Resensi Film Habibie Dan Ainun

5
Resensi Film Habibie dan Ainun Siapa yang tidak mengenal Bapak Burhanuddin Jusuf Habibie? Beliau merupakan Presiden Republik Indonesia ke-3. Habibie memimpin Indonesia saat Indonesia sedang berada di ujung tanduk. Krisis moneter tengah menjerat perekonomian Indonesia kala itu. Habibie sebagai sosok yang dianggap memiliki kecerdasan di atas manusia normal bahkan jenius sekalipun harus memikul beban yang sangat berat guna menyelesaikan permasalahan bangsa kala itu. Ditambah lagi, terjadi krisis kepercayaan dari masyarakat Indonesia dikarenakan Habibie dianggap masih memiliki visi yang sama dengan Suharto. Mantan Menteri Riset dan Teknologi itupun hanya menjabat sebagai presiden selama sekitar 1,5 tahun saja. Kisah hidup beliaupun dituangkan ke dalam sebuah buku yang berjudul Habibie & Ainun. Buku tersebut beliau persembahkan untuk istri beliau yang meninggal dunia akibat menderita kanker ganas. Sang penulis buku tersebut yaitu Habibie sendiri tidak menyangka bahwa bukunya menjadi salah satu buku terlaris. Buku tersebut diangkat ke dalam sebuah film layar lebar dengan judul yang sama. Reza Rahardian berperan sebagai Habibie dan Esa Sigit berperan sebagai Habibie kecil. Sedangkan Ibu Ainun diperankan oleh Bunga Citra Lestari. Film ini sendiri di sutradarai oleh Faozan Rizal. Setting awal dimulai ketika Habibie dan Ainun masih remaja, mereka memang bersekolah ditempat yang sama dan gurunya kala itu sempat bergurau dengan mengatakan kalau sebenarnya mereka berjodoh tapi Habibie menyangkalnya, ia malah mengatakan kalau Ainun itu hitam, jelek, gendut, seperti gula jawa.Tahun demi tahun pun berlalu, Habibie yang berkuliah di Jerman terpaksa harus pulang ke Indonesia karena penyakit Tubercolosis yang dideritanya. Tapi dari situlah cerita cinta Habibie&Ainun berlanjut. Habibie akhirnya dipertemukan kembali dengan Ainun lewat kue yang harus diantarkannya ke rumah Ainun. Habibie terkejut saat ia melihat Ainun, Sontak ia berkata, “Rupanya gula jawa telah berubah menjadi gula

Transcript of Resensi Film Habibie Dan Ainun

Page 1: Resensi Film Habibie Dan Ainun

Resensi Film Habibie dan Ainun

Siapa yang tidak mengenal Bapak Burhanuddin Jusuf Habibie? Beliau merupakan Presiden Republik Indonesia ke-3. Habibie memimpin Indonesia saat Indonesia sedang berada di ujung tanduk. Krisis moneter tengah menjerat perekonomian Indonesia kala itu. Habibie sebagai sosok yang dianggap memiliki kecerdasan di atas manusia normal bahkan jenius sekalipun harus memikul beban yang sangat berat guna menyelesaikan permasalahan bangsa kala itu. Ditambah lagi, terjadi krisis kepercayaan dari masyarakat Indonesia dikarenakan Habibie dianggap masih memiliki visi yang sama dengan Suharto. Mantan Menteri Riset dan Teknologi itupun hanya menjabat sebagai presiden selama sekitar 1,5 tahun saja.

Kisah hidup beliaupun dituangkan ke dalam sebuah buku yang berjudul Habibie & Ainun. Buku tersebut beliau persembahkan untuk istri beliau yang meninggal dunia akibat menderita kanker ganas. Sang penulis buku tersebut yaitu Habibie sendiri tidak menyangka bahwa bukunya menjadi salah satu buku terlaris. Buku tersebut diangkat ke dalam sebuah film layar lebar dengan judul yang sama. Reza Rahardian berperan sebagai Habibie dan Esa Sigit berperan sebagai Habibie kecil. Sedangkan Ibu Ainun diperankan oleh Bunga Citra Lestari. Film ini sendiri di sutradarai oleh Faozan Rizal.

Setting awal dimulai ketika Habibie dan Ainun masih remaja, mereka memang bersekolah ditempat yang sama dan gurunya kala itu sempat bergurau dengan mengatakan kalau sebenarnya mereka berjodoh tapi Habibie menyangkalnya, ia malah mengatakan kalau Ainun itu hitam, jelek, gendut, seperti gula jawa.Tahun demi tahun pun berlalu, Habibie yang berkuliah di Jerman terpaksa harus pulang ke Indonesia karena penyakit Tubercolosis yang dideritanya. Tapi dari situlah cerita cinta Habibie&Ainun berlanjut. Habibie akhirnya dipertemukan kembali dengan Ainun lewat kue yang harus diantarkannya ke rumah Ainun.

Habibie terkejut saat ia melihat Ainun, Sontak ia berkata, “Rupanya gula jawa telah berubah menjadi gula pasir”.Ainun yang telah berubah menjadi gadis muda nan cantik pun, membuat Habibie jatuh hati. Karena kecantikannya banyak pria yang menaruh hati padanya. Dan kebanyakan pria yang menyukainya adalah pria yang berpangkat dan kaya, tapi Habibie sama sekali tidak minder. Dengan santainya ia datang ke rumah Ainun dengan menggunakan becak sedangkan para 'pesaingnya' itu kebanyakan bermobil.

Hebatnya, Ainun sendiri tidak silau dengan itu semua, ia lebih memilih Habibie dan hidup bersama dengannya. Setelah menikah, mereka pergi ke Jerman. Disana Habibie menyelesaikan studi S3-nya dan berharap bisa kembali ke Indonesia untuk bisa membuat sebuah pesawat anak bangsa seperti janji yang pernah diucapkan olehnya ketika sakit.

Dinegeri orang dipuji, dinegeri sendiri dicaci. Mungkin itu kalimat tepat yang menggambarkan kondisi Habibie saat itu. Habibie yang dihormati di Jerman, ternyata tidak dihormati dinegerinya sendiri. Mimpi Habibie untuk bisa membangun tanah air tempat ia dilahirkan, mengalami hambatan. Dengan terpaksa ia menerima semua itu dengan lapang dada dan bekerja di Industri Kereta Api di Jerman.

Sampai akhirnya, Habibie memiliki kesempatan untuk bisa mewujudkan mimpinya. Ia di beri kesempatan untuk membuat pesawat terbang dinegerinya sendiri. Setelah menjadi wakil dirut IPTN, kemudian ia diangkat menjadi menteri, kemudian menjadi wakil presiden dan akhirnya menjadi presiden menggantikan Soeharto yang lengser dari jabatannya.

Page 2: Resensi Film Habibie Dan Ainun

Setiap kesuksesan pasti ada pengorbanan. Kesuksesan Habibie yang ingin mengabdikan diri pada negara, berdampak pada keluarganya. Ia tak lagi sempat menghabiskan waktu dengan keluarganya, bahkan untuk dirinya sendiri pun tidak. Tidur pun hanya 1 jam setiap harinya.

Ketika Habibie tak mencalonkan diri sebagai presiden di pemilu berikutnya, ia pun kembali ke Jerman bersama dengan Ainun. Disana mereka hidup lebih tenang dan damai. Tapi ketenangan dan kedamaian itu tak bertahan lama. Ainun yang divonis menderita kanker ovarium stadium 4, memaksanya harus dirawat di rumah sakit dan menjalankan operasi berkali-kali. Selama sakit, Habibie dengan setia merawat Ainun dan menjaganya sampai Ainun menutup mata untuk selama-lamanya.

Kurang lebih itulah sedikit ulasan mengenai film Habibie&Ainun. Film yang membuat presiden Susilo Bambang Yudhoyono menitikkan air mata ini. Ada banyak sekali adegan yang membuat saya terharu, diantaranya adalah ketika Habibie sama sekali tidak memiliki uang untuk pulang kerumahnya, dan harus berjalan ditengah badai salju dengan sepatu yang bolong sampai harus ditambal dengan kertas agar ia bisa berjalan kembali. Ainun yang melihat kaki Habibie yang terluka ketika sampai rumah, tak tega dan meminta Habibie untuk memulangkannya ke Indonesia agar bisa membantu biaya Habibie selama di Jerman.

Selain itu ada adegan dimana ketika Ainun yang sedang sakit parah tapi sempat menuliskan daftar obat yang harus diminum oleh Habibie, karena selama ini dialah yang menyiapkan obat untuknya. 

Ketika saya menonton film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama tersebut, tampak jelas menggambarkan dengan sempurna bagaimana kisah cinta klasik antara Habibie dan Ainun. Film tersebut juga menggambarkan dengan jelas bagaimana kejeniusan Habibie dan kegigihannya dalam memimpin Indonesia. Habibie dan Ainun telah menyadarkan kita bahwa di balik kesuksesan seorang pria pasti terdapat peran seorang wanita hebat. Hj. Asri Ainun Habibie telah mendampingi Habibie hingga Habibie mencapai puncak kariernya. Film ini sangat menginspirasi generasi muda khususnya para ‘engineer’ untuk kembali membangun bangsa yang sedang mati suri ini dan sangat direkomendasikan sekali untuk ditonton.

Hal yang sangat disayangkan dari film yang berdurasi 118 menit ini adalah beberapa adegan romantis yang ditulis secara jelas oleh Habibie di dalam buku tidak ditampilkan di dalam film. Salah satu adegan yang menurut saya wajib ada namun ternyata dihilangkan adalah saat dimana Habibie berjanji kepada Ainun untuk selalu berada dalam satu atap selama ia berada dalam kondisi kritis. Apalagi, Habibie sempat berfikir untuk ikut masuk ke liang lahat saat Ainun akan dimakamkan. Lalu, terdapat beberapa adegan yang menayangkan produk-produk sponsor yang terkadang mengundang gelak tawa penonton. Salju yang jatuh di dalam salah satu adegan juga terlihat sangat tidak nyata.

Terlepas dari beberapa kekurangan film ini, film ini merupakan film yang tepat untuk ditonton bagi pasangan kekasih maupun suami-istri yang ingin mencari tahu seperti apa pasangan yang hidup dengan asas cinta yang abadi. Film ini juga dapat menginspiraasi generasi muda agar mencontoh Habibie dalam proses pembangunan bangsa mengingat bangsa ini kekurangan figur seorang pemimpin yang brilliant.

Page 3: Resensi Film Habibie Dan Ainun

Makna Positif yang Dapat Dikaitkan dengan Leadership Commited for Young People yaitu :

Habibie dapat dijadikan role model seorang pemimpin yang brilian yang mempunyai beberapa kelebihan yaitu:

- Jujur- Tegas - Disiplin- Amanah- Setia- Bertanggung-jawab- Gigih,ulet serta tekun- Punya cinta mendalam terhadap keluarga dan tanah airnya- Mampu mewujudkan apa yang ingin diraihnya- Tidak ingkar janji- Jenius - Sederhana - Kompeten di bidangnya

Karena banyak sekali kelebihan yang dimiliki oleh Habibie menjadikan kekurangan yang dimiliki seperti keras kepala menjadi tertutupi oleh kelebihan yang beliau punya. Oleh karena itu, Hendaknya kita sebagai generasi muda mau mencontoh kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Habibie dalam proses pembangunan bangsa mengingat bangsa ini kekurangan figur seorang pemimpin yang brilian.