa film tersebut baik dalam hal memiliki
struktur dan keseluruhan elemen yang terintegrasi dan koheren?.14. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut cukup terpercaya?.15. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat tinggi dalam hal
mengandalkan imaji untuk menikmatinya?.16. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat jelas dalam hal pokok
persoalan film yang menyenangkan Anda?.17. Mengapa Anda memgatakan bahwa film tersebut sangat menarik perhatian?.18. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat banyak dalam hal
mengandung ironi?.19. Mengapa Anda mengatakan bahwa Anda mendapatkan unsur yang cukup
dalam hal menengangkan dalam film tersebut?.20. Mengapa Anda mengatakan cukup menyukai terhadap karakteristik formal
film tersebut?.21. Mengapa Anda mengatakan bahwa film tersebut sangat menantang dalam hal
memberikan tantangan intelektual untuk melakukan refleksi atau analisis lebihlanjut?.
180
WAWANCARA PSIKOBIOGRAFI
1. Bagaimanakah kisah hidup Anda secara garis besar dari masa kecil hingga
sekarang?.
2. Cita-cita menjadi apa sajakah yang pernah ada dalam diri Anda?.
3. Mengapa Anda memiliki cita-cita tersebut dan bagaimana pandangan Anda
terhadap cita-cita tersebut?.
4. Apakah Anda pernah mengalamai trauma?
5. Apa sajakah harapan Anda di masa kecil ?
6. Apa sajakah harapan Anda di masa remaja?
7. Apa sajakah harapan Anda sekarang?
8. Sehubungan dengan film Laskar Pelangi, apakah film tersebut mampu
menghadirkan perubahan dalam pemikiran Anda mengenai kehidupan?.
9. Aspek nilai apakah yang muncul dalam diri Anda dari film tersebut hingga
sekarang?.
10. Bagaimanakah konkretisasi teks tersebut terhadap diri Anda?.