Resensi Novel Anak Sejuta Bintang

4
RESENSI NOVEL “ANAK SEJUTA BINTANG” a. Identitas Buku Judul : Anak Sejuta Bintang Penulis : Akmal Nasery Basral Penerbit : Exposé Tahun Terbit : 2012 Jumlah Halaman :405 halaman b.Sinopsis Novel Anak Sejuta Bintang merupakan novel tentang masa kecil Aburizal Bakrie. Ical (sapaan kecil Aburizal Bakrie) merupakan anak sulung dari Ahmad Bakrie dan Roosniah. Saat Ical masih kecil, ia dan keluarnya tinggal di Emma Laan, Jakarta Timur. Ical memiliki tiga adik kandung yakni Odi, Nirwan, dan Indra. Ical juga tinggal bersama kerabatnya Hajja Rafiah dan Tati. Keluarga Bakrie merupakan keluarga yang terbuka, hangat, dan demokratis. Segala hal dalam keluarga tersebut dibicarakan dengan baik, membuat keluarga tersebut terlihat begitu bahagia. Bakrie merupakan seorang pengusaha yang memiliki prinsip bahwa pengusaha tidak boleh mendekat pada penguasa. Ia juga sangat menghargai hubungan persahabatan, karena menurutnya selain keluarga, sahabat juga mempunyai peran jika mendapat masalah. Keluarga Bakrie juga pernah mengalami kebangkrutan di perusahaan Bakrie & Brothers, namun mereka berhasil melewatinya dengan membangun kembali dari nol. Ical tumbuh dalam lingkungan keluarga yang berkecukupan. Namun, hal itu tidak membuatnya menjadi anak yang manja. Justru ia sering mengalami kekalahan dan pernah pula mengalami penolakan. Kehadiran keluarganya yang selalu mendengarkan cerita dan keluhannya serta memberi semangat menghadapi hidup ini membuatnya menjadi pribadi yang kuat dan pantang menyerah. Ical sangat menyukai Barongsai, kesenangannya pun bertambah ketika diajak oleh ayahnya ke acara malam Cap Lak Meh di usianya sekitar tiga tahun lebih. Disaat Bakrie dan Roosniah merancang untuk membeli vila dan rumah musibah menimpa keluarga tersebut. Kebahagiaan meluap-luap yang dialami pasangan muda itu tak berlangsung lama. Derita yang tak pernah

description

Tugas membuat resensi Bahasa Indonesia

Transcript of Resensi Novel Anak Sejuta Bintang

Page 1: Resensi Novel Anak Sejuta Bintang

RESENSI NOVEL

“ANAK SEJUTA BINTANG”

a. Identitas BukuJudul : Anak Sejuta BintangPenulis : Akmal Nasery BasralPenerbit : ExposéTahun Terbit : 2012Jumlah Halaman :405 halaman

b. SinopsisNovel Anak Sejuta Bintang merupakan novel tentang masa kecil Aburizal Bakrie. Ical (sapaan

kecil Aburizal Bakrie) merupakan anak sulung dari Ahmad Bakrie dan Roosniah. Saat Ical masih kecil, ia

dan keluarnya tinggal di Emma Laan, Jakarta Timur. Ical memiliki tiga adik kandung yakni Odi, Nirwan,

dan Indra. Ical juga tinggal bersama kerabatnya Hajja Rafiah dan Tati.

Keluarga Bakrie merupakan keluarga yang terbuka, hangat, dan demokratis. Segala hal dalam

keluarga tersebut dibicarakan dengan baik, membuat keluarga tersebut terlihat begitu bahagia. Bakrie

merupakan seorang pengusaha yang memiliki prinsip bahwa pengusaha tidak boleh mendekat pada

penguasa. Ia juga sangat menghargai hubungan persahabatan, karena menurutnya selain keluarga, sahabat

juga mempunyai peran jika mendapat masalah. Keluarga Bakrie juga pernah mengalami kebangkrutan di

perusahaan Bakrie & Brothers, namun mereka berhasil melewatinya dengan membangun kembali dari

nol.   

Ical tumbuh dalam lingkungan keluarga yang berkecukupan. Namun, hal itu tidak membuatnya

menjadi anak yang manja. Justru ia sering mengalami kekalahan dan pernah pula mengalami

penolakan. Kehadiran keluarganya yang selalu mendengarkan cerita dan keluhannya serta memberi

semangat menghadapi hidup ini membuatnya menjadi pribadi yang kuat dan pantang menyerah.

Ical sangat menyukai Barongsai, kesenangannya pun bertambah ketika diajak oleh ayahnya ke

acara malam Cap Lak Meh di usianya sekitar tiga tahun lebih.

Disaat Bakrie dan Roosniah merancang untuk membeli vila dan rumah musibah menimpa

keluarga tersebut. Kebahagiaan meluap-luap yang dialami pasangan muda itu tak berlangsung lama.

Derita yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya, seketika datang menghampiri. Malaikat maut

menjemput anak ketiga mereka yang diberi nama August Alamsjah beberapa saat setelah anak tersebut

lahir. Peristiwa itu menyebabkan Bakrie dan Roosniah yang berumur 34 dan 24 tahun sangat terpukul.

Semangat Bakrie untuk bekerja di perusahaan berkurang.

Belum hilang luka karena kepergian anak ketiganya, Ical dan Odi terserang penyakit Asma.

Mereka mengobati anak-anaknya dengan menyewa vila di Cipanas agar Ical dan Odi dapat menghirup

udara segar dan bebas dari polusi.

Page 2: Resensi Novel Anak Sejuta Bintang

Pada awal November 1951, Roosniah kembali melahirkan seorang anak yang diberi nama Nirwan

Dermawan Bakrie. Di tahun yang sama Ical memasuki Taman Kanak-Kanak Perwari. Ical tidak terlalu

suka dengan pelajaran bernyanyi, ia lebih senang dengan pelajaran berhitung.

Ical mendapat banyak teman yang umumnya berasal dari keluarga yang memiliki hubungan

politik kuat dengan PSI (Partai Sosialis Indonesia) atau Masjumi (Majelis Sjuro Muslimin Indonesia).

Beberapa teman Ical antara lain Lingga Kusuma Karim (putra Direktur BNI, Mr. Abdul Karim); Maher

Algadrie (putra Hamid Algadrie, tokoh PSI, pendiri Partai Arab-Indonesia); Adian Harahap (putra

tunggal Borail Harahap, salah seorang pelaku pemberontakan awak kapal Indonesia); Lukmanul Hakim

(putra Hasan Sutan Mudo, pernah menjadi Wakil Kepala Penjara Cipinang); Meutia, Gemala, Halida

(putri Wakil Presiden RI, Bung Hatta); Aisyah, Salvyah, dan Chalid Prawiranegara (anak dari Mr.

Sjafruddin Prawiranegara, pernah menjabat sebagai Presiden De Javasche Bank, saat ini Bank Indonesia);

Imral ‘Al’ Chair (putra Dokter Ramli, saudara Mr. Abdul Karim).

Teman Ical yang lain adalah Damiyanti Roosseno, Dewi Arkowati, Hendarmo “Bibot”

Hendarmin,  Nuty Yulinda, Rohana Situmeang, Rudolf “Edo” Sigarlaki, Yunanda “Upik” dan Zulkarnain

“Ucok” Hazairin.

Tahun 1952, Ical masuk Sekolah Rakyat Perwari. Di sekolah itu, hampir tiap tahun ajaran baru

ada murid baru. Selain mendapat teman baru Ical juga kehilangan dua temannya selama bersekolah di SR

Perwari. Lembu yang meninggal karena terlindas oleh kereta api saat akan membuat pisau dari paku

untuk melawan para preman yang sering mengganggunya. Dan Susanto yang meninggal tenggelam di

kolam renang.

Semasa sekolah di SR Perwari banyak kenangan yang memberikan pelajararan bagi Ical. Ketika

ia belajar bermain bola  kasti, ia tahu bagaimana kekurangannya dalam permainan tersebut. Ia juga pernah

bermain sepak bola melawan anak-anak Gang Ampiun dengan skor telak 1-7, namun berkat gurunya yang

selalu memberi semangat mereka tetap memiliki semangat, dengan berpegang pada prinsip bahwa hasil

yang luar biasa hanya bisa dicapai dengan persiapan yang luar biasa. Ical juga belajar Judo sesuai dengan

sarang ayahnya, agar nantinya Ical mampu menyelamatkan dirinya jika mendapat perlakuan tidak baik

dari preman yang mulai banyak bermunculan di Jakarta.

Pada 17 Agustus 1956 Ical dan kawan-kawan menjadi tim aubade pada upacara kemerdekaan.

Mereka akan menyanyikan lagu-lagu perjuangan di hadapan Presiden Soekarno. Sepulang dari upacara

tersebut, Ical ingin memiliki seragam layaknya Presiden Soekarno. Dan diam-diam merencanakan

upacara di ciparay dekat vila keluarganya. Ical bekerja sama dengan sopir ayahnya dan penjaga vilanya.

Mereka mengumpulkan anak-anak yang ada di Ciparay untuk mengikuti upacara tersebut. Upacara

tersebut berlangsung dengan hikmat, disaksikan oleh masyarakat sekitar, serta Bakrie dan Roosniah yang

secara diam-diam menyaksikan upacara tersebut.

Bakrie dan Roosniah juga mendidik Ical dalam hal agama, mereka mengambil guru mengaji

untuk mengajar Ical dan Odi. Pada bulan Ramadhan, Bakrie mengajak keluarga untuk tadarrus Al-Quran

setelah shalat magrib. Mereka mengajarkan kepada Ical untuk berbagi, seperti ketika Bakrie memberikan

Jas kepada seseorang, dan mengajarkan Ical bahwa memberi sesuatu yang kita senangi kepada orang lain

itu selalu membuat kita bahagia. Dengan demikian, Ical selalu senang memberi dan membantu temannya. 

Dari kelas satu hingga kelas lima Ical selalu mendapat peringkat pertama. Namun di perjuangan

akhirnya Ical tidak mampu mempertahankan peringkatnya, ia menduduki peringkat kedua setelah

sahabatnya Ingga, mengambil posisinya menjadi lulusan terbaik. Ical sangat sedih mengetahui hal itu.

Page 3: Resensi Novel Anak Sejuta Bintang

Namun kesedihan Ical  bukan karena sahabatnya Ingga yang menjadi peringkat pertama, tetapi karena

Ical tidak mampu meraih posisi itu, terlebih lagi perbedaan angka Ical dan Ingga hanya satu angka.

Untuk mengatasi kesedihan anaknya Bakrie mengajak keluarganya untuk berlibur ke vila mereka

di Cipanas. Di halaman vila pada malam hari, Bakrie memberikan semangat pada anaknya untuk tidak

terpuruk dalam kesedihan. Sesuai dengan nama Aburizal yang berarti laki-laki yang melindungi, begitu

pulalah harapan Bakrie dan Roosniah agar Ical menjadi pemimpin yang pemberani. Bakrie merupakan

sosok ayah yang selalu hadir untuk mendampingi anak dalam menghadapi kehidupan ini.

Setelah diyakinkan oleh ayahnya dengan menyebutkan beberapa orang yang menjadi bintang

dalam hidupnya, Ical mengucapkan kalimat yang membuat mata Bakrie tiba-tiba berair.

“Tapi, dari sejuta bintang yang Papa sebutkan tadi, ada bintang yang lupa Papa sebutkan.”

“Bintang paling terang dalam hidup Ical adalah Papa dan Mama. Karena cahaya cinta Papa dan

Mama sehingga Ical bisa menemukan cahaya bintang-bintang lainnya.”

           

c. Keunggulan NovelNovel ini memberikan gambaran betapa besar pengaruh keluarga dalam perkembangan anak.

Pola asuh orang tua dengan mengedepankan potensi Tuhan, alam, keluarga, dan lingkungan sangat

membantu dalam tumbuh kembang anak. Penanaman nilai-nilai kehidupan pada anak melalui pendekatan

musyawarah yang tidak terkesan menggurui, membuat anak dapat menerimanya dengan baik

digambarkan dengan jelas dalam novel ini. Novel ini juga menggambarkan bagaimana sosok Ical menjadi

anak yang senang berbagi dan menolong teman-temannya, hal itu Ical terapkan dari ajaran orang tuanya.

Kisah ini patut menjadi contoh bagi para orang tua untuk mendidik anak-anaknya.

d. Kelemahan Novel

Kelemahan dalam novel ini ialah penggunaan tokoh dalam novel yang terlalu banyak. Hal ini

dapat menyebabkan pembaca akan kesulitan untuk mengingat karakter setiap tokoh. Misalnya, teman-

teman Ical ketika sekolah di Taman Kanak-Kanak dan SR Perwari yang terlalu banyak dijelaskan dalam

novel. Selain itu, ada beberapa cerita yang tidak dijelaskan dengan rinci, misalnya meninggalnya adik

Ical, August Alamsjah. Penyebab meninggalnya adik kedua Ical tersebut tidak dijelaskan, hanya langsung

menceritakan proses kelahiran yang normal, tiba-tiba diceritakan anak tersebut meninggal. Padahal

bagian cerita tersebut cukup berpengaruh menggambarkan kisah keluarga Bakrie ketika mereka

mengalami keterpurukan.