Resensi Eksotisme Jawa

download Resensi Eksotisme Jawa

of 5

description

resensi

Transcript of Resensi Eksotisme Jawa

RESENSI BUKUEKSOTISME JAWA (RAGAM KEHIDUPAN DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT JAWA)Judul

: Eksotisme Jawa

(Ragam Kehidupan dan Kebudayaan Masyarakat Jawa)

Penulis

: John Joseph Stockdale (1770-1847)

Tebal

: 352 halaman, 2cm

Penerbit

: Progresif Book

Tahun Terbit

: 2010

Buku Eksotisme Jawa (Ragam Kehidupan dan Kebudayaan Masyarakat Jawa) karya John Joseph Stockdale (1770-1847) ini memberikan gambaran bagaimana indahnya Jawa yang dilihat dari keadaan, iklim, flora, fauna, kondisi cuaca dan masih banyak yang berhubungan dengan Jawa. Serta bagaimana keadaan masyarakatnya pada masa pendudukan Inggris. Buku ini mendeskripsikan secara detail keadaan alam, tingkah laku orang Jawa dari perspektif orang Inggris, fashion, flora fauna sampai cara otoritas kolonial saat itu dalam memberi hukuman bagi orang pribumi yang dianggap membangkang.

Dalam buku ini diterangkan pula bagaimana peran orang China sendiri ketika masa pemerintahan VOC di Batavia. Stockdale menceritakan bahwa orang China itu sangat cerdik dalam berdagang. Mereka sangat suka uang. Dikatakan bahwa mereka rela melakukan apa saja hanya untuk mendapatkan satu penny. Dalam melakukan bisnis orang China sangat berhati-hati dan sangat menghindari penipuan. Stockdale juga menceritakan bagaimana perawakan orang China. Postur tubuh mereka pendek, kulit tidak begitu coklat, mereka mecukur pelontos rambut mereka dan menyisakan segepok rambut di belakang dan dikucir. Serta memakai jubah yang panjang yang terbuat dari sutera tipis berlengan lebar dan disebaliknya mereka memakai pakaian yang sama yang digunakan untuk menutup kaki mereka. Orang China terkenal sangat mesum. Mereka dituduh telah melanggar hukum alam secara menjijikkan. Bahkan konon mereka memelihara babi di rumah mereka untuk tujuan yang menjijikkan.

Di buku ini diterangkan pula bagaimana pola hidup orang Eropa di Jawa, gaya pakaian dan aktivitas yang dilakukannya sehari-hari. Selain itu mereka mempekerjakan wanita Jawa sebagai budak. Dikatakan bahwa wanita Eropa sangat pencemburu, apabila mereka mengetahui budak wanita tersebut dekat dan mempunyai hubungan khusus dengan suami mereka. Maka mereka tak segan-segan untuk menyiksa mereka dengan cara-cara yang tak lazim. Setelah puas melampiaskan kemarahan mereka terhadap budak mereka, objek balas dendam selanjutnya adalah para suami mereka, tapi kali ini mereka melakukan cara yang tidak kejam dan lebih menyenangkan bagi diri mereka sendiri.

Buku ini tidak hanya menggambarkan sisi keindahan alam Jawa, namun pada masa itu pencemaran lingkungan sudah terjadi dalam bentuk bangkai kuda dan hewan ternak yang penulis temui di daerah muara sungai. Tanah berlumpur dan bau disekitar hutan bakau yang menyengat dibahas juga oleh John J. Stockdale. Dalam buku ini kita juga menemukan fakta tentang segmentasi berbasis etnis antara Jawa dengan Cina dan Arab yang mempunyai sisi kontradiktif dalam alokasi akses kehidupan terutama masalah ekonomi. Orang Jawa biasa bekerja pada keluarga bangsawan barat sebagai pembantu sampai gundik, sementara orang Madura lebih banyak menjadi tukang pukul bagi pejabat atau bangsawan barat.

Dalam buku ini terdapat bagian yang menarik menurut saya yaitu ketika Stockdale menceritakan hiburan yang disukai kaisar Jawa yaitu pertarungan antar binatang buas. Sekilas ini mirip dengan hiburan Gladiator dengan yang ada di masa Romawi. Yang berbeda adalah disini yang dipertarungkan adalah seekor harimau dan banteng. Saat kedua hewan itu ditarungkan mereka akan dibawa di lapangan pertarungan di dalam sangkar-sangkar besar. Di mana di sekeliling sangkar itu dikepung oleh prajurit dengan membawa tombak. Dan terkadang para kaisar Jawa menjadikan para penjahat terhukum mati untuk bertarung dengan harimau. Mereka akan diolesi kunyit, diberi kain kuning dan diberikan sebilah keris sebagai bekal untuk bertarung. Walaupun banyak penjahat yang mati karena bertarung dengan harimau yang sengaja tidak diberi makan agar meningkatkan kebuasannya, namun ada juga penjahat yang berhasil membunuh harimau tersebut. Meskipun begitu, ia tetap harus dihukum mati.

Orang Jawa memiliki watak pemalas dan perlu usaha keras untuk bisa membuat mereka bekerja. Hal ini disebabkan karena negerinya berada di wilayah yang panas dan berada di bawah pemerintahan yang sewenang-wenang merapas harta milik mereka. Bukan alasan yang kuat jika dikatakan bahwa iklim yang panas mempengaruhi watak orang jawa sehingga memiliki sifat pemalas karena orang-orang china yang juga hidup di pulau jawa, di pulau yang sama dengan orang jawa, hidup bersebelahan dengan orang jawa, tapi mereka menggarap tanah yang terbengkalai di sekitar tempat tinggal orang pribumi. Dalam ketekunan, kepandaian dan kerja kerasnya, mereka melebihi para pengusaha eropa. Orang jawa tidak memiliki kepemilikan tertentu, puas dengan hanya yang serba sedikit. Makanan pokok mereka yang tinggal di dataran rendah adalah nasi, dengan sedikit ikan. Mereka yang tinggal di dataran tinggi dan di pegunungan mengkonsumsi umbian tertentu yang disebut tallas dengan sedikit garam yang dibuat dari abu kayu tertentu.

Di buku ini penulis menerangkan tentang garis pertahanan VOC di Batavia yang terbukti ampuh, contohnya terjadi pada skuadron Inggris saat ia memblokade jalur pelayaran Batavia mereka tidak berhasil. Populasi Batavia, termasuk daerah pinggirannya, diperkirakan memiliki 160.000 penduduk. Bangsa China sendiri sejumlah 100.000 dan sebagian besar bermukim di daerah pinggiran utama yang lain hidup di kota. Penyebab dari ketidaksehatan lingkungan di Batavia adalah pada endapan lumpur dalam jumlah besar yang terakumulasi di muara dan di sepanjang sungai Jakarta. Diterangkan pula mengeni Barak bambu tempat para prajurit tinggal sebelumnya terletak dekat dengan kota berada di wilayah rendah dan tidak sehat dan pihak kabupaten Batavia setelah pada 1799 menerima battalion ke-12 sebagai Pasukan tambahan, membangun sebuah kamp baru di sebuah daratan berhutan, satu setengah league musik, naik pedalaman di sebuah wilayah yang terbuka yang kering dan tidak berawa-rawa. Serta Tanah abang yang merupakan sebuah desa Melayu yang besar, walau ada juga beberapa keluarga China, sebuah pasar besar diadakan disini setiap hari, sepanjang tahun.

Pada tanggal 18-19 Maret 1804, raja Banten ditemukan tewas di ranjangnya oleh cucu keponakannya. Peristiwa ini dikatakan sebagai hasil dari suatu persengkokolan melawan raja. Sang pembunuh dihukum sesuai dengan hokum pembalasan yaitu si pembunuh dihukum dengan cara yang sama seperti ia membunuh sang raja. Setelah itu Belanda oleh Regensi tinggi memilih dan mengangkat raja baru atas nama kompeni.

Buku ini menurut saya mempunyai banyak kelebihan yaitu isinya menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga membuat para pembaca mudah meresapi dari isi buku tersebut. Selain itu terdapat footnote dalam buku ini sehingga pembaca dapat mencari referensi lain yang isinya seperti dalam buku tersebut. Namun di buku ini terdapat kekurangan menurut saya yaitu tidak ada gambar yang bisa memperindah isi buku tersebut. Selain itu di buku tersebut tidak ada daftar pustaka di belakang buku.