Resensi Buku

17
RESENSI BUKU “ KREATIF MENGEMBANGKAN MEDIA PEMBELAJARAN ” DITULIS OLEH : SAMSINAR (A1C112026) DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. rer. nat. Rayandra Asyhar, M.Si. PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

description

resensi buku kreatif mengembangkan media pembelajaran

Transcript of Resensi Buku

RESENSI BUKU

KREATIF MENGEMBANGKAN MEDIA PEMBELAJARAN DITULIS OLEH :

SAMSINAR (A1C112026)

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. rer. nat. Rayandra Asyhar, M.Si.

PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2015

Judul Buku

: Kreatif Mengembangkan Media PembelajaranPenulis

: Dr. rer. nat. H. Rayandra Asyhar, M.Si.Editor

: Saiful Ibad, MA.

Layout Isi

: Rio QQQDesain Cover

: Tim GP PressPenerbit

: Referensi JakartaCetakan

: 1 (pertama), Septemer 2012 Tebal Buku

: xii + 196 halamanUkuran

: 16 x 23 CmHarga buku

: Rp.45.000,00

BAB

: 9 BABLatar Belakang Penulis

Dr. rer. nat. H. Rayandra Asyhar, M.Si. Lahir di Tembilahan Riau 6 Agustus 1961. Sejak menyelesaikan studi S1 pada Fakultas MIPA Universitas Riau Pekanbaru tahun 1986, mengabdikan diri sebagai dosen tetap pada Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi hingga sekarang. Pada tahun 1991 melanjutkan studi S2 di UGM Yogyakarta, selesai tahun 1994. Gelar Doktor diperoleh dari Institut fuer Ecologische Chemie und Abfallanalaysis, Carolo-Wihelmina Universitaet Braunschweig Jerman pada tahun 2002, dengan disertai berjudul Characterization and Activation of Petroleum Cake and It Application for the Removal of Phenolics and Dyestuffs from Wasterwater.

Di samping mengampu Mata Kuliah Lingkungan pada Program S1 FKIP Universitas Jambi, juga mengajar Matakuliah Curriculum Review and Development dan Multimedia for Chemistry Instruction pada Program Pendidikan Guru Sekolah Bertaraf Internasional (PG-SBI) UNJA. Sementara pada Program Magiter Teknologi Pendidikan tercatat sebagai staf pengajar Matakuliah Produksi Media Pembelajaran, Filasafat Ilmu dan Model-Model Pembelajaran.

Selain melaksanakan tugas rutin tersebut, penulis juga ditunjuk sebagai Ketua Program Pendidikan pada Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Koordinator Monitoring dan Evaluasi Internal pada Proyek Indonesia-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) dan Anggota Badan Penjaminan Mutu Akademik (BPMA) Universitas Jambi.

Di samping itu, aktif melaksanakan penelitian, mengikuti seminar ilmiah, dan menjadi instruktur pada program-program pelatihan peningkatan kompetensi guru dan perbaikan proses pembelajaran, serta memberi bimbingan teknis implementasi PTK dan KTSP di Provinsi Jambi. Aktivitas lain yang dilakukan adalah menulis buku dan modul ajar, serta artikel pendidikan di harian lokal yang terbit di Jambi.

Ringkasan Buku

BAB I PENDAHULUAN

Menurut Midun (2009), media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran memiliki enam manfaat potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran. (1) Meningkatkan produktifitas pendidikan. Produktifitas itu antara lain dengan jalan mempercepat laju belajar peserta didik, membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik. (2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual. (3) Memberikan dasar lebih ilmiah pada pembelajaran. (4) Pembelajaran menjadi lebih mantap. (5) Proses pendidikan menjadi lebih langsung, karena media memberikan pengalaman nyata dan langsung bagi pebelajar. (6) Akses pendidikan menjadi lebih sama bagi semua peserta didik.BAB II PERAN DAN FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN

Penggunaan media dalam pembelajaran tidak hanya berperan sebagai alat bantu akan tetapi juga merupakan strategi pembelajaran. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa media memiliki beberapa fungsi dalam pembelajaran, yaitu:

Sebagai sumber belajar, yaitu sebagai penyalur, penyampai, penghubung, pesan/pengetahuan dan pebelajar kepada pembelajar.

Fungsi semantik, yakni fungsi media dalam memperjelas arti dari suatu kata, istilah, tanda atau symbol.

Fungsi fiksatif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan kemampuan media untuk menangkap, menyimpan, menampilkan, kembali suatu objek atau kejadian sehingga dapat digunakan kembali suatu keperluan.

Fungsi manipulatf, yakni fungsi yang berkaitan dengan kemampuan media untuk menampilkan kembali suatu objek atau peristiwa /kejadian dengan berbgai macam cara, teknik dan bentuk.

Fungsi distributif, maksudnya dalam sekali penampilan suatu objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat besar dalam kawasan yang sangat luas.

Fungsi psikomotorik adalah fungsi media dalam meningkatkan keterampilan fisik peserta didik.

Fungsi psikologis, yakni fungsi yang berkaitan dengan aspek psikologis yang mencakup fungsi atensi (menarik perhatian), fungsi afektif (menggugah perasaan), fungsi kognitif (mengembangkan kemampuan daya piker), fungsi imjinatif dan fungsi motivasi (mendorong peserta didik membangkitkan minat belajar).

Fungsi social-kultural, yakni media pembelajaran dapat memberikan rangsangan persepsi yang sama kepada peserta didik.

Secara umum, manfaat penggunaan media pembelajaran dijelaskan sebagai berikut (Midun, 2009):

Dengan media pembelajaran yang bervariasi dapat memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan di kelas seperti buku, foto-foto dan nara sumber.

Dengan menggunakan berbagai jenis media, peserta didik akan memperoleh pengalaman beragam selama proses pembelajaran.

Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada peserta didik, seperti kegiatan karyawisata ke pabrik, pusat tenaga listrik,swalayan, bank, industri, dan sebagainya.

Media pembelajaran menyajikan sesuatu yang sulit diadakanm, dikunjungi, atau dilihat oleh peserta didik, baik karena ukurannya yang terlalu besar seperti tatasurya, terlalu kecil seperti virus, atau rentang waktu prosesnya terlalu panjang misalnya proses metamorfosa dan pelapukan batuan, atau masa kejadiannya sudah lama seperti perang uhud.

Media-media pembelajaran dapat memberian informasi yang akurat dan terbaru, misalnya penggunaan buku teks, majalah, dan orang sebagai sumber informasi.

Media pembelajaran dapat menarik kemenarikan penampilan materi sehingga meningkatkan motivasi dan minat serta mengambil perhatian peserta didi untuk focus mengikuti materi yang disajikan, sehingga diharapkan efektifitas belajar akan meningkat pula.

Media pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk berfikir kritis, menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang lebih lanjut, sehingga melahirkan kreatifitas dan karya-karya inovatif.

Penggunaaan media dapat meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, karena dengan menggunakan media dapat menjangkau peserta didik di tempat yang berbeda-beda, dan di dalam ruang lingkup yang tak terbatas pada suatu waktu tertentu. Dengan media, durasi pembelajaran juga bisa dikurangi. Media pembelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan atau pengajaran baik dalam ruang lingkup mikro maupun makro.

BAB III JENIS DAN KLASIFIKASI MEDIA

Secara umum ada empat Jenis Media Pembelajaran yaitu:

1. Media Visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata dari peserta didik. Dengan media ini, pengalaman belajar yang dialami peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya. Beberapa media visual antara lain: Media cetak seperti buku, jurnal, peta gambar dan poster dan sebagainya.

2. Media Audio, adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Oleh karena itu, audio hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata (Munadi, 2008). Pesan dan informasi yang diterimanya berupa pesan verbal seperti bahasa lisan, kata-kata dan lain-lain. Sedangkan pesan nonverbal adalah dalam bentuk bunyi-bunyian,musik, bunyi tiruan dan sebagainya. Contoh media audio yang umum digunakan adalah tape recorder, radio, dan CD player.

3. Media Audio-Visual, adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran denganmelibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik media penglihatan maupun pendengaran. Beberapa contoh media-visual adalah film, video, program TV dan lain-lain.

4. Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatyu proses atau kegiatan pembelajaran. Pembelajaran multimedia melibatkan indera penglihatan dan pendengaran melalui media teks, visual diam, visual gerak, dan audio serta media interaktif berbasis komputer dan teknologi komunikasi dan informasi. Tv, presentasi powerpoint berupa teks gambar bersuara sudah dapat dikatakan multimedia dan audiovisual.BAB IV PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN

Model pemilihan ada dua, yaitu pemilihan tertutup dan pemilihan terbuka. Pemilihan tertutup bersifat top down dari atas, misalnya dari Dinas Pendidikan. Sedangkan, model pemilihan terbuka bersifat buttom up yang dilakukan pihak sekolah. Beberapa kriteria atau prinsip yang perlu diperhatikan dalam memilih media, yaitu:

1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Dapat mendukung isi pelajaran. Media harus sesuai dengan karakteristik isi berupa fakta, konsep, prinsip, procedural atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.

3. Praktis, luwes, dan tahan. Criteria ini menuntun para guru untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru.

4. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu criteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.

5. Cocok dengan sasaran. Media yang efektif untuk mkelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.

6. Berkualitas baik. Kriteria media secara teknis harus berkualitas baik. Misalnya, pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu, seperti visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh eleme lain yang berupa latar belakang (Arsyad, 2003).

BAB V PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik dalam artian efektif meningkatkan mutu pembelajaran, dalam proses pengembangannya diperlukan suatu perencanaan yang baik. Media pembelajaran yang baik tidak bisa dibuat secara spontanitas dan asal jadi. Dalam menyusun rancangan, berbagai hal harus diperhatikan, baik menyangkut aspek materi, media pedagogig dan sasaran serta tujuan yang hendak dicapai dengan media tersebut.

Menurut Sudiman, dkk. (2007), perancangan media pembelajaran melalui 6 tahap kegiatan yaitu: (1) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa. (2) Merumuskan tujuan pembelajaran. (3) Merumuskan butir-butir materi. (4) Menyusun instrument evaluasi. (5) Menulis naskah media. (6) Melakukan tes evaluasi. Di samping enam langkah tersebut, tahap validasi ahli sebaiknya dilakukan terhadap naskah media/prototipe yang sudah disusun, yaitu sebelum dilakukan uji coba lapangan.

Format sajian media audio bisa berupa dialog, drama, magazin dan naratif. Sedangkan media audio-visual bisa ditampilkan dalam format drama, animasi, film documenter, dan dialog. Media berbasis cetakan banyak jenisnya, antara lain modul atau buku ajar, buku test, bahan presentasi dan lain-lain.

Peran media audio dan audio-visual, naskah merupakan pedoman dalam pembuatan/produksi program media. Sedangkan pada berbasis cetakan, naskah adalah bentuk prototipe media itu sendiri. Apapun jenis dan format media pembelajaran yang dikembangkan, memerlukan perancangan yang baik dan sesuai dengan prosedur pengembangan. Tanpa perancangan yang baik, maka media yang baik dalam arti efektif meningkatkan mutu pembelajaran akan sulit diwujudkan. Dalam proses pengembangan, pengembang naskah media perlu memahami beebagai istilah teknis yang sering digunakan, terutama untuk media audio, audiovisual dan multimedia.

BAB VI PEMBUATAN MEDIA AUDIO-VISUAL

Tahap praproduksi merupakan tahap perancangan/perencanaan yang akan menjadi kunci keberhasilan tahap selanjutnya. Di dalam tahap praproduksi khusus untuk media video/pembelajaran berbeda dengan nonpembelajaran. Perbedaan itu terletak pada mulai pencarian ide/eksplorasi gagasan sampai tahap penentuan tujuan, sasaran, penentuan materi. Media video/televisi pembelajaran harus mengacu kurikulum sedangkan non pembelajaran bebas. Naskah media video/televise pembelajaran harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa. Khusus untuk naskah sinetron dan kartun ditambah ahli psikologi.

Ada beberapa tahap yang dipahami ketika kita akan memproduksi sebuah program video. Tahapan tersebut harus dilakukan agar kita menghasilkan sebuah karya yang memuaskan. Setiap tahap merupakan langkah yang akan menentukan tahap berikutnya. Untuk mengambil gambar dan suara harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan sarana yang ada. Kalau kita hanya mempunyai handicam, maka kualitas gambar dan suara sudah kita ketahui, sedangkan untuk kualitas siar, maka kita harus juga memakai kamera dan peralatan perekam suara yang sesuai dengan kualitas statsiun televise yang menyiarkannya.

Tahapan pasca produksi merupakan tahap akhir dari pembuatan media video. Tahap ini merupakan sentuhan akhir sebelum dimanfaatkan atau disiarkan. Setiap tahap memerlukan ketelitian dan orang-orang yang memahami video/televisi. Setelah selesai pada tahap ini harus dikembalikan ke tahap perencanaan yaitu ide/gagasan yang tertuang di dalam naskah. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap dampak atau manfaat dari media video tersebut bagi sasaran/penonton dan daya serap materi yang tertuang di dalam media. Apabila sasaran memahami materi yang dijelaskan dan senang pada waktu menonton, maka media tersebut dikatakan berhasil, baik sebagai tuntunan dan sekaligus tontonan.

BAB VII PEMBUATAN MEDIA AUDIO

Proses produksi media audio terdiri dari tiga tahapan yaitu praproduksi, produksi dan pasca produksi. Tahap praproduksi merupakan tahap perancangan/perencanaan yang akan menjadi kunci keberhasilan tahap selanjutnya. Media pembelajaran audio harus mengacu kurikulum agar tepat sasaran dan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Luaran yang dihasilkan pada tahap pra produksi adalah naskah audio. Naskah media pembelajaran harus dikaji oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa.

Tahap produksi adalah mencakup kegiatan rembuk naskah, penyusunan scenario, penentuan pemain, perhitungan biaya,dan proses perekaman suara.

Tahapan pasca produksi merupakan tahap akhir dari pembuatan media audio. Tahap pasca produksi mencakup proses editing, mixing, dan pembuatan master media audio. Setiap tahap memerlukan ketelitian dan orang-orang yang memahami audio. Setelah selesai pada tahap ini harus dikembalikan lagi ke tahap erencanaan yaitu ide/gagasan yang tertuang dalam naskah. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap dampak atau manfaat dari media audio tersebut bagi sasaran/penonton dan daya serap materi yang tertuang di dalam media.BAB VIII PENGEMBANGAN MEDIA VISUAL

Untuk menghasilkan modul yang baik, maka penyusunannya harus sesuai dengan criteria yang ditetapkan oleh DEPDIKNAS (2008) sebagai berikut:1. Self Instructional, yaitu mampu membelajarkan peserta didik secara mandiri.2. Self contained, yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kmpetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu mdul secara utuh.3. Stand Alone, yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain.4. Adaptive, modul hendaknya memiliki daya adoptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.5. User Friendly, modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya.

Widodo dan Jasmadi (2006) menyebutkan beberapa langkah-langkah kegiatan dalam proses penyusunan modul, sebagai berikut:1. Analisis kebutuhan modul, dari hasil analisis akan bisa dirumuskan jumlah dan judul modul yang akan disusun.2. Penyusunan naskah/draft modul. Tahap ini sesungguhnya merupakan kegiatan pemilihan, penyusunan, dan pengorganisasian materi pembelajaran.3. Uji Coba. Tujuan dari uji coba adalah untuk mengetahui kemampuan peserta dalam memahami media dan mengetahui efisiensi waktu belajar menggunakan media pembelajaran yang akan diproduksi.4. Validasi. Adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan.5. Revisi dan Produksi. Masukan-masukan yang diperoleh dari pengamat dan pendapat para peserta didik merupakan hal yang sangat bernilai bagi pengembang modul karena dengan masukan-masukan tersebut dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap media yang dibuat.

BAB IX PEMBUATAN BAHAN AJAR MULTIMEDIA

Bahan ajar multimedia adalah media pembelajaran yang berbasis teknologi multimedia. Dalam pembelajaran berbasis multimedia, peserta didik dapat mempelajari materi ajar yang ada dalam CD/VCD interaktif dilengkapi dengan kuis untuk latihan. Menggunakan CD interaktif, peserta didik dapat menggunakan secara berulang-ulang, individual, atau kelompok hingga materinya dapat dipahami. Peserta didik juga dapat melakukan evaluasi terhadap pencapaian belajar melalui kuis yang disediakan secara interaktif.

Prosedur pembuatan bahan presentasi dimulai dengan analisis kurikulum, memilih teknologi, merancang desain, menyusun storyboard, dan mengidentifikasi dan mengumpulkan materi. Beberapa hal penting yang perlu anda ingat tentang pembahasan modul ini adalah sebagai berikut: Media presentasi yang dikembangkan untuk keperluan pe,belajaran memiliki ciriyang berbeda dengan media presentasi umum. Salah satu perbedaan itu adalah bahwa media presentasi pembelajaran terikat pada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, yaitu tujuan yang terukur dan tekontrol. Karena merupakan sebuah media pembelajaran, maka media presentasi pembelajaran harus dikembangkan secara sistematis sesuai prinsip pengembangan instruksional. Media presentasi banyak jenisnya, salah satunya dibahas dalam modul ini adalah media presentasi yang dikembangkan dengan menggunakan program. Selain memiliki banyak kelebihan, media presentasi Power Point juga memiliki kekurangan. Media ini tidak serba cocok untuk semua jenis dan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memahami benar bagaimana karakteristik media presentasi ini.

Saat ini, berbagai program aplikasi telah tersedia untuk mendukung pembuatan materi bahan ajar berbasis multimedia terutama bahan ajar multimedia interaktif seperti Microsoft Power Point, Microsoft Flash, Camtasia Recorder, Ulead, Pinnacle, Goldwave dll. Sebagian diantaranya dapat diunduh dari internet secara bebas tanpa biaya.

Macromedia Flash merupakan salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain animasi yang banyak digunakan saat ini. Saat membuka situs atau halaman internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak dari besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi bentuk lain, dan masih banyak lagi yang lain.

Camtasia adalah sebuah software yang dirilis oleh TechSmith Corporation. Camtasia Recorder adalah bagian dari Camtasia Studio yang berguna untuk membuat record atau rekaman mengenai tampilan pada desktop.

Berdasarkan uraian dalam Buku Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran diperoleh bahwa buku ini memiliki banyak keunggulan antara lain yaitu : (1) buku ini menjabarkan dari hal yang mendasar seperti menjelaskan pengertian media pembelajaran, menguraikan jenis dan klasifikasi media serta sifat dan karakteristik media. Dan pada bab selanjutnya baru dijabarkan tentang prosedur pemilihan, pengembangan, dan produksi media. Yang meliputi media audo, audio-visual, modul/buku ajar dan multimedia. (2) cara pembutan atau pengembangan media dalam penulisan buku ini step by step sehingga mudah bagi pemula sekalipun untuk menerapkan dalam pembuatan media pembelajaran. (3) buku ini dilengkapi dengan rangkuman dan evalusi yang mempermudah pemahaman pembaca.

Disamping itu ada beberapa kelemahan dari Buku Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Seperti : pengaturan kertas rata kiri kanan (marge) kurang pas sehingga ada beberapa halaman yang terkesan tidak rapi dan pemborosan kertas. Selain itu pencetakan buku ini kurang memuaskan dimana antara cover dan isi buku mudah lepas karena hal ini bisa dikarenakan lem yang digunakan kurang baik, dll.

Secara keseluruhan buku ini sangat bermanfaat bagi semua pihak yang hendak mengembangkan media pembelajaran baik bagi mahasiswa, dosen, guru, instruktur dan lain-lain sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton. Dengan pemilihan media pembelajaran yang sesui maka dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu penulis sarankan untuk membaca buku Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran yang disajikan secara step by step sehingga lebih mudah untuk menerapkan dalam pembuatan atau pun pengembangan media pembelajaran yang baik.